KAJIAN PUSTAKA
A. Ijarah
1. Pengertian Ijarah
jasa, atau imbalan.14 Menurut bahasa Al-Ijarah berasal dari kata Al-
Ajru yang berarti Al-Wadu (ganti), atau dapat juga berarti As-Shawab
suatu akad yang memberikan hak milik atas manfaat suatu barang
manfaat.16
pergantian.
14
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah..., hal. 228
15
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 13, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), hal. 203
16
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Amzah, 2010), hal. 31
17
Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), hal. 121
14
15
ijarah, diantaranya:
a. Menurut Hanafiyah
b. Menurut Malikiyah
manfaat.19
c. Menurut Syafi’iyah
tertentu.20
d. Menurut Hanabilah
Ijarah adalah suatu akad atas manfaat yang bisa sah dengan
jalan penggantian.
18
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), hal. 114
19
Ali Fikri, Al-Muamalat Al-Maddiyah wa al-Adabiyah, Musthafa Al-Baby Al-Habbya,
(Mesir: 1358H), cet. 1, hal. 85
20
Asy-Sarbaini al-Khotib, Mughni al-mukhtaz, (Beirut: Dar al-Fikr, 1978), cet II, hal. 216
16
21
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2004), hal. 177
22
Ahmad Azhar Basyir, Hukum Islam Tentang Wakaf, Ijarah Syirkah, (Bandung: Al-
ma’arif, 1995), hal. 24
23
Gufron A. Mas’adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2002), hal. 181
24
Helmi Karim, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), hal. 113
17
menyewa atas suatu barang dan atau upah mengupah atas suatu
jasa.25
a. Objek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan atau jasa.
b. Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan
dalam kontrak.
diharamkan).
syariah.
mengakibatkan sengketa.
identifikasi fisik.
g. Sewa atau upah harus disepakati dalam akad dan wajib dibayar
25
Abdul Ghofur, Aspek Hukum Reksadana Syariah di Indonesia, (Bandung: Refika
Aditama, 2008), hal. 215
26
Fatwa DSN NO.09/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Ijarah. Lihat dalam
Himpunan Fatwa DSN untuk Lembaga Keuangan Syariah, Edisi Pertama, DSN-MUI, BI, 2001,
hal. 3
18
barang-barang yang dapat menjadi objek ijarah, tetapi juga jasa. Pada
27
Soedharyo Soimin, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: Sinar Grafika,
2016), hal. 371
28
Imam Mustofa, Fiqh Muamalah Kontemporer, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2016), hal. 102
19
Dilihat dari segi obyeknya, akad al-ijarah dibagi para ulama fiqh
ijarah seperti ini, menurut para ulama fiqh hukumnya boleh apabila
jenis pekerjaan itu jelas, seperti buruh bangunan, tukang jahit, buruh
pabrik, dan tukang sepatu. Al-ijarah seperti ini ada yang bersifat
kesepakatan umat dan tidak ada yang membantah ijma’ ini. Adapun
29
Helmi Karim, Fiqh Muamalah..., hal. 34
30
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah..., hal. 236
20
manfaat dalam sewa-menyewa ini pada waktu terjadi akad tidak ada,
maka sewa itu adalah tipuan dan termasuk menjual barang yang belum
jadi.31
boleh dibatasi oleh syarat. Akad ijarah juga tidak berlaku pada
ُ ى ْٱﻷ َ ِﻣ
ين ِ َت ِإ ْحدَ ٰى ُه َمﺎ ٰيَٓأَب
ت ٱ ْستَـ ِج ْرهُ ۖ ِإ ﱠن َخي َْر َﻣ ِن ٱ ْست َـ َج ْرتَ ْٱلقَ ِو ﱡ ْ َقَﺎل
Artinya: Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: Wahai
bapakku, ambillah dia sebagai orang yang bekerja (pada kita),
karena sesungguhnya orang yang paling baik untuk dijadikan
bekerja pekerja ialah orang yang kuat dan dapat dipercaya. 33
Ayat ini dalam tafsir ibnu katsir dijelaskan bahwa orang tua
31
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalah..., hal. 319-320
32
Sirojuddin, Ensiklopedia Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2003), Cet
Ke-6, hal. 660
33
Asbabun Nuzul, Studi Pendalaman Al-Qur’an, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2002), hal. 641
21
maka hal itu merupakan kebaikan dirinya. Dan jika tidak, maka
bersabda:
(َﻣ ْن اِ ْست َﺎ َج َراَ ِجي َْرافَ ْليَ ْع َم ْﻞ اَ ْج َرهُ )رواه ﻋبدالرزاق ﻋن ابى هريرة
34
M. Quraish Shihab, Tafsir al Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al Qur’an, (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), hal. 300
35
Ibnu Hajar Alasqolami, Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam, (Jakarta: Daruun Nasyr
Al Misyriyyah, 2000), hal. 188
36
Muhammad bin Yazid Abu ‘Abdullah al-Qazwiniy, Sunan Ibnu Majah, Jilid II, (Beirut:
Dar al-Fikir, 2004), hal. 124
22
4. Hadits yang diriwayatkan Ahmad dan Abu dari Sa’ad ibn Abi
37
Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah al-Ja’fai, Shahih Bukhori,
Juz VIII, (Beirut: Maktabah Syamilah Isdaar, 2004), hal. 11
38
Ibid., hal. 12
39
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalah..., hal. 322
23
3. Rukun Ijarah
ijab dan qabul dengan lafaz ijarah atau isti’jar. Rukun ijarah menurt
40
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hal. 116
41
Samsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah: Studi Tentang Teori Akad Dalam Fiqh
Muamalat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 95
24
jumhur ulama ada tiga, yaitu 1) aqidan yang terdiri dari muajir dan
yang terdiri dari ijab dan qabul.42 Berikut akan diuraikan rukun dari
ijarah:
dapat membedakan. Jika salah seorang yang berakal itu gila atau
b. Ujroh (upah)
42
Rozalinda, Fikih Ekonomi Syariah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2016), hal. 132
43
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah..., hal. 117
44
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah Jilid 4, (Jakarta: Pena Ilmu dan Amal, 2006), hal. 205
25
timbal balik, karena itu ijarah tidak sah dengan upah yang belum
diketahui.
pekerjaan saja.
c. Manfaat
45
Muhammad Rawwas Qal Ahji, Ensiklopedi Fiqh Umar bin Khattab, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 1999), hal. 178
46
Septi Wulan Sari, Pemberian Upah Pekerja Ditinjau Dari Upah Minimum Kabupaten
Dan Hukum Ekonomi Islam, (Jurnal Ahkam, Volume 4, Nomor 1, Juli 2016), hal. 125
26
susunya.
5. Harta benda yang menjadi objek jasa haruslah harta benda yang
47
Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah..., hal. 126
27
diatasnya.48
sebagai berikut:49
1) Benda yang menjadi objek ijarah harus benda yang halal atau
mubah.
d. Sighat Akad
48
Ibid., hal. 127
49
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES), (Bandung: Fokus Media, 2010), hal. 60
50
Gemala Dewi, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2006),
hal. 63
28
ijab qobul pada jual beli, hanya saja ijab dan qabul dalam ijarah
4. Syarat Ijarah
aqid, akad, dan objek akad. Syarat yang berkaitan dengan aqid
tidak sah apabila pelakunya (mu’jir dan musta’jir) gila atau masih
51
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah..., hal. 117
52
Syaifullah Aziz, Fiqh Islam Lengkap, (Surabaya: Ass-syifa, 2005), hal. 378
53
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, (Jakarta: PT Grafindo Persada,
2003), hal. 227
29
sebagai berikut:54
29:
54
Ibid., hal. 321-322.
30
rumah yang disewa itu hancur seluruhnya maka akad ijarah jelas
harus fasakh (batal), karena ma’qud ‘alaih rusak total, dan hal
55
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang:
CV: Toha Putra, 1989), hal. 107
31
5. Macam-Macam Ijarah
seperti rumah untuk tempat tinggal, toko dan kios untuk tempat
56
Qomarul Huda, Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Teras, 2011), hal. 85
32
tukang jahit, tukang sepatu, dan lain-lain, yaitu ijarah yang bersifat
dan satpam.58
57
Ibid., hal. 86
58
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Fiqh Muamalat), (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2004), Cet Ke-2, hal. 236
33
1. Ajir khass (tenaga kerja khusus) adalah pekerja atau buruh yang
ijarah adalah akad yang lazim (mengikat), yang tidak bisa di fasakh
atau hilangnya objek manfaat. Hal tersebut oleh karena ijarah adalah
akad atas manfaat, mirip dengan akad nikah. Di samping itu, ijarah
salah seorang pelaku akad, yakni musta’jir atau mu’jir. Hal itu karena
apabila akad ijarah masih tetap maka manfaat yang dimiliki oleh
musta’jir atau uang sewa yang dimiliki oleh mu’jir berpindah kepada
59
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islami Wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insani, 2011), jilid V.
Cet. 10, hal. 417
60
Rahmat Syafei, Fiqh Muamalah..., hal. 131
34
orang lain (ahli waris) yang tidak melakukan akad, dan hal ini tidak
salah seorang pelaku akad, karena ijarah merupakan akad yang lazim
apabila:62
a. Objek hilang atau musnah, seperti rumah terbakar atau baju yang
dijahitkan hilang.
61
Ibnu Qudamah, al Mughni dan Ibnu Rushd, Bidayah al Mujtahid wa Nihayah al
Maqthasid, Jilid II, (Beirut: Dar al Fikir, tt), hal. 227
62
Rosita Tehuayo, Sewa Menyewa (Ijarah) Dalam Sistem Perbankan Syariah, (Jurnal
Tahkim, Volume XIV, Nomor 1, Juni 2018), hal. 90
35
dibolehkan oleh ketentuan hukum agama adalah tidak sah dan wajib
orang untuk membunuh atau menganiaya orang lain. Oleh sebab itu,
menyatakan:
63
Sirojuddin, Ensiklopedia Hukum Islam..., hal. 663
64
Imam al Kasani, al Bada’i ash Shana’i, Jilid VI, (Beirut: Dar al Fikr, tt), hal. 185
36
B. Jual Beli
dengan jual beli adalah pertukaran harta atas dasar rela. Dapat
pertukaran harta antara dua pihak atas dasar saling rela, dan
berupa alat tukar yang diakui sah dalam lalu lintas perdagangan.
hukum.65
65
Imam Mustofa, Fiqh Muamalah Kontemporer, (Yogyakarta: IAIN Metro, 2014), hal. 19
37
jual beli adalah tukar menukar harta dengan harta pula dalam
a. Al-Qur’an
jelas dalam kitab suci Al-Qur’an. Bahkan jual beli bukan hanya
66
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana, 2012), hal. 101
67
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an danTerjemahannya.., hal. 141
38
ِ ﺎب النﱠ
َﺎر ۖ هُ ْم فِي َهﺎ خَﺎ ِلدُون ْ َأ
ُ ص َح
68
Ibid., hal. 58
39
dengan apa yang telah ditentukan oleh syara’, dan atas dasar suka
sama suka antara kedua belah pihak yang melakukan jual beli.
b. Al-Hadist
Rukun dalam jual beli adalah segala sesuatu yang harus dipenuhi
dalam melakukan praktik jual beli, bila tidak terpenuhi maka jual beli
tersebut tidak sah. Rukun jual beli dibagi menjadi tiga, yaitu akad (ijab
dan yang ketiga ma’qud alaih (obyek akad). Akad adalah ikatan kata
antara penjual dan pembeli. Jual beli belum dikatakan sah sebelum ijab
69
Ibid., hal. 107
70
Al Hafidh Ibnu Hajar Al Asqalani, Bulughul maram Min Adilatil Ahkam, (Jakarta:
Pustaka Amani, 1995), hal. 305
40
dan qabul dilakukan, sebab ijab dan qabul menunjukkan akan kerelaan
(keridhaan). Shighat akad adalah bentuk ucapan dari ijab dan qabul,
seperti akad jual beli pembeli mengambil barang yang dijual kemudian
tersebut, ijab dan qabul dilakukan dengan lisan, tetapi kalau tidak
in’iqod adalah syarat yang harus terpenuhi agar akad jual beli
dipandang sah menurut syara’, apabila syarat ini tidak terpenuhi maka
jual beli tersebut batal. Syarat untuk orang melakukan akad, yaitu
penjual dan pembeli harus berakal yakni mumayiz, maka tidak sah jual
menerima barang yang tidak sesuai yang disebut penjual, maka akad
jual beli tersebut tidak sah. Syarat ma’qud alaih (obyek akad), yaitu
71
Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Kencana, 2011), hal. 67
41
Syarat dalam akad yaitu harus sesuai antara ijab dan qabul,
memiliki cukup umur ataupun yang bukan orang gila. Orang yang
b. Ijab dan qabul harus bersatu yakni harus saling berhubungan antara
dasarnya ijab dan qabul harus dilakukan dengan lisan namun jika
orang tersebut bisu maka ijab qabul boleh dilakukan dengan surat
menyurat.
a. Obyek akad harus ada diketahui oleh pembeli, tidak boleh akad
jenisnya.72
Dilihat dari segi hubungan dan dengan obyek jual beli, jual
Jual beli ini adalah jual beli barang dengan barang, jual beli
Jual beli ini adalah jual beli tukar menukar atau jual beli
keduanya dengan yang lain. Dan dalam jual beli ini memiliki
syarat yaitu: kedua jenis mata uang harus sama nilainya, tidak
dimajelis.
72
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2016), hal. 284-285
43
Dilihat dari segi harga dan ukuran jual beli ini terbagi empat, yaitu:
73
Helmi Karim, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), hal. 55-56
74
Ibid., hal. 57
44
mengapa hair extension menjadi sangat populer hingga saat ini. Hair
orang lain menggunakan lem khusus, alat bantu yang berupa ring atau
klip rambut.75
س ْو َل ﱠ
إن ُ ﺎر
َ َ ي:ت ْ َسلﱠ َم فَقَﺎ ل َ ُ ّ صلﱠى
َ ﻋلَ ْي ِه َو َ ي ت ا ْﻣ َرأَة ٌ النﱠ ِب ﱠ
ِ َسأَل
َ :تْ َْث أ َ ْس َمﺎ َء قَﺎل
ُ َح ِدي
ُ صلَةَ َو ْال َم ْو
ُص ْولَةُ أ َ ْخ َر َجه ِ ش ْع ُرهَﺎ َوإنﱠى ْال َوا َ َصبَةُ فَﺎ ﱠﻣ َرقْ صﺎبَتْ َهﺎ ْالحَ َا ْبنَتِى أ
بﺎب الم صولة٨٥ : كتﺎب اللبﺎس٧٨:ي ِف ْي ِ ْالبُخ
ُ َﺎر
Artinya: sesungguhnya Asma berkata: “Ada seorang wanita bertanya
pada Nabi: “Ya rasulallah, putriku menderita sakit panas sampai
rontok rambutnya dan sekarang aku kawinkan. Apakah boleh aku
sambung rambutnya”.76
rambut dengan benang sutra atau wol bahan selain rambut. Pendapat
yang paling kuat diantara pendapat ulama tentang masalah ini adalah
kain atau bahan lain yang bukan rambut. Karena tidak dianggap
75
Suwito, Modul Paket Keahlian Tata Kecantikan Rambut: Specialist Long Hair Artistic
dan Hair Extension, (Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Bisnis dan Pariwisata, 2016), hal. 66
76
Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Shahih Bukhari Muslim, (Jogjakarta: Hikam Pustaka,
2013), hal. 599
45
a. Madzhab Hanafi
dengan bulu, rambut hewan, atau rambut dari bahan plastik. Ulama
Dari Sa’ad Al Iskaf dari Ibnu Syuraih, aku berkata kepada Aisyah
77
Abu Malik Kamal bin Sayyid Salim, Fiqh Sunah untuk Wanita, (Jakarta: Cahaya Umat,
2007), hal. 149
46
ٍص ْو فُ َت تَأْ ُخذَ شَيعﺎ ً ِﻣن ْ َ قَﺎ ل:الز ﻋ َْراء أَ ْنمر أَةِ ﱠ ْ س ْب َحﺎ نَ ّ ِ َو َﻣﺎ َب ْ س ِبﺎ َل ُ يَﺎ
َشﺎ بﱠة
س ْو ُل ّ ِ ا َل َم ْرأةَ ال ﱠ
ُ ش ْع َرهَﺎ ت َزَ يﱠنَ بِ ِه ِﻋ ْندَ زَ ْو ِج َهﺎ إِ نﱠ َمﺎ َلعَنَ َر ِ فَت
َ َص َﻞ بِ ِه
ِصلَتْ َهﺎ بِﺎ ل ِقﻼَدَة َ َِي أ
ْ سنﱠ
َ ت َو َ ش ْي َبتِ َهﺎ َحتّى إذَا ه
َ ت َ ْب ِغى فِي
Artinya: “Subhanallah tidaklah mengapa bagi seorang perempuan
yang jarang-jarang rambutnya untuk memanfaatkan bulu domba
untuk digunakan sebagai penyambung rambutnya sehingga dia bisa
berdandan di hadapan suaminya. Yang dilaknat Rasulullah SAW
hanyalah seorang perempuan yang rambutnya dipenuhi uban lalu
dia sambung rambutnya dengan lilitan (untuk menutupi
ubannya)”.78
b. Madzhab Maliki
78
Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Al-Lu’lu’ Wal Marjan fina Ittafaqa’ ‘Alaihi Asy-
Syaikhani Al-Bukhari Wa Muslim, (Kairo: Darul Hadits), hal. 501
79
Syaikh Kamil Muhammad ‘Uwaidah, Al-Jami’ fii Fiqhi An-Nisa’, terj. M. Abdul
Ghoffar, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1998), hal. 697
47
c. Madzhab Syafi’i
tetap mengharamkan.
Apabila rambut hewan atau rambut palsu itu berasal dari sesuatu
ini adalah yang diambil dari bangkai, atau dari hewan yang
dagingnya tidak boleh dimakan ketika terlepas dari tubuh hewan itu
tubuh.
D. Penelitian Terdahulu
yang dilakukan saat ini baik dari aspek objek yang diteliti maupun lokasi
yang diteliti.
diantaranya:
hukum Islam terhadap jual beli rambut untuk hair extension pada Salon
Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang tahun 2017. Skripsi ini
yang penulis buat yaitu dilihat dari objek yang dihalal atau yang haram
80
Nurindah Laily, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Rambut untuk Hair
Extension pada Salon Revy”, Skripsi, (Palembang: UIN Raden Fatah, 2017), hal. 73
49
yang ditinjau adalah jual beli rambut menurut hukum Islam sedangkan
karyawan salon dan jual beli rambut antara pemilik salon dengan
hukum Islam terhadap upah hasil usaha salon kecantikan (Studi Kasus
penelitian yang penulis buat yaitu ijarah (upah) hasil usaha salon
ini hanya membahas tentang upah hasil usaha salon kecantikan di Lany
Salon dan pada penelitian yang penulis buat yaitu membahas dari bisnis
81
Riski Andriyani, “Perspektif Hukum Islam terhadap Upah Hasil Usaha Salon
Kecantikan (Studi Kasus Lany Salon di Citra Raya Kecamatan Cikupa Kabupaten Tanggerang)”,
Skripsi, (Banten: IAIN Sultan Maulana Hasanuddin, 2017), hal. 60
50
sistem pengupahan di Anaya Salon dan Spa yang sudah sesuai dengan
yang penulis buat yaitu pada objeknya yang berasal dari rambut,
Islam tentang pengupahan tanam bulu mata dan penelitian yang penulis
salon dan mekanisme jual beli rambut antara konsumen dengan pemilik
82
Leoni Citra Unggulia, “Tinjauan Hukum Islam tentang Sistem Pengupahan Tanam Bulu
Mata (Eyelashing) (Studi kasus di Anaya Salon & Spa Bandar Lampung)”, Skripsi, (Lampung:
UIN Raden Intan, 2018), hal 58