Anda di halaman 1dari 25

Documents.

tips
Login / Signup


 Leadership
 Technology
 Education
 Marketing
 Design
 More Topics

 Search

1. Home
2. Documents
3. Lap Res Anfar Spektro Uv (Antalgin) B.ii.4

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI


VALIDASI METODE ANALISIS SPEKTOFOMETER UV
DAN PENETAPAN KADAR TABLET ANTALGIN
SECARA SPEKTROFOMETER UV
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2009
PRAKTIKUM I
VALIDASI METODE ANALISIS PENETAPAN
KADAR ANTALGIN DENGAN SPEKTROFOTOMETRI UV
I. TUJUAN
Mampu memvalidasi suatu senyawa dalam hal ini penetapan kadar
antalgin dengan metode spektrofotometri ultraviolet dan mampu
mengujinya secara akurasi nipitabilitas dan linearitas.
II. RUANG LINGKUP
Dalam praktikum ini digunakan tablet antalgin produk kimia farma,
yang memiliki kandungan zat aktif 500 mg dan berat rata-rata 592,96 mg
III. TANGGUNG JAWAB
1. Praktikum : - Yasinta Mila Shani (K 100 070 070)
- Nur Hayati (K 100 070 071)
- Pandu Al Rosyid (K 100 070 059)
2. Pembimbing : Ika Trisharyanti DK,S.Si., Apt
IV. ALAT DAN BAHAN
 Alat
- Labu takar 10 mℓ, 100mℓ - pipet tetes
- Gelas ukur - Beacker glass
- Erlemeyer 100mℓ - Spektrofotometri UV
- Mortir - Kuvet
- Stemper - Mikropipet 20- 200 µL
- Pipet volume
 Bahan
- Antalgin/metampyronum
Digunakan tablet antalgin / metampiron produksi kimia farma
memiliki kandungan zat aktif 500 mg dan berat rata 592,96 dengan
menggunakan HCL 0,1N dengan pemberian serbuk hablur putih
atau putih kekuningan.
(FI. III hal 360)
- HCl 0,1N
Cara pembuatannya: Ambil 100mℓ HCL lalu ad kan dengan
aquadestillata 100 mℓ, sehingga didapat
konsentrasi 0,1N
Bobot per mℓ lebih kurang 1,18gr
(Fl. III Hal 53)
- Aquadest
Procedur
Pada praktikum kali ini menggunakan tablet antalgin dengan berat
500mℓ dan berat rata-rata 592,96 yang diproduksi oleh kimia farma dan
diukur dengan menggunakan spektrofotometri UV yang mengacu pada
%1
1cm
E
aquades acid 258 nm 1A = 266
(Clarke, 942)
Keseragaman Bobot
Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot
yang ditetapkan sebagai berikut: timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata
tiap tablet, jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang
Nas0
3
– CH
2
-N
N
C
6
H
5
N
N
O
CH
3
CH
3
CH
3
H
2
O
C
10
H
16
N
3
N
a
O
4
S.H
2
O
BIM = 351,32
masing-masing bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang
ditetapkan kolom B
Bobot rata-rata Penyimpangan bobot rata-rata
dalam 1%
AB
25 mg atau kurang
26 mg sampai dengan 150 mg
151 mg sampai dengan 130 mg
lebih dari 300 mg
15%
10%
7,5%
5%
30%
20%
15%
10%
(F.I.III hal 7, 1979)
V. DASAR TEORI
Spektrofotometer
Spektrofotometer merupakan studi yang mempelajari antar aksi
energi cahaya. Spektofotometri UV-VIS adalah tehnik analisis yang
menggunakan sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dan sinar tampak
dengan instrumen spektrofotometer penerimaan energi gelombang
= hv = hc/ = hcn
dimana : E = Energi radiasi
h = Konstanta plank (6.63 x 10-34 j.s)
c = Kecepatan radiasi (2.99792 x 1010 cm/s)
 = Panjang gelombang (nm)
n = Bilangan gelombang
Serapan cahaya oleh molekul dalam daerah UV-VIS tergantung
pada struktur organik molekul. Penyerapan sejumlah energi menghasilkan
transisi elektron dari tingkat dasar ke orbital yang berenergi lebih tinggi
dalam keadaan tereksitasi. Sistem atau gugus atom yang bertanggung jawab
pada penyerapan nm cahaya disebut kromofor yang merupakan gugus tidak
jenuh kovalen yang dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-Vis.
Suatu molekul menyerap suatu radiasi dengan panjang gelombang
yang khusus spesifik untuk molekul itu. Serapan cahaya ultraviolet (radiasi
berenergi tinggi) mengakibatkan pindahnya sebuah elektron ke orbital
dengan energi yang tinggi. Molekul-molekul yang memerlukan lebih
banyak energi untuk promosi elektron, akan menyerap panjang gelombang
yang lebih pendek. Sebaliknya, molekul-molekul yang memerlukan energi
yang lebih sedikit akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih
panjang. Senyawa yang menyerap cahaya dalam daerah Vis (yakni senyawa
berwarna) mempunyai elektron yang lebih mudah dipromosikan daripada
senyawa yang menyerap pada panjang gelombang UV.
Dalam persamaan : E = hv = hc/ maka kita akan dapat mengetahui
bahwa perbedaan tingkat energi perpindahan dari ground state dan excited
state sangat menentukan panjang gelombang dari senyawa tersebut.
Semakin besar selisih tingkat energinya maka akan semakin kecil panjang
gelombang maksimalnya.
Spektrofotometer UV-Vis dapat digunakan analisis kuantitatif dari
suatu senyawa. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan tetapan
absorpritivitas molar dan panjang gelombang maksimal yang dapat
ditentukan dari penelitian.
(Skoog, 1985)
Senyawa kimia biasanya dianalisis melalui unsur, ion, radikal atau
gugusnya. Ada analisis senyawa anorganik secara volumetric biasanya
dibagi berdasarkan reaksi yang terjadi selama titrasi seperti asidi-
alkalimetri, pengendapan, oksidasi-reduksi, dan lain-lain. Pembagian
tersebut kurang tepat untuk analisis senyawa organik. Reaksi ini juga tidak
spesifik, karena reaksi ini tidak hanya untuk satu senyawa saja, tetapi dapat
juga untuk senyawa lain yang mengandung unsur, ion, radikal, atau gugus
yang sama. Ada analisis metode modern, pembagian berdasarkan metode
seperti spektrofotometri UV-Vis, spektroflourometri dan kromatografi, juga
kurang cocok. Oleh karena itu pembagian berdasarkan struktur kimia
merupakan cara pengelompokkan yang cocok untuk nyawa obat.
(Sudjadi dan Abdul Rahman, 2004)
Validasi Metode Analisis
Definisi validasi menurut SK Menkes RI. No. 43/MENKES/Sk/1998
tentang CPOB adalah tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa
bahan, prosedur, sistem, perlengkapan atau mekanisme dalam produksi dan
pengawasan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan.
(Anonim, 2007)
Adapun urutan kerja validasi diawali dengan penyusunan dan
persetujuan protokol yang berisi rancangan tertulis validasi, kriteria
penerimaan untuk proses. Jumlah validasi, peralatan, proses kritis, range
parameter proses, sampling data uji, dan hasil yang diterima.
Tahap pelaksanaan meliputi kegiatan verifikasi, pengumpulan data
dan pengujian selanjutnya diikuti evaluasi data, baik secara analisis statistik
maupun grafik, dan tahap terakhir dilakukan penyusunan laporan validasi.
(Anonim, 2004)
validasi metode analisis ialah proses yang ditetapkan melalui studi
laboratorium karakteristik kinerja metode analisis memenuhi persyaratan
sesuai tujuan susunannya. Karakteristik kinerja metode analisis dinyatakan
sebagai parameter yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode
analisis dapat dilihat dalam tabel dibawah ini
parameter analisis:
Presisi Batas kuantitasi
Akurasi Linieritas
spesifitas/spesifitas Rentang
Deteksi Ketegaran /Ruggedness
Ruggednes
Devinis akurasi adalah suatu metode analisis yang tingkat
kedekatannya dari metode analisis yang divalidasi sedang dengan nilai
sebenarnya atau nilai yang dianggap benar. Akurasi dinyatakan sebagai
persen perolehan kembali dengan cara melakukan analisis terhadap analit
yang ditambahkan ke dalam sampel zat dalam jumlah yang diketahui.
Penetapan akurasi dilakukan dengan menggunakan pengujian
menggunakan metode yang sedang divalidasi terhadap sample zat yang
ditambah analit dalam kadar yang diketahui lebih tinggi maupun lebih
rendah dari kadar normal yang diharapkan terkandung dalam sampel zat.
Presentasi analit yang diperoleh kembali dalam sampel zat.
Presisi
Definisi presisi dalam metode analisis ialah tingkat kedekatan
diantara hasil uji individu bila prosedur digunakan berulang kali terhadap
sampling ganda atas sampel yang homogen. Presisi metode analisis
biasanya dinyatakan sebagai simpangan baku relatif (Koefisien varias).
Presisi dapat berupa ukuran derajat reprodusibilitas atau ripitabilitas metode
analisis dalam kondisi kerja normal. Dalam konteks ini reprodusibitas
mengacu pada penggunaan metode analisis di laboratorium yang berbeda.
Presisi antara menyatakan variasi dalam laboratorium, pengujian
dilakukan pada hari yang berbeda atau analis yang berbeda atau peralatan
yang berbeda dalam laboratorium yang sama. Ripitabilitas mengacu pada
penggunaan metode analisis dalam laboratorium yang sama dalam waktu
singkat, menggunakan analisis dan instrument yang sama.
Penetapan presisi ialah metode analisis penetapan dengan
menentukan kadar larutan sampel homogen beberapa kali (dengan n kali
pengujian) sehingga hasil uji dapat dihitung secara statistika perkiraan yang
valid dari simpangan baku atau simpangan baku relative (koefisien variasi).
Penetapan kadar dalam konteks ini adalah analisis mandiri (independent)
terhadap sampel yang dilakukan melalui analisis lengkap mulai dari
penyiapan hingga diperoleh hasil akhir.
Spesifitas atau Selektivitas
Definisi selektivitas atau spesifitas metode analisis adalah
kemampuan metode analisis untuk mengukur secara tepat dan spesifik
analit yang tercampur dengan komponen lain dan diperkirakan ada dalam
matriks sampel. Spesifitas dinyatakan sebagai derajat bisa hasil uji, yang
diperoleh dari analisis sampel mengandung cemaran yang ditambahkan.
Spesifitas ialah ukuran derjat gangguan (atau tanpa gangguan) dalam
analisis campuran sampel yang kompleks.
Penetapan spesifitas metode analisis ditentukan dengan
membandingkan uji sampel yang mengandung cemaran, hasil urai atau
senyawa sejenis. Bila terjadi bias hasil maka bias ini ialah perbedaan hasil
uji antara kedua kelompok sampel tadi.
Bila cemaran atau produk urai tidak atau produk urai tidak
teridentifikasi atau tidak tersedia, spesifitas dapat ditunjukkan dengan
melakukan analisis menggunakan metode yang sedang validasi terhadap
sampel yang mengandung cemaran atau produk urai dan membandingkan
hasil yang diperoleh dengan metode penetapan kadar tambahan misalnya
penetapan kadar dengan kromatografi. Derajat kesesuaian hasil uji kedua
metode ini adalah ukuran spesifitas.
Batas Deteksi
Definisi batas deteksi adalah parameter uji batas. Batas deteksi
adalah konsentrasi rendah analit dalam sampel yang dapat dideteksi, tetapi
tidak perlu secara kuantitatif. Uji batas hanya semata-mata menunjang
bahwa konsentrasi analit adalah di bawah atau di atas kadar tertentu. Batas
deteksi dinyatakan sebagai konsentrasi analit (misalnya persen, bagian per
semilyar) dalam sampel.
Penetapan penentuan batas deteksi suatu metode analisis bervariasi
tergantung ada apakah metode analisis merupakan prosedur instrumental
atau non instrumental. Untuk prosedur instrumental dapat digunakan
beberapa teknik. Ada peneliti yang mengukur signal terhadap noise dengan
membandingkan hasil uji sampel yang mengandung analit dalam
konsentrasi yang diketahui dengan blangko sampel dan menetapkan
konsentrasi analit terendah yang dapat dideteksi dengan baik. Secara umum
rasio signal terhadap noise 2:1 atau 3:1 dapat diterima.
Peneliti lain mengukur besarnya respon latar belakang analisis
dengan melakukan analisis terhadap sejumlah blangko sampel dan
menghitung simpangan baku respon ini. Simpangan baku dikalikan dengan
faktor, biasanya 2 atau 3, memberikan batas deteksi. Batas deteksi perkiraan
ini selanjutnya divalidasi dengan melakukan beberapa kali analisis dalam
jumlah yang cukup terhadap sampel yang mengandung kadar analit
mendeteksi batas deteksi atau sampel yang dibuat konsentrasinya mendekati
batas deteksi.
Untuk metode non instrumental, batas deteksi umumnya ditetapkan
dengan melakukan analisis sampal yang mengandung analit dalam kadar
yang diketahui dan menentukan kadar terendah analit yang dapat dideteksi
dengan baik.
Batas Kuantitasi
Definisi batas kuantitasi adalah parameter penetapan kuantitatif
senyawa dengan kadar rendah dalam matrik sampel zat seperti cemaran atau
hasil urai dalam bahan tambahan pangan atau bahan penolong. Batas
kuantitas dinatakan sebagai konsentrasi analit (misal persen, bagian
persemiliyar) dalam sampel zat.
Penentuan batas kuantitas suatu metode analisis bervariasi
tergantung pada apakah metode analisis merupakan prosedur instrumental
atau non instrumental.
Untuk prosedur instrumental, pendekatan umum adalah dengan
mengukur besarnya respon latar belakang analisis dengan cara melakukan
analis sejumlah blangko sampel dan menghitung simpangan baku relatif
respon tersebut. Simpangan baku yang diperoleh dikalikan dengan suatu
faktor, biasanya 10, memberikan perkiraan batas kuantitas. Selanjutnya
batas kuantitas ini divalidasi dengan cara melakukan analisis terhadap
sejumlah sampel yang mengandung analit dalam jumlah yang diketahui
mendekati batas kuantitasi atau sampel yang dibuat mengandung analit
pada batas kuantitas atau sampel yang dibuat mengandung analit pada batas
kuantitas.
Untuk metode non instrumental, batas kuantitas umumnya
ditetapkan dengan melakukan analisis sampel yang mengandung analit
dalam kadar yang diketahui dan menentukan kadar terendah analit yang
dapat dideteksi dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima.
Linearitas dan Rentang
Definisi linearitas ialah metode analisis adalah kemampuan (dalam
rentang penggunaan) untuk menyebabkan hasil uji yang secara langsung
atau melalui transformasi matematis yang umum dikenal proporsional
terhadap konsentrasi analit dalam sampel dalam rentang penggunaan
metode analisis. Linearitas dinyatakan dengan varians disekitar slope garis
regresi (koefisien korelasi) dihitung berdasarkan hubungan matematis yang
pasti dari hasil uji yang diperoleh dengan melakukan analisis terhadap
sampel yang mengandung analit dalam jumlah yang berbeda.
Definisi rentang, rentang metode analisis adalah interval antara dan
termasuk batas terendah dan termasuk batas terendah dan batas tertinggi
kadar analit yang telah terbukti dapat ditetapkan dengan metode analisis
dengan presisi, akurasi dan linieritas yang dapat diterima sesuai dengan
tertulis dalam unit yang sama dengan hasil uji (misalnya persen, bagian
persejuta) yang diperoleh dengan metode analisis.
Penetapan linearitas dan rentang. Linearitas metode analisis
ditetapkan dalam perlakuan matematis perlakuan matematis hasil uji yang
diperoleh dengan melakukan analisis terhadap sampel-sampel yang
mengandung analit sepanjang tentang pengujian yang dinyatakan pada
metode analisis. Perlakuan matematis pada umumnya meliputi perhitungan
analisis regresi dengan hitungan kuadrat terkecil hasil terhadap konsentrasi
analit. Dalam beberapa analisis untuk memperoleh linearitas hasil uji dari
konsentrasi analit dalam sampel, data hasil uji lalu ditransformasikan secara
matematis sebelum dilakukan analisi regresi.
Rentang metode analisis divalidasi dengan melakukan verifikasi
bahwa metode analisis menghasilkan presisi, akurasi dan linearitas yang
dapat diterima bila digunakan untuk menguji sampel yang mengandung
analit, baik pada konsentrasi tertinggi dan terendah maupun pada
konsentrasi lain dalam rentang pengujian sesuai dengan penggunaan metode
analisis.
Ruggednes
Definisi Ruggedness metode analisis adalah derajat reproduksibiltas
metode analisis yang dilakukan dengan melakukan analisis sampel yang
sama dalam variasi kondisi pengujian normal seperti laboratorium, analis,
instrumen, lot pereaksi, atau pelaksanaan pengujian, suhu selama pengujian
dan hari yang berbeda. Reproduksibilitas biasanya dinyatakan sebagai
kurangnya pengaruh tabel operasional dan lingkungan penggunaan metode
analisis terhadap hasil uji.
Ruggednes adalah ukuran reproduksibilitas hasil analisis dalam
kondisi normal, kondisi yang diterapkan dari laboratorium ke laboratorium
yang lain dan dari analisis ke analisis.
Penetapan ruggedness adalah analisis ditentukan dengan melakukan
analisis terhadap larutan zat dari sampel yang homogen dalam laboratorium
yang berbeda, analis yang berbeda, menggunakan kondisi operasional dan
lingkungan yang mungkin bervariasi tapi masih dalam batas parameter yang
ditetapkan untuk penetapan kadar.
Ketegaran (Robustness)
Definisi ketegaran metode analisis adalah ukuran kemampuan
metode untuk tetap bertahan terhadap pengaruh kecil tetapi dilakukan
dengan sengaja dengan membuat variasi dalam parameter metode analisis
dan memberikan indikasi kehandalan metode selama penggunaan normal.
Unsur Data yang diperlukan untuk validasi
Prosedur penetapan kadar dalam monografi KMI sangat bervariasi
dari penetapan analisis yang sangat pasti sampai evaluasi subjektif dari
atribut pengujian. Mempertimbangkan variasi penetapan seperti ini, sangat
logis bila metode pengujian yang berbeda memerlukan bagan validasi yang
berbeda pula.
Kategori I Metode analisis untuk kuantitasi komponen utama bahan baku,
tambahan pangan atau bahan penolong (termasuk pengawet)
Kategori II Metode analisis untuk menentukan cemaran dalam bahan baku,
penetapan karakteristik pangan atau bahan penolong. Dalam kategori
tercakup uji batas dan penetapan secara kuantitatif
Kategori III Metode analisis untuk penentuan karakteristik performan
(misalnya pelarutan, titik lebur).
Untuk masing-masing kategori penetapan, dibutuhkan informasi analisis
yang berbeda. Daftar dari tabel 2 adalah unsur data yang umumnya
diperlukan untuk tiap kategori penetapan.
Tabel 2. unsur data yang diperlukan untuk validasi metode analisis
Parameter Metode
Analisis
Kategori
Kategori I Kuantitatif Uji Batas Kategori III
Akurasi + + * *
Presisi + + - +
Spesifitas - + - *
Batas Deteksi - - + *
Batas Kuantitasi + + - *
Linieritas + + - *
Rentang + + * *
Ruggednes + + + +
Keterangan: + Diperlukan
- Tidak diperlukan
* Mungkin diperlukan, tergantung pada sifat pengujian
Metode dan penetapan dan pengujian umum yang sudah dikenal
baik seperti de titrasi untuk penetapan kadar air, uji identifikasi harus
divalidasi pula untuk dibuktikan akurasinya dan tidak ada gangguan yang
mungkin bila digunakan untuk baru atau bahan baku.
Validasi suatu metode analisis hanya dapat dilakukan dengan studi
laboratorium: bila itu dokumentasi keberhasilan penyelesaiannya studi
seperti ini merupakan persyaratan dasar untuk menetapkan apakah metode
sesuai dengan tujuan penggunaanya. Dokumentasi yang memadai harus
menyertai setiap proposal metode analisis kompendial baru atau revisinya.
(Kovar-Auterhoff, 1987)
VI. CARA KERJA
Cara kerja standar
Antalgin
%1
1cm
E
dalam etanol 265 pada 236 nm
230 pada 265 nm
Nas0
3
– CH
2
-N
N
C
6
H
5
N
N
O
CH
3
CH
3
CH
3
H
2
O
C
10
H
16
N
3
N
a
O
4
S.H
2
O
BIM = 351,32
(Kovar-Auterhoff, 1987)
Cara Kerja Praktis:
1. Pembuatan larutan stock 0,1%
Lebih kurang 100,0 mg bahan standar (murni) yang ditimbang seksama,
dimasukkan dalam labu takar 100,0 ml dan ditambahkan pelarutnya
hingga 100,0 ml.
2. Penentuan panjang gelombang max ( max)
Diambil 200 l larutan stock 0,1% dimasukkan dalam tabu takar 10 ml.
ditambahkan pelarutnya sampai 10,0 ml. Ambil larutan tersebut
kedalam kurvet uv kemudian ukur pada daerah panjang gelombang
ultraviolet. Ditentukan  max.
3. Dibuat seri vol. pengambilan larutan stock
(75, 125, 175, 225, 300), dimasukkan dalam labu takar 10,0 ml adkan
dengan pelarutnya yakni HCl 0,1N 10,0 ml. Ambil larutan tersebut
dalam kuvet uv kemudian ukur pada daerah panjang gelombang
ultraviolet pada panjang gelombang maksimum (
max
) = 258 nm.
4. Menentukan absorbansi sampel
Lebih kurang 100,0 mg sampel ditimbang dengan seksama.
Dimasukkan dalam labu takar 100,0 ml. ditambahkan pelarut hingga
100 ml. diambil 0,5 ml. dimasukkan dalam labu takar 10,0 ml.
ditambahkan pelarut hingga 10,0 ml. dimasukkan dalam kuvet UV.
Dibaca absorbansi pada  max yang dapat.
Cara Kerja Skematis
1. Pembuatan larutan stock 0,1 %
Ditimbang seksama 100,0 mg bahan standar (murni) / antalgin murni

dimasukkan dalam labu takar 100,0 ml

ditambahkan HCl 0,1N ad 100,0 ml
2. Penentuan panjang gelombang max ( max)
Diambil 100l larutan stock 0,1%

Dimasukkan dalam labu takar 10,0ml

Ditambahkan HCL ad 10,0 ml

Larutan diambil dimasukkan dalam kuvet UV

Diukur pada daerah panjang gelombang UV

Ditentukan  max
3. Pengukuran absorbansi larutan standar
Diambil 100l larutan standar 0,1%

Dimasukkan dalam labu takar 10,0ml

Ditambahkan HCL ad 10,0 ml

Diambil larutan tersebut dalam kuvet

Diukur absorbansi pada  max = 258nm
4. Penentuan kurva baku
Diambil larutan stock 75l, 125l, 175l, 225l, 300l

Dimasukkan dalam labu takar 10,0 ml

Ditambahkan HCL ad 10,0 ml

Dibaca Absorbansi pada  max yang didapat = 258 nm
5. Penentuan kurva baku
= 100,0 mg sampel ditimbang seksama

Dimasukkan dalam labu takar 100,0ml

Ditambahkan HCL ad 100,0 ml

Diambil 100l  dimasukkan dalam labu takar 10,0 ml

ditambahkan HCL ad 10,0 ml

dimasukkan dalam kuvet UV

Dibaca Absorbansi pada  max yang didapat = 258 nm
Untuk A = kadar tanpa penambahan zat aktif
B = kadar dengan penambahan zat aktif
%100
lbobot tota
aktifzat bobot
X 
PERHITUNGAN AKURASI
1. Kelompok dengan penambahan zat aktif 80%
% zat aktif yang ditambahkan
8,0.
rata-Wrata
Wsampel
axWxZ
2. Kelompok dengan penambahan zat aktif 100%
% zat aktif yang ditambahkan
xl100
x.b
100

3. Kelompok dengan penambahan zat aktif 120%
% zat aktif yang ditambahkan
2,100
x.b
100
xl
1. Sampel
Dihitung keseragaman bobot, gerus ad halus

Sampel Antalgin ditimbang seksama ± 120 mg

Dimasukkan dalam labu takar 100 ml di ad-kan dengan HCL ad 100 ml

Dari campuran di atas ambil 100l, ditambahkan dengan HCL ad 10 ml
dalam labu takar 10 ml

Dibaca Absorbansinya pada Spektrofotometri UV pada  max 258 nm

Dicari kadarnya dari persamaan kurva baku yang didapat

Dihitung % recover-nya
2. Sampel + 80% zat aktif
Zat murni antalgin ditimbang ± 120,0 mg dimasukkan dalam labu takar
100,0 ml + sampel zat aktif atau dari larutan stock 80%-nya

ditambahkan HCL ad larut (bila tidak larut disaring)

Dimasukkan dalam labu takar 100 ml di ad HCL ad 100 ml

diambil 100l, ad HCL ad 10 ml pada labu takar 10 ml

Dibaca Absorbansinya pada pada  max 258 nm

Dicari kadarnya dari persamaan kurva baku yang didapat

Dihitung % recoverynya
3. Sampel + 100% zat aktif
Zat murni antalgin ditimbang ± 120,0 mg dimasukkan dalam labu takar
100,0 ml + sampel zat aktif atau diambil dari larutan stok 100%-nya

Ditambahkan HCL ad larut (bila tidak larut disaring)

Dimasukkan dalam labu takar 100 ml di ad HCL ad 100 ml

Diambil 100µL ad HCL ad 10 ml pada labu takar 10 ml

Dibaca Absorbansinya pada pada  max 258 nm

Dicari kadarnya dari persamaan kurva baku yang didapat

Dihitung % recoverynya
4. Sampel +120% zat aktif
Zat murni antalgin ditimbang ± 120,0 mg dimasukkan dalam labu takar
100,0 ml + sampel zat aktif atau dari larutan stock 120%-nya

ditambahkan HCL ad larut (bila tidak larut disaring)

Dimasukkan dalam labu takar 100 ml di ad HCL ad 100 ml

Diambil 100l, ad HCL ad 10 ml pada labu takar 10 ml

Dibaca Absorbansinya pada pada  max 258 nm

Dicari kadarnya dari persamaan kurva baku yang didapat

Dihitung % recoverinya
RIPITABILITAS
Keseragaman bobot dihitung, gerus ad halus

Sampel Antalgin ditimbang seksama ±120 mg

di replikasi 7X

Masing-masing dimasukkan dalam labu takar 100,0 ml

Ditambahkan HCL ad 100,0 ml ad larut (bila tidak larut disaring)

Diambil 150l, dimasukkan dalam labu takar 10 ml dan ditambahkan
HCL 10 ml

Dibaca absorbansinya pada  max (258 nm)

Dihitung RSD-nya dengan kriteria keberterimaan RSD < 2%
LINIERITAS
Ditimbang antalgiin dengan range kadar 70%-130% dengan seksama
yakni: ± 70,01 mg, 80,11 mg, 90,13 mg, 100,52 mg, 110,16 mg, 120,17
mg, 130,18 mg

Diimasukkan dalam labu takar 100,0 ml dan ditambakan HCL ad 10 ml

Diambil 100l, untuk range kadar 70%-130% dimasukkan dalam labu
takar 10 ml dan ditambahkan ad 10ml, dikocok hingga homogen

Dibaca absorbansinya dan dicari kadarnya dari persamaan kurva baku
yang didapat

Dicari R dengan Regresi Linier kadar/berat penimbangan vs Absorbansi

Kriteria keberterimaan adalah jika r> 0,98
VII. PEMBAHASAN
Percobaan kali ini bertujuan agar mahasiswa mampu mengetahui
dan menetapkan kadar antalgin dalam sediaan tablet dengan metode analisis
spektrofotometri UV serta mampu melakukan validasi metode analisis
spektrofotometri UV pada antalgin dalam sediaan tablet dengan menguji
secara akurasi, ripitabilitas dan linieritas.
Pada praktikum kali ini bahan obat yang digunakan adalah tablet
antalgin yang sering digunakan sebagai analgesik atau antipiretik. Tablet
adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. (FI IV). Tablet metampiron atau antalgin mengandung metampiron,
C
13
HI
6
N
3
NaO
4
S.H
2
O, tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0%
dari jumlah yang tidak tertera dalam etiket (FI IV).
Pada percobaan ini digunakan metode spektrofotometri UV karena
dilihat dari strukturnya, antalgin memiliki gugus kromofor sehingga
kadarnya bisa ditetapkan dengan spektrofotometri UV. Gugus kromofor ini
adalah gugus atom yang bertanggung jawab pada penyerapan cahaya yang
merupakan gugus tidak jenuh kovalen yang dapat menyerap radiasi dalam
daerah UV-VIS. Gugus kromofor disini berupa benzen yang mempunyai
ikatan rangkap terkonjungsi. Spektrofotometri UV adalah teknik analisis
yang menggunakan sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dan sinar
tampak dengan instrument spektrofotometer. Sumber radiasi
elektromagnetik ultraviolet 190-380 nm dan sinar tampak 380-780 nm.
Spektrofotometri UV melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada
molekul yang dianalisis sehingga lebih banyak dipakai untuk analisis
kuantitatif dibandingkan kualitatif.
Pada analisis spektrofotometri umumnya menentukan Operating
Time (OT) terlebih dahulu dengan tujuan untuk memberikan reaksi yang
sempurna antar pereakasi warna yang digunakan dengan obat sehingga
diperoleh harga absorbansi yang stabil. Tetapi pada penetapan kadar
antalgin hal tersebut tidak dilakukan karena antalgin tidak direaksikan
dengan pereaksi warna hanya dilarutkan pada pelarut yang sesuai (salah
satu syarat pembacaan absorbansi pada spekttofotometer UV).
Hal pertama yang dilakukan adalah membuat larutan stock 0,1%.
Dengan cara menimbang sampel antalgin ± 100 mg dimasukkan dalam labu
takar 100 ml dan dilarutkan dengan HCL ad 100 ml. Sebelum dimasukkan
dalam labu takar, labu takar terlebih dahulu dicuci dengan aquadest dan
sedikit HCL, hal ini dimaksudkan agar pada penentuan  max
absorbansinya tepat sebab tidak ada zat lain yang tercampur. HCL disini
berfungsi sebagai pelarut dari antalgin karena antalgin hanya dapat larut
dalam pelarut organik. Tetapi dalam percobaan antalgin tidak dapat larut
sempurna dalam HCL sehingga perlu dilakukan penyaringan sebab adanya
antalgin yang tidak larut akan mempengaruhi pada pembacaan absorbansi.
Setelah itu ditentukan  maxnya dengan mengambil 200l dari
larutan stok 0.1% yang telah dibuat kemudian ditambahkan HCL ad 10 ml
dalam labu takar 10 ml. dibaca Absorbansinya pada spektrofotometri UV
pada berbagai panjang gelombang 200-300 nm. Kemudian diambil rentang
range absorbansi (0.2-0.8). Panjang gelombang maksimum adalah panjang
gelombang yang memberikan serapan terbesar disamping itu pada panjang
gelombang maksimum absorpitifitas molarnya stabil dan menunjukkan
kurva kalibrasi linier. Kenapa harus dilakukan pembacaan pada  max
dikarenakan pada  max kepekaannya tinggi dan pada  max
penyimpangan kadar yang kecil bisa terdeteksi dengan baik. Pada
pembacaan  max dilakukan terlebih dahulu pembacaan blangko, hal ini
dimaksudkan untuk mengkalibrasi alat untuk mengurangi kesalahan.
Blangko hanya terdiri pelarut saja. Perlu diperhatikan pada pemegangan
kuvet harus benar karena akan mempengaruhi pembacaan absorbansi pada
alat. Dari hasil percobaan didapat  max sebesar 258 nm. Hal ini sesuai
dengan teori karena Antalgin memiliki
%1
1cm
E
dalam Aqueos acid 258 nm
pada absorbansi 266 nm.
Setelah diperoleh  max, dilakukan pembuatan seri kadar dari
larutan stok. Diambil larutan stock 150l, 175l, 200l, 225l, 250l ,
 Akurasi merupakan keterdekatan nilai pengukuran dengan nilai
sebenarnya dari analit dalam sampel. Akurasi sering dinyatakan
sebagai persen perolehan kembali (% recovery) atau error
 Ripitabilitas merupakan sejumlah pencaran hasil yang diperoleh dari
analisis berulangkali pada suatu sampel homogen
 Linieritas adalah kemampuan (dalam rentang penggunaan) untuk
mendapatkan hasil uji yang secara langsaung proporsional dengan
konsentrasi (jumlah) analit didalam sampel
 Presisi dinyatakan dengan koefisiensi variasi (Coefficient of Variation
= CV) atau simpangan baku relatif (Relative Standard Deviation =
RSD), CV atau RSD < 2%.
 Liniearitas yang didapat adalah R= 0,861 hal ini tidak sesuai dengan
nilai teoritis yaitu R> 0,98
 Hasil uji parameter
No Parameter Hasil Keterangan
1 Akurasi dan recovery
a.
Penambahan zat aktif 80%
b.
Penambahan zat aktif 100%
c.
Penambahan zat aktif 120%
a.
RSD = 7.06 %
% Recovery = 1.63 %
b.
RSD = 70.73%
% Recovery = 19.17%
c.
RSD = 39.002%
% Recovery = 25.46%
Tidak diterima
Tidak diterima
Tidak diterima
Tidak diterima
Tidak diterima
Tidak diterima
2. Ripitabilitas RSD = 8.36 % Tidak diterima
3. Liniearitas R1 = 0.9845
R2 = 0.796
diterima
Tidak diterima
IX. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1979. Farmakope Indonesia Ed. II, Depkes RI: Jakarta
Anonim, 2006. Petunjuk Praktikum Instrumental, Fakultas Farmasi UMS:
Surakarta
Anonim, 2007. Petunjuk Praktikum Analisis Farmasi, Fakultas Farmasi
UMS: Surakarta
Kover-Auterhoff, 1987. Identifikasi Obat. Fakultas Farmasi: ITB: Bandung
Skog, D.A. 1985. Principles Of Instrumental Analysis, 3
rd
Ed., Sauders
College Publ., Philadelphia.
Sudjadi dan Rohman, A. 2004. Analisis Obat Dan Makanan. Fakultas
Farmasi. UGM: Yogyakarta.
Download
of 25

Lap Res Anfar Spektro Uv (Antalgin) B.ii.4


by fircynt

on Oct 19, 2015

Report
Category:

Documents

Download: 36

Comment: 0

446

views

Comments

Description

Antalgin
Download Lap Res Anfar Spektro Uv (Antalgin) B.ii.4

Transcript

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI VALIDASI METODE ANALISIS


SPEKTOFOMETER UV DAN PENETAPAN KADAR TABLET ANTALGIN LAPORAN
RESMI PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI VALIDASI METODE ANALISIS
SPEKTOFOMETER UV DAN PENETAPAN KADAR TABLET ANTALGIN SECARA
SPEKTROFOMETER UV FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA 2009 PRAKTIKUM I VALIDASI METODE ANALISIS PENETAPAN
KADAR ANTALGIN DENGAN SPEKTROFOTOMETRI UV I. TUJUAN Mampu
memvalidasi suatu senyawa dalam hal ini penetapan kadar antalgin dengan metode
spektrofotometri ultraviolet dan mampu mengujinya secara akurasi nipitabilitas dan linearitas. II.
RUANG LINGKUP Dalam praktikum ini digunakan tablet antalgin produk kimia farma, yang
memiliki kandungan zat aktif 500 mg dan berat rata-rata 592,96 mg III. TANGGUNG JAWAB
1. Praktikum : - Yasinta Mila Shani (K 100 070 070) - Nur Hayati (K 100 070 071) - Pandu Al
Rosyid (K 100 070 059) 2. Pembimbing : Ika Trisharyanti DK,S.Si., Apt IV. ALAT DAN
BAHAN · Alat · Labu takar 10 mℓ, 100mℓ - pipet tetes · Gelas ukur - Beacker glass · Erlemeyer
100mℓ - Spektrofotometri UV · Mortir - Kuvet · Stemper - Mikropipet 20- 200 µL · Pipet
volume · Bahan · Antalgin/metampyronum Digunakan tablet antalgin / metampiron produksi
kimia farma memiliki kandungan zat aktif 500 mg dan berat rata 592,96 dengan menggunakan
HCL 0,1N dengan pemberian serbuk hablur putih atau putih kekuningan. (FI. III hal 360) · HCl
0,1N Cara pembuatannya : Ambil 100mℓ HCL lalu ad kan dengan aquadestillata 100 mℓ,
sehingga didapat konsentrasi 0,1N Bobot per mℓ lebih kurang 1,18gr (Fl. III Hal 53) · Aquadest
Procedur Pada praktikum kali ini menggunakan tablet antalgin dengan berat 500mℓ dan berat
rata-rata 592,96 yang diproduksi oleh kimia farma dan diukur dengan menggunakan
spektrofotometri UV yang mengacu pada aquades acid 258 nm 1A = 266 (Clarke, 942)
Keseragaman Bobot Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang
ditetapkan sebagai berikut: timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap tablet, jika ditimbang
satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang lebih
besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom B Bobot rata-rata Penyimpangan bobot rata-rata
dalam 1% A B 25 mg atau kurang 26 mg sampai dengan 150 mg 151 mg sampai dengan 130 mg
lebih dari 300 mg 15% 10% 7,5% 5% 30% 20% 15% 10% (F.I.III hal 7, 1979) V. DASAR
TEORI Spektrofotometer Spektrofotometer merupakan studi yang mempelajari antar aksi energi
cahaya. Spektofotometri UV-VIS adalah tehnik analisis yang menggunakan sumber radiasi
elektromagnetik ultraviolet dan sinar tampak dengan instrumen spektrofotometer penerimaan
energi gelombang = hv = hc/( = hcn dimana : E = Energi radiasi h = Konstanta plank (6.63 x 10-
34 j.s) c = Kecepatan radiasi (2.99792 x 1010 cm/s) ( = Panjang gelombang (nm) n = Bilangan
gelombang Serapan cahaya oleh molekul dalam daerah UV-VIS tergantung pada struktur
organik molekul. Penyerapan sejumlah energi menghasilkan transisi elektron dari tingkat dasar
ke orbital yang berenergi lebih tinggi dalam keadaan tereksitasi. Sistem atau gugus atom yang
bertanggung jawab pada penyerapan nm cahaya disebut kromofor yang merupakan gugus tidak
jenuh kovalen yang dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-Vis. Suatu molekul menyerap
suatu radiasi dengan panjang gelombang yang khusus spesifik untuk molekul itu. Serapan cahaya
ultraviolet (radiasi berenergi tinggi) mengakibatkan pindahnya sebuah elektron ke orbital dengan
energi yang tinggi. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi
elektron, akan menyerap panjang gelombang yang lebih pendek. Sebaliknya, molekul-molekul
yang memerlukan energi yang lebih sedikit akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih
panjang. Senyawa yang menyerap cahaya dalam daerah Vis (yakni senyawa berwarna)
mempunyai elektron yang lebih mudah dipromosikan daripada senyawa yang menyerap pada
panjang gelombang UV. Dalam persamaan : E = hv = hc/( maka kita akan dapat mengetahui
bahwa perbedaan tingkat energi perpindahan dari ground state dan excited state sangat
menentukan panjang gelombang dari senyawa tersebut. Semakin besar selisih tingkat energinya
maka akan semakin kecil panjang gelombang maksimalnya. Spektrofotometer UV-Vis dapat
digunakan analisis kuantitatif dari suatu senyawa. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan
tetapan absorpritivitas molar dan panjang gelombang maksimal yang dapat ditentukan dari
penelitian. (Skoog, 1985) Senyawa kimia biasanya dianalisis melalui unsur, ion, radikal atau
gugusnya. Ada analisis senyawa anorganik secara volumetric biasanya dibagi berdasarkan reaksi
yang terjadi selama titrasi seperti asidi-alkalimetri, pengendapan, oksidasi-reduksi, dan lain-lain.
Pembagian tersebut kurang tepat untuk analisis senyawa organik. Reaksi ini juga tidak spesifik,
karena reaksi ini tidak hanya untuk satu senyawa saja, tetapi dapat juga untuk senyawa lain yang
mengandung unsur, ion, radikal, atau gugus yang sama. Ada analisis metode modern, pembagian
berdasarkan metode seperti spektrofotometri UV-Vis, spektroflourometri dan kromatografi, juga
kurang cocok. Oleh karena itu pembagian berdasarkan struktur kimia merupakan cara
pengelompokkan yang cocok untuk nyawa obat. (Sudjadi dan Abdul Rahman, 2004) Validasi
Metode Analisis Definisi validasi menurut SK Menkes RI. No. 43/MENKES/Sk/1998 tentang
CPOB adalah tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa bahan, prosedur, sistem,
perlengkapan atau mekanisme dalam produksi dan pengawasan senantiasa mencapai hasil yang
diinginkan. (Anonim, 2007) Adapun urutan kerja validasi diawali dengan penyusunan dan
persetujuan protokol yang berisi rancangan tertulis validasi, kriteria penerimaan untuk proses.
Jumlah validasi, peralatan, proses kritis, range parameter proses, sampling data uji, dan hasil
yang diterima. Tahap pelaksanaan meliputi kegiatan verifikasi, pengumpulan data dan pengujian
selanjutnya diikuti evaluasi data, baik secara analisis statistik maupun grafik, dan tahap terakhir
dilakukan penyusunan laporan validasi. (Anonim, 2004) validasi metode analisis ialah proses
yang ditetapkan melalui studi laboratorium karakteristik kinerja metode analisis memenuhi
persyaratan sesuai tujuan susunannya. Karakteristik kinerja metode analisis dinyatakan sebagai
parameter yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis dapat dilihat dalam tabel
dibawah ini parameter analisis: Presisi Batas kuantitasi Akurasi Linieritas spesifitas/spesifitas
Rentang Deteksi Ketegaran /Ruggedness Ruggednes Devinis akurasi adalah suatu metode
analisis yang tingkat kedekatannya dari metode analisis yang divalidasi sedang dengan nilai
sebenarnya atau nilai yang dianggap benar. Akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan
kembali dengan cara melakukan analisis terhadap analit yang ditambahkan ke dalam sampel zat
dalam jumlah yang diketahui. Penetapan akurasi dilakukan dengan menggunakan pengujian
menggunakan metode yang sedang divalidasi terhadap sample zat yang ditambah analit dalam
kadar yang diketahui lebih tinggi maupun lebih rendah dari kadar normal yang diharapkan
terkandung dalam sampel zat. Presentasi analit yang diperoleh kembali dalam sampel zat. Presisi
Definisi presisi dalam metode analisis ialah tingkat kedekatan diantara hasil uji individu bila
prosedur digunakan berulang kali terhadap sampling ganda atas sampel yang homogen. Presisi
metode analisis biasanya dinyatakan sebagai simpangan baku relatif (Koefisien varias). Presisi
dapat berupa ukuran derajat reprodusibilitas atau ripitabilitas metode analisis dalam kondisi kerja
normal. Dalam konteks ini reprodusibitas mengacu pada penggunaan metode analisis di
laboratorium yang berbeda. Presisi antara menyatakan variasi dalam laboratorium, pengujian
dilakukan pada hari yang berbeda atau analis yang berbeda atau peralatan yang berbeda dalam
laboratorium yang sama. Ripitabilitas mengacu pada penggunaan metode analisis dalam
laboratorium yang sama dalam waktu singkat, menggunakan analisis dan instrument yang sama.
Penetapan presisi ialah metode analisis penetapan dengan menentukan kadar larutan sampel
homogen beberapa kali (dengan n kali pengujian) sehingga hasil uji dapat dihitung secara
statistika perkiraan yang valid dari simpangan baku atau simpangan baku relative (koefisien
variasi). Penetapan kadar dalam konteks ini adalah analisis mandiri (independent) terhadap
sampel yang dilakukan melalui analisis lengkap mulai dari penyiapan hingga diperoleh hasil
akhir. Spesifitas atau Selektivitas Definisi selektivitas atau spesifitas metode analisis adalah
kemampuan metode analisis untuk mengukur secara tepat dan spesifik analit yang tercampur
dengan komponen lain dan diperkirakan ada dalam matriks sampel. Spesifitas dinyatakan
sebagai derajat bisa hasil uji, yang diperoleh dari analisis sampel mengandung cemaran yang
ditambahkan. Spesifitas ialah ukuran derjat gangguan (atau tanpa gangguan) dalam analisis
campuran sampel yang kompleks. Penetapan spesifitas metode analisis ditentukan dengan
membandingkan uji sampel yang mengandung cemaran, hasil urai atau senyawa sejenis. Bila
terjadi bias hasil maka bias ini ialah perbedaan hasil uji antara kedua kelompok sampel tadi. Bila
cemaran atau produk urai tidak atau produk urai tidak teridentifikasi atau tidak tersedia,
spesifitas dapat ditunjukkan dengan melakukan analisis menggunakan metode yang sedang
validasi terhadap sampel yang mengandung cemaran atau produk urai dan membandingkan hasil
yang diperoleh dengan metode penetapan kadar tambahan misalnya penetapan kadar dengan
kromatografi. Derajat kesesuaian hasil uji kedua metode ini adalah ukuran spesifitas. Batas
Deteksi Definisi batas deteksi adalah parameter uji batas. Batas deteksi adalah konsentrasi
rendah analit dalam sampel yang dapat dideteksi, tetapi tidak perlu secara kuantitatif. Uji batas
hanya semata-mata menunjang bahwa konsentrasi analit adalah di bawah atau di atas kadar
tertentu. Batas deteksi dinyatakan sebagai konsentrasi analit (misalnya persen, bagian per
semilyar) dalam sampel. Penetapan penentuan batas deteksi suatu metode analisis bervariasi
tergantung ada apakah metode analisis merupakan prosedur instrumental atau non instrumental.
Untuk prosedur instrumental dapat digunakan beberapa teknik. Ada peneliti yang mengukur
signal terhadap noise dengan membandingkan hasil uji sampel yang mengandung analit dalam
konsentrasi yang diketahui dengan blangko sampel dan menetapkan konsentrasi analit terendah
yang dapat dideteksi dengan baik. Secara umum rasio signal terhadap noise 2:1 atau 3:1 dapat
diterima. Peneliti lain mengukur besarnya respon latar belakang analisis dengan melakukan
analisis terhadap sejumlah blangko sampel dan menghitung simpangan baku respon ini.
Simpangan baku dikalikan dengan faktor, biasanya 2 atau 3, memberikan batas deteksi. Batas
deteksi perkiraan ini selanjutnya divalidasi dengan melakukan beberapa kali analisis dalam
jumlah yang cukup terhadap sampel yang mengandung kadar analit mendeteksi batas deteksi
atau sampel yang dibuat konsentrasinya mendekati batas deteksi. Untuk metode non
instrumental, batas deteksi umumnya ditetapkan dengan melakukan analisis sampal yang
mengandung analit dalam kadar yang diketahui dan menentukan kadar terendah analit yang
dapat dideteksi dengan baik. Batas Kuantitasi Definisi batas kuantitasi adalah parameter
penetapan kuantitatif senyawa dengan kadar rendah dalam matrik sampel zat seperti cemaran
atau hasil urai dalam bahan tambahan pangan atau bahan penolong. Batas kuantitas dinatakan
sebagai konsentrasi analit (misal persen, bagian persemiliyar) dalam sampel zat. Penentuan batas
kuantitas suatu metode analisis bervariasi tergantung pada apakah metode analisis merupakan
prosedur instrumental atau non instrumental. Untuk prosedur instrumental, pendekatan umum
adalah dengan mengukur besarnya respon latar belakang analisis dengan cara melakukan analis
sejumlah blangko sampel dan menghitung simpangan baku relatif respon tersebut. Simpangan
baku yang diperoleh dikalikan dengan suatu faktor, biasanya 10, memberikan perkiraan batas
kuantitas. Selanjutnya batas kuantitas ini divalidasi dengan cara melakukan analisis terhadap
sejumlah sampel yang mengandung analit dalam jumlah yang diketahui mendekati batas
kuantitasi atau sampel yang dibuat mengandung analit pada batas kuantitas atau sampel yang
dibuat mengandung analit pada batas kuantitas. Untuk metode non instrumental, batas kuantitas
umumnya ditetapkan dengan melakukan analisis sampel yang mengandung analit dalam kadar
yang diketahui dan menentukan kadar terendah analit yang dapat dideteksi dengan presisi dan
akurasi yang dapat diterima. Linearitas dan Rentang Definisi linearitas ialah metode analisis
adalah kemampuan (dalam rentang penggunaan) untuk menyebabkan hasil uji yang secara
langsung atau melalui transformasi matematis yang umum dikenal proporsional terhadap
konsentrasi analit dalam sampel dalam rentang penggunaan metode analisis. Linearitas
dinyatakan dengan varians disekitar slope garis regresi (koefisien korelasi) dihitung berdasarkan
hubungan matematis yang pasti dari hasil uji yang diperoleh dengan melakukan analisis terhadap
sampel yang mengandung analit dalam jumlah yang berbeda. Definisi rentang, rentang metode
analisis adalah interval antara dan termasuk batas terendah dan termasuk batas terendah dan
batas tertinggi kadar analit yang telah terbukti dapat ditetapkan dengan metode analisis dengan
presisi, akurasi dan linieritas yang dapat diterima sesuai dengan tertulis dalam unit yang sama
dengan hasil uji (misalnya persen, bagian persejuta) yang diperoleh dengan metode analisis.
Penetapan linearitas dan rentang. Linearitas metode analisis ditetapkan dalam perlakuan
matematis perlakuan matematis hasil uji yang diperoleh dengan melakukan analisis terhadap
sampel-sampel yang mengandung analit sepanjang tentang pengujian yang dinyatakan pada
metode analisis. Perlakuan matematis pada umumnya meliputi perhitungan analisis regresi
dengan hitungan kuadrat terkecil hasil terhadap konsentrasi analit. Dalam beberapa analisis
untuk memperoleh linearitas hasil uji dari konsentrasi analit dalam sampel, data hasil uji lalu
ditransformasikan secara matematis sebelum dilakukan analisi regresi. Rentang metode analisis
divalidasi dengan melakukan verifikasi bahwa metode analisis menghasilkan presisi, akurasi dan
linearitas yang dapat diterima bila digunakan untuk menguji sampel yang mengandung analit,
baik pada konsentrasi tertinggi dan terendah maupun pada konsentrasi lain dalam rentang
pengujian sesuai dengan penggunaan metode analisis. Ruggednes Definisi Ruggedness metode
analisis adalah derajat reproduksibiltas metode analisis yang dilakukan dengan melakukan
analisis sampel yang sama dalam variasi kondisi pengujian normal seperti laboratorium, analis,
instrumen, lot pereaksi, atau pelaksanaan pengujian, suhu selama pengujian dan hari yang
berbeda. Reproduksibilitas biasanya dinyatakan sebagai kurangnya pengaruh tabel operasional
dan lingkungan penggunaan metode analisis terhadap hasil uji. Ruggednes adalah ukuran
reproduksibilitas hasil analisis dalam kondisi normal, kondisi yang diterapkan dari laboratorium
ke laboratorium yang lain dan dari analisis ke analisis. Penetapan ruggedness adalah analisis
ditentukan dengan melakukan analisis terhadap larutan zat dari sampel yang homogen dalam
laboratorium yang berbeda, analis yang berbeda, menggunakan kondisi operasional dan
lingkungan yang mungkin bervariasi tapi masih dalam batas parameter yang ditetapkan untuk
penetapan kadar. Ketegaran (Robustness) Definisi ketegaran metode analisis adalah ukuran
kemampuan metode untuk tetap bertahan terhadap pengaruh kecil tetapi dilakukan dengan
sengaja dengan membuat variasi dalam parameter metode analisis dan memberikan indikasi
kehandalan metode selama penggunaan normal. Unsur Data yang diperlukan untuk validasi
Prosedur penetapan kadar dalam monografi KMI sangat bervariasi dari penetapan analisis yang
sangat pasti sampai evaluasi subjektif dari atribut pengujian. Mempertimbangkan variasi
penetapan seperti ini, sangat logis bila metode pengujian yang berbeda memerlukan bagan
validasi yang berbeda pula. Kategori I Metode analisis untuk kuantitasi komponen utama bahan
baku, tambahan pangan atau bahan penolong (termasuk pengawet) Kategori II Metode analisis
untuk menentukan cemaran dalam bahan baku, penetapan karakteristik pangan atau bahan
penolong. Dalam kategori tercakup uji batas dan penetapan secara kuantitatif Kategori III
Metode analisis untuk penentuan karakteristik performan (misalnya pelarutan, titik lebur). Untuk
masing-masing kategori penetapan, dibutuhkan informasi analisis yang berbeda. Daftar dari tabel
2 adalah unsur data yang umumnya diperlukan untuk tiap kategori penetapan. Tabel 2. unsur data
yang diperlukan untuk validasi metode analisis Parameter Metode Analisis Kategori Kategori I
Kuantitatif Uji Batas Kategori III Akurasi + + * * Presisi + + - + Spesifitas - + - * Batas Deteksi
- - + * Batas Kuantitasi + + - * Linieritas + + - * Rentang + + * * Ruggednes + + + +
Keterangan: + Diperlukan - Tidak diperlukan * Mungkin diperlukan, tergantung pada sifat
pengujian Metode dan penetapan dan pengujian umum yang sudah dikenal baik seperti de titrasi
untuk penetapan kadar air, uji identifikasi harus divalidasi pula untuk dibuktikan akurasinya dan
tidak ada gangguan yang mungkin bila digunakan untuk baru atau bahan baku. Validasi suatu
metode analisis hanya dapat dilakukan dengan studi laboratorium: bila itu dokumentasi
keberhasilan penyelesaiannya studi seperti ini merupakan persyaratan dasar untuk menetapkan
apakah metode sesuai dengan tujuan penggunaanya. Dokumentasi yang memadai harus
menyertai setiap proposal metode analisis kompendial baru atau revisinya. (Kovar-Auterhoff,
1987) VI. CARA KERJA Cara kerja standar Antalgin dalam etanol 265 pada 236 nm 230 pada
265 nm (Kovar-Auterhoff, 1987) Cara Kerja Praktis: 1. Pembuatan larutan stock 0,1% Lebih
kurang 100,0 mg bahan standar (murni) yang ditimbang seksama, dimasukkan dalam labu takar
100,0 ml dan ditambahkan pelarutnya hingga 100,0 ml. 2. Penentuan panjang gelombang max ((
max) Diambil 200 (l larutan stock 0,1% dimasukkan dalam tabu takar 10 ml. ditambahkan
pelarutnya sampai 10,0 ml. Ambil larutan tersebut kedalam kurvet uv kemudian ukur pada
daerah panjang gelombang ultraviolet. Ditentukan ( max. 3. Dibuat seri vol. pengambilan larutan
stock (75, 125, 175, 225, 300), dimasukkan dalam labu takar 10,0 ml adkan dengan pelarutnya
yakni HCl 0,1N 10,0 ml. Ambil larutan tersebut dalam kuvet uv kemudian ukur pada daerah
panjang gelombang ultraviolet pada panjang gelombang maksimum (λmax) = 258 nm. 4.
Menentukan absorbansi sampel Lebih kurang 100,0 mg sampel ditimbang dengan seksama.
Dimasukkan dalam labu takar 100,0 ml. ditambahkan pelarut hingga 100 ml. diambil 0,5 ml.
dimasukkan dalam labu takar 10,0 ml. ditambahkan pelarut hingga 10,0 ml. dimasukkan dalam
kuvet UV. Dibaca absorbansi pada ( max yang dapat. Cara Kerja Skematis 1. Pembuatan larutan
stock 0,1 % Ditimbang seksama 100,0 mg bahan standar (murni) / antalgin murni ( dimasukkan
dalam labu takar 100,0 ml ( ditambahkan HCl 0,1N ad 100,0 ml 2. Penentuan panjang
gelombang max (( max) Diambil 100(l larutan stock 0,1% ( Dimasukkan dalam labu takar
10,0ml ( Ditambahkan HCL ad 10,0 ml ( Larutan diambil dimasukkan dalam kuvet UV ( Diukur
pada daerah panjang gelombang UV ( Ditentukan ( max 3. Pengukuran absorbansi larutan
standar Diambil 100(l larutan standar 0,1% ( Dimasukkan dalam labu takar 10,0ml (
Ditambahkan HCL ad 10,0 ml ( Diambil larutan tersebut dalam kuvet ( Diukur absorbansi pada (
max = 258nm 4. Penentuan kurva baku Diambil larutan stock 75(l, 125(l, 175(l, 225(l, 300(l (
Dimasukkan dalam labu takar 10,0 ml ( Ditambahkan HCL ad 10,0 ml ( Dibaca Absorbansi pada
( max yang didapat = 258 nm 5. Penentuan kurva baku = 100,0 mg sampel ditimbang seksama (
Dimasukkan dalam labu takar 100,0ml ( Ditambahkan HCL ad 100,0 ml ( Diambil 100(l (
dimasukkan dalam labu takar 10,0 ml ( ditambahkan HCL ad 10,0 ml ( dimasukkan dalam kuvet
UV ( Dibaca Absorbansi pada ( max yang didapat = 258 nm Untuk A = kadar tanpa penambahan
zat aktif B = kadar dengan penambahan zat aktif PERHITUNGAN AKURASI 1. Kelompok
dengan penambahan zat aktif 80% % zat aktif yang ditambahkan 2. Kelompok dengan
penambahan zat aktif 100% % zat aktif yang ditambahkan 3. Kelompok dengan penambahan zat
aktif 120% % zat aktif yang ditambahkan 1. Sampel Dihitung keseragaman bobot, gerus ad halus
( Sampel Antalgin ditimbang seksama ± 120 mg ( Dimasukkan dalam labu takar 100 ml di ad-
kan dengan HCL ad 100 ml ( Dari campuran di atas ambil 100(l, ditambahkan dengan HCL ad
10 ml dalam labu takar 10 ml ( Dibaca Absorbansinya pada Spektrofotometri UV pada ( max
258 nm ( Dicari kadarnya dari persamaan kurva baku yang didapat ( Dihitung % recover-nya 2.
Sampel + 80% zat aktif Zat murni antalgin ditimbang ± 120,0 mg dimasukkan dalam labu takar
100,0 ml + sampel zat aktif atau dari larutan stock 80%-nya ( ditambahkan HCL ad larut (bila
tidak larut disaring) ( Dimasukkan dalam labu takar 100 ml di ad HCL ad 100 ml ( diambil 100(l,
ad HCL ad 10 ml pada labu takar 10 ml ( Dibaca Absorbansinya pada pada ( max 258 nm (
Dicari kadarnya dari persamaan kurva baku yang didapat ( Dihitung % recoverynya 3. Sampel +
100% zat aktif Zat murni antalgin ditimbang ± 120,0 mg dimasukkan dalam labu takar 100,0 ml
+ sampel zat aktif atau diambil dari larutan stok 100%-nya ( Ditambahkan HCL ad larut (bila
tidak larut disaring) ( Dimasukkan dalam labu takar 100 ml di ad HCL ad 100 ml ( Diambil
100µL ad HCL ad 10 ml pada labu takar 10 ml ( Dibaca Absorbansinya pada pada ( max 258 nm
( Dicari kadarnya dari persamaan kurva baku yang didapat ( Dihitung % recoverynya 4. Sampel
+120% zat aktif Zat murni antalgin ditimbang ± 120,0 mg dimasukkan dalam labu takar 100,0
ml + sampel zat aktif atau dari larutan stock 120%-nya ( ditambahkan HCL ad larut (bila tidak
larut disaring) ( Dimasukkan dalam labu takar 100 ml di ad HCL ad 100 ml ( Diambil 100(l, ad
HCL ad 10 ml pada labu takar 10 ml ( Dibaca Absorbansinya pada pada ( max 258 nm ( Dicari
kadarnya dari persamaan kurva baku yang didapat ( Dihitung % recoverinya RIPITABILITAS
Keseragaman bobot dihitung, gerus ad halus ( Sampel Antalgin ditimbang seksama ±120 mg ( di
replikasi 7X ( Masing-masing dimasukkan dalam labu takar 100,0 ml ( Ditambahkan HCL ad
100,0 ml ad larut (bila tidak larut disaring) ( Diambil 150(l, dimasukkan dalam labu takar 10 ml
dan ditambahkan HCL 10 ml ( Dibaca absorbansinya pada ( max (258 nm) ( Dihitung RSD-nya
dengan kriteria keberterimaan RSD < 2% LINIERITAS Ditimbang antalgiin dengan range kadar
70%-130% dengan seksama yakni: ± 70,01 mg, 80,11 mg, 90,13 mg, 100,52 mg, 110,16 mg,
120,17 mg, 130,18 mg ( Diimasukkan dalam labu takar 100,0 ml dan ditambakan HCL ad 10 ml
( Diambil 100(l, untuk range kadar 70%-130% dimasukkan dalam labu takar 10 ml dan
ditambahkan ad 10ml, dikocok hingga homogen ( Dibaca absorbansinya dan dicari kadarnya dari
persamaan kurva baku yang didapat ( Dicari R dengan Regresi Linier kadar/berat penimbangan
vs Absorbansi ( Kriteria keberterimaan adalah jika r> 0,98 VII. PEMBAHASAN Percobaan kali
ini bertujuan agar mahasiswa mampu mengetahui dan menetapkan kadar antalgin dalam sediaan
tablet dengan metode analisis spektrofotometri UV serta mampu melakukan validasi metode
analisis spektrofotometri UV pada antalgin dalam sediaan tablet dengan menguji secara akurasi,
ripitabilitas dan linieritas. Pada praktikum kali ini bahan obat yang digunakan adalah tablet
antalgin yang sering digunakan sebagai analgesik atau antipiretik. Tablet adalah sediaan padat
mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. (FI IV). Tablet metampiron atau
antalgin mengandung metampiron, C13HI6N3NaO4S.H2O, tidak kurang dari 95,0% dan tidak
lebih dari 105,0% dari jumlah yang tidak tertera dalam etiket (FI IV). Pada percobaan ini
digunakan metode spektrofotometri UV karena dilihat dari strukturnya, antalgin memiliki gugus
kromofor sehingga kadarnya bisa ditetapkan dengan spektrofotometri UV. Gugus kromofor ini
adalah gugus atom yang bertanggung jawab pada penyerapan cahaya yang merupakan gugus
tidak jenuh kovalen yang dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-VIS. Gugus kromofor disini
berupa benzen yang mempunyai ikatan rangkap terkonjungsi. Spektrofotometri UV adalah
teknik analisis yang menggunakan sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dan sinar tampak
dengan instrument spektrofotometer. Sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet 190-380 nm dan
sinar tampak 380-780 nm. Spektrofotometri UV melibatkan energi elektronik yang cukup besar
pada molekul yang dianalisis sehingga lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif
dibandingkan kualitatif. Pada analisis spektrofotometri umumnya menentukan Operating Time
(OT) terlebih dahulu dengan tujuan untuk memberikan reaksi yang sempurna antar pereakasi
warna yang digunakan dengan obat sehingga diperoleh harga absorbansi yang stabil. Tetapi pada
penetapan kadar antalgin hal tersebut tidak dilakukan karena antalgin tidak direaksikan dengan
pereaksi warna hanya dilarutkan pada pelarut yang sesuai (salah satu syarat pembacaan
absorbansi pada spekttofotometer UV). Hal pertama yang dilakukan adalah membuat larutan
stock 0,1%. Dengan cara menimbang sampel antalgin ± 100 mg dimasukkan dalam labu takar
100 ml dan dilarutkan dengan HCL ad 100 ml. Sebelum dimasukkan dalam labu takar, labu takar
terlebih dahulu dicuci dengan aquadest dan sedikit HCL, hal ini dimaksudkan agar pada
penentuan ( max absorbansinya tepat sebab tidak ada zat lain yang tercampur. HCL disini
berfungsi sebagai pelarut dari antalgin karena antalgin hanya dapat larut dalam pelarut organik.
Tetapi dalam percobaan antalgin tidak dapat larut sempurna dalam HCL sehingga perlu
dilakukan penyaringan sebab adanya antalgin yang tidak larut akan mempengaruhi pada
pembacaan absorbansi. Setelah itu ditentukan ( maxnya dengan mengambil 200(l dari larutan
stok 0.1% yang telah dibuat kemudian ditambahkan HCL ad 10 ml dalam labu takar 10 ml.
dibaca Absorbansinya pada spektrofotometri UV pada berbagai panjang gelombang 200-300 nm.
Kemudian diambil rentang range absorbansi (0.2-0.8). Panjang gelombang maksimum adalah
panjang gelombang yang memberikan serapan terbesar disamping itu pada panjang gelombang
maksimum absorpitifitas molarnya stabil dan menunjukkan kurva kalibrasi linier. Kenapa harus
dilakukan pembacaan pada ( max dikarenakan pada ( max kepekaannya tinggi dan pada ( max
penyimpangan kadar yang kecil bisa terdeteksi dengan baik. Pada pembacaan ( max dilakukan
terlebih dahulu pembacaan blangko, hal ini dimaksudkan untuk mengkalibrasi alat untuk
mengurangi kesalahan. Blangko hanya terdiri pelarut saja. Perlu diperhatikan pada pemegangan
kuvet harus benar karena akan mempengaruhi pembacaan absorbansi pada alat. Dari hasil
percobaan didapat ( max sebesar 258 nm. Hal ini sesuai dengan teori karena Antalgin memiliki
dalam Aqueos acid 258 nm pada absorbansi 266 nm. Setelah diperoleh ( max, dilakukan
pembuatan seri kadar dari larutan stok. Diambil larutan stock 150(l, 175(l, 200(l, 225(l, 250(l
,275(l dan 300(l kemudian dilarutkan dengan etanol ad 10 ml. bila tidak larut disaring dengan
kertas saring, kemudian dibaca absorbansinya pada ( max (258nm). Pembuatan seri kadar ini
digunakan untuk membuat kurva baku yang nantinya digunakan untuk menghitung kadar
sampel. Kurva baku dibuat dengan membuat persamaan regresi linier dari data konsentrasi
masing-masing seri kadar VS absorbansinya dengan persaman kurva baku y = 304,602 x + (-
0,1910). Persamaan kurva baku ini dibutuhkan untuk menghitung konsentrasi pada saat uji
parameter validasi seperti akurasi, presisi dan liniearitas. Dari persamaan kurva baku tersebut
ditentukan absorbansinya Sampel (tablet altalgin) dengan cara menimbang sejumlah antalgin
dengan seksama ±100,0 mg kemudian dimasukkan dalam labu takar 100 ml dan ditambahkan
HCL ad 100 ml dan kocok hingga homogen. Dari larutan diambil 200(l ml kemudian di ad-kan
dengan HCL ad 10 ml dalam labu takar 10 ml. Setelah itu dibaca Absorbansinya pada
spektrofotometri UV pada ( max 258 nm. Setelah didapat absorbansi kemudian dihitung
kadarnya. Mungkin hasil yang di dapat tidak sesuai dengan teoritis dikarenakan kesalahan dari
praktikan pada saat praktikum dan dari pengalaman praktikan yang kurang. VIII.
KESIMPULAN · Percobaan bertujuan untuk menetapkan kadar Antalgin dengan menggunakan
spektrofotometri UV mahasiswa mampu melakukan validasi metode analisis, mahasiswa mampu
menganalisis bagaimana penetapan kadar suatu obat spektrometri UV · Parameter validasi yang
digunakan adalah akurasi, presisi, dan linieritas · Akurasi merupakan keterdekatan nilai
pengukuran dengan nilai sebenarnya dari analit dalam sampel. Akurasi sering dinyatakan sebagai
persen perolehan kembali (% recovery) atau error · Ripitabilitas merupakan sejumlah pencaran
hasil yang diperoleh dari analisis berulangkali pada suatu sampel homogen · Linieritas adalah
kemampuan (dalam rentang penggunaan) untuk mendapatkan hasil uji yang secara langsaung
proporsional dengan konsentrasi (jumlah) analit didalam sampel · Presisi dinyatakan dengan
koefisiensi variasi (Coefficient of Variation = CV) atau simpangan baku relatif (Relative
Standard Deviation = RSD), CV atau RSD < 2%. · Liniearitas yang didapat adalah R= 0,861 hal
ini tidak sesuai dengan nilai teoritis yaitu R> 0,98 · Hasil uji parameter No Parameter Hasil
Keterangan 1 Akurasi dan recovery a. Penambahan zat aktif 80% b. Penambahan zat aktif 100%
c. Penambahan zat aktif 120% a. RSD = 7.06 % % Recovery = 1.63 % b. RSD = 70.73% %
Recovery = 19.17% c. RSD = 39.002% % Recovery = 25.46% Tidak diterima Tidak diterima
Tidak diterima Tidak diterima Tidak diterima Tidak diterima 2. Ripitabilitas RSD = 8.36 %
Tidak diterima 3. Liniearitas R1 = 0.9845 R2 = 0.796 diterima Tidak diterima IX. DAFTAR
PUSTAKA Anonim, 1979. Farmakope Indonesia Ed. II, Depkes RI: Jakarta Anonim, 2006.
Petunjuk Praktikum Instrumental, Fakultas Farmasi UMS: Surakarta Anonim, 2007. Petunjuk
Praktikum Analisis Farmasi, Fakultas Farmasi UMS: Surakarta Kover-Auterhoff, 1987.
Identifikasi Obat. Fakultas Farmasi: ITB: Bandung Skog, D.A. 1985. Principles Of Instrumental
Analysis, 3rd Ed., Sauders College Publ., Philadelphia. Sudjadi dan Rohman, A. 2004. Analisis
Obat Dan Makanan. Fakultas Farmasi. UGM: Yogyakarta. Nas03 – CH2 - N N C6H5 N N O
CH3 CH3 CH3 H2O C10H16N3NaO4S.H2O BIM = 351,32 Nas03 – CH2 - N N C6H5 N N O
CH3 CH3 CH3 H2O C10H16N3NaO4S.H2O BIM = 351,32 _1306118049.unknown
_1306118050.unknown _1306118047.unknown _1306118048.unknown _1306118045.unknown
_1306118046.unknown _1306118044.unknown

Anda mungkin juga menyukai