Anda di halaman 1dari 9

PURE SCIENCES DALAM KRITIK WACANA TAFSIR ‘ILMĪ

(Telaah atas pemikiran kiai Maimun zubair dalam Safīnatu kallā


saya’lamūn fī tafsīr syaikhīnā Maimūn)

Pure Science in the critique of ‘ilmi tafseer discourse


(Study the thought of kiyahi Maimun zubair in the book Safīnatu kallā
saya’lamūn fī tafsīr syaikhīnā Maimun)

)‫العلوم البحتة حول التفسري العلمي (البحث عىل فكرة الش يخ مميون زبري يف سفينة الك س يعلمون يف تفسري ش يخنا مميون‬

Muhammad Aldiyansah
Universitas PTIQ Jakarta
muhammadaldiansyahabdhamid@gmail.com

Abstrak
Diskursus tafsir ilmi masih hangat untuk diperbincangkan terutama dalam beberapa
dekade terakhir ini, perkembangan nuansa corak penafsiran akan terus berkembang
mengikuti perkembangan teknologi dan sains. Penelitian ini mengangkat salah satu
tokoh mufassir indonesia yaitu kiai maimun zubair melalui kitab Safīnatu kallā
saya’lamūn fī tafsīr syaikhīnā Maimūn, metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang sumbernya berdasarkan kitab dan
penelitian terkait. Apa yang dilakukan oleh kiai maimun zubair menarik karena mampu
mendialogkan ayat-ayat al-qur’an dengan penemuan-penemuan modern sehingga
memudahkan masyarakat luas untuk memahami al-qur’an. Sementara hasil penemuan
dalam penelitian ini adalah mengakaji ayat-ayat tentang hewan, air dan kendaraan yang
disuguhkan dengan nuansa kekinian.

Kata Kunci: tafsir ilmi, kiai maimun zubair, Safīnatu kallā saya’lamūn fī tafsīr syaikhīnā
Maimūn.

Abstract
The discourse on tafseer ‘ilmi is still intensely discussed, especially in the last few
decades. The development of tafseer study nuances will continue to evolve in line with
technological and scientific innovations. This research focuses on one of the Indonesian
muslim scholars, Kiai Maimun Zubair, through the book "Safīnatu Kallā Sayyā'lāmūn fī
Tafsīr Syaikhīnā Maimūn". The research method used in this study employs a literature
review based on books and related research. What Kiai Maimun Zubair does is interesting
because he can engage the verses of the Noble Qur'an and modern discoveries, making it
easier for the public to understand more about the Noble Qur'an. Meanwhile, the
outcomes of this research involve the examination of verses related to animals, water, and
vehicles presented in a contemporary style.

Keywords: tafseer ‘ilmi, kiai maimun zubair, Safīnatu kallā saya’lamūn fī tafsīr syaikhīnā
Maimūn.
‫‪Muhammad Aldiyansah‬‬

‫امللخص‬
‫النظر يف التفسري العلمي بث خسني بني الباحثني ال س امي يف أواخر هذا القرن‪ ،‬لن اللون يف التفسري يتطور كام يتطور العلوم‬
‫والتكنولوجيا‪ .‬يس تخدم هذا البحث العامل املفرس الش يخ مميون زبري يف سفينة الك س يعلمون يف تفسري مميون‪ .‬وأما املنج الي يس تخدم‬
‫يف هذا البحث ادلراسة املكتبية مصادره الكتاب والبحث املتعلق به‪ .‬وفكرة الش يخ مميون زبري متعة لنه يتحدث الايت القرأنية وقارهنا‬
‫مع الواقع احلديث وتسهيل املمتع يف فهمها‪ .‬ونتيجة هذا البحث يدور حول احليواانت واملياه واملركوب أو الس يارة عىل الشلك احلديث‪.‬‬
‫اللكامت ادلاةل ‪ :‬التفسري العلمي‪ ،‬الش يخ مميون زبري‪ ،‬سفينة الك س يعلمون يف تفسري مميون ‪.‬‬
Muhammad Aldiyansah

Pendahuluan
Al-qur’an bukan seperti rumus matematika yang statis tetapi lebih jauh daripada
itu merupakan satu hal yang dinamis karena akan terus eksis dalam setiap waktu dan
keadaan zaman. Hal ini dipertegas oleh kiai Maimun zubair bahwa Al-qur’an adalah
Ilmu yang sudah pasti teruji secara ilmiah dan bisa dipertanggungjawabkan,1 walaupun
untuk melakukannya hanya bisa dilakukan oleh para pengkaji Al-qur’an yang sudah
mencukupi syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi oleh para Mufassir (penafsir Al-
qur’an). Dalam beberapa dekade terakhir, kajian tafsir al-qur’an dari berbagai macam
corak penafsiran terus bermunculan, hal itu terjadi karena dipicu oleh berbagai macam
latar belakang dan tuntutan zamannya, dimana salah satu daripada corak penafsiran
tersebut adalah Tafsir ‘ilmi, sebuah gaya penafsiran yang mencoba untuk memahami
relasi ayat-ayat kauniyah dengan Penemuan sains yang menunjukkan sisi kemukjizatan
Al-qur’an. 2
Menurut zahglul al-Najjar ide kemunculan tafsir ‘ilmi sudah dibicarakan secara
serius oleh Al-ghazali (505 H) dalam Ihya’ ‘ulumuddin dan Jawahir al-qur’an dimana al-
qur’an mencakup semua bidang ilmu pengetahuan termasuk ilmu astronomi, Ilmu
kodekteran dan ilmu-ilmu yang lain.3 Kemudian dilanjutkan oleh Fakhruddin Ar-razi
(606 H) dalam tafsirnya mafatih al-ghaib yang didalamnya juga menyinggung ilmu-ilmu
sains yang berkembang pada waktu itu, lalu di era modern digagas oleh thantawi jauhari
dalam al-jawahir fi tafsir al-qur’an al-karim. Melalui karyanya ini thantawi menyeru
kepada umat islam untuk kembali menggalakkan kajian sains, karena menurut
penelitiannya terdapat 750 ayat al-qur’an yang kandungannya menjelaskan sains.4 Apa
yang diserukan oleh thantawi kemudian mendapatkan respon positif dari beberapa
pemikir, sehingga kemudian muncul Hanafi Ahmad menulis al-Tafsīr al-‘Ilmī li al-Ayāt
al-Kauniyyah fī al-Qur’ān, Mahmud Mahdi menulis I’jāz al-Qur’an al-‘Ilmī, Ya’qub Yusuf
menulis Lafatāt ‘Ilmiyyah min al-Qur’ān, Ahmad Mahmud Sulaiman mengarang al-
Qur’ān wa al- ‘Ilm, dan berbagai buku lainnya yang terus bermunculan. 5
Sementara di indonesia tafsir ‘ilmi juga berkembang pesat, pada tahun 1960 Hasbi
as-shiddiqi menulis tafsir al-qur’an al-majid an-nur, lalu kemudian pada kisaran tahun
1990-an hingga tahun 2000-an Terdapat sekian karya yang membicarakan hubungan al-
Qur’an dan sains, seperti Seri Tafsir al-Qur’an bil ilmi Al-Qur’an, Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi karya Ahmad Baiquni (1995), Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman
karya Ahmad Baiquni (1996), Al Qur’an dan Energi Nuklir karya Wisnu Arya Wardhana
(2007), Metode Ayat-Ayat Sains dan Sosial karya Andi Rosadisastra (2008), Ayat-Ayat
Semesta: Sisi al-Qur’an yang Terlupakan karya Agus Purwanto (2009), dan pada tahun
2010 hingga sekarang perkembangnya semakin pesat karena tafsir ‘ilmi ditulis secara
utuh dalam satu kitab seperti yang dilakukan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf al-
Qur’an Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI yang bekerja sama dengan

1
Muhammad Ismail al-askholi, Safīnatu kallā saya’lamūn fī tafsīr syaikhīnā Maimūn.
(Bangkalan: Dāru nahdhah al-turāst al-indūnisiyyah, 2023). 3.
2
Muhammad Husein al-dzahabi, Al-tafsir wa al-mufassirun. (Kairo: Maktabah wahbah, 2000).
12.
3
Zaghlul al-najjar, Tafsir al-ayat al-kauniyyah fi al-qur’an al-karim. (kairo: maktabah syuruq al-
‘alamiyyah, 2007). 29.
4
Thantawi jauhari, al-jawahir fi al-qur’an al-karim. (beirut: dar al-fikr, 1974). 10.
5
Abdul Manan Syafi’i, “Perspektif Alqur’an tentang Ilmu Pengetahuan” dalam Media Akademika,
Vol. 27, No. 1, 2012, h. 36
Muhammad Aldiyansah

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Tafsir salman tafsir ilmiah Juz ‘Amma
karya para dosen dan ilmuan ITB. 6
Dalam penelitian ini penulis akan secara fokus mengkaji sebuah pemikiran Tafsir
seorang Kiai maimun zubair, dimana tafsir ini juga termasuk karya tafsir secara umum
yang beliau sampaikan di pengajian tafsir di pondok pesantren al-anwar sarang. Namun
hasil dari pengajian tafsir ini sudah disatukan dalam satu kitab berjudul “Safīnatu kallā
saya’lamūn fī tafsīr syaikhīnā Maimūn”. Penulis menemukan beberapa analisis kiai
maimun yang memiliki indikasi dan corak tafsir ‘ilmi, tetapi apa yang akan penulis
lakukan hanya konsen dengan Pure Sciences (ilmu-ilmu murni) yakni ilmu kealaman
seperti Fisika, biologi, kimia dan matematika.
Penulis menjadikan kiai maimun sebagai objek penelitian karena belum penulis
temukan pengakaji al-qur’an yang menganalisis tafsir ini dari sudut tafsir ‘ilmi, sehingga
dalam pandangan penulis penelitian ini akan memiliki novelty yang bisa
dipertanggungjawabkan dan akan memberikan sumbangsih untuk kajian tafsir ‘ilmi di
indonesia. hanya saja sebelum penelitian ini dilakukan ada dua penelitian yang
menganalisis pemikiran tafsir kiai maimun, pertama; Kajian Tafsir Lisan tentang
Komunikasi dengan Nonmuslim Perspektif Kiai Haji Maimun Zubair7, kedua;
Kontekstualisasi Eskatologis Di Era Kontemporer: Analisis Penafsiran Maimun Zubair
Dalam Tafsir Safinah Kalla Saya’lamun Fi Tafsiri Shaykhina Maymun8.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis ilmu-ilmu murni (Pure
sciences) perspektif tafsir ‘ilmi dalam penafsiran kiai maimun zubair, harapan penulis
penelitian ini nantinya akan menjadi temuan baru dalam perkembangan kajian al-
qur’an di Indonesia. Karena sampai kapanpun al-qur’an akan tetap sama seperti waktu
diturunkan kepada nabi Muhammad namun penafsiran Al-qur’an akan terus
berkembang mengikuti gerak dan laju zaman. Sehingga penelitian ini sangat
dibutuhkan dan layak untuk dikaji.

Metode Penelitian
Penelitian ini mengkaji pemikiran kiai Maimun zubair dalam Safīnatu kallā
saya’lamūn fī tafsīr syaikhīnā Maimūn dengan menggunakan metode penelitian
kualitatif, yaitu salah satu metode yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek
alamiah yang berorientasi pada kajian teoritis.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kepustakaan (library research), yaitu
pengumpulan data yang bersumber pada perpustakaan (baik perpustakaan individu
maupun lembaga), karena data yang diteliti berupa buku-buku, naskah-naskah,
dan karya-karya ilmiah lainnya yang bersumber dari khazanah kepustakaan. Adapun
yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah kitab Safīnatu kallā
saya’lamūn fī tafsīr syaikhīnā Maimūn. Adapun yang menjadi sumber data sekunder
dalam penelitian ini adalah buku-buku, jurnal dan literatur-literatur lainnya yang
berkaitan dengan tema penelitian.

6
Mamluatun Nafisah, “Tafsir Ilmi: Sejarah, Paradigma dan Dinamika Tafsir”, Jurnal al-fanar
ilmu al-qur’an dan tafsir”, Volume 6, Nomor 2, 2023, hlm 72.
7
Nova Saha Fasadena IAI Al-Qodiri Jember dan Wardatul Jannah IAI Al-Qodiri Jember, “AL-
MANAR: Jurnal Kajian Al-Quran dan Hadits”
8
Zamzam Qodri, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Indonesia.
Muhammad Aldiyansah

Biografi kiai Maimun zubair


Untuk mengungkap biografi Kiai maimun zubair, Penulis mengutip biografi
yang ditulis oleh putra beliau sendiri yaitu kiai Muhammad najih maimun. Kiai najih
menyebut ayahandanya kiai maimun sebagai seorang yang bergelar al-mufassir (ahli
tafsir), muarrikh (ahli sejarah), al-faqih (ahli fikih), al-ushuli (ahli ushul), dan al-
‘allamah (seorang yang sangat alim). Gelar yang dinisbatkan oleh kiai najih kepada
ayahandanya mewakili keilmuan yang disandang oleh kiai maimun.9
Beliau bernama lengkap kiai maimun zubair bin dahlan bin warija bin
munandar, lahir di karangmangu sarang pada tanggal 28 oktober 1928 Masehi/1348
Hijriyah. Beliau memulai pengembaraan keilmuan dengan mempelajari dan menghafal
kitab-kitab matan (kitab dasar) seperti kitab al-ajurumiyyah, nadzom imrithi, alfiyah
ibnu malik, matan jauharah al-tauhid, sullam al-munawraq, al-rahbiyah faraidh, fathul
mu’in, fathul qarib, dan fathul wahhab. Dari sini bisa disimpulkan bahwa kealiman
beliau memiliki dasar yang kuat dan bisa dipercaya keilmuannya. Diantara guru-guru
beliau di indonesia adalah kiai abdul karim lirboyo dan beliau juga murid dari Sayyid
alawi Mekkah. Selain murid dari orang alim beliau juga guru dari ulama-ulama alim
diantaranya adalah kiai bahauddin nur salim.
Beliau dalam ilmu tafsir layak disebut sebagai seorang mufassir karena
kedalaman analisisnya atas ayat-ayat al-qur’an yang dihubungkan dengan
perkembangan modern. Bukan hanya sekedar mencocokkan dengan fenomena modern
tetapi melalui ilmu-ilmu yang berlaku dan mendukung sebuah penafsiran.
Kiai maimun juga sebagai pengampu dari pondok pesantren al-anwar sarang
yang diminati oleh ribuan santri dari seluruh penjuru negeri, biografi singkat akan
ditutup dengan perkataan seorang ulama bernama syekh al-arif billah rajab daib subhi
al-naqsyabandhi “saya bersaksi bahwa kiai maimun adalah salah satu wali allah yang
mampu mengomparasikan ilmu dhahir dan bathin, dan kalau di indonesia ada wali
sembilan maka beliulah wali yang kesepuluhnya”.

Sekilas tentang kitab Safīnatu kallā saya’lamūn fī tafsīr syaikhīnā Maimūn


kitab tafsir Safīnatu kallā saya’lamūn fī tafsīr syaikhīnā Maimūn sejatinya
bukanlah tafsir yang ditulis sendiri oleh kiai maimun tetapi dikumpulkan oleh santri
beliau yaitu Ismail al-askholi lalu disusun menjadi satu kitab. Tafsir ini adalah hasil
pengajian tafsir jalalain yang diampu oleh kiai maimun di PP. Anwar sarang selama
kurang lebih 20 tahun.
Sebelum Ismail al-askholi menerbitkan karya ini, beliau meminta idzin terlebih
dahulu kepada kiai maimun, maka kiai maimun sambil tersenyum menjawab :

‫ وهناك علامء اجالء هلم الكم سديد‬، ‫مايل يف التفسري اال جمرد قوةل‬
“tidaklah lahir dari tafsiranku atas al-qur’an kecuali hanya guyonan saja, sementara
masih banyak ulama-ulama besar yang memiliki tafsiran lebih baik”.

9
Muhammad Ismail al-askholi, Safīnatu kallā saya’lamūn fī tafsīr syaikhīnā Maimūn. Biografi
kiai maimun yang ditulis oleh kiai najih maimun. (Bangkalan: Dāru nahdhah al-turāst al-
indūnisiyyah, 2023). 1.
Muhammad Aldiyansah

Pemikiran Tafsir Kiai Maimun tentang ilmu-ilmu murni dalam kritik tafsir ‘ilmi
kiai maimun sebagai seorang kiai pesantren yang tidak memiliki latar belakang
keilmuan sains mampu memberikan ulasan dan analisis dalam menafsirkan al-qur’an,
lalu menghubungkannya dengan kejadian yang ada di alam semesta dan yang terjadi
pada kehidupan modern ini dengan segala kecanggihannya. Hal ini memberikan
gambaran bahwa insan pesantren juga memiliki andil yang cukup besar dalam
perkembangan keilmuan terutama dalam kajian tafsir ‘ilmi.

Penafsiran QS, al-ghafir: 79


‫َا ه ٰ ُّلل ذ ِال ْي َج َع َل لَ ُ ُُك ْ َاالنْ َعا َم ِل َ َْت َك ُب ْوا ِمنْ َا َو ِمنْ َا تَأْ ُ ُُك ْو َن‬
Dalam ayat ini kiai maimun memberikan gambaran tentang ‫( النعام‬Hewan ternak)
sebagai hewan yang memiliki empat kaki, dalam lanjutannya ayat ini menerangkan
bahwa ‫ النعام‬tersebut bisa dijadikan sebagai tunggangan dan bisa dijadikan sebagai objek
makanan. Lalu menarikanya kiai maimun mencoba untuk mengaitkannya dengan
kecanggihan zaman modern saat ini, dimana dibuatnya mobil itu adalah untuk menjadi
tunggangan (kendaraan) dan juga bisa dijadikan sebagai alternatif untuk mencari
penghidupan. 10
Yang melatarbelakangi penafsiran ini bukan hanya sekedar cocoklogi saja, tetapi
melalui analisis kebahasaan yang kuat yaitu bahwa ayat ini adalah ayat yang bersifat
mutlak. Yang dimaksud mutlak disini adalah ayat ini tidak memberikan kemungkinan
adanya pembatasan atau ditentukan secara spesifik pada objek tertentu, karena Allah
tidak berfirman ‫( مل جيعل هللا لُك اال النعام‬tidaklah Allah menciptkan untuk kalian kecuali hewan
ternak) dan tidak berfirman ‫( امنا جعل هللا لُك النعام‬sesungguhnya Allah hanya menciptakan untuk
kalian hewan ternak), dalam hal ini lafadz ‫ امنا‬dan ‫ مل‬adalah lafadz yang digunakan untuk
mengkhususkan sesuatu yang umum, karena dalam ayat ini Allah berbicara secara
umum maka ‫ النعام‬sangat memungkinkan untuk dibawa ke konteks kekinian yaitu
dengan dianalogikan dengan mobil.
Penafsiran Surat al-anbiya’: 30

ٰ ٍ َ ‫َش ٍء‬
‫ح‬ ‫َو َج َع ْلنَا ِم َن الْ َم ۤا ِء ُ ذ‬
ْ َ ‫ُك‬
Kiai maimun dalam ayat ini menjelaskan bahwa 175 dari badan seorang manusia
didominasi oleh air, oleh karenanya air menjadi inti dari manusia untuk bisa bertahan
hidup dan bisa kehilangan nyawanya jika kekurangan air. Bahkan jika seseorang
kekurangan air maka ia akan mudah mengidap penyakit Kolera, dimana penyakit ini di
zaman dulu sangat sulit untuk diobati, dan pada zaman modern penyakit ini harus
diobati dengan menancapkan sebuat alat medis modern lalu dialirkan air kedalam
tubuh.

10
Muhammad Ismail al-askholi, Safīnatu kallā saya’lamūn fī tafsīr syaikhīnā Maimūn. Biografi
kiai maimun yang ditulis oleh kiai najih maimun. (Bangkalan: Dāru nahdhah al-turāst al-
indūnisiyyah, 2023). 16.
Muhammad Aldiyansah

Kiai maimun berpendapat terkait dengan ayat ini, bahwa tanah yang kita pijaki
akan menjadi kuat disebabkan oleh air yang masuk ke dalam tanah, termasuk minyak
bumi yang tersimpan di bawah tanah juga akan terbantu dengan adanya air. Sehingga
air dipandang bukan hanya untuk minum saja tetapi juga mampu untuk
mempertahankan ekonomi penduduk muka bumi.11 begitupula dalam ilmu kesehatan
air begitu besar manfaatnya untuk kesehatan sehingga dalam setiap harinya seorang
manusia harus menghabiskan minimal 2 liter air.
Akibat jika seseorang kekurangan air adalah mudah lelah, gangguan sistem
pencernaan, memicu gangguan ginjal, dan meningkatkan gejala stroke. Jika
dihubungkan dengan ayat ini maka al-qur’an adalah kitab suci yang tidak hanya
berbicara tentang hukum dan syari’ah tetapi juga berbicara tentang tubuh manusia dan
kesehatan.
Penafsiran Surah al-baqarah: 239
‫فَ ِا ْن ِخ ْف ُ ُْت فَ ِر َج ااال َا ْو ُر ْك َباانا‬
dalam ayat ini kiai maimun menjelaskan bahwa al-qur’an sudah memberitakan
tentang adanya kendaraan yang membutuhkan kaki ‫( رجاال‬roda) yaitu kendaraan yang
ada di darat seperti mobil dan sejenisnya, sementara ‫ ركباان‬adalah kendaraan yang tidak
memiliki kaki (roda) yaitu seperti kapal laut dan pesawat terbang. 12 dalam ayat ini kiai
maimun juga menjelaskan bahwa semua kendaraan yang dibuat oleh manusia itu
adalah pengaplikasian dari firman-firman Allah dalam al-qur’an. Sehingga dalam hal ini
al-qur’an juga menyentuh teknologi modern. 13
setiap kendaraan buatan manusia adalah hasil dari pengajaran Allah dimana
semua itu hanyalah tiruan bukan sesuatu yang sama persis. Karena segala macam
kendaraan itu tidak keluar dari firman Allah SWT : " Dan telah kami ciptakan bagi
mereka dengan tiruan seperti kendaraan / bahtera yang mereka kendarai. " Oleh
karenanya, jika kuda adalah mitsal (perumpamaan) atau ciptaan yang dikendarai
manusia sebagai pijakan (pengganti kaki), maka sama halnya dengan kendaraan baru
saat ini yang bisa membawa atau mengangkut dan menjadikannya bisa berjalan dengan
kendaraan tersebut, dimana benda itu dinamakan roda mobil. Dan yang tidak ada
kakinya maka bisa dikatakan yang dimaksud kendaraan adalah kendaraan udara
(pesawat) atau laut (kapal laut).

11
Muhammad Ismail al-askholi, Safīnatu kallā saya’lamūn fī tafsīr syaikhīnā Maimūn. Biografi
kiai maimun yang ditulis oleh kiai najih maimun. (Bangkalan: Dāru nahdhah al-turāst al-
indūnisiyyah, 2023). 90.
12
Muhammad Ismail al-askholi, Safīnatu kallā saya’lamūn fī tafsīr syaikhīnā Maimūn. Biografi
kiai maimun yang ditulis oleh kiai najih maimun. (Bangkalan: Dāru nahdhah al-turāst al-
indūnisiyyah, 2023). 15.
13
Muhammad Ismail al-askholi, Safīnatu kallā saya’lamūn fī tafsīr syaikhīnā Maimūn. Biografi
kiai maimun yang ditulis oleh kiai najih maimun. (Bangkalan: Dāru nahdhah al-turāst al-
indūnisiyyah, 2023). 15.
Muhammad Aldiyansah

Penafsiran dalam surat al-baqarah ini selaras dengan tafsiran kiai maimun dalam
surat al-hajj sebagai berikut :
‫ُك فَ ٰ ٍج َ َِع ْي ٍق‬ ٰ ِ ُ ‫َو َا ِ ٰذ ْن ِِف النذ ِاس ِِبلْ َح ٰ ِج يَأْت ُْوكَ ِر َج ااال ذوعَ هىل‬
ٰ ِ ُ ‫ُك ضَ ا ِم ٍر يذأْتِ ْ َني ِم ْن‬
lafadz ‫ ِر َج ااال‬dalam ayat ini oleh kiai maimun juga dinarasikan sebagai maksud dari
segala kendaraan darat sedangkan lafadz‫ ضَ ا ِم ٍر‬dimaksudkan sebagai kendaraan yang
tidak tampak atau tersembunyi yaitu pesawat terbang. Hal ini didukung dengan lafadz
ِ َ ‫ فَ ٰ ٍج‬yang diartikan sebagai tempat yang jauh (al-
setelahnya ketika allah berfirman ‫َع ْي ٍق‬
makān al-baīd). Ayat ini berbicara tentang orang-orang yang akan pergi haji akan
mendatangi al-harām dengan menggunakan berbagai macam kendaraan, di zaman
dahulu masih menggunakan onta, kuda, dan bahkan ada yang berjalan kaki, namun
seiring dengan berkembangnya zaman, orang-orang yang akan pergi haji dari berbagai
macam belahan negara di dunia ini harus menggunakan pesawat terbang.
Kesimpulan
Kiai maimun zubair adalah salah satu Mufassir indonesia yang memiliki
kredibilitas keilmuan tafsir yang bisa dipertanggungjawabkan. Pendapat-pendapat
tentang tafsir terutama yang berkaitan dengan tafsir ‘ilmi layak dijadikan sebagai
penemuan baru ala kiai pesantren. Ada banyak temuan yang dihasilkan dalam
penelitian ini yaitu ayat tentang hewan, air, dan kendaraan, yang semua itu dijelaskan
dan bahasakan sesuai dengan konteks kekinian.
Apa yang dilakukan penulis dalam penelitian ini sangat terbuka untuk dikritik
untuk selanjutnya menjadi bahan pertimbangan dan memunculkan penelitian yang
lebih baik lagi.
Muhammad Aldiyansah

DAFTAR PUSTAKA

al-askholi, Muhammad Ismail. 2023. Saf īnatu kallā saya’lamūn f ī tafsīr syaikhīnā
Maimūn. Bangkalan: Dāru nahdhah al-turāst al-indūnisiyyah.
al-dzahabi, Muhammad Husein. 2000. Al-tafsir wa al-mufassirun. kairo : Maktabah
wahbah.
al-najjar, Zaghlul. 2007 . Tafsir al-ayat al-kauniyyah fi al-qur’an al-karim. kairo :
maktabah syuruq al-‘alamiyyah.
jauhari, Thantawi. 1974. al-jawahir fi al-qur’an al-karim. beirut : dar al-fikr.
Nafisah, Mamluatun. 2023. "Tafsir Ilmi: Sejarah, Paradigma dan Dinamika Tafsir ." Jurnal
al-fanar ilmu al-qur’an dan tafsir 72.
Syafi’i, Abdul Manan. 2012 . "Perspektif Alqur’an tentang Ilmu Pengetahuan." Media
Akademika 36.

Anda mungkin juga menyukai