Anda di halaman 1dari 33

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN PETA DIGITAL SEJARAH JALUR

KERETA API DI PONOROGO MASA HINDIA BELANDA BERBASIS QGIS


UNTUK SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 PONOROGO

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh

Rudi Rahmanto

NIM 210731610896

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL

DEPARTEMEN SEJARAH

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN SEJARAH

NOVEMBER 2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.....................................................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................................v
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Tujuan Penelitian dan Pengembangan.........................................................................4
C. Spesifikasi Produk yang Diharapkan...........................................................................4
D. Pentingnya Penelitian dan Pengembangan..................................................................5
E. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian dan Pengembangan...........................................6
F. Definisi Istilah.................................................................................................................7
BAB II........................................................................................................................................8
KAJIAN PUSTAKA..................................................................................................................8
A. Pembelajaran Sejarah..................................................................................................8
B. Media Pembelajaran....................................................................................................8
C. Peta Digital................................................................................................................10
D. QGIS..........................................................................................................................12
E. Jalur Kereta Api di Ponorogo....................................................................................13
F. Kerangka Berpikir.........................................................................................................14
BAB III.....................................................................................................................................16
METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN.............................................................16
A. Model Penelitian dan Pengembangan.......................................................................16
B. Prosedur Penelitian dan Pengembangan....................................................................17
C. Uji Coba Produk........................................................................................................20
Daftar Rujukan.........................................................................................................................26
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berpikir.............................................................................................15


Gambar 2. Langkah-langkah dalam Metode R&D Milik Sugiyono....................................16
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Desain Media..........................................................................................................18


Tabel 2. Skala Likert...........................................................................................................22
Tabel 3 Interval Persentase dengan Keterangan..................................................................23
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Pedoman Observasi.........................................................................................24


Lampiran 2: Pedoman Wawancara......................................................................................24
Lampiran 3: Instrumen Pengumpulan Data.........................................................................25
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia pendidikan pada saat ini tidak terlepas dari adanya perkembangan teknologi.
Teknologi memberikan pengaruh di semua lini kehidupan. Dalam dunia pendidikan,
teknologi diharapkan memberikan dampak yang positif dengan tujuan dapat meningkatkan
kualitas pendidikan itu sendiri. Kualitas pendidikan dikatakan mengalami peningkatan
apabila peserta didik diberikan ruang untuk mengembangkan potensi diri yang sesuai dengan
bakat dan minat peserta didik serta peserta didik menjadi bagian dari proses pembelajaran
(Cholik, 2017) . Dengan berkembangnya teknologi ini membuat pendidikan melakukan
inovasi-inovasi di berbagai bidang. Dengan adanya inovasi diharapkan dunia pendidikan
dapat meningkat baik dari hasil belajar, metode, dan strategi dalam proses pembelajaran.
Peta digital menjadi salah satu inovasi yang dikembangkan dalam proses
pembelajaran. Peta digital digunakan sebagai media pembelajaran untuk mengetahui titik-
titik tertentu. Dengan menggunakan peta digital, diharapkan rasa ingin tahu alami peserta
didik akan mendorong mereka untuk menggunakan indera dan kemampuan kognitif mereka
dalam mengeksplorasi nilai-nilai berharga dari sejarah. Pemanfaatan peta digital sebagai alat
komunikasi tentang peristiwa pada waktu tertentu membuka pintu bagi peserta didik untuk
belajar. Ada dua alasan utama penggunaan peta dalam pembelajaran sejarah, yaitu sebagai
ilustrasi atau peraga yang membantu siswa memahami topik atau pembahasan. Jika guru
memilih untuk tidak menggunakan peta atau atlas, hal tersebut dapat diartikan bahwa guru
menganggap peserta didik sudah mampu membayangkan isi peta dalam pikirannya, serta
sebagai sumber belajar sejarah yang terkait secara khusus dengan peristiwa-peristiwa
bersejarah seperti peperangan, migrasi, jalur perdagangan, dan sebagainya (Sari, 2017) .
Melalui peta digital, peserta didik dapat mengidentifikasi tempat-tempat tertentu yang
memiliki nilai strategis dan mengetahui kondisi tempat tersebut di masa lalu. Hal ini
memungkinkan siswa untuk mengembangkan pemikiran sejarah terhadap suatu peristiwa di
masa lalu.
Mata pelajaran sejarah memiliki peran yang penting bagi kehidupan bernegara. Mata
pembelajaran sejarah menjadi tempat untuk mengadakan pendidikan karakter dalam
Kurikulum 2013. Diharapkan melalui pembelajaran sejarah, peserta didik nantinya dapat
menyumbangkan pengetahuannya untuk kemajuan bangsa. Mata pelajaran sejarah dalam

1
pendidikan terutama pada jenjang SMA sederajat masuk dalam rumpun Ilmu Pengetahuan
Sosial (Agustinova, 2018) . Mata pelajaran sejarah dapat mengembangkan pengetahuan
peserta didik mengenai peristiwa yang terjadi di masa lalu. Pelajaran sejarah dapat
mengembangkan potensi peserta didik dalam mengetahui perjuangan luhur para pendahulu
bangsa di masa lalu. Nilai perjuangan ini disesuaikan dengan masa sekarang dan diambil
pembelajarannya untuk masa depan agar lebih baik daripada masa lalu (Hasan, 2012).
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, inovasi teknologi terutama peta digital
merupakan hal yang penting dalam menunjang pembelajaran sejarah. Pembelajaran sejarah
memerlukan peta karena dalam sejarah memerlukan aspek spasial sehingga dapat mengetahui
mengenai titik lokasi terjadinya peristiwa sejarah. Di Ponorogo, terdapat jalur kereta api yang
telah dibangun pada masa Kolonialisme Hindia Belanda. Namun dalam pembelajaran sejarah,
jalur kereta api di Ponorogo ini belum banyak dijelaskan baik melalui proses belajar
mengajar maupun dalam buku teks. Sehingga peserta didik di Ponorogo belum terlalu
mengenal bahwa di Ponorogo pernah ada jalur kereta. Potensi pendukung mengenai jalur
kerata api di Ponorogo yaitu masih adanya bekas stasiun dan beberapa bekas jalur yang masih
nampak. Namun disamping potensi tersebut, terdapat permasalahan mengenai beberapa jalur
kereta yang sudah berganti menjadi perumahan maupun ruko sehingga jalur kereta pada masa
lalu tersebut menjadi tidak nampak.
Dalam pengembangannya, peneliti menggunakan aplikasi QGIS (Quantum
Geographic Information System). Aplikasi ini dipilih karena aplikasi ini merupakan aplikasi
yang terbuka untuk umum dan tanpa bayar yang dapat digunakan untuk mengolah dan
menganalisis data spasial (Baehaqi dkk., 2023) . Aplikasi ini mampu menyediakan, melihat,
mengedit, dan menganalisis data yang memiliki dimensi geospasial (Kurniati dkk., 2019) .
Namun dalam penggunaan aplikasi QGIS harus disertai dengan keterampilan dan ketekunan.
Selain itu perangkat yang digunakan baik komputer maupun laptop harus terinstal aplikasi
QGIS dan hanya dapat diakses apabila terdapat jaringan internet. Selain itu, fitur yang
terdapat dalam aplikasi QGIS tidak selengkap dengan aplikasi GIS lain yang berbayar.
Selain itu, peneliti memilih tempat penelitian di SMA Negeri 1 Ponorogo dikarenakan
sekolah ini memiliki masalah dan potensi SMA Negeri 1 Ponorogo memiliki potensi seperti
mudahnya mendapatkan akses internet baik jaringan seluler maupun Wi-Fi sekolah, peserta
didik diperbolehkan membawa smartphone dan dapat digunakan untuk menunjang
pembelajaran, adanya LCD Proyektor di setiap kelas, dan mudahnya mendapatkan akses
memanfaatkan laboratorium komputer. Sementara masalah yang sering dijumpai terutama
dalam pembelajaran sejarah yaitu pembelajaran yang bersifat hafalan dan ceramah membuat
peserta didik menganggap sejarah menjadi membosankan dan kurang menarik
(Sayono, 2015)
. Di SMA Negeri 1 Ponorogo, metode ceramah merupakan metode yang dominan
dipakai oleh guru sejarah. Metode ini dinilai menjadi metode yang mudah digunakan karena
tidak memerlukan biaya dan waktu yang tidak banyak. Selain itu media pembelajaran yang
dipakai oleh guru sejarah didominasi penggunaan power point. Penggunaan media power
point ini dinilai kurang efektif. Hal ini dikarenakan power point hanya poin-poin dari materi
yang ada pada buku teks. Materi yang diajarkan kepada siswa kelas XI SMA Negeri 1
Ponorogo merujuk pada Kurikulum Merdeka 2023 yang berisi tentang fase F dimana peserta
didik di Kelas XI dan XII mampu mengembangkan konsep-konsep dasar sejarah untuk
mengkaji peristiwa sejarah dalam lintasan lokal, nasional, dan global. Melalui literasi,
diskusi, kunjungan langsung ke tempat bersejarah, dan penelitian berbasis proyek
kolaboratif peserta didik mampu menganalisis serta mengevaluasi berbagai peristiwa sejarah
yang terjadi di Indonesia yang dapat dikaitkan atau dihubungkan dengan berbagai peristiwa
lain yang terjadi di dunia pada periode yang sama meliputi Kolonialisme dan Perlawanan
Bangsa Indonesia, Pergerakan Kebangsaan Indonesia, Pendudukan Jepang di Indonesia,
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan,
Pemerintahan Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin, Pemerintahan Orde Baru, serta
Pemerintahan Reformasi .
Berdasarkan penelitian sebelumnya milik Isnaini (2015) yang berjudul “Komparasi
Penggunaan Media Google Earth dengan Peta Digital pada Materi Persebaran Fauna Kelas
XI IPS di SMA Negeri 1 Semarang” dari Jurnal Gografi volume 12, no 1. Perbedaan
penelitian milik Isnaini dengan peneliti terletak pada proses pembuatan peta dan konten yang
disajikan. Peta yang dibuat oleh Isnaini menggunakan peta gambar perpulau yang ada di
Indonesia dan fokusnya hanya menampilkan gambar fauna saja. Sedangkan milik peneliti,
peta yang dipakai lebih detail dengan menampilkan daerah yang memang dilewati
berdasarkan sumber yang ada dan selain terdapat gambar, peneliti juga akan menambahkan
informasi dengan menghimpunnya menjadi satu di titik tertentu.

Penelitian selanjutnya adalah milik Marsudi dkk (2020) dengan judul “Pengembangan
Video Pembelajaran Open Street Map untuk Pembuatan Peta Digital Format Shapefile
Menggunakan Spatial Manager” dari Jurnal Pendidikan Teknik Sipil volume 2, no 2.
Pengembangan yang dilakukan oleh Marsudi dkk adalah sebagai jawaban atas kurangnya
media yang dapat membantu mahasiswa dalam memperjelas materi yang dijelaskan oleh
dosen sehingga membuat kerja praktik mahasiswa terganggu. Media yang dikembangkan
tersebut digunakan untuk memberikan gambaran secara nyata atau real view sebagai upaya
untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa. Penelitian dari Marsudi dkk (2020) mengemas
peta digital tersebut dalam bentuk video pembelajaran untuk menjelaskan materi yang
dibahas. Sementara pengembangan yang peneliti lakukan adalah menggunakan peta digital
tanpa dijadikan video sehingga siswa bisa melakukan eksplorasi sendiri dengan menekan titik
yang telah diberi informasi-informasi tertentu.

Dengan pertimbangan tersebut, peneliti memilih media peta digital untuk lebih
mengenalkan materi jalur kereta api di Ponorogo dengan menggunakan aplikasi QGIS.
Dengan didukung potensi yang ada di sekolah tersebut dapat memudahkan peneliti
mengembangkan produk ini. Pengembangan media yang akan dilakukan peneliti yaitu
“Pengembangan Media Pembelajaran Sejarah Peta Digital Jalur Kereta Api Di Ponorogo
Masa Hindia Belanda Berbasis QGIS Untuk Kelas XI Di SMA Negeri 1 Ponorogo”.
Diharapkan peta digital ini dapat menjadi media pendukung dari materi yang telah ada di
buku teks.

B. Tujuan Penelitian dan Pengembangan

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penelitian ini memiliki tujuan
sebagai berikut:
1. Untuk mengembangkan media pembelajaran peta digital jalur kereta api di Ponorogo
masa Hindia Belanda berbasis QGIS untuk siswa kelas XI di SMA Negeri 1
Ponorogo
2. Untuk menguji kelayakan media pembelajaran peta digital jalur kereta api di
Ponorogo masa Hindia Belanda berbasis QGIS untuk siswa kelas XI di SMA Negeri
1 Ponorogo

C. Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Peneliti akan menjabarkan spesifikasi produk yang diharapkan bisa dibuat sebagai
tambahan fitur dalam produk peta digital tersebut antara lain:
1. Tampilan
a. Tampilan awal dari peta ini akan menggambarkan peta Kabupaten Ponorogo dan
sekitarnya.
b. Bentuk Konten
1) Peta
Peta akan menggambarkan wilayah dari Kabupaten Ponorogo terutama daerah
yang dulunya pernah dilewati jalur kereta api. Peta ini juga ditambahkan
mengenai jalur kereta dari maupun yang menuju ke kabupaten atau kota di luar
Ponorogo. Kereta api di Ponorogo melewati berbagai daerah seperti Kecamatan
Ponorogo, Kecamatan Siman, Kecamatan Jetis, Kecamatan Balong, dan
Kecamatan Slahung. Dalam tampilan peta nanti juga terdapat titik-titik stasiun
yang dulu pernah beroperasi seperti Stasiun Ponorogo, Stasiun Jetis, Stasiun
Balong, dan Stasiun Slahung.
2) Teks
Teks yang disajikan akan berisi mengenai informasi penggunaan jalur kereta
api, kesejarahan mengenai stasiun yang dilewati, dan kondisi terkini mengenai
jalur tesebut dan stasiunnya. Wilayah yang dilewati juga akan diberikan
keterangan sehingga memudahkan peserta didik mengenalinya.
3) Gambar
Gambar yang akan disajikan dalam peta ini adalah perbandingan kondisi jalur
pada saat masih digunakan dengan sekarang dan kondisi stasiun pada saat
digunakan dengan sekarang.
c. Software yang digunakan
Software yang akan digunakan dalam mengembangkan media pembelajaran peta
digital adalah QGIS. Aplikasi ini digunakan untuk membuat peta digital
2. Materi
Materi yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah Kolonialisme dan
Perlawanan Bangsa Ind onesia yang berfokus pada dampak Kolonialisme Hindia Belanda
terutama mengenai jalur kereta api di Ponorogo. Materi yang akan disajikan akan
membahas sejarah pembuatan jalur kereta api dan pemanfaatannya di masa lalu serta
dampak bagi kehidupan masyarakat saat itu. Selain itu akan disajikan penjelasan mengenai
kondisi saat ini dari jalur kereta maupun stasiun yang dulu dilewati. Kereta api di Ponorogo
melewati berbagai daerah seperti Kecamatan Ponorogo, Kecamatan Siman, Kecamatan
Jetis, Kecamatan Balong, dan Kecamatan Slahung.
D. Pentingnya Penelitian dan Pengembangan

Pentingnya penelitian dan pengembangan yang diharapkan oleh peneliti dalam


mengembangkan media ini adalah :
1. Bagi Peserta Didik
Media yang dikembangkan diharapkan mampu membantu peserta didik dalam memahami
materi jalur kereta api di Ponorogo masa Hindia Belanda melalui peta digital dengan
didukung penjelasan-penjelasan yang tertera dalam media tersebut. Setelah mengetahui
mengenai jalur kereta api di Ponorogo, peserta didik diharapan dapat mengetahui kondisi
masa sekarang mengenai jalur kereta api di Ponorogo.
2. Bagi Guru
Dengan adanya media tersebut, diharapkan media tersebut dapat membantu guru dalam
menjelaskan materi jalur kereta api di Ponorogo masa Hindia Belanda. Selain itu, media
ini diharapkan dapat membantu guru dalam mengaitkan dampak koloniaslisme bangsa
Eropa terutama Hindia Belanda di Nusantara dengan sejarah lokal Ponorogo.
3. Bagi Sekolah
Dengan adanya pengembangan media ini diharapkan menjadi langkah awal
memanfaatkan teknologi dengan membuat pengembangan media pembelajaran terutama
peta digital. Selain itu, media yang dikembangan diharapkan dapat menambah informasi
yang belum terdapat di buku teks.
4. Bagi Peneliti
Dengan mengembangkan media ini, peneliti dapat mengembangkan kemampuan dan
menerapkan ilmu yang telah dipelajari di perkuliahan. Media yang peneliti kembangkan
diharapkan dapat diterapkan pada lembaga yang membutuhkan pengembangan media
pembelajaran. Selain itu, penelitian ini memiliki manfaat bagi peneliti yaitu dapat
menambah pengalaman dalam mengembangkan media dan wawasan mengenai media
yang dibuat serta materi yang dicantumkan.

E. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian dan Pengembangan

Pengembangan media pembelajaran ini dikembangkan atas dasar asumsi antara lain:
1. Media yang dikembangkan dapat digunakan oleh peserta didik dan guru.
2. Peserta didik dan guru dapat mengoperasikan laptop atau komputer yang telah terinstal
aplikasi QGIS.
3. Sekolah memiliki fasilitas jaringan internet yang memadai untuk menggunakan media
pembelajaran.
4. Media yang dikembangkan mampu untuk menambah pengetahuan terhadap materi yang
disajikan.
Dalam pengembangan media peta digital berbasis QGIS memiliki keterbatasan dalam
penelitian dan pengembangannya seperti :

1. Media tidak dapat diakses apabila perangkat yang digunakan tidak memiliki aplikasi
QGIS sebagai sarana untuk mengakses media peta digital.
2. Media hanya dapat diakses melalui jaringan internet.
3. Media akan membuat laptop mengalami lag apabila spesifikasi laptop kurang
mendukung.
4. Keterbatasan waktu dan biaya sehingga pengembangan hanya dilakukan dengan aplikasi
dan fitur yang tidak berbayar.

F. Definisi Istilah

Definisi istilah merupakan penjelasan mengenai istilah-istilah yang digunakan


dalam penelitian sehingga dapat memberikan pengetahuan dasar bagi pembaca. Beberapa
definisi istilah yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut :
1. Penelitian dan pengembangan
Penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang bertujuan untuk
menghasilkan suatu produk serta menguji keefektifian produk tersebut
(Sugiyono, 2013)
.
2. Pembelajaran sejarah
Pembelajaran sejarah merupakan suatu studi yang membahas tentang manusia
dimasa lalu dengan segala aktivitas dalam berbagai bidang seperti sosial, politik, dan
berbagai aktivitas lainnya dengan tujuan memberikan pengetahuan pada peserta
didik tentang karakter dan nilai setiap peristiwa (Zahroa & Sumardib, 2017).
3. Media pembelajaran
Media Pembelajaran merupakan suatu yang bisa menyampaikan informasi dalam
proses pembelajaran yang bertujuan untuk memberikan rangsangan kepada peserta
didik (Arsyad, 2011).
Media pembelajaran merupakan media yang digunakan dalam proses belajar
mengajar yang berupa alat bantu yang digunakan oleh guru sebagai media untuk
menyampaikan pesan kepada peserta didik (Andriati dkk., 2016).
4. Peta digital
Peta digital merupakan peta yang digambarkan secara digital melalui komputer yang
berfungsi untuk mengetahui tempat suatu peristiwa terjadi (Razif dkk., 2022).
5. QGIS
QGIS merupakan aplikasi Geographic Information System (GIS) yang terbuka untuk
umum dan tanpa bayar yang dapat digunakan untuk mengolah dan menganalisis data
spasial (Baehaqi dkk., 2023).
QGIS merupakan salah satu program GIS yang dapat digunakan untuk membuat
peta (Adnan dkk., 2023).
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Sejarah

Menurut Zahroa dan Sumardib (2017) pembelajaran sejarah merupakan suatu studi
yang membahas tentang manusia dimasa lalu dengan segala aktivitas dalam berbagai bidang
seperti sosial, politik, dan berbagai aktivitas lainnya dengan tujuan memberikan pengetahuan
pada peserta didik tentang karakter dan nilai setiap peristiwa. Dalam proses pembelajaran
terdapat dua hal yang penting yaitu metode dan media pembelajaran. Pembelajaran sejarah
bertujuan dapat membentuk karakter, wawasan, pengetahuan dengan lingkungan dan
kehidupan berbangsa. Pembelajaran sejarah mampu untuk mengembangkan kemampuan
peserta didik untuk mengenal peristiwa di masa lalu dan nilai perjuangan para pendahulu
bangsa. Materi dalam pembelajaran sejarah harus disesuaikan dengan masa kini dan
dikembangkan untuk masa depan (Zahroa & Sumardib, 2017) . Menurut Sepriady (2016)
pembelajaran harus memosisikan peserta didik sebagai aktor utama dalam kegiatan
pembelajaran. Pembelajaran sejarah menurut Prawitasari dan Susanto (2021) pembelajaran
akan dibilang baik apabila dapat menciptakan pemikiran yang dapat mengambil nilai positif
dari peristiwa sejarah dan dapat direfleksikan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut
Asy’ari dan Haqibillah (2022)
pembelajaran sejarah berfungsi sebagai saran peserta didik untuk
mengenal perubahan dan perkembangan yang ada pada lingkungan masyarakat.

Dari penjelasan mengenai pembelajaran sejarah dapat disimpulkan bahwa proses yang
disusun untuk membimbing peserta didik untuk mengarahkan mengenai pengembangan diri
yang bertujuan untuk mengembangkan nilai-nilai karakter yang diperoleh dari peristiwa
sejarah di masa lalu.

B. Media Pembelajaran

Menurut Suryani (2016) media pembelajaran merupakan media yang digunakan


dalam proses belajar mengajar yang berupa alat bantu yang digunakan oleh guru sebagai
media untuk menyampaikan pesan kepada peserta didik. Menurut Arsyad (2011) media
Pembelajaran merupakan suatu yang bisa menyampaikan informasi dalam proses
pembelajaran yang bertujuan untuk memberikan rangsangan kepada peserta didik. Sedangkan
Mustaqim (2016) memaparkan bahwa media pembelajaran alat penghubung antara peserta
didik dengan guru dalam pembelajaran yang berisikan informasi guna menciptakan
pembelajaran yang efektif. Dalam memilih media, terdapat aspek yang harus diperhatikan,
seperti tujuan pembelajaran, karakteristik peserta didik, jenis tugas dan respon yang
diharapkan setelah pembelajaran berakhir (Zahroa & Sumardib, 2017) . Wati (2019)
memberikan pengertian mengenai media pembelajaran yaitu alat yang mampu memberikan
rasa percaya kepada peserta didik terhadap materi yang disampaikan dalam media
pembelajaran sehingga mampu menarik perhatian dari peserta didik. Dari berbagai penjelasan
tersebut, disimpulkan bahwa media pembelajaran alat yang digunakan untuk menyampaikan
materi pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya untuk mrncapai tujuan pembelajaran.
Penggunaan media pembelajaran diharapkan mampu menarik minat peserta didik dalam
mempelajari materi yang disampaikan melalui media pembelajaran.

Menurut Jauhari (2018) pengklasifikasian media pembelajaran secara singkat


disebutkan sebagai berikut media grafis, media audio, media proyeksi diam (bisa visual saja
atau disertai audio), dan media permainan dan simulasi. Irmawan mengelompokkan media
pembelajaran berdasakan cara media tersebut digunakan yaitu menggunakan penglihatan,
pendengaran, dan mengkombinasikan keduanya. Pengklasifikasian media pembelajaran dapat
dikelompokkan dalam tiga hal utama yaitu media cetak, media audio-visual, dan media yang
digabungkan dalam suatu perangkat keras. Media cetak mengarah pada penggunaan buku,
majalah, dan koran sebagai sumber belajar. Lalu audio visual banyak dijumpai dalam kaset
dan rekaman video. Terakhir media hasil gabungan dapat memasukkan bahan cetak yang
nantinya bisa diberikan tambahan efek visual dan juga audio yang dibuat melalui perangkat
lunak komputer (Arsyad, 2011)
Fungsi media pembelajaran menurut Wati (2019) dijabarkan menjadi empat yaitu
atensi, afektif, kognitif, kompensatoris. Dalam fungsi atensi ini, media pembelajaran
difokuskan sebagai alat yang ditujukan untuk menuntun siswa memperhatikan atau
berkonsentrasi terhadap materi yang ditampilkan dalam media tersebut sehingga pesan yang
disampaikan dapat diterima dengan baik oleh siswa. Fungsi afektif berkaitan dengan
kenyamanan, perasaan, dan emosi siswa saat mempelajari materi. Perasaan tersebut
digunakan untuk meningkatkan antusias siswa dalam menyimak pembelajaran yang
disampaikan dalam media yang disediakan. Sehingga siswa mampu untuk memaknai materi
yang disajikan. Fungsi kognitif berkaitan dengan apa yang ditampilkan dalam media
pembelajaran mampu untuk menambah pengetahuan, memahami materi, dan mengingat
setiap informasi yang disampaikan sehingga tujuan dari pembelajaran dapat diakomodir oleh
media yang telah dibuat. Fungsi kompensatoris merupakan fungsi media sebagai alat bantu
siswa yang kurang mampu dalam menangkap informasi atau materi yang diajarkan dengan
cara atau metode tanpa media pembantu yang tepat. Media yang dikembangkan nantinya
harus mampu mengakomodasi siswa-siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda agar bisa
menangkap informasi yang sama. Nurdyansyah (2019) memaparkan fungsi dari media
pembelajaran yaitu meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran. meningkatkan
gairah dan motivasi belajar. meningkatkan minat dan motivasi belajar. menjadikan peserta
didik berinteraksi langsung dengan kenyataan. mengatasi modalitas belajar peserta didik yang
beragam. mengefektifkan proses komunikasi dalam pembelajaran. meningkatkan kualitas
pembelajaran. Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa fungsi media pembelajaran
antara lain sebagai alat bantu penyampaian pesan dari guru pada peserta didik, meminimalisir
perbedaan penafsiran terhadap suatu bahan ajar, membantu meningkatkan motivasi dan
keinginan untuk belajar, pengefisiensian waktu dan tenaga, membantu peserta didik
berinteraksi langsung tidak hanya dengan teori namun juga dengan keadaan nyata, kegiatan
pembelajaran menjadi interaktif, dan guru diarahkan untuk lebih produktif pada
pengembangan selanjutnya.

C. Peta Digital

Menurut Razif dkk. (2022) peta digital merupakan peta yang digambarkan secara
digital melalui komputer yang berfungsi untuk mengetahui tempat suatu peristiwa terjadi.
Menurut Hati dkk. (2013) peta digital merupakan tiruan gambaran bumi yang ditampilkan
secara digital serta diperkecil dengan mengikuti skala tertentu menggunakan sistem proyeksi.
Sedangkan menurut Lail dan Kusuma (2015) peta digital adalah suatu proses kompilasi data
yang dikonversi ke dalam bentuk gambar digital. Tujuan utamanya adalah menciptakan peta
yang menyajikan representasi akurat dari suatu wilayah tertentu. Proses pemetaan dapat
dilakukan menggunakan aplikasi komputer, contohnya Google Earth, dan bahkan dengan
menggunakan Global Positioning System (GPS). Peta digital pada awalnya memiliki fungsi
dasar yang serupa dengan peta analog, di mana keduanya memberikan "pandangan virtual"
dari jalan umum yang tergambar oleh medan sekitarnya. Kesimpulan dari pendapat mengenai
peta digital adalah gambaran permukaan bumi yang dimunculkan serta diperkecil dalam
bentuk gambar pada program komputer tertentu. Fungsi pokoknya adalah menciptakan peta
yang memberikan representasi yang akurat dari suatu wilayah tertentu. Peta digital digunakan
sebagai media pembelajaran untuk mengetahui titik-titik tertentu. Dengan menggunakan peta
digital, diharapkan rasa ingin tahu alami peserta didik akan mendorong mereka untuk
menggunakan indera dan kemampuan kognitif mereka dalam mengeksplorasi nilai-nilai
berharga dari sejarah. Pemanfaatan peta digital sebagai alat komunikasi tentang peristiwa
pada waktu tertentu membuka pintu bagi peserta didik untuk belajar. Ada dua alasan utama
penggunaan peta dalam pembelajaran sejarah, yaitu sebagai ilustrasi atau peraga yang
membantu siswa memahami topik atau pembahasan. Jika guru memilih untuk tidak
menggunakan peta atau atlas, hal tersebut dapat diartikan bahwa guru menganggap peserta
didik sudah mampu membayangkan isi peta dalam pikirannya, serta sebagai sumber belajar
sejarah yang terkait secara khusus dengan peristiwa-peristiwa bersejarah seperti peperangan,
migrasi, jalur perdagangan, dan sebagainya (Sari, 2017).

Komponen utama peta digital menurut Welianto & Nailufar (2022) yaitu:

a. Judul Peta
Judul peta merupakan identitas utama yang memuat isi atau gambaran peta. Biasanya
terletak di bagian atas peta dan berfungsi sebagai penarik perhatian pembaca sebelum
melihat detail peta.
b. Garis Tepi Peta
Garis tepi peta adalah batas-batas ruang peta, umumnya berbentuk segi empat dan
disarankan untuk dibuat rangkap. Garis ini membantu membatasi ruang peta dan
memudahkan penempatan elemen-elemen lainnya.
c. Garis Astronomis
Terdiri dari garis lintang dan garis bujur, berguna untuk menentukan posisi absolut suatu
objek pada peta utama. Koordinat garis astronomis biasanya digambarkan dengan garis
pendek yang memotong garis tepi.
d. Petunjuk Arah/Tanda Orientasi/Arah Mata Angin:
Menunjukkan arah mata angin seperti utara, timur laut, timur, tenggara, selatan, barat
daya, barat, dan barat laut. Berbentuk tanda panah atau simbol lainnya yang menunjukkan
arah utara pada peta.
e. Inset
Peta kecil yang menunjukkan lokasi daerah yang dipetakan dalam konteks yang lebih
luas. Disisipkan di sisi kiri, kanan, atau bawah peta untuk memberikan informasi
tambahan dan memperjelas bagian tertentu.
f. Skala Peta
Angka yang menunjukkan perbandingan jarak sesungguhnya dengan jarak pada peta.
Terletak di bawah judul peta, skala penting untuk mengukur jarak sebenarnya di
lapangan.
g. Simbol Peta
Lambang atau simbol yang digunakan untuk menandai fenomena atau objek pada peta,
dengan makna yang mudah dipahami oleh pengguna.
h. Legenda
Keterangan dari simbol-simbol peta yang menjelaskan makna dan penggunaan setiap
simbol. Biasanya terletak di sisi kiri atau kanan bagian bawah peta.
i. Sumber Peta
Informasi tentang asal-usul peta, memberikan pembaca wawasan tentang dari mana data
peta berasal.
j. Tahun Pembuatan

Menunjukkan tahun pembuatan peta, penting untuk peta-peta tematik yang


menggambarkan data yang dapat berubah seiring waktu. Tahun pembuatan memengaruhi
akurasi data pada peta.

D. QGIS

Menurut Baehaqi dkk. (2023) QGIS merupakan aplikasi Geographic Information

System (GIS) yang terbuka untuk umum dan tanpa bayar yang dapat digunakan untuk
mengolah dan menganalisis data spasial. Sedangkan pendapat Adnan dkk. (2023) QGIS
merupakan salah satu program GIS yang dapat digunakan untuk membuat peta. Menurut
Indonesia Geospasial , perangkat lunak Geographic Information System (GIS) bernama
Quantum GIS (QGIS) merupakan sebuah aplikasi gratis dan sumber terbuka yang digunakan
untuk menampilkan, mengelola, dan menganalisis data geografis. Pengembangan QGIS
dilakukan oleh tim pengembang global yang mendapat dukungan dari organisasi non-profit,
yaitu OSGeo (Open Source Geospatial Foundation). QGIS dapat memvisualisasikan data
spasial dalam berbagai format, termasuk file vektor dan raster, dan memiliki kemampuan
untuk melakukan analisis spasial seperti overlay dan query spasial. Selain itu, QGIS
menyediakan beragam alat untuk pembuatan dan pengeditan data vektor, serta pembuatan
peta tematik dengan variasi legenda dan skala. Aplikasi ini mendukung penggunaan berbagai
plugin yang dikembangkan oleh komunitas, yang dapat meningkatkan fungsionalitas dan
kapabilitas QGIS. QGIS dapat diakses pada berbagai platform, termasuk Windows, Mac OS
X, dan Linux. Dari ketiga pendapat tersebut disimpulkan bahwa QGIS merupakan aplikasi
yang dapat digunakan untuk membuat peta dan mengolah serta menganalisis data spasial
yang terbuka untuk umum dan gratis.
Aplikasi QGIS ini memiliki kelebihan, kelebihan aplikasi ini menurut
(Mahardhika, 2015)
adalah:

a. Dapat Membuka Banyak Jenis Data Spasial


QGIS dapat membuka berbagai jenis data spasial dari berbagai sumber dengan
menggunakan bahasa pemrograman yang mendukung fleksibilitas ini. Hal ini
memudahkan pengguna dalam mengakses dan menggunakan data yang mungkin tidak
dapat dibuka dengan mudah di platform lain.
b. Tampilan QGIS Simpel dan User Friendly
Antarmuka pengguna QGIS dirancang dengan sederhana dan ramah pengguna,
membuatnya mudah digunakan terutama bagi pengguna baru atau yang belum terlalu
berpengalaman. Pilihan add data yang sesuai dengan jenis data memudahkan proses
penggunaan.
c. Lisensi dan Open Source
Kelebihan utama QGIS adalah status open source-nya. Ini memungkinkan siapa saja
untuk menggunakan perangkat lunak ini tanpa melanggar aturan atau harus membayar
lisensi. Pengguna dapat mengunduh dan menginstal QGIS tanpa biaya tambahan, serta
menggunakan berbagai alat dan plugin secara gratis.
d. Remote Sensing Processing Tool yang lebih baik
QGIS memiliki plugin semi-automatic classification yang mempermudah pengguna
dalam mengunduh dan mengklasifikasikan data Landsat secara semi otomatis. Orfeo
Toolbox dan LASTools memberikan kemampuan pengolahan data remote sensing yang
lebih luas dan efisien.
e. GeoCoding dan Alat Data Konversi di QGIS Gratis
QGIS menyediakan plugin GeoCoding seperti MMQGIS dan Geo Code secara gratis. Ini
memungkinkan pengguna untuk melakukan GeoCoding tanpa biaya tambahan, berbeda
dengan beberapa platform lain yang mungkin memerlukan pembayaran untuk layanan
serupa. Selain itu, alat konversi geometri di QGIS dapat digunakan tanpa lisensi
tambahan, memberikan keleluasaan dalam mengelola dan mengonversi data.

E. Jalur Kereta Api di Ponorogo

Untuk menunjang pengiriman hasil pertanian dan mobilitas masyarakat wilayah


Ponorogo diperlukan suatu sistem transportasi yang terintregasi khususnya pada sektor
perkereta apian. Pada tahun 1873, pemerintah Kolonial Hindia Belanda mengeluarkan izin
pembangunan jalur kereta Madiun-Ponorogo (Damayanti, 2011) . Tetapi dalam
pelaksanaannya pembangunan jalur kereta api Madiun-Ponorogo mengalami keterlambatan.
Hal ini disebabkan karena pada akhir 1890-an Kota Madiun mengalami pertambahan jumlah
penduduk dan bertambahnya bangunan pemukiman. Namun setelah dikaji ulang, proyek
pembangunan jalur ini dilanjutkan sehingga pada 15 Mei 1907 Staatsspoorwagen (SS)
meresmikan jalur Madiun-Mlilir. Kemudian pada 1 September 1907 meresmikan jalur kereta
api Mlilir-Ponorogo. Selama beroperasi, sebagian pengguna kereta api pada jalur ini adalah
pedagang yang menjual barang dagangannya ke pasar. Jalur ini juga digunakan untuk
mengangkut bahan produksi maupun hasil produksi dari Pabrik Gula Pagotan dan Pabrik gula
Kanigoro. Selain itu jalur ini juga digunakan untuk mengangkut kapur dari Slahung
(Damayanti, 2011) . Pada 1 November 1907 dilanjutkan jalur kereta api dari Ponorogo
menuju Balong yang tujuan perpanjangan jalur ini untuk mempermudah pengangkutan hasil
tambang berupa kapur dari Slahung. Pada awal perencanaan, stasiun Balong direncanakan
menjadi stasiun terakhir namun dengan meningkatnya pengangkutan kapur dari Slahung
maka jalur kereta api dilanjutkan dari Balong menuju Slahung yang pembangunannya
berakhir pada tahun 1922 (Damayanti, 2011). Jalur Madiun-Ponorogo ditutup pada tahun
1984 karena kalah saing dengan angkutan umum dan kendaraan pribadi yang mulai marak
pada saat itu. Meski perencanaan penutupan jalur ini dari tahun 1982 namun baru berhasil
dilakukan pada tahun 1984 karena masih ada beberapa lokomotif yang masih beroperasi.
Lokomitif terakhir yang beroperasi yaitu lokomotif B5007.

F. Kerangka Berpikir

Mata pelajaran sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang penting diajarkan
pada peserta didik di berbagai jenjang salah satunya adalah sekolah menengah atas, namun
terdapat beberapa masalah yang menyebabkan mata pelajaran sejarah menjadi kurang
diminati peserta didik. Berangkat dari latar belakang, masalah dalam pembelajaran sejarah
antara lain pembelajaran sejarah yang membosankan siswa sehingga siswa tidak mampu
untuk berkonsentrasi menerima pesan yang disampaikan. Masalah selanjutnya adalah metode
yang digunakan dalam menyampaikan materi sejarah cenderung dilakukan dengan metode
ceramah yang menjadi metode lama dalam menjelaskan materi di berbagai mata pelajaran.
Paparan yang telah dijelaskan di atas membuat peneliti memiliki pemikiran untuk
mengembangkan media yang mampu membantu dalam pembelajaran sejarah khususnya pada
materi jalur kereta api di Ponorogo masa Hindia Belanda. Media yang dipilih adalah peta
digital karena peta digital dianggap mampu untuk memberikan penjelasan terhadap materi.
Selain itu, peta digital juga sesuai untuk menjelaskan secara rinci mengenai lokasi dan
kondisinya baik di masa lalu maupun sekarang. Berikut kerangka berpikir yang dibuat dalam
sebuah peta konsep perencanaan pengemabngan media pembelajaran

Pembelajaran Sejarah di SMA Negeri Ponorogo

Permasalahan Pembelajaran:
1. Pembelajaran sejarah Potensi Pembelajaran:
dianggap sebagai mata
1. Siswa memiliki akses
pelajaran yang
pada Wi-Fi sekolah.
membosankan.
2. Siswa diperbolehkan
2. Guru menggunakan
menggunakan
metode ceramah
laboratorium komputer
dalam menyampaikan
untuk pembelajaran.
materi.
3. Siswa dibebaskan
3. Siswa menjadi pasif
membawa smartphone.
dalam pembelajaran
sejarah.

Pengembangan Media Pembelajaran Sejarah Peta Digital Jalur Kereta Api


Di Ponorogo Masa Hindia Belanda Berbasis QGIS Untuk Kelas XI Di
SMA Negeri 1 Ponorogo

Gambar
Gambar1.1.Kerangka
KerangkaBerpikir
Berpikir
BAB III

METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

A. Model Penelitian dan Pengembangan

Penelitian yang digunakan pada proposal ini menggunakan metode Research and
Development (R&D). Metode R&D adalah metode penelitian dalam mengembangkan suatu
produk yang dapat dipakai dalam dunia ilmu pengetahuan setelah dilakukan validasi
(Sugiyono, 2013). Metode penelitian dan pengembangan dilakukan berdasarkan hasil analisis
terhadap kebutuhan yang ada dalam masyarakat dan menguji keefektifan dari hasil
pengembangan melalui uji efektifitas suatu produk oleh peneliti (Sugiyono, 2013). Produk
dari metode ini, bisa terus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan zaman. Dari penjelasan
tersebut, metode penelitian dan pengembangan merupakan metode yang digunakan dalam
menciptakan suatu produk yang telah divalidasi dan siap untuk diaplikasikan sesuai
kebutuhan yang ada dalam masyarakat.
Produk yang dikembangan dalam penelitian dan pengembangan ini berupa peta digital
pada materi dampak kolonialisme Hindia Belanda di Ponorogo. Peta digital ini berfokus pada
jalur kereta api di Ponorogo. Model penelitian dan pengembangan pada pembuatan media
pembelajaran peta digital menggunakan 10 langkah penelitian dan pengembangan milik
Sugiyono (2013) yang terdiri dari potensi dan masalah, pengumpulan data, desain produk,
validasi desain, revisi desain, uji coba produk, revisi produk, uji coba pemakaian, revisi
produk, dan produksi massal.

Potensi dan Pengumpulan Desain Validasi


Masalah Data Produk Desain

Ujicoba Revisi Ujicoba


Revisi Desain
Pemakaian Produk Produk

Revisi Produksi
Produk Massal

Gambar 2. Langkah-langkah dalam Metode R&D Milik Sugiyono


Sumber: (Sugiyono, 2013)
B. Prosedur Penelitian dan Pengembangan

Langkah-langkah yang ada pada penelitian R&D milik Sugiyono memiliki sepuluh
komponen. Namun pada tahap produksi massal, ada hal yang harus di penuhi agar media
dapat digunakan dalam jumlah besar yaitu pengguna dalam hal ini siswa harus memiliki
software QGIS dari peneliti untuk diinstal pada perangkat keras milik siswa.
1. Potensi dan Masalah
Pada tahap pertama, peneliti mengidentifikasi potensi yang dimiliki sekolah dan
masalah yang terdapat pada pembelajaran sejarah di sekolah. Potensi yang dimiliki oleh
sekolah antara lain memperbolehkan siswa menggunakan infrastruktur sekolah seperti
laboratorium komputer untuk program belajar mengajar, siswa juga diperbolehkan
mengakses Wi-Fi sekolah secara bebas untuk pembelajaran, dan siswa juga diperbolehkan
menggunakan smartphone di lingkungan sekolah untuk menunjang pembelajaran.
Potensi-potensi tersebut menurut peneliti cukup untuk memberikan solusi terhadap
permasalahan pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Ponorogo. Masalah yang terdapat
di sekolah bisa berupa aktivitas pembelajaran antara guru dan peserta didik atau media
dengan peserta didik. Masalah yang terjadi pada pembelajaran sejarah di kelas XI MIPA
9 SMA Negeri 1 Ponorogo antara lain pembelajaran sejarah yang membosankan,
pembelajaran sejarah masih didominasi dengan cara ceramah dalam penyampaian
informasi, dan keterbatasan dalam melakukan pembelajaran di lapangan sehingga media
masih didominasi dengan power point. Berangkat dari masalah-masalah yang ditemukan,
maka memunculkan potensi untuk dikembangkan suatu media pembelajaran baru yang
mampu untuk membantu mengatasi masalah pada pembelajaran sejarah di sekolah.
2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah menemukan masalah yang terjadi dalam


pembelajaran sejarah. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi. Data
awal yang diperoleh adalah data mengenai kebutuhan siswa dan permasalahan dalam
pembelajaran. Setelah itu data yang diperlukan juga membahas tentang kevalidan dan
kelayakan media kepada ahli media untuk digunakan sebagai sarana pembelajaran dalam
kelas.
3. Desain Produk
Tahap selanjutnya adalah mendesain produk yang akan dikembangkan. Tahap
desain produk harus memperhatikan penggunaan media dan juga konten yang ingin
disajikan. Penggunaan media ini harus memperhatikan kondisi yang ada di sekolah
seperti pertimbangan media tersebut bisa digunakan atau tidak di sekolah. Lalu untuk
konten harus disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku di sekolah.

Tabel 1 Desain Media

No Desain Media Pembelajaran Keterangan

1. Tampilan awal dari QGIS


yang belum mengalami
1 pengeditan. Nomor 1
merupakan bagan tempat

2 mengedit dengan beberapa


3
pilihan item. Nomor 2
merupakan peta yang
belum diberikan editan.
Nomor 3 merupakan
riwayat pengeditan

2. Gambaran peta yang telah


diberikan ilustrasi garis
1 dan penanda titik. Garis
dengan warna biru

2 merupakan jalur kereta api


3
dan percabangan jalurnya

3. Gambaran peta yang telah


selesai diedit.

5
4. Validasi Desain
Validasi desain dilakukan oleh orang yang ahli di bidangnya. Para validator akan
melakukan pengecekan terhadap desain dari produk yang akan dikembangkan, baik dari
segi materi maupun media.
5. Revisi Desain
Pada tahap ini desain yang telah divalidasi oleh pakar dan didiskusikan dengan
peneliti akan diperbaiki jika ditemukan kekurangan atau kelemahan. Sehingga ketika
masuk ke proses uji coba, kelemahan yang ada bisa diminimalisir atau bahkan
dihilangkan.
6. Uji Coba Produk
Tahap uji coba produk pertama menggunakan sekitar 5-6 siswa kelas XI MIPA 9
sebagai sampel penelitian. Dari uji coba pertama ini, peneliti ingin melihat adanya
kekurangan dari media yang dikembangkan ketika dioperasikan oleh beberapa siswa.
Setelah siswa mengoperasikannya, maka siswa akan diberikan angket untuk menilai serta
memberikan komentar atas media yang telah digunakan. Angket menggunakan skala 1-5
untuk produk media.
7. Revisi Produk
Revisi produk ini berangkat dari penilaian dan komentar siswa terhadap media
yang digunakan. Revisi pada tahap ini lebih menjadi acuan sebelum media bisa digunakan
oleh subjek dengan jumlah yang lebih besar.
8. Uji Coba Pemakaian

Tahap selanjutnya adalah uji coba pemakaian dimana uji coba pemakaian ini
menggunakan seluruh siswa kelas XI MIPA 9 untuk mencoba mengoperasikan media
yang telah dibuat. Pengoperasian bisa dilakukan di laptop masing-masing individu atau
meminjam laboratorium sekolah sebagai tempat uji coba. Peneliti akan memberikan
arahan secara garis besar setelah itu peserta didik dapat mengoperasikan secara mandiri.
Terakhir, peneliti akan kembali menyebarkan angket untuk menilai kelayakan media yang
digunakan dalam pembelajaran sebagai acuan untuk merevisi produk tersebut. Pada
penilaian kedua ini, akan menilai media serta konten yang disajikan.
9. Revisi Produk
Revisi produk ini berangkat dari penilaian dan komentar siswa terhadap media
yang digunakan. Revisi pada tahap ini lebih menjadi acuan sebelum media bisa digunakan
oleh subjek dengan jumlah yang lebih besar.

10. Produksi Massal

Pada tahap produksi massal, ada hal yang perlu dipenuhi terlebih dahulu sebelum
media digunakan dalam skala besar. Hal tersebut adalah perangkat keras milik siswa
maupun sekolah harus telah memiliki akses pada QGIS yang telah peneliti miliki ataupun
dengan mengunduh sendiri. Jika sekolah ataupun perangkat tidak memiliki akses QGIS
maka media tidak dapat digunakan dan hanya berhenti pada produksi akhir. Selain itu
software yang harus dimiliki, siswa dan sekolah harus memiliki tautan materi yang telah
disusun oleh peneliti untuk dapat mengakses konten yang telah peneliti buat.
C. Uji Coba Produk

1. Desain Uji Coba


Setelah mendapatkan validasi dari ahli media dan ahli materi, uji coba selanjutnya
dilakukan dengan menguji coba terhadap dua jenis kelompok yaitu kelompok kecil dan
besar. Kelompok kecil menggunakan 5-6 siswa sebagai subjek yang menilai pada bagian
media. Penilaian pada media ini untuk mengidentifikasi apakah terdapat gangguan berupa
bug, lagging, atau semacamnya ketika dioperasikan dalam waktu yang lama diiringi
dengan jumlah subjek yang lebih dari satu. Uji coba kedua dilakukan dengan kelompok
besar dengan menggunakan keseluruhan murid dari kelas yang telah ditentukan. Pada
penilaian uji coba kelompok besar, penilaian terdiri dari penilaian media dan konten atau
materi yang disajikan. Kedua penilaian ini menggunakan angket sebagai cara untuk
mengumpulkan data tentang produk.
2. Subjek Coba

Subjek uji coba adalah siswa kelas XI MIPA 9 SMA Negeri 1 Ponorogo. Uji coba
pada peserta didik dilakukan pada siswa kelas XI MIPA 9 di SMA Negeri 1 Ponorogo.
Pemilihan kelas didasarkan pada materi yang masuk pada materi kelas XI. Selain itu, kelas
XI MIPA 9 juga direkomendasikan karena media yang digunakan selama pembelajaran
masih didominasi oleh power point. Pada tahap uji coba produk, beberapa siswa kelas XI
MIPA 9 dijadikan sebagai sampel penelitian untuk menguji media terlebih dahulu sebelum
media digunakan dalam skala yang lebih besar.
3. Jenis Data
Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu kualitatif dan kuantitatif. Kualitatif
didapat melalui penilaian tim ahli dan wawancara terhadap guru pengampu mata pelajaran
sejarah di SMA Negeri 1 Ponorogo. Lalu data kuantitatif didapat melalui angket dengan
rentang 1-5 yang menghasilkan persentase berbeda di tiap rentang tersebut. Data yang
didapat antara lain:

a. Penilaian terhadap desain media dan kesesuaian konten pada media.


b. Kegiatan pembelajaran sejarah di sekolah tersebut.
c. Inovasi terhadap media pembelajaran sejarah.
4. Instrumen Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian pengembangan ini terbagi menjadi dua yaitu
observasi, wawancara dan sebaran angket. Sebelum melakukan wawancara dan
menyebarkan angket, peneliti harus mempertimbangkan terlebih dahulu penilaian dan
saran dari ahli media dan ahli materi. Saran tersebut akan menjadi rambu-rambu untuk
pengembangan media.
a. Pedoman Observasi
Observasi pada pengembangan media ini dilakukan dengan terjun langsung ke
lapangan yaitu SMA Negeri 1 Ponorogo sebagai tempat observasi. Pada observasi ini
melihat infrastruktur pembelajaran yang ada di SMA Negeri 1 Ponorogo meliputi
laboratorium sekolah dan kondisi pembelajaran di SMA Negeri 1 Ponorogo. (Lihat
Lampiran 1)
b. Pedoman Wawancara
Wawancara pada pengembangan media ini dilakukan kepada seorang guru yang
mengampu mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Ponorogo. Pada wawancara ini
fokus dari peneliti adalah ingin mengetahui bagaimana pembelajaran di SMA tersebut
seperti metode pembelajaran, kesulitan belajar, penggunaan media yang sering dipakai
dalam pembelajaran, dan keefektifan media tersebut. (Lihat Lampiran 2)
c. Angket
Pada tahap selanjutnya, peneliti menyebarkan angket pada siswa sebagai acuan dalam
pengembangan media. Penyebaran angket ini dilakukan melalui guru mata pelajaran
sejarah yang nantinya disebarkan pada siswa sesuai arahan dari guru tersebut. Data
pada angket tersebut mencakup kesulitan dan masalah siswa terhadap materi,
penggunaan media dan metode penyampaian pada materi, inovasi media dalam
penyampaian materi, dan kegunaan inovasi media. (Lihat Lampiran 3)
5. Teknik Analisis Data

Data yang telah didapat dari wawancara dan angket, selanjutnya akan dianalisis.
Analisis data ini terbagi menjadi tiga antara lain:
a. Analisis Data Ahli
Analisis data ahli didapat dengan mencermati setiap masukan, kritik, dan saran yang
diberikan oleh ahli, baik ahli media atau ahli materi. Kedua tanggapan dari para ahli
tersebut akan dijadikan bahan evaluasi pada pengembangan media.
b. Analisis Data Wawancara
Analisis data wawancara didapat melalui jawaban narasumber terkait pertanyaan yang
telah dibuat. Jawaban tersebut harus dianalisis dengan cermat karena tidak menyajikan
data berupa angka sehingga peneliti harus dapat menyimpulkan apakah media tersebut
dapat digunakan sebagai alat bantu pembelajaran.
c. Analisis Data Angket
Data pada angket ini berbentuk persentase dengan menggunakan acuan Skala
Likert. Skala Likert ini memuat jawaban pada setiap butir pertanyaan atau instrumen
dengan jawaban sangat baik hingga sangat buruk (Sugiyono, 2013). Skala Likert pada
penelitian ini sebagai berikut:
No Jawaban (Skor) Keterangan

1. SS (5) Sangat Setuju

2. S (4) Setuju

3. C (3) Cukup

4. KS (2) Kurang Setuju

5. STS (1) Sangat Tidak Setuju

Tabel 2. Skala Likert


Sumber: (Sugiyono, 2013)
Dari skor yang didapat dalam setiap instrumen soal, dapat dihitung menggunakan rumus
untuk mengetahui berapa persentase jawaban setiap pertanyaan. Rumusnya:
x
P= × 100
y
Rumus 1. Rumus Menghitung Persentase (dengan Penyesuaian)
Sumber: (Sugiyono, 2013)
Ket:
P = Persentase (%)
x = Jumlah skor per butir soal tiap siswa
y = konstanta ideal
100 = persen
Dari perhitungan di atas, maka akan didapatkan tingkat ketercapaian dalam bentuk interval
persentase seperti pada tabel berikut:

No Interval Persen Ket. Valid Ket. Efektif

1. 81% - 100% Sangat valid Sangat efektif

2. 61% - 80% Valid Efektif

3. 41% - 60% Cukup valid Cukup efektif

4. 21% - 40% Kurang valid Kurang efektif

5. 0% - 20% Sangat kurang valid Tidak efektif

Tabel 3 Interval Persentase dengan Keterangan


Sumber: (Purnamasari, 2019)
Lampiran 1: Pedoman Observasi

Lampiran 2: Pedoman Wawancara


Lampiran 3: Instrumen Pengumpulan Data
Daftar Rujukan

Adnan, A., Wanti, S. K. R., Purba, W. L. S., Saputra, R., Marwansyah, F., Absari, D., Marseliani,
K., Delfira, N. F., Syafitri, S. N., & Hia, W. (2023). Creating A Digital Thematic Map Based
On Spatial Data In Alahair Village Using The QGIS 3.22. 4 Application. Indonesian Journal
Of Advanced Social Works, 2(5), 353–360.
Agustinova, D. E. (2018). Penerapan Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Sejarah Pada Sekolah
Menengah Atas. ISTORIA Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Sejarah, 14(1).
Andriati, Y., Susanti, L. R. R., & Hudaidah, H. (2016). Pengembangan Media Powtoon Berbasis
Audiovisual Pada Pembelajaran Sejarah. CRIKSETRA: Jurnal Pendidikan Sejarah, 5(1).
Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Asy’ari, F. H., & Haqibillah, M. Z. (2022). PEMANFAATAN TEKNOLOGI (LCD DAN
APLIKASI POWER POINT) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK
DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH. Kalpataru: Jurnal Sejarah Dan Pembelajaran
Sejarah, 8(1).
Baehaqi, R. N., Irawan, A. S. Y., & Juardi, D. (2023). Penerapan Sistem Informasi Geografis
Dengan Tools Qgis Dalam Pemetaan Penurunan Lahan Pertanian Kabupaten Karawang
(Studi Kasus Kabupaten Karawang). Innovative: Journal Of Social Science Research, 3(3),
7002–7017.
Cholik, C. A. (2017). PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
UNTUK MENINGKATKAN PENDIDIKAN DI INDONESIA. Syntax Literate; Jurnal
Ilmiah Indonesia, 2(6), 21–30.
Damayanti, G. E. (2011). Kereta Api Jalur Madiun-Ponorogo Tahun 1907-1984 Dan Nilai
Pendidikannya. Universitas Negeri Malang.
Hasan, S. H. (2012). Pendidikan Sejarah Untuk Memperkuat Pendidikan Karakter. Paramita:
Historical Studies Journal, 22(1).
Hati, G. M., Suprayogi, A., & Sasmito, B. (2013). Aplikasi Penanda Lokasi Peta Digital Berbasis
Mobile GIS Pada Smartphone Android. Jurnal Geodesi Undip, 2(4).
Indonesia Geospasial. (T.T.). Pilih Arcgis Atau Qgis. Mana Yang Lebih Baik? Indonesia-
Geospasial.Com.
Isnaini, N. (2015). Komparasi Penggunaan Media Google Earth Dengan Peta Digital Pada Materi
Persebaran Fauna Kelas XI IPS Di SMA Negeri 1 Semarang. Jurnal Geografi: Media
Informasi Pengembangan Dan Profesi Kegeografian, 12(1), 52–61.
Jauhari, M. I. (2018). Peran Media Pembelajaran Dalam Pendidikan Islam. Piwulang: Jurnal
Pendidikan Agama Islam, 1(1), 54–67.
Kurniati, N., Tampubolon, B., Hari, L. M., Program, C., Pendidikan, S., Fkip, G., & Pontianak, U.
(2019). PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA SIG DENGAN APLIKASI QGIS PADA
PEMBELAJARAN GEOGRAFI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA.
Lail, J. (2015). Peta Digital Dusun Sentono. Asian Journal Of Innovation And Entrepreneurship
(AJIE), 4(01), 50–53.
Mahardhika, H. (2015, Agustus 13). QGIS Vs Arcgis. Openstreetmap.Or.Id.
Marsudi, I., Ramadani, F. Y., Rochmadi, S., Raharjo, N. E., & Hidayat, N. (2020).
PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN OPEN STREET MAP UNTUK
PEMBUATAN PETA DIGITAL FORMAT SHAPEFILE MENGGUNAKAN SPATIAL
MANAGER. Jurnal Pendidikan Teknik Sipil, 2(2), 190–196.
Mustaqim, I. (2016). Pemanfaatan Augmented Reality Sebagai Media Pembelajaran. Jurnal
Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan, 13(2), 174–183.
Nurdyansyah. (2019). Media Pembelajaran Inovatif. UMSIDA Press.
Prawitasari, M., & Susanto, H. (2021). Retrogresi Penggunaan Media Daring Dalam Pembelajaran
Sejarah Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Education And Development, 9(4), 173–177.
PURNAMASARI, N. L. (2019). Metode Addie Pada Pengembangan Media Interaktif Adobe
Flash Pada Mata Pelajaran Tik. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Anak Sekolah Dasar,
5(1), 23–30.
Razif, R. M. M., Jati, S. S. P., & Yaskhudi, A. K. (2022). Pengembangan Media Pembelajaran
Peta Digital Berbasis Thinglink Materi Sejarah Kerajaan Islam Sumatra Di SMAN 2 Malang.
Historiography: Journal Of Indonesian History And Education, 2(4), 603–617.
Sari, M. (2017). Peta Digital: Inovasi Pembelajaran Produktif Abad 21 Dengan Smartphone
Dalam Pembelajaran Sejarah. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pendidikan.
Sayono, J. (2015). Pembelajaran Sejarah Di Sekolah: Dari Pragmatis Ke Idealis. Jurnal Sejarah
Dan Budaya, 7(1), 9–17.
Sepriady, J. (2016). Contextual Teaching And Learning Dalam Pembelajaran Sejarah.
KALPATARU: Jurnal Sejarah Dan Pembelajaran Sejarah, 2(2), 100–110.
Sugiyono, D. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.
Suryani, N. (2016). Pengembangan Media Pembelajaran Sejarah Berbasis It. Sejarah Dan
Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, Dan Pengajarannya, 10(2), 186–196.
Wati, E. R. (2019). Ragam Media Pembelajaran.
Welianto, A., & Nailufar, N. N. (2022). Peta: Arti, Fungsi Dan Jenisnya .
Zahroa, M., & Sumardib, M. (2017). The Implementation Of The Character Education In
History Teaching. Jurnal Historica, 1(5).

Anda mungkin juga menyukai