144 Diagnosa FKTP SOP
144 Diagnosa FKTP SOP
No Dokumen : /SOP/KTR/III/2018
Tanggal : 05/01/2018
Terbit
Halaman :1/2
1.Pengertian Asma bronkial adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang
- Sesak napas pada asma khas disertai suara mengi akibat kesulitan ekspirasi.
berakibat fatal.
- Dispnoe di pagi hari dan sepanjang malam, sesudah latihan fisik (terutama
binatang.
- Batuk yang panjang di pagi hari dan larut malam, berhubungan dengan
faktor iritatif, batuknya bisa kering, tapi sering terdapat mukus bening yang
berikut :
dulu adrenalin.
7. Bagan Alir -
8.Hal-hal yang
perlu
diperhatikan
No. Revisi : 00
SOP : 05/01/2018
Tanggal Terbit
Halaman :1/2
4.Referensi PMK no.5 tahun 2014 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan
5.Prosedur Anamnesa:
Klasifikasi pneumonia pada balita sesuai dengan manajemen terpadu balita
sakit yaitu batuk disertai dengan napas cepat (usia < 2 bulan > 60 x/menit, 2
ronki.
6.Langkah- 1. Penderita pneumonia dapat dirawat di rumah, namun bila keadaannya berat
langkah penderita harus dirawat di rumah sakit untuk mendapat perawatan yang
memadai, seperti cairan intravena bila sangat sesak, oksigen, serta sarana
rawat
lainnya. Bayi memerlukan perhatian lebih khusus lagi.
Dosis anak:
2 – 12 bulan : 2 x ¼ tablet
1 – 3 tahun : 2 x ½ tablet
3 – 5 tahun : 2 x 1 tablet
3. Antibiotik pengganti adalah amoksisilin 25-40 mg/kg BB/ hari
7. Bagan Alir -
8. Hal- hal
yang perlu
Diperhatikan
9. Unit Terkait 1. UGD
2. Rawat Inap
3. Rawat Jalan
BRONKITIS AKUT
No Dokumen : /SOP/KTR/III/2018
SO No. Revisi : 00
5.Prosedur Anamnesa:
tungkai kiri dan kanan, wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang
berwarna
kemerahan, pipi tampak kemerahan, sakit kepala, gangguan penglihatan.
Diagnosis:
6. Langkah- 1. Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada penderita
langkah
dewasa bisa diberikan asetosal atau parasetamol; kepada anak-
: 00
SOP No. Revisi
Tanggal Terbit : 05/01/2018
Halaman : 1/1
1.Pengertian Demam kejang adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal > 38o C) akibat dari suatu proses ekstra kranial. Kejang
berhubungan dengan demam, tetapi tidak terbukti adanya infeksi intrakranial
atau penyebab lain.
2.Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk untuk mengatur
4.Referensi PMK no 5 2014 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
5.Prosedur 1. Keluarga pasien diberikan informasi selengkapnya mengenai kejang demam
dan prognosisnya.
2. Pemberian farmakoterapi untuk mengatasi kejangnya adalah dengan:
3. Diazepam per rektal (0,5mg/kg) harus segera diberikan jika akses intravena
tidak dapat dibangun dengan mudah
6.Langkah- 1. Pemberian farmakoterapi untuk mengatasi kejangnya adalah dengan:
langkah 2. Diazepam per rektal (0,5mg/kg) harus segera diberikan jika akses intravena
tidak dapat dibangun dengan mudah
7.Bagan Alir 1.
8. Hal- hal
yang perlu
Diperlukan
9. Unit 1. UGD
Terkait 2. Rawat Jalan
3. Rawat Inap
4. Rawat Jalan
5. Poli umum
BUTA SENJA
No Dokumen :/SOP/KTR/III/2018
SOP No.Revisi : 00
Tanggal Terbit : 05/01/2018
Halaman : 1/1
Puskesmas dr. Monalisa
Silayang NIP.198102222006042022
1.Pengertian Buta senja/ rabun senja disebut juga nyctalopia atau hemarolopia adalah
ketidakmampuan untuk melihat dengan baik pada malam hari atau pada
keadaan gelap. Kondisi ini lebih merupakan gejala dari kelainan yang
mendasari. Hal ini terjadi karena kelainan sel batang retina untuk penglihatan
gelap.
4.Referensi PMK no 5 2014 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
5.Prosedur 1. Petugas melakukan anamnesa
2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
3. Penatalaksanaan bila disebabkan oleh defisiensi vitamin a diberikan vitamin
a dosis tinggi.
4. Konseling dan edukasi memberitahu keluarga adalah gejala dari suatu
penyakit, antara lain; defisiensi vitamin a sehingga harus dilakukan
pemberian vitamin a dan cukup kebutuhan gizi.
6. Langkah-
langkah
7. Bagan Alir -
8. Hal- hal
yang perlu
Diperlukan
: 00
SOP No. Revisi
Tanggal Terbit : 05/01/2018
Halaman : 1/2
1.Pengertian Vertigo adalah persepsi yang salah dari gerakan seseorang atau lingkungan
4.Referensi PMK no 5 2014 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
5.Prosedur 1. Petugas melakukan anamnesa
2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
3. Pasien dilakukan latihan vestibular (vestibular exercise) dengan metode
branddaroff :pasien duduk tegak di pinggir tempat tidur dengan kedua
tungkai tergantung, dengan kedua mata tertutup baringkan tubuh dengan
cepat ke salah satu sisi, pertahankan selama 30 detik. Setelah itu duduk
kembali. Setelah 30 detik, baringkan dengan cepat ke sisi lain. Pertahankan
selama 30 detik, lalu duduk kembali. Lakukan latihan ini 3 kali pada pagi,
siang dan malam hari masing-masing diulang 5 kali serta dilakukan selama 2
minggu atau 3 minggu dengan latihan pagi dan sore hari.
4. Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita sering kali merasa
sangat terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali menggunakan
pengobatan simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi. Sebagian besar
kasus terapi dapat dihentikan setelah beberapa minggu. Beberapa golongan
yang sering digunakan
5. Kalsium antagonis cinnarizine, mempunyai khasiat menekan fungsi
vestibular dan dapat mengurangi respons terhadap akselerasi angular dan
linier. Dosis biasanya ialah 15-30 mg, 3 kali sehari atau 1x75 mg sehari 5.
Kriteria rujukan a. Apabila kejang tidak membaik setelah diberikan obat
antikonvulsi,apabila kejang demam sering berulang disarankan EEG.
6. Kriteria rujukan
a. Vertigo vestibular tipe sentral harus segera dirujuk.
b. Tidak terdapat perbaikan pada vertigo vestibular setelah diterapi
farmakologik dan non farmakologik
6.Langkah-
langkah
7. Bagan Alir
8. Hal- hal
yang perlu
Diperlukan
9. Unit 1. UGD
Terkait 2. Rawat Jalan
3. Rawat Inap
4. Poli Umum
Tanggal : 05/01/2018
Terbit
Halaman :
Puskesmas dr. Monalisa
Silayang NIP.198102222006042022
1.Pengertian Otitis media akut adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa
2.Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penanganan otitis media akut
Pelayanan Klinis
4.Referensi PMK no 5 2014 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
3. Stadium hiperemis
a. Berikan antibiotik selama 10 - 14 hari
b. Amoksisilin : Dewasa 500 mg 3 x sehari; Anak 10 mg/kgBB 3 x sehari,
atau
c. Eritromisin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 10 mg/kgBB 4 x sehari
d. Obat tetes hidung nasal dekongestan maksimal 5 hari
e. Antihistamin bila ada tanda-tanda alergi
f. Antipiretik, analgetik dan pengobatan simtomatis lainnya
4. Stadium supurasi
a. Segera rawat apabila ada fasilitas perawatan.
b. Berikan antibiotik amoksisilin dosis tinggi parenteral selama 3 hari.
Apabila ada perbaikan dilanjutkan dengan pemberian antibiotik peroral
selama 14 hari.
c. Bila tidak ada fasilitas perawatan segera rujuk ke dokter spesialis THT
untuk dilakukan miringotomi.
5. Stadium perforasi
a. Berikan antibiotik selama 14 hari
b. Cairan telinga dibersihkan dengan obat cuci telinga Solutio H2O2 3%
dengan frekuensi 2 - 3 kali
6.Langkah-
Langkah
7. Bagan Alir -
8. Hal- hal
yang Perlu
Diperhatika
n
1.Pengertian Diabetes melitus tipe 1 adalah suatu kelompok penyakit metabolik yang
2.Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pasien Diabetes Melitus tipe 1
Pelayanan Klinis
4.Referensi PMK no 5 2014 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
2. Keluhan Khas DM :
a. Poliuria
b. Polidipsia
c. Polifagia
d. Penurunan BB yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
e. Keluhan tidak khas DM :
f. Lemah
g. Kesemutan (rasa baal di ujung-ujung ekstremitas)
h. Gatal
i. Mata kabur
j. Disfungsi ereksi pada pria
k. Pruritus vulvae pada wanita
l. Luka yang sulit sembuh
3. Mencari faktor –faktor resiko
4. Anamnesis komplikasi DM
5. Pemeriksaan fisik lengkap :
a. BB,TB,TD Lingkar pinggang
b. Tanda neuropati
c. Mata (visus)
d. Jantung
e. Paru
f. Keadaan kaki,kuli dan kuku
6. Pemeriksaan Penunjang :
a. Pemeriksaan GDS/GDP
b. Reduksi Urine
7. Petugas menegakkan diagnosis DM pada penderita .
a. Gejala klasik DM + GDS >= 200 mg/dl
b. Gejala klasik DM + GDP >= 126 mg/dl
8. Petugas memberikan penatalaksanaan DM
9. Edukasi pasien
a. Perencanaan makan : konsul dengan petugas Gizi
b. Latihan jasmani (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 mnt.
c. Farmakologis : Obat Hipoglikemia Oral (OHO) yang diberikan dimulai
dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap sesuai dengan respon
kadar glukosa darah, dapat diberikan sampai hampir dosis maksimal
d. Penambah sensitivitas terhadap insulin
e. Metformin tab (500mg) : 1-3 x perhari 250-3000mg/hari bersama atau
sesudah makan.
6.Langkah-
langkah
7. Bagan Alir -
8. Hal-hal yang
Perlu
Diperhatikan
9. Unit 1. UGD
Terkait 2. Rawat Jalan
3. Rawat Inap
4. Poli Umum
FARINGITIS
Puskesmas dr. Monalisa
Silayang NIP.198102222006042022
4.Referensi PMK no 5 2014 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
5.Prosedur 1. Petugas mendapatkan hasil anamnesis
2. pasien dengan keluhan Nyeri tenggorokan,
d. 4x500mg/hari. Kortikosteroid
e. DEksametason 3x0,5mg
6.Langkah-
langkah
7.Bagan Alir -
8. Hal-hal yang
Perlu
Diperhatikan
9. Unit Terkait 1. UGD
2. Rawat Jalan
3. Rawat Inap
4. Poli Umum
MATA KERING
No Dokumen :/SOP/KTR/III/2018
: 00
SOP No. Revisi
Tanggal Terbit : 05/01/2018
Halaman : 1/2
4.Referensi PMK no 5 2014 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
5.Prosedur A. Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan :
Pasien datang dengan keluhan mata terasa gatal dan seperti berpasir.
Keluhan dapat disertai sensasi terbakar, merah, perih dan silau. Pasien
seringkali menyadari bahwa gejala terasa makin berat di akhir hari
(sore/malam).
B. Faktor Risiko
a. Pemeriksaan Fisik
b. Visus normal
c. Terdapat foamy tears pada konjungtiva forniks
d. Penilaian produksi air mata dengan tes Schirmer menunjukkan hasil <10
mm (nilai normal ≥20 mm).
D. Pemeriksaan Penunjang Lanjutan
c. Diagnosis Klinis
7.Bagan Alir -
8. Hal-hal
yang Perlu
Diperhatikan
HEPATITIS A
No Dokumen :/SOP/KTR/III/2018
O N0.Revisi :0
P Halaman : 1/1
Silayang NIP.198102222
006042022
4.Referensi PMK no 5 2014 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
5.Prosedur 1.Memberi asupan kalori dan cairan yang adekuat
2.Tirah baring
3.Tata laksana Farmakologi sesuai dengan gejala yang dirasakan oleh pasien
6.Diagram
Alir
ASTIGMATISMA RINGAN
No Dokumen :/SOP/KTR/III/2018
S Tanggal Terbit : // 2018
O N0.Revisi :0
P Halaman : 1/1
Puskesmas Kepala
Silayang Puskesmas
Silayang
1.Pengertian Astigmatisma adalah keadaan di mana sinar sejajar tidak dibiaskan secara
seimbang pada seluruh meridian.
4.Referensi PMK no 5 2014 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
5.Prosedur 1. Penggunaan kacamata lensa silindris dengan koreksi yang sesuai
Pemeriksaan
2. Penunjang Lanjutan tidak diperlukan
6.Diagram
Alir
4.Referensi PMK no 5 2014 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
5.Prosedur 1. Perawat memanggil pasien
2. Perawat menyapa pasien dengan ramah
3. Perawat mempersilahkan pasien duduk
4. Perawat melakukan anamnesa singkat untuk mengetahui keluhan utama
pasien
5. Perawat melakukan pengukuran tekanan darah pasien
6. Perawat mencatat hasil pemeriksaan pasien
7. Perawat mempersilahkan pasien ke meja dokter.
8. Dokter melakukan anamnesa untuk mengetahui keluhan utama serta
anamnesis terpimpin yang meliputi kulit kering yang luas, terdapat kutil di
genital, kandidiasis oral, dermatitis seboroik atau kandidiasis vagina
berulang, herpes zoster berulang atau lebih dari satu dermatom, herpes
genital berulang, moluskum kontagiosum, kondiloma, tuberculosis, batuk >1
bulan, sesak napas, pneumonia berulang, sinusitis kronis,nyeri kepala yang
semakin parah dan tidak jelas penyebabnya, kejang demam, menurunnya
fungsi kognitif.
9. Dokter melakukan pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosis HIV
AIDS tanpa komplikasi.
10. Dokter menuliskan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, diagnosis serta terapi kedalam
buku status pasien.
11. Dokter memberikan terapi yang dituliskan dalam resep. Adapun
terapi yg diberikan adalah ARV (antiretrovirus), obat-obat infeksi
oportunistik dan obat koinfeksi.
12. Dokter memberikan resep kepada pasien.
13. Dokter memberikan edukasi kepada pasien beupa memberikan informasi
kepada pasien dan keluarga tentang penyakit HIV/AIDS dan menyarankan
untuk bergabung dengan
kelompok penanggulangan HIV/AIDS untuk menguatkan
dirinya dalam menghadapi pengobatan penyakitnya.
14. Dokter mempersilahkan pasien untuk mengambil obat di apotek.
6.Diagram
Alir
1.
2.
GANGGUAN SOMATOFORM
No Dokumen : /SOP/KTR/III/2018
S Tanggal Terbit : // 2018
O N0.Revisi :0
P Halaman : 1/1
Puskesmas Kepala
Silayang Puskesmas
Silayang
1.Pengertian Gangguan somatoform (somatoform disorder) adalah suatu kelompok gangguan
ditandai oleh keluhan tentang masalah atau simptom fisik yang tidak dapat
dijelaskan oleh penyebab kerusakan fisik. Padagangguan somatoform, orang
memiliki simtom fisik yang mengingatkan padagangguan fisik, namun tidak ada
abnormalitas organik yang dapat ditemukansebagai penyebabnya. Gejala dan
keluhan somatik menyebabkan penderitaanemosional/gangguan pada
kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam peranansosial atau pekerjaan.
4.Referensi PMK no.5 tahun 2014 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan
1.
INFEKSI SALURAN KEMIH
No Dokumen : /SOP/KTR/III/2018
S Tanggal Terbit : // 2018
O N0.Revisi :0
P Halaman : 1/1
Puskesmas Kepala
Silayang Puskesmas
Silayang
1.Pengertian Infeksi saluran kemih adalah berkembang biaknya mikro organisme di dalam
saluran kemih, yang dalam keadaan normal tidak ada.
Gejala dan tanda ISK tidak selalu lengkap dan bahkan tidak selalu ada, gejala
yang lajim ditemukan adalah : disuria, polakisura, dan terdesak kencing
( urgensi ) yang semuanya sering terdapat bersamaan. Rasa nyeri sering di dapat
di daerah supra pubik atau pelvis berupa rasa nyeri atau seperti terbakar di
uretra atau muara uretra luar sewaktu kencing atau dapat juga di luar waktu
kencing.
2.Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaan infeksi
saluran kemih dan mencegah terjadinya komplikasi
4.Referensi PMK no 5 2014 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
5.Prosedur 1. Melakukan pengukuran tekanan darah pasien dan menanyakan umur pasien
serta mencatatnya dalam status .
2. Dokter menganamnesa pasien ditemukan keluhandisuria,polakisuria, dan
urgensi, kadang disertai demam.
3. Dokter melakukan pemeriksaaan.
1.
KANDIDIASIS
No Dokumen : /SOP/KTR/III/2018
S : // 2018
Tanggal Terbit
O :0
N0.Revisi
P
Halaman : 1/1
Puskesmas Kepala
Silayang Puskesmas
Silayang
1.Pengertian Kandidiasis mulut adalah infeksi dari Candida Albicans yang menyerang
kulit,mukosa maupun organ dalam,sedangkan pada bayi dapat terinfeksi melalui
vagina saat dilahirkan,atau karena dot yang tidak steril.
4.Referensi PMK no.5 tahun 2014 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan
5.Prosedur Anamnesa:
- Kandidosis pada kulit memberikan keluhan gatal dan perih. Kelainannya
- Bentuk kronik ditemukan di sela-sela jari kaki, sekitar anus dan di kuku
- Tampilan di mukosa mulut dikenal sebagai guam atau oral thrush yang
metal.
- Sel ragi dapat dilihat di bawah mikroskop dalam pelarut KOH 10% atau
pewarnaan Gram.
Diagnosis:
Penatalaksanaan:
perorangan diperbaiki karena kalau tidak penyakit ini akan bersifat kronik
residif
- Obat terpilih untuk kandidiasis kulit atau mukosa mulut adalah
IMPLANT
No Dokumen : /SOP/KTR/III/2018
S Tanggal Terbit : // 2018
O N0.Revisi :0
P Halaman : 1/2
Puskesmas Kepala
Silayang Puskesmas
Silayang
1.Pengertian Pemasangan implant adalah suatu tindakan pemasangan alat kontrasepsi yang
dipasang dibawah kulit yang mengandung levonorgetrel yang dibungkus dalam
kapsul silastic silicon yang berisi hormone progesterone
4.Referensi PMK no.5 tahun 2014 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan
B. Langkah/ kegiatan
1. Pastikan bahwa peralatan yang steril atau DTT dan kapsul norplant sudah
tersedia
Puskesmas Kepala
Silayang Puskesmas
Silayang
1.Pengertian Inspeksi Visual dengan Asam asetat adalah metode sederhana untuk deteksi dini
kanker leher rahim dengan menggunakan asam asetat
4.Referensi PMK no 5 2014 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
5.Prosedur A. Memeriksa apakah peralatan dan bahan sudah tersedia:
1. Inspekulo
2. Lidi kapas
3. Asam asetat
4. Aquades
5. Kom steril dari plastik.
6. Handscoen.
7. Memeriksa lampu yang tersedia dan siap digunakan.
8. Menanyakan apakah ibu sudah BAK dan membersihkan serta membilas
daerah genitalnya bila perlu.
9. Meminta ibu untuk melepas pakaian dalam baik bra maupun celana dan
meminta ibu menggunakan kain.
1. Mencuci tangan kemudian menggunakan sarung tangan.
6.Diagram
Alir
No Dokumen : /SOP/KTR/III/2018
S Tanggal Terbit : // 2018
O N0.Revisi :0
P Halaman : 1/3
Puskesmas Kepala
Silayang Puskesmas
Silayang
1.Pengertian Pemasangan IUD adalah Suatu tindakan pemasangan alat kontrasepsi yang
dipasang dalam rahim yang berupa kerangka dari plastic yang fleksibel,
berbentuk huruf T diselubungioleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu)
4.Referensi PMK no 5 2014 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
5.Prosedur 1. Sapa pasien dengan ramah dan perkenalkan diri anda dan tanyakan tujuan
kedatangannya
2. Berikan informasi umum tentang KB
3. Berikan informasi tentang jenis kontrasepsi yang tersedia dan keuntungan-
keterbatasan darimasing-masing jenis kontrasepsi (termasuk perbedaan
antara kontap dan metode reversible) :
a. Tunjukkan dimana dan bagaimana alkon tsb digunakan
b. Jelaskan bagaimana carakerja alkon tersebut
c. Jelaskan kemungkinan efek samping dan masalah kesehatan lain yang
mungkin akan dialami
d. Jelaskan efek samping yang umumnya sering dialami klien
O N0.Revisi :0
P Halaman : 1/2
Puskesmas Kepala
Silayang Puskesmas
Silayang
1.Pengertian Perdarahan Post Partum adalah perdarahan setelah bayi lahir (Kala IV)
sebelum / pada saa tsetelah plasenta lahir, dengan jumlah >500 cc.
2.Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkahuntuk Perdarahan Post Partum
3.Kebijakan SK Kepala UPT Puskesmas Silayang /2018 Tentang Kebijakan
Pelayanan Klinis
4.Referensi PMK no 5 2014 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
5.Prosedur 1. Pasiendiinfuse
2. Pasientidurtrendelenberg
3. Selimutitubuh pasien
4. Pasangoksigen
A. Atonia Uteri
1. Massage uterus melaluidinding abdomen dengan
2. Caratangankananpenolongmelakukangerakanmemutarsambilmenekan
fundus uteri.
3. Bersamaandengan massage uterus berimethergin 0,2
mg ( Metilergometrin ) iv
4. Bilapendarahanbelumberhenti ->berioxytosin 5-10 unit dalam 500 ml
Dextrose 5% atau RL.
5. Bilatindakan di atastidakmenolong ->kompresi bimanual,
dengancara :satutanganmasuk uterus, tangan yang lain menahankorpus uteri
melalui abdomen. Uterus diangkat, diantefleksikan, laludengangerakanmemutar
uterus dimassagedanditekan di antarakeduatangan.
6. Bilapendarahanbelumjugaberhenti ->tamponade uterus,
dengancara :salahsatutanganmemegangdanmenahan fundus uteri, tangan
yang lain memasukan tampon kasapanjangkedalam uterus. Tampon
dipasangdaritepiketepisampaiseluruhkavum uteri terisidanvagina
jugaterisitampon .Padadinding abdomen di atas fundus uteri diberiganjal -
>pasangstagen.
7. Tampon diangkat 24 jam kemudian.
8. Uterus yang makinmembesar, tanda vital yang makinjelek -
>rujukdenganketeranganbahwa di dalam uterus terpasang tampon
(selamadalamperjalanantetapdilakukankompresi bimanual).
6.Diagram
Alir
1.
2.
No Dokumen : /SOP/KTR/III/2018
S Tanggal Terbit : // 2018
O N0.Revisi :0
P Halaman : 1/2
Puskesmas Kepala
Silayang Puskesmas
Silayang
1.Pengertian Persalinan pada bayi dengan presentasi bokong (sungsang) adalah di mana
letak bayi sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala berada pada fundus uteri
sedangkan bokong merupakan bagian terbawah (didaerah pintu atas
panggul/simfisis).
2.Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untukmengeluarkan hasil
konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar.
4.Referensi PMK no.5 tahun 2014 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan
14. Pertahankan jari-jari tangan kanan tetap dalam vagina sehingga yakin
bahwa kepala turun dan tidak teraba tali pusat setelah selaput ketuban
dipecahkan
15. Keluarkan jari-jari tangan kanan dari vagina.
16. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tanganke dalam larutan
klorin 0,5% membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
17. Memeriksa denyut jantung setelah kontraksi uterus selesai,pastikan DJJ
dalam batas normal (120-160 x/ menit)
18. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan
meneran
19. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,
meminta ibu untuk meneran saat ada his bila ia sudah merasa ingin
meneranMeminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi meneran.
(pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia
merasa nyaman). Berikan minuman manis jika tak ada his.Melakukan
pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran
20. Memimpin ibu untuk meneran pada saat ibu timbul his, menyesuaikan
pimpinan meneran dengan kecepatan lahirnya kepala.
21. Mendukung usaha ibu untuk meneran
22. Memberi ibu kesempatan istirahat disaat tidak ada his (diantara his)
23. Memberi ibu kesempatan minum saat istirahatMemeriksa DJJ setiap
kontraksi uterus selesaiBila ibu belum mempunyai dorongan kuat untuk
meneran, tunggu hingga ibu mempunyai dorongan kuat untuk meneran
(maksimal 60 menit)Ibu dianjurkan untuk ganti posisi meneran seperti
miring, jongkok, atau merangkak.Bila bayi belum lahir setelah dipimpin
meneran 2 jam- Primipara/1 jam-Multipara, segera lakukan rujukan
6.Diagram Alir
1.
2.
ABORTUS INKOMPLIT
No Dokumen : /SOP/KTR/III/2018
S Tanggal Terbit : // 2018
O N0.Revisi :0
P Halaman : 1/2
Puskesmas Kepala
Silayang Puskesmas
Silayang
1.Pengertian Abortus inkomplit adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri
masih ada yang tertinggal.
2.Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkahuntuk menyembuhkan penyakit,
mencegah terjadinya komplikasi.
3.Kebijakan SK Kepala UPT Puskesmas Silayang /2018 Tentang Kebijakan
Pelayanan Klinis
4.Referensi PMK no 5 2014 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
5.Prosedur A. Menanyakan faktor risiko seperti :
1. Faktor Maternal
a. Penyakit infeksi
b. Kelainan hormonal, seperti hipotiroidisme
c. Gangguan nutrisi yang berat
d. Penyakit menahun dan kronis
e. Alkohol, merokok dan penggunaan obat-obatan
f. Anomali uterus dan serviks
g. Gangguan imunologis
h. Trauma fisik dan psikologis
2. Faktor Janin
3. Faktor ayah
B. Pemeriksaan Fisik
C. Penatalaksanaan Umum
Pada kondisi di jumpai tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi,
berikan antibiotika dengan kombinasi:
1. Ampicilin 2 gr IV /IM kemudian 1 gr setiap 6 jam
2. Gentamicin 5 mg/KgBB setiap 24 jam
3. Metronidazole 500 mg IV setiap 8 jam
4. Segera melakukan rujukan ke pelayanan kesehatan Sekunder / RS
a. Lakukan konseling
b. Observasi tanda vital (tensi, nadi, suhu, respirasi)
c. Evaluasi tanda-tanda syok, bila terjadi syok karena perdarahan, pasang IV
line (bila perlu 2 jalur) segera berikan infus cairan NaCl fisiologis atau
cairan ringer laktat disusul dengan darah.
d. Jika perdarahan ringan atau sedang dan kehamilan <16 minggu, gunakan
jari atau forcep cincin untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang mencuat
dari serviks
e. Jika perdarahan berat dan usia kehamilan < 16 minggu, lakukan evakuasi
isi uterus. Aspirasi vakum manual (AVM) merupakan metode yang
dianjurkan. Kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan apabila AVM tidak
tersedia. Jika evakuasi tidak dapat dilakuka segera: berikan ergometrin
0.2 mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian bila perlu)
f. Jika usia kehamilan > 16 minggu berikan infus oksitosin 40 IU dalam 1 L
NaCl 0,9% atau RL dengan kecepatan 40 tetes per menit
g. Lakukan pemantauan paska tindakan setiap 30 menit selama 2 jam, Bila
kondisi baik dapat dipindahkan ke ruang rawat.
h. Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk
pemeriksaan patologi ke laboratorium
i. Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut
abdomen, dan produksi urin tiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar Hb
setelah 24 jam. Bila kadar Hb > 8gr/dl dan keadaan umum baik, ibu
diperbolehkan pulang
6.Diagram
Alir
No Dokumen : /SOP/KTR/III/2018
S Tanggal Terbit : // 2018
O N0.Revisi :0
P Halaman : 1/2
Puskesmas Kepala
Silayang Puskesmas
Silayang
1.Pengertian Abortus imminens adalah abortus tingkat permulaan, dimana terjadi perdarahan
pervaginam ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam
kandungan.
2. Memperkenalkan diri
5. Menanayakan riwayat terlambat haid dengan hasil B HCG (+) dengan usia
kehamilan dibawah 20 minggu
6. Menanyakan perdarahan pervaginam yang tidak terlalu banyak, berwarna
kecoklatan dan bercampur lender tidak disertai nyeri atau kram
6.Diagram
Alir
1.
2.
No Dokumen : /SOP/KTR/III/2018
S Tanggal Terbit : // 2018
O N0.Revisi :0
P Halaman : 1/1
Puskesmas Kepala
Silayang Puskesmas
Silayang
1.Pengertian Diabetes melitus tipe 2 adalah Kumpulan gejala yang ditandai oleh
hiperglikemia akibat defek pada kerja insulin (resistensi insulin) dan sekresi
4.Referensi PMK no 5 2014 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
5.Prosedur Anamnesa:
a. Penderita sering mengeluh lemah, kadang-kadang terasa kesemutan atau rasa
d. Selain itu penderita akan merasa sangat haus, kehilangan energi, rasa lemas
Diagnosis:
kadar gula darah 2 jam 200 mg/dl sesudah pemberian glukosa 75 gram.
Penatalaksanaan:
a. Tindakan umum yang dilakukan bagi penderita diabetes antara lain; diet
dengan pembatasan kalori, gerak badan bila terjadi resistensi insulin gerak
badan secara teratur dapat menguranginya, berhenti merokok karena nikotin
dapat mempengaruhi penyerapan glukosa oleh sel.
b. jika tindakan umum tidak efektif menurunkan glukosa darah pada penderita
0,5 mg/hari
10 mg/hari
2 g/hari.
Obat ini harus dimulai dengan dosis terkecil. Setelah 2 minggu pengobatan,
6.Diagram
Alir
1.
2.
MILIARIA
No Dokumen : /SOP/KTR/III/2018
S
Tanggal Terbit : // 2018
O
N0.Revisi :0
P
Halaman : 1/1
Puskesmas Kepala
Silayang Puskesmas
Silayang
1.Pengertian Miliaria adalah kelainan kulit akibat retensi keringat yang ditandai
oleh adanya vesikel milier.
Sinonim untuk penyakit iniadalah biang keringat, keringat buntet,
liken tropikus,
prickle heat.
4. Referensi PMK no.5 tahun 2014 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan
1.Topikal
2. Perawat
8.Rekaman Histori No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai
Perubahan diberlakukan
1.
VERUKA VULGARIS
No : /SOP/KTR/III/2018
S Dokumen
Tanggal : // 2018
O
Terbit
P N0.Revisi :0
Halaman : 1/1
4.Referensi PMK no.5 tahun 2014 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan
Papul ini dapat dijumpai pada kulit, mukosa dan kuku. Apabila
permukaannya rata, disebut dengan veruka plana. Dengan goresan
dapat timbul autoinokulasi sepanjang goresan (fenomena Koebner).
Memberi pengobatan
6.Diagram Alir
7.Unit Terkait Petugas Medis / paramedis di BP
1.
2.
GIGITAN SERANGGA
No Dokumen : /SOP/KTR/III/2018
S
Tanggal : // 2018
O Terbit
P N0.Revisi :0
Halaman : 1/1
Puskesmas Kepala Puskesmas
Silayang Silayang
pasien
4.Referensi PMK no.5 tahun 2014 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan.
jam.
b.Reaksi tipe lambat.
Pada anak terjadi > 20 menit sampai beberapa jam setelah gigitan
serangga. Pada orang dewasa dapat muncul 3-5 hari setelah gigitan.
c.Reaksi tidak biasa.
a.Urtikaria iregular.
b.Urtikaria papular.
phtirus pubis.
Memberi pengobatan
diberikan yaitu:
1.Antihistamin sistemik golongan sedatif: misalnya hidroksizin
Perubahan diberlakukan
1.
2.
HERPES ZOOSTER
No Dokumen : /SOP/KTR/III/2018
S
Tanggal : // 2018
O Terbit
P N0.Revisi :0
Halaman : 1/1
Puskesmas Kepala Puskesmas
Silayang Silayang
1.Pengertian Herpes Zoster adalah infeksi kulit dan mukosa yang disebabkan oleh virus
varisela-zoster. Infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah
infeksi primer
2.Tujuan 1.Sebagai acuan penatalaksanaan herpes zoster tanpa komplikasi di
Puskesmas Silayang
2.Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas pasien
4.Referensi PMK no 5 2014 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
5.Prosedur Catatan untuk diperhatikan:
1.Herpes zoster hemoragik, yaitu jika vesikel mengandung darah.
singkat dan kelainan kulit hanya berupa beberapa vesikel dan eritem
Memberi pengobatan
vesikel : bedak salisil 2%atau bedak kocok kalamin agar vesikel tidak
6.Diagram Alir
7.Unit Terkait Petugas medis di BP
1.
2.
HERPES SIMPLEKS
No Dokumen : /SOP/KTR/III/2018
S : // 2018
Tanggal Terbit
O :0
N0.Revisi
P
Halaman : 1/1
Puskesmas Kepala
Silayang Puskesmas
Silayang
1.Pengertian Infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe I atau tipe
II, yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit
yang sembab dan eritematosa pada daerah mukokutan. Penularan
melalui kontak langsung dengan agen penyebab.
pasien
4.Referensi PMK no.5 tahun 2014 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan
b.Fase laten: tidak terdapat gejala klinis, tetapi HSV dapat ditemukan
dalam
keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis.
c.Infeksi rekurens
Memberi pengobatan
hubungan seksual ketika masih ada lesi atau ada gejala prodromal.
c.Gejala prodromal
6.Diagram Alir
7.Unit Terkait Petugas medis di BP
1.
2.
SKABIES
No Dokumen : /SOP/KTR/III/2018
S : // 2018
Tanggal Terbit
O :0
N0.Revisi
P
Halaman : 1/1
Puskesmas Kepala Puskesmas
Silayang Silayang
1.Pengertian Skabies adalah penyakit yang disebabkan infestasi dan sensitisasi kulit oleh
tungau Sarcoptes scabiei dan produknya.
Penularan terjadi, karena:
a.Kontak langsung kulit dengan kulit penderita skabies, seperti menjabat tangan,
hubungan
seksual, tidur bersama
bersama dan saling meminjam pakaian, handuk dan alat-alat pribadi lainnya
miliki alat-alat pribadi sendiri sehingga harus berbagi dengan temannya
4.Referensi PMK no.5 tahun 2014 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan
b.Terapi tidak dapat dilakukan secara individual melainkan harus serentak dan
6.Diagram
Alir
PEDIKULOSIS KAPITIS
No Dokumen : /SOP/KTR/III/2018
S : // 2018
Tanggal Terbit
O :0
N0.Revisi
P
Halaman : 1/1
Puskesmas Kepala
Silayang Puskesmas
Silayang
1.Pengertian Pedikulosis kapitis adalah infeksi dan infestasi kulit kepala dan rambut manusia
yang disebabkan oleh kutu kepala Pediculus humanus var capitis. Penularan
melalui kontak langsung dengan agen penyebab.
a.Kontak fisik erat dengan kepala penderita, seperti tidur bersama.
aksesori kepala, sisir, dan bantal juga dapat menyebabkan kutu menular
4.Referensi PMK no 5 2014 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
5.Prosedur Terapi:
a.Sebaiknya rambut pasien dipotong sependek mungkin, kemudian disisir
6.Diagram
Alir
2.
DERMATOFITOSIS
S No Dokumen : /SOP/KTR/III/2018
4.Referensi PMK no 5 2014 Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
5.Prosedur a.Hygiene diri harus terjaga, dan pemakaian handuk/pakaian secara bersamaan
harus dihindari.
b.Untuk lesi terbatas, diberikan pengobatan topikal, yaitu dengan:
mencegah rekurensi.
d.Untuk penyakit yang tersebar luas atau resisten terhadap terapi topikal,
0,25 – 0,5 g untuk anak-anak sehari atau 10-25 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 2
dosis.
2.Golongan azol, seperti:
•Ketokonazol: 200 mg/hari
Pengobatan diberikan selama 10-14 hari pada pagi hari setelah makan
6.Diagram
Alir
7.Unit Petugas medis di BP
Terkait
8.Rekaman No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal mulai
Histori diberlakukan
Perubahan 1.