ABSTRAK
Proses pembangunan atau perubahan sosial senantiasa mensyaratkan kehadiran aktor sebagai agen
pembangunan atau agen perubahan sosial. Dalam struktur masyarakat adat di Kasepuhan Cisungsang, ketua
adat adalah tokoh sentral yang memiliki peran-peran strategis bagi anggota komunitasnya. Salah satunya
berperan sebagai aktor komunikasi pembangunan. Melalui perannya itu, ia tidak hanya menyuarakan harapan
masyarakat adat terhadap negara, tetapi juga tampil sebagai mediator dan fasilitator bagi pihak lain sebagai
upaya membuka aksesibilitas adat terhadap pembangunan. Dampak positif yang diperoleh adalah munculnya
beragam bentuk perhatian negara terhadap adat. Ketertinggalan yang dialami oleh masyarakat adat akibat
minimnya perhatian dari negara secara perlahan berhasil dientaskan seiring dengan masuknya berbagai program
pembangunan, baik melalui program pemberdayaan dan pelestarian adat maupun program bersifat fisik seperti
pembangunan sarana dan prasarana jalan, hingga lahirnya Perda tentang pengakuan masyarakat adat oleh
Pemerintah Kabupaten Lebak.
Kata Kunci: Ketua Adat, Perubahan Sosial, Komunikasi Pembangunan.
115
Seminar Nasional Riset Terapan 2017 | SENASSET 2017 ISBN: 978-602-73672-1-0
Serang, 25 November 2017
Sebagai mediator, ia memediasi kepentingan adat memperlancar proses-proses pembangunan. Hal ini
dengan negara ataupun para pihak lain. Sedangkan disadari karena pembangunan dan perubahan sosial
sebagai fasilitator, ia memfasilitasi berbagai tidak akan membawa hasil atau dampak sebagaimana
pertemuan adat dengan para-pihak terkait persoalan- diharapkan tanpa melalui proses-proses komunikasi
persoalan yang dihadapi oleh adat. Tujuannnya yang baik, baik antara pemerintah sebagai subjek
adalah tidak lain agar problem adat, terutama problem pembangunan maupun masyarakat sebagai objek
ketertinggalan dan marjinalisasi akibat pembangunan.
ketidakberpihakan negara terhadap masyarakat adat Pembangunan merupakan suatu proses perubahan
dapat teratasi. yang direncanakan dan dikehendaki. Setidak-
Terkait dengan hal tersebut di atas, kajian ini tidaknya, pembangunan pada umumnya merupakan
dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang: kehendak masyarakat yang terwujud dalam
Pertama, bagaimana implementasi peran ketua adat keputusan-keputusan yang diambil oleh para
sebagai aktor dalam komunikasi pembangunan. pemimpinnya, yang kemudian disusun dalam suatu
Kedua, bagaimana implikasi dari perannya bagi perencanaan yang selanjutnya dilaksanakan
pembangunan dan kemajuan masyarakat adat. (Soekanto, 2009: 381). Kaitannya dengan
komunikasi, maka komunikasi pembangunan
setidaknya mensyaratkan kehadiran tiga komponen.
Landasan Konsep
Pertama, komunikator pembangunan, bisa terdiri dari
Komunikasi Pembangunan aparat pemerintah, lembaga donor, atau bahkan aktor
Komunikasi dan pembangunan adalah dua istilah kultural di masyarakat. Kedua, pesan pembangunan,
yang memiliki keterkaitan. Sebab komunikasi berisi ide, gagasan ataupun program-program
berperan sangat besar terhadap proses-proses pembangunan. Ketiga, komunikan pembangunan,
pembangunan. Dalam hal ini komunikasi yakni khalayak atau masyarakat yang menjadi
Pembangunan adalah konteks komunikasi yang sasaran atau objek pembangunan.
dilakukan baik oleh individu maupun kelompok
sebagai usaha untuk kepentingan pembangunan. Aktor Komunikasi Pembangunan
Secara sempit komunikasi pembangunan dapat Proses pembangunan atau perubahan sosial
didefinisikan sebagai upaya ataupun cara maupun senantiasa mensyaratkan kehadiran aktor sebagai
teknik penyampaian gagasan dan keterampilan- agen pembangunan atau agen perubahan sosial.
keterampilan pembangunan yang berasal dari pihak Havelock (1982) menyebut bahwa agen perubahan
yang memprakarsai pembangunan dan ditujukan adalah seseorang atau individu yang bekerja untuk
kepada masyarakat luas. Tujuannya adalah agar terciptanya perubahan sosial dan suatu inovasi.
masyarakat memahami, menerima, dan berpartisipasi Menurut Rogers dan Shoemakers (dalam Havelock,
dalam melaksanakan gagasan-gagasan yang 1982: 7) di dalam menjalankan perannya itu, agen
disampaikan. Sedangkan secara luas meliputi peran perubahan berfungsi sebagai mata rantai komunikasi
dan fungsi komunikasi (sebagai suatu aktivitas antar-dua atau lebih sistem sosial. Yakni menjalin
pertukaran pesan secara timbal balik) di antara semua hubungan antara suatu sistem sosial yang
pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan, mempelopori perubahan-perubahan dimaksud
terutama antara masyarakat dengan pemerintah, sejak dengan sistem sosial yang menjadi klien dalam usaha
dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian perubahan tersebut. Dalam hal ini, peranan agen
terhadap pembangunan (Nasution, 1996: 92) perubahan itu adalah sebagai:
Selain dikenal dengan istilah komunikasi 1. Katalisator, ia menjadi aktor penggerak
pembangunan, sejumlah ahli juga menyebut istilah masyarakat untuk melakukan perubahan.
lain dengan maksud yang sama. Istilah tersebut 2. Problem solver, yakni sosok yang berperan
adalah komunikasi untuk perubahan sosial. Istilah sebagai pemberi solusi terhadap berbagai
dimaksud semakna dengan komunikasi persoalan (pemecah masalah).
pembangunan karena hakikat dari pembangunan 3. Terlibat aktif dalam proses perubahan, yakni
adalah untuk perubahan sosial ke arah yang lebih membantu dalam proses pemecahan
baik. Sesuai dengan latar sejarahnya, istilah masalah dan penyebaran inovasi (difusi
komunikasi pembangunan atau komunikasi untuk inovasi).
perubahan sosial muncul seiring dengan dinamika 4. Menjadi penghubung dengan pihak atau
pembangunan dan perubahan sosial yang sumber-sumber yang dibutuhkan dalam
berlangsung di negara-negara dunia ketiga. Yakni, upayanya untuk mencari solusi atas
negara-negara yang tengah berusaha mengejar permasalahan (dalam pembangunan atau
ketertinggalan dari negara-negara maju (Suwarsono, perubahan sosial) yang dihadapi.
1991). Dalam perspektif komunikasi, aktor atau agen
Komunikasi pembangunan atau komunikasi dimaksud disebut pula sebagai komunikator
untuk perubahan sosial merupakan sesuatu yang pembangunan yang menjalankan peran baik juru
bersifat terapan, yakni sebagai bagian dari strategi bicara, mediator, maupun fasilitator, untuk
dalam berkomunikasi untuk memudahkan dan terciptanya jalinan komunikasi antara pihak yang
116
Seminar Nasional Riset Terapan 2017 | SENASSET 2017 ISBN: 978-602-73672-1-0
Serang, 25 November 2017
Selain sebagai juru bicara, dalam kapasitasnya mencari solusi atas permasalahan (dalam
sebagai mata-rantai komunikasi adat dengan negara pembangunan atau perubahan sosial) yang dihadapi.
dan parapihak lain, ketua adat juga menjalankan
peran sebagai mediator dan sekaligus fasilitator Implikasi bagi Pembangunan Masyarakat Adat
pembangunan. Pada kegiatan Seran Taun 2013, Peran ketua adat sebagai mata-rantai komunikasi
misalnya ia memediasi pertemuan antara Menteri antara adat dengan negara, memiliki implikasi cukup
Pembangunan Daerah Tertinggal Helmy Faisal Zaini positif. Seren taun, selain sebagai wujud rasa syukur
dengan para kepala desa di wilayah Kasepuhan masyarakat kasepuhan akan hasil panen yang
Cisungsang. Dari dialog antara menteri dan kepala berlimpah sekaligus ajang eksistensi adat, juga
desa itu kemudian dihasilkan komitmen pemerintah menjadi ruang dialog yang memiliki dampak bagi
untuk menggulirkan berbagai program pembangunan terjalinnya hubungan relasional antara adat dengan
baik sarana dan prasarana maupun bantuan alat-alat negara. Dalam hal ini, ketua adat tidak saja berhasil
pertanian. memosisikan diri sebagai aktor dan komunikator adat
Sedangkan peran fasilitasi dilakukan antara lain melalui perannya sebagai juru bicara adat, tetapi juga
ketika ketua adat memfasilitasi pertemuan bertajuk mampu menjadi mediator sekaligus fasilitator para
kegiatan Riungan ke-10 Satuan Adat Banten Kidul pihak yang memiliki keberpihakan terhadap adat,
(Sabaki) yang berlangsung dari 19 hingga 21 utamanya dalam konteks pembangunan.
September 2014. Kegiatan ini berlangsung formal Dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat
dihadiri oleh sekitar 300 orang dan para sesepuh kasepuhan tidak hanya berupa munculnya berbagai
(olot) dari 43 kasepuhan. Acara ini juga dihadiri oleh perhatian dalam bentuk-bentuk seperti bantuan
Bupati Lebak Iti Oktavia Jayabaya, staf ahli Gubernur infrastruktur, melainkan juga bentuk yang lain, yakni
Banten, unsur pimpinan DPRD Lebak, para kepala lahirnya pengakuan hukum atas hak dan kedaulatan
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten masyarakat kasepuhan oleh Pemerintah Kabupaten
Lebak, dan sejumlah LSM yang concern terhadap Lebak.
persoalan adat. Dalam kesempatan itu, ia tidak saja Berdasarkan data yang berhasil dihimpun dari
menjadi tuan rumah tetapi juga menjadi aktor utama hasil observasi, wawancara dan telaah pustaka, dalam
kegiatan tersebut. Kegiatan tersebut antara lain kurun waktu sepuluh tahun terakhir, kawasan adat
membahas berbagai persoalan yang dihadapi oleh khususnya di wilayah Kasepuhan Cisungsang mulai
masyarakat adat di Kasepuhan Banten Kidul baik terdampak oleh berbagai program pembangunan
menyangkut aspek hukum, sosial, budaya maupun khususnya program pemberdayaan dan pembangunan
ekonomi, termasuk membahas agenda dan sarana dan prasarana. Baik program pembangunan
restrukturisasi organisasi Sabaki. Bahkan di yang bersumberkan dari pemerintah pusat, provinsi
penghujung kegiatan pada 21 September 2014, maupun kabupaten.
disaksikan ratusan peserta riungan dan ribuan pasang Untuk program pemberdayaan dan pelestarian
mata pengunjung lainnya ia tampil membacakan adat, pemerintah pusat setiap tahun bantuan program
sebuah deklarasi bernama Deklarasi Cisungsang yang renovasi dan pemeliharaan bangunan adat, termasuk
berisi tuntutan dan komitmen masyarakat adat dalam bentuk kegiatan seperti pelatihan dan
sebagai bagian dari warga negara kesatuan Republik pemberdayaan masyarakat. Demikian halnya
Indonesia (Malik, 2006: 110). program pembangunan yang berasal dari Pemerintah
Dalam perspektif komunikasi pembangunan atau Provinsi Banten. Kini, hampir setiap tahun berbagai
komunikasi untuk perubahan sosial, kapasitas dan program pembangunan dan kegiatan dialokasikan
peran-peran yang dilakukan oleh ketua adat untuk kepentingan pembangunan di wilayah
sebagaimana tersebut di atas, adalah manifestasi dari kasepuhan. Antara lain, bantuan pengerasan dan
kapasitas dan peran sebagai agen perubahan sosial di pengaspalan jalan menuju wilayah kasepuhan, serta
masyarakatnya. Baik sebagai komunikator atau juru bantuan di bidang pertanian.
bicara adat, maupun sebagai pihak yang memediasi Tidak hanya itu, pemanfaatan seren taun sebagai
dan memfasilitasi berbagai dialog, maupun ruang dialog antara adat dengan negara juga
pertemuan pemerintah dan para pihak lain untuk berdampak pada penetapan Desa Cisungsang, di
kepentingan pembangunan dan perubahan sosial di mana komunitas adat Kasepuhan Cisungsang berada,
masyarakat adat, ia sejatinya juga menjalankan peran- sebagai desa wisata oleh Dinas Pariwisata dan
peran sebagai; 1) katalisator, yakni menjadi aktor Provinsi pada tahun 2002 silam. Penetapan Desa
penggerak masyarakat untuk melakukan perubahan; Cisungsang sebagai desa wisata dikarenakan oleh
2) problem solver, yakni sosok yang berperan sebagai keunikan budaya masyarakatnya yang dicirikan
pemberi solusi terhadap berbagai persoalan (pemecah dengan penyelenggaraan kegiatan seren taun. Selain
masalah); 3) terlibat aktif dalam proses perubahan, itu Pemerintah Provinsi juga membuatkan home stay,
yakni membantu dalam proses pemecahan masalah dan setiap tahun kegiatan seren taun selalu
dan penyebaran inovasi (difusi inovasi); dan 4) dianggarkan dalam APBD.
menjadi penghubung dengan pihak atau sumber- Sementara Pemerintah Kabupaten Lebak,
sumber yang dibutuhkan dalam upayanya untuk selain memberikan perhatian dalam hal pemenuhan
sarana dan sarana, juga melalui kewenangan yang
118
Seminar Nasional Riset Terapan 2017 | SENASSET 2017 ISBN: 978-602-73672-1-0
Serang, 25 November 2017
dimilikinya, mengeluarkan sejumlah regulasi yang Peralihan. Perda ini juga membuka peluang bagi
meneguhkan keberadaan masyarakat kasepuhan masyarakat kasepuhan untuk memiliki sistem
sebagai entitas masyarakat yang memiliki hak dan pemerintahan sendiri berupa pemerintahan desa adat,
kedudukan yang sama dengan masyarakat bukan yang diatur melalui perda, sering dengan terbitnya
masyarakat adat. Antara lain melalui Surat Keputusan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa
(SK) Bupati Lebak No. 430/Kep.298/Disdikbud/2013 (Bab III Pasal 8).
tentang Pengakuan Masyarakat Adat di Wilayah
Kesatuan Adat Banten Kidul di Kabupaten Lebak, 4. KESIMPULAN
yang kemudian disusul dengan lahirnya Perda tentang Ketua adat sebagai pemimpin sekaligus tokoh
hak dan kedaulatan masyarakat Kasepuhan Banten kultural masyarakat Kasepuhan Cisungsang
Kidul terhadap tanah dan hutan yang selama ratusan memiliki peran penting sebagai mata-rantai antara
tahun telah mereka diami. adat dengan negara. Berbagai problematika akibat
Perda lahir dari desakan masyarakat marjinalisasi dan ketidakberpihakan negara terhadap
kasepuhan akibat konflik yang mereka alami dengan masyarakat adat, berhasil disuarakan oleh ketua adat
pengelola kawasan Taman Nasional Gunung dalam setiap dialog adat dengan unsur pemerintah
Halimun Salak seiring dengan dikeluarkannya SK dengan memanfaatkan pranata adat seren taun. Dalam
Kemenhut No. 175/kpts-II/2003 tentang perluasan kapasitasnya sebagai komunikator atau juru bicara
kawasan TNGHS dari 40.000 hektar menjadi 113.000 adat, ia tidak hanya menyuarakan harapan masyarakat
hektar, yang mengakibatkan sebagian besar wilayah adat terhadap negara, tetapi juga tampil sebagai
mereka masuk dan diakui sebagai kawasan TNGHS. mediator dan fasilitator bagi pihak lain sebagai upaya
Di samping itu, dengan adanya perda keberadaan membuka aksesibilitas adat terhadap pembangunan.
masyarakat dengan segala adat dan istiadatnya bisa Berbagai peran yang dilakukan oleh ketua adat
terjaga. Perda tersebut telah disahkan oleh DPRD selaku komunikator pembangunan, itu telah
Lebak pada 19 November 2015 lalu. membawa dampak positif bagi munculnya beragam
Ketua Satuan Adat Banten Kidul bentuk perhatian negara terhadap adat.Ketertinggalan
(SABAKI), Sukanta, menilai seren taun dan dialog yang dialami oleh masyarakat adat akibat minimnya
yang berlangsung antara pihak kasepuhan dengan perhatian dari negara secara perlahan berhasil
pemerintah sebagai bentuk lobi adat yang sangat dientaskan seiring dengan masuknya berbagai
efektif. Desakan tentang perlunya perda yang program pembangunan, baik melalui program
disampaikan pihak kasepuhan dalam setiap seren taun pemberdayaan dan pelestarian adat maupun program
adalah contoh konkret dari kekuatan lobi adat kepada bersifat fisik, pembangunan sarana dan prasarana
pemerintah. Karena selain disampaikan secara lisan, jalan, hingga lahirnya Perda tentang pengakuan
pemerintah pada saat bersamaan melihat langsung masyarakat adat oleh Pemerintah Kabupaten Lebak.
tentang eksistensi mereka melalui perayaan seren
taun, sehingga tidak ada alasan untuk tidak PUSTAKA
menerbitkan perda (wawancara pada Jumat 13 Creswell, John W. 1998. Qualitative Inquiry and
November 2015 di gedung DPRD Lebak). Research Design Choosing Among Five
Adapun Perda tersebut berisi i 12 bab dan 29 Traditions. California: Sage Publication, Inc.
pasal, dengan perincian: Bab I berisi tentang Ekadjati, Edi S. 2009. Kebudayaan Sunda Jilid 2
Ketentuan Umum, di dalamnya antara lain (Zaman Pajajaran). Jakarta: Pustaka Jaya.
dinyatakan tentang pengakuan dan perlindungan Havelock, Ronald G. 1982. The Change Agent’s
masyarakat kasepuhan sebagai perwujudan konstitusi Guide to Innovation in Education. New Jersey:
dari negara untuk menghormati, melindungi dan Educational Technology Publications Englewood
memenuhi hak-hak asasi warga negara (pasal 1). Bab Cliffs.
II tentang Asas, Tujuan dan Ruang Lingkup. Bab III Lubis, Nina, dkk. 2006. Sejarah Kabupaten Lebak.
tentang Keberadaan dan Kedudukan Hukum Lebak: Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak.
Masyarakat Kasepuhan. Bab IV tentang Wilayah Malik, Abdul. 2016. Berjuang Menegakkan
Adat, yang juga mengakomodir konsepsi kasepuhan Eksistensi: Komunikasi Politik Masyarakat Adat
tentang zonasi (wewengkon) hutan yang terdiri dari Kasepuhan Banten Kidul. Serang: Biro Humas
leuweung kolot, leuweung titipan, leuweung dan Protokol Setda Provinsi Banten.
samparan atau cawisan, lahan garapan, dan paniisan, Nasution, Z. 1996. Komunikasi Pembangunan:
berikut tatacara dan mekanisme pendaftarannya Pengenalan Teori dan Penerapannya. Jakarta:
kepada pemerintah daerah untuk kepentingan Raja Grafika Persada.
pengakuan secara hukum. Bab V tentang Hak Rahzen, Taufik dan Hartono, Agustinus. Strategi
Masyarakat Kasepuhan. Bab VI tentang Lembaga Pemberdayaan Komunitas Adat. Jakarta:
Adat. Bab VII tentang Hukum Adat. Bab VIII tentang Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.
Pemberdayaan Masyarakat Kasepuhan. Bab IX Silalahi, U. 2006. Metode Penelitian Sosial.
tentang Penyelesaian Sengketa. Bab X tentang Bandung: Unpar Press.
Ketentuan Pidana dan Penyidikan. Bab XI tentang Soekanto, Soerjono. 2009. Sosiologi Suatu
Ketentuan Umum. Bab XII tentang Ketentuan Pengantar. Jakarta: Grafindo Perkasa.
119
Seminar Nasional Riset Terapan 2017 | SENASSET 2017 ISBN: 978-602-73672-1-0
Serang, 25 November 2017
120