Anda di halaman 1dari 9

PROSPEK PIDANA

PENURUNAN PANGKAT DI KUHPM

TUGAS

HUKUM PIDANA MILITER

Disusun Oleh:

Mahdi Kurniawan, S.Kom. Nosis. 2411

SEKOLAH TINGGI HUKUM MILITER


ANGKATAN XXVIII
2024
1. PENDAHULUAN

Hakikat pemidanaan bagi seorang militer, pada dasarnya lebih merupakan suatu
tindakan pendidikan atau pembinaan dari pada tindakan penjeraan atau pembalasan,
selama terpidana akan diaktifkan kembali dalam dinas militer setelah selesai menjalani
pidana. Seseorang militer (eks narapidana) yang akan kembali aktif tersebut harus
menjadi seorang militer yang baik dan berguna baik karena kesadaran sendiri maupun
sebagai hasil
“tindakan pendidikan” yang ia terima selama dalam rumah penjara militer (rumah
rehabilitasi militer). Seandainya tidak demikian halnya, maka pemidanaan itu tiada
mempunyai arti dalam rangka pengembaliannya dalam masyarakat militer. Hal seperti ini
perlu menjadi dasar pertimbangan hakim untuk menentukan perlu tidaknya penjatuhan
pidana tambahan pemecatan terhadap terpidana di samping dasar - dasar lainnya yang
sudah ditentukan. Jika terpidana adalah seseorang non-militer, maka hakekatnya dan
pelaksanaan pidananya sama dengan yang diatur dalam KUHP1.
Sebagaimana yang terdapat dalam

2. PEMBAHASAN

A. Pengertian

Beberapa pengertian yang perlu diketahui dalam rangkaian tata letak sirkuit
terpadu sesuai dengan Pasal 1 Undang - Undang No. 32 Tahun 2000 tentang desain tata
letak sirkuit terpadu, antara lain 2:
1) Sirkuit Terpadu adalah suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi, yang di
dalamnya terdapat berbagai elemen dan sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut
adalah elemen aktif, yang sebagian atau seluruhnya saling berkaitan serta dibentuk
secara terpadu di dalam sebuah bahan semikonduktor yang dimaksudkan untuk
menghasilkan fungsi elektronik.
2) Desain Tata Letak adalah kreasi berupa rancangan peletakan tiga dimensi dari
berbagai elemen, sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif,
1
S.R. Sianturi, S.H., Hukum Pidana Militer di Indonesia, (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Tentara
Nasional Indonesia, 2010), hal. 69
2
Pasal 1 Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
2

serta sebagian atau semua interkoneksi dalam suatu Sirkuit Terpadu dan peletakan tiga
dimensi tersebut dimaksudkan untuk persiapan pembuatan Sirkuit Terpadu
3) Pendesain adalah seorang atau beberapa orang yang menghasilkan Desain Tata
Letak Sirkuit Terpadu.
4) Permohonan adalah permintaan pendaftaran Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
yang diajukan kepada Direktorat Jenderal.
5) Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu adalah hak eksklusif yang diberikan oleh
negara Republik Indonesia kepada Pendesain atas hasil kreasinya, untuk selama waktu
tertentu melaksanakan sendiri, atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk
melaksanakan hak tersebut.
6) Pemegang Hak adalah Pemegang Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, yaitu
Pendesain atau penerima hak dari Pendesain yang terdaftar dalam Daftar Umum Desain
Tata Letak Sirkuit Terpadu.
7) Konsultan Hak Kekayaan Intelektual adalah orang yang memiliki keahlian di bidang
Hak Kekayaan Intelektual dan secara khusus memberikan jasa di bidang pengajuan dan
pengurusan permohonan Paten, Merek, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu serta bidang-
bidang Hak Kekayaan Intelektual lainnya dan terdaftar sebagai Konsultan Hak Kekayaan
Intelektual di Direktorat Jenderal.

8) Lisensi adalah izin yang diberikan oleh Pemegang Hak kepada pihak lain melalui
suatu perjanjian berdasarkan pada pemberian hak (bukan pengalihan hak) untuk
menikmati manfaat ekonomi dari suatu Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu yang diberi
perlindungan dalam jangka waktu tertentu dan syarat tertentu.

B. Lingkup Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

Berdasarkan ketentuan Pasal 2 Undang - Undang No. 32 Tahun 2000 tentang


3
desain tata letak sirkuit terpadu bahwasanya Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
diberikan untuk Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu yang orisinal. Yang dimaksud dengan
orisinal disini apabila desain tersebut merupakan hasil karya mandiri Pendesain, dan pada
saat DesainTata Letak Sirkuit Terpadu tersebut dibuat tidak merupakan sesuatu yang
umum bagi para Pendesain. Pengecualiannya berdasarkan ketentuan Pasal 3 Undang -
Undang No. 32 Tahun 2000 tentang desain tata letak sirkuit terpadu apabila tidak

3
Pasal 1 Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
3

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, ketertiban umum,


agama, atau kesusilaan.
DTSLT merupakan sebuah kreasi berupa rancangan peletakan tiga dimensi yang
terbuat dari berbagai elemen. Jumlah elemen yang aktif minimal ada satu, sehingga dapat
menjadi koneksi pada sirkuit terpadu. Jadi, ada 2 unsur utama yang berperan, yaitu
desain tata letaknya dan sirkuit terpadu. Disebabkan terdapat elemen aktif, maka antara
bagian satu dengan lainnya bisa saling terhubung. Peletakannya di dalam suatu bahan
semikonduktor dengan tujuan memperoleh fungsi elektronik. Contoh DTLST / desain tata
letak sirkuit terpadu yang pertama adalah pada oscilator dalam radio. Dengan peletakan
komponen pada sirkuit terpadu secara benar, maka bisa menghasilkan sebuah fungsi.
Contoh desain tata letak sirkuit terpadu yang dilindungi lainnya adalah pada telepon atau
komputer. Salah satu komponen yang ada di dalamnya ialah chip atau Circuit Housed in a
Program. Chip tersebut merupakan kumpulan dari beberapa bahan, seperti diode,
transistor, dan kapasitor. Bahan-bahan tersebut termasuk dalam unsur pengubah atau
penghubung aliran listrik. Penjelasan dari contoh desain tata letak sirkuit terpadu yang
dilindungi menjelaskan tentang pentingnya desain tata letak sirkuit terpadu. Dengan
demikian dapat dipahami bahwa tanpa adanya komponen tersebut, sebuah alat elektronik
tidak akan bisa berfungsi 4.
C. Pendaftaran Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

Berdasarkan ketentuan Penjelasan terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 9


Tahun 2006 tentang tata cara permohonan pendaftaran desain tata letak sirkuit terpadu 5
bahwasanya Pendaftaran Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu merupakan suatu syarat
untuk mendapatkan perlindungan hukum. Pemberian perlindungan hukum atas Desain
Tata Letak Sirkuit Terpadu dengan sistem pendaftaran merupakan sistem yang dianut
dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu,
yang dikenal dengan sistem konstitutif yang artinya bahwa hak atas Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu baru timbul dan mendapat perlindungan hukum dengan adanya
pendaftaran.
Asas pendaftaran pertama mempunyai arti bahwa orang yang pertama
mengajukan Permohonan hak atas Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu yang akan
mendapatkan perlindungan hukum dan bukan berdasar atas orang yang pertama

4
Erfin Setiawan S.H, M.Kn, M.HKI., “ Contoh DTLST /Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu “,
https://www.payungpaten.com/contoh-dtlst/, diakses 18 Januari 2024
5
Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2006 tentang Tata Cara Permohonan Pendaftaran
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
4

mendesain. Substansi yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini mencakup pengertian
“Orisinalitas” ditetapkan dengan suatu pendaftaran Permohonan hak atas Desain Tata
Letak Sirkuit Terpadu tersebut diajukan dan pada saat pendaftaran itu diajukan, tidak ada
pihak lain yang dapat membuktikan bahwa pendaftaran tersebut tidak orisinal atau telah
ada pengungkapan atau publikasi sebelumnya, baik tertulis maupun tidak.
Oleh karena itu, untuk keperluan publikasi atau pengumuman pendaftaran
Permohonan hak atas Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, dalam pemeriksaannya juga
dilakukan pengklasifikasian Permohonan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

D. Tata Cara Pendaftaran Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

Berdasarkan ketentuan Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2006


tentang tata cara permohonan pendaftaran desain tata letak sirkuit terpadu 6 bahwasanya
tahapan pendaftaran desain tata letak sirkuit terpadu diajukan secara tertulis dalam
bahasa Indonesia kepada Direktorat Jenderal dengan mengisi formulir rangkap 3 (tiga)
dan membayar biaya. Permohonan tersebut harus memuat :
1) tanggal, bulan, dan tahun surat Permohonan;
2) nama, alamat lengkap, dan kewarganegaraan Pendesain;
3) nama, alamat lengkap, dan kewarganegaraan Pemohon;
4) nama dan alamat lengkap Kuasa apabila Permohonan diajukan melalui Kuasa; dan
5) tanggal pertama kali dieksploitasi secara komersial apabila sudah pernah
dieksploitasi sebelum Permohonan diajukan.
Permohonan tersebut juga harus dilampiri dengan :
1) salinan gambar atau foto, dengan mencantumkan nomor urut gambar, jumlah
halaman, keterangan gambar, dan uraian yang menjelaskan Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu;
2) surat kuasa khusus, apabila Permohonan diajukan melalui Kuasa;
3) surat pernyataan bahwa Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu adalah orisinal milik
Pemohon atau Pendesain;
4) surat keterangan yang menjelaskan mengenai tanggal, bulan, tahun, dan tempat
pertama kali dieksploitasi secara komersial, apabila pernah dieksploitasi sebelum
Permohonan diajukan; dan
5) bukti pembayaran biaya Permohonan.

6
Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2006 tentang Tata Cara Permohonan Pendaftaran Desain
Tata Letak Sirkuit Terpadu
5

E. Tata Cara Gugatan

Berdasarkan ketentuan Pasal 31 Undang - Undang No. 32 Tahun 2000 tentang


desain tata letak sirkuit terpadu 7 terkait jika terjadi gugatan terkait desain tata letak sirkuit
terpadu dapat dilakukan dengan tata cara sebagai berikut :
1) Gugatan pembatalan pendaftaran Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu diajukan
kepada Ketua Pengadilan Niaga dalam wilayah hukum tempat tinggal atau domisili
tergugat.
2) Dalam hal tergugat bertempat tinggal di luar wilayah Indonesia, gugatan tersebut
diajukan kepada Ketua Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.
3) Panitera mendaftarkan gugatan pembatalan pada tanggal gugatan yang
bersangkutan diajukan dan kepada penggugat diberikan tanda terima tertulis yang
ditandatangani panitera dengan tanggal yang sama dengan tanggal pendaftaran gugatan.
4) Panitera menyampaikan gugatan pembatalan kepada Ketua Pengadilan Niaga
dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) hari terhitung sejak gugatan didaftarkan
5) Dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari terhitung sejak tanggal gugatan
pembatalan didaftarkan, Pengadilan Niaga mempelajari gugatan dan menetapkan hari
sidang.
6) Sidang pemeriksaan atas gugatan pembatalan diselenggarakan dalam jangka
waktu paling lama 60 (enam puluh) hari setelah gugatan didaftarkan.
7) Pemanggilan para pihak dilakukan oleh juru sita paling lama 7 (tujuh) hari setelah
gugatan pembatalan didaftarkan.
8) Putusan atas gugatan pembatalan harus diucapkan paling lama 90 (sembilan
puluh) hari setelah gugatan didaftarkan dan dapat diperpanjang paling lama 30 (tiga
puluh) hari atas persetujuan Ketua Mahkamah Agung.
9) Putusan atas gugatan pembatalan sebagaimana dimaksud dalam ayat (8) yang
memuat secara lengkap pertimbangan hukum yang mendasari putusan tersebut harus
diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum dan dapat dijalankan terlebih dahulu,
meskipun terhadap putusan tersebut diajukan suatu upaya hukum.
10) Salinan putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (9) wajib
disampaikan oleh juru sita kepada para pihak paling lama 14 (empat belas) hari setelah
putusan atas gugatan pembatalan diucapkan.

7
Pasal 31 Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
6

F. Ketentuan Pidana

Berdasarkan ketentuan Pasal 42 Undang - Undang No. 32 Tahun 2000 tentang


desain tata letak sirkuit terpadu8 terkait jika terjadi pelanggaran terkait desain tata letak
sirkuit terpadu.
1) Pelanggaran terhadap Pasal 8 yaitu membuat, memakai, menjual, mengimpor,
mengekspor dan/atau mengedarkan barang yang di dalamnya terdapat seluruh atau
sebagian Desain yang telah diberi Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dikenakan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah);
2) Pelanggaran dengan melakukan perbuatan yang tercantum dalam Pasal 7, Pasal
19, atau Pasal 24 diancam dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp 45.000.000,00 (empat puluh lima juta rupiah); dan
3) Pelanggaran terhadap Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu merupakan delik aduan.

3. KESIMPULAN

Pemerintah Indonesia memberikan perlindungan terhadap kekayaan intelektual


(Intellectual Property Right /IPR ) yang merupakan kekayaan yang timbul dari
kemampuan intelektual manusia. Dimana obyek utama dari kekayaan intelektual adalah
karya, ciptaan, hasil buah pikiran, atau intelektualita manusia. Kata “intelektual” itu sendiri
tercermin bahwa obyek kekayaan intelektual tersebut adalah kecerdasan, daya pikir, atau
produk pemikiran manusia. Salah satu dari obyek kekayaan intelektual itu adalah desain
tata letak sirkuit terpadu.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2000
tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu terdiri dari desain tata letak dan sirkuit terpadu.
Desain Tata Letak adalah kreasi berupa rancangan peletakan tiga dimensi dari berbagai
elemen, sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, serta
sebagian atau semua interkoneksi dalam suatu Sirkuit Terpadu dan peletakan tiga
dimensi tersebut dimaksudkan untuk persiapan pembuatan Sirkuit Terpadu. Sirkuit
terpadu adalah suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi, yang di dalamnya
8
Pasal 42 Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
7

terdapat berbagai elemen dan sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah
elemen aktif, yang sebagian atau seluruhnya saling berkaitan serta dibentuk secara
terpadu di dalam sebuah bahan semikonduktor yang dimaksudkan untuk menghasilkan
fungsi elektronik.
Ruang lingkup Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu terletak pada rancangan
peletakan tiga dimensi yang terbuat dari berbagai elemen. Jumlah elemen yang aktif
minimal ada satu, sehingga dapat menjadi koneksi pada sirkuit terpadu. Penjelasan
tersebut menjelaskan tentang pentingnya desain tata letak sirkuit terpadu. Disebabkan
terdapat elemen aktif, maka antara bagian satu dengan lainnya bisa saling terhubung.
Peletakannya di dalam suatu bahan semikonduktor dengan tujuan memperoleh fungsi
elektronik.
Berdasarkan ketentuan Penjelasan terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 9
Tahun 2006 tentang tata cara permohonan pendaftaran desain tata letak sirkuit terpadu 9
bahwasanya Pendaftaran Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu merupakan suatu syarat
untuk mendapatkan perlindungan hukum. Asas pendaftaran pertama mempunyai arti
bahwa orang yang pertama mengajukan Permohonan hak atas Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu yang akan mendapatkan perlindungan hukum dan bukan berdasar atas orang
yang pertama mendesain. Ketentuan mengenai jika terjadi permasalahan mengenai hak
atas desain tata letak sirkuit terpadu diatur juga melalui ketentuan peraturan perundang -
undangan yang diatur dalam Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain
Tata Letak Sirkuit Terpadu.
Begitupula dengan ketentuan pidana jika terjadi pelanggaran terhadap hak atas
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dimana terhadap pelanggaran tentang membuat,
memakai, menjual, mengimpor, mengekspor dan/atau mengedarkan barang yang di
dalamnya terdapat seluruh atau sebagian Desain yang telah diberi Hak Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu dikenakan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

9
Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2006 tentang Tata Cara Permohonan Pendaftaran
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
DAFTAR PUSTAKA

AdminLP2M. “ Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) : Pengertian dan Jenisnya “.


https://lp2m.uma.ac.id/2021/11/25/hak-atas-kekayaan-intelektual-haki-pengertian-
dan-jenisnya. Diakses 04 Januari 2024.

Setiawan, Erdin, S.H., M.Kn., M.HKI. “ Contoh DTLST/Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
“. https://www.payungpaten.com/contoh-dtlst. Diakses 18 Januari 2024.

Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu.

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2000 Nomor 9 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Permohonan Pendaftaran Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.

Anda mungkin juga menyukai