Anda di halaman 1dari 5

Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

Umum

1. Apakah yang dimaksud dengan hak desain tata letak sirkuit terpadu?

Untuk memudahkan pengertiannya secara garis besar istilah “desain tata letak sirkuit terpadu"
dibagi dua yaitu: “desain tata letak” dan “sirkuit terpadu”, yang masing-masing pengertiannya
adalah sebagai berikut:
• Sirkuit terpadu adalah suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi, yang di
dalamnya terdapat berbagai elemen dan sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut
adalah elemen aktif, yang sebagian atau seluruhnya saling berkaitan serta dibentuk secara
terpadu di dalam sebuah bahan semikonduktor yang dimaksudkan untuk menghasilkan
fungsi elektronik;
• Desain tata letak adalah kreasi berupa rancangan peletakan tiga dimensi dari berbagai
elemen, sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, serta sebagian
atau semua interkoneksi dalam suatu sirkuit terpadu dan peletakan tiga dimensi tersebut
dimaksudkan untuk persiapan pembuatan sirkuit terpadu.
Hak desain tata letak sirkuit terpadu adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara Republik
Indonesia kepada pendesain atas hasil kreasinya, untuk selama waktu tertentu melaksanakan
sendiri, atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakan hak tersebut.

2. Diatur dimanakah ketentuan tentang desain tata letak sirkuit terpadu, dan kapan mulai
berlakunya?

Desain tata letak sirkuit terpadu diatur dalam Undang-undang No.32 Tahun 2000 tentang
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (UUDTLST), dan mulai berlaku sejak tanggal 20 Desember
2000.

3. DTLST yang bagaimanakah yang mendapat perlindungan?

DTLST yang mendapat perlindungan adalah:


- yang orisinal;
DTLST dinyatakan orisinal apabila desain tersebut merupakan hasil karya mandiri
pendesain dan bukan merupakan tiruan dari hasil karya pendesain lain;
- yang bukan merupakan sesuatu yang umum (commonplace) bagi para pendesain;
- yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, ketertiban
umum, agama atau kesusilaan.

4. Bagaimanakah ketentuan jangka waktu perlindungan terhadap hak DTLST?

Ketentuan jangka waktu perlindungan terhadap hak DTLST diatur dalam Pasa1 4 UUDTLST,
yang bunyinya adalah sebagai berikut:
1) Perlindungan terhadap hak DTLST diberikan kepada pemegang hak terhitung sejak
pertama kali desain tersebut dieksploitasi secara komersial dimanapun, atau sejak tanggal
penerimaan;
2) Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan selama 10 (sepuluh) tahun.
5. Siapakah subyek dari hak DTLST?

1) Yang berhak memperoleh hak DTLST adalah pendesain atau yang menerima hak tersebut
dari pendesain;
2) Dalam hal pendesain terdiri atas beberapa orang secara bersama, hak DTLST diberikan
kepada mereka secara bersama, kecuali jika diperjanjikan lain;

6. Atas dasar apa hak DTLST diberikan?

Hak DTLST diberikan atas dasar Permohonan.

7. Hak apa saja yang dimiliki oleh pemegang hak DTLST?

Pemegang hak DTLST memiliki hak sebagai berikut:


A. Hak eksklusif sebagaimana diatur dalam Pasa1 8 ayat (1) UUDTLST, yang berbunyi:
“Pemegang hak memiliki hak eksklusif untuk terpadu yang dimilikinya dan untuk
melarang orang lain yang tanpa persetujuannya membuat, memakai, menjual,
mengimpor, mengekspor dan/atau mengedarkan barang yang di dalamnya terdapat
seluruh atau sebagian desain yang telah diberi hak desain tata letak sirkuit terpadu.”
B. Hak mengajukan gugatan secara perdata dan/atau tuntutan secara pidana kepada
siapapun yang dengan sengaja dan tanpa hak membuat, memakai, menjual, mengimpor,
mengekspor, dan/atau mengedarkan barang yang diberi hak DTLST;

8. Bagaimanakah cara mengajukan permohonan pendaftaran suatu DTLST?

Permohonan pendaftaran DTLST diajukan ke Ditjen HaKI dengan ketentuan sebagai berikut:
(1) Mengisi formulir permohonan yang memuat:
a. tanggal, bulan, dan tahun surat permohonan;
b. nama, alamat lengkap dan kewarganegaraan pendesain;
c. nama, alamat lengkap dan kewarganegaraan pemohon;
d. nama dan alamat lengkap kuasa apabila permohonan diajukan melalui kuasa; dan
e. tanggal pertama kali dieksploitasi secara komersial apabila sudah pernah
dieksploitasi sebelum permohonan diajukan.
(2) Permohonan ditandatangani oleh pemohon atau kuasanya, serta dilampiri:
a. salinan gambar atau foto serta uraian dari desain yang dimohonkan pendaftarannya;
b. surat kuasa khusus, dalam hal permohonan diajukan melalui kuasa;
c. surat pernyataan bahwa desain yang dimohonkan pendaftarannya adalah miliknya;
d. surat keterangan yang menjelaskan mengenai tanggal sebagaimana dimaksud dalam
butir (1) huruf e di atas;
(3) Dalam hal permohonan diajukan secara bersama-sama oleh lebih dari satu pemohon,
permohonan tersebut ditandatangani oleh salah satu pemohon dengan dilampiri
persetujuan tertulis dari para pemohon lain;
(4) Dalam hal permohonan diajukan oleh bukan pendesain, permohonan harus disertai
pernyataan yang dilengkapi dengan bukti yang cukup bahwa pemohon berhak atas
desain yang bersangkutan;
(5) Membayar biaya permohonan.
9. Apakah untuk mendapatkan tanggal penerimaan semua persyaratan permohonan pendaftaran
harus sudah harus dipenuhi pada saat pendaftaran?

Tidak harus. Untuk mendapatkan tanggal penerimaan sebagai tanggal diterimanya


permohonan, syarat minimal yang harus dipenuhi pemohon adalah:
a. mengisi formulir permohonan;
b. melampirkan salinan gambar atau foto dan uraian dari desain yang dimohonkan; dan
c. membayar biaya permohonan.
Hal ini untuk mempermudah pemohon mendapatkan tanggal penerimaan, yang berlaku
sebagai tanggal berlakunya perlindungan atas DTLST. Namun, kekurangannya harus segera
dipenuhi oleh pemohon. (Pasal 14 UUDTLST)

10. Bagaimana jika permohonan tersebut ada kekurangan persyaratan?

Apabila ternyata terdapat kekurangan syarat-syarat dalam permohonan tersebut maka Ditjen
HaKI memberitahukan kepada pemohon atau kuasanya agar kekurangan tersebut dipenuhi
dalam waktu 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal pengiriman surat pemberitahuan
pemenuhan kekurangan tersebut, dan dapat diperpanjang untuk paling lama 1 (satu) bulan atas
permintaan pemohon. (Pasal 15 UUDTLST)

11. Bagaimanakah jika kekurangan persyaratan tersebut di atas tidak dipenuhi dalam jangka waktu
tersebut?

Apabila kekurangan tidak dipenuhi dalam jangka waktu yang telah ditetapkan, Ditjen HaKI
memberitahukan secara tertulis kepada pemohon atau kuasanya bahwa permohonannya
dianggap ditarik kembali, dan segala biaya yang telah dibayarkan kepada Ditjen HaKI tidak
dapat ditarik kembali. (Pasal 16 UUDTLST)

12. Apakah pada setiap permohonan dapat diajukan lebih dari satu desain?

Tidak. Setiap permohonan hanya dapat diajukan untuk satu desain.(Pasal 11 UUDTLST)

13. Bagaimana jika pemohonnya bertempat tinggal di luar negeri?

Pemohon yang bertempat tinggal di luar wilayah Republik Indonesia, harus mengajukan
Permohonan melalui kuasa dan harus memilih domisili hukum di wilayah Republik Indonesia.

Pengalihan Hak dan Lisensi

14. Apakah hak DTLST dapat beralih atau dialihkan kepada pihak lain?

Hak DTLST dapat beralih atau dialihkan dengan cara pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian
tertu1is, atau sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.
Pengalihan hak DTLST disertai dengan dokumen tentang pengalihan hak dan wajib dicatat
dalam daftar umum DTLST pada Ditjen HaKI dengan membayar biaya sebagaimana diatur
dalam peraturan perundang-undangan. Apabila pengalihan tersebut tidak dicatatkan maka
tidak berakibat hukum pada pihak ketiga.
Pengalihan hak DTLST kemudian diumumkan dalam Berita Resmi DTLST. (Pasal 23 UUDTLST)
15. Apakah jika hak DTLST telah dialihkan kepada pihak lain, identitas pendesain juga ikut hilang?

Tidak. Pengalihan hak DTLST tidak menghilangkan hak pendesain untuk tetap dicantumkan
nama dan identitasnya, baik dalam sertifikat, berita resmi maupun dalam daftar umum DTLST.

16. Apakah hak DTLST dapat dilisensikan?

Ya, pemegang hak berhak memberikan lisensi kepada pihak lain berdasarkan perjanjian lisensi
dalam jangka waktu tertentu dan syarat tertentu untuk melaksanakan haknya dan untuk
melarang orang lain yang tanpa persetujuannya membuat, memakai, menjual, mengimpor,
mengekspor dan/atau mengedarkan barang yang di dalamnya terdapat seluruh atau sebagian
desain yang telah diberi hak, kecuali jika diperjanjikan lain.
Perjanjian lisensi wajib dicatatkan dalam daftar umum DTLST dan diumumkan dalam berita
resmi DTLST pada Ditjen HaKI dengan dikenai biaya sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan.
Perjanjian lisensi yang tidak dicatatkan tidak berlaku terhadap pihak ketiga.

17. Bagaimanakah bentuk dan isi perjanjian lisensi?

Pada dasarnya bentuk dan isi perjanjian lisensi ditentukan sendiri oleh para pihak berdasarkan
kesepakatan, namun tidak boleh memuat ketentuan yang dilarang oleh peraturan perundang-
undangan yang berlaku seperti ketentuan yang dapat menimbulkan akibat yang merugikan
bagi perekonomian Indonesia atau memuat ketentuan yang mengakibatkan persaingan usaha
tidak sehat.

18. Dapatkah DTLST yang telah terdaftar dibatalkan?

DTLST yang telah terdaftar dapat dibatalkan dengan 2 (dua) cara, yaitu:
A. Berdasarkan permintaan pemegang hak;
DTLST yang terdaftar dapat dibatalkan oleh Ditjen HaKI atas permintaan tertulis yang
diajukan oleh pemegang hak. Apabila desain tersebut telah dilisensikan, maka harus ada
persetujuan tertulis dari penerima lisensi yang tercatat dalam daftar umum DTLST, yang
dilampirkan pada permintaan pembatalan pendaftaran tersebut. Jika tidak ada persetujuan
maka pembatalan tidak dapat dilakukan.
B. Berdasarkan gugatan;
Gugatan pembatalan pendaftaran dapat diajukan oleh pihak yang berkepentingan dengan
alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 atau Pasal 3 UUDTLST kepada Pengadilan
Niaga. Putusan Pengadilan Niaga tersebut disampaikan kepada Ditjen HaKl paling lama 14
(empat belas) hari setelah tanggal putusan.

Ketentuan Pidana

19. Bagaimanakah ketentuan pidana dalam UUDTLST?

Ketentuan pidana diatur dalam Pasal 42, yang bunyinya:


(1) Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan salah satu perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah);
(2) Barang siapa dengan sengaja melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7,
Pasal 19 atau Pasal 24 dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp 45.000.000,00 (empat puluh lima juta rupiah);
(3) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) merupakan delik
aduan.

Anda mungkin juga menyukai