ABSTRAK
Analisis kualitatif dengan pereaksi warna merupakan metode pendahuluan yang dapat dilakukan
untuk menentukan keberadaan suatu zat. Perbedaan sensitivitas pada tiap pereaksi terhadap suatu zat
dapat berbeda-beda. Uji kuantitatif tetrasiklin pada sampel menggunakan metode spektrofotometri
UV-Vis memerlukan metode ekstraksi yang paling optimal sehingga memberikan hasil yang baik.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari batas deteksi suatu pereaksi warna terhadap
tetrasiklin, dan analisis kuantitatif yang diawali dengan optimasi metode ekstraksi tetrasiklin dari
sampel. Selain itu juga dilakukan validasi metode analisis tetrasiklin dengan spektrofotometri UV-
Vis yang meliputi parameter linearitas, LOD dan LOQ, presisi, serta akurasi. Pada penelitian ini telah
dipelajari respon dari 2 pereaksi warna terhadap larutan baku tetrasiklin. Pereaksi formalin 37% dan
asam sulfat 98% dapat mendeteksi larutan tetrasiklin sampai konsentrasi terkecil yaitu 500 ppm. Pada
penelitian ini juga dilakukan perbandingan metode ekstraksi Buffer McIlvaine pH 4-NaEDTA dan
Buffer McIlvaine pH 4-metanol. Diperoleh bahwa metode ekstraksi Buffer McIlvaine pH 4-metanol
yang efisien digunakan untuk mengekstraksi tetrasiklin dalam sampel daging ayam, yang hasil
ekstraksinya diukur dengan spektrofotometer UV-Vis. Metode pengukuran tetrasiklin menggunakan
metode spektrofotometri UV-Vis telah divalidasi, sehingga diperoleh nilai: LOD 0,9982 ppm; LOQ
3,3275 ppm; %RSD 1,01% dan 1,36%; serta nilai recovery sebesar 100,66 %.
ABSTRACT
Qualitative analysis with color tests is a preliminary method that can be used to determine the
presence of a substance. The sensitivity of each reagent can be different to a substance. Quantitative
test of tetracycline in a sample using the UV-Vis spectrophotometry requires the most optimal
extraction method, that it can give a good result. This study aimed to find the reagent detection limit
and optimized the method of extracting tetracycline from the sample. The validation of tetracycline
analysis method with UV-Vis spectrophotometry was also carried out, which included the parameters
of linearity, LOD, LOQ, precision, and recovery. In this study, the responses of 2 reagents were
studied for tetracycline analysis. Formaldehyde 37%, and sulfuric acid 98% could detect tetracycline
solutions up to the smallest concentration of 500 ppm. In this study also conducted a comparison of
the extraction methods of Buffer McIlvaine pH 4-NaEDTA and Buffer McIlvaine pH 4-methanol. It
was found that the efficient extraction method of Buffer McIlvaine pH 4-methanol was used to
extract tetracyclines in chicken meat, which extraction results were measured by a UV-Vis
spectrophotometer. The measurement method of tetracycline using UV-Vis spectrophotometric has
been validated, to obtain the following values: LOD 0.9982 ppm; LOQ 3.3275 ppm; %RSD 1.01%
and 1.36%; and the recovery value of 100.66 %.
56
57 Ni Ketut Esati et al., (Uji Kualitatif Dan Kuantitatif Tetrasiklin Dalam Simulasi …)
Validasi ini dilakukan karena sebelumnya formalin ke dalam tabung reaksi tersebut.
belum ada penelitian yang menggunakan Buffer Perubahan warna yang dihasilkan diamati.
McIlvaine pH 4-metanol untuk mengekstraksi Tahap tersebut diulangi untuk asam sulfat 98%
tetrasiklin dan menganalisisnya dengan metode [3].
spektrofotometri UV-Vis.
Validasi metode pengukuran, optimasi
METODE PENELITIAN metode ekstraksi, dan analisis kuantitatif
Penelitian ini merupakan riset laboratorium Pengukuran serapan baku tetrasiklin
yang dilaksanakan di Lab. Teknologi dan Sains menggunakan spektrofotometer UV-Vis
Sekolah Tinggi Farmasi Mahaganesha, dengan divalidasi, yang meliputi: pengukuran linearitas,
menggunaka alat dan bahan sebagai berikut: LOD, LOQ, presisi, serta recovery [10].
Optimasi metode ekstraksi tetrasiklin dalam
Bahan: pereaksi Benedict, Marquis, Lieberman- sampel disimulasikan dengan menambahkan
Burchard, asam sulfat 98% dan formalin 37%, baku tetrasiklin HCl ke dalam daging ayam yang
asam klorida 37%, asam sitrat, dinatrium telah dihaluskan. Selanjutnya dilakukan
hidrogen fosfat, serbuk tetrasiklin HCl baku, ekstraksi dengan metode Buffer McIlvaine pH 4-
metanol, Na-EDTA, dan akuades. NaEDTA dan Buffer McIlvaine pH 4-metanol
untuk mendapatkan supernatan tetrasiklin HCl
Alat: batang pengaduk, botol semprot, gelas yang kemudian diukur serapannya dengan
kimia (Iwaki), gelas ukur (Herma), kaca arloji, spektrofotometer UV-Vis.
labu ukur (Iwaki), neraca analitik (Ohaus), pipet Prosedur pada metode ekstraksi Buffer
tetes, pipet ukur (Herma), spatel, McIlvaine pH 4-NaEDTA berdasarkan pada dari
spektrofotometer UV-Vis (Thermo Scientific), SNI (2009) yang dilakukan dengan langkah
sentrifugator (PLC Series), tabung reaksi, berikut: serbuk Na-EDTA sebanyak 3,18 g
magnetic stirrer, ball filler, pH meter, Kertas ditambahkan ke dalam 100 mL Buffer McIlvaine
Whatman No. 1. (buffer sitrat pH 4). Daging ayam yang sudah
dihaluskan ditimbang sebanyak 2 gram. Serbuk
Metode baku tetrasiklin HCl ditambahkan sebanyak 10
Persiapan awal dalam penelitian ini adalah mg ke sampel daging ayam, diaduk, dan
pembuatan larutan, yaitu larutan baku tetrasiklin didiamkan 15 menit. Sampel daging ayam
5000 ppm dibuat dengan melarutkan 500 g ditambahkan 10 mL Buffer McIlvaine pH 4 –
serbuk baku tetrasiklin HCl dengan larutan HCl Na-EDTA dan dihomogenkan dengan
0,1 N dalam labu 100 mL. Selanjutnya larutan menggunakan magnetic stirrer selama 10 menit.
tersebut diencerkan menjadi larutan tetrasiklin Selanjutnya sampel daging ayam disentrifugasi
dengan variasi konsentrasi. Larutan asam sitrat sebanyak 2 kali, yaitu pertama sampel
0,1 M dibuat dengan melarutkan asam sitrat disentrifugasi dengan kecepatan 3500 rpm
sebanyak 4,8 gram dengan aqudest dalam labu selama 10 menit dan supernatan diambil (A).
ukur 250 mL. Larutan dinatrium hidrogen fosfat Kemudian prosesi ini diulangi sebanyak satu kali
0,2 M dibuat dengan melarutkan dinatrium (B). Supernatan (A) dan supernatan (B)
hidrogen pospat anhidrat sebanyak 2,84 g dikumpulkan dan disentrifugasi lagi dengan
dengan aquadest dalam labu ukur 100 mL kecepatan 5000 rpm selama 15 menit.
Selanjutnya larutan Buffer McIlvaine pH 4 Supernatan yang diperoleh disaring dengan
dibuat dengan mencampurkan 96,4 mL larutan kertas saring whatman No. 1 dan filtrat
dinatrium hidrogen fosfat 0,2 M dengan larutan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL
asam sitrat 0,1 M sedikit demi sedikit mencapai ditambahkan dengan HCl 0,1 N sampai tanda
pH 4 [4]. Selanjutnya dilakukan analisis batas. Sampel kemudian diukur absorbansinya
kualitatif, validasi metode, serta uji kuantitatif pada panjang gelombang maksimum tetrasikin
tetrasiklin pada sampel. yaitu pada 270 nm menggunakan
spektrofotometer UV-Vis [4].
Analisis kualitatif dengan pereaksi warna Metode ekstraksi Buffer McIlvaine pH 4-
Sebanyak 1 mL larutan baku tetrasiklin HCl metanol yang berdasarkan pada penelitian Boes
berbagai konsentrasi dimasukkan ke dalam (1993) yang dilakukan dengan langkah berikut:
tabung reaksi yang berbeda. Selanjutnya sampel yang digunakan adalah 2 g daging ayam
ditambahkan masing-masing 5 tetes pereaksi yang sudah dihaluskan dan dicampur dengan
JURNAL FARMAMEDIKA (Pharmamedica Journal) Vol.8 No.1, Juni 2023: 56-66
59 Ni Ketut Esati et al., (Uji Kualitatif Dan Kuantitatif Tetrasiklin Dalam Simulasi …)
tetrasiklin HCl sebanyak 10 mg, diaduk, dan magnetic stirrer selama 10 menit. Dimasukkan
didiamkan 15 menit. Selanjutnya ke dalam ke dalam tabung sentrifugasi dan ditambahkan
sampel tersebut ditambahkan 5 mL metanol mL 10 ml Buffer McIlvaine pH 4.
dan dihomogenkan dengan menggunakan
Selanjutnya dilakukan proses sentrifugasi tersebut dan dilarutkan dengan HCl 0,1 N
dengan perlakuan yang sama dengan di atas. sampai 10 mL (faktor pengenceran 10x),
Sampel kemudian diukur absorbansinya pada selanjutknya larutan ini diukur serapannya pada
panjang gelombang maksimum tetrasikin, pada panjang gelombang 270 nm, data yang diperoleh
270 nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis digunakan untuk mendapatkan nilai recovery.
[9].
Dari kedua metode ini dilakukan HASIL DAN PEMBAHASAN
perbandingan hasil absorbansi yang diperoleh Analisis kualitatif terhadap larutan baku
pada panjang gelombang maksimum tetrasikin tetrasiklin menggunakan pereaksi warna:
HCl dengan spektrofotometri UV-Vis. Metode formalin 37% dan asam sulfat 98%
ekstraksi yang memberikan hasil optimal menghasilkan reaksi positif seperti terlihat pada
digunakan untuk uji kuantitatif. Sebanyak 2,5 Tabel 1. Selanjutnya kedua pereaksi warna
mg baku tetrasiklin dicampurkan dalam 0,5 g tersebut digunakan untuk menguji batas deteksi
sampel daging ayam, diaduk rata. Selanjutnya atau sensitivitas pereaksi warna terhadap larutan
sampel diekstraksi menggunakan metode baku tetrasiklin dengan berbagai konsentrasi
ekstraksi optimal, supernatan yang diperoleh seperti hasil pengamatan pada Tabel 2.
dari hasil ekstraksi dilarutkan dengan HCl 0,1 N
sampai 50 mL (diperolah konsentrasi awal 50
ppm), kemudian dipipet sebayak 1 mL larutan
Keterangan: (+) hasil pengamatan sesuai dengan pustaka; (-) hasil pengamatan tidak sesuai dengan
pustaka; * (Moffat, Osselton & Widdop, 2011)
Tabel 2. Hasil Hasil uji kualitatif larutan baku tetrasiklin dengan pereaksi warna
Konsentrasi Pereaksi warna
tetrasklin (ppm)
1 2
5000 + +
4000 + +
3000 + +
2000 + +
1000 + +
500 + +
100 - -
50 - -
Keterangan: 1 = pereaksi formalin 37%; 2 = pereaksi asam sulfat 98%; + hasil positif (masih dapat
dideteksi pada konsentrasi tersebut); - hasil negatif (tidak dapat dideteksi)
Data pada Tabel 2 menunjukan hasil konsentasi larutan, hasil uji menjadi negatif.
pengujian larutan baku tetrasiklin dengan Berdasarkan penelitian Pratiwi dkk., (2019) dan
berbagai konsentrasi, hasil positif (masih dapat Furi & Harahap (2015) melaporkan bahwa
dideteksi) ditandai adanya perubahan warna semakin pekat warna yang dihasilkan maka
sesuai data pada Tabel 1, jika pereaksi formalin semakin besar konsentrasi yang sesuai dengan
37% masih dapat mendeteksi keberadaan hasil uji kualitatif warna larutan baku tetrasiklin
tetrasiklin HCl akan memberikan perubahan HCl pada penelitian ini [11,12].
warna menjadi kuning cokelat, sedangkan
Berikut pada Tabel 3 disajikan data validasi
pereaksi asam sulfat pekat ditandai terjadi warna
metode pengukuran tetrasiklin menggunakan
violet. Jika pereaksi warna tidak mengalami
spektrofotometri UV-Vis pada parameter
perubahan saat kontak dengan larutan uji,
linearitas. Selanjutnya data yang diperoleh diplot
dinyatakan pereaksi tersebut tidak dapat
antara absorbansi dan deret konsentrasi baku
mendeteksi keberadaan tetrasiklin pada
tetrasiklin menghasilkan grafik yang
konsentrasi tersebut. Pada penelitian ini pereaksi
menghasilkan persamaan regresi linear yaitu y =
formalin dan asam sulfat dapat mendeteksi
0,0343x - 0,0323, dapat dilihat pada Gambar 1.
tetrasiklin HCl dalam bentuk larutan baku
sampai konsentrasi 500 ppm, dan semakin kecil
Dalam suatu penelitian eksperimen, metode untuk membuktikan bahwa parameter tersebut
analisis harus dipastikan kebenarannya untuk memenuhi persyaratan untuk penggunaannya.
mendapatkan data yang valid atau Parameter validasi metode analisis yang
dipertanggungjawabkan kebenerannya dengan dilakukan pada penelitian ini yaitu linearitas,
melakukan validasi metode. Validasi metode batas deteksi (LOD), batas kuantisasi (LOQ),
adalah tindakan penilaian terhadap parameter presisi, dan recovery. Tujuan dari uji linearitas
tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, yaitu membuktikan adanya hubungan linear
konsentrasi analit dengan respon alat. Sebagai hubungan konsentrasi larutan baku tetrasiklin
parameter adanya hubungan linier digunakan dengan absorbansi. Selanjutnya melalui
koefisien korelasi r pada analisis regresi linier y persamaan garis linier dari kurva baku y =
= a + bx. Hubungan linier yang ideal dicapai jika 0,0343x – 0,0323 dapat dihitung nilai LOD dan
nilai b = 0 dan r = +1 [10]. Aturan umum, nilai LOQ. Jumlah terkecil analit dalam sampel yang
0,90 < r < 0,95 menunjukan kurva yang cukup masih dapat dideteksi (LOD) sebesar 0,9982
baik, nilai 0,95 < r < 0,99 menunjukan kurva ppm, sedangkan batas kuantitasi (LOQ) sebesar
yang baik dan nilai r > 0,99 menunjukan 3,3275 ppm.
linearitas yang sangat baik [13]. Pada penelitian Menurut Lestari dkk., (2011), menyatakan
ini, koefisien kolerasi (r) 0,996 dan persamaan bahwa apabila dilakukan pengukuran absorbansi
regresi linear y = 0,0343x - 0,0323, pada batas LOD dan LOQ atau lebih maka
menunjukkan hasil linearitas yang sangat baik sampel dapat terdeteksi dan masih memberikan
karena nilai r mendekati 1 dan nilai r > 0,99, kecermatan dalam analisis [14].
seperti pada Gambar 1, yang menyajikan kurva
Validasi metode pada uji presisi dilakukan Dari hasil perhitungan diperoleh, nilai %
dengan tujuan untuk mendapatkan parameter Relative Standard Deviation (RSD) pada
yang menunjukan bahwa hasil yang didapat pengukuran tetrasiklin 1 ppm dan 10 ppm
dalam pengukuran tidak memiliki perbedaan berturut-turut yaitu sebesar 1,01% dan 1,36%,
yang jauh dari hasil sebenarnya [13]. Pada sehingga uji presisi pengukuran baku tetrasiklin
penelitian ini, uji presisi dilakukan dengan HCl dengan metode spektrofotometri UV-Vis
pengukuran absorbansi baku tetrasiklin pada telah memenuhi persyaratan atau kriteria yaitu
konsentrasi 1 ppm dan 10 ppm dengan masing- nilai % RSD kurang dari 2% [10]. Pada Tabel 4
masing pengulangan 6 kali. dan Gambar 2 ditunjukkan data serta grafik uji
presisi pengukuran tetrasiklin dengan metode
spektrofotometri UV-Vis.
Keterangan: Data 1 adalah uji presisi menggunakan baku tetrasiklin 1 ppm; Data 2 adalah uji
presisi menggunakan baku tetrasiklin 10 ppm; Abs: absorbansi; *kons: konsentrasi yang diperoleh
dengan memasukkan absorbansi ke persamaan y = 0,0343x-0,0323
Gambar 2. Hubungan pengulangan dengan hasil absorbansi yang diperoleh pada data presisi
Sebelum melakukan uji kuantitatif dicampurkan ke dalam daging ayam yang telah
tetrasiklin dalam sampel, terlebih dahulu dihaluskan. Selanjutnya dilakukan ekstraksi
dilakukan optimasi metode ekstraksi. Sejumlah dengan metode Buffer McIlvaine pH 4-NaEDTA
tertentu serbuk baku tetrasiklin HCl dan Buffer McIlvaine pH 4-metanol.
(A)
(B)
(C)
Gambar 3. Spektrum pengukuran di panjang gelombang 270 nm pada optimasi metode ekstraksi,
(A) baku tetrasiklin tanpa ekstraksi; (B) baku tetrasiklin yang ditambahkan pada sampel yang
diekstraksi dengan Buffer McIlvaine pH 4-NaEDTA dan (C) yang di ekstraksi dengan Buffer
McIlvaine pH 4-metanol; blanko pengukuran adalah larutan HCl 0,1 N
1 2 3
0,088 0,198 0,135
Tetrasiklin dalam
sampel (%)* 70,146 134,286 97,551
Nilai recovery atau persen perolehan Pada penelitian Christina (2011) yang
kembali menunjukkan kemampuan metode menggunakan Buffer McIlvaine pH 4-NaEDTA
untuk memberikan ketepatan pengukuran untuk mengekstraksi tetrasiklin pada daging
terhadap analit berdasarkan angka perolehan ayam diperoleh %recovery 103,82% dan RSD
kembali [20]. Persen perolehan kembali diukur 0,6143% [21], sehingga pada penelitian ini lebih
sebagai banyaknya analit yang diperoleh difokuskan untuk validasi metode analisis
kembali pada suatu pengukuran dengan tetrasiklin menggunakan Buffer McIlvaine pH
melakukan spiking pada suatu sampel. Hasil 4–metanol sebagai pengekstrak tetrasiklin,
pengamatan menunjukkan nilai recovery sebesar dimana validasi metode ini belum pernah
100,66%. dilakukan.
Berdasarkan penelitin ini dan penelitian metode ekstraksi dapat digunakan karena
Christina (2011) yang menghasilkan nilai memenuhi persyaratan metode analisis.
recovery mendekati 100%, disimpulkan kedua
Namun dalam suatu penelitian, efisiensi metode ekstraksi menggunakan Buffer
biaya sangat diperlukan sehingga tentunya McIlvaine pH 4–metanol jauh lebih efisien
sangat penting mempertimbangkan metode dibandingkan dengan Buffer McIlvaine pH 4-
ekstraksi yang lebih murah dan bila NaEDTA.
dibandingkan antara 2 metode ekstraksi ini,
Padat Untuk Analisis Tetrasiklin Dalam [16] Damarani, A., Kurniaty, N & Herawati,
Contol Udang. JKTI, 3(2), 74-78. D. (2015). Analisis Kualitatif dan
Kuantitatif Residu Tetrasiklin dalam
[10] Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Telur Ayam Organik dan Non Organik
Validasi Metode dan Cara Secara Kromatografi Cair Kinerja
Perhitungannya. Majalah Ilmu Tinggi (KCKT). Prosiding KNMSA
Kefarmasian FMIPA-UI, 1(3), 117–135. Universitas Islam Bandung, 33-35.
[11] Pratiwi, D., Wardaniati, I., & Dewi, A. P. [17] Shama, S. A., Sharkawy, A. S. E.,
(2019). Uji Selektifitas dan Sensitifitas Mahmoud, A. H., Hassan, H. M. &
Pereaksi untuk Deteksi Formalin pada Nassar, S. H. (2016). Validation of
Bahan Pangan. Pharm. Jurnal Farmasi Modified HPLC Method For
Indonesia, 16(1), 17-26. Determination of Oxytetracycline,
Tetracycline And Doxycycline In
[12] Furi, M. & Harahap, S. H. (2015). Chicken Meat And Liver. New York
Analisis Kualitatif Formaldehid Pada Ikan Science Journal, 9(5), 68-74.
Asin Yang Dijual di Pasar Bawah Kota
Pekanbaru. Jurnal Penelitian Farmasi [18] Yanti, S., S. Hadi., dan L. Kurniawati.
Indonesia, 4(2), 44-49. 2016. Analisis Kadar Residu Antibiotik
Dalam Daging Ayam Potong Yang
Beredar Di Kota Mataram. Jurnal
[13] Romsiah, R., Marista, S. L., & Fatoni, A. Tambora 1(2) : 50-56.
(2017). Validasi Metode dan Penetapan
Kadar Nitrit (NO2) pada Sosis Sapi Curah [19] Sayuti, M. 2017. Pengaruh Perbedaan
dan Sosis Sapi Kaleng yang dijual di Metode Ekstraksi, Bagian dan Jenis
Swalayan Kota Palembang secara Pelarut Terhadap Rendemen dan Aktifitas
Spektrofotometri Uv-Vis. SCIENTIA Antioksidan Bambu Laut. Technology
Jurnal Farmasi dan Kesehatan, 7(2), 113- Science and Engineering Journal, 1(3),
119. 166-174.
[14] Lestari, P., Sabikis., & Utami, P. I. (2011). [20] Rahayu, W.S., Utami, P. I., & Fajar, S. I.
Analisis Natrium Nitrit Secara (2009). Penetapan Kadar Tablet Ranitidin
Spektrofotometri Visibel dalam Daging Menggunakan Metode Spektrofotometri
Burger yang Beredar di Swalayan Uv-Vis Dengan Pelarut Metanol.
Purwokerto. Pharmacy, 8(3), 88-98. Pharmacy, 6(3), 104-125.
[15] Nurhasnawati, H., Jubaidah, S. & [21] Christina. 2011. Penetapan Kadar Residu
Elfia, N. (2016). Penentuan Kadar Tetrasiklin Dalam Daging Ayam
Residu Tetrasiklin HCl pada Ikan Air Pedaging Secara Adisi Standar Dengan
Tawar yang Beredar di Pasar Segiri Spektrofotometri Ultraviolet. Skripsi.
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera
Menggunakan Metode
Utara. Medan
Spektrofotometri Ultra Violet. Jurnal
Ilmiah Manuntung, 2(2), 173-178.