Anda di halaman 1dari 16

99 Sakai Sambaian: Sistem… (Ani Rostiyati)

SAKAI SAMBAIAN :
SISTEM GOTONG ROYONG DI LAMPUNG TIMUR

Sakai Sambaian: Mutual Help in East Lampung

Oleh Ani Rostiyati

Balai Pelestaran Sejarah Dan Nilai Tradisional Bandung


Jl. Cinambo No. 136 UjungBerung - Bandung
E-mail: anirostiyati@yahoo.com

Naskah Diterima: 24 Januari 2012 Naskah Disetujui: 27 Februari 2012

Abstrak

Di Lampung Timur tepatnya di Desa Negara Nabung Kecamatan Sukadana,


masyarakatnya masih memegang kuat nilai-nilai kegotongroyongan yang dijalankan
dalam kehidupan sehari-hari, baik gotong royong tolong-menolong maupun gotong
royong kerja bakti. Masyarakat Negara Nabung menjalankan aktivitas gotong royong
tolong-menolong dalam kehidupan sehari-hari, baik di bidang mata pencaharian hidup,
kemasyarakatan, dan pelaksanaan upacara adat. Di bidang mata pencaharian, mereka
melakukan gotong royong di bidang pertanian yakni di ladang (kebun) dan sawah. Selain
bidang pertanian, gotong royong juga dilakukan dalam bidang kemasyarakatan yakni
membantu dalam mendirikan rumah, kematian, dan jika ada musibah seperti sakit,
kebakaran, kecelakaan dan lain-lain. Di bidang adat, masyarakat tolong-menolong dalam
pelaksanaan upacara adat, misalnya dalam upacara perkawinan, kelahiran, dan pemberian
gelar (cakak pepadun). Gotong royong kerja bakti juga dilakukan untuk kepentingan
umum seperti memperbaiki jalan, mesjid, irigasi, dan balai desa.
Namun demikian, tidak dipungkiri pada masa sekarang bentuk gotong royong
mengalami perubahan akibat dari perkembangan teknologi, industrialisasi, dan
modernisasi. Terlepas dari perubahan yang terjadi, sikap gotong royong pada masyarakat
Negara Nabung masih cukup kuat melekat. Hal itu disebabkan di Desa Negara Nabung
terdapat prinsip sakai sambaian, salah satu prinsip hidup gotong royong di Lampung.
Sakai sambaian adalah nilai budaya penting pada masyarakat Negara Nabung yang sudah
menjadi pedoman hidup sehari-hari

Kata kunci: gotong royong, aktivitas, pandangan hidup masyarakat Negara Nabung
Lampung Timur.

Abstract
Desa (village) Negara Nabung, Kecamatan (district) Sukadana in East Lampung
holds strong values of togetherness (gotong-royong), either in their daily social life or in
traditional ceremony. This kind of value has gradually faded due to very fast development
in technology, industrialization and modernization. Fortunately, Desa Negara Nabung
has a principle called sakai sambaian that helps their bond strong. Sakai sambaian is

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandun 2012


Patanjala Vol. 4, No. 1, Maret 2012: 99-114 100

their guidance in their daily social life, e.g. in erecting new houses, mending roads, and
conducting wedding ceremony.

Keywords: togetherness, activities, way of life of Negara Nabung community in East


Lampung.

A. PENDAHULUAN masih akan ada di dalam masyarakat.


Dengan demikian dapat dikata-kan bahwa
Gotong royong sudah menjadi nafas
nilai gotong royong merupakan modal sosial
kehidupan bagi masyarakat Indonesia
dalam proses pembangunan. Apabila para
terutama mereka yang tinggal di pedesaan,
pelopor pembangunan tidak dapat
semua aktivitas dilandasi dengan semangat
menerapkan faktor tersebut dan proses
gotong royong. Bila dikaitkan dengan
pembangunan tetap dijalankan, ini berarti
pembangunan, maka gotong royong ini
menggunakan metode paksaan. Akibatnya,
mempunyai peran penting untuk menunjang
pembangunan tidak tercapai. Komunikasi
keberhasilan pembangunan. Apabila
dengan masyarakat dan nilai-nilai yang telah
pembangunan diartikan sebagai suatu proses
membudaya tidak dimanfaatkan sebagai alat
perubahan yang terarah dan terencana, hal
untuk mencapai pembangunan, padahal
ini berarti pembangunan akan berusaha
gotong royong bisa mendukung dan meru-
untuk mengubah keadaan lebih baik.
pakan modal sosial dalam tercapainya
Pembangunan tidaklah berarti perubahan itu
pembangunan.
sendiri, karena perubahan dapat diartikan
Gotong royong di Lampung seperti
memelihara apa yang ada, membangun apa
tertuang pada salah satu prinsip hidupnya
yang tidak ada, memperbaiki apa yang
yang disebut sakai sambaian, bisa dijadikan
rusak, termasuk di dalamnya kebudayaan.
sebagai modal sosial untuk pembangunan.
Pembangunan mungkin dapat menggeser
Sakai (sesakai) artinya tolong-menolong di
nilai-nilai budaya yang sudah lama menjiwai
antara sesama silih berganti dan sambaian
masyarakat atau sebagian besar anggota
(sesambai) artinya bergotong royong dalam
masyarakat. Proses ini tidak dapat
mengerjakan sesuatu yang besar dan berat.
dilepaskan dari peranan para pelopor
Sakai sambaian (gotong royong) adalah
pembangunan. Keberhasilan dari pelopor
salah satu unsur dalam pandangan hidup
pembangunan senantiasa bergantung pada
orang Lampung yang dinilai sebagai sesuatu
keberhasilan dalam membangun komunikasi
yang baik, yang perlu dihadirkan dalam
yang baik dengan masyarakat yang menjadi
relasi sosial.
sasaran.
Namun demikian, sekarang ini ada
Apabila gotong royong dan kerja
kekhawatiran berkaitan dengan adanya
sama dihubungkan dengan pembangunan,
indikasi atau gejala memudarnya serta
faktor gotong royong menunjang proses
perubahan persepsi terhadap nilai-nilai
pembangunan. Apabila pelopor
budaya lokal dan karakteristik budaya pada
pembangunan berhasil membangun
sebagian generasi muda yang kurang
komunikasi dan melibatkan masyarakat,
memahami adat istiadat dan nilai-nilai
menandakan bahwa pelopor perubahan
budaya Lampung. Sebenarnya indikasi ini
dapat memanfaatkan partisipasi masyarakat.
juga terjadi pada masyarakat Indonesia pada
Dengan demikian gotong royong (dalam arti
umumnya, terutama di perkotaan, nilai-nilai
nilainya) yang telah membudaya bisa
kegotongroyongan mulai melemah. Adanya
dipergunakan untuk kepentingan proses
proses industrialisasi, pendidikan, dan
pembangunan. Walau-pun kegiatan gotong
modernisasi, dikhawatirkan mempengaruhi
royong dikhawatirkan mulai melemah, ini
perubahan nilai budaya gotong royong
tidak berarti gotong royong itu punah,
tersebut.
melainkan yang berubah adalah bentuknya.
Sistem gotong royong merupakan
Nilai-nilai kerja sama tolong-menolong
organisasi sosial yang di dalamnya mengan-

2012 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


101 Sakai Sambaian: Sistem… (Ani Rostiyati)

dung makna kerja sama di antara anggota bersama, seperti untuk kebersihan kampung
kelompok masyarakat. Secara jelas Koen- atau desa, upacara yang berkaitan dengan
tjaraningrat mengatakan bahwa kerja sama keagamaan di kampung, mendirikan masjid,
timbul apabila orang mempunyai kepen- dan memperbaiki jalan desa.
tingan yang sama dan adanya organisasi atau Menurut Koentjaraningrat (1984:6),
orang-orang yang mengorganisasikan. Ben- gotong royong adalah salah satu unsur
tuk kerja sama tradisional itu disebut dengan (aktivitas) dalam organisasi sosial yang
nama gotong royong, yang berarti sebagai merupakan suatu konsep atau nilai keber-
bentuk kerja sama untuk mencapai tujuan samaan (kerja sama) dan merupakan sifat
tertentu dengan asas timbal balik (resipro- positif dalam mentalitas masyarakat. Gotong
sitas) untuk mewujudkan adanya keteraturan royong merupakan cerminan dari manusia
sosial dalam masyarakat, baik yang yang merupakan makhluk hidup sosial tidak
dilandasi spontanitas, pamrih pribadi, atau bisa hidup sendiri, karena dikelilingi oleh
karena memenuhi kewajiban sosial. Hal ini sistem sosial dan komunitas yang selalu
berkaitan dengan sifat manusia yang disebut terikat. Jika gotong royong dilihat sebagai
sebagai makhluk sosial, artinya adalah kebudayaan, di dalamnya terdiri atas 3
manusia tidak dapat hidup tanpa ber- wujud, yakni gotong royong bisa dilihat
kelompok. sebagai sistem ide (nilai, norma, aturan),
Menurut Rudito, Bambang (2011: sistem sosial (aktivitas kerja sama atau
5), organisasi sosial merupakan sebuah tindakan), dan hasil tindakan/aktivitas dari
manajemen budaya yang mengatur anggota gotong royong (terwujudnya jalan, perbai-
kelompok sosial untuk melakukan aktivitas kan rumah).
tertentu dengan cara tertentu yang disepakati Koentjaraningrat juga membedakan
oleh kebudayaan yang berlaku. Organisasi antara gotong royong tolong-menolong dan
sosial ini dapat dijabarkan dalam beberapa gotong royong kerja bakti. Adapun menurut
pranata sosial, seperti religi, ekonomi, Putra, Heddy Shri Ahimsa (2004: 47),
kekerabatan, kesenian, dan bahasa. Salah gotong royong adalah salah satu dari unsur
satu unsur organisasi sosial adalah yang organisasi sosial yang merupakan aktivitas
beraktivitas sebagai gotong royong. Gotong- kerja sama. Organisasi sosial kerja sama
royong sendiri dapat dibagi ke dalam (gotong royong) biasanya ditujukan untuk
beberapa bentuk, seperti tolong-menolong, mengatasi masalah-masalah umum yang
kerja bakti, dan saling membantu. dihadapi para anggotanya, dan kegiatan
Gotong royong tolong-menolong tersebut biasanya hanya dapat diselenggara-
bisanya berkaitan dengan persoalan kan dengan bantuan banyak orang.
kehidupan individu dalam masyarakat secara Adapun yang menjadi lokasi
pribadi dalam kaitannya dengan pranata penelitian ini adalah Desa Negara Nabung,
sosial yang berlaku. Mereka melakukan Kecamatan Sukadana, Kabupaten Lampung
kegiatan kerja sama berkaitan dengan Timur. Alasan pemilihan lokasi adalah
kehidupan individu lainnya (balance karena di daerah tersebut masih mengenal
reciprocity), seperti dalam membuat rumah, aktivitas gotong royong. Selain karena
pertanian, dan perkawinan. Gotong royong memiliki prinsip hidup yang menjunjung
saling membantu adalah melakukan kegiatan tinggi harga diri dan sifat manusia yang
membantu individu lain tanpa mengharap- memiliki nilai budaya luhur (piil peseng-
kan balasan, seperti kematian, sakit, dan giri); juga ada aturan adat yang kuat yakni
musibah lainnya. Gotong royong saling penyimbang (pemimpin adat) yang berperan
membantu bisa saja berupa barang yang dalam menggerakkan masyarakat untuk
bermakna religius (zakat, sedekah dsb.). bergotong royong; dan sistem kekerabatan
Adapun gotong royong kerja bakti yakni yang berdasarkan patrilineal. Sistem
gotong-royong yang dilakukan oleh anggota patrilineal berdampak terhadap kegiatan
masyarakat dalam usaha untuk kepentingan gotong royong, karena kaum laki-laki wajib

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandun 2012


Patanjala Vol. 4, No. 1, Maret 2012: 99-114 102

membantu semua keluarga atau kerabatnya (Saifuddin, 1997:7). Alasan menggunakan


jika memerlukan bantuan untuk memecah- metode deskritif kualitatif, karena data yang
kan persoalan hidup. Sistem Patrilineal di dicari adalah berupa aktivitas gotong
masyarakat Negara Nabung, mengharuskan royong, pandangan hidup dan nilai budaya
kaum laki-laki melaksanakan kegiatan yang melatarbelakangi, sehingga tidak bisa
gotong royong di lingkungan keluarga dikategorikan atau diklasifikasikan dalam
maupun masyarakat. bentuk angka secara kuantitatif.
Adapun tujuan dari penelitian
tersebut adalah untuk mendata gotong B. HASIL DAN BAHASAN
royong apa saja yang dilakukan oleh 1. Gambaran Umum Desa Negara Nabung
masyrakat Negara Nabung dan mengkaji Desa Negara Nabung, yang menjadi
bagaimana prospek gotong royong ke depan lokasi penelitian ini adalah salah satu desa di
dikaitkan dengan nilai budaya kerja sama Kecamatan Sukadana, Kabupaten Lampung
yang penting bagi pembangunan karakter Timur. Jarak dari Kecamatan Sukadana ke
bangsa; dan jika ada perubahan atau tempat tersebut kurang lebih 20 km dan dari
pergeseran dalam aktivitas gotong royong Kabupaten Lampung Timur sekitar 30 km.
yang dilakukan dulu dan sekarang, apa saja Masyarakat Negara Nabung adalah masya-
yang berubah dan apa penyebabnya. rakat yang tinggal di darat yang beradat
Secara umum identifikasi dan kajian pepadun. Masyarakat Lampung terdiri atas 2
ini dibatasi oleh dua hal. Pertama, identi- adat yakni masyarakat pesisir (pantai)
fikasi kegiatan gotong-royong, tolong- beradat saibatin dan masyarakat darat
menolong, meliputi bidang ekonomi dan beradat pepadun. Seperti halnya masyarakat
mata pencaharian hidup, bidang teknologi, Lampung, masyarakat Negara Nabung
perlengkapan hidup, dan bidang kemasya- masih kuat dalam melaksanakan kegiatan
rakatan. Kegiatan atau aktivitas kerja bakti gotong royong, baik di bidang pertanian,
meliputi bidang ekonomi dan bidang pelaksanaan upacara adat, kematian,
kemasyarakatan. Kedua, kajian tentang pembuatan rumah, dan kerja bakti untuk
kegiatan gotong royong apa saja yang masih kepentingan umum. Luas wilayah Negara
dilaksanakan atau tidak dilaksanakan, dan Nabung kurang lebih 5.000 meter persegi,
jika terjadi pergeseran atau perubahan apa terdiri atas 7 dusun, yakni Dusun Karang
penyebabnya, serta bagaimana prospek ke Agung, Karang Siyo, Karang Jaya, Karang
depannya. Adapun lokasi penelitian di Desa Anyar, Karang Sari, Karang Rejo, dan
Negara Nabung, Kecamatan Sukadana, Karang Anom.
Kabupaten Lampung Timur. Adapun batas wilayah Desa Negara
Metode yang digunakan dalam Nabung: sebelah utara berbatasan dengan
penelitian ini adalah deskritif kualitatif Desa Bumi Ayu; sebelah timur berbatasan
untuk memperoleh data yang lengkap dan dengan Desa Terbanggi Marga; sebelah
menyeluruh tentang kegiatan gotong royong, barat berbatasan dengan Desa Rajabasa
yakni dengan melakukan wawancara Batanghari; dan sebelah timur berbatasan
mendalam (indepth interview) dan observasi. dengan Desa Terbanggi Marga. Desa Negara
Melalui metode wawancara mendalam Nabung bersuhu 28º - 32ºC dengan curah
diharapkan akan diperoleh data kualitatif hujan 2.000/3.000 mm dan kelembaban
mengenai aktivitas gotong royong dan udara 120 ppm. Sebagian besar penduduk
mekanisme hubungan sosial yang terjadi. Negara Nabung bekerja sebagai petani.
Oleh karena itu, pendekatan penelitian yang Mayoritas dari mereka bertani di ladang dan
dipakai adalah pendekatan kualitatif, yakni kebun, dan hanya sebagian kecil yang
lebih menekankan pada analisis terhadap bertani di sawah, namun karena pengaruh
dinamika hubungan antarfenomena yang masuknya transmigran dari Jawa lama
diamati dengan menggunakan logika ilmiah. kelamaan mengenal pertanian sawah.
Bila dilihat dari kedalaman analisisnya, jenis Penduduk Desa Negara Nabung pada
penelitian ini bersifat deskriptif yakni tahun 2011 tercatat 3.062 jiwa, terdiri atas
menganalisis dan menyajikan fakta secara 1.658 laki-laki dan 1.404 perempuan, serta
sistematik sehingga mudah dipahami terbagi menjadi 610 KK. Menurut

2012 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


103 Sakai Sambaian: Sistem… (Ani Rostiyati)

pendidikan, penduduk Negara Nabung yang yang baik dan bersih melalui pelaksanaan
tidak tamat SD berjumlah 734 jiwa, tamat otonomi daerah.
SD berjumlah 995 jiwa, tamat SLTP
berjumlah 576 jiwa, dan sarjana berjumlah 2. Aktivitas Gotong Royong
40 jiwa. Kesadaran tentang pentingnya Masyarakat Negara Nabung
pendidikan, terutama pendidikan dasar 9 membedakan kegiatan gotong royong
tahun baru terjadi beberapa tahun ini tolong-menolong dalam dua kategori, yakni
sehingga jumlah lulusan SD dan SLTP sakai dan Abir. Sakai artinya tolong-
mendominasi peringkat pertama. menolong di antara sesama secara
Masyarakat Negara Nabung hampir bergantian. Kerja sama tolong-menolong
semua memeluk agama Islam, meskipun dalam jenis pekerjaan yang sama sehingga
masih juga terdapat kepercayaan terhadap setiap anggota akan memperoleh giliran
makhluk-makhluk halus. Bangunan desa waktu yang sama pula, seolah ada harapan
seperti masjid, balai adat (sesat) pada untuk mendapatkan balasan dan dilakukan
umumnya terletak di tengah-tengah dengan anggota yang lebih sedikit. Adapun
kampung, dan biasanya berdekatan dengan yang dimaksud dengan abir adalah kerja
rumah kerabat pemimpin adat (penyimbang). sama tolong-menolong dalam pekerjaan
Bangunan rumah kepala adat mengelompok yang dilakukan oleh atau dengan anggota
bersama-sama dengan rumah-rumah anggota yang lebih banyak dan tidak kelihatan
kerabatnya. pamrihnya. Maksudnya tidak terdapat
Desa Negara Nabung saat ini tidak kewajiban untuk mengerjakan pekerjaan
memiliki gedung SLTP dan SLTA, karena yang sama dari mereka yang pernah
jumlah siswa sedikit dan sudah menolong tersebut. Abir merupakan istilah
terakomodasi oleh SLTP dan SLTA desa lokal masyarakat Desa Negara Nabung yang
terdekat. Pasar desa tidak ada sehingga berarti bergotong royong tanpa adanya
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari perjanjian, imbalan, dan tanpa pamrih serta
masyarakat biasanya datang ke pasar merupakan kesadaran komunal. Sakai
tradsional yang ada di Kecamatan Sukadana. biasanya dilakukan dalam gotong royong
Secara umum prasarana dan sarana yang ada tolong-menolong di bidang pertanian,
di desa masih kurang memadai, mengingat membangun rumah, ekonomi, dan adat.
jumlah penduduk sudah 3.062 jiwa. Visi Sedangkan abir adalah gotong royong kerja
Desa Negara Nabung ” Mewujudkan Desa bakti yakni untuk kepentingan umum.
Negara Nabung Menjadi Desa Mandiri Dalam bidang mata pencaharian,
Melalui Bidang Pertanian dan Industri masyarakat Negara Nabung melakukan
Kecil”. Selama bertahun-tahun Desa Negara gotong royong tolong-menolong (sakai) di
Nabung menyandang gelar sebagai desa bidang pertanian yakni di ladang (kebun)
kategori Desa Merah atau miskin. Sebuah dan sawah. Kegiatan gotong royong
sebutan yang sangat tidak membanggakan, pertanian di ladang antara lain merancang
padahal sumber daya yang ada cukup (membuka hutan), ngusi (menebas semak
memadai, hanya penanganannya kurang belukar), nyuah (pembakaran), tajuk nugal
maksimal. Saat ini, Desa Negara Nabung (membuat lubang dan menyebarkan benih),
memperbaiki dan menambah sarana dan dan ngetas (menuai). Adapun kegiatan
prasarana yang dibutuhkan untuk gotong royong di sawah antara lain
meningkatkan SDM melalui pendidikan melakukan buakhhoh, yakni melembutkan
formal maupun informal. Usaha yang tanah dengan hewan kerbau tapi sekarang
dilakukan adalah bekerja sama dengan dengan traktor; nanom yakni kegiatan
petugas penyuluh lapangan untuk mening- menanam padi; ngegetas (menuai padi); dan
katkan hasil pertanian, usaha pertanian, batok buatot mengangkut padi ke lumbung.
meningkatkan dan mengelola pendapatan
asli desa, serta mewujudkan pemerintahan

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandun 2012


Patanjala Vol. 4, No. 1, Maret 2012: 99-114 104

Gotong royong tolong-menolong di makam dan sungai. Dalam kegiatan gotong


bidang pertanian dimulai dari kegiatan royong secara sakai ini tidak menyediakan
merancang. Setelah itu ngusi, yaitu menebas perlengkapan khusus. Namun, pengundang
semak belukar yang tumbuh di bawah pohon secara khusus menyediakan makanan ala
dan nyuakh, yaitu kegiatan menebang pohon kadarnya sebagai suguhan untuk orang
dan membakar dahan atau ranting serta banyak. Pada umumnya pekerjaan yang
pohon-pohon yang telah ditebang. Najuk dilakukan secara sakai, dilaksanakan hanya
Nugal, yaitu pekerjaan membuat lubang dan dalam satu hari, kalau pekerjaan itu belum
menaburkan benih, kemudian dilanjutkan selesai seluruhnya biasanya akan dikerjakan
dengan ngegetas yaitu menuai atau sendiri oleh empunya ladang dan
mengambil hasil ladang. Tolong-menolong kemungkinan untuk dilakukan lagi pada hari
dalam bercocok tanam di ladang dapat berikutnya.
dilihat dari kelompok yang terlibat. Secara Adapun kerjasama gotong royong
umum kelompok yang terlibat dalam tolong-menolong di sawah dilakukan
kegiatan tersebut adalah orang dewasa yang beberapa tahap, yakni batok buakhoh
sudah berkeluarga. Namun untuk pekerjaan (membajak) dilakukan oleh pemilik kerbau,
yang agak ringan melibatkan anak bujang sedangkan batok nanom dlakukan oleh
gadis artinya kelompok laki-laki maupun orang dewasa laki-laki, sedangkan batok
perempuan yang belum berkeluarga. Orang ngegetas (menuai padi) pesertanya terdiri
dewasa yang terlibat dalam kegiatan tersebut atas para wanita dan laki-laki dewasa serta
adalah kegiatan menebang, sedangkan dari batok boatot pesertanya hanya terdiri atas
orang dewasa dan bujang gadis yang terlibat para bujang (laki-laki). Pelaksanaan ini
secara abir adalah kegiatan Nugal – Najuk bermula dari pemberitahuan kepada para
(kegiatan membuat lubang dan menabur tetangga atau sanak famili maupun warga
benih). Gotong royong tolong menolong kampung oleh pemilik sawah, sebagai
bercocok tanam di ladang yang terlibat permohonan bantuan dengan menyatakan
antara 10 sampai 20 orang, sedangkan waktu dan tempatnya. Kegiatan batok
pekerjaan yang tidak memerlukan orang buakhoh biasanya dilakukan pada pagi hari
banyak biasanya hanya dilakukan 2 sampai mulai pukul 06.00 sampai dengan pukul
5 orang. 08.00 untuk menghindari terik matahari atau
Secara umum peserta tidaklah dilaksanakan pada sore hari pukul 16.00
terbatas pada ada atau tidaknya hubungan sampai pukul 18.00. Untuk menuai padi
keluarga (baik karena hubungan darah biasanya dilakukan oleh para ibu yang
maupun hubungan perkawinan), tetapi di- mendapatkan bagi hasil, bahkan sekarang
ikuti juga oleh mereka yang bukan keluarga, sudah menggunakan upah kerja. Dahulu
bahkan bujang gadis dari luar kampung juga upah kerja dikenal dengan sistem sakai,
turut serta. Penyebab utamanya adalah yakni mendapatkan bentuk pinjaman gabah
kegiatan ini juga menjadi wadah atau tempat yang nantinya akan dibayar dengan jumlah
untuk memperoleh jodoh. yang sama.
Dalam pengerjaan di ladang Selain bidang pertanian, gotong
terdapat ketentuan tentang adanya kewajib- royong tolong-menolong juga dilakukan
an dari tiap warga untuk mengerjakan dalam bidang kemasyarakatan, yakni mereka
pekerjaan yang sama atau sejenis. Dengan membantu dalam mendirikan rumah dan
demikian, faktor kehadiran dalam melak- perbaikan rumah, kematian, dan jika ada
sanakan pekerjaan merupakan suatu musibah (sakit, kebakaran, kecelakaan dan
kewajiban. Namun tidak ada sanksi bagi lain-lain). Dalam bidang adat, masyarakat
warga yang tidak hadir pada waktu Negara Nabung saling menolong dalam
melakukan gotong royong. Dalam kegiatan pelaksanaan upacara adat, misalnya dalam
kerja bakti secara abir, ketentuan yang upacara perkawinan (nyani kubu ‘membuat
demikian tidak ada, karena dalam abir tarup’, ngerang ‘menumbuk padi’, tandang
tujuannya adalah untuk kepentingan umum ‘mencari keperluan pesta di hutan’, melawai
misalnya membangun atau memperbaiki ‘mencari ikan’, memasak, dan ngabebak
jalan, mesjid, balai desa, membersihkan

2012 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


105 Sakai Sambaian: Sistem… (Ani Rostiyati)

kubu ‘membongkar tarup’), kelahiran, dan minum pagi. Setelah itu dilakukan upacara
pemberian gelar (cakak pepadun). ngejunjungi, yakni menaikkan setandan
Dalam pembuatan atau perbaikan pisang mas yang ranum, padi, kelapa, tahu,
rumah bisa dilihat dari dua segi yakni dan kendi yang berisikan air.
tujuan dan kelompok masyarakat yang ikut Menurut kebiasaan masyarakat di
membantu. Kegiatan awal adalah ngelandau Desa Negara Nabung, setiap mendirikan
kayu, yaitu kegiatan kerjasama tolong- rumah selalu diawali dengan melaksanakan
menolong dalam mengumpulkan dan upacara adat yang disebut dengan sedekah
menghanyutkan kayu melalui sungai atau bumi atau ngajalang, bertujuan untuk
laut (dahulu). Namun sekarang hal itu jarang memohon keselamatan kepada Tuhan dan
dilakukan, mereka lebih banyak membeli leluhur. Pelaksanaan upacara dilakukan pagi
atau menebang pohon jati di kebun sendiri. hari, dipimpin oleh ulama, ketua adat
Cukup banyak warga Negara Nabung yang (penyimbang), keluarga, dan tetangga dekat.
menanam sendiri pohon jati dan kira-kira Para ibu dan gadis menyiapkan makanan
berusia 10 sampai 15 tahun pohon tersebut yang disebut dengan punar terdiri dari atas
ditebang untuk membuat rumah anak cucu. ketan kuning yang dicampur dengan kelapa
Masyarakat yang ikut serta dalam kegiatan muda, ayam panggang, dan dupa kemenyan.
tersebut adalah laki-laki dewasa kira-kira 10 Hidangan ini nantinya akan dibagikan
sampai 15 orang. Namun demikian, kehadir- kepada warga untuk dimakan bersama.
an para wanita juga diperlukan yakni untuk Setelah upacara selesai, pekerjaan dilanjut-
menyiapkan makanan. Walaupun tidak ada kan secara bergotong royong dengan dibantu
pembatasan yang tegas, namun para peserta oleh beberapa tukang ahli bangunan dan
terdiri atas para kerabat dan tetangga para kayu.
kaum kerabat dan tetangga. Dalam Mendirikan rumah biasanya dilaku-
mendirikan dan membongkar rumah, kan secara beberapa tahap yakni pertama,
terdapat ketentuan khusus mengenai waktu proses musyawarah baik tentang waktu,
pada hari dan bulan yang baik. Sebelum bahan, peralatan, dan pengerahan tenaga
mendirikan rumah diadakan upacara kerja. Kedua, cara betegi (pembuatannya)
ngejunjungi, yakni memohon kepada Tuhan yakni mempersiapkan tiang bawah yang
YME dan leluhur agar dalam membangun diganjal dengan batu, membuat tiang duduk,
atau membongkar rumah diberi keselamatan memasang alang melintang, terakhir adalah
dan keberhasilan. memasang reng dan genteng. Pemasangan
Pada dasarnya sebelum kegiatan kasau dan reng ini memakan waktu yang
menebang kayu atau ngelandau kayu, lama, karena harus teliti. Tengah hari para
terlebih dahulu dilaksanakan pemberitahuan peserta melakukan istirahat untuk makan
kepada kaum kerabat dan tetangga, baik siang. Makanan yang sudah dimasak ibu-
yang ada di kampungnya maupun di luar ibu biasanya dikirim oleh para bujang gadis
kampungnya. Bahan bangunan tersebut dengan menggunakan alat angkut gerobak
dibawa dengan gerobak atau dipikul yang ditarik sapi. Usai makan siang dilan-
bersama-sama. Kegiatan tolong-menolong jutkan dengan pembacaan doa agar rumah
mendirikan rumah akan dilaksanakan yang didirikan diberkahi oleh Tuhan, para
apabila bahan mendirikan rumah tersebut penghuninya mendapatkan kesehatan dan
telah siap. Setelah ditentukan hari dan bulan keselamatan. Setelah istirahat dan sembah-
yang baik dan adanya pemberitahuan yang dluhur, pekerjaan dilanjutkan kembali,
sebelumnya, maka para peserta berdatangan tetapi bagi peserta yang akan pulang,
berjumlah kurang lebih 10 orang laki-laki terutama bagi mereka yang tinggal di luar
dewasa. Pagi hari pekerjaan ini mulai kampung diperkenankan. Pekerjaan akan
dilakukan dengan mendirikan tiang tengah dilanjutkan kembali pada sore hari dengan
dan diperkirakan pukul 08.00 telah selesai memasang atap genteng atau seng. Makan-
dipasang dan peserta abir beristirahat untuk

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandun 2012


Patanjala Vol. 4, No. 1, Maret 2012: 99-114 106

an sore hari biasanya disajikan bubur yang dan ipar perempuan dari istri kakaknya.
disebut kinca (krui). Perkawinan bagi masyarakat Lampung,
Kegiatan membongkar rumah, demikian juga Desa Negara Nabung bukan
biasanya dilakukan saat pindah rumah dari hanya merupakan urusan pribadi, tetapi
kampungnya atau mengganti dengan rumah merupakan urusan kerabat dan famili bahkan
baru atau karena malapetaka. Kehadiran termasuk status atau derajat.
para peserta pada kegiatan membongkar Oleh sebab itu semua dikerjakan
rumah karena adanya malapetaka dilakukan secara bersama-sama mulai dari persiapan
secara spontanitas tanpa adanya rencana dan sampai pelaksanaan upacara adat perkawin-
pemberitahuan lebih dahulu. Pada kegiatan an. Satu minggu sebelum pelaksanaan
membongkar rumah, pekerjaan pertama upacara, keluarga melaksanakan suatu
adalah menurunkan atap rumah yaitu musyawarah (perwatin) bersama dengan
genteng atau seng, baru kemudian reng dan pemimpin adat (penyimbang). Mereka
tiang. Adapun dindingnya telah dilakukan membicarakan segala sesuatu tentang
lebih dahulu sebelum menurunkan atap. pelaksanaan upacara. Kegiatan memasak
Kegiatan kerjasama tolong-meno- biasanya dilakukan oleh para ibu yang
long dalam mendirikan dan membongkar dikoordinir oleh istri penyimbang. Adat
rumah memberikan manfaat bagi pemilik Lampung mengharuskan kegiatan memasak
rumah, selain menciptakan keakraban, diatur oleh bebai mirul yakni kelompok para
tanggung jawab sosial pun telah dilaksana- istri penyimbang dan kaum ibu yang berhak
kan. Kehadiran para famili dan kerabat dan berkewajiban mengatur wanita menurut
menandakan adanya ikatan kekeluargaan jenjang kedudukan suami masing-masing.
yang kuat. Kehadiran para tetangga menan- Dalam upacara adat mirul, semua perem-
dakan pula bahwa hubungan bertetangga puan yang bersuami dengan perkawinan
baik dan ikatan sekampung menjadi lebih pembayaran jujur, berkewajiban bekerja di
kuat. Bagi mereka yang tidak ikut, seakan- dapur untuk menyiapkan makanan. Dalam
akan ada perasaan berhutang budi. Demikian pekerjaan tersebut dibantu oleh para
juga halnya pada kegiatan membongkar suaminya yang disebut dengan mengiyan.
rumah, apa lagi kalau membongkar rumah Kegiatan gotong royong tolong-
itu karena adanya malapetaka. menolong dalam perkawinan juga terlihat
Adapun gotong royong tolong- pada sumbangan uang atau barang yang
menolong dalam bidang perkawinan, bisa diberikan kepada pemilik hajat. Tetangga
terlihat dalam beberapa kegiatan yakni sekitar memberi kayu bakar yang nantinya
Nyani kubu, yaitu kegiatan kerjasama tolong untuk keperluan memasak, masing-masing
menolong dalam membuat tarup yang memberi satu gerobak kayu bakar yang
dilakukan oleh laki-laki dewasa dan bujang, diangkut sendiri. Tetangga sekitar pada
dengan jumlah 10 sampai 15 orang. Ngakuk umumnya memberi sumbangan (ngejuk)
hibas, yaitu kegiatan kerjasama dalam berupa uang berkisar Rp.50.000,00, namun
mencari daun enau muda yang akan untuk keluarga dekat biasanya memberi
digunakan baik sebagai perlengkapan uang dan barang yakni kebutuhan pokok
upacara maupun bahan untuk membuat seperti beras, gula, mie, sayur- mayur, ayam,
lepet. Ngerang, yaitu kegiatan kerjasama dan kambing. Semua pemberian ini dicatat
menumbuk padi yang dilakukan kaum ibu untuk kemudian dikembalikan lagi (bales)
atau gadis. Tandang, yaitu mencari jika yang memberi sumbangan tersebut
keperluan pesta yang bahannya berada punya hajat perkawinan. Ngejuk adalah
dalam hutan yakni mencari kayu bakar, istilah masyarakat Negara Nabung berarti
kegiatan ini dilakukan oleh laki-laki. memberi sumbangan, bales adalah istilah
Melawai, yaitu kegiatan kerjasama mencari yang berarti membalas lagi, dan
ikan di sungai. Ngebebak kubu, atau kebimbangan adalah istilah yang berarti
ngabungkar kubu, yaitu kegiatan membong- bergantian. Jadi gotong royong tolong-
kar tarup. Memasak untuk keperluan pesta menolong di bidang perkawinan dilakukan
yang dilakukan 5 hari sebelum prosesi upa- secara kebimbangan (bergantian) atau
cara, dilakukan oleh para istri penyimbang resiprositas (timbal balik). Arisan perkawin-

2012 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


107 Sakai Sambaian: Sistem… (Ani Rostiyati)

an juga diadakan di Desa Negara Nabung, Masyarakat Negara Nabung pada


yakni arisan berupa barang keperluan dasarnya mengenal gotong royong kerja
upacara seperti sembako, ayam atau bakti ngunggak way yakni memperbaiki
kambing. Peserta arisan tidak banyak, bendungan irigasi, agar airnya dapat masuk
biasanya masih ada hubungan keluarga. melalui saluran air menuju ke sawah.
Jika ada musibah kematian, dibunyi- Adapun peserta dalam kegiatan ini adalah
kan beduk 2 x untuk laki-laki dan 3 x untuk para pemilik sawah yang bersatu dengan
perempuan. Pukulan ini disebut gebuk sesah, tujuan yang sama yakni memperbaiki irigasi
dengan mendengarkan bunyi beduk yang agar sawahnya subur dan panen berlimpah.
demikian itu, warga kampung mengetahui Kegiatan ngunggak way pada prinsipnya
bahwa ada orang yang meninggal dunia. hanya diikuti oleh kepala keluarga pemilik
Warga masyarakat secara spontan mencari sawah yang memerlukan air dari irigasi
berita dan pergi melayat. Pada umumnya, tersebut. Apabila kepala keluarga tidak
kaum wanita yang datang melayat membawa dapat hadir, maka ia harus mengirimkan
beras dan sekarang ada yang membawa uang wakilnya. Namun demikian, kepala
disebut selawat. Selawat adalah uang duka kampung walau ia tidak memiliki sawah
yang diberikan kepada keluarga almarhum. harus ikut memimpin kegiatan ini. Kegiatan
Terdapat kebiasaan bila ada yang gotong-royong kerja bakti nunggak way ini
meninggal, tokoh masyarakat atau pimpinan dilaksanakan apabila musim tanam tiba.
adat (penyimbang) menyuruh beberapa Apabila ada pemilik sawah yang tidak ikut
orang untuk menggali kubur dan memandi- serta dan tidak mengirimkan wakilnya, maka
kan mayat. Pekerjaan menggali kubur diharuskan memberi ketupat satu bakul
dilakukan oleh warga, akan tetapi sekarang sebagai denda karena tidak ikut serta dalam
ini ada yang mulai menggunakan tenaga kegiatan tersebut. Sebelum kegiatan gotong
upah (penggali kubur). Semua tata cara royong kerjabakti ngunggak way dilaksana-
upacara kematian berdasarkan ketentuan kan, malam harinya diadakan pemberitahuan
agama Islam, mulai dari memandikan, melalui pengumuman keliling kampung
mengkafankan, menguburkan, dan mendoa- dengan metuk canang (memukul gong
kan jenazah di mesjid. kecil). Pada pagi hari mereka membawa
Demikianlah kegiatan gotong cangkul dan perlengkapan lain untuk
royong dalam bidang kematian, warga membuat bendungan dan talang air yang
secara spontan begitu mendengar ada orang oleh masyarakat Negara Nabung disebut
yang meninggal dunia langsung pergi kekerung (Jawa = gorong-gorong).
melayat. Jika ada warga yang terkena Adapun kegiatan gotong royong
musibah, baik meninggal dunia maupun kerjabakti pada pembangunan masjid dan
sakit atau tertimpa kesedihan, warga datang sesat (rumah adat tempat berkumpul)
untuk menjenguk atau melayat, sebagai rasa dikerjakan bersama-sama (abir), mulai dari
solidaritas dan simpati kepada orang yang membuat fondasi sampai memasang batu
terkena musibah tersebut dan mereka bata dan atap. Pada taraf berikutnya
memberikan selawat (uang duka). pekerjaan tidak lagi dikerjakan secara
Selain gotong royong tolong- gotong royong kerja bakti tetapi mengguna-
menolong, masyarakat Negara Nabung juga kan tukang bangunan khusus karena
melakukan gotong royong kerja bakti yang membutuhkan keahlian. Dahulu, kegiatan
bertujuan untuk kepentingan bersama. mengumpulkan bahan bangunanan dikerja-
Dengan kata lain, kegiatan gotong royong kan secara gotong royong, tetapi sekarang
kerja bakti ini dilakukan untuk kepentingan diperoleh dengan cara membeli dan warga
bersama, misalnya untuk membuat irigasi hanya memberi bantuan (sumbangan) beru-
sawah, kebersihan kampung, mendirikan pa uang. Kegiatan gotong royong kerja bakti
mesjid, jalan, sesat, dan makam. dalam membangun masjid, pada dasarnya
merupakan kewajiban setiap anggota masya-

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandun 2012


Patanjala Vol. 4, No. 1, Maret 2012: 99-114 108

rakat. Oleh karena itu dalam kegiatan terse- dan nonformal (penyimbang atau ketua
but tidak dirasakan sebagai beban, tetapi adat). Peserta dari kegiatan ini melibatkan
telah menjadi kewajiban sosial. Namun tiap kepala keluarga dari kampung yang
demikian, walaupun telah dirasakan sebagai memperoleh giliran untuk memperbaiki
kewajiban sosial, apabila ada warga yang jalan. Tujuan dari kegiatan ini adalah
tidak bisa ikut dalam kegiatan tersebut tidak memperbaiki jalan rusak dan membersihkan
ada sanksi apa-apa. Hanya secara psikologis, jalan. Kepala keluarga atau wakilnya dari
warga yang tidak ikut merasakan ada beban kampung yang memperoleh giliran harus
tanggung jawab dan kurang enak hati. datang dengan seorang penyimbang (kepala
Demikian pula dalam membangun adat). Tiap kampung memperoleh giliran
atau memperbaiki jalan (rurung) biasanya dua kali dalam setahun. Bagi kepala
dilakukan bersama-sama dengan kesadaran keluarga yang tidak ikut dan tidak mengi-
tinggi, karena untuk kepentingan bersama rimkan wakilnya, akan kena denda memberi
sebagai alat transportasi. Setiap kampung, sejumlah uang atau makanan.
terdapat beberapa jalan (rurung) yang terdiri Demikianlah, pada umumnya
atas jalan utama (pokok) yang disebut kegiatan gotong royong pada masyarakat
dengan rurung agung, yaitu jalan adat Negara Nabung sudah menjadi adat
utama. Ada yang diberi nama rurung way kebiasaan yang sudah dilakukan leluhur
yaitu jalan adat yang dilalui untuk upacara, sejak dahulu sampai sekarang. Peran ketua
jalan rurung talang yaitu jalan yang dilalui adat, dalam hal ini para penyimbang dan
arak-arakan upacara. Membangun jalan baru sistem kekerabatan yang berdasarkan garis
dengan cara swadaya masyarakat, kecuali keturunan dari bapak (patrilinial
jalan utama (rurug agung) dilakukan oleh geneologis), berakibat pula pada
pemerintah. Mereka mengadakan iuran kegotongroyongan di Negara Nabung.
melalui jimpitan beras yang tiap hari wajib Penyimbang sebagai ketua adat mempunyai
memberi 1 sendok makan beras untuk tiap peranan cukup besar, yakni mengatur
keluarga. Jimpitan beras diambil tiap jalannya adat; mengambil keputusan adat;
minggu sekali pada hari Jumat dan sebagai mediator pemerintah dalam
kemudian dikumpulkan di mesjid. Hasil dari pembangunan; menyelesaikan berbagai
penjualan beras akan digunakan untuk persoalan sosial masyarakat, seperti adanya
kepentingan umum, seperti memperbaiki konflik dan memimpin upacara adat.
jalan atau membuat jalan baru. Dalam Sebagai tokoh masyarakat, penyimbang juga
pembuatan jalan, khususnya jalan adat sangat disegani, dihormati, dan sebagai
utama yang disebut rurung agung harus tempat bertanya dalam segala hal. Bahkan,
diperhatikan letaknya. Jalan adat utama pemimpin formal sering melibatkan para
pada dasarnya adalah jalan yang terletak di penyimbang dalam pelaksanaan program-
depan bangunan sesat. Adapun rurung way program pembangunan, karena terkadang
terletak berdekatan dengan way atau sungai. imbauan penyimbang lebih didengar warga
Pembuatan jalan baru ini biasanya dipimpin daripada pemerintah.
oleh para penyimbang dan tokoh masyarakat Desa Negara Nabung terdapat 41
dibantu oleh para ibu dan remaja khusus tokoh adat (penyimbang) yang tergabung
untuk menyediakan makanan. Sementara dalam forum MPAL yakni Majelis Perwatin
lelaki biasanya mengangkut pasir dan batu Adat Lampung. Struktur organisasi MPAL
sebagai bahan tambahan pembuatan jalan terdiri atas ketua, sekretaris, bendahara, dan
yang sering dilakukan pula pada malam hari, anggota. Fungsi dari forum ini adalah
karena siang hari mereka bekerja di kebun. sebagai ajang komunikasi antartokoh adat,
Pembuatan dan pemeliharaan jalan penghubung masyarakat dengan pemerintah,
juga diatur secara bergilir, yang menurut dan pencari solusi berbagai masalah adat
istilah setempat disebut kalirang laya. dan sosial. Besarnya pengaruh penyimbang
Kalirang laya adalah kerja bakti membuat ini memberi dampak yang positif bagi
jalan yang sudah diatur secara bergilir agar masyarakat, yakni sebagai penggerak dan
jalan terpelihara dengan baik. Kegiatan ini motivator dalam setiap kegiatan adat
biasanya dipelopori oleh pimpinan formal maupun sosial. Demikian pula dalam hal

2012 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


109 Sakai Sambaian: Sistem… (Ani Rostiyati)

kegotongroyongan, baik tolong-menolong serumah harus membantu untuk


maupun kerja bakti, sosok penyimbang bisa menyelesaikan pekerjaan tersebut.
digunakan sebagai simbol penggerak masya- Sementara itu di Desa Negara
rakat. Sebagai pemimpin adat, penyimbang Nabung, terdapat aktivitas gotong royong di
selalu hadir dalam setiap kegiatan gotong bidang ekonomi dalam bentuk arisan, ada
royong. Oleh sebab itu, masyarakat juga arisan rumah, arisan rumah tangga, arisan
tergerak untuk ikut kegiatan tersebut, lebaran, arisan pertanian, arisan hajatan,
meskipun sebenarnya bukan karena figur arisan mingguan, arisan bulanan, dan arisan
penyimbang melainkan juga karena kesadar- kampung. Arisan rumah tangga berupa
an sendiri. barang-barang rumah tangga; arisan lebaran
Sistem kekerabatan berdasarkan berupa bahan pokok untuk kue dan masakan
patrilineal juga akan melahirkan hak dan lebaran; arisan rumah berupa material;
kewajiban dalam bermasyarakat, terutama arisan pertanian berupa pupuk dan modal;
dalam persoalan perkawinan. Kedudukan arisan hajatan berupa hewan sapi kambing
laki-laki memegang kekuasaan tertinggi dan ayam; arisan mingguan dan bulanan
yang bertanggung jawab sebagai pemimpin berupa uang. Berbagai arisan ini merupakan
keluarga, orang tua, adik-adiknya, dan sanak bentuk gotong royong ekonomi yang
famili. Ia mengatur hak dan kewajiban adik- ditujukan untuk membantu anggotanya
adiknya, baik pria maupun wanita dan mendapatkan modal, menyelesaikan
semua keluarganya. Pendek kata yang masalah ekonomi, dan meringankan beban
berfungsi sebagai pengatur adalah kerabat yang dihadapinya. Arisan, termasuk juga
pria (ayah), sedang kerabat dari pihak wanita KUD dan kelompok tani yang ada di Desa
hanya membantu. Hal ini tentu akan Negara Nabung merupakan lembaga
berakibat pula dalam hal tolong-menolong ekonomi ma-syarakat yang mengatur
menyelesaikan pekerjaan yang memerlukan anggotanya untuk memenuhi kebutuhan
bantuan tenaga dan dana. Jika adiknya hidupnya.
menikah misalnya, kakak laki-laki harus Ngejuk, bales, sambatan, selawat,
membantu dana untuk pelaksanaan upacara dan kebimbangan adalah istilah yang
yakni membeli sesan (alat-alat rumah tangga mencerminkan sikap gotong-royong masya-
untuk pengantin). Demikian pula para ipar, rakat Desa Negara Nabung. Ngejuk adalah
yakni istri kakak laki-laki ikut membantu istilah masyarakat Negara Nabung berarti
memasak, dari persiapan sampai prosesi memberi sumbangan; bales berarti
upacara. membalas lagi; dan kebimbangan berarti
Selain pengaruh kepenyimbangan bergan-tian; selawat merupakan uang duka
dan sistem patrilineal, ikatan gotong royong yang diberikan kepada orang yang terkena
tolong-menolong juga dipengaruhi oleh musibah (kematian, sakit). Jadi gotong
kekerabatan berdasarkan hubungan darah royong tolong-menolong di bidang perka-
dan perkawinan. Mereka harus saling winan dilakukan secara kebimbangan
membantu dan bekerja sama dalam semua (bergantian) atau resiprositas (timbal
persoalan, terutama masalah adat. Namun balik), ngejuk, selawat, dan bales. Dalam
demikian, keluarga ayah merupakan pokok suatu perhelatan perkawinan, tradisi me-
utama dalam menangani pekerjaan berat nyumbang merupakan salah satu aktivitas
yang sudah diatur secara adat. Hubungan berantai. Maksudnya jika merasa disum-
kekerabatan atas dasar kepenyimbangan, bang, kelak akan berganti menyumbang
mengatur bahwa rumah keluarga batih hanya (resiprokal), begitu pula sebaliknya. Perka-
merupakan keluarga bilik dari rumah besar, winan bukan saja menjadi urusan pribadi,
tempat kepala adat dan para sesepuh tetapi juga menjadi urusan para kerabat,
(mertua, nenek) tinggal. Dengan sendirinya bahkan dirasakan sebagai kewajiban dan
jika anggota kepenyimbangan memerlukan tanggung jawab dari anggota atau masyara-
bantuan, tentu seluruh anggota keluarga kat dari kampung yang bersangkutan. Oleh

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandun 2012


Patanjala Vol. 4, No. 1, Maret 2012: 99-114 110

sebab itu, semua dikerjakan secara bersama- Kegiatan gotong royong dalam
sama, mulai dari persiapan sampai pelaksa- membuka hutan sudah mulai jarang
naan upacara adat perkawinan. dilakukan, disebabkan banyak hutan yang
Hasil yang diperoleh dalam aktivitas berubah menjadi perkampungan bagi para
gotong royong tersebut, tentu akan transmigran. Akibatnya pada pohon kayu
meringankan biaya, waktu, dan tenaga bagi jati dan tanaman lain menjadi berkurang.
si empunya hajat. Pekerjaan besar dan berat Hal itu pula membawa dampak
akan menjadi lebih ringan dan lebih cepat berkurangnya kegi-atan gotong royong
diselesaikan. Selain itu, menumbuhkan rasa dalam mencari kayu di hutan untuk
kebersamaan, yang pada akhirnya menim- pembuatan rumah, masjid, dan sesat.
bulkan kerukunan sosial. Bagi warga yang Dengan masyarakat mengenal uang dan
membantu pun sangat diuntungkan, karena dipasarkannya bahan-bahan bangunan,
mereka mendapat imbalan baik bentuk memberi pengaruh sehingga masyarakat
materi maupun nonmateri. Artinya, suatu tidak bergotong royong mencari kayu di
saat kelak akan mendapat bantuan meskipun hutan dengan melewati laut atau sungai
tidak ada pamrih. Sistem sumbang- (ngelandau kayu), tetapi membeli kayu
menyumbang merupakan rangkaian kegiatan dengan cara iuran (membuat masjid, sesat),
yang penting dalam suatu peristiwa membeli sendiri di toko (membuat rumah)
perhelatan, dan merupakan kewajiban sosial atau menanam sendiri di kebun.
yang tidak bisa ditinggalkan. Dalam Perubahan juga terlihat dalam
aktivitas menyumbang terkandung 3 kegiat- bidang pertanian, di Desa Negara Nabung
an, yakni memberi, menerima, dan hanya sebagian kecil yang bercocok tanam
membalas. Pranata yang berlaku mewajib- di sawah, sebagian besar mereka di ladang
kan individu melaksanakan ketiga hal (kebun) dengan menanam singkong dan
tersebut, jika tidak akan mendapat sanksi pisang. Hal itu disebabkan sistem irigasi di
sosial. Ketiga aktivitas tersebut memperkuat sawah (pengairan) tidak berjalan lancar,
hubungan antarindividu dan kelompok. sehingga hanya mengandalkan tadah hujan
Dalam tradisi sumbang-menyumbang ter- dengan panen 2 kali dalam setahun. Mereka
sembunyi norma-norma timbal balik yang lebih banyak bertanam singkong, karena
menjadi daya pengikat dalam satu jalinan singkong merupakan tanaman yang cukup
sosial yang tidak ada habisnya dari generasi menjanjikan bagi masyarakat Negara
ke generasi. Nabung. Satu hektar lahan mampu
menghasilkan uang 10 sampai 15 juta rupiah
3. Perubahan Gotong Royong dan bisa dipanen 2 kali dalam setahun. Jenis
singkong yang ditanam khusus untuk
Demikianlah, kegiatan gotong
pembuatan tepung tapioka, yakni kasesa dan
royong di Desa Negara Nabung masih cukup
thailand. Selain singkong, pisang juga
kuat dilaksanakan oleh masyarakat. Namun
ditanam masyarakat, karena mudah dita-
demikian, tidak dipungkiri pada masa
nam, tidak ada hama, dan bisa menghasilkan
sekarang bentuk gotong royong mengalami
pendapatan cukup banyak.
perubahan akibat dari perkembangan
Sistem upah dalam bidang
teknologi, industrialisasi, dan modernisasi.
pertanian yang dahulu diperoleh berupa
Perubahan merupakan ciri khas semua
nyakai, yakni meminjam hasil yang sudah
masyarakat dan semua kebudayaan, baik
mereka kerjakan dan kelak akan dikembali-
masyarakat tradisional maupun modern.
kan dalam jumlah yang sama, sekarang
Hanya bedanya, pada masyarakat modern
diganti dengan sistem bagi hasil 10:1 atau
perubahan itu cukup cepat, sedangkan pada
6:1. Bahkan, sekarang ada sebagian yang
masyarakat tradisional perubahan itu lambat.
sudah menggunakan upah berupa uang.
Demikian pula yang terjadi pada aktivitas
Demikian pula dalam mengolah tanah yang
gotong royong di Desa Negara Nabung,
biasanya dilakukan dengan tenaga kerbau,
terdapat perubahan yakni dahulu dilaksana-
saat ini sudah menggunakan tenaga mesin
kan gotong royong tetapi sekarang tidak lagi
(traktor). Bentuk rumah yang berubah tidak
dilaksanakan.
lagi rumah panggung melainkan semi

2012 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


111 Sakai Sambaian: Sistem… (Ani Rostiyati)

modern, berdampak juga pada aktivitas merupakan pengejawantahan dari nilai-nilai


gotong royong. Mereka lebih memerlukan budaya yang menjadi pandangan hidup
tenaga ahli untuk membangun rumah masyarakat Lampung, yakni piil pesenggiri
tersebut, akibatnya aktivitas gotong royong dengan didukung prinsip yang lain yakni
sudah jarang dilakukan. nemui-nyimah, nengah nyappur, dan bujuluk
Dalam bidang upacara adat perka- buadek, yang berarti harga diri, tolong-
winan, batok ngarang yakni kegiatan menolong, menghormati atau saling hormat,
menumbuk padi sudah jarang dilakukan dan bertata hidup atau bergelar.
karena diganti dengan huler (mesin Dari pandangan hidup tersebut,
penggiling padi). Demikian pula melawai dapat dikatakan bahwa gotong royong
(mencari ikan di sungai), sudah mulai jarang merupakan penjelmaan dari pandangan
dilakukan, karena makin tersedianya ikan di hidup. Hal ini pula yang menjiwai keikut-
pasar dan ada bahan pengganti yakni ayam sertaan anggota masyarakat dalam berbagai
dan daging sapi. kegiatan, baik untuk kepentingan perorangan
(tolong-menolong) maupun untuk kepen-
4. Gotong Royong Sebagai Nilai Budaya tingan umum (kerja bakti). Dari pandangan
hidup tersebut dapat dikatakan bahwa
Terlepas dari perubahan yang
dengan melakukan gotong royong terjelma
terjadi, namun sikap gotong royong pada
kerukunan di dalam pergaulan hidup masya-
masyarakat Negara Nabung masih cukup
rakat. Bila dikatakan bahwa kerukunan
kuat melekat. Hal itu disebabkan di Desa
merupakan genus, gotong royong merupa-
Negara Nabung terdapat prinsip sakai
kan spesies yang merupakan suatu bentuk
sembayan, salah satu prinsip hidup
dari proses interaksi sosial yang tradisional
masyarakat Lampung yang berarti tolong-
sifatnya. Menurut Keesing (1989:162) hal
menolong. Sakai sembayan adalah nilai
ini disebabkan : (1) Manusia itu tidak cukup
penting dalam kehidupan masyarakat
sendiri di dunia ini, tetapi dilingkungi oleh
Negara Nabung. Nilai-nilai budaya pada
komuniti, masyarakat, dan alam semesta
dasarnya terdiri atas konsepsi yang hidup
sekitarnya; (2) Dengan demikian, manusia
dalam alam pikiran sebagian besar warga
pada hakikatnya bergantung pada aspek
masyarakat, mengenai hal-hal yang harus
kehidupannya kepada sesamanya; (3) Oleh
mereka anggap bernilai dalam hidup. Oleh
karena itu ia selalu berusaha sedapat
karena itu, nilai-nilai budaya biasanya
mungkin memelihara hubungan baik dengan
berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi
sesamanya, terdorong jiwa sama rasa; dan
kelakuan manusia. Dengan demikian, nilai-
(4) Selalu berusaha untuk sedapat mungkin
nilai pada kegotongroyongan pada haki-
bersifat konform, berbuat sama dengan
katnya merupakan perwujudan dari
sesamanya dalam komuniti, terdorong oleh
kebudayaan.
jiwa sama tinggi sama rendah. Dengan
Setiap masyarakat, betapapun
demikian, untuk menciptakan dan meme-
sederhananya pasti mempunyai kebudayaan.
lihara kerukunan sesama warga, kerabat dan
Oleh karena itu, J. Herkovits dan Broinislaw
famili, anggota komuniti, serta memenuhi
Malinowski menyatakan bahwa segala
hasrat kemanusiaan, maka tercipta kerjasa-
sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat
ma, baik bertujuan untuk menolong maupun
ditentukan oleh adanya kebudayaan yang
untuk berbakti.
dimiliki oleh masyarakat itu. Dalam
hubungannya dengan gotong royong, pada
5. Masa Depan Gotong Royong
dasarnya merupakan pengejawantahan dari
nilai-nilai budaya yang bersumber pada Setiap masyarakat selama hidupnya,
kebudayaan suatu masyarakat. pasti mengalami perubahan. Perubahan di
Dengan demikian, gotong royong dalam masyarakat dapat mengenai semua
yang dimiliki masyarakat Negara Nabung, segi kehidupan, seperti nilai-nilai, norma-

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandun 2012


Patanjala Vol. 4, No. 1, Maret 2012: 99-114 112

norma, dan pola-pola perilaku. Apabila untuk menentukan tentang masa depan.
kerangka ini diterapkan dalam konsepsi Dengan adanya perkembangan teknologi
gotong royong, tentu akan mengalami dan modernisasi, tentu ada pergeseran nilai-
perubahan juga. Untuk dapat menelaah, nilai budaya dan pandangan hidup.
bagaimana masa depan gotong royong, Berdirinya 2 pabrik tepung tapioka yang ada
disampaikan suatu analisis yang diberikan di Desa Negara Nabung, menyebabkan
oleh Niel J. Smelser (Keesing, 1989:132). banyak kaum muda yang bekerja sebagai
Dia menyatakan bahwa disebabkan oleh ide buruh pabrik. Hal ini membawa implikasi
pembangunan ekonomi ini telah menjadi berkurangnya tenaga kerja yang melakukan
sangat biasa dalam pandangan pertengahan aktivitas gotong royong di pertanian. Hasil
abad ke-20, kita dapat dengan mudah penelitian menunjukkan bahwa pada saat
menganggapnya sebagai suatu proses yang sekarang telah terjadi perubahan, dalam arti
sederhana dan utuh. Akan tetapi pem- bahwa suatu bentuk kegiatan yang tadinya
bangunan ekonomi tidaklah sederhana dan dilakukan secara kerja sama, menjadi tidak
utuh. Sekurang-kurangnya ada empat proses dilakukan lagi.
dalam pikiran kita: (1) Dalam bidang Hal tersebut di atas menunjukkan
teknologi, suatu masyarakat yang berkem- bahwa pada masa yang akan datang gotong
bang sedang mengalami perubahan dari royong akan lebih mengalami perubahan
penggunaan teknik-teknik yang sederhana lagi. Perubahan ini akan mungkin terjadi
dan tradisional ke arah penggunaan penge- meskipun secara lambat atau pelan. Suatu
tahuan ilmiah; (2) Dalam bidang pertanian, contoh, dahulu ada sistem bagi hasil dalam
masyarakat yang berkembang itu sedang panen tapi sekarang dengan sistem upah. Ini
beralih dari pertanian sederhana ke arah menandakan ada upah masuk dan unsur
produksi hasil pertanian untuk pasaran. Ini gotong royong menjadi berkurang. Oleh
berarti pengkhususan dalam jenis tanaman karena itu dapat dimengerti apabila
yang akan dijual hasilnya, pembelian Koentjaraningrat menyatakan bahwa telah
barang-barang nonpertanian di pasaran, dan terjadi perubahan sistem gotong royong
sering juga kerja upahan dalam bidang dalam bidang pertanian menjadi sistem
pertanian; (3) Dalam bidang industri, masya- upah. Bahkan ada bentuk gotong royong
rakat yang sedang berkembang mengalami yang sudah punah, menghilang dari
suatu peralihan dari penggunaan tenaga kehidupan sosial masyarakat.
manusia dan binatang ke indutrialisasi yang Kiranya pernyataan itu tidak hanya
sebenarnya, atau orang-orang yang berkerja terbatas dalam bidang pertanian saja, tetapi
untuk upah pada mesin-mesin yang digerak- juga dalam bidang lain. Sebagai contoh
kan oleh sumber tenaga; (4) Dalam susunan dalam hal kematian, kalau dahulu ada warga
ekologi perkembangan masyarakat bergerak yang membantu menggali kubur, tapi
dari sawah/ladang dan desa ke pemusatan- sekarang ada tukang gali kubur. Jadi unsur
pemusatan di kota. gotong royong melemah, mengarah pada
Dari apa yang di ketengahkan di sistem upah dengan adanya tenaga-tenaga
atas, nyata sekali bahwa beberapa fungsi tertentu yang diminta bantuannya dan diberi
dari tenaga manusia, diambil alih teknologi imbalan, biasanya berupa uang.
dan menimbulkan sistem upah, sehingga Perubahan yang terjadi memang
satu atau lebih dari anggota keluarga tidak bisa dihindari, namun tetap optimis
meninggalkan keluarganya untuk mencari bahwa nilai gotong royong masih kuat
pekerjaan dalam pasaran tenaga kerja. melekat terutama pada masyarakat pedesaan.
Implikasi sosial dari perubahan struktur Hasil identifikasi dan kajian di Desa Negara
yang dilukiskan tadi adalah terjadinya Nabung menunjukkan bahwa kegiatan
proses individualisasi dan isolasi keluarga gotong royong masih tetap dilakukan
batih, maka akan memperlonggar hubungan meskipun ada juga yang sudah tidak
kekerabatan. dilakukan. Sistem nilai sangat sulit berubah
Dalam hubungannya dengan masa dan selalu hidup dalam alam pikiran
depan gotong royong, kiranya perlu manusia serta dijadikan pedoman hidup.
diperhatikan dan dapat dijadikan indikator Adanya prinsip hidup piil pesinggiri, sistem

2012 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


113 Sakai Sambaian: Sistem… (Ani Rostiyati)

kekerabatan yang berdasarkan patrilineal, bergantian; selawat merupakan uang duka


dan aturan adat, menjadikan pengikat dan yang diberikan pada orang yang terkena
kontrol sosial pada masyarakat untuk tetap musibah (kematian, sakit), dan sambatan
melakukan aturan-aturan (gotong royong) adalah bantuan tenaga. Tradisi sumbang
yang sudah berlaku. menyumbang dalam suatu perhelatan itu
sudah merupakan kewajiban sosial yang
C. PENUTUP harus dilakukan, ada 3 kegiatan yakni
memberi, menerima, dan membalas. Dalam
Gotong royong Di Desa Negara
tradisi ini tersembunyi norma-norma timbal
Nabung, secara umum masih tetap dilakukan
balik yang jadi pengikat dalam jalinan sosial
dalam kehidupan sehari-hari yakni di bidang
yang tidak ada habisnya dari generasi ke
mata pencaharian, pertanian, upacara adat,
generasi.
membangun rumah, jalan, mesjid dan lain-
Tidak bisa dipungkiri, gotong
lain. Ada beberapa faktor penyebabnya
royong saat ini mengalami perubahan
mengapa tetap dilakukan. Pertama, peran
disebabkan oleh proses industrialisasi,
ketua adat dalam hal ini para penyimbang
teknologi, dan modernisasi. Perubahan
mempunyai pengaruh kuat sebagai
merupakan ciri khas semua masyarakat dan
motivator masyarakat, termasuk dalam
kebudayaan, demikian pula gotong royong
menggerakkan masyarakat untuk melak-
di Desa Negara Nabung, dalam arti dulu
sanakan gotong royong. Kedua, sistem
dikerjakan sekarang tidak lagi. Namun,
kekerabatan berdasarkan garis keturunan
gotong royong sebagai nilai budaya
dari bapak (patrilineal geneologis). Sistem
tampaknya cukup sulit untuk berubah karena
ini akan melahirkan hak dan kewajiban
nilai budaya ini terdiri atas konsepsi atau
dalam bermasyarakat, Kedudukan laki-laki
hal-hal yang dianggap paling penting dalam
memegang kekuasaan tertinggi dan
hidupnya dan berfungsi sebagai pedoman
bertanggung jawab sebagai pemimpin
hidup. Gotong royong ini merupakan
keluarga, termasuk membantu keluarga
penjelmaan dari pandangan hidup tersebut
(bergotongroyong) dalam semua persoalan
(piil pesenggiri). Hasil identifikasi dan
hidup. Kedua, memiliki prinsip hidup yang
kajian yang dilakukan di Desa Negara
mengharuskan manusia berwatak dan
Nabung menunjukkan bahwa mereka masih
berperilaku luhur, yakni punya harga diri
melakukan aktivitas gotong royong dalam
(piil pesenggiri), harus bergotong royong
kehidupan sehari-hari.
(sakai sambaian), membuka diri (nemui
Bila dikaitkan dengan pembangu-
nyimah), suka bergaul (nengah nyapur), dan
nan, gotong royong ini merupakan modal
punya nama gelar (bejuluk deadek).
sosial yang menunjang proses pembangu-
Keempat, aturan adat dalam sistem
nan. Walaupun gotong royong mulai
kekerabatan berdasarkan hubungan darah
melemah, itu hanya bentuk luarnya yang
dan perkawinan. Aturan ini mengharuskan
berubah, tapi nilai-nilai kerja sama masih
untuk saling membantu diantara keluarga.
mengakar kuat di sanubari masyarakat. Itu
Empat faktor tersebut memperkuat sebagai
sebabnya tetap optimis dan yakin bahwa
kontrol sosial pada masyarakat agar mereka
nilai-nilai kerja sama dan gotong royong ini
tetap patuh dalam melaksanakan aturan-
selalu hidup di masyarakat.
aturan yang berlaku (gotong royong).
Ngejuk, bales, sambatan, selawat, Saran
dan kebimbangan adalah istilah yang
mencerminkan sikap gotong-royong masya- Desa Negara Nabung yang terletak
rakat Desa Negara Nabung. Ngejuk adalah di Kecamatan Sukadana Kabupaten
istilah masyarakat Negara Nabung berarti Lampung Timur, merupakan daerah yang
memberi sumbangan; bales berarti cukup kuat menjalankan aktivitas kerja sama
membalas lagi; dan kebimbangan berarti gotong royong. Gotong royong sudah

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandun 2012


Patanjala Vol. 4, No. 1, Maret 2012: 99-114 114

menyatu dengan kehidupan masyarakatnya. _______. 2004


Sakai sambaian (gotong royong), salah satu Jejak Masa Lalu. Sejuta Warisan
prinsip hidup (falsafah) orang Lampung Budaya. Yogyakarta: Kunci Ilmu.
memberi nafas dan tercermin dalam
kehidupan sehari-hari. Namun demikian Haryono, T. 2002.
diperlukan langkah-langkah nyata untuk ” Peran Budaya Lokal dalam
memperkuat dan mengaktifkan kembali, Pranata Sosial”. Makalah dalam
antara lain : Temu Budaya Daerah, di PPPG
1. Gotong royong perlu disosialisasikan Matematika, 5-6 Agustus 2002.
dan ditingkatkan aktivitasnya, terutama Yogyakarta: Balai Kajian Sejarah
pada generasi muda karena memiliki dan Nilai Tradsional Yogyakarta.
nilai-nilai kebersamaan dan kerukunan.
2. Gotong royong bisa digunakan sebagai Koentjaraningrat. 1981.
modal sosial untuk mendukung proses Beberapa Pokok Antropologi
pembangunan. Sosial. Jakarta: Dian Rakyat.
3. Peranan tokoh adat (penyimbang) dan
tokoh masyarakat bisa dilibatkan untuk ________. 1982.
proses pembangunan, karena mereka Kebudayan, Mentalitet dan
memiliki peran besar sebagai penggerak Pembangunan. Jakarta: Gramedia
masyarakat dalam melaksanakan akti-
vitas gotong royong. _______. 1984.
4. Gotong royong sangat perlu diper- Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai
tahankan, agar hubungan sosial terjalin Pustaka
dengan baik dan tujuan pembangunan
tercapai. Namun demikian ada beberapa Keesing, RM. 1989.
hal yang disesuaikan dengan perkem- Antropologi Budaya, Suatu
bangan zaman, seperti misalnya tenaga Perspektif Kontemporer. Jakarta:
hewan diganti dengan traktor untuk Erlangga
membajak tanah sawah agar lebih
meningkatkan produktivitas pertanian. Rudito. 2007.
”Organisasi Sosial”. Makalah
pengarahan penelitian organisasi
DAFTAR SUMBER sosial. Jakarta: Direktorat Tradisi.

Sentoso,P. 2003.
Ahima-Putra, H.S. 2002.
”Pengelolahan Modal Sosial
Budaya Lokal Sebagai Sumber
dalam Rangka Pengembangan
Penataan Sosial”. Makalah dalam
Otonomi Daerah: Suatu
Temu Budaya Daerah di PPPG
Tantangan”. Dinamika Pedesaan
Matematika, 5-6 Agustus 2002.
dan Kawasan.
Yogyakarta : Balai Kajian Sejarah
dan Nilai Tradisional.
Sumintarsih. 2010.
______ . 2007
Pranata Sosial di Lingkungan
“ Organisasi Sosial Lokal di
Masyarakat Ponorogo (Sebuah
Indonesia”. Makalah dalam
Gambaran Budaya di Desa
Bimbingan Teknis Penelitian.
Sumoroto). Yogyakarta:
Jakarta: Direktorat Tradisi.
Patrawidya

2012 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung

Anda mungkin juga menyukai