Anda di halaman 1dari 6

Tugas bu emil

Nama : vera maifita juliyanti


Nim : 1807031

Di bawah ini kesimpulan saya dari film shutter island :

1. Yang anda lihat sejak awal bukanlah khayalan, ingat Dr.Cawley mengatakan pada
akhir saat mereka bicara di Mercusuar bahwa ini adalah suatu program terapi yang
berbentuk role play, di mana si pasien dibiarkan menjadi tokoh dalam khayalannya yaitu
dalam hal ini adalah Deputy Marshall.

2. Bila Dr.Cawley berhasil, maka dia akan melepaskan Andrew Laeddis si pasien dari
suatu upaya operasi Lobotomy, suatu teknik operasi yang dipakai untuk membuat
pasien skizofrenia yang agresif menjadi tenang namun tidak mempunyai rasa sakit lagi.

3. Adegan yang hanya melibatkan tokoh utama saja dengan lawan main yang pada
akhirnya kita ketahui bukan Dokter (Chuck) atau sipir bisa dianggap sebagai suatu
halusinasi dan delusi. Misalnya adegan bertemu dengan Rachel asli di gua.

intinya dalam adegan terakhir, gelengan kepala Dr (Chuck) adalah pertanda bahwa Ted
Daniels alias Andrew Laeddis belum sembuh dan segera harus dilobotomy.

- Teddy Danil Memang Skizofernia

- Istri Teddy, Dolores memang benar membunuh anak mereka dan


menenggelamkan ketiga anaknya di danau

- Teddy ditangkap dimasukkan ke RSJ Shutter Island dan sudah berada disana 24
bulan lamanya

- Teddy yang gila karna belum bisa menerima kenyataan bahwa dia membunuh
istrinya dikarenakan istrinya membunuh anaknya, akhirnya menciptakan cerita
sendiri bahwa istrinya mati karna kebakaran disebabkan oleh seorang pelaku
bernama Andrew Laeddis

- Untuk menyembuhkan Teddy, pihak RSJ melakukan sebuah eksperimen dengan


cara membiarkan Teddy menjadi seorang Marshall Teddy Danil yang akan
mengungkapkan kasus kematian istrinya, dan mengungkapkan kasus hilangnya
pasien bernama Rachel Solondo.

- Teddy sadar bahwa dirinya memang gila dan diakhir cerita Teddy dianggap
gagal dalam penyembuhan metode pertama jadi terpaksa akan dilakukan
metode selanjutnya yaitu eksekusi di mercusuar

- Pada aslinya Teddy sudah sembuh namun berpura-pura masih gila karna dia
lebih memilih untuk di eksekusi dari pada hidup namun dalam rasa bersalah dan
kemudian menjadi delusi kembali

- Teddy sedari awal dia sudah dijebak oleh pihak RSJ, yang pertama melalui
partnernya yaitu Chuck, dan selanjutnya oleh pihak RSJ langsung lewat obat-
obatan seperti aspirin, makanan rokok minuman dll

- Teddy yang sudah terlanjur terjebak akhirnya sering terjadi halusinasi dan delusi
seperti saat melihat tikus-tikus di tepi tebing

- Teddy memiliki trauma tersendiri karna itu pihak RSJ memanfaatkan


kesempatan itu untuk mengalahkannya

- Rachel Solondo yang ditemui Teddy di dalam gua adalah nyata, bukan delusi
Teddy. Rachel Solondo adalah salah satu mantan psikiater RSJ namun bisa
melarikan diri dan bersembunyi karna tau kebusukan dan tidak setuju dengan
pihak RSJ

- Adegan brainwash Teddy ada pada saat Teddy mengintrogasi Rachel Solondo
palsu dalam ruangan RSJ, dari percakapannya Teddy dipaksa untuk masuk
menjadi andrew laeddis

- Pasien ke 67 tidaklah nyata, ini hanyalah permainan pihak RSj untuk merusak
pikiran Teddy, didukung oleh adegan palsu Rachel yang mengatakan habis
membunuh anak-anaknya, semua kisah di gabungkan dalam adegang
mercusuar ditambah Teddy yang sedang dalam pengaruh obat membuat Teddy
tidak berkutik.

- Di akhir cerita, Teddy sudah mengaku bahwa dia sengaja menciptakan sosok
Andrew Laeddis untuk dia salahkan atas kematian istrinya namun akhirnya ia
mengaku bahwa ia adalah Andrew. Namun ketika akhir cerita menanyakan
sesuatu dan setelah Teddy menjawab, Chuck menggelengkan kepala pertanda
bahwa Teddy belum berhasil mereka brainwash menjadi Andrew dan harus
segera di Lobotomy, namun di ending Teddy bertanya , "Tempat ini membuat ku
khawatir. Mana yang lebih baik, hidup sebagai monster atau mati sebagai orang
terhormat?"

- Dr John Cawley. Sang psikiater menceritakan bahwa seorang pasien mereka


yang bernama Rachel Solando kabur tanpa ada yang tahu, padahal institut itu
dijaga ketat dan berada di sebuah pulau terpencil. Rachel ini digolongkan
sebagai pasien berbahaya karena riwayatnya adalah membunuh ketiga anaknya.

- Ketika foto Rachel diperlihatkan, saat itulah bayangan aneh muncul di pikiran
Andrew yang lebih akrab disapa Teddy itu. Ia melihat sosok mayat ibu dan anak
yang telah membeku di jalan. Setelah itu ia merasa pening dan ia meminta
aspirin pada Cawley.

- Tiba-tiba saja Cawley mengabarkan bahwa Rachel telah ditemukan. Tak ada
bekas luka di dirinya, dan ketika ditanya Rachel bercerita seolah tidak terjadi
apa-apa lalu sejurus kemudian mengamuk. Teddy dan Chuck dibawa kembali ke
ruangan Cawley

- Setelah diberi obat, Teddy dibaringkan di basement bersama lainnya karena


hujan badai untuk kesekian kalinya. Saat itulah ia kembali bermimpi dan melihat
tumpukan mayat di sebuah kamp milik Jerman, dan melihat Rachel dan seorang
anak perempuan yang tiba-tiba hidup kembali dan mengatakan, "Kau
seharusnya menyelamatkan kami."

- Menurut Cawley, Teddy adalah pasien yang sudah ada di rumah sakit itu selama
dua tahun belakangan. Dalam laporan yang dimiliki Cawley juga dikatakan
'Pasien ini amat pintar dan memiliki delusional tinggi. Dia adalah mantan tentara
dan US

- Cawley melanjutkan nama-nama itu diciptakan sendiri oleh Teddy dan ia seolah-
olah sedang mengungkap konspirasi yang ada di rumah sakit

- Cawley mengatakan ini adalah bagian dari metode pengobatan radikal yang
diberikan kepada Teddy, karena kasusnya juga tak biasa. Ia menduga jika
membiarkan Teddy bermain dengan fantasinya, maka ia akan sembuh, tapi
ternyata anggapan cawley keliru.

- Sheehan menimpali, Doloreslah yang bersalah karena membakar apartemen


mereka lalu pindah ke rumah kabin, tetapi kemudian justru membunuh ketiga
anaknya di danau samping rumah.

- Dalam dunia medis, apa yang dialami sosok Teddy Daniels disebut dengan
gangguan disosiatif. Dikutip dari situs National Alliance on Mental Illness,
penyandang gangguan disosiatif digambarkan seolah-olah keluar dari realitas
hidupnya, di mana pemikiran, identitas, kesadaran dan memori mereka tidak
berkaitan satu sama lain.

- Pada dasarnya, gangguan ini adalah bentuk respons yang diberikan seseorang
ketika mereka dihadapkan pada sebuah kejadian yang dianggap traumatis,
semisal penganiayaan fisik, seksual maupun emosional, bencana alam ataupun
pertempuran fisik. Tujuannya agar ingatan tentang kejadian tersebut tetap
berada di bawah kendali mereka.

Secara umum, gejala yang terlihat pada penyandang gangguan disosiatif antara lain:

- hilangnya ingatan pada waktu dan kejadian tertentu, termasuk pada orang tertentu

- seolah-olah melihat diri sendiri dari luar (out-of-body experiences)

- mengalami masalah kesehatan mental semisal depresi, ansietas dan muncul


keinginan untuk bunuh diri

- tidak mampu merasakan emosi apapun

- tidak bisa mengidentifikasi diri sendiri

Ada tiga jenis gangguan disosiatif seperti halnya yang tercantum dalam kitab Diagnostic
and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM):

- Amnesia disosiatif

Ditandai dengan kesulitan mengingat informasi penting tentang dirinya sendiri. Kondisi
ini bisa muncul di seputaran kejadian tertentu seperti pertempuran atau penganiayaan.
Amnesia ini bisa terjadi secara tiba-tiba dan berlangsung dalam hitungan menit, jam,
hari, atau bahkan bulan maupun tahun meski lebih jarang. Kondisi ini bisa terjadi
siapapun, di usia berapapun dan kemungkinan mengalami beberapa episode
sepanjang hidupnya.

- Gangguan depersonalisasi

Penyandang kondisi ini terus-menerus merasa seolah-olah melihat dunia nyata tak
ubahnya seperti film, atau mengira orang dan hal-hal di sekitarnya tidaklah nyata.
Terkadang seorang penyandang bisa merasakan keduanya. Gejalanya bisa
berlangsung beberapa saat saja, lalu tak muncul lagi hingga baru 'kambuh' beberapa
tahun kemudian. Rata-rata kondisi ini muncul pada mereka yang berusia 16 tahun.

- Gangguan identitas disosiatif


Sebelumnya dikenal sebagai kepribadian ganda, sebab yang bersangkutan bergonta-
ganti identitas yang punya nama dan karakteristiknya masing-masing. Penderitanya
juga kerap mendengar suara-suara yang berusaha mengambil alih tubuhnya.
Munculnya kondisi ini bisa terjadi di usia berapapun, tetapi biasanya pemicunya adalah
trauma yang sangat buruk sebelum pasien memasuki usia lima tahun.

Karena gangguan disosiatif muncul akibat trauma, banyak pasien yang memperlihatkan
gejala yang mirip-mirip dengan gangguan mental akibat trauma lainnya, semisal:

- posttraumatic stress disorder (PTSD)

- borderline personality disorder (BPD)

- penyalahgunaan obat-obatan

- depresi

- ansietas atau gangguan kecemasan

Pada sosok Teddy yang diperankan aktor tampan Leonardo DiCaprio ini juga beberapa
kali terlihat adanya gejala PTSD karena ia adalah mantan tentara. Ia juga mengalami
amnesia disosiatif di mana ia kesulitan mengingat dirinya sendiri, bahkan menciptakan
sosok-sosok fiktif yang sebenarnya juga bagian dari dirinya.

Pada dasarnya, setiap orang bisa saja mengalami gangguan mental ini, apapun ras,
etnis dan latar belakang sosioekonominya, bahkan berapapun usianya. Pengobatan
untuk penyandang gangguan disosiatif antara lain dengan pengobatan dan juga
psikoterapi. Hanya saja tidak semua pengobatan terbukti efektif mengatasi gangguan
yang terjadi pada pasien. Untungnya sebagian besar penyandang gangguan disosiatif
masih bisa hidup normal dan produktif seperti tidak sakit apa-apa.

Ironisnya, meski pengobatan dilakukan secara ekstrim, Teddy ternyata tak ubahnya
kaset yang terus berputar. Bisa jadi karena beratnya trauma yang ditanggung Teddy.
Ketika tim psikiater merasa ia sudah kembali normal, tiba-tiba saja ia kembali menjadi
'Teddy' yang sedang menyelidiki sebuah kasus dan berusaha keluar dari pulau terkutuk
itu.

Film ini juga bercerita tentang Andrew Leaddis seseorang yang mengalami penyakit
kejiwaan setelah menembak mati istrinya sendiri lantaran kecewa terhadap perbuatan
sang istri yang tega membunuh anak-anaknya. Setelah membunuh istrinya, ia
dimasukkan ke dalam penjara rumah sakit jiwa karena tidak mengakui perbuatannya
dan menciptakan delusi mengenai dirinya.

film ini diawali dengan delusi Andrew Laeddis yang menganggap bahwa ia adalah
seorang Marsekal Amerika Serikat bernama Teddy Daniel yang diberi tugas untuk
melakukan penyelidikan. Penyelidikan tersebut dilakukan untuk mengungkap kasus
hilangnya seorang pasien rumah sakit jiwa Ashecliffe bernama Rachel Solando di Pulau
Shutter. Selama melakukan penyelidikan, Teddy Daniel ditemani oleh Chuck Aule yang
merupakan seorang marsekal dari Seattle. Teddy membutuhkan data pasien dan data
perawat rumah sakit ketika melakukan penyelidikan, namun ia tidak diizikan
mendapatkan datanya oleh dr. Cawley yang merupakan kepala psikiater rumah sakit
Ashecliffe. Kemudian Teddy meminta bertemu dengan psikiater yang menangani
Rachel Solando yaitu dr. Lester Sheehan. Namun Teddy tidak dapat menemui dr.
Sheehan karena sedang pergi berlibur.

Selain melakukan penyelidikan mengenai hilangnya Rachel Solando, Teddy juga


menyelidiki pasien ke 67 bernama Andrew Leaddis yang sebenarnya adalah dirinya
sendiri. Dalam delusinya pasien bernama Andrew Leaddis adalah seorang pembunuh
istri dan anak-anaknya dalam insiden kebakaran apartemennya. Selama menyelidiki
pasien yang hilang tersebut, Teddy menemukan informasi mengenai kejanggalan yang
dilakukan oleh rumah sakit Ashecliffe terhadap pasiennya. Singkat cerita, di sebuah
mercusuar Teddy bertemu dengan dr. Cawley yang mengatakan bahwa sebenarnya
Teddy adalah seorang pasien bernama asli Andrew Leaddis. Saat itu juga munculah
rekan kerja Teddy yaitu Chuck Aule yang mengaku sebagai dr. Sheehan seorang
psikiater yang merawatnya selama 2 tahun. Dan Akhir dari film Shutter Island ini ditutup
dengan perkataan Andrew Laeddis atau Teddy Daniels kepada dr. Sheehan yaitu
Sebuah pertanyaan mengenai hidup yang akan ia pilih hidup sebagai monster dengan
mengakui kejahatannya dan melakukan hal-hal yang membahayakan untuk
menghilangkan rasa bersalahnya, atau mati sebagai orang baik yang tidak bisa
mengingat dan merasakan apapun setelah dilobotomi.

Film Shutter Island memiliki alur cerita sedikit rumit, sebab menampilkan dua narasi
yang berbeda, yaitu narasi menurut delusi Andrew Laeddis dan narasi dari psikiaternya.
Delusi yang diciptakan oleh tokoh utama merupakan mekanisme penolakan terhadap
kenyataan menyakitkan berupa kesalahan yang tidak termaafkan oleh diri sendiri.
Karenanya, film Shutter Island ini diharapkan menjadi refleksi bagi para penonton untuk
mulai belajar memaafkan kesalahan, baik yang diperbuat oleh diri sendiri maupun
orang lain, agar dapat menyongsong hari esok tanpa penyesalan.

Anda mungkin juga menyukai