Sakai Sambaian Sistem Gotong Royong Di L Ffd4b705
Sakai Sambaian Sistem Gotong Royong Di L Ffd4b705
SAKAI SAMBAIAN :
SISTEM GOTONG ROYONG DI LAMPUNG TIMUR
Abstrak
Kata kunci: gotong royong, aktivitas, pandangan hidup masyarakat Negara Nabung
Lampung Timur.
Abstract
Desa (village) Negara Nabung, Kecamatan (district) Sukadana in East Lampung
holds strong values of togetherness (gotong-royong), either in their daily social life or in
traditional ceremony. This kind of value has gradually faded due to very fast development
in technology, industrialization and modernization. Fortunately, Desa Negara Nabung
has a principle called sakai sambaian that helps their bond strong. Sakai sambaian is
their guidance in their daily social life, e.g. in erecting new houses, mending roads, and
conducting wedding ceremony.
dung makna kerja sama di antara anggota bersama, seperti untuk kebersihan kampung
kelompok masyarakat. Secara jelas Koen- atau desa, upacara yang berkaitan dengan
tjaraningrat mengatakan bahwa kerja sama keagamaan di kampung, mendirikan masjid,
timbul apabila orang mempunyai kepen- dan memperbaiki jalan desa.
tingan yang sama dan adanya organisasi atau Menurut Koentjaraningrat (1984:6),
orang-orang yang mengorganisasikan. Ben- gotong royong adalah salah satu unsur
tuk kerja sama tradisional itu disebut dengan (aktivitas) dalam organisasi sosial yang
nama gotong royong, yang berarti sebagai merupakan suatu konsep atau nilai keber-
bentuk kerja sama untuk mencapai tujuan samaan (kerja sama) dan merupakan sifat
tertentu dengan asas timbal balik (resipro- positif dalam mentalitas masyarakat. Gotong
sitas) untuk mewujudkan adanya keteraturan royong merupakan cerminan dari manusia
sosial dalam masyarakat, baik yang yang merupakan makhluk hidup sosial tidak
dilandasi spontanitas, pamrih pribadi, atau bisa hidup sendiri, karena dikelilingi oleh
karena memenuhi kewajiban sosial. Hal ini sistem sosial dan komunitas yang selalu
berkaitan dengan sifat manusia yang disebut terikat. Jika gotong royong dilihat sebagai
sebagai makhluk sosial, artinya adalah kebudayaan, di dalamnya terdiri atas 3
manusia tidak dapat hidup tanpa ber- wujud, yakni gotong royong bisa dilihat
kelompok. sebagai sistem ide (nilai, norma, aturan),
Menurut Rudito, Bambang (2011: sistem sosial (aktivitas kerja sama atau
5), organisasi sosial merupakan sebuah tindakan), dan hasil tindakan/aktivitas dari
manajemen budaya yang mengatur anggota gotong royong (terwujudnya jalan, perbai-
kelompok sosial untuk melakukan aktivitas kan rumah).
tertentu dengan cara tertentu yang disepakati Koentjaraningrat juga membedakan
oleh kebudayaan yang berlaku. Organisasi antara gotong royong tolong-menolong dan
sosial ini dapat dijabarkan dalam beberapa gotong royong kerja bakti. Adapun menurut
pranata sosial, seperti religi, ekonomi, Putra, Heddy Shri Ahimsa (2004: 47),
kekerabatan, kesenian, dan bahasa. Salah gotong royong adalah salah satu dari unsur
satu unsur organisasi sosial adalah yang organisasi sosial yang merupakan aktivitas
beraktivitas sebagai gotong royong. Gotong- kerja sama. Organisasi sosial kerja sama
royong sendiri dapat dibagi ke dalam (gotong royong) biasanya ditujukan untuk
beberapa bentuk, seperti tolong-menolong, mengatasi masalah-masalah umum yang
kerja bakti, dan saling membantu. dihadapi para anggotanya, dan kegiatan
Gotong royong tolong-menolong tersebut biasanya hanya dapat diselenggara-
bisanya berkaitan dengan persoalan kan dengan bantuan banyak orang.
kehidupan individu dalam masyarakat secara Adapun yang menjadi lokasi
pribadi dalam kaitannya dengan pranata penelitian ini adalah Desa Negara Nabung,
sosial yang berlaku. Mereka melakukan Kecamatan Sukadana, Kabupaten Lampung
kegiatan kerja sama berkaitan dengan Timur. Alasan pemilihan lokasi adalah
kehidupan individu lainnya (balance karena di daerah tersebut masih mengenal
reciprocity), seperti dalam membuat rumah, aktivitas gotong royong. Selain karena
pertanian, dan perkawinan. Gotong royong memiliki prinsip hidup yang menjunjung
saling membantu adalah melakukan kegiatan tinggi harga diri dan sifat manusia yang
membantu individu lain tanpa mengharap- memiliki nilai budaya luhur (piil peseng-
kan balasan, seperti kematian, sakit, dan giri); juga ada aturan adat yang kuat yakni
musibah lainnya. Gotong royong saling penyimbang (pemimpin adat) yang berperan
membantu bisa saja berupa barang yang dalam menggerakkan masyarakat untuk
bermakna religius (zakat, sedekah dsb.). bergotong royong; dan sistem kekerabatan
Adapun gotong royong kerja bakti yakni yang berdasarkan patrilineal. Sistem
gotong-royong yang dilakukan oleh anggota patrilineal berdampak terhadap kegiatan
masyarakat dalam usaha untuk kepentingan gotong royong, karena kaum laki-laki wajib
pendidikan, penduduk Negara Nabung yang yang baik dan bersih melalui pelaksanaan
tidak tamat SD berjumlah 734 jiwa, tamat otonomi daerah.
SD berjumlah 995 jiwa, tamat SLTP
berjumlah 576 jiwa, dan sarjana berjumlah 2. Aktivitas Gotong Royong
40 jiwa. Kesadaran tentang pentingnya Masyarakat Negara Nabung
pendidikan, terutama pendidikan dasar 9 membedakan kegiatan gotong royong
tahun baru terjadi beberapa tahun ini tolong-menolong dalam dua kategori, yakni
sehingga jumlah lulusan SD dan SLTP sakai dan Abir. Sakai artinya tolong-
mendominasi peringkat pertama. menolong di antara sesama secara
Masyarakat Negara Nabung hampir bergantian. Kerja sama tolong-menolong
semua memeluk agama Islam, meskipun dalam jenis pekerjaan yang sama sehingga
masih juga terdapat kepercayaan terhadap setiap anggota akan memperoleh giliran
makhluk-makhluk halus. Bangunan desa waktu yang sama pula, seolah ada harapan
seperti masjid, balai adat (sesat) pada untuk mendapatkan balasan dan dilakukan
umumnya terletak di tengah-tengah dengan anggota yang lebih sedikit. Adapun
kampung, dan biasanya berdekatan dengan yang dimaksud dengan abir adalah kerja
rumah kerabat pemimpin adat (penyimbang). sama tolong-menolong dalam pekerjaan
Bangunan rumah kepala adat mengelompok yang dilakukan oleh atau dengan anggota
bersama-sama dengan rumah-rumah anggota yang lebih banyak dan tidak kelihatan
kerabatnya. pamrihnya. Maksudnya tidak terdapat
Desa Negara Nabung saat ini tidak kewajiban untuk mengerjakan pekerjaan
memiliki gedung SLTP dan SLTA, karena yang sama dari mereka yang pernah
jumlah siswa sedikit dan sudah menolong tersebut. Abir merupakan istilah
terakomodasi oleh SLTP dan SLTA desa lokal masyarakat Desa Negara Nabung yang
terdekat. Pasar desa tidak ada sehingga berarti bergotong royong tanpa adanya
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari perjanjian, imbalan, dan tanpa pamrih serta
masyarakat biasanya datang ke pasar merupakan kesadaran komunal. Sakai
tradsional yang ada di Kecamatan Sukadana. biasanya dilakukan dalam gotong royong
Secara umum prasarana dan sarana yang ada tolong-menolong di bidang pertanian,
di desa masih kurang memadai, mengingat membangun rumah, ekonomi, dan adat.
jumlah penduduk sudah 3.062 jiwa. Visi Sedangkan abir adalah gotong royong kerja
Desa Negara Nabung ” Mewujudkan Desa bakti yakni untuk kepentingan umum.
Negara Nabung Menjadi Desa Mandiri Dalam bidang mata pencaharian,
Melalui Bidang Pertanian dan Industri masyarakat Negara Nabung melakukan
Kecil”. Selama bertahun-tahun Desa Negara gotong royong tolong-menolong (sakai) di
Nabung menyandang gelar sebagai desa bidang pertanian yakni di ladang (kebun)
kategori Desa Merah atau miskin. Sebuah dan sawah. Kegiatan gotong royong
sebutan yang sangat tidak membanggakan, pertanian di ladang antara lain merancang
padahal sumber daya yang ada cukup (membuka hutan), ngusi (menebas semak
memadai, hanya penanganannya kurang belukar), nyuah (pembakaran), tajuk nugal
maksimal. Saat ini, Desa Negara Nabung (membuat lubang dan menyebarkan benih),
memperbaiki dan menambah sarana dan dan ngetas (menuai). Adapun kegiatan
prasarana yang dibutuhkan untuk gotong royong di sawah antara lain
meningkatkan SDM melalui pendidikan melakukan buakhhoh, yakni melembutkan
formal maupun informal. Usaha yang tanah dengan hewan kerbau tapi sekarang
dilakukan adalah bekerja sama dengan dengan traktor; nanom yakni kegiatan
petugas penyuluh lapangan untuk mening- menanam padi; ngegetas (menuai padi); dan
katkan hasil pertanian, usaha pertanian, batok buatot mengangkut padi ke lumbung.
meningkatkan dan mengelola pendapatan
asli desa, serta mewujudkan pemerintahan
kubu ‘membongkar tarup’), kelahiran, dan minum pagi. Setelah itu dilakukan upacara
pemberian gelar (cakak pepadun). ngejunjungi, yakni menaikkan setandan
Dalam pembuatan atau perbaikan pisang mas yang ranum, padi, kelapa, tahu,
rumah bisa dilihat dari dua segi yakni dan kendi yang berisikan air.
tujuan dan kelompok masyarakat yang ikut Menurut kebiasaan masyarakat di
membantu. Kegiatan awal adalah ngelandau Desa Negara Nabung, setiap mendirikan
kayu, yaitu kegiatan kerjasama tolong- rumah selalu diawali dengan melaksanakan
menolong dalam mengumpulkan dan upacara adat yang disebut dengan sedekah
menghanyutkan kayu melalui sungai atau bumi atau ngajalang, bertujuan untuk
laut (dahulu). Namun sekarang hal itu jarang memohon keselamatan kepada Tuhan dan
dilakukan, mereka lebih banyak membeli leluhur. Pelaksanaan upacara dilakukan pagi
atau menebang pohon jati di kebun sendiri. hari, dipimpin oleh ulama, ketua adat
Cukup banyak warga Negara Nabung yang (penyimbang), keluarga, dan tetangga dekat.
menanam sendiri pohon jati dan kira-kira Para ibu dan gadis menyiapkan makanan
berusia 10 sampai 15 tahun pohon tersebut yang disebut dengan punar terdiri dari atas
ditebang untuk membuat rumah anak cucu. ketan kuning yang dicampur dengan kelapa
Masyarakat yang ikut serta dalam kegiatan muda, ayam panggang, dan dupa kemenyan.
tersebut adalah laki-laki dewasa kira-kira 10 Hidangan ini nantinya akan dibagikan
sampai 15 orang. Namun demikian, kehadir- kepada warga untuk dimakan bersama.
an para wanita juga diperlukan yakni untuk Setelah upacara selesai, pekerjaan dilanjut-
menyiapkan makanan. Walaupun tidak ada kan secara bergotong royong dengan dibantu
pembatasan yang tegas, namun para peserta oleh beberapa tukang ahli bangunan dan
terdiri atas para kerabat dan tetangga para kayu.
kaum kerabat dan tetangga. Dalam Mendirikan rumah biasanya dilaku-
mendirikan dan membongkar rumah, kan secara beberapa tahap yakni pertama,
terdapat ketentuan khusus mengenai waktu proses musyawarah baik tentang waktu,
pada hari dan bulan yang baik. Sebelum bahan, peralatan, dan pengerahan tenaga
mendirikan rumah diadakan upacara kerja. Kedua, cara betegi (pembuatannya)
ngejunjungi, yakni memohon kepada Tuhan yakni mempersiapkan tiang bawah yang
YME dan leluhur agar dalam membangun diganjal dengan batu, membuat tiang duduk,
atau membongkar rumah diberi keselamatan memasang alang melintang, terakhir adalah
dan keberhasilan. memasang reng dan genteng. Pemasangan
Pada dasarnya sebelum kegiatan kasau dan reng ini memakan waktu yang
menebang kayu atau ngelandau kayu, lama, karena harus teliti. Tengah hari para
terlebih dahulu dilaksanakan pemberitahuan peserta melakukan istirahat untuk makan
kepada kaum kerabat dan tetangga, baik siang. Makanan yang sudah dimasak ibu-
yang ada di kampungnya maupun di luar ibu biasanya dikirim oleh para bujang gadis
kampungnya. Bahan bangunan tersebut dengan menggunakan alat angkut gerobak
dibawa dengan gerobak atau dipikul yang ditarik sapi. Usai makan siang dilan-
bersama-sama. Kegiatan tolong-menolong jutkan dengan pembacaan doa agar rumah
mendirikan rumah akan dilaksanakan yang didirikan diberkahi oleh Tuhan, para
apabila bahan mendirikan rumah tersebut penghuninya mendapatkan kesehatan dan
telah siap. Setelah ditentukan hari dan bulan keselamatan. Setelah istirahat dan sembah-
yang baik dan adanya pemberitahuan yang dluhur, pekerjaan dilanjutkan kembali,
sebelumnya, maka para peserta berdatangan tetapi bagi peserta yang akan pulang,
berjumlah kurang lebih 10 orang laki-laki terutama bagi mereka yang tinggal di luar
dewasa. Pagi hari pekerjaan ini mulai kampung diperkenankan. Pekerjaan akan
dilakukan dengan mendirikan tiang tengah dilanjutkan kembali pada sore hari dengan
dan diperkirakan pukul 08.00 telah selesai memasang atap genteng atau seng. Makan-
dipasang dan peserta abir beristirahat untuk
an sore hari biasanya disajikan bubur yang dan ipar perempuan dari istri kakaknya.
disebut kinca (krui). Perkawinan bagi masyarakat Lampung,
Kegiatan membongkar rumah, demikian juga Desa Negara Nabung bukan
biasanya dilakukan saat pindah rumah dari hanya merupakan urusan pribadi, tetapi
kampungnya atau mengganti dengan rumah merupakan urusan kerabat dan famili bahkan
baru atau karena malapetaka. Kehadiran termasuk status atau derajat.
para peserta pada kegiatan membongkar Oleh sebab itu semua dikerjakan
rumah karena adanya malapetaka dilakukan secara bersama-sama mulai dari persiapan
secara spontanitas tanpa adanya rencana dan sampai pelaksanaan upacara adat perkawin-
pemberitahuan lebih dahulu. Pada kegiatan an. Satu minggu sebelum pelaksanaan
membongkar rumah, pekerjaan pertama upacara, keluarga melaksanakan suatu
adalah menurunkan atap rumah yaitu musyawarah (perwatin) bersama dengan
genteng atau seng, baru kemudian reng dan pemimpin adat (penyimbang). Mereka
tiang. Adapun dindingnya telah dilakukan membicarakan segala sesuatu tentang
lebih dahulu sebelum menurunkan atap. pelaksanaan upacara. Kegiatan memasak
Kegiatan kerjasama tolong-meno- biasanya dilakukan oleh para ibu yang
long dalam mendirikan dan membongkar dikoordinir oleh istri penyimbang. Adat
rumah memberikan manfaat bagi pemilik Lampung mengharuskan kegiatan memasak
rumah, selain menciptakan keakraban, diatur oleh bebai mirul yakni kelompok para
tanggung jawab sosial pun telah dilaksana- istri penyimbang dan kaum ibu yang berhak
kan. Kehadiran para famili dan kerabat dan berkewajiban mengatur wanita menurut
menandakan adanya ikatan kekeluargaan jenjang kedudukan suami masing-masing.
yang kuat. Kehadiran para tetangga menan- Dalam upacara adat mirul, semua perem-
dakan pula bahwa hubungan bertetangga puan yang bersuami dengan perkawinan
baik dan ikatan sekampung menjadi lebih pembayaran jujur, berkewajiban bekerja di
kuat. Bagi mereka yang tidak ikut, seakan- dapur untuk menyiapkan makanan. Dalam
akan ada perasaan berhutang budi. Demikian pekerjaan tersebut dibantu oleh para
juga halnya pada kegiatan membongkar suaminya yang disebut dengan mengiyan.
rumah, apa lagi kalau membongkar rumah Kegiatan gotong royong tolong-
itu karena adanya malapetaka. menolong dalam perkawinan juga terlihat
Adapun gotong royong tolong- pada sumbangan uang atau barang yang
menolong dalam bidang perkawinan, bisa diberikan kepada pemilik hajat. Tetangga
terlihat dalam beberapa kegiatan yakni sekitar memberi kayu bakar yang nantinya
Nyani kubu, yaitu kegiatan kerjasama tolong untuk keperluan memasak, masing-masing
menolong dalam membuat tarup yang memberi satu gerobak kayu bakar yang
dilakukan oleh laki-laki dewasa dan bujang, diangkut sendiri. Tetangga sekitar pada
dengan jumlah 10 sampai 15 orang. Ngakuk umumnya memberi sumbangan (ngejuk)
hibas, yaitu kegiatan kerjasama dalam berupa uang berkisar Rp.50.000,00, namun
mencari daun enau muda yang akan untuk keluarga dekat biasanya memberi
digunakan baik sebagai perlengkapan uang dan barang yakni kebutuhan pokok
upacara maupun bahan untuk membuat seperti beras, gula, mie, sayur- mayur, ayam,
lepet. Ngerang, yaitu kegiatan kerjasama dan kambing. Semua pemberian ini dicatat
menumbuk padi yang dilakukan kaum ibu untuk kemudian dikembalikan lagi (bales)
atau gadis. Tandang, yaitu mencari jika yang memberi sumbangan tersebut
keperluan pesta yang bahannya berada punya hajat perkawinan. Ngejuk adalah
dalam hutan yakni mencari kayu bakar, istilah masyarakat Negara Nabung berarti
kegiatan ini dilakukan oleh laki-laki. memberi sumbangan, bales adalah istilah
Melawai, yaitu kegiatan kerjasama mencari yang berarti membalas lagi, dan
ikan di sungai. Ngebebak kubu, atau kebimbangan adalah istilah yang berarti
ngabungkar kubu, yaitu kegiatan membong- bergantian. Jadi gotong royong tolong-
kar tarup. Memasak untuk keperluan pesta menolong di bidang perkawinan dilakukan
yang dilakukan 5 hari sebelum prosesi upa- secara kebimbangan (bergantian) atau
cara, dilakukan oleh para istri penyimbang resiprositas (timbal balik). Arisan perkawin-
rakat. Oleh karena itu dalam kegiatan terse- dan nonformal (penyimbang atau ketua
but tidak dirasakan sebagai beban, tetapi adat). Peserta dari kegiatan ini melibatkan
telah menjadi kewajiban sosial. Namun tiap kepala keluarga dari kampung yang
demikian, walaupun telah dirasakan sebagai memperoleh giliran untuk memperbaiki
kewajiban sosial, apabila ada warga yang jalan. Tujuan dari kegiatan ini adalah
tidak bisa ikut dalam kegiatan tersebut tidak memperbaiki jalan rusak dan membersihkan
ada sanksi apa-apa. Hanya secara psikologis, jalan. Kepala keluarga atau wakilnya dari
warga yang tidak ikut merasakan ada beban kampung yang memperoleh giliran harus
tanggung jawab dan kurang enak hati. datang dengan seorang penyimbang (kepala
Demikian pula dalam membangun adat). Tiap kampung memperoleh giliran
atau memperbaiki jalan (rurung) biasanya dua kali dalam setahun. Bagi kepala
dilakukan bersama-sama dengan kesadaran keluarga yang tidak ikut dan tidak mengi-
tinggi, karena untuk kepentingan bersama rimkan wakilnya, akan kena denda memberi
sebagai alat transportasi. Setiap kampung, sejumlah uang atau makanan.
terdapat beberapa jalan (rurung) yang terdiri Demikianlah, pada umumnya
atas jalan utama (pokok) yang disebut kegiatan gotong royong pada masyarakat
dengan rurung agung, yaitu jalan adat Negara Nabung sudah menjadi adat
utama. Ada yang diberi nama rurung way kebiasaan yang sudah dilakukan leluhur
yaitu jalan adat yang dilalui untuk upacara, sejak dahulu sampai sekarang. Peran ketua
jalan rurung talang yaitu jalan yang dilalui adat, dalam hal ini para penyimbang dan
arak-arakan upacara. Membangun jalan baru sistem kekerabatan yang berdasarkan garis
dengan cara swadaya masyarakat, kecuali keturunan dari bapak (patrilinial
jalan utama (rurug agung) dilakukan oleh geneologis), berakibat pula pada
pemerintah. Mereka mengadakan iuran kegotongroyongan di Negara Nabung.
melalui jimpitan beras yang tiap hari wajib Penyimbang sebagai ketua adat mempunyai
memberi 1 sendok makan beras untuk tiap peranan cukup besar, yakni mengatur
keluarga. Jimpitan beras diambil tiap jalannya adat; mengambil keputusan adat;
minggu sekali pada hari Jumat dan sebagai mediator pemerintah dalam
kemudian dikumpulkan di mesjid. Hasil dari pembangunan; menyelesaikan berbagai
penjualan beras akan digunakan untuk persoalan sosial masyarakat, seperti adanya
kepentingan umum, seperti memperbaiki konflik dan memimpin upacara adat.
jalan atau membuat jalan baru. Dalam Sebagai tokoh masyarakat, penyimbang juga
pembuatan jalan, khususnya jalan adat sangat disegani, dihormati, dan sebagai
utama yang disebut rurung agung harus tempat bertanya dalam segala hal. Bahkan,
diperhatikan letaknya. Jalan adat utama pemimpin formal sering melibatkan para
pada dasarnya adalah jalan yang terletak di penyimbang dalam pelaksanaan program-
depan bangunan sesat. Adapun rurung way program pembangunan, karena terkadang
terletak berdekatan dengan way atau sungai. imbauan penyimbang lebih didengar warga
Pembuatan jalan baru ini biasanya dipimpin daripada pemerintah.
oleh para penyimbang dan tokoh masyarakat Desa Negara Nabung terdapat 41
dibantu oleh para ibu dan remaja khusus tokoh adat (penyimbang) yang tergabung
untuk menyediakan makanan. Sementara dalam forum MPAL yakni Majelis Perwatin
lelaki biasanya mengangkut pasir dan batu Adat Lampung. Struktur organisasi MPAL
sebagai bahan tambahan pembuatan jalan terdiri atas ketua, sekretaris, bendahara, dan
yang sering dilakukan pula pada malam hari, anggota. Fungsi dari forum ini adalah
karena siang hari mereka bekerja di kebun. sebagai ajang komunikasi antartokoh adat,
Pembuatan dan pemeliharaan jalan penghubung masyarakat dengan pemerintah,
juga diatur secara bergilir, yang menurut dan pencari solusi berbagai masalah adat
istilah setempat disebut kalirang laya. dan sosial. Besarnya pengaruh penyimbang
Kalirang laya adalah kerja bakti membuat ini memberi dampak yang positif bagi
jalan yang sudah diatur secara bergilir agar masyarakat, yakni sebagai penggerak dan
jalan terpelihara dengan baik. Kegiatan ini motivator dalam setiap kegiatan adat
biasanya dipelopori oleh pimpinan formal maupun sosial. Demikian pula dalam hal
sebab itu, semua dikerjakan secara bersama- Kegiatan gotong royong dalam
sama, mulai dari persiapan sampai pelaksa- membuka hutan sudah mulai jarang
naan upacara adat perkawinan. dilakukan, disebabkan banyak hutan yang
Hasil yang diperoleh dalam aktivitas berubah menjadi perkampungan bagi para
gotong royong tersebut, tentu akan transmigran. Akibatnya pada pohon kayu
meringankan biaya, waktu, dan tenaga bagi jati dan tanaman lain menjadi berkurang.
si empunya hajat. Pekerjaan besar dan berat Hal itu pula membawa dampak
akan menjadi lebih ringan dan lebih cepat berkurangnya kegi-atan gotong royong
diselesaikan. Selain itu, menumbuhkan rasa dalam mencari kayu di hutan untuk
kebersamaan, yang pada akhirnya menim- pembuatan rumah, masjid, dan sesat.
bulkan kerukunan sosial. Bagi warga yang Dengan masyarakat mengenal uang dan
membantu pun sangat diuntungkan, karena dipasarkannya bahan-bahan bangunan,
mereka mendapat imbalan baik bentuk memberi pengaruh sehingga masyarakat
materi maupun nonmateri. Artinya, suatu tidak bergotong royong mencari kayu di
saat kelak akan mendapat bantuan meskipun hutan dengan melewati laut atau sungai
tidak ada pamrih. Sistem sumbang- (ngelandau kayu), tetapi membeli kayu
menyumbang merupakan rangkaian kegiatan dengan cara iuran (membuat masjid, sesat),
yang penting dalam suatu peristiwa membeli sendiri di toko (membuat rumah)
perhelatan, dan merupakan kewajiban sosial atau menanam sendiri di kebun.
yang tidak bisa ditinggalkan. Dalam Perubahan juga terlihat dalam
aktivitas menyumbang terkandung 3 kegiat- bidang pertanian, di Desa Negara Nabung
an, yakni memberi, menerima, dan hanya sebagian kecil yang bercocok tanam
membalas. Pranata yang berlaku mewajib- di sawah, sebagian besar mereka di ladang
kan individu melaksanakan ketiga hal (kebun) dengan menanam singkong dan
tersebut, jika tidak akan mendapat sanksi pisang. Hal itu disebabkan sistem irigasi di
sosial. Ketiga aktivitas tersebut memperkuat sawah (pengairan) tidak berjalan lancar,
hubungan antarindividu dan kelompok. sehingga hanya mengandalkan tadah hujan
Dalam tradisi sumbang-menyumbang ter- dengan panen 2 kali dalam setahun. Mereka
sembunyi norma-norma timbal balik yang lebih banyak bertanam singkong, karena
menjadi daya pengikat dalam satu jalinan singkong merupakan tanaman yang cukup
sosial yang tidak ada habisnya dari generasi menjanjikan bagi masyarakat Negara
ke generasi. Nabung. Satu hektar lahan mampu
menghasilkan uang 10 sampai 15 juta rupiah
3. Perubahan Gotong Royong dan bisa dipanen 2 kali dalam setahun. Jenis
singkong yang ditanam khusus untuk
Demikianlah, kegiatan gotong
pembuatan tepung tapioka, yakni kasesa dan
royong di Desa Negara Nabung masih cukup
thailand. Selain singkong, pisang juga
kuat dilaksanakan oleh masyarakat. Namun
ditanam masyarakat, karena mudah dita-
demikian, tidak dipungkiri pada masa
nam, tidak ada hama, dan bisa menghasilkan
sekarang bentuk gotong royong mengalami
pendapatan cukup banyak.
perubahan akibat dari perkembangan
Sistem upah dalam bidang
teknologi, industrialisasi, dan modernisasi.
pertanian yang dahulu diperoleh berupa
Perubahan merupakan ciri khas semua
nyakai, yakni meminjam hasil yang sudah
masyarakat dan semua kebudayaan, baik
mereka kerjakan dan kelak akan dikembali-
masyarakat tradisional maupun modern.
kan dalam jumlah yang sama, sekarang
Hanya bedanya, pada masyarakat modern
diganti dengan sistem bagi hasil 10:1 atau
perubahan itu cukup cepat, sedangkan pada
6:1. Bahkan, sekarang ada sebagian yang
masyarakat tradisional perubahan itu lambat.
sudah menggunakan upah berupa uang.
Demikian pula yang terjadi pada aktivitas
Demikian pula dalam mengolah tanah yang
gotong royong di Desa Negara Nabung,
biasanya dilakukan dengan tenaga kerbau,
terdapat perubahan yakni dahulu dilaksana-
saat ini sudah menggunakan tenaga mesin
kan gotong royong tetapi sekarang tidak lagi
(traktor). Bentuk rumah yang berubah tidak
dilaksanakan.
lagi rumah panggung melainkan semi
norma, dan pola-pola perilaku. Apabila untuk menentukan tentang masa depan.
kerangka ini diterapkan dalam konsepsi Dengan adanya perkembangan teknologi
gotong royong, tentu akan mengalami dan modernisasi, tentu ada pergeseran nilai-
perubahan juga. Untuk dapat menelaah, nilai budaya dan pandangan hidup.
bagaimana masa depan gotong royong, Berdirinya 2 pabrik tepung tapioka yang ada
disampaikan suatu analisis yang diberikan di Desa Negara Nabung, menyebabkan
oleh Niel J. Smelser (Keesing, 1989:132). banyak kaum muda yang bekerja sebagai
Dia menyatakan bahwa disebabkan oleh ide buruh pabrik. Hal ini membawa implikasi
pembangunan ekonomi ini telah menjadi berkurangnya tenaga kerja yang melakukan
sangat biasa dalam pandangan pertengahan aktivitas gotong royong di pertanian. Hasil
abad ke-20, kita dapat dengan mudah penelitian menunjukkan bahwa pada saat
menganggapnya sebagai suatu proses yang sekarang telah terjadi perubahan, dalam arti
sederhana dan utuh. Akan tetapi pem- bahwa suatu bentuk kegiatan yang tadinya
bangunan ekonomi tidaklah sederhana dan dilakukan secara kerja sama, menjadi tidak
utuh. Sekurang-kurangnya ada empat proses dilakukan lagi.
dalam pikiran kita: (1) Dalam bidang Hal tersebut di atas menunjukkan
teknologi, suatu masyarakat yang berkem- bahwa pada masa yang akan datang gotong
bang sedang mengalami perubahan dari royong akan lebih mengalami perubahan
penggunaan teknik-teknik yang sederhana lagi. Perubahan ini akan mungkin terjadi
dan tradisional ke arah penggunaan penge- meskipun secara lambat atau pelan. Suatu
tahuan ilmiah; (2) Dalam bidang pertanian, contoh, dahulu ada sistem bagi hasil dalam
masyarakat yang berkembang itu sedang panen tapi sekarang dengan sistem upah. Ini
beralih dari pertanian sederhana ke arah menandakan ada upah masuk dan unsur
produksi hasil pertanian untuk pasaran. Ini gotong royong menjadi berkurang. Oleh
berarti pengkhususan dalam jenis tanaman karena itu dapat dimengerti apabila
yang akan dijual hasilnya, pembelian Koentjaraningrat menyatakan bahwa telah
barang-barang nonpertanian di pasaran, dan terjadi perubahan sistem gotong royong
sering juga kerja upahan dalam bidang dalam bidang pertanian menjadi sistem
pertanian; (3) Dalam bidang industri, masya- upah. Bahkan ada bentuk gotong royong
rakat yang sedang berkembang mengalami yang sudah punah, menghilang dari
suatu peralihan dari penggunaan tenaga kehidupan sosial masyarakat.
manusia dan binatang ke indutrialisasi yang Kiranya pernyataan itu tidak hanya
sebenarnya, atau orang-orang yang berkerja terbatas dalam bidang pertanian saja, tetapi
untuk upah pada mesin-mesin yang digerak- juga dalam bidang lain. Sebagai contoh
kan oleh sumber tenaga; (4) Dalam susunan dalam hal kematian, kalau dahulu ada warga
ekologi perkembangan masyarakat bergerak yang membantu menggali kubur, tapi
dari sawah/ladang dan desa ke pemusatan- sekarang ada tukang gali kubur. Jadi unsur
pemusatan di kota. gotong royong melemah, mengarah pada
Dari apa yang di ketengahkan di sistem upah dengan adanya tenaga-tenaga
atas, nyata sekali bahwa beberapa fungsi tertentu yang diminta bantuannya dan diberi
dari tenaga manusia, diambil alih teknologi imbalan, biasanya berupa uang.
dan menimbulkan sistem upah, sehingga Perubahan yang terjadi memang
satu atau lebih dari anggota keluarga tidak bisa dihindari, namun tetap optimis
meninggalkan keluarganya untuk mencari bahwa nilai gotong royong masih kuat
pekerjaan dalam pasaran tenaga kerja. melekat terutama pada masyarakat pedesaan.
Implikasi sosial dari perubahan struktur Hasil identifikasi dan kajian di Desa Negara
yang dilukiskan tadi adalah terjadinya Nabung menunjukkan bahwa kegiatan
proses individualisasi dan isolasi keluarga gotong royong masih tetap dilakukan
batih, maka akan memperlonggar hubungan meskipun ada juga yang sudah tidak
kekerabatan. dilakukan. Sistem nilai sangat sulit berubah
Dalam hubungannya dengan masa dan selalu hidup dalam alam pikiran
depan gotong royong, kiranya perlu manusia serta dijadikan pedoman hidup.
diperhatikan dan dapat dijadikan indikator Adanya prinsip hidup piil pesinggiri, sistem
Sentoso,P. 2003.
Ahima-Putra, H.S. 2002.
”Pengelolahan Modal Sosial
Budaya Lokal Sebagai Sumber
dalam Rangka Pengembangan
Penataan Sosial”. Makalah dalam
Otonomi Daerah: Suatu
Temu Budaya Daerah di PPPG
Tantangan”. Dinamika Pedesaan
Matematika, 5-6 Agustus 2002.
dan Kawasan.
Yogyakarta : Balai Kajian Sejarah
dan Nilai Tradisional.
Sumintarsih. 2010.
______ . 2007
Pranata Sosial di Lingkungan
“ Organisasi Sosial Lokal di
Masyarakat Ponorogo (Sebuah
Indonesia”. Makalah dalam
Gambaran Budaya di Desa
Bimbingan Teknis Penelitian.
Sumoroto). Yogyakarta:
Jakarta: Direktorat Tradisi.
Patrawidya