Anda di halaman 1dari 9

PENGUATAN PERAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DALAM MEMBERIKAN

KEADILAN BAGI MASYARAKAT

Aldo Yudha Romadhani


220710101376
Ilmu Hukum
Fakultas Hukum
aldoyudhapb@gmail.com

Pengantar
Hukum Indonesia adalah suatu sistem peraturan dan asas yang mengarahkan tingkah
laku individu dan lembaga-lembaga dalam masyarakat. Sistem hukum Indonesia didasarkan
pada hukum perdata yang pada dasarnya berasal dari sistem hukum Belanda akibat
penjajahan. Selain itu, Indonesia juga terkenal dengan kuatnya pengaruh hukum adat, serta
komponen hukum Islam, khususnya hukum keluarga bagi umat Islam. Sistem hukum
Indonesia tersusun dari berbagai sumber hukum, antara lain undang-undang (UU), peraturan
pemerintah (PP), peraturan daerah (Perda), dan lain sebagainya. Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia, yang disebut UUD 1945 (UUD 1945), merupakan pembentuk
undang-undang terpenting di negara ini. Bantuan hukum di Indonesia merupakan suatu
prosedur pemberian bantuan kepada individu atau masyarakat yang kurang mampu secara
ekonomi untuk memperoleh akses terhadap keadilan melalui bantuan hukum. Pelayanan ini
dimaksudkan untuk menjamin setiap warga negara mempunyai kesempatan yang sama untuk
mendapatkan keadilan, meskipun terdapat keterbatasan finansial yang mungkin timbul.
Bantuan hukum di Indonesia difasilitasi oleh Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 yang
menjelaskan tata cara. Undang-undang ini memberikan tanggung jawab kepada pemerintah
dan masyarakat untuk membantu individu yang miskin dan kurang beruntung dengan bantuan
hukum. Layanan bantuan hukum memberikan berbagai jenis bantuan, termasuk konseling
hukum, persiapan dokumen, dan bantuan pengadilan.1
Akses ke sistem peradilan adalah hak dasar setiap warga, tanpa memandang kondisi
ekonomi atau status sosialnya. Namun, mencari keadilan seringkali menjadi hal yang sulit
dan mahal bagi banyak orang. Lembaga bantuan hukum memainkan peranan krusial dalam
memastikan bahwa kelompok-kelompok marginal dan rentan dalam masyarakat dapat
mengakses keadilan. Dalam esai ini, akan dibahas mengenai peran vital yang dimainkan oleh
lembaga bantuan hukum dalam memastikan keadilan bagi semua lapisan masyarakat,
1
Denny Indrayana,(2015). Bantuan Hukum di Indonesia: Sebuah Kajian Teoritis dan Praktis.
keuntungan yang mereka berikan, serta tantangan yang dihadapi dalam melaksanakan tugas
mereka.
Lembaga-lembaga bantuan hukum memiliki peranan fundamental dalam
menyediakan akses kepada keadilan bagi mereka yang tidak mampu mendapatkan
representasi hukum sendiri. Dengan menyediakan layanan hukum yang gratis atau dengan
biaya yang sangat rendah, organisasi ini menutup celah keadilan untuk kelompok-kelompok
yang marginal dan rentan, termasuk mereka yang memiliki pendapatan rendah, para imigran,
dan korban dari kekerasan domestik. Contohnya, di Amerika Serikat, Legal Services
Corporation menawarkan layanan bantuan hukum kepada individu dan keluarga dengan
pendapatan rendah, menjamin akses keadilan yang setara untuk semua, tanpa memperhatikan
kondisi keuangan mereka. Lebih dari sekedar memperluas akses keadilan, lembaga bantuan
hukum juga meningkatkan kualitas dari keadilan itu sendiri. Dengan menyediakan keahlian
hukum, bantuan hukum dapat meminimalisir kejadian vonis salah dan memastikan bahwa
keadilan diberlakukan secara benar. Sebagai contoh, di Inggris, proyek Innocence telah
berkontribusi dalam membebaskan individu yang keliru dihukum atas kejahatan. Selain itu,
bantuan hukum bisa memberikan umpan balik penting untuk sistem peradilan, yang pada
gilirannya dapat meningkatkan kualitas peradilan secara umum. Jadi, peranan lembaga
bantuan hukum dalam memastikan keadilan ditegakkan dengan adil dan merata tidak bisa
diabaikan.
Walaupun pentingnya lembaga bantuan hukum tidak diragukan, mereka menghadapi
sejumlah tantangan dalam melaksanakan peran mereka. Kendala terbesar adalah kekurangan
pendanaan untuk program-program bantuan hukum. Banyak organisasi bantuan hukum
kesulitan mendapatkan dana yang cukup untuk memberikan layanan hukum yang efektif bagi
mereka yang memerlukannya. Selain itu, kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang
layanan bantuan hukum membuat sulit bagi individu untuk memanfaatkannya. Terakhir,
beberapa profesional di bidang hukum melihat bantuan hukum sebagai ancaman terhadap
penghasilan mereka, yang menyebabkan adanya resistensi terhadap ekspansi layanan bantuan
hukum.
Lembaga Bantuan Hukum (LBH) merupakan organisasi yang memberikan bantuan
hukum kepada masyarakat, khususnya kepada masyarakat yang tidak mampu secara
finansial. Di Indonesia, LBH mempunyai dampak yang signifikan dalam memberikan akses
keadilan bagi masyarakat umum, terutama pada masa Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945). Namun, LBH masih mempunyai berbagai
permasalahan dan hambatan dalam melaksanakan tugasnya. Salah satu kesulitan utama
adalah kurangnya sumber daya, baik finansial maupun tenaga ahli. Selain itu, LBH juga
berupaya menjangkau individu-individu yang membutuhkan bantuan hukum, khususnya di
daerah terpencil.2
Selain itu, LBH kesulitan menjangkau individu yang membutuhkan bantuan hukum,
terutama di daerah terpencil, kurangnya akses terhadap informasi dan layanan hukum
seringkali menjadi permasalahan. Kondisi geografis yang bervariasi dan infrastruktur yang
belum memadai di beberapa wilayah Indonesia turut menyebabkan sulitnya LBH dalam
memberikan layanan secara efektif. Pembatasan ini tidak hanya menghambat penyebaran
informasi mengenai hak-hak hukum masyarakat, namun juga menghambat pengumpulan
bukti dan dokumentasi yang diperlukan untuk administrasi kasus. 3 Untuk mengatasi hal
tersebut diperlukan taktik dan inovasi khusus dalam pemberian pelayanan hukum, pelayanan
tersebut harus memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi hingga menjangkau
daerah-daerah terpencil, hal ini akan membantu memperluas jumlah masyarakat penerima
LBH.

Pendidikan Paralegal Bagi Mahasiswa: Membangun Jembatan Akses Keadilan


Upaya peningkatan efektivitas Lembaga Bantuan Hukum (LBH) dalam menyediakan
layanan kepada komunitas sangat diuntungkan oleh kontribusi pendidikan paralegal untuk
mahasiswa. Sebagai asisten hukum untuk advokat, paralegal memainkan peran krusial dalam
mempermudah penyediaan layanan hukum. Dengan diperlengkapi pengetahuan hukum dan
keterampilan yang sesuai, mahasiswa dapat mendukung advokat dalam berbagai area,
termasuk penelitian hukum, penyusunan dokumen, dan penyediaan informasi hukum kepada
masyarakat. Pendidikan paralegal untuk mahasiswa adalah aktivitas kunci untuk menguatkan
fungsi LBH, dengan tujuan meningkatkan pemahaman mahasiswa dalam membantu
masyarakat, terutama yang kurang beruntung dan marginal, serta meningkatkan kualitas
paralegal dalam menyediakan layanan hukum. Ini juga bertujuan untuk mempersiapkan
mahasiswa, sebagai penegak hukum masa depan, untuk memahami hukum secara
komprehensif, termasuk hukum substantif dan prosedural serta dasar-dasar penyelesaian
sengketa alternatif. Dalam era digital saat ini, mengubah layanan bantuan hukum menjadi
digital menjadi kebutuhan, sehingga mahasiswa juga harus dikenalkan dengan teknologi yang

2
Ibid.
3
Herlambang P Wiratraman,(2012). Peran Lembaga Bantuan Hukum dalam Mewujudkan Akses Keadilan bagi
Masyarakat
dapat memperluas cakupan layanan, meningkatkan efisiensi, dan memudahkan akses bagi
masyarakat untuk mendapatkan bantuan hukum.
Keuntungan dari Pendidikan Paralegal untuk Mahasiswa:
 Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan Hukum: Melalui pendidikan paralegal,
mahasiswa diperkaya dengan pengetahuan dan keterampilan hukum penting, termasuk
di bidang hukum perdata, pidana, administrasi negara, dan prosedur hukum.
 Menciptakan Kesadaran terhadap Keadilan Sosial: Program ini memupuk empati dan
kesadaran mahasiswa terhadap tantangan hukum yang dihadapi oleh kelompok rentan
dan marginal.
 Menyiapkan Mahasiswa sebagai Advokat Pro Bono: Menghubungkan teori dengan
praktik hukum, pendidikan paralegal menyiapkan mahasiswa untuk memberikan
bantuan langsung kepada masyarakat yang memerlukannya.
 Membuka Peluang Kerja di Bidang Hukum: Kemampuan paralegal yang semakin
dicari memperluas kesempatan kerja untuk mahasiswa, baik di LBH, NGO, firma
hukum, maupun lembaga terkait lainnya.
Model Efektif dari Pendidikan Paralegal:
 Integrasi Teori dan Praktik: Pendidikan ini harus menggabungkan pembelajaran teori
hukum dengan aplikasi praktis, melalui simulasi, observasi di LBH, dan magang.
 Pembelajaran Aktif dan Aplikatif: Metode pembelajaran yang menekankan pada
partisipasi aktif, seperti diskusi, analisis kasus, dan permainan peran, untuk
meningkatkan pemahaman mahasiswa.
 Penglibatan Praktisi Hukum sebagai Pengajar: Menyertakan praktisi hukum dalam
proses belajar mengajar memberikan perspektif dan pengalaman nyata dalam dunia
hukum kepada mahasiswa.
 Kesempatan Magang di LBH: Memberikan mahasiswa kesempatan untuk magang di
LBH memungkinkan mereka untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan mereka
secara langsung sambil memberikan kontribusi kepada masyarakat.

Reformulasi Undang-Undang Bantuan Hukum


Reformasi undang-undang yang mengatur tentang bantuan hukum menjadi penting
untuk menjawab tantangan zaman dan kebutuhan masyarakat yang terus berkembang. Upaya-
upaya untuk merevisi regulasi ini telah berlangsung, termasuk perubahan pada Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum, yang bertujuan untuk lebih
memastikan hak-hak korban dalam mendapatkan bantuan hukum diperluas 4. Selain itu, ada
inisiatif untuk memperbaiki aturan mengenai pemberian bantuan hukum gratis (pro bono)
bagi tersangka atau terdakwa yang tidak mampu dalam rangka menciptakan sistem peradilan
pidana yang lebih adil. Terdapat kesenjangan antara berbagai undang-undang seperti UU
Bantuan Hukum dan UU Advokat, yang sering kali menyebabkan kebingungan dan tumpang
tindih, sehingga memerlukan koordinasi yang lebih baik antar peraturan tersebut. Selain itu,
reformasi undang-undang bantuan hukum juga bertujuan untuk meningkatkan akses
masyarakat terhadap layanan hukum, memperbaiki kualitas layanan tersebut, dan memastikan
perlindungan yang lebih baik bagi hak-hak individu yang memerlukan bantuan hukum 5.
Pentingnya pengawasan yang efektif dalam proses reformasi ini ditekankan untuk
memastikan bahwa hubungan bantuan hukum dapat berjalan dengan adil dan sesuai dengan
tujuan awalnya.
Awalnya, lembaga-lembaga bantuan hukum di Indonesia beroperasi sebagai yayasan.
Namun, dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2013, yang
merupakan revisi dari Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2005 tentang Bantuan Hukum,
terjadi perubahan dalam format pendirian lembaga bantuan hukum menjadi organisasi
kemasyarakatan (ormas) atau koperasi.6 Tujuan dari perubahan ini adalah untuk
meningkatkan standar kualitas dan keefektifan dalam penyediaan layanan bantuan hukum,
serta untuk menguatkan mekanisme pengawasan dan meningkatkan tingkat akuntabilitas dari
lembaga-lembaga bantuan hukum tersebut. Sebagai ormas, lembaga bantuan hukum wajib
untuk mendaftar dan diakui oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Lembaga
tersebut juga diharuskan untuk memenuhi berbagai kriteria administratif dan teknis, termasuk
memiliki struktur organisasi yang terdefinisi dengan jelas, anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga, serta staf ahli yang memiliki keahlian di bidang hukum. Di sisi lain, lembaga
bantuan hukum yang didirikan sebagai koperasi harus mendapatkan registrasi dan pengakuan
dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. Lembaga dalam bentuk koperasi
juga dituntut untuk memenuhi kriteria administratif dan teknis serupa, yang mencakup
penyediaan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan tenaga ahli yang berkualifikasi di
bidang hukum.7

4
Hakki Fajriando,(2020). Revisi UU Bantuan Hukum demi Meningkatkan Pemenuhan Hak korban untuk
Mendapatkan Bantuan Hukum. Jurnal HAM. vol 11. no 3
5
Ibid.
6
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 63
Tahun 2005 tentang Bantuan Hukum
7
Sri Endah Witarti,(2010). Akses Keadialan dan Peran Lembaga Bantuan Hukum.
Reformasi dalam pendirian lembaga bantuan hukum ini bertujuan untuk menciptakan
lembaga yang lebih terstruktur dan terorganisasi dengan baik, yang pada gilirannya
diharapkan dapat menyediakan layanan bantuan hukum yang lebih berkualitas dan efektif
untuk masyarakat yang memerlukannya. Selain itu, reformasi ini diharapkan dapat
memperkuat pengawasan dan akuntabilitas lembaga bantuan hukum, yang esensial untuk
mencegah penyalahgunaan kekuasaan dan pelanggaran etika dalam proses penyediaan
layanan bantuan hukum.
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam proses reformulasi mencakup:
 Ekspansi Cakupan Bantuan Hukum: Ini bertujuan untuk memastikan lebih banyak
masyarakat yang membutuhkan dapat mengakses layanan hukum tanpa terhalang oleh
batasan cakupan yang ketat.
 Pemudahan Persyaratan untuk Penerima Bantuan Hukum: Mengurangi kerumitan dan
ketatnya syarat yang harus dipenuhi oleh calon penerima bantuan hukum sehingga lebih
inklusif.
 Penguatan Mekanisme Pendanaan untuk LBH: Menjamin bahwa LBH memiliki sumber
daya yang memadai untuk memberikan layanan bantuan hukum yang berkualitas
kepada masyarakat.
 Peningkatan Peran LBH: Mendorong LBH tidak hanya dalam memberikan bantuan
hukum tetapi juga dalam berkontribusi pada pendidikan hukum masyarakat dan
advokasi kebijakan hukum yang lebih adil.
Keterbatasan dalam undang-undang no. 16 tahun 2011 tentang bantuan hukum mencakup
beberapa aspek penting dalam pembatasan dalam cakupan bantuan hukum:
 Fokus utama pada litigasi: berdasarkan pasal 1 ayat (2), layanan bantuan hukum
terutama ditujukan untuk kasus-kasus litigasi, seperti perkara perdata, pidana, tata
usaha negara, dan di mahkamah konstitusi.
 Terbatasnya jenis perkara yang dapat dibantu: seperti dijelaskan dalam pasal 13 ayat
(1), bantuan hukum untuk kasus pidana tidak mencakup semua tipe tindak pidana.
 Optimalisasi bantuan hukum non-litigasi masih kurang: menurut pasal 14, layanan
seperti penyuluhan hukum, konsultasi, dan pembuatan dokumen hukum belum
terlaksana dengan maksimal.
Syarat ketat untuk penerima bantuan hukum:
 Bukti kepemiskinan diperlukan: seperti yang tertuang dalam pasal 15 ayat (1),
penerima harus menunjukkan bukti tidak mampu, seperti surat keterangan dari
kelurahan atau desa.
 Proses pengajuan yang kompleks: dijelaskan dalam pasal 16, calon penerima harus
melalui proses pengisian formulir dan menyediakan berbagai dokumen pendukung.
 Kriteria penerima bantuan kurang jelas: pasal 15 ayat (2) menyebutkan bahwa batasan
penghasilan dan jumlah tanggungan keluarga belum didefinisikan dengan jelas.
Pendanaan untuk LBH belum optimal:
 Dana bantuan hukum terbatas: menurut pasal 27 ayat (1), alokasi anggaran negara
untuk bantuan hukum masih belum memadai.
 Distribusi dana yang tidak merata: pasal 29 menunjukkan bahwa lbh di daerah terpencil
masih mengalami kekurangan dana.
 Kurangnya transparansi dalam pendanaan: pasal 30 mengindikasikan adanya
kekurangan informasi publik mengenai bagaimana dana bantuan hukum digunakan.

Transformasi Layanan Bantuan Hukum Digital


Kebutuhan akan digitalisasi dalam layanan bantuan hukum menjadi semakin penting
untuk memperluas akses dan meningkatkan kinerja layanan bagi masyarakat. Contohnya, di
Belanda, telah terjadi perubahan signifikan dalam sistem pengadilan melalui penggunaan
teknologi digital, termasuk penerapan kecerdasan buatan untuk mengoptimalkan proses
pengadilan. Di Indonesia, inovasi serupa telah diterapkan dalam bidang hukum, khususnya
dalam penyuluhan hukum, di mana metode tradisional telah digantikan dengan pendekatan
yang lebih modern dan digital. Digitalisasi ini juga berperan dalam memperkuat mekanisme
pengawasan dan akuntabilitas pada lembaga bantuan hukum, membantu mencegah
penyalahgunaan kekuasaan dan pelanggaran etik dalam penyediaan layanan hukum. Oleh
karena itu, pentingnya pengawasan yang efektif dalam proses digitalisasi layanan bantuan
hukum untuk memastikan bahwa prinsip keadilan dan keseimbangan dalam hubungan
bantuan hukum terjaga.8
Digitalisasi layanan bantuan hukum menawarkan potensi besar dalam memperbaiki
akses dan kinerja layanan hukum bagi masyarakat. Melalui penggunaan platform digital,
informasi hukum dan layanan bantuan dapat diakses dengan lebih mudah oleh masyarakat,

8
Biro Humas,(2022). Pentingnnya Digitalisasi demi Pelayanan Publik yang Efektif. diakses pada 23 Februari
2023 dari https://www.kemenkumham.go.id/berita-utama/pentingnya-digitalisasi-demi-pelayanan-publik-
yang-efektif
tanpa perlu berkunjung langsung ke kantor lembaga bantuan hukum. Proses digitalisasi ini
juga berkontribusi dalam meningkatkan integritas dan tanggung jawab lembaga bantuan
hukum, dengan meminimalisir risiko penyalahgunaan kekuasaan dan pelanggaran etik dalam
penyediaan layanan hukum.9 Selain itu, transformasi digital dalam layanan bantuan hukum
dapat mempercepat penanganan kasus hukum dan menyediakan solusi yang lebih efisien
untuk masyarakat. Pentingnya pengawasan yang ketat dalam proses digitalisasi ini untuk
memastikan bahwa hubungan bantuan hukum tetap adil dan sesuai dengan tujuannya.
Pemanfaatan teknologi digital merupakan langkah strategis yang krusial dalam
memajukan dan memperluas layanan Lembaga Bantuan Hukum (LBH). Melalui digitalisasi
layanan, LBH dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman serta meningkatkan kualitas
pelayanannya kepada masyarakat.
Keuntungan dari digitalisasi layanan bantuan hukum:
 Ekspansi jangkauan layanan: digitalisasi memungkinkan lbh untuk menjangkau
komunitas yang lebih luas, termasuk mereka yang berada di lokasi terpencil.
 Kemudahan akses informasi dan layanan: teknologi digital memudahkan masyarakat
untuk mengakses informasi dan layanan hukum hanya dengan beberapa klik.
 Peningkatan efisiensi dan efektivitas: proses digital membantu meningkatkan efisiensi
kerja lbh, memungkinkan mereka untuk melayani lebih banyak kasus dalam waktu
yang lebih singkat.
 Transparansi dan akuntabilitas yang lebih besar: digitalisasi memudahkan pengawasan
dan evaluasi layanan lbh, memastikan transparansi dan akuntabilitas.
Tantangan dalam digitalisasi layanan bantuan hukum:
 Kesenjangan akses digital: tidak semua lapisan masyarakat memiliki akses atau
kemampuan untuk menggunakan teknologi digital.
 Keamanan data: perlindungan data pribadi dan keamanan informasi menjadi tantangan
utama dalam layanan digital.
 Literasi digital: perlu adanya peningkatan kemampuan masyarakat dalam menggunakan
teknologi digital untuk mengakses layanan hukum.

Peran Penting Layanan Non-Litigasi LBH:


Meningkatkan layanan non-litigasi, termasuk mediasi, menawarkan sebuah solusi alternatif
yang efisien, ekonomis, dan memuaskan bagi publik dalam menyelesaikan perselisihan.

9
Ibid.
Proses mediasi, sebagai salah satu metode penyelesaian konflik di luar sistem peradilan,
dapat memfasilitasi pencapaian keadilan bagi semua pihak yang terlibat[1]. Dengan memilih
jalur penyelesaian sengketa non-litigasi seperti mediasi, masyarakat dapat mengelak dari
prosedur litigasi yang sering kali membutuhkan waktu lama dan biaya besar. Selain itu,
mediasi menyediakan platform bagi para pihak untuk mencapai kesepakatan secara damai
tanpa perlu menghadapi proses pengadilan[2].
Jenis layanan non-litigasi yang dapat dilakukan di luar pengadilan adalah sebagai berikut:
Konsultasi: suatu tindakan yang bersifat pribadi antara konsultan dan klien, di mana
konsultan memberikan pendapatnya untuk memenuhi kebutuhan klien. Negosiasi: suatu cara
penyelesaian penyelesaian oleh para pihak sendiri tanpa bantuan pihak lain , di mana para
pihak berunding untuk mencari solusi.
 Mediasi adalah metode penyelesaian di luar pengadilan di mana para pihak yang
bersengketa berunding untuk mencapai kesepakatan. Konsiliasi adalah metode
penyelesaian penyelesaian di luar pengadilan di mana pihak ketiga terlibat untuk
menyelesaikan penyelesaian .
 Penilaian ahli adalah metode penyelesaian penyelesaian di luar pengadilan yang
melibatkan ahli dalam bidang tertentu untuk memberikan pendapat atau rekomendasi
tentang cara menyelesaikan penyelesaian .
 Arbitrase adalah metode penyelesaian penyelesaian di luar pengadilan yang
diselesaikan melalui lembaga arbitrase yang diresmikan oleh negara.
 Alternatif penyelesaian sengketa non-litigasi, termasuk mediasi, menawarkan sebuah
pendekatan yang efektif untuk berbagai macam sengketa, dari masalah perdata hingga
konflik antar partai politik. Dengan berbagai metode seperti konsultasi, negosiasi,
mediasi, konsiliasi, atau evaluasi oleh ahli, masyarakat diberikan lebih banyak pilihan
dalam mengatasi isu hukum tanpa perlu terlibat dalam sistem peradilan.
 Melalui pengembangan layanan non-litigasi, lembaga bantuan hukum bisa mengadopsi
strategi yang lebih menyeluruh dan preventif dalam menangani masalah hukum yang
dihadapi masyarakat. Hasilnya, publik dapat menikmati solusi yang tidak hanya efektif
tetapi juga memuaskan dalam menyelesaikan perselisihan mereka.

Anda mungkin juga menyukai