Rudi Rahmanto 210731610896 Revisi
Rudi Rahmanto 210731610896 Revisi
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh
Rudi Rahmanto
NIM 210731610896
DEPARTEMEN SEJARAH
NOVEMBER 2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.....................................................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................................v
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Tujuan Penelitian dan Pengembangan.........................................................................4
C. Spesifikasi Produk yang Diharapkan...........................................................................4
D. Pentingnya Penelitian dan Pengembangan..................................................................5
E. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian dan Pengembangan...........................................6
F. Definisi Istilah.................................................................................................................7
BAB II........................................................................................................................................8
KAJIAN PUSTAKA..................................................................................................................8
A. Pembelajaran Sejarah..................................................................................................8
B. Media Pembelajaran....................................................................................................8
C. Peta Digital................................................................................................................10
D. QGIS..........................................................................................................................12
E. Jalur Kereta Api di Ponorogo....................................................................................13
F. Kerangka Berpikir.........................................................................................................14
BAB III.....................................................................................................................................16
METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN.............................................................16
A. Model Penelitian dan Pengembangan.......................................................................16
B. Prosedur Penelitian dan Pengembangan....................................................................17
C. Uji Coba Produk........................................................................................................20
Daftar Rujukan.........................................................................................................................26
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia pendidikan pada saat ini tidak terlepas dari adanya perkembangan teknologi.
Teknologi memberikan pengaruh di semua lini kehidupan. Dalam dunia pendidikan,
teknologi diharapkan memberikan dampak yang positif dengan tujuan dapat meningkatkan
kualitas pendidikan itu sendiri. Kualitas pendidikan dikatakan mengalami peningkatan
apabila peserta didik diberikan ruang untuk mengembangkan potensi diri yang sesuai dengan
bakat dan minat peserta didik serta peserta didik menjadi bagian dari proses pembelajaran
(Cholik, 2017) . Dengan berkembangnya teknologi ini membuat pendidikan melakukan
inovasi-inovasi di berbagai bidang. Dengan adanya inovasi diharapkan dunia pendidikan
dapat meningkat baik dari hasil belajar, metode, dan strategi dalam proses pembelajaran.
Peta digital menjadi salah satu inovasi yang dikembangkan dalam proses
pembelajaran. Peta digital digunakan sebagai media pembelajaran untuk mengetahui titik-
titik tertentu. Dengan menggunakan peta digital, diharapkan rasa ingin tahu alami peserta
didik akan mendorong mereka untuk menggunakan indera dan kemampuan kognitif mereka
dalam mengeksplorasi nilai-nilai berharga dari sejarah. Pemanfaatan peta digital sebagai alat
komunikasi tentang peristiwa pada waktu tertentu membuka pintu bagi peserta didik untuk
belajar. Ada dua alasan utama penggunaan peta dalam pembelajaran sejarah, yaitu sebagai
ilustrasi atau peraga yang membantu siswa memahami topik atau pembahasan. Jika guru
memilih untuk tidak menggunakan peta atau atlas, hal tersebut dapat diartikan bahwa guru
menganggap peserta didik sudah mampu membayangkan isi peta dalam pikirannya, serta
sebagai sumber belajar sejarah yang terkait secara khusus dengan peristiwa-peristiwa
bersejarah seperti peperangan, migrasi, jalur perdagangan, dan sebagainya (Sari, 2017) .
Melalui peta digital, peserta didik dapat mengidentifikasi tempat-tempat tertentu yang
memiliki nilai strategis dan mengetahui kondisi tempat tersebut di masa lalu. Hal ini
memungkinkan siswa untuk mengembangkan pemikiran sejarah terhadap suatu peristiwa di
masa lalu.
Mata pelajaran sejarah memiliki peran yang penting bagi kehidupan bernegara. Mata
pembelajaran sejarah menjadi tempat untuk mengadakan pendidikan karakter dalam
Kurikulum 2013. Diharapkan melalui pembelajaran sejarah, peserta didik nantinya dapat
menyumbangkan pengetahuannya untuk kemajuan bangsa. Mata pelajaran sejarah dalam
1
pendidikan terutama pada jenjang SMA sederajat masuk dalam rumpun Ilmu Pengetahuan
Sosial (Agustinova, 2018) . Mata pelajaran sejarah dapat mengembangkan pengetahuan
peserta didik mengenai peristiwa yang terjadi di masa lalu. Pelajaran sejarah dapat
mengembangkan potensi peserta didik dalam mengetahui perjuangan luhur para pendahulu
bangsa di masa lalu. Nilai perjuangan ini disesuaikan dengan masa sekarang dan diambil
pembelajarannya untuk masa depan agar lebih baik daripada masa lalu (Hasan, 2012).
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, inovasi teknologi terutama peta digital
merupakan hal yang penting dalam menunjang pembelajaran sejarah. Pembelajaran sejarah
memerlukan peta karena dalam sejarah memerlukan aspek spasial sehingga dapat mengetahui
mengenai titik lokasi terjadinya peristiwa sejarah. Di Ponorogo, terdapat jalur kereta api yang
telah dibangun pada masa Kolonialisme Hindia Belanda. Namun dalam pembelajaran sejarah,
jalur kereta api di Ponorogo ini belum banyak dijelaskan baik melalui proses belajar
mengajar maupun dalam buku teks. Sehingga peserta didik di Ponorogo belum terlalu
mengenal bahwa di Ponorogo pernah ada jalur kereta. Potensi pendukung mengenai jalur
kerata api di Ponorogo yaitu masih adanya bekas stasiun dan beberapa bekas jalur yang masih
nampak. Namun disamping potensi tersebut, terdapat permasalahan mengenai beberapa jalur
kereta yang sudah berganti menjadi perumahan maupun ruko sehingga jalur kereta pada masa
lalu tersebut menjadi tidak nampak.
Dalam pengembangannya, peneliti menggunakan aplikasi QGIS (Quantum
Geographic Information System). Aplikasi ini dipilih karena aplikasi ini merupakan aplikasi
yang terbuka untuk umum dan tanpa bayar yang dapat digunakan untuk mengolah dan
menganalisis data spasial (Baehaqi dkk., 2023) . Aplikasi ini mampu menyediakan, melihat,
mengedit, dan menganalisis data yang memiliki dimensi geospasial (Kurniati dkk., 2019) .
Namun dalam penggunaan aplikasi QGIS harus disertai dengan keterampilan dan ketekunan.
Selain itu perangkat yang digunakan baik komputer maupun laptop harus terinstal aplikasi
QGIS dan hanya dapat diakses apabila terdapat jaringan internet. Selain itu, fitur yang
terdapat dalam aplikasi QGIS tidak selengkap dengan aplikasi GIS lain yang berbayar.
Selain itu, peneliti memilih tempat penelitian di SMA Negeri 1 Ponorogo dikarenakan
sekolah ini memiliki masalah dan potensi SMA Negeri 1 Ponorogo memiliki potensi seperti
mudahnya mendapatkan akses internet baik jaringan seluler maupun Wi-Fi sekolah, peserta
didik diperbolehkan membawa smartphone dan dapat digunakan untuk menunjang
pembelajaran, adanya LCD Proyektor di setiap kelas, dan mudahnya mendapatkan akses
memanfaatkan laboratorium komputer. Sementara masalah yang sering dijumpai terutama
dalam pembelajaran sejarah yaitu pembelajaran yang bersifat hafalan dan ceramah membuat
peserta didik menganggap sejarah menjadi membosankan dan kurang menarik
(Sayono, 2015)
. Di SMA Negeri 1 Ponorogo, metode ceramah merupakan metode yang dominan
dipakai oleh guru sejarah. Metode ini dinilai menjadi metode yang mudah digunakan karena
tidak memerlukan biaya dan waktu yang tidak banyak. Selain itu media pembelajaran yang
dipakai oleh guru sejarah didominasi penggunaan power point. Penggunaan media power
point ini dinilai kurang efektif. Hal ini dikarenakan power point hanya poin-poin dari materi
yang ada pada buku teks. Materi yang diajarkan kepada siswa kelas XI SMA Negeri 1
Ponorogo merujuk pada Kurikulum Merdeka 2023 yang berisi tentang fase F dimana peserta
didik di Kelas XI dan XII mampu mengembangkan konsep-konsep dasar sejarah untuk
mengkaji peristiwa sejarah dalam lintasan lokal, nasional, dan global. Melalui literasi,
diskusi, kunjungan langsung ke tempat bersejarah, dan penelitian berbasis proyek
kolaboratif peserta didik mampu menganalisis serta mengevaluasi berbagai peristiwa sejarah
yang terjadi di Indonesia yang dapat dikaitkan atau dihubungkan dengan berbagai peristiwa
lain yang terjadi di dunia pada periode yang sama meliputi Kolonialisme dan Perlawanan
Bangsa Indonesia, Pergerakan Kebangsaan Indonesia, Pendudukan Jepang di Indonesia,
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan,
Pemerintahan Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin, Pemerintahan Orde Baru, serta
Pemerintahan Reformasi .
Berdasarkan penelitian sebelumnya milik Isnaini (2015) yang berjudul “Komparasi
Penggunaan Media Google Earth dengan Peta Digital pada Materi Persebaran Fauna Kelas
XI IPS di SMA Negeri 1 Semarang” dari Jurnal Gografi volume 12, no 1. Perbedaan
penelitian milik Isnaini dengan peneliti terletak pada proses pembuatan peta dan konten yang
disajikan. Peta yang dibuat oleh Isnaini menggunakan peta gambar perpulau yang ada di
Indonesia dan fokusnya hanya menampilkan gambar fauna saja. Sedangkan milik peneliti,
peta yang dipakai lebih detail dengan menampilkan daerah yang memang dilewati
berdasarkan sumber yang ada dan selain terdapat gambar, peneliti juga akan menambahkan
informasi dengan menghimpunnya menjadi satu di titik tertentu.
Penelitian selanjutnya adalah milik Marsudi dkk (2020) dengan judul “Pengembangan
Video Pembelajaran Open Street Map untuk Pembuatan Peta Digital Format Shapefile
Menggunakan Spatial Manager” dari Jurnal Pendidikan Teknik Sipil volume 2, no 2.
Pengembangan yang dilakukan oleh Marsudi dkk adalah sebagai jawaban atas kurangnya
media yang dapat membantu mahasiswa dalam memperjelas materi yang dijelaskan oleh
dosen sehingga membuat kerja praktik mahasiswa terganggu. Media yang dikembangkan
tersebut digunakan untuk memberikan gambaran secara nyata atau real view sebagai upaya
untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa. Penelitian dari Marsudi dkk (2020) mengemas
peta digital tersebut dalam bentuk video pembelajaran untuk menjelaskan materi yang
dibahas. Sementara pengembangan yang peneliti lakukan adalah menggunakan peta digital
tanpa dijadikan video sehingga siswa bisa melakukan eksplorasi sendiri dengan menekan titik
yang telah diberi informasi-informasi tertentu.
Dengan pertimbangan tersebut, peneliti memilih media peta digital untuk lebih
mengenalkan materi jalur kereta api di Ponorogo dengan menggunakan aplikasi QGIS.
Dengan didukung potensi yang ada di sekolah tersebut dapat memudahkan peneliti
mengembangkan produk ini. Pengembangan media yang akan dilakukan peneliti yaitu
“Pengembangan Media Pembelajaran Sejarah Peta Digital Jalur Kereta Api Di Ponorogo
Masa Hindia Belanda Berbasis QGIS Untuk Kelas XI Di SMA Negeri 1 Ponorogo”.
Diharapkan peta digital ini dapat menjadi media pendukung dari materi yang telah ada di
buku teks.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penelitian ini memiliki tujuan
sebagai berikut:
1. Untuk mengembangkan media pembelajaran peta digital jalur kereta api di Ponorogo
masa Hindia Belanda berbasis QGIS untuk siswa kelas XI di SMA Negeri 1
Ponorogo
2. Untuk menguji kelayakan media pembelajaran peta digital jalur kereta api di
Ponorogo masa Hindia Belanda berbasis QGIS untuk siswa kelas XI di SMA Negeri
1 Ponorogo
Peneliti akan menjabarkan spesifikasi produk yang diharapkan bisa dibuat sebagai
tambahan fitur dalam produk peta digital tersebut antara lain:
1. Tampilan
a. Tampilan awal dari peta ini akan menggambarkan peta Kabupaten Ponorogo dan
sekitarnya.
b. Bentuk Konten
1) Peta
Peta akan menggambarkan wilayah dari Kabupaten Ponorogo terutama daerah
yang dulunya pernah dilewati jalur kereta api. Peta ini juga ditambahkan
mengenai jalur kereta dari maupun yang menuju ke kabupaten atau kota di luar
Ponorogo. Kereta api di Ponorogo melewati berbagai daerah seperti Kecamatan
Ponorogo, Kecamatan Siman, Kecamatan Jetis, Kecamatan Balong, dan
Kecamatan Slahung. Dalam tampilan peta nanti juga terdapat titik-titik stasiun
yang dulu pernah beroperasi seperti Stasiun Ponorogo, Stasiun Jetis, Stasiun
Balong, dan Stasiun Slahung.
2) Teks
Teks yang disajikan akan berisi mengenai informasi penggunaan jalur kereta
api, kesejarahan mengenai stasiun yang dilewati, dan kondisi terkini mengenai
jalur tesebut dan stasiunnya. Wilayah yang dilewati juga akan diberikan
keterangan sehingga memudahkan peserta didik mengenalinya.
3) Gambar
Gambar yang akan disajikan dalam peta ini adalah perbandingan kondisi jalur
pada saat masih digunakan dengan sekarang dan kondisi stasiun pada saat
digunakan dengan sekarang.
c. Software yang digunakan
Software yang akan digunakan dalam mengembangkan media pembelajaran peta
digital adalah QGIS. Aplikasi ini digunakan untuk membuat peta digital
2. Materi
Materi yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah Kolonialisme dan
Perlawanan Bangsa Ind onesia yang berfokus pada dampak Kolonialisme Hindia Belanda
terutama mengenai jalur kereta api di Ponorogo. Materi yang akan disajikan akan
membahas sejarah pembuatan jalur kereta api dan pemanfaatannya di masa lalu serta
dampak bagi kehidupan masyarakat saat itu. Selain itu akan disajikan penjelasan mengenai
kondisi saat ini dari jalur kereta maupun stasiun yang dulu dilewati. Kereta api di Ponorogo
melewati berbagai daerah seperti Kecamatan Ponorogo, Kecamatan Siman, Kecamatan
Jetis, Kecamatan Balong, dan Kecamatan Slahung.
D. Pentingnya Penelitian dan Pengembangan
Pengembangan media pembelajaran ini dikembangkan atas dasar asumsi antara lain:
1. Media yang dikembangkan dapat digunakan oleh peserta didik dan guru.
2. Peserta didik dan guru dapat mengoperasikan laptop atau komputer yang telah terinstal
aplikasi QGIS.
3. Sekolah memiliki fasilitas jaringan internet yang memadai untuk menggunakan media
pembelajaran.
4. Media yang dikembangkan mampu untuk menambah pengetahuan terhadap materi yang
disajikan.
Dalam pengembangan media peta digital berbasis QGIS memiliki keterbatasan dalam
penelitian dan pengembangannya seperti :
1. Media tidak dapat diakses apabila perangkat yang digunakan tidak memiliki aplikasi
QGIS sebagai sarana untuk mengakses media peta digital.
2. Media hanya dapat diakses melalui jaringan internet.
3. Media akan membuat laptop mengalami lag apabila spesifikasi laptop kurang
mendukung.
4. Keterbatasan waktu dan biaya sehingga pengembangan hanya dilakukan dengan aplikasi
dan fitur yang tidak berbayar.
F. Definisi Istilah
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Sejarah
Menurut Zahroa dan Sumardib (2017) pembelajaran sejarah merupakan suatu studi
yang membahas tentang manusia dimasa lalu dengan segala aktivitas dalam berbagai bidang
seperti sosial, politik, dan berbagai aktivitas lainnya dengan tujuan memberikan pengetahuan
pada peserta didik tentang karakter dan nilai setiap peristiwa. Dalam proses pembelajaran
terdapat dua hal yang penting yaitu metode dan media pembelajaran. Pembelajaran sejarah
bertujuan dapat membentuk karakter, wawasan, pengetahuan dengan lingkungan dan
kehidupan berbangsa. Pembelajaran sejarah mampu untuk mengembangkan kemampuan
peserta didik untuk mengenal peristiwa di masa lalu dan nilai perjuangan para pendahulu
bangsa. Materi dalam pembelajaran sejarah harus disesuaikan dengan masa kini dan
dikembangkan untuk masa depan (Zahroa & Sumardib, 2017) . Menurut Sepriady (2016)
pembelajaran harus memosisikan peserta didik sebagai aktor utama dalam kegiatan
pembelajaran. Pembelajaran sejarah menurut Prawitasari dan Susanto (2021) pembelajaran
akan dibilang baik apabila dapat menciptakan pemikiran yang dapat mengambil nilai positif
dari peristiwa sejarah dan dapat direfleksikan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut
Asy’ari dan Haqibillah (2022)
pembelajaran sejarah berfungsi sebagai saran peserta didik untuk
mengenal perubahan dan perkembangan yang ada pada lingkungan masyarakat.
Dari penjelasan mengenai pembelajaran sejarah dapat disimpulkan bahwa proses yang
disusun untuk membimbing peserta didik untuk mengarahkan mengenai pengembangan diri
yang bertujuan untuk mengembangkan nilai-nilai karakter yang diperoleh dari peristiwa
sejarah di masa lalu.
B. Media Pembelajaran
C. Peta Digital
Menurut Razif dkk. (2022) peta digital merupakan peta yang digambarkan secara
digital melalui komputer yang berfungsi untuk mengetahui tempat suatu peristiwa terjadi.
Menurut Hati dkk. (2013) peta digital merupakan tiruan gambaran bumi yang ditampilkan
secara digital serta diperkecil dengan mengikuti skala tertentu menggunakan sistem proyeksi.
Sedangkan menurut Lail dan Kusuma (2015) peta digital adalah suatu proses kompilasi data
yang dikonversi ke dalam bentuk gambar digital. Tujuan utamanya adalah menciptakan peta
yang menyajikan representasi akurat dari suatu wilayah tertentu. Proses pemetaan dapat
dilakukan menggunakan aplikasi komputer, contohnya Google Earth, dan bahkan dengan
menggunakan Global Positioning System (GPS). Peta digital pada awalnya memiliki fungsi
dasar yang serupa dengan peta analog, di mana keduanya memberikan "pandangan virtual"
dari jalan umum yang tergambar oleh medan sekitarnya. Kesimpulan dari pendapat mengenai
peta digital adalah gambaran permukaan bumi yang dimunculkan serta diperkecil dalam
bentuk gambar pada program komputer tertentu. Fungsi pokoknya adalah menciptakan peta
yang memberikan representasi yang akurat dari suatu wilayah tertentu. Peta digital digunakan
sebagai media pembelajaran untuk mengetahui titik-titik tertentu. Dengan menggunakan peta
digital, diharapkan rasa ingin tahu alami peserta didik akan mendorong mereka untuk
menggunakan indera dan kemampuan kognitif mereka dalam mengeksplorasi nilai-nilai
berharga dari sejarah. Pemanfaatan peta digital sebagai alat komunikasi tentang peristiwa
pada waktu tertentu membuka pintu bagi peserta didik untuk belajar. Ada dua alasan utama
penggunaan peta dalam pembelajaran sejarah, yaitu sebagai ilustrasi atau peraga yang
membantu siswa memahami topik atau pembahasan. Jika guru memilih untuk tidak
menggunakan peta atau atlas, hal tersebut dapat diartikan bahwa guru menganggap peserta
didik sudah mampu membayangkan isi peta dalam pikirannya, serta sebagai sumber belajar
sejarah yang terkait secara khusus dengan peristiwa-peristiwa bersejarah seperti peperangan,
migrasi, jalur perdagangan, dan sebagainya (Sari, 2017).
Komponen utama peta digital menurut Welianto & Nailufar (2022) yaitu:
a. Judul Peta
Judul peta merupakan identitas utama yang memuat isi atau gambaran peta. Biasanya
terletak di bagian atas peta dan berfungsi sebagai penarik perhatian pembaca sebelum
melihat detail peta.
b. Garis Tepi Peta
Garis tepi peta adalah batas-batas ruang peta, umumnya berbentuk segi empat dan
disarankan untuk dibuat rangkap. Garis ini membantu membatasi ruang peta dan
memudahkan penempatan elemen-elemen lainnya.
c. Garis Astronomis
Terdiri dari garis lintang dan garis bujur, berguna untuk menentukan posisi absolut suatu
objek pada peta utama. Koordinat garis astronomis biasanya digambarkan dengan garis
pendek yang memotong garis tepi.
d. Petunjuk Arah/Tanda Orientasi/Arah Mata Angin:
Menunjukkan arah mata angin seperti utara, timur laut, timur, tenggara, selatan, barat
daya, barat, dan barat laut. Berbentuk tanda panah atau simbol lainnya yang menunjukkan
arah utara pada peta.
e. Inset
Peta kecil yang menunjukkan lokasi daerah yang dipetakan dalam konteks yang lebih
luas. Disisipkan di sisi kiri, kanan, atau bawah peta untuk memberikan informasi
tambahan dan memperjelas bagian tertentu.
f. Skala Peta
Angka yang menunjukkan perbandingan jarak sesungguhnya dengan jarak pada peta.
Terletak di bawah judul peta, skala penting untuk mengukur jarak sebenarnya di
lapangan.
g. Simbol Peta
Lambang atau simbol yang digunakan untuk menandai fenomena atau objek pada peta,
dengan makna yang mudah dipahami oleh pengguna.
h. Legenda
Keterangan dari simbol-simbol peta yang menjelaskan makna dan penggunaan setiap
simbol. Biasanya terletak di sisi kiri atau kanan bagian bawah peta.
i. Sumber Peta
Informasi tentang asal-usul peta, memberikan pembaca wawasan tentang dari mana data
peta berasal.
j. Tahun Pembuatan
D. QGIS
System (GIS) yang terbuka untuk umum dan tanpa bayar yang dapat digunakan untuk
mengolah dan menganalisis data spasial. Sedangkan pendapat Adnan dkk. (2023) QGIS
merupakan salah satu program GIS yang dapat digunakan untuk membuat peta. Menurut
Indonesia Geospasial , perangkat lunak Geographic Information System (GIS) bernama
Quantum GIS (QGIS) merupakan sebuah aplikasi gratis dan sumber terbuka yang digunakan
untuk menampilkan, mengelola, dan menganalisis data geografis. Pengembangan QGIS
dilakukan oleh tim pengembang global yang mendapat dukungan dari organisasi non-profit,
yaitu OSGeo (Open Source Geospatial Foundation). QGIS dapat memvisualisasikan data
spasial dalam berbagai format, termasuk file vektor dan raster, dan memiliki kemampuan
untuk melakukan analisis spasial seperti overlay dan query spasial. Selain itu, QGIS
menyediakan beragam alat untuk pembuatan dan pengeditan data vektor, serta pembuatan
peta tematik dengan variasi legenda dan skala. Aplikasi ini mendukung penggunaan berbagai
plugin yang dikembangkan oleh komunitas, yang dapat meningkatkan fungsionalitas dan
kapabilitas QGIS. QGIS dapat diakses pada berbagai platform, termasuk Windows, Mac OS
X, dan Linux. Dari ketiga pendapat tersebut disimpulkan bahwa QGIS merupakan aplikasi
yang dapat digunakan untuk membuat peta dan mengolah serta menganalisis data spasial
yang terbuka untuk umum dan gratis.
Aplikasi QGIS ini memiliki kelebihan, kelebihan aplikasi ini menurut
(Mahardhika, 2015)
adalah:
F. Kerangka Berpikir
Mata pelajaran sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang penting diajarkan
pada peserta didik di berbagai jenjang salah satunya adalah sekolah menengah atas, namun
terdapat beberapa masalah yang menyebabkan mata pelajaran sejarah menjadi kurang
diminati peserta didik. Berangkat dari latar belakang, masalah dalam pembelajaran sejarah
antara lain pembelajaran sejarah yang membosankan siswa sehingga siswa tidak mampu
untuk berkonsentrasi menerima pesan yang disampaikan. Masalah selanjutnya adalah metode
yang digunakan dalam menyampaikan materi sejarah cenderung dilakukan dengan metode
ceramah yang menjadi metode lama dalam menjelaskan materi di berbagai mata pelajaran.
Paparan yang telah dijelaskan di atas membuat peneliti memiliki pemikiran untuk
mengembangkan media yang mampu membantu dalam pembelajaran sejarah khususnya pada
materi jalur kereta api di Ponorogo masa Hindia Belanda. Media yang dipilih adalah peta
digital karena peta digital dianggap mampu untuk memberikan penjelasan terhadap materi.
Selain itu, peta digital juga sesuai untuk menjelaskan secara rinci mengenai lokasi dan
kondisinya baik di masa lalu maupun sekarang. Berikut kerangka berpikir yang dibuat dalam
sebuah peta konsep perencanaan pengemabngan media pembelajaran
Permasalahan Pembelajaran:
1. Pembelajaran sejarah Potensi Pembelajaran:
dianggap sebagai mata
1. Siswa memiliki akses
pelajaran yang
pada Wi-Fi sekolah.
membosankan.
2. Siswa diperbolehkan
2. Guru menggunakan
menggunakan
metode ceramah
laboratorium komputer
dalam menyampaikan
untuk pembelajaran.
materi.
3. Siswa dibebaskan
3. Siswa menjadi pasif
membawa smartphone.
dalam pembelajaran
sejarah.
Gambar
Gambar1.1.Kerangka
KerangkaBerpikir
Berpikir
BAB III
Penelitian yang digunakan pada proposal ini menggunakan metode Research and
Development (R&D). Metode R&D adalah metode penelitian dalam mengembangkan suatu
produk yang dapat dipakai dalam dunia ilmu pengetahuan setelah dilakukan validasi
(Sugiyono, 2013). Metode penelitian dan pengembangan dilakukan berdasarkan hasil analisis
terhadap kebutuhan yang ada dalam masyarakat dan menguji keefektifan dari hasil
pengembangan melalui uji efektifitas suatu produk oleh peneliti (Sugiyono, 2013). Produk
dari metode ini, bisa terus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan zaman. Dari penjelasan
tersebut, metode penelitian dan pengembangan merupakan metode yang digunakan dalam
menciptakan suatu produk yang telah divalidasi dan siap untuk diaplikasikan sesuai
kebutuhan yang ada dalam masyarakat.
Produk yang dikembangan dalam penelitian dan pengembangan ini berupa peta digital
pada materi dampak kolonialisme Hindia Belanda di Ponorogo. Peta digital ini berfokus pada
jalur kereta api di Ponorogo. Model penelitian dan pengembangan pada pembuatan media
pembelajaran peta digital menggunakan 10 langkah penelitian dan pengembangan milik
Sugiyono (2013) yang terdiri dari potensi dan masalah, pengumpulan data, desain produk,
validasi desain, revisi desain, uji coba produk, revisi produk, uji coba pemakaian, revisi
produk, dan produksi massal.
Revisi Produksi
Produk Massal
Langkah-langkah yang ada pada penelitian R&D milik Sugiyono memiliki sepuluh
komponen. Namun pada tahap produksi massal, ada hal yang harus di penuhi agar media
dapat digunakan dalam jumlah besar yaitu pengguna dalam hal ini siswa harus memiliki
software QGIS dari peneliti untuk diinstal pada perangkat keras milik siswa.
1. Potensi dan Masalah
Pada tahap pertama, peneliti mengidentifikasi potensi yang dimiliki sekolah dan
masalah yang terdapat pada pembelajaran sejarah di sekolah. Potensi yang dimiliki oleh
sekolah antara lain memperbolehkan siswa menggunakan infrastruktur sekolah seperti
laboratorium komputer untuk program belajar mengajar, siswa juga diperbolehkan
mengakses Wi-Fi sekolah secara bebas untuk pembelajaran, dan siswa juga diperbolehkan
menggunakan smartphone di lingkungan sekolah untuk menunjang pembelajaran.
Potensi-potensi tersebut menurut peneliti cukup untuk memberikan solusi terhadap
permasalahan pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Ponorogo. Masalah yang terdapat
di sekolah bisa berupa aktivitas pembelajaran antara guru dan peserta didik atau media
dengan peserta didik. Masalah yang terjadi pada pembelajaran sejarah di kelas XI MIPA
9 SMA Negeri 1 Ponorogo antara lain pembelajaran sejarah yang membosankan,
pembelajaran sejarah masih didominasi dengan cara ceramah dalam penyampaian
informasi, dan keterbatasan dalam melakukan pembelajaran di lapangan sehingga media
masih didominasi dengan power point. Berangkat dari masalah-masalah yang ditemukan,
maka memunculkan potensi untuk dikembangkan suatu media pembelajaran baru yang
mampu untuk membantu mengatasi masalah pada pembelajaran sejarah di sekolah.
2. Pengumpulan Data
5
4. Validasi Desain
Validasi desain dilakukan oleh orang yang ahli di bidangnya. Para validator akan
melakukan pengecekan terhadap desain dari produk yang akan dikembangkan, baik dari
segi materi maupun media.
5. Revisi Desain
Pada tahap ini desain yang telah divalidasi oleh pakar dan didiskusikan dengan
peneliti akan diperbaiki jika ditemukan kekurangan atau kelemahan. Sehingga ketika
masuk ke proses uji coba, kelemahan yang ada bisa diminimalisir atau bahkan
dihilangkan.
6. Uji Coba Produk
Tahap uji coba produk pertama menggunakan sekitar 5-6 siswa kelas XI MIPA 9
sebagai sampel penelitian. Dari uji coba pertama ini, peneliti ingin melihat adanya
kekurangan dari media yang dikembangkan ketika dioperasikan oleh beberapa siswa.
Setelah siswa mengoperasikannya, maka siswa akan diberikan angket untuk menilai serta
memberikan komentar atas media yang telah digunakan. Angket menggunakan skala 1-5
untuk produk media.
7. Revisi Produk
Revisi produk ini berangkat dari penilaian dan komentar siswa terhadap media
yang digunakan. Revisi pada tahap ini lebih menjadi acuan sebelum media bisa digunakan
oleh subjek dengan jumlah yang lebih besar.
8. Uji Coba Pemakaian
Tahap selanjutnya adalah uji coba pemakaian dimana uji coba pemakaian ini
menggunakan seluruh siswa kelas XI MIPA 9 untuk mencoba mengoperasikan media
yang telah dibuat. Pengoperasian bisa dilakukan di laptop masing-masing individu atau
meminjam laboratorium sekolah sebagai tempat uji coba. Peneliti akan memberikan
arahan secara garis besar setelah itu peserta didik dapat mengoperasikan secara mandiri.
Terakhir, peneliti akan kembali menyebarkan angket untuk menilai kelayakan media yang
digunakan dalam pembelajaran sebagai acuan untuk merevisi produk tersebut. Pada
penilaian kedua ini, akan menilai media serta konten yang disajikan.
9. Revisi Produk
Revisi produk ini berangkat dari penilaian dan komentar siswa terhadap media
yang digunakan. Revisi pada tahap ini lebih menjadi acuan sebelum media bisa digunakan
oleh subjek dengan jumlah yang lebih besar.
Pada tahap produksi massal, ada hal yang perlu dipenuhi terlebih dahulu sebelum
media digunakan dalam skala besar. Hal tersebut adalah perangkat keras milik siswa
maupun sekolah harus telah memiliki akses pada QGIS yang telah peneliti miliki ataupun
dengan mengunduh sendiri. Jika sekolah ataupun perangkat tidak memiliki akses QGIS
maka media tidak dapat digunakan dan hanya berhenti pada produksi akhir. Selain itu
software yang harus dimiliki, siswa dan sekolah harus memiliki tautan materi yang telah
disusun oleh peneliti untuk dapat mengakses konten yang telah peneliti buat.
C. Uji Coba Produk
Subjek uji coba adalah siswa kelas XI MIPA 9 SMA Negeri 1 Ponorogo. Uji coba
pada peserta didik dilakukan pada siswa kelas XI MIPA 9 di SMA Negeri 1 Ponorogo.
Pemilihan kelas didasarkan pada materi yang masuk pada materi kelas XI. Selain itu, kelas
XI MIPA 9 juga direkomendasikan karena media yang digunakan selama pembelajaran
masih didominasi oleh power point. Pada tahap uji coba produk, beberapa siswa kelas XI
MIPA 9 dijadikan sebagai sampel penelitian untuk menguji media terlebih dahulu sebelum
media digunakan dalam skala yang lebih besar.
3. Jenis Data
Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu kualitatif dan kuantitatif. Kualitatif
didapat melalui penilaian tim ahli dan wawancara terhadap guru pengampu mata pelajaran
sejarah di SMA Negeri 1 Ponorogo. Lalu data kuantitatif didapat melalui angket dengan
rentang 1-5 yang menghasilkan persentase berbeda di tiap rentang tersebut. Data yang
didapat antara lain:
Data yang telah didapat dari wawancara dan angket, selanjutnya akan dianalisis.
Analisis data ini terbagi menjadi tiga antara lain:
a. Analisis Data Ahli
Analisis data ahli didapat dengan mencermati setiap masukan, kritik, dan saran yang
diberikan oleh ahli, baik ahli media atau ahli materi. Kedua tanggapan dari para ahli
tersebut akan dijadikan bahan evaluasi pada pengembangan media.
b. Analisis Data Wawancara
Analisis data wawancara didapat melalui jawaban narasumber terkait pertanyaan yang
telah dibuat. Jawaban tersebut harus dianalisis dengan cermat karena tidak menyajikan
data berupa angka sehingga peneliti harus dapat menyimpulkan apakah media tersebut
dapat digunakan sebagai alat bantu pembelajaran.
c. Analisis Data Angket
Data pada angket ini berbentuk persentase dengan menggunakan acuan Skala
Likert. Skala Likert ini memuat jawaban pada setiap butir pertanyaan atau instrumen
dengan jawaban sangat baik hingga sangat buruk (Sugiyono, 2013). Skala Likert pada
penelitian ini sebagai berikut:
No Jawaban (Skor) Keterangan
2. S (4) Setuju
3. C (3) Cukup
Adnan, A., Wanti, S. K. R., Purba, W. L. S., Saputra, R., Marwansyah, F., Absari, D., Marseliani,
K., Delfira, N. F., Syafitri, S. N., & Hia, W. (2023). Creating A Digital Thematic Map Based
On Spatial Data In Alahair Village Using The QGIS 3.22. 4 Application. Indonesian Journal
Of Advanced Social Works, 2(5), 353–360.
Agustinova, D. E. (2018). Penerapan Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Sejarah Pada Sekolah
Menengah Atas. ISTORIA Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Sejarah, 14(1).
Andriati, Y., Susanti, L. R. R., & Hudaidah, H. (2016). Pengembangan Media Powtoon Berbasis
Audiovisual Pada Pembelajaran Sejarah. CRIKSETRA: Jurnal Pendidikan Sejarah, 5(1).
Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Asy’ari, F. H., & Haqibillah, M. Z. (2022). PEMANFAATAN TEKNOLOGI (LCD DAN
APLIKASI POWER POINT) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK
DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH. Kalpataru: Jurnal Sejarah Dan Pembelajaran
Sejarah, 8(1).
Baehaqi, R. N., Irawan, A. S. Y., & Juardi, D. (2023). Penerapan Sistem Informasi Geografis
Dengan Tools Qgis Dalam Pemetaan Penurunan Lahan Pertanian Kabupaten Karawang
(Studi Kasus Kabupaten Karawang). Innovative: Journal Of Social Science Research, 3(3),
7002–7017.
Cholik, C. A. (2017). PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
UNTUK MENINGKATKAN PENDIDIKAN DI INDONESIA. Syntax Literate; Jurnal
Ilmiah Indonesia, 2(6), 21–30.
Damayanti, G. E. (2011). Kereta Api Jalur Madiun-Ponorogo Tahun 1907-1984 Dan Nilai
Pendidikannya. Universitas Negeri Malang.
Hasan, S. H. (2012). Pendidikan Sejarah Untuk Memperkuat Pendidikan Karakter. Paramita:
Historical Studies Journal, 22(1).
Hati, G. M., Suprayogi, A., & Sasmito, B. (2013). Aplikasi Penanda Lokasi Peta Digital Berbasis
Mobile GIS Pada Smartphone Android. Jurnal Geodesi Undip, 2(4).
Indonesia Geospasial. (T.T.). Pilih Arcgis Atau Qgis. Mana Yang Lebih Baik? Indonesia-
Geospasial.Com.
Isnaini, N. (2015). Komparasi Penggunaan Media Google Earth Dengan Peta Digital Pada Materi
Persebaran Fauna Kelas XI IPS Di SMA Negeri 1 Semarang. Jurnal Geografi: Media
Informasi Pengembangan Dan Profesi Kegeografian, 12(1), 52–61.
Jauhari, M. I. (2018). Peran Media Pembelajaran Dalam Pendidikan Islam. Piwulang: Jurnal
Pendidikan Agama Islam, 1(1), 54–67.
Kurniati, N., Tampubolon, B., Hari, L. M., Program, C., Pendidikan, S., Fkip, G., & Pontianak, U.
(2019). PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA SIG DENGAN APLIKASI QGIS PADA
PEMBELAJARAN GEOGRAFI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA.
Lail, J. (2015). Peta Digital Dusun Sentono. Asian Journal Of Innovation And Entrepreneurship
(AJIE), 4(01), 50–53.
Mahardhika, H. (2015, Agustus 13). QGIS Vs Arcgis. Openstreetmap.Or.Id.
Marsudi, I., Ramadani, F. Y., Rochmadi, S., Raharjo, N. E., & Hidayat, N. (2020).
PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN OPEN STREET MAP UNTUK
PEMBUATAN PETA DIGITAL FORMAT SHAPEFILE MENGGUNAKAN SPATIAL
MANAGER. Jurnal Pendidikan Teknik Sipil, 2(2), 190–196.
Mustaqim, I. (2016). Pemanfaatan Augmented Reality Sebagai Media Pembelajaran. Jurnal
Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan, 13(2), 174–183.
Nurdyansyah. (2019). Media Pembelajaran Inovatif. UMSIDA Press.
Prawitasari, M., & Susanto, H. (2021). Retrogresi Penggunaan Media Daring Dalam Pembelajaran
Sejarah Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Education And Development, 9(4), 173–177.
PURNAMASARI, N. L. (2019). Metode Addie Pada Pengembangan Media Interaktif Adobe
Flash Pada Mata Pelajaran Tik. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Anak Sekolah Dasar,
5(1), 23–30.
Razif, R. M. M., Jati, S. S. P., & Yaskhudi, A. K. (2022). Pengembangan Media Pembelajaran
Peta Digital Berbasis Thinglink Materi Sejarah Kerajaan Islam Sumatra Di SMAN 2 Malang.
Historiography: Journal Of Indonesian History And Education, 2(4), 603–617.
Sari, M. (2017). Peta Digital: Inovasi Pembelajaran Produktif Abad 21 Dengan Smartphone
Dalam Pembelajaran Sejarah. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pendidikan.
Sayono, J. (2015). Pembelajaran Sejarah Di Sekolah: Dari Pragmatis Ke Idealis. Jurnal Sejarah
Dan Budaya, 7(1), 9–17.
Sepriady, J. (2016). Contextual Teaching And Learning Dalam Pembelajaran Sejarah.
KALPATARU: Jurnal Sejarah Dan Pembelajaran Sejarah, 2(2), 100–110.
Sugiyono, D. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.
Suryani, N. (2016). Pengembangan Media Pembelajaran Sejarah Berbasis It. Sejarah Dan
Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, Dan Pengajarannya, 10(2), 186–196.
Wati, E. R. (2019). Ragam Media Pembelajaran.
Welianto, A., & Nailufar, N. N. (2022). Peta: Arti, Fungsi Dan Jenisnya .
Zahroa, M., & Sumardib, M. (2017). The Implementation Of The Character Education In
History Teaching. Jurnal Historica, 1(5).