Anda di halaman 1dari 100

Kurikulum dan Petunjuk Teknis

Pelaksanaan Pengkaderan
Angkatan Muda Rifa’iyah (AMRI)

Dilengkapi Pedoman Organisasi


dan Pedoman Administrasi

Pimpinan Pusat AMRI


Tahun 2015
Pedoman Kaderisasi AMRI
Hak cipta © Pimpinan Pusat AMRI

Pedoman Kaderisasi AMRI

Perumus : Abdul Qayum, S.Pd.I


Penyusun : Tim Pengkaderan PP AMRI

Cetakan pertama, Januari 2015

Penerbit : Pimpinan Pusat AMRI

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak


sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa seizin dari penerbit.
Sambutan Ketua Umum
Pimpinan Pusat Angkatan Muda Rifa’iyah

Assalamu’alaikum wr. wb.

Salam silaturrahim, Puji syukur ke hadirat Allah SWT, sholawat dan salam
senantiasa kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Angkatan Muda Rifa’iyah memiliki peran yang sangat strategis sebagai generasi
Rifa’iyah juga sebagai generasi bangsa dalam berkhidmat kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
AMRI perlu meningkatkan kapasitasnya agar gerakannya tetap eksis terus
menerus tidak mudah hanyut dalam perkembangan zaman. Sehingga AMRI harus
menjadi organisasi pemuda yang selalu dapat menjawab tantangan setiap
zamannya. Dengan gerakan yang dapat diterima zamannya, akan memudahkan
dalam menyampaikan pesan tujuan organisasi yang hendak disyiarkan. Untuk itu,
AMRI perlu memiliki konsep pengkaderan yang sejalan dengan perkembangan
zaman, namun tetap dapat mempertahankan ideologi Rifa’iyah sebagai tujuan
syiar organisasi.
Dengan konsep pengkaderan yang sesuai, diharapkan AMRI mampu
meningkatkan kapasitasnya. Dan mampu menyiapkan generasi pemuda yang
memahami tujuan gerakannya. Serta memiliki kemampuan teknis yang
dibutuhkan dalam perannya. Dengan kemampuan memahami ideologi dan
kemampuan teknis yang dimiliki, ditambah loyalitas dan komitmen terhadap nilai
gerakannya, generasi AMRI akan selalu dapat memberikan kontribusi sebagai
bentuk eksistensi dalam mensyiarkan Islam Ahlussunnah wal jama’ah dan
berkontribusi dalam pembangunan bangsa.
Kami menyampaikan terima kasih kepada jajaran pengurus Rifa’iyah, Pimpinan
Wilayah, Pimpinan Daerah, Cabang dan Ranting AMRI serta para tokoh
masyarakat dan stake holder lainnya dalam sumbangsihnya memberikan
masukan untuk penyusunan kurikulum pengkaderan AMRI. Semoga menjadi amal
baik kita semua dan mendapat Ridho dari Allah SWT.

Meraih cita-cita mulia


Wallahulmuwafiq ila aqwamit thariq
Wassalamu’alaikum wr. wb.

Jakarta, Januari 2015

Abdul Qayum, S.Pd.I


Ketua Umum PP AMRI
DAFTAR ISI

Sambutan Ketua Umum PP AMRI ............................................................ . iii


Daftar isi ............................................................................................... . iv

BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................ . 1


Orientasi Pengkaderan AMRI ..................................................... . 3
Aspek Pengkaderan AMRI ......................................................... . 7

BAB II : JENJANG PENGKADERAN AMRI ................................................. . 8


Tahap I; Pra Pengkaderan ........................................................ . 8
Tahap II; Pengkaderan ............................................................. . 9
Tahap III; Pasca Pengkaderan .................................................. . 11

BAB III : PANDUAN MATERI DAN PELAKSANAAN PENGKADERAN .............. . 13


A. Masa Orientasi Kader (MOK) ............................................... . 13
B. Latihan Kader Dasar (LKD) ................................................... 15
C. Latihan Kader Menengah (LKM) .......................................... . 25

Pedoman Organisasi AMRI ...................................................................... . 42


Pedoman Penyelenggaraan Tertib Administrasi AMRI ................................ . 80
Naskah Pelantikan Pengurus ................................................................... . 97
Naskah Pembaiatan Kader ...................................................................... . 98
Mars AMRI ............................................................................................. . 99
BAB I
PENDAHULUAN

Pengkaderan merupakan sebuah sistem yang terdiri dari beberapa


tahapan untuk menanamkan nilai moral dan peningkatan sumber daya
manusia di suatu organisasi. Kaderisasi bisa diibaratkan sebagai
jantungnya sebuah organisasi, karena merupakan inti dari kelanjutan
perjuangan organisasi ke depan. Tanpa adanya kaderisasi rasanya sulit
dibayangkan suatu organisasi mampu bergerak maju dan dinamis.
Hal ini karena kaderisasilah yang menciptakan embrio-embrio baru
yang nantinya akan memegang tongkat estafet perjuangan organisasi.
Kaderisasi berusaha menciptakan kader yang bukan hanya hebat dalam
mengerjakan suatu program, tapi lebih dari itu. Kaderisasi haruslah
mampu menciptakan kader yang memiliki jiwa pemimpin, memiliki emosi
yang terkontrol, kreatif dan mampu menjadi pemberi solusi untuk setiap
permasalahan serta yang terpenting mampu dan pantas nantinya menjadi
seorang teladan bagi anggotanya. Seperti hukum alam akan adanya suatu
siklus, dimana semua proses pasti akan terus berulang dan terus berganti.
Sudah menjadi amanah perjuangan dalam konteks kekinian, yakni
perlunya antisipasi dan kewaspadaan dari kalangan Rifa’iyah terhadap
bahaya-bahaya dari gempuran dua kekuatan besar yang saat ini sudah
mengepung kehidupan masyarakat kita. Yakni, Globalisasi sebagai
tantangan awal dalam perubahan zaman dan Gerakan Islam
Transnasional dengan term Islam yang secara langsung maupun tidak
langsung berupaya menggerus tradisi dan nilai-nilai ke-Islam-an Rifa’iyah.
Dua tantangan tersebut mau tidak mau harus dihadapi dan disikapi
oleh Rifa’iyah secara arif dan progressif. Rifa’iyah harus mampu muncul
sebagai maenstream alternatif bagi kedua maenstream global tersebut.
Dan hal itu dapat dilakukan Rifa’iyah apabila Rifa’iyah dan seluruh
perangkatnya mampu bahu membahu merapatkan barisan dan
menciptakan suatu solusi kehidupan yang sesuai dengan nilai-nilai luhur
Islam Ahlus Sunnah wal Jamaah yang Rahmatan lil ‘alamiin.
AMRI sebagai bagian dari keluarga besar Rifa’iyah, menjadi suatu
keharusan untuk menapaki garis perjuangan tersebut. Di sinilah titik letak
strategis AMRI sebagai supplier utama pencetak kader-kader muda
Rifa’iyah untuk konteks kini dan di masa yang akan datang. Dan pada
posisi ini pula AMRI sebagai representasi dari kaum muda Rifa’iyah
mendapat porsi yang cukup berat dalam mengawal perjuangan Rifa’iyah.
Hal ini disebabkan karena basis massa AMRI adalah pemuda yang relatif
masih sangat rentan dengan pengaruh-pengaruh globalisasi dan gerakan-
gerakan Islam baru.
Atas dasar faktor tersebut, maka harus sesegera mungkin melakukan
perumusan dan penyusunan konsep mengenai pola pengkaderan AMRI
yang menyesuaikan dengan kondisi dan tantangan-tantangan baru yang
selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman.
AMRI sebagai organisasi kader harus selalu mampu menempatkan
dirinya dengan menyesuaikan kebutuhan zamannya. Setiap generasi pasti
akan mempunyai masanya. Begitu pula AMRI, yang dalam setiap periode
kepengurusannya selalu mempunyai corak atau karakteristik tersendiri
yang terus menyesuaikan dengan kondisi zaman.
Melalui strategi pengkaderan yang berorientasi jangka panjang ini,
diharapkan dalam beberapa tahun ke depan, AMRI dapat menjadi
organisasi yang mempunyai jaringan di semua lini gerakan dan perubahan
serta diharapkan mampu menjadi salah satu faktor perubahan yang
signifikan. Tetapi yang perlu diingat, bahwa dalam sistem pengkaderan
jangka panjang ini, merupakan pekerjaan generasi, sehingga kita akan
kesulitan untuk melihat indikator perubahan dalam ukuran hari dan bulan.
Pada dasarnya sistem pengkaderan merupakan sistem terpadu yang
menekankan pengembangan kader dalam segi kognitif, afektif dan
psikomotorik serta menanamkan nilai-nilai perjuangan dalam setiap
langkah yang ditempuh. Dengan kata lain, pengkaderan hendak mencetak
sosok kader yang memiliki pengetahuan luas dan mendalam serta
mempunyai jiwa dengan landasan pijak loyalitas yang kuat. Kader
semacam ini dibutuhkan agar misi pendidikan seumur hidup (Long life
education) baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek dapat
direalisasikan.
ORIENTASI PENGKADERAN AMRI

Konsep pengkaderan yang baik selalu berangkat dari keadaan real


sebuah zaman. Dan selalu mengarah kepada tujuan organisasi itu sendiri.
Sehingga proses dalam berorganisasi mampu mendididik kader untuk
mengenal dan memahami zamannya. Karena sebuah nilai gerakan atau
perjuangan dapat diterima ketika nilai itu disampaikan dengan cara yang
sesuai dengan keadaan zamannya. Sehingga sangatlah penting untuk
memahami kenyataan zaman sebelum menyampaikan sebuah nilai
perjuangan.
Namun dalam memahami keadaan zaman, harus tetap dengan
berpegang teguh pada prinsip dan tujuan organisasi. Sehingga meskipun
dapat menyelam dan membaur dalam kondisi zaman yang sedang terjadi,
tidak terbawa arus dan tetap kuat pada orientasi tujuan yang akan
dicapai. Dengan demikian tidaklah hanyut dalam perkembangan zaman,
namun justru mampu mengendalikan laju perkembangan zaman.
Konsep pengkaderan yang memperhatikan kenyataan real sebuah
zaman dan selalu mengarah kepada tujuan organisasi inilah yang
diharapkan membentuk kader yang tidak hanya mampu memahami
keadaan zamannya saja. Melainkan juga mampu mengambil pelajaran
dari perkembangan zamannya dan mampu mengambil posisi gerak sesuai
dengan tujuan organisasi.
konsep pengkaderan sebuah organisasi agar di dalamnya
mengandung ruh dan dorongan untuk bergerak sesuai dengan tujuan
organisasi, maka perlu memiliki orientasi yang matang. Setidaknya proses
pengkaderan memiliki orientasi kepada peningkatan tiga aspek utama,
yakni aspek keimanan, pengetahuan dan ketrampilan.
Aspek keimanan sebagai pondasi kader, membawa kader untuk
loyal dan militan kepada organisasinya. Aspek ini pula yang akan
mendorong kader untuk berani dan tidak mudah tunduk di hadapan
segala bentuk kemapanan serta ancaman duniawi. Karena kader memiliki
keyakinan yang kuat untuk terus memperjuangkan organisasinya.
Sementara aspek pengetahuan, dibangun atas perkembangan
zamannya dengan segala dinamika yang ada di dalamnya. Sehingga
pengetahuan menjadi bekal kader atas keadaan zaman dimana dia
bergerak dan mampu menentukan posisinya.
Dan aspek ketrampilan akan menjadi bekal bagi kader untuk mampu
bertahan dalam proses perjuangannya. Dengan ketrampilan yang dimiliki
kader mampu menghadapi dan menyelesaikan setiap tantangan yang
dihadapi.
Di setiap zaman terdapat karakter yang membedakan satu zaman
dengan zaman lainnya. Penanda itu terdapat dalam kenyataan dan harus
bisa dibaca oleh organisasi yang menginginkan gerakannya nyambung
dengan zamannya. Karena hanya dengan mengerti kenyataan zamannya,
cita-cita gerakan melakukan perbaikan terhadap kehidupan manusia dan
masyarakat sesuai garis Ilahiah mungkin diwujudkan. Tanpa mengenali
zaman sebagai medan geraknya maka organisasi akan ditampik oleh
zaman. Bahkan tanpa membubarkan diripun, organisasi semacam itu akan
lumpuh dengan sendirinya.
Dalam setiap upaya perbaikan maupun upaya perkembangan harus
selalu diawali dengan proses pendidikan. Dengan kata lain, pendidikan
adalah proses yang harus dilalui untuk melakukan perbaikan atau
mengembangkan sesuatu. Proses pendidikan ini dapat diamati pada
perkembangan manusia. Dari proses kelahirannya di dunia hingga untuk
tumbuh dan berkembang, manusia tidak terlepas dari proses pendidikan
atau belajar. Misalnya dalam proses belajar untuk berjalan, belajar untuk
berbicara dan proses perkembangan lainnya, semua diawali dengan
belajar atau pendidikan. Dalam upayanya untuk hidup dengan baik,
manusia pun harus melalui proses pendidikan. Pendidikan dalam
masyarakat, pendidikan melalui lembaga pendidikan atau pendidikan
dalam kajian-kajian majlis ta’lim.
Dalam berorganisasi di AMRI, pendidikan dipraktikan secara lebih
khusus dalam pengkaderan. Melalui pendidikan pengkaderan bukan
semata-mata hendak menjadikan orang terdidik secara intelektual,
berwawasan dan terampil secara teknis saja. Melainkan juga membekali
dan mengingatkan individu atas tugas-tugas kekhalifahan yang harus
diemban manusia sebagai hamba Allah SWT. Selain itu, pengkaderan juga
bermaksud membangun keberpihakan individu terhadap masyarakat besar
darimana dia berasal. Sehingga pengetahuan dan keterampilan individual
apapun yang didapat oleh kader, baik dari AMRI maupun dari luar AMRI,
setelah mengikuti pengkaderan AMRI, seorang kader diharapkan akan
mengabdikan pengetahuan dan keterampilan tersebut bagi kolektivitas.
Bukan diabdikan bagi kebesaran dan kejayaan individual.
Di sinilah terletak tugas besar pengkaderan AMRI, yang secara
umum dapat dilihat dari tiga titik tekan. Pertama, membangun individu
yang memiliki percaya diri akan kapasitas dan potensi yang dimilikinya
sekaligus memiliki keterikatan dengan kolektivitas. Sehingga selain
percaya dengan kemampuannya, juga menjadi kader yang memiliki
kesadaran untuk hidup bersosial.
Kedua, membangun kader yang tidak mudah menyerah dan tahan
terhadap tekanan-tekanan. Dan mampu memahami arah geraknya
sekaligus mampu bergerak di dalamnya.
Ketiga, pengkaderan AMRI hendak membangun keimanan,
pengetahuan dan ketrampilan sekaligus. Bukan semata-mata olah
intelektual, tetapi juga pemahaman kenyataan atau medan gerak.
Termasuk di dalamnya adalah cara berpikir kritis terhadap suatu
persoalan.
Alasan yang mengharuskan adanya pengkaderan di tubuh AMRI,
yaitu:
1. Pewarisan Nilai-Nilai
Pengkaderan sebagai media untuk menanamkan nilai-nilai luhur yang
dipahami, dihayati dan diacu oleh AMRI. Dalam hal ini adalah ajaran
Islam Ahlussunah wal Jama'ah, yang merupakan nilai dakwah yang
disampaikan oleh K.H. Ahmad Rifa’i
2. Pemberdayaan Anggota
Pengkaderan merupakan media bagi kader untuk menemukan dan
mengasah potensi-potensi individu yang masih terpendam. Secara
lebih luas, pengkaderan merupakan upaya pembebasan individu dari
berbagai belenggu yang menyekap kebebasannya. Sehingga individu
dapat lebih terbuka untuk menyatakan diri dan mengarahkan
potensinya bagi tujuan perjuangan.
3. Memperbanyak Anggota
Manusia selalu membutuhkan orang lain untuk dijadikan teman.
Semakin banyak teman semakin manusia merasa aman dan percaya
diri. Hukum demikian berlaku dalam organisasi. Di samping itu
kuantitas anggota sering menjadi indikator keberhasilan organisasi,
meskipun tidak bersifat mutlak. Setidaknya semakin banyak anggota,
maka human resources organisasi semakin besar.
4. Berlomba dalam kebaikan dengan kelompok lain
Hukum alam yang berlaku di tengah masyarakat adalah kompetisi.
Termasuk dalam upaya organisasi memberikan kontribusi di
masyarakat. Dalam persaingan di tingkat praktek, cara yang sehat dan
tidak sehat campur aduk. Melalui pengkaderan, AMRI menempa
kadernya untuk menjadi lebih baik dan ahli. Dengan harapan utama,
apabila (kader) AMRI memenangkan persaingan, kemenangan
tersebut membawa kebaikan bersama. Karena sekali lagi, persaingan
itu selalu terjadi dalam berlomba memberikan yang terbaik untuk
bangsa ini.
5. Regenerasi
Regenerasi merupakan bagian mutlak dalam organisasi, dan
regenerasi hanya mungkin terjadi melalui pengkaderan.
ASPEK PENGKADERAN AMRI

Dari hasil analisa tantangan dan problema dalam tubuh pengkaderan


AMRI serta mempertimbangkan masukan-masukan yang ada, baik dari
kader AMRI, PP Rifa’iyah, maupun dari masyarakat maka orientasi
pengkaderan AMRI adalah menekankan pada empat aspek yang menjadi
prioritas orientasi pengkaderan AMRI. Empat aspek tersebut adalah:
1. AMRI kembali ke Pesantren
Merupakan bagian dari upaya merangkul kembali potensi kader-kader
yang berbasis santri pesantren. Hal ini sesuai dengan aras perjuangan
pada saat AMRI didirikan, di mana AMRI didirikan sebagai bagian dari
kepentingan untuk mewadahi pemuda dan santri-santri di pesantren.
Dalam pelaksanaan teknis, melalui aspek ini AMRI diharapkan dapat
memberikan kontribusi gerakan nyata di setiap pesantren, khususnya
pesantren yang dikelola Kyai Rifa’iyah.
2. AMRI Perkuat Masjid dan Mushola
Hal ini dilandasi pada konsepsi pengabdian AMRI. Melalui upaya
penguatan AMRI ke masjid atau musholla ini diharapkan bahwa kader-
kader AMRI mampu menjadi kader yang mengawal ruh-ruh tradisi
Islam.
3. AMRI ke Sekolah
Dengan konsep wajib belajar di Indonesia dan mulai berkembangnya
Sekolah Rifa’iyah, maka Sekolah menjadi basis remaja yang potensial.
Diharapkan AMRI mampu mewarnai di setiap Sekolah, terutama
Sekolah Rifa’iyah sendiri.
4. AMRI untuk Masyarakat
Dengan landasan konsepsi pengabdian AMRI. Melalui upaya AMRI
untuk masyarakat diharapkan kader-kader AMRI mampu menjadi
kader yang mengawal perkembangan masyarakat, termasuk di dalam
konteks berbangsa dan bernegara.
BAB II
JENJANG
PENGKADERAN
AMRI

A. TAHAP I: PRA PENGKADERAN


Tahap Pra Pengkaderan merupakan tahap yang harus disiapkan untuk
memulai proses pengkaderan. Sehingga saat proses pengkaderan
berlangsung dapat berjalan secara maksimal. Beberapa hal yang harus
diperhatikan antara lain:
1. Pembentukan elemen pokok dalam setiap prosesi Pengkaderan
a. Kepanitiaan
Bertugas sebagai pelaksana teknis dan organizer dalam setiap
prosesi pengkaderan. Dalam situasi tertentu kepanitiaan dapat
dihandle langsung oleh pengurus AMRI atau tim kecil yang
sengaja dibentuk sebagai ganti kepanitiaan.
b. Fasilitator
Bertugas sebagai penanggung jawab optimalisasi forum,
proses acara atau tahapan materi dalam prosesi pengkaderan,
kesesuaian materi dan pemateri. Pendalaman pemahaman
kader terhadap materi-materi pengkaderan AMRI.
c. Pemateri
Bertugas memberikan materi-materi yang sesuai dengan acuan
penyampaian dan kisi-kisi materi pengkaderan AMRI.
d. Tim Lapangan
Bertugas sebagai penggembleng mental, kedisiplinan, emosi
dan psikomotorik peserta di luar forum dalam setiap proses
pengkaderan.
2. Perumusan Orientasi Pengkaderan
a. Analisa dan pembacaan
Sebagai alat untuk mengetahui dan menganalisa kebutuhan
calon kader, psikologi calon kader, orientasi kader, antropologi
calon kader dan kebutuhan organisasi dalam mencetak kader.
b. Proses Produksi Kader
Sebagai media untuk mencetak kader-kader yang sesuai
dengan kebutuhan dan analisa kader.
Contoh: proses produksi calon kader yang mempunyai latar
belakang santri dengan calon kader yang mempunyai latar
belakang umum harus berbeda pola dan metode produksinya.
c. Pengawalan dan Distribusi Kader
Merupakan jenjang akhir pasca produksi kader. Pengawalan
dan distribusi kader sebagai bagian dari Rencana Tindak Lanjut
(RTL) dan follow up dari produksi kader. Pemberian porsi-porsi
kegiatan dan memberdayakan potensi kader seluas-luasnya.

B. TAHAP II: PENGKADERAN


1. Pengkaderan Formal
Pengkaderan formal adalah proses pengkaderan yang terdiri dari
beberapa tahapan pengkaderan secara sistematis. Pengkaderan
formal ini wajib diikuti oleh seluruh anggota AMRI dan harus
mengikuti tahapan yang telah ditentukan. Adapun tahapan
tersebut adalah sebagai berikut,
a. Masa Orientasi Kader (MOK)
Merupakan masa sosialisasi dan ta’aruf kepada remaja,
terutama remaja di bawah usia 17 tahun. Dan merupakan
tahap pendadaran calon kader AMRI. MOK ini diharapkan
dilakukan oleh pengurus AMRI di tingkat Pimpinan Ranting
atau Pimpinan Cabang.
b. Latihan Kader Dasar (LKD)
Merupakan proses pengkaderan tingkat dasar sebagai
rekruitmen awal calon-calon kader yang kemudian dibaiat
menjadi kader-kader baru AMRI. LKD diprioritaskan untuk
anggota AMRI yang sudah berusia 17 tahun atau lebih, baik
yang pernah mengikuti MOK atau yang belum pernah
mengikuti MOK. LKD dapat dilaksanakan oleh Pimpinan Cabang
atau Pimpinan Daerah AMRI.
c. Latihan Kader Menengah (LKM)
Merupakan proses pengkaderan tingkat menengah sebagai
kelanjutan jenjang pengkaderan setelah LKD. Tahap
pengkaderan LKM ini hanya dapat diikuti oleh kader AMRI yang
telah mengikuti LKD. LKM dapat dilaksanakan oleh Pimpinan
Daerah atau Pimpinan Wilayah AMRI.
d. Latihan Kader Lanjut (LKL)
Merupakan jenjang pengkaderan yang khusus diperuntukan
bagi kader-kader AMRI yang telah mengikuti LKD dan LKM.
Pelaksana LKL ini adalah Pimpinan Wilayah atau Pimpinan
Pusat AMRI.
e. Pendidikan Fasilitator
Merupakan jenjang pengkaderan yang dikhususkan pada
upaya mencetak fasilitator dan pelatih yang handal. Pesertanya
diutamakan pengurus AMRI yang aktif yang telah mengikuti
LKD, LKM dan LKL. Pendidikan Fasilitator ini dilaksanakan oleh
Pimpinan Pusat AMRI atau Pimpinan Wilayah AMRI dengan
persetujuan Pimpinan Pusat.

2. Pengkaderan Informal
Pengkaderan Informal merupakan bentuk dari penguatan skill
kader pasca melalui tahapan pengkaderan formal. Pengkaderan
informal menekankan pada skill dan pengembangan potensi kader.
Jenis pengkaderan ini dapat dijadikan sebagai follow up setelah
kader AMRI mengikuti pengkaderan formal. Bentuk pengkaderan
informal seperti contoh di bawah ini:
a. Pelatihan Jurnalistik
b. Pelatihan Kewirausahaan
c. Pelatihan Analisis Sosial dan Advokasi
d. Pelatihan Dakwah
e. Pelatihan Ilmu Falaq
f. Pelatihan Bahasa
g. Pelatihan Lifeskill khusus
Dan kegiatan atau pelatihan lain yang dapat meningkatkan
kapasitas kader AMRI
3. Pengkaderan Nonformal
Berbeda dengan pengkaderan formal dan informal, jenis
pengkaderan nonformal tidak selalu berbentuk forum resmi. Tetapi
jenis pengkaderan ini tetap berorientasi pada peningkatan
kapasitas kader terhadap pemahaman berorganisasi dan ideologi
Rifa’iyah. Selain sebagai peningkatan kapasitas kader, jenis
pengkaderan ini merupakan proses pengawalan kader. Sehingga
kader-kader AMRI dapat terakomodir dan semakin tinggi
kesadaran dan tanggung jawabnya sebagai kader. Pengkaderan
nonformal menekankan pada hubungan emosional kader terhadap
organisasi AMRI.
Contoh bentuk pengkaderan nonformal antara lain:
a. Mengikutsertakan kader dalam kegiatan, baik sebagai panitia
atau bukan
b. Mengajak diskusi
c. Memberikan tugas organisasi
d. Mendelegasikan kader untuk mengikuti kegiatan baik internal
atau eksternal AMRI
e. Mengenalkan kader kepada senior AMRI
Dan bentuk-bentuk kegiatan lainnya yang dapat mengikat
kader secara emosional.

C. TAHAP III: PASCA PENGKADERAN


1. Pengawalan Kader
Pengawalan kader merupakan proses menjaga dan
memberdayakan kader agar tetap setia kepada AMRI dan
kapasitas yang dimiliki dapat ditingkatkan. Proses pengawalan
kader ini erat kaitannya dengan proses pengkaderan informal dan
non formal. Pengawalan kader dapat dilakukan melalui:
a. Membuatkan media atau wadah yang harus atau telah
disiapkan oleh kepengurusan AMRI.
b. Mengadakan Silaturahmi kader secara berkala.
c. Menyertakan kader dalam setiap event-event kegiatan AMRI
atau Rifa’iyah
d. Mendayagunakan potensi yang dimiliki kader
e. Menciptakan media komunikasi yang familiar antara kader,
pengurus dan alumni.
Dan lain sebagainya.
2. Distribusi Kader
Distribusi kader merupakan proses penempatan dan
pemberdayaan kader untuk berkarya sesuai dengan bidangnya
masing-masing. Proses distribusi kader ini, selain sebagai proses
pemberdayaan juga sebagai proses pengembangan AMRI dan
Rifa’iyah melalui penempatan kader di sektor-sektor riel kehidupan
yang ada di sekitarnya. Distribusi kader ini dapat dilakukan melalui
jaringan dan akses alumni, maupun dengan membuka jaringan
dan akses baru di luar organisasi Rifa’iyah. Yang paling terpenting
dalam proses ini adalah selain kader yang berdaya juga komitmen
kader terhadap AMRI atau Rifa’iyah.
Contoh distribusi kader:
a. Pemberdayaan kader pada bidang pengabdian masyarakat,
seperti menjadi remaja masjid, karang taruna, ustadz
madrasah, guru ngaji, LSM, komite Sekolah atau Dewan
pendidikan, dan lain sebagainya.
b. Pemberdayaan kader pada bidang profesional.
c. Pemberdayaan kader pada bidang sosial politik.
d. Pemberdayaan kader pada bidang kewirausahaan.
e. Dan bidang-bidang lainnya.
BAB III
PANDUAN MATERI
DAN PELAKSANAAN
PENGKADERAN

A. Masa Orientasi Kader (MOK)


Masa Orientasi Kader (MOK) adalah masa pengenalan dan
sosialisasi AMRI di tingkat pemula di ranting. Terutama kepada para
remaja di bawah usia 17 tahun atau kepada para pemuda yang belum
atau baru mengenal AMRI.
MOK memiliki tujuan untuk pengenalan dan sosialisasi AMRI di
ranting sekaligus sebagai tahap perekrutan anggota AMRI. Selain itu
juga bertujuan untuk mengajak anggota untuk aktif di kegiatan-
kegiatan Ranting.
Dalam pelaksanaannya, MOK dapat berupa forum yang sengaja
secara khusus diadakan. Atau juga dapat dilaksanakan pada sela-sela
kegiatan yang ada di ranting. Namun tetap memperhatikan orientasi
ketercapaian materi dan tidak keluar dari tujuan MOK. Adapun materi-
materi pokok yang disampaikan dalam MOK, antara lain:
1. Kewajiban Menuntut ilmu & Berakhlak Mulia
a. Pokok bahasan:
1) Kewajiban menuntut ilmu
2) Kegiatan-kegiatan menuntut ilmu yang ada di sekitarnya
3) Macam-macam akhlak dan cara berakhlak yang baik
b. Tujuan:
1) Calon kader AMRI agar memiliki semangat untuk selalu
menuntut ilmu
2) Calon kader AMRI agar memiliki akhlak yang baik
c. Metode:
Ceramah, Diskusi

2. Silaturahim dan Hidup Bermasyarakat


a. Pokok bahasan:
1) Pengertian silaturahim dan keutamaannya
2) Cara-cara melakukan silaturahim dalam kehidupan sehari-
hari
3) Hablu minallah, Hablu minannas dan Hablu minal alam
4) Hidup bermasyarakat
b. Tujuan:
1) Memahami pentingnya silaturahim dan hubungan sesama
manusia
2) Memiliki semangat untuk hidup bersosial
c. Metode:
Ceramah, Diskusi, Demonstrasi

3. Ke AMRI an
a. Pokok bahasan:
1) Pengertian AMRI
2) Tingkatan kepengurusan AMRI
b. Tujuan:
1) Calon kader AMRI mengerti dan mengenal AMRI
2) Calon kader AMRI mengetahui keberadaan setiap tingkat
kepengurusan AMRI
c. Metode:
Ceramah

4. Kepemudaan
a. Pokok bahasan:
1) Macam-macam organisasi pemuda di desa
2) Kegiatan-kegiatan pemuda dan AMRI di desa
b. Tujuan:
1) Mengetahui keberadaan organisasi-organisasi pemuda yang
ada di desanya beserta kegiatan-kegiatannya
2) Memiliki semangat untuk berpartisipasi dalam kegiatan
kepemudaan di desanya
c. Metode:
Ceramah, Diskusi, Demonstrasi
B. Latihan Kader Dasar (LKD)
Merupakan proses pengkaderan tingkat dasar sebagai rekruitmen
awal calon-calon kader yang kemudian dibaiat menjadi kader-kader
baru AMRI. LKD diprioritaskan untuk anggota AMRI yang sudah
berusia 17 tahun atau lebih, baik yang pernah mengikuti MOK atau
yang belum pernah mengikuti MOK.
LKD bertujuan membentuk kader berkualitas MU’TAKID, yakni
anggota yang memiliki loyalitas atau kesetiaan terhadap organisasi
AMRI.
Materi pokok yang diberikan dalam tahap pengkaderan LKD,
antara lain:
1. Bina Suasana
a. Pokok Bahasan:
- Tujuan LKD, Unsur-unsur pelaksana LKD, Perkenalan
identitas peserta, panitia dan fasilitator/ Pelatih (seperti:
nama, alamat, hobi, sekolah/pekerjaan, dll.), Pembuatan
tata tertib/ Kontrak Belajar (rule home).
b. Tujuan:
1) Tercapainya suasana interaktif yang hangat dan terbuka
antara sesama peserta, panitia dan fasilitator/pelatih
2) Peserta memahami arah dan tujuan kegiatan LKD yang
sedang diikuti
c. Metode:
Permainan

2. Citra Diri & Pre Test


a. Pokok Bahasan:
1) Citra diri peserta
2) Ke AMRI an
3) Pengetahuan dan pengalaman organisasi
4) Harapan dan tujuan mengikuti LKD
5) Pengetahuan tentang Rifa’iyah
6) Tugas dan Tanggung jawab Kader

b. Tujuan:
1) Peserta lebih mengenal dirinya, lingkungan dan organisasi
2) Agar peserta memiliki motivasi berorganisasi
c. Metode:
1) Angket (diberikan dan diisi saat registrasi peserta)
2) Brainstorming (dilakukan disela-sela materi)
d. Proses Kegiatan
1) Untuk pre test yang sifatnya angket diisi oleh peserta saat
melakukan registrasi peserta. Selanjutnya seluruh formulir
yang terkumpul dilakukan penilaian. Penilaian dari hasil
angket ini menjadi gambaran awal tentang kondisi peserta
baik pengalaman, keilmuan maupun motivasi mengikuti
LKD.
2) Disamping pre test yang sifatnya angket, fasilitator dapat
memberikan pre test dengan cara brainstorming dengan
peserta secara langsung.
3) Selanjutnya fasilitator mengajak brainstorming dan atau
identifikasi dengan peserta secara acak dengan
menanyakan beberapa hal misalnya, tentang seputar
organisasi pemuda, seputar tentang Rifa'iyah, serta
menanyakan peserta apa motivasi mendasar yang
mendorong untuk mengikuti LKD, sampai pada harapan
peserta terhadap LKD tersebut.
4) Hasil brainstorming tersebut diidentifikasi sedemikian rupa
oleh fasilitator, selanjutnya diulas dengan singkat diakhiri
dengan penutup.

3. Peran Pemuda dan Organisasi Pemuda


a. Pokok Bahasan:
1) Sejarah gerakan pemuda
2) Peran & Fungsi pemuda dalam kehidupan bermasyarakat
3) Nilai penting organisasi pemuda
b. Tujuan:
1) Peserta terinspirasi dari kisah-kisah perjuangan pemuda
pada masa dulu
2) Peserta menghayati peran dan fungsinya sebagai pemuda
3) Peserta termotivasi untuk menggerakkan organisasi
c. Metode:
Ceramah, dialog
d. Proses Kegiatan:
1) Fasilitator membuka acara, kemudian menjelaskan secara
singkat tentang materi yang akan dibahas sesuai dengan
pokok bahasan.
2) Fasilitator memperkenalkan nara sumber, selanjutnya
fasilitator mengadakan brainstorming seputar materi yang
akan dibahas.
3) Fasilitator mempersilahkan kepada nara sumber untuk
memaparkan materi, dilanjutkan dengan dialog.
4) Fasilitator mengulas secara garis besar pokok hasil dialog,
selanjutnya fasilitator mengakhiri forum dengan penutup.

4. Ke AMRI an
a. Pokok Bahasan:
1) Latar belakang sejarah kelahiran AMRI
2) Perjalanan AMRI dari masa ke masa
3) Sejarah AMRI lokal (daerah)
4) AD/ART (sifat, fungsi, azas, aqidah, tujuan organisasi,
stuktur organisasi (PP, PW, PD, PC, PR), lambang
organisasi)
5) Citra diri AMRI sebagai Pemuda
6) Hubungan AMRI dengan Rifa’iyah beserta banom-
banomnya maupun dengan organisasi kepemudaan atau
ormas lain.
b. Tujuan:
1) Memahami latar belakang kelahiran dan perjalanan AMRI
dari masa ke masa
2) Memahami AD/ART AMRI
3) Memahami peran AMRI di masyarakat sebagai bagian dari
pemuda/organisasi pemuda dan bagian dari Rifa’iyah
c. Metode:
Ceramah, Dialog
d. Proses kegiatan:
1) Fasilitator membuka acara, kemudian menjelaskan secara
singkat tentang materi yang akan dibahas sesuai dengan
pokok bahasan.
2) Fasilitator memperkenalkan nara sumber, selanjutnya
fasilitator mengadakan brainstorming seputar materi yang
akan dibahas.
3) Fasilitator mempersilahkan kepada nara sumber untuk
memaparkan materi, dilanjutkan dengan dialog.
4) Fasilitator mengulas secara garis besar pokok hasil dialog,
selanjutnya fasilitator mengakhiri forum dengan penutup.

5. Ke Rifa’iyah an
a. Pokok Bahasan:
1) Sejarah kelahiran Rifa’iyah dan perkembangannya
2) Sejarah perjuangan dan biografi K.H. Ahmad Rifa’i
3) Kitab-kitab karangan K.H. Ahmad Rifa’i
4) Bentuk dan sistem organisasi Rifa’iyah (tujuan, struktur
organisasi, dan perangkat organisasi)
5) Konsep rukun Islam satu
6) Karakteristik ajaran Islam yang disampaikan KH Ahmad
Rifa’i
b. Tujuan:
1) Memahami sejarah Rifa’iyah dan tokoh centralnya, K.H.
Ahmad Rifa’i
2) Memahami sistem organisasi Rifa’iyah
3) Memahami konsep rukun Islam satu dan karakteristik
ajaran-ajaran Rifa’iyah
c. Metode:
Ceramah, dialog
d. Proses kegiatan:
1) Fasilitator membuka acara kemudian menjelaskan secara
singkat tentang materi yang akan dibahas sesuai dengan
pokok bahasan
2) Fasilitator memperkenalkan narasumber, selanjutnya
fasilitator mengadakan brainstorming seputar materi yang
akan dibahas.
3) Fasilitator mempersilahkan kepada narasumber untuk
memaparkan materi dilanjutkan dengan dialog
4) Fasilitator mengulas garis besar pokok hasil dialog,
kemudian menutup acara.

6. Ahlussunah wal jamaah


a. Pokok Bahasan:
1) Pengertian dan dalil-dalil yang menjadi rujukan ahlussunah
wal jamaah
2) Prinsip-prinsip sikap Ahlussunah wal jamaah, yaitu
tawasuth, tatsamuh, tawazun dan amar ma’ruf nahi
munkar
3) Sejarah kelahiran Ahlussunah wal jamaah dan
perkembangannya
4) Sejarah dan Peran ulama dalam perkembangan Islam di
Indonesia
b. Tujuan:
1) Memahami dalil-dalil yang menjadi rujukan dalam
Ahlussunah wal Jamaah
2) Memahami sejarah dan prinsip-prinsip serta perkembangan
Ahlussunah wal jamaah
3) Memahami peran ulama dalam perkembangan Islam di
Indonesia
c. Metode:
Ceramah, dialog
d. Proses kegiatan:
1) Fasilitator membuka acara kemudian menjelaskan secara
singkat tentang materi yang akan dibahas sesuai dengan
pokok bahasan
2) Fasilitator memperkenalkan narasumber, selanjutnya
fasilitator mengadakan brainstorming seputar materi yang
akan dibahas.
3) Fasilitator mempersilahkan kepada narasumber untuk
memaparkan materi dilanjutkan dengan dialog
4) Fasilitator mengulas garis besar pokok hasil dialog,
kemudian menutup acara.

7. Keorganisasian
a. Pokok bahasan:
1) Pengertian organisasi
2) Organisasi dalam tinjauan Islam
3) Fungsi organisasi
4) Jenis-jenis organisasi
5) Unsur-unsur organisasi
b. Tujuan:
1) Memahami pengertian dan dasar-dasar organisasi
2) Memahami fungsi, jenis dan unsur organisasi
c. Metode:
Ceramah, dialog
d. Proses kegiatan:
1) Fasilitator membagi peserta dalam 4 kelompok
2) Dua kelompok pertama bermain tanpa penjelasan
3) Fasilitator menggambar kerangka gambar pada kertas
plano
4) Masing-masing peserta menambahkan 3 coretan pada
gambar tersebut.
5) Dua kelompok kedua bermain berdasarkan kesepakatan
kelompok
6) Fasilitator mempersilahkan untuk menggambar sesuai
dengan kesepakatan kelompok.
7) Kerangka gambar digambar di kertas plano sesuai
kesepakatan kelompok
8) Masing-masing peserta menambahkan 3 coretan pada
gambar tersebut.
9) Fasilitator mengeksplorasikan permainan tersebut berkaitan
dengan keorganisasian yang berkaitan dengan kerjasama,
komunikasi, trust, kompak, adaptif.
10) Fasilitator memperkenalkan nara sumber sekaligus
mempersilahkan menyampaikan materi yang berkaitan
dengan materi keorganisasian dan dilanjutkan dengan
tanya jawab.
11) Fasilitator menutup acara.

8. Leadership
a. Pokok bahasan:
1) Pengertian leadership
2) Macam-macam leadership
3) Teori munculnya pemimpin di masyarakat
b. Tujuan:
1) Memahami pengertian leadership beserta macam-
macamnya
2) Memahami teori munculnya pemimpin di masyarakat
c. Metode:
Ceramah, dialog, game
d. Proses kegiatan:
1) Fasilitator membagi peserta dalam 3 kelompok
2) Masing-masing kelompok memerankan salah satu karakter
kepemimpinan.
3) Otoriter : Fasilitator memerintahkan kepada ketua
kelompok untuk menginstruksikan kepada seluruh anggota
untuk menyusun sedotan es menjadi sebuah piramid.
4) Bebas : Fasilitator mempersilahkan ketua kelompok untuk
memamfaatkan media yang ada
5) Demokratis : Fasilitator mempersilahkan kepada ketua
kelompok untuk mendiskusikan membuat piramid yang
baik.
6) (aspek yang diukur pemimpin, yang dipimpin dan proses
kepemimpinan).

9. Evaluasi
a. Pokok Bahasan:
1) Pendalaman seluruh materi
2) Komponen yang terlibat dalam proses pelatihan (Peserta,
Pelatih, Panitia)
b. Tujuan:
1) Mengukur atau menilai tingkat daya serap, perkembangan
peserta dan keberhasilan latihan yang diadakan
2) Mengetahui faktor penunjang dan penghambat dalam
penyelenggaraan latihan.
c. Metode:
Diskusi, Angket
d. Proses Kegiatan:
1) Peserta dibagi dalam beberapa kelompok. Selanjutnya
masing-masing kelompok tersebut dipandu fasilitator.
2) Kemudian masing-masing fasilitator dalam kelompok,
melakukan review (penajaman) materi dari seluruh materi
yang pernah diberikan selama pelatihan dengan cara
melakukan tanya jawab ekploratif, baik fasilitator maupun
peserta dapat saling melengkapi untuk penajaman materi.
3) Setelah semua selesai, peserta masuk ruangan selanjutnya
peserta melakukan evaluasi berkait dengan aspek-aspek
pelatihan, misalnya Materi latihan, performance fasilitator,
sarana pelatihan, penyelenggaraan pelatihan dll. Hal ini bila
dilakukan dengan angket maka peserta cukup mengisi
dengan angket kemudian hasil tersebut diidentifikasi dan
disimpulkan oleh fasilitator dan panitia. Bisa juga dilakukan
ekplorasi secara langsung dengan melakukan identifikasi
dan feedback yang dipimpin oleh fasilitator dan semua
panitia serta peserta terlibat di dalam forum.
4) Kemudian diakhiri dengan penutupan.

10. Rencana Tindak lanjut


a. Pokok bahasan
1) Rencana tindak lanjut kegiatan pasca pelatihan
2) Rumusan dan strategi tindak lanjut kegiatan
b. Tujuan:
Menyadari pentingnya suatu tindak lanjut latihan sebagai
bentuk perwujudan pendalaman dari pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman yang diperolehnya selama
latihan
c. Metode :
Angket, Diskusi
d. Proses Kegiatan:
1) Fasilitator membuka acara, kemudian memberikan
penjelasan singkat tentang rencana tindak lanjut kegiatan
2) Agar hasil rencana tindak lanjut tepat sasaran, maka
sebaiknya rencana tindak lanjut di buat forum segitiga
yakni peserta, pelatih, dan pimpinan struktural yang
bersangkutan.
3) Selanjutnya forum diserahkan kepada pimpinan struktural
yang bersangkutan untuk bersama-sama melakukan
rancangan kegiatan lanjutan bagi peserta latihan.
4) Hasil pembahasan tersebut kemudian dituangkan dalam
plano dan menjadi ketetapan kegiatan yang harus
dilaksanakan
5) Fasilitator memberikan penegasan secara garis besar atas
hasil perumusan rencana tindak lanjut, kemudian diakhiri
dengan penutupan acara oleh fasilitator.

11. Pembaiatan
Pembaiatan adalah acara pengambilan ikrar peserta LKD untuk
bergabung dan bersetia dalam organisasi AMRI. Pembaiatan
dilakukan setelah seluruh rangkaian acara dalam kegiatan LKD
usai dilaksanakan.
a. Tujuan
Meneguhkan, menegaskan dan mengesahkan peserta LKD
sebagai KADER dalam organisasi Angkatan Muda Rifa’iyah.
Dengan dibaiat, seorang kader diharapkan akan lebih merasa
memiliki keterikatan formal-spiritual yang kuat dengan AMRI.
b. Pembaiat
Pembaiat adalah Ketua Umum Pimpinan AMRI atau yang
mewakili.
c. Perlengkapan Pembaitan
Perlengkapan wajib dalam Pembaiatan adalah:
- Bendera Nasional (Merah Putih)
- Bendera AMRI dua buah
- Lilin atau penerang non-elektrik
d. Seremoni Pembaiatan
1. Setting Ruang: suasana hening dan khidmat dengan hanya
diterangi cahaya lilin. Kecuali yang mempunyai tugas di
luar, seluruh unsur pelaksana LKD menempatkan diri
dengan tertib dan rapi di dalam ruangan. Seluruh peserta di
kondisikan oleh petugas di luar ruangan.
2. Peserta dipanggil satu per satu, menurut urutan abjad,
kemudian berdiri berjajar dalam formasi dua shaf.
3. Sepasang bendera Nasional dan bendera AMRI diletakkan
di setiap ujung barisan peserta dengan posisi bendera
Indonesia di belakang, bendera AMRI di depan.
4. Masing-masing tiang bendera dipegang oleh panitia,
peserta memegang ujung kain bendera.
5. Penanggung jawab penyelenggara (Ketua Umum Pimpinan
AMRI) menyampaikan sambutan singkat yang bersifat
untuk menambah suasana khidmat.
6. Pembaiat menanyakan kepada peserta apakah siap untuk
dibaiat atau tidak. Bagi yang tidak siap, dipersilahkan untuk
meninggalkan acara. Pertanyaan tersebut diulang
sebanyak tiga kali.
7. Pembaiat meminta seluruh peserta mengikuti ikrar yang
dibacakan oleh Pembaiat kemudian membaca Naskah
Bai’at (terlampir)
8. Pembaiat menyampaikan kata penutup secara singkat.
Lampu dinyalakan.
9. Peserta masih tetap berada pada posisi.
10. Petugas memanggil peserta satu per satu, untuk menerima
stofmap berisi sertifikat LKD.
11. Seluruh unsur penyelenggara berdiri berjajar di samping
Pembaiat menyalami Kader BARU AMRI.

Catatan :

 Acara Pembaiatan dianjurkan dilakukan pada malam hari untuk


memperkuat suasana khidmat. Dan bisa diawali dengan acara
renungan malam
 Penyerahan Sertifikat untuk Fasilitator, Moderator, Notulen dan
Petugas Forum dilaksanakan dalam acara penutupan.
C. Latihan Kader Menengah
Latihan Kader Menengah (LKM) Merupakan proses pengkaderan
tingkat menengah sebagai kelanjutan jenjang pengkaderan setelah
LKD. Tahap pengkaderan LKM ini hanya dapat diikuti oleh kader AMRI
yang telah mengikuti LKD. LKM dapat dilaksanakan oleh Pimpinan
Daerah atau Pimpinan Wilayah AMRI.
LKM bertujuan membentuk kader MUJAHID yakni kader militan
dan memiliki komitmen terhadap nilai-nilai pergerakan.
Materi-materi pokok yang disampaikan dalam LKM:

1. Bina Suasana & Perkenalan


a. Pokok bahasan:
Tujuan dan Posisi LKM, Pengenalan materi LKM, Perkenalan
identitas peserta dan fasilitator, seperti nama, alamat, status,
hobbi, dll serta Kontrak Belajar.
b. Tujuan :
1) Tercapainya suasanan interaksi yang hangat, akrab dan
saling terbuka diantara sesama peserta dan antara peserta
dan fasilitator, sehingga memungkinkan berlangsungnnya
kegiatan pelatihan yang partisipatif.
2) Tercapainya suasana yang membantu peserta untuk saling
membuka diri dan saling memahami, sehingga
mempermudah proses interaksi antara sesama peserta
pada acara-acara berikutnya.
c. Metode :
Permainan kertas bergambar
d. Proses kegiatan :
1) Peserta duduk melingkar tanpa ada yang menghalangi.
2) Fasilitator menerangkan maksud dari materi perkenalan ini,
setelah itu membagikan kertas kepada setiap peserta.
3) Setiap peserta menggambarkan dirinya dalam bentuk
apapun (sketsa, lukisan, kata-kata, dll) ke dalam kertas itu,
misalnya nama, tempat tinggal, pekerjaan, orang-orang
disekitarnya, hobi dsb. Gambar tidak harus bagus yang
penting kita dapat mengetahui sesuatu tentang orang yang
menggambarkannya.
4) Setelah selesai, semua kertas dikumpulkan menjadi satu,
masing-masing peserta mengambil satu kertas lalu dia
harus menebak gambar itu milik siapa dan menceritakan
apa yang dilihat dalam kertas tersebut.
5) Yang merasa membuat gambar tersebut dipersilahkan
kedepan untuk menambah keterangan gambarnya.
6) Peserta lain diharapkan mengajukan pertanyaan mengenai
gambar tersebut. Begitu seterusnya sampai semua gambar
peserta terbacakan.
7) Fasilitator melalui pertanyaan-pertanyaan intensif
merangsang tiap peserta untuk bercerita mengenai dirinya
sendiri.
8) Setelah selesai semua untuk perkenalan, fasilitator
menjelaskan arti permainan tadi kemudian menutup acara.

2. Citra Diri & Pre-test


a. Pokok bahasan:
1) Pengetahuan tentang organisasi AMRI, Rifa’iyah, Aswaja,
serta organisasi pemuda yang lain.
2) Pengalaman organisasi : Pelatihan yang pernah diikuti,
Organisasi yang pernah diikuti
3) Keinginan diri: Tujuan dan harapan mengikuti LKM, Tujuan
dan harapan menjadi anggota AMRI
4) Citra diri dan tugas serta tanggung jawab Kader

b. Tujuan:
1) Mengetahui sejauh mana pengetahuan dasar peserta
tentang AMRI, Rifa’iyah serta organisasi pemuda yang lain.
2) Mengetahui keinginan dan harapan peserta dalam
mengikuti pelatihan ini
c. Metode:
Angket, Brainstorming
d. Proses kegiatan:
1) Fasilitator membagikan 3 kertas warna (merah, kuning,
hijau) yang telah terisi dengan beberapa pertanyaan
kepada setiap peserta.
2) Fasilitator memberikan waktu selama 15 menit untuk
menyelesaikan jawaban dimasing-masing kertas.
3) Setelah semua selesai, fasilitator meminta kepada peserta
untuk mengumpulkan semua jawaban kedepan sesuai
dengan warna kartu.
4) Fasilitator mengidentifikasi kertas-kertas tersebut sesuai
dengan kategorinya masing-masing.
5) Setelah teridentifikasi berdasarkan kategorinya, fasilitator
memberikan kesempatan kepada peserta untuk
menanggapi.
6) Fasilitator menyimpulkan hasil dari kegiatan tersebut
setelah itu menutup acara.

3. Analisa Diri
a. Pokok bahasan:
Mengenal diri, atau akan keinginan diri, sadar akan kekurangan
dan kelebihan diri dan orang lain serta sadar akan perlunya
keterbukaan.
b. Tujuan :
Agar peserta dapat lebih rendah hati, setiap orang menghargai
kekurangan dan kelebihan masing-masing, yang akhirnya
menciptakan suasana terbuka diantara semua peserta.
c. Metode :
Role play, Brainstorming
d. Proses Kegiatan:
1) Fasilitator menjelaskan sekilas tentang esensi materi
analisa diri.
2) Selanjutnya fasilitator membuka dengan cerita atau contoh
kasus seorang yang mau mengenal diri sendiri dan tidak
mengenal diri sendiri. Orang yang mampu mengenal diri
sendiri terbuka untuk melihat kelemahan dan kekuatan diri
sendiri maupun orang lain.
3) Hal ini terkait dengan keinginan kita dalam berproses di
suatu organisasi. Oleh karena itu selanjutnya fasilitator
menanyakan kepada peserta apakah kita perlu mengenal
diri kita sendiri.
4) Selanjutnya fasilitator mengajak peserta untuk melakukan
analisa diri dengan menggunakan “spiral pertumbuhan”.
5) Dalam penjelasan spiral pertumbuhan ini fasilitator
menjelaskan tahap demi tahap dengan disertai beberapa
contoh kasus.
6) (proses kegiatan bisa menggunakan yang lain, selama tidak
muerubah tujuan yang dicapai)

4. Ke AMRI an
a. Pokok Bahasan :
1) Tinjauan sosiologis dan strategis kelahiran AMRI
2) Peristiwa-peristiwa dan keputusan penting AMRI
3) Kebijakan-kebijakan strategis AMRI kedepan
4) Posisi dan peran AMRI dalam konteks kepemudaan dan
konteks kemasyarakatan.
b. Tujuan :
1) Mengetahui kelahiran AMRI secara sosiologis dan strategis
2) Mengetahui perjalanan AMRI dengan keputusan
pentingnnya.
3) Memahami kebijakan strategis AMRI ke depan
c. Metode :
Ceramah, Dialog, Brainstorming
d. Proses Kegiatan:
1) Fasilitator membuka acara, kemudian menjelaskan secara
singkat tentang materi yang akan dibahas sesuai dengan
pokok bahasan.
2) Fasilitator memperkenalkan nara sumber, selanjutnya
fasilitator mengadakan warming up (pemanasan) dengan
cara memberikan pertanyaan seputar materi sesuai dengan
pokok bahasan. Hal ini dilakukan untuk mengukur tingkat
pengetahuan peserta terhadap materi yang bersangkutan,
sehingga nara sumber dapat mempertajam pemaparan
materi sesuai dengan kadar pengetahuan peserta.
3) Fasilitator mempersilahkan kepada nara sumber untuk
memaparkan materi, dilanjutkan dengan dialog.
4) Fasilitator mengulas secara garis besar pokok hasil dialog,
selanjutnya diakhiri dengan penutup.

5. Ke Rifa’iyah an
a. Pokok bahasan :
1) Tinjauan Sosiologis dan Strategis kelahiran Rifa’iyah
2) Konsep Rukun Islam satu
3) Konsep Alim Adil dan penyikapannya dalam kehidupan
sekarang
4) Analisa Rifa’iyah dalam perkembangan/dinamika
perjuangan
b. Tujuan :
1) Mengerti dan memahami maksud serta pentingnya
kelahiran Organisasi Rifa’iyah
2) Mengerti dan memahami konsep rukun Islam satu
3) Mengerti dan memahami konsep Alim Adil serta
bagaimana menerapkannya dan menyikapinya dalam
kehidupan sekarang
c. Metode :
1) Ceramah dan tanya jawab
2) Brainstorming
3) Diskusi
d. Proses kegiatan :
1) Fasilitator membuka acara kemudian memberikan
penjelasan singkat tentang pokok bahasan materi,
selanjutnya fasilitator mengadakan brainstorming sekitar
pokok bahasan materi.
2) Fasilitator membacakan biodata nara sumber, selanjutnya
mempersilahkan narasumber menyampaikan materi di
lanjutkan dengan dialog.
3) Fasilitator mengarahkan menuju kesimpulan, kemudian
menutup materi, dan mempersilahkan nara sumber
meningalkan ruangan.
4) Selanjutnya membagi peserta dalam beberapa kelompok
diskusi, kemudian peserta dipersilahkan untuk
mendiskusikan beberapa pokok masalah yang diberikan
oleh fasilitator.
5) Hasil diskusi dipresentasikan di depan forum dipandu
fasilitator.
6) Kemudian fasilitator mengulas garis besar hasil diskusi
yang diakhiri dengan penutup.

6. ASWAJA
a. Pokok bahasan :
1) Latar belakang sosio-politik dan sosio-kultural lahirnya Ahlu
al-Sunnah Wa al-Jama’ah.
2) Latar belakang sosio-politik dan sosio-kultural lahirnya
madzhab.
3) Pengertian madzhab dan sistem bermadzhab
4) Pengertian Taqlid, Ittiba', Ijtihad dan istinbath dalam
Rifa’iyah.
5) Memahami karakteristik 4 madzhab pada masalah fiqih
6) Memahami tentang madzhab Syafi’i, madzhab yang
banyak dijadikan rujukan dalam kitab-kitab K.H. Ahmad
Rifa’i
7) Pandangan aswaja terhadap jihad
b. Tujuan :
1) Memahami pengertian madzhab dan sistem bermadzhab
2) Memahami tentang taqlid, ittiba’, ijtihad dan istinbath
dalam Rifa’iyah serta aplikasinya dalam kehidupan
c. Metode :
1) Ceramah dan tanya jawab
2) Brainstorming
3) Diskusi
d. Proses kegiatan :
1) Fasilitator membuka acara kemudian memberikan
penjelasan singkat tentang pokok bahasan materi,
selanjutnya pelatih mengadakan brainstorming sekitar
pokok bahasan materi.
2) Fasilitator membacakan biodata nara sumber, selanjutnya
mempersilahkan narasumber menyampaikan materi di
lanjutkan dengan dialog.
3) Fasilitator mengarahkan menuju kesimpulan, kemudian
mempersilahkan nara sumber meningalkan ruangan.
4) Selanjutnya membagi peserta dalam beberapan kelompok
diskusi, kemudian peserta dipersilahkan untuk
mendiskusikan beberapa pokok masalah yang diberikan
oleh fasilitator.
5) Hasil diskusi dipresentasikan di depan forum dipandu
fasilitator.
6) Kemudian fasilitator mengulas garis besar hasil diskusi
yang diakhiri dengan penutup

7. Tradisi Perilaku Keagamaan Rifa’iyah


a. Pokok bahasan :
1) Tradisi Rifa’iyah, pengertian dan dasar hukumnya (tahlil,
qunut, diba'iyah, ziarah kubur, haul, tarawih 20 rakaat,
wilangan & adzan 2 dlm jumat, talqin, pernikahan, musik
dll)
2) Fadzilah dan penerapannya
3) Khilafiyahnya
b. Tujuan :
Mengerti dan memahami tradisi Rifa’iyah serta dasar
hukumnya berikut fadzilah dan penerapannya
c. Metode :
Ceramah, Dialog
d. Proses kegiatan :
1) Fasilitator membuka acara, kemudian menjelaskan secara
singkat tentang materi yang akan dibahas sesuai dengan
pokok bahasan.
2) Fasilitator memperkenalkan nara sumber, selanjutnya
fasilitator mengadakan warming up (pemanasan) dengan
cara memberikan pertanyaan seputar materi sesuai dengan
pokok bahasan. Hal ini dilakukan untuk mengukur tingkat
pengetahuan peserta terhadap materi yang bersangkutan,
sehingga nara sumber dapat mempertajam pemaparan
materi sesuai dengan kadar pengetahuan peserta.
3) Fasilitator mempersilahkan kepada nara sumber untuk
memaparkan materi, dilanjutkan dengan dialog.
4) Fasilitator mengulas secara garis besar pokok hasil dialog,
selanjutnya diakhiri dengan penutup

8. Manajemen Konflik
a. Pokok bahasan:
1) Pengertian manajemen konflik
2) Macam/model- model konflik
3) Tahap-tahap penyelesaian konflik
b. Tujuan :
Mengerti dan memahami pengertian konflik, manajemen
konflik dan bagaimana menyelesaikannya.
c. Metode :
1) Brainstorming
2) Study kasus
3) Ceramah
d. Proses Kegiatan :
1) Fasilitator membuka acara dan membagi peserta dalam
beberapa kelompok
2) Fasilitator membagikan beberapa kasus pada masing-
masing kelompok untuk diselesaikan.
3) Fasilitator memberikan waktu selama 15 menit kepada
masing-masing kelompok untuk menyelesaikan kasus yang
diberikan.
4) Setelah semua selesai, fasilitator memberikan kesempatan
selama 10 menit pada masing-masing kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusinya.
5) Fasilitator menjelaskan hasil dari diskusi kedalam materi
pokok bahasan.
6) Fasilitator memandu dialog hingga selesai, kemudian
fasilitator menutup sessi.

9. Manajemen Organisasi
a. Pokok bahasan :
1) Pengertian, fungsi dan manfaat manajemen
2) Manajemen organisasi non profit
3) Manajemen kepanitiaan
b. Tujuan :
1) Mengerti dan memahami fungsi, manfaat dan bentuk-
bentuk manajemen
2) Mengetahui bagaimana memilih dan menerapkan
manajemen yang tepat
c. Metode :
1) Brainstorming
2) Diskusi
3) Ceramah dan dialog
d. Proses kegiatan :
1) Fasilitator membuka acara, kemudian menjelaskan secara
singkat tentang materi yang akan dibahas sesuai dengan
pokok bahasan.
2) Fasilitator memperkenalkan nara sumber, selanjutnya
fasilitator mengadakan warming up (pemanasan) dengan
cara memberikan pertanyaan seputar materi sesuai dengan
pokok bahasan. Hal ini dilakukan untuk mengukur tingkat
pengetahuan peserta terhadap materi yang bersangkutan,
sehingga nara sumber dapat mempertajam pemaparan
materi sesuai dengan kadar pengetahuan peserta.
3) Fasilitator mempersilahkan kepada nara sumber untuk
memaparkan materi, dilanjutkan dengan dialog.
4) Fasilitator mengulas secara garis besar pokok hasil dialog,
selanjutnya diakhiri dengan penutup.

10. Kepemimpinan
a. Pokok bahasan :
1) Macam-macam leadership
2) Teori munculnya pemimpin di masyarakat
3) Pola kepemimpinan efektif
4) Tipologi kepemimpinan
b. Tujuan :
1) Peserta memahami karakteristik sosok dan citra diri
seorang pemimpin
2) Peserta memahami bagaimana peran dan tanggung jawab
seorang pemimpin
c. Metode :
1) Permainan
2) Penugasan
3) Diskusi
d. Proses Kegiatan :
1) Fasilitator membuka acara kemudian membagi peserta
dalam 4 kelompok
2) Masing masing kelompok memerankan seorang pemimpin
yang otoriter, demokratis, liberal, laizezfaire
3) Setelah semua selesai, fasilitator melontarkan beberapa
pertanyaan mengenai pokok bahasan materi yang
berhubungan dengan tugas yang telah diperankan
4) Fasilitator memaparkan hasil dari tanya jawab, permainan
peran dan materi pokok bahasan.
5) Fasilitator menutup acara

11. Scientific Problem Solving (SPS)


a. Pokok bahasan:
1) Pengertian dan fungsi SPS
2) Pengertian masalah dan langkah-langkah pemecahan
masalah
3) Konsep dasar pengambilan keputusan
4) Praktek studi kasus
b. Tujuan:
1) Memahami pengertian dan fungsi SPS
2) Memahami apa itu masalah, cara menganalisa serta
bagaimana langkah-langkah pemecahannya.
3) Memahami konsep dasar pengambilan keputusan.
c. Metode:
1) Study kasus
2) Curah pendapat
3) Ceramah
d. Proses kegiatan :
1) Fasilitator membuka acara dan membagi peserta dalam 2
kelompok besar
2) Fasilitator membagikan beberapa kasus pada masing-
masing kelompok untuk diselesaikan.
3) Fasilitator memberikan waktu selama 15 menit kepada
masing-masing kelompok untuk menyelesaikan kasus yang
diberikan.
4) Setelah semua selesai, fasilitator memberikan kesempatan
selama 10 menit pada masing-masing kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusinya.
5) Fasilitator menjelaskan hasil dari diskusi kedalam materi
pokok bahasan.
6) Fasilitator memberi kesempatan beberapa pertanyaan.
7) Fasilitator menutup acara.

12. Kerjasama
a. Pokok bahasan :
1) Pengertian dan tujuan kerjasama
2) Bentuk-bentuk kerjasama
3) Etika kerjasama
b. Tujuan :
1) Memahami pengertian dan tujuan kerjasama
2) Memahami bentuk-bentuk kerjasama serta etika kerjasama
c. Metode :
1) Permainan
2) Dinamika kelompok
3) Brainstorming
4) Diskusi
5) Simulasi
d. Proses kegiatan :
1) Fasilitator membuka acara kemudian menerangkan prosesi
permainan
2) Fasilitator membagi kelompok
3) Setiap kelompok mendapat kertas double folio sebanyak
jumlah peserta dalam kelompok itu.
4) Dalam waktu 15 menit bahan yang telah diberikan harus
dibentuk sesuai dengan keinginan kelompok
5) Ketentuannya: produk itu harus setinggi mungkin dan tidak
boleh mempergunakan peralatan lain selain yang diberikan.
6) Ketentuan berikutnya: selama bekerja tidak ada yang boleh
bicara tapi dapat berkomunikasi dengan gerak-gerik atau
bahasa isyarat, mimik dan bunyi-bunyian.
7) Amati cara kerja kelompok
8) Fasilitator mempersilahkan memulai kerja selama 15 menit
9) Setelah 15 menit selesai, semua harus berhenti dan
masing-masing kelompok meletakkan hasil karyanya
ditengah ruangan.
10) Setiap peserta diberi kesempatan untuk memberikan reaksi
atas produk-produk itu, mengungkapkan perasaan dan
pendapat secara bergantian
11) Kemudian fasilitator meminta seluruh peserta membentuk
lingkaran besar dengan mengadakan evaluasi
12) Fasilitator menyimpulkan hasil permainan itu dalam pokok
bahasan materi
13) Fasilitator menutup acara.

13. Teknik Diskusi dan Persidangan


a. Pokok bahasan :
1) Pengertian, tujuan dan macam-macam diskusi dan
persidangan
2) Etika diskusi dan persidangan
3) Perangkat dan teknik diskusi dan persidangan
4) Teknik menciptakan diskusi dan persidangan yang produktif
b. Tujuan :
1) Memahami pengertian, tujuan, macam serta etika diskusi.
2) Memahami perangkat dan teknik persidangan
3) Memahami bagaimana menciptakan diskusi yang produktif
c. Metode :
1) Brainstorming
2) Diskusi
3) Role Playing
4) Praktek diskusi dan sidang
d. Proses kegiatan :
1) Fasilitator membuka acara dan menerangkan secara
singkat tentang pokok bahasan materi yang dilanjutkan
dengan memperkenalkan nara sumber kepada peserta.
2) Fasilitator mengadakan brainstorming dengan cara
menyampaikan beberapa pertanyaan yang terkait dengan
pokok bahasan, hal ini ditujukan untuk mengukur tingkat
pengetahuan peserta pada materi tersebut sebelum
pemateri menyampaikan materinya secara utuh.
Selanjutnya mempersilahkan kepada nara sumber untuk
menyampaikan materi, dilanjutkan dengan dialog.
3) Fasilitator mengulas garis besar hasil dialog dan
mengarahkan kepada kesimpulan dan mempersilahkan
narasumber meninggalkan ruangan.
4) Selanjutnya untuk memperdalam materi, fasilitator
mengajak peserta untuk melakukan suatu diskusi kelompok
dengan membahas beberapa issue yang disediakan oleh
fasilitator.
5) Selama dalam proses diskusi, fasilitator memantau dan
menilai mulai dari bentuk diskusi, penataan model,
jalannya diskusi, partisipasi anggota diskusi dan peranan
ketua kelompok diskusi dalam mengendalikan situasi
diskusi.
6) Setelah selesai, fasilitator memberikan ulasan tentang
kelebihan dan kekurangan dari masing-masing prosesi
diskusi yang telah dipraktekkan oleh masing-masing
kelompok.
7) Selanjutnya fasilitator memberikan saran-saran dan diakhiri
dengan menutup acara.

14. Analisis Sosial


a. Pokok bahasan :
1) Pengertian Analisi sosial
2) Kenyataan sosial sebagai medan gerakan AMRI
3) Prinsip-prinsip dan model analisis sosial
4) Tahapan-tahapan dalam analisis sosial
5) Membaca kenyataan sosial sebagai medan gerakan AMRI
b. Tujuan :
1) Peserta memahami proses analisis sosial
2) Peserta memiliki perangkat konseptual untuk memahami
kenyataan masyarakat di tingkat lokal, nasional dan global.
3) Peserta diharapkan mampu memahami karakter dan pola
sosial dalam kenyataan masyarakat sebagai pengetahuan
dasar bagi mungkinnya sebuah gerakan.
c. Metode :
1) Ceramah
2) Brainstorming
3) Diskusi
d. Proses Kegiatan:
1) Fasilitator menerangkan secara singkat tentang pokok
bahasan materi yang dilanjutkan dengan memperkenalkan
nara sumber kepada peserta.
2) Fasilitator mengadakan brainstorming dengan cara
menyampaikan beberapa pertanyaan yang terkait dengan
pokok bahasan, hal ini ditujukan untuk mengukur tingkat
pengetahuan peserta pada materi tersebut sebelum
pemateri menyampaikan materinya secara utuh.
Selanjutnya mempersilahkan kepada nara sumber untuk
menyampaikan materi, dilanjutkan dengan dialog.
3) Fasilitator mengulas garis besar hasil dialog dan
mengarahkan kepada kesimpulan
4) Fasilitator menutup acara.

15. Strategic Planning


a. Pokok bahasan :
1) Melakukan analisa realitas internal dan eksternal
Organisasi
2) Cara Merumuskan visi, misi dan program unggulan AMRI
3) Cara Merumuskan program kerja AMRI dan diklasifikasikan
pada jangka pendek, menengah dan panjang.
4) Cara Merumuskan program tahunan AMRI
b. Tujuan :
1) Memahami strategic planning dalam menyusun langkah-
langkah ke depan
2) Mampu merencanakan langkah strategis dan taktis serta
3) Merumuskannya terhadap persoalan atau program
organisasi
c. Metode :
1) Ceramah dan Dialog
2) Brainstorming
3) Penugasan
4) Praktek
d. Proses Kegiatan:
1) Fasilitator menerangkan secara singkat tentang pokok
bahasan materi yang dilanjutkan dengan memperkenalkan
nara sumber kepada peserta.
2) Fasilitator mengadakan brainstorming dengan cara
menyampaikan beberapa pertanyaan yang terkait dengan
pokok bahasan, hal ini ditujukan untuk mengukur tingkat
pengetahuan peserta pada materi tersebut sebelum
pemateri menyampaikan materinya secara utuh.
Selanjutnya mempersilahkan kepada nara sumber untuk
menyampaikan materi, dilanjutkan dengan dialog.
3) Fasilitator mengulas garis besar hasil dialog dan
mengarahkan kepada kesimpulan
4) Fasilitator menutup acara.

16. Evaluasi
a. Pokok bahasan
1) Review dan evaluasi akhir penyelenggaraan latihan
2) Kritik dan otokritik antar unsur pelaksana LKM dengan
peserta sepanjang acara pelaksanaan LKM
3) Mendaftar kekurangan dan kelebihan dari acara LKM yang
telah diselenggarakan serta merumuskan langkah-langkah
perbaikan bagi acara serupa di masa yang akan datang
b. Tujuan
1) Mampu mengorganisir dan mengungkapkan kembali
pengalaman latihan peserta sejak awal sampai akhir
pelatihan, sehingga mengetahui kelebihan dan kekurangan
selama latihan berlangsung.
2) Mampu memberikan umpan balik dan kritikan terhadap
proses pelaksanaan latihan ini serta saran-saran mereka
untuk perbaikan pelaksanaan latihan di masa yang akan
datang
c. Metode
1) Angket
2) Kuesioner
d. Proses kegiatan
1) Fasilitator membuka acara, kemudian memberikan
penjelasan singkat tentang evaluasi pelatihan dan
tujuannya.
2) Pelatih membagi peserta ke dalam beberapa kelompok
diskusi, kemudian masing-masing kelompok merumuskan
beberapa kekurangan dan kelebihan dari masing-masing
sessi yang berkaitan dengan prosesi pelatihan, misalnya
infrastruktur pelatihan, materi, pelatih, metoda, nara
sumber, peserta, suasana, sistem kelekatan dll.
3) Hasil diskusi di tuangkan dalam kertas plano kemudian
dipresentasikan oleh masing-masing kelompok.
4) Fasilitator memandu untuk mengidentifikasi masing-masing
permasalahan, sehingga menjadi entry point bagi peserta
di dalam menyelenggarakan pelatihan berikutnya.
5) Selanjutnya fasilitator menyimpulkan secara garis besar
hasil diskusi.
6) Diakhiri dengan penutupan acara.

17. Rencana Tindak Lanjut


a. Pokok bahasan
1) Rencana tindak lanjut latihan
2) Rumusan strategi tindak lanjut untuk pengembangan
kemampuan peserta
b. Tujuan
1) Menyadari pentingnya suatu tindak lanjut latihan sebagai
bentuk perwujudan dari pengetahuan, keterampilan dan
pengalaman yang diperolehnya selama latihan
2) Mampu menyusun suatu rencana tindak lanjut tentatif yang
dapat dan mungkin dilaksanakannya pasca latihan pelatih
c. Metode
Angket, Diskusi
d. Proses kegiatan
1) Fasilitator membuka acara, kemudian memberikan
penjelasan singkat tentang rencana tindak lanjut sebagai
bentuk peningkatan pengalaman dan bagi peserta yang
akan menularkan pengetahuannya kepada generasi di
wilayahnya
2) Agar hasil rencana tindak lanjut tepat sasaran, maka
sebaiknya rencana tindak lanjut di buat forum segitiga
yakni peserta, pelatih, dan pimpinan struktural yang
bersangkutan.
3) Selanjutnya forum diserahkan kepada pimpinan struktural
yang bersangkutan untuk bersama-sama melakukan
rancangan kegiatan lanjutan bagi peserta latihan.
4) Hasil pembahasan tersebut kemudian dituangkan dalam
plano dan menjadi ketetapan kegiatan yang harus
dilaksanakan
5) Fasilitator memberikan penegasan secara garis besar atas
hasil perumusan rencana tindak lanjut, kemudian diakhiri
dengan penutupan acara oleh fasilitator.
KEPUTUSAN MUKERNAS III
ANGKATAN MUDA RIFA’IYAH
Nomor: 01/Mukernas III/AMRI/5/2014

Tentang:
PEDOMAN ORGANISASI
ANGKATAN MUDA RIFAIYAH

Bismillahirrahmanirrahim,

Pimpinan Mukernas Angkatan Muda Rifa’iyah III tahun 2014 setelah:


Menimbang : 1. Bahwa demi mewujudkan kelancaran keberlangsungan organisasi,
maka dipandang perlu adanya peraturan organisai tentang
Pedoman Organisasi Angkatan Muda Rifa’iyah
2. Bahwa untuk memberikan kepastian hukum, maka dipandang
perlu untuk menetapkan keputusan Mekernas III tahun 2014
Angkatan Muda Rifa’iyah tentang Pedoman Organisasi Angkatan
Muda Rifa’iyah
Mengingat : 1. AD-ART AMRI
2. Hasil KONGRES III AMRI di Temanggung Jawa Tengah tahun 2013
Memperhatikan : Hasil sidang Pleno tentang Pedoman Organisasi Angkatan Muda
Rifa’iyah

MEMUTUSKAN

Menetapkan : 1. Pedoman Organisasi Angkatan Muda Rifa’iyah


2. Keputusan ini akan ditinjau kembali jika dikemudian hari terdapat
kekeliruan.
3. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan

Wallahul Muwafiq ilaa Aqwamith Thariq

Ditetapkan di : Pemalang
Pada tanggal : 11 Mei 2014

PIMPINAN MUKERNAS III 2014


ANGKATAN MUDA RIFA’IYAH

Abdul Qayum Ahmad Saefullah


Ketua Umum Sekretaris Jendral
PEDOMAN ORGANISASI
ANGKATAN MUDA RIFAIYAH

Bismillahirrahmanirrahim

PENDAHULUAN

Tujuan suatu organisasi hanya dapat diwujudkan dengan usaha-usaha


yang teratur, berencana. Salah satu perangkat yang dapat digunakan
untuk menciptakan penyelenggaraan usaha-usaha yang demikian itu
adalah Peraturan Organisasi yang mendukung ke arah tujuan tersebut
Dengan demikian maksud disusunnya Peraturan Organisasi adalah
untuk memberikan kerangka struktural mengenai kedudukan dari setiap
aparat personalia pengurus, wewenang berikut tanggung jawab, bidang
pekerjaan dan tugas-tugasnya, sehingga setiap pekerjaan yang
diselenggarakan dapat berjalan dengan efisien, efektif, bebas dari
duplikasi, overlapping dan perbenturan.
Pengurus AMRI mempunyai tanggung jawab yang besar untuk
menjalankan usaha-usaha pencapaian tujuan organisasi. Untuk dapat
menjalankan tanggung jawab itu secara efisien dan efektif, maka
pengurus AMRI memerlukan Peraturan Organisasi.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan itu, disusunlah Peraturan
Organisasi AMRI sebagai berikut :

BAB I
PIMPINAN PUSAT

Pasal 1
Daerah Kerja

1. Pimpinan Pusat Angkatan Muda Rifaiyah disingkat PP AMRI


2. Daerah Kerja PP AMRI meliputi seluruh wilayah negara Republik
Indonesia

Pasal 2
Susunan Pengurus

1. Susunan Pengurus PP AMRI terdiri dari:


a. Pelindung
b. Majlis Penasehat Nasional
c. Ketua Umum
d. Ketua I
e. Ketua II
f. Ketua III
g. Sekretaris Jenderal
h. Sekretaris I
i. Sekretaris II
j. Sekretaris III
k. Bendahara Umum
l. Bendahara I
m. Bendahara II
n. Bendahara III
o. Ketua-Ketua Biro
p. Anggota-Anggota Biro
q. Ketua-Ketua badan
r. anggota-anggota badan.
2. Pelindung adalah Pimpinan Pusat Rifaiyah.
3. Majelis Penasehat Nasional ditentukan menurut kebijakan PP AMRI.
4. Ketua Umum adalah Mandataris Kongres, dipilih oleh Kongres.
5. Kelengkapan pengurus PP AMRI dipilih dan diangkat oleh Ketua Umum
terpilih dan anggota tim formatur Kongres.

Pasal 3
Tugas, Hak dan Kewajiban

1. Melaksanakan amanat Kongres.


2. Memimpin dan mengkoordinasi seluruh Wilayah dan Daerah AMRI.
3. Menerbitkan Surat Keputusan (SK) pengesahan kepengurusan
Pimpinan Wilayah (PW) AMRI
4. Menerbitkan Surat Keputusan (SK) pengesahan kepengurusan
Pimpinan Daerah (PD) AMRI yang sudah mendapat rekomendasi PW
AMRI.
5. Memberikan laporan periodik terhadap kegiatan dan perkembangan
organisasi secara nasional.
6. Membekukan atau mengambil alih kepemimpinan PW dan PD
AMRI yang tidak mematuhi peraturan yang berlaku, setelah
melakukan pendekatan dan atas pertimbangan pengurus Rifa’iyah
setingkat.
7. Bertanggung jawab terhadap dan atas nama organisasi baik keluar
maupun ke dalam secara nasional kepada Kongres.
BAB II
TATA KERJA PENGURUS HARIAN PP

Pasal 4
Ketua Umum

1. Status dan kedudukan


a. Mandataris Kongres AMRI
b. Pengurus harian PP AMRI.
c. Pemegang kebijakan umum PP AMRI.
d. Penanggung jawab kegiatan PP AMRI.
2. Hak dan wewenang
a. Menentukan kebijakan organisasi sesuai ketentuan yang berlaku.
b. Pemegang kebijakan tertinggi PP AMRI.
c. Meminta pertanggungjawaban terhadap segala tindakan dan
kebijakan fungsionaris pimpinan yang dilakukan atas nama
organisasi.
d. Mewakili organisasi dalam kegiatan PP baik kegiatan internal
maupun eksternal.
e. Memberhentikan, mengangkat dan mengganti personil
kepengurusan PP AMRI yang dianggap tidak menjalankan tugas
organisasi melalui rapat pleno.
f. Menandatangani surat-surat organisasi, baik ke dalam maupun ke
luar atas nama organisasi.
3. Tugas dan kewajiban
a. Memegang kepemimpinan secara umum.
b. Penanggung jawab program.
c. Mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan tugas pimpinan.
d. Mengevaluasi program PP AMRI dan kegiatan-kegiatan yang telah
dan atau hendak dilaksanakan selama kurun waktu 5 tahun.
4. Tanggung jawab
a. Bertanggung jawab terhadap keberlangsungan organisasi AMRI
b. Bertanggung jawab terhadap kebijakan organisasi secara umum
kepada Kongres.

Pasal 5
Ketua-Ketua

1. Status dan kedudukan


a. Pengurus harian PP AMRI.
b. Pemegang kebijakan khusus sesuai dengan bidang yang ditentukan
di PP AMRI
2. Hak dan wewenang
a. Merumuskan dan menentukan kebijakan serta melaksanakan
program organisasi sesuai dengan bidangnya bersama biro di
bawah koordinasinya.
b. Mewakili Ketua Umum jika berhalangan sesuai dengan bidangnya.
c. Membantu Ketua Umum dalam memberhentikan, mengangkat dan
mengganti personalia pimpinan.
d. Menandatangani surat-surat sesuai dengan bidangnya jika ketua
umum berhalangan.
3. Tugas, kewajiban dan tanggung jawab
a. Membantu ketua umum dalam menjalankan tugas-tugas
organisasi.
b. Mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan sesuai dengan Biro-Biro di
bawah koordinasinya.
c. Mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan program-program PP
AMRI yang berada di bawah koordinasinya.
d. Mengevaluasi program-program di bawah koordinasinya yang telah
dan/atau hendak dilaksanakan
e. Dalam menjalankan tugasnya, bertanggung jawab kepada Ketua
Umum.

Pasal 6
Sekretaris Jenderal

1. Status dan kedudukan


a. Pengurus harian PP AMRI.
b. Pemegang kebijakan umum administrasi PP AMRI.
2. Hak dan wewenang
a. Menyusun dan menentukan kebijakan umum kesekretariatan dan
administrasi.
b. Bersama Ketua Umum merumuskan garis-garis besar kebijakan
organisasi secara umum.
c. Membantu ketua umum dalam memberhentikan, mengangkat dan
mengganti personalia pimpinan
d. Menandatangani surat-surat yang bersifat umum, baik ke dalam
maupun ke luar atas nama organisasi.
e. Mendampingi Ketua Umum dalam menjalankan kebijakan
organisasi serta mewakilinya jika berhalangan.
3. Tugas, kewajiban dan tanggung jawab
a. Mendampingi Ketua Umum dalam melaksanakan tugas-tugas
organisasi.
b. Bertanggung jawab pada ketertiban administrasi dan
kesekretariatan organisasi.
c. Melaksanakan tugas-tugas kesekretariatan PP AMRI.
d. Bersama Ketua Umum mengevaluasi semua kegiatan yang telah
dan atau hendak dilaksanakan selama kurun waktu satu periode.
e. Dalam menjalankan tugasnya, bertanggung jawab kepada Ketua
Umum.

Pasal 7
Sekretaris-Sekretaris

1. Status dan kedudukan


a. Pengurus harian PP AMRI.
b. Pemegang kebijakan khusus, administrasi sesuai bidangnya di PP
AMRI
2. Hak dan wewenang
a. Menyusun dan menentukan kebijakan administrasi sesuai dengan
bidang kesekretariatannya.
b. Mewakili Sekretaris Jenderal jika berhalangan sesuai dengan
bidangnya
c. Membantu Ketua Umum dalam memberhentikan, mengangkat dan
mengganti personalia pimpinan
d. Bersama ketua-ketua membawahi biro-biro tertentu.
3. Tugas, kewajiban dan tanggung jawab
a. Membantu Sekretaris Jenderal dalam menjalankan tugas-tugas
keadministrasian.
b. Melaksanakan tugas keadministrasian sesuai dengan bidangnya
c. Mendampingi ketua dalam menjalankan tugas-tugas organisasi.
d. Membuat surat-surat sesuai dengan bidang dan atau koordinasi
ketua.
e. Bersama ketua mengevaluasi semua kegiatan (tahunan) yang telah
dan atau hendak dilaksanakan selama kurun waktu 5 tahun.
f. Dalam menjalankan tugasnya, bertanggung jawab kepada
Sekretaris Jenderal dan Ketua.
Pasal 8
Bendahara Umum

1. Status dan kedudukan


a. Pengurus harian PP AMRI
b. Pemegang kebijakan umum keuangan PP AMRI.
2. Hak dan wewenang
a. Menyusun dan menentukan kebijakan umum tentang anggaran
pendapatan dan belanja organisasi bersama ketua umum.
b. Barsama dengan sekretaris umum dan ketua umum mengevaluasi
program yang telah dilaksanakan.
c. Membantu ketua umum dalam memberhentikan, mengangkat dan
mengganti personalia pimpinan
d. Meminta pertanggungjawaban keuangan dari panitia pelaksana
kegiatan yang dibentuk PP AMRI dan atau bendahara-bendahara.
e. Menandatangani laporan keuangan yang berkenaan dengan biaya
pemasukan dan pengeluaran bersama Ketua Umum.
3. Tugas, kewajiban dan tanggung jawab
a. Mengusahakan sumber keuangan organisasi dengan persetujuan
ketua umum.
b. Merumuskan anggaran pendapatan dan belanja organisasi yang
telah dan atau hendak dilaksanakn bersama ketua umum.
c. Mengatur keuangan organisasi bersama ketua umum.
d. Melaporkan neraca keuangan organisasi dihadapan rapat pleno PP
AMRI.
e. Dalam menjalankan tugasnya, bertanggung jawab kepada ketua
umum.

Pasal 9
Bendahara-Bendahara

1. Status dan kedudukan


a. Pengurus harian PP AMRI.
b. Pemegang kebijakan khusus, keuangan PP AMRI.
2. Hak dan wewenang
a. Menyusun dan menentukan kebijakan keuangan sesuai dengan
bidang tugasnya.
b. Mewakili bendahara umum jika berhalangan, menurut bidang
tugasnya.
c. Bersama bendahara umum, merumuskan dan menetapkan
anggaran belanja dan pendapatan keuangan sesuai dengan bidang
tugasnya
d. Membantu ketua umum dalam memberhentikan, mengangkat dan
mengganti personalia pimpinan
3. Tugas, kewajiban dan tanggung jawab
a. Membantu bendahara umum dalam menjalankan tugas-tugas
organisasi
b. Melaksanakan tugas kebendaharaan sesuai dengan bidang
tugasnya
c. Bersama ketua dan sekretaris mengevaluasi kegiatan yang telah
dan atau hendak dilaksanakan selama kurun waktu 5 tahun, sesuai
dengan bidang tugasnya.
d. Dalam menjalankan tugasnya, bertanggung jawab kepada
bendahar umum dan ketua.

BAB III
TATA KERJA BIRO DAN BADAN

Pasal 10
Biro dan badan

1. Biro-biro pada Pimpinan Pusat AMRI terdiri dari:


a. Biro Kaderisasi dan Aparatur Organisasi
b. Biro Pendidikan dan Pemberdayaan Pesantren & Madrasah
c. Biro Dakwah dan Seni budaya Islam
d. Biro Ekonomi dan Kewirausahaan
e. Biro Advokasi dan Pengabdian Masyarakat
f. Biro Komunikasi Publik dan Hubungan Eksternal
g. Biro Penelitian dan Pengembangan
2. Badan-Badan pada Pimpinan Pusat AMRI terdiri dari:
a. Badan Koordinator Nasional Bakornas BARANUSA
b. Badan Amil Zakat, Infaq dan Shodaqoh (Bazis)

Pasal 11
Tata Kerja Biro-Biro

1. Status dan kedudukan


a. Pengurus PP AMRI.
b. Pelaksana program khusus, PP AMRI sesuai dengan bironya.
2. Hak dan wewenang
a. Menyusun dan merumuskan langkah-langkah operasional program
sesuai dengan bironya.
b. Bersama-sama Ketua menetapkan kebijakan organisasi secara
operasional sesuai bironya.
c. Mengembangkan program sektor formal, informal dan non formal
yang lebih menyentuh dan terarah pada kebutuhan organisasi
secara berkala.
3. Tugas, kewajiban dan tanggung jawab
a. Melaksanakan program kerja yang telah ditetapkan PP AMRI.
b. Memberikan laporan atas kegiatan-kegiatan yang telah
dilaksanakan di rapat pleno.
c. Dalam menjalankan tugasnya, bertanggung jawab kepada ketua.

Pasal 12
Tata Kerja Badan-Badan

1. Status dan kedudukan


a. Pengurus PP AMRI.
b. Pelaksana program khusus PP AMRI sesuai dengan badannya.
2. Hak dan wewenang
a. Menyusun dan merumuskan langkah-langkah operasional program
yang berkaitan dengan tugas badan yang bersangkutan.
b. Bersama-sama ketua umum menetapkan kebijakan organisasi
secara operasional sesuai tugas badan.
c. Mengembangkan program sektor formal, informal dan non formal
yang lebih menyentuh dan terarah pada kebutuhan organisasi
secara berkala.
3. Tugas, kewajiban dan tanggung jawab
a. Melaksanakan program kerja yang telah ditetapkan PP AMRI.
b. Memberikan laporan atas kegiatan-kegiatan yang telah
dilaksanakan di rapat pleno.
c. Dalam menjalankan tugasnya, bertanggung jawab kepada ketua
umum.

Pasal 13
Lain-lain

Hal-hal yang belum diatur dalam BAB I s.d. BAB III, akan diatur dalam
peraturan PP AMRI.
BAB IV
PIMPINAN WILAYAH

Pasal 14
Singkatan, Kedudukan dan Daerah Kerja

1. Pimpinan Wilayah Angkatan Muda Rifaiyah disingkat PW AMRI.


2. Berkedudukan di Wilayah Propinsi
3. Daerah Kerja PW AMRI meliputi seluruh wilayah Propinsi yang
bersangkutan.

Pasal 15
Susunan Pengurus

1. Susunan Pengurus PW AMRI terdiri dari :


a. Pelindung
b. Majlis Penasehat Wilayah
c. Ketua Umum
d. Ketua I
e. Ketua II
f. Sekretaris Umum
g. Sekretaris I
h. Sekretaris II
i. Bendahara Umum
j. Bendahara I
k. Bendahara II
l. Ketua-Ketua Bidang
m. Anggota-Anggota Bidang
n. Ketua-ketua Badan
o. Anggota-anggota badan
2. Pelindung adalah Pengurus Wilayah Rifa’iyah
3. Majelis Penasehat Wilayah ditentukan menurut kebijakan PW AMRI
4. Ketua Umum sebagai mandataris Musyawarah Wilayah, dipilih oleh
Musyawarah Wilayah.
5. Kelengkapan pengurus PW AMRI dipilih dan atau diangkat oleh Ketua
Umum terpilih dan tim formatur Musyawarah Wilayah.
6. PW AMRI disahkan oleh PP AMRI, dengan rekomendasi Musyawarah
Wilayah.
Pasal 16
Tugas, Hak dan Kewajiban

1. Melaksanakan amanat Musyawarah Wilayah.


2. Memimpin dan mengkoordinasi daerah-daerah di wilayah kerjanya.
3. Memberikan surat rekomendasi pengesahan PD AMRI.
4. Mengusulkan berdirinya Pimpinan Daerah AMRI kepada PP AMRI.
5. Memberikan laporan periodik terhadap perkembangan organisasi di
wilayah kerjanya kepada PP AMRI.
6. Pimpinan Wilayah dapat membentuk regional daerah untuk
memudahkan koordinasi
7. Bertanggung jawab terhadap dan atas nama organisasi sesuai
wilayahnya kepada Musyawarah Wilayah.

BAB V
TATA KERJA PENGURUS HARIAN PW AMRI

Pasal 17
Ketua Umum

1. Status dan kedudukan


a. Mandataris Musyawarah Wilayah AMRI.
b. Pengurus harian PW AMRI.
c. Pemegang kebijakan umum PW AMRI.
d. Penanggung jawab program PW AMRI.
2. Hak dan wewenang
a. Menentukan kebijakan organisasi yang bersifat umum
b. Pemegang kebijakan tertinggi PW AMRI.
c. Meminta pertanggungjawaban fungsionaris pimpinan yang
dilakukan atas nama organisasi.
d. Mewakili organisasi dalam kegiatan PW AMRI baik ke dalam
maupun ke luar.
e. Memberhentikan, mengangkat dan mengganti personil
kepengurusan PW AMRI yang dianggap tidak menjalankan tugas
organisasi melalui rapat pleno.
f. Menandatangani surat-surat yang bersifat umum, baik ke dalam
maupun keluar
3. Tugas, kewajiban dan tanggung jawab
a. Memegang kepemimpinan secara umum di tingkat wilayah.
b. Penanggung jawab program PW AMRI.
c. Mengamati dan mengendalikan pelaksanaan tugas pimpinan
d. Mengevaluasi program PW AMRI dan kegiatan-kegiatan yang telah
dan/atau hendak dilaksanakan
e. Bertanggung jawab terhadap keberlangsungan organisasi dalam
satu Propinsi.
f. Bertanggung jawab terhadap segala tindakan dan kebijakan
organisasi secara umum kepada Musyawarah Wilayah.

Pasal 18
Ketua-Ketua

1. Status dan kedudukan


a. Pengurus harian PW AMRI.
b. Pemegang kebijakan khusus, PW AMRI sesuai dengan bidang tugas
tertentu.
2. Hak dan wewenang
a. Merumuskan dan menentukan kebijakan organisasi sesuai dengan
bidang tugasnya
b. Mewakili ketua umum jika berhalangan sesuai dengan bidang
tugasnya.
c. Membantu ketua umum dalam memberhentikan, mengangkat dan
mengganti personalia Pimpinan Wilayah
d. Menandatangani surat-surat sesuai dengan bidang tugasnya dan
atau program koordinasinya, jika ketua umum berhalangan.
3. Tugas, kewajiban dan tanggung jawab
a. Membantu ketua umum dalam menjalankan tugas sesuai bidang
tugasnya.
b. Mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program
bidang tugasnya.
c. Mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan program-program PW
AMRI yang berada di bawah koordinasinya.
d. Mengevaluasi program-program yang telah dan atau hendak
dilaksanakan.
e. Dalam menjalankan tugasnya, bertanggung jawab kepada ketua
umum.

Pasal 19
Sekretaris Umum

1. Status dan kedudukan


a. Pengurus harian PW AMRI.
b. Pemegang kebijakan umum administrasi PW AMRI.
2. Hak dan wewenang
a. Menyusun dan menentukan kebijakan umum tentang administrasi.
b. Bersama ketua umum merumuskan garis-garis besar kebijakan
organisasi secara umum.
c. Membantu ketua umum dalam memberhentikan, mengangkat dan
mengganti personalia pimpinan wilayah
d. Menandatangani surat-surat yang bersifat umum, baik ke dalam
maupun ke luar
e. Mendampingi ketua umum dalam menjalankan kebijakan
organisasi serta mewakilinya jika berhalangan.
3. Tugas, kewajiban dan tanggung jawab
a. Mendampingi dan bekerjasama dengan ketua umum dalam
melaksanakan tugas organisasi
b. Bertanggung jawab terhadap ketertiban administrasi organisasi
c. Melaksanakan tugas-tugas kesekretariatan umum PW AMRI.
d. Bersama ketua umum mengevaluasi semua kegiatan yang telah
dan hendak dilaksanakan
e. Dalam menjalankan tugasnya, bertanggung jawab kepada ketua
umum.

Pasal 20
Sekretaris-Sekretaris

1. Status dan kedudukan


a. Pengurus harian PW AMRI.
b. Pemegang kebijakan khusus, administrasi PW AMRI, sesuai dengan
status dan kedudukan ketuanya.
2. Hak dan wewenang
a. Menyusun dan menentukan kebijakan tentang administrasi sesuai
dengan ketua-ketuanya.
b. Mewakili sekretaris Umum jika berhalangan sesuai dengan
pelaksana program di bawah koordinasinya
c. Membantu ketua umum dalam memberhentikan, mengangkat dan
mengganti personalia pimpinan wilayah
d. Bersama ketua membawahi Bidang-Bidang tertentu.
e. Menandatangani surat-surat sesuai dengan bidangnya.
3. Tugas, kewajiban dan tanggung jawab
a. Membantu sekretaris umum dalam menjalankan tugas-tugas
keadminstrasian.
b. Melaksanakan tugas keadministrasian sesuai dengan bidang
tugasnya dan atau dibawah koordinasi ketua.
c. Mendampingi ketua dalam menjalankan tugas-tugas organisasi.
d. Membuat surat-surat sesuai dengan bidang dan atau koordinasi
ketua.
e. Bersama ketua mengevaluasi semua kegiatan yang telah dan atau
hendak dilaksanakan
f. Dalam menjalankan tugasnya, bertanggung jawab kepada ketua
dan sekretaris Umum.

Pasal 21
Bendahara Umum

1. Status dan kedudukan


a. Pengurus harian PW AMRI
b. Pemegang kebijkan umum keuangan PW AMRI.
2. Hak dan wewenang
a. Menyusun dan menentukan kebijakan umum tentang anggaran
pendapatan dan belanja organisasi bersama ketua umum.
b. Barsama sekretaris umum dan ketua umum mengevaluasi program
yang telah dilaksanakan.
c. Membantu ketua umum dalam memberhentikan, mengangkat dan
mengganti personalia pimpinan wilayah
d. Meminta pertanggungjawaban keuangan dari panitia pelaksana
kegiatan yang dibentuk PW AMRI dan atau bendahara-bendahara
lainnya.
e. Menandatangani laporan keuangan yang berkenaan dengan biaya
pemasukan dan pengeluaran bersama ketua umum.
3. Tugas, kewajiban dan tanggung jawab
a. Mengusahakan sumber keuangan organisasi yang halal yang tidak
mengikat dengan persetujuan ketua umum.
b. Merumuskan anggaran pendapatan dan belanja organisasi
(tahunan) yang telah dan/atau hendak dilaksanakn dalam kurun
waktu 4 tahun bersama ketua umum.
c. Mengatur sirkulasi keuangan organisasi bersama ketua umum.
d. Melaporkan neraca keuangan organisasi dihadapan rapat pleno PW
AMRI.
e. Dalam menjalankan tugasnya, bertanggung jawab kepada ketua
umum.

Pasal 22
Bendahara-Bendahara

1. Status dan kedudukan


a. Pengurus harian PW AMRI.
b. Pemegang kebijakan khusus keuangan PW AMRI.
2. Hak dan wewenang
a. Menyusun dan menentukan kebijakan tentang keuangan sesuai
dengan bidang garapnya.
b. Menggantikan dan mewakili bendahara umum jika berhalangan.
c. Bersama bendahara umum, merumuskan dan menetapkan
anggaran belanja dan pendapatan keuangan sesuai dengan bidang
garapnya dan/atau koordinator program ketua bidang garapnya.
d. Bersama-sama pengurus harian lainnya membantu ketua umum
dalam memberhentikan, mengangkat dan mengganti personalia
pimpinan yang dianggap tidak dapat menjalankan tugas organisasi
sebagaimana mestinya.
3. Tugas, kewajiban dan tanggung jawab
a. Membantu bendahara dalam menjalankan tugas-tugas organisasi
yang berkenaan dengan pengelolaan keuangan.
b. Melaksanakan tugas kebendaharaan sesuai dengan bidangnya atau
koordinator atau ketua.
c. Dalam menjalankan tugasnya, bertanggung jawab kepada
bendahara umum.
d. Bersama ketua-ketua dan sekretaris-sekretaris mengevaluasi
semua kegiatan (tahunan) yang telah dan/atau hendak
dilaksanakan selama kurun waktu 4 tahun, sesuai dengan bidang
koordinasinya.

BAB VI
TATA KERJA BIDANG DAN BADAN

Pasal 23
Bidang –Bidang dan Badan-Badan

1. Bidang-bidang pada Pimpinan Wilayah AMRI terdiri dari:


a. Bidang Kaderisasi dan Aparatur Organisasi
b. Bidang Pendidikan dan Pemberdayaan Pesantren & Madrasah
c. Bidang Dakwah dan Seni budaya Islam
d. Bidang Ekonomi dan Kewirausahaan
e. Bidang Advokasi dan Pengabdian Masyarakat
f. Bidang Komunikasi Publik dan Hubungan Eksternal
g. Bidang Penelitian dan Pengembangan
2. Badan-Badan pada Pimpinan Wilayah AMRI terdiri dari:
a. Badan Koordinator Wilayah (Bakorwil) BARANUSA
b. Badan Amil Zakat, Infaq dan Shodaqoh (Bazis)

Pasal 24
Tata Kerja Bidang

1. Status dan kedudukan


a. Pengurus PW AMRI.
b. Pelaksana program khusus PW AMRI, sesuai dengan bidangnya.
2. Hak dan wewenang
a. Menyusun dan merumuskan langkah-langkah operasional program
hasil musyawarah wilayah yang berkaitan dengan Bidangnya.
b. Bersama-sama ketua untuk menetapkan kebijakan organisasi
sesuai bidangnya.
c. Mengembangkan konsep sektor formal, informal dan non formal
yang lebih menyentuh dan terarah pada kebutuhan organisasi
secara berkala dalam kurun waktu 4 tahun.
3. Tugas, kewajiban dan tanggung jawab
a. Melaksanakan program kerja yang telah ditetapkan PW AMRI.
b. Memberikan laporan (tahunan) atas kegiatan-kegiatan yang telah
dilaksanakan, dihadapan rapat pleno PW AMRI.
c. Dalam menjalankan tugasnya, bertanggung jawab kepada ketua.

Pasal 25
Tata kerja Badan

1. Status dan kedudukan


a. Pengurus PW AMRI
b. Pelaksana program khusus PW AMRI
2. Hak dan wewenang
a. Menyusun dan merumuskan langkah-langkah operasional program
hasil musyawarah wilayah yang berkaitan dengan badan yang
bersangkutan.
b. Bersama-sama ketua untuk menetapkan kebijakan organisasi
sesuai bidangnya.
c. Mengembangkan konsep sektor formal, informal dan non formal
yang lebih menyentuh dan terarah pada kebutuhan organisasi
secara berkala dalam kurun waktu 4 tahun.
3. Tugas, kewajiban dan tanggung jawab
a. Melaksanakan program kerja yang telah ditetapkan PW AMRI.
b. Memberikan laporan (tahunan) atas kegiatan-kegiatan yang telah
dilaksanakan, dihadapan rapat pleno PW AMRI.
c. Dalam menjalankan tugasnya, bertanggung jawab kepada ketua
umum.

Pasal 26
Lain-lain

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam BAB IV s.d. BAB VI, akan diatur
dalam peraturan PW AMRI.

BAB VII
PIMPINAN DAERAH

Pasal 27
Singkatan, Kedudukan dan Daerah Kerja

1. Pimpinan Daerah Angkatan Muda Rifaiyah disingkat PD AMRI.


2. Berkedudukan di Kabupaten/Kotamadya
3. Daerah Kerja PD AMRI meliputi seluruh Daerah Kabupaten/Kotamadya

Pasal 28
Susunan Pengurus

1. Susunan Pengurus PD AMRI terdiri dari :


a. Pelindung
b. Majlis Penasehat Wilayah
c. Ketua Umum
d. Ketua I
e. Ketua II
f. Sekretaris Umum
g. Sekretaris I
h. Sekretaris II
i. Bendahara Umum
j. Bendahara I
k. Bendahara II
l. Koordinator Bidang
m. Anggota-Anggota Bidang
n. Koordinator Badan
o. Anggota-anggota badan
2. Pelindung adalah Pengurus Daerah Rifa’iyah (PD Rifa’iyah).
3. Dewan Penasehat adalah orang-orang yang ditentukan menurut
kebijakan PD AMRI
4. Ketua umum sebagai mandataris Musyawarah Daerah, dipilih oleh
Musyawarah Daerah.
5. kelengkapan pengurus PD AMRI dipilih dan/atau diangkat oleh ketua
terpilih dan anggota tim formatur Musyawarah Daerah.
7. PD AMRI disahkan oleh PP AMRI, dengan rekomendasi PW AMRI.

Pasal 29
Tugas, Hak dan Kewajiban

1. Melaksanakan amanat Musyawarah Daerah.


2. Memimpin dan mengkoordinasi cabang dan ranting di daerah
kerjanya.
3. Memberikan surat keputusan (SK) kepengurusan Pimpinan Cabang
dan Pimpinan Ranting AMRI
4. Mendirikan Pimpinan Cabang dan Pimpinan Ranting AMRI baru.
5. Mencabut atau memberhentikan Pimpinan Cabang AMRI dan Pimpinan
Ranting AMRI yang tidak mematuhi peraturan yang berlaku, setelah
dan atas pertimbangan pengurus Rifaiyah setempat.
6. Memberikan laporan periodik terhadap perkembangan organisasi di
daerahnya kepada PW AMRI dan PP AMRI.
8. Bertanggung jawab terhadap dan atas nama organisasi baik keluar
maupun kedalam secara regional kepada Musyawarah Daerah.

BAB VIII
TATA KERJA PENGURUS HARIAN PD AMRI
Pasal 30
Ketua Umum

1. Status dan kedudukan


a. Mandataris Musyawarah Daerah AMRI.
b. Pengurus harian PD AMRI.
c. Pemegang kebijakan umum PD AMRI.
d. penanggung jawab program PD AMRI.
2. Hak dan wewenang
a. Menentukan kebijakan organisasi di tingkat daerah yang bersifat
umum.
b. Pemegang kebijakan tertinggi PD AMRI.
c. Meminta pertanggungjawaban terhadap segala tindakan dan
kebijakan fungsionaris pimpinan yang dilakukan atas nama
organisasi.
d. Mengatasnamakan organisasi dalam segala kegiatan PD AMRI baik
kedalam maupun keluar.
e. Memberhentikan, mengangkat dan mengganti personil
kepengurusan PD AMRI yang dianggap tidak menjalankan tugas
organisasi sebagaimana mestinya, melalui rapat pleno.
f. Menandatangani surat-surat yang bersifat umum, baik ke dalam
maupun keluar atas nama organisasi.
3. Tugas, kewajiban dan tanggung jawab
a. Memegang kepemimpinan secara umum.
b. Koordinator umum pelaksanaan program.
c. memonitor dan mengendalikan pelaksanaan tugas pimpinan.
d. Mengevaluasi secara umum program PD AMRI dan kegiatan-
kegiatan yang telah dan/atau hendak dilaksanakan selama kurun
waktu 4 tahun.
e. Bertanggung jawab terhadap keberlangsungan organisasi secara
regional.
f. Bertanggung jawab terhadap segala tindakan dan kebijakan
organisasi secara umum kepada Musyawarah Daerah.

Pasal 31
Ketua-Ketua

1. Status dan kedudukan


a. Pengurus harian PD AMRI.
b. Pemegang kebijakan khusus, PD AMRI, sesuai dengan bidang
tugasnya.
2. Hak dan wewenang
a. Merumuskan dan menentukan kebijakan organisasi sesuai dengan
bidang tugasnya dan atau pelaksana program yang dibawah
koordinasinya.
b. Mewakili ketua umum jika berhalangan sesuai dengan bidang
tugasnya.
c. Membantu ketua dalam memberhentikan, mengangkat dan
mengganti personalia Pimpinan Daerah
d. Menandatangani surat-surat sesuai dengan bidang tugasnya dan
atau program koordinasinya, jika ketua berhalangan.
3. Tugas, kewajiban dan tanggung jawab
a. Membantu ketua umum dalam menjalankan tugas.
b. Mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program
Bidang tugasnya.
c. Mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan program-program PD
AMRI yang berada di bawah koordinasinya.
d. Mengevaluasi program-program yang telah dan/atau hendak
dilaksanakan selama kurun waktu 4 tahun.
e. Dalam menjalankan tugasnya, bertanggung jawab kepada ketua
umum.

Pasal 32
Sekretaris Umum

1. Status dan kedudukan


a. Pengurus harian PD AMRI.
b. Pemegang kebijakan umum administrasi PD AMRI.
2. Hak dan wewenang
a. Menyusun dan menentukan kebijakan umum tentang administrasi.
b. Merumuskan garis-garis besar kebijakan organisasi secara umum
bersama ketua umum.
c. Membantu ketua umum dalam memberhentikan, mengangkat dan
mengganti personalia pimpinan Daerah
d. Menandatangani surat-surat yang bersifat umum, baik ke dalam
maupun ke luar atas nama organisasi.
e. Mendampingi ketua umum dalam menjalankan kebijkan organisasi
serta mewakilinya jika berhalangan.
3. Tugas, kewajiban dan tanggung jawab
a. Mendampingi dan bekerjasama dengan ketua umum dalam
melaksanakan tugas organisasi.
b. Bertanggung jawab terselenggaranya tertib administrasi organisasi
c. Melaksanakan tugas-tugas kesekretariatan umum PD AMRI.
d. Bersama ketua umum mengevaluasi semua kegiatan yang telah
dan atau hendak dilaksanakan selama kurun waktu 4 tahun.
e. Dalam menjalankan tugasnya, bertanggung jawab kepada ketua
umum.

Pasal 33
Sekretaris-Sekretaris

1. Status dan kedudukan


a. Pengurus harian PD AMRI.
b. Pemegang kebijkan khusus, administrasi PD AMRI, sesuai dengan
status dan kedudukan ketua-ketuanya.
2. Hak dan wewenang
a. Menyusun dan menentukan kebijakan tentang administrasi sesuai
dengan ketua-ketuanya.
b. Mewakili sekretaris jika berhalangan sesuai dengan pelaksana
program di bawah koordinasinya.
c. Membantu ketua umum dalam memberhentikan, mengangkat dan
mengganti personalia pimpinan daerah
d. Bersama ketua-ketua membawahi Bidang-Bidang tertentu.
e. Menandatangani surat-surat sesuai dengan bidangnya.
3. Tugas, kewajiban dan tanggung jawab
a. Membantu sekretaris umum dalam menjalankan tugas
keadminstrasian.
b. Melaksanakan tugas keadministrasian sesuai dengan bidang
tugasnya dan atau di bawah koordinasi ketua.
c. Mendampingi ketua dalam menjalankan tugas organisasi.
d. Membuat surat-surat sesuai dengan bidang dan/atau koordinasi
ketua.
e. Bersama ketua Mengevaluasi semua kegiatan yang telah dan atau
hendak dilaksanakan selama kurun waktu 4 tahun.
f. Dalam menjalankan tugasnya, bertanggung jawab kepada ketua
dan sekretaris umum.

Pasal 34
Bendahara Umum
1. Status dan kedudukan
a. Pengurus harian PD AMRI
b. Pemegang kebijkan umum keuangan PD AMRI.
2. Hak dan wewenang
a. Menyusun dan menentukan kebijakan umum tentang anggaran
pendapatan dan belanja organisasi dalam 1 periode bersama ketua
umum.
b. Barsama-sama dengan sekretaris umum dan ketua umum
mengevaluasi program yang telah dilaksanakan.
c. Membantu ketua dalam memberhentikan, mengangkat dan
mengganti personalia pimpinan daerah
d. Meminta pertanggungjawaban keuangan dari panitia pelaksana
kegiatan yang dibentuk PD AMRI dan atau bendahara-bendahara
lainnya.
e. Menandatangani laporan keuangan yang berkenaan dengan biaya
pemasukan dan pengeluaran bersama ketua umum.
3. Tugas, kewajiban dan tanggung jawab
a. Mengusahakan sumber keuangan organisasi yang halal yang tidak
mengikat dengan persetujuan ketua umum.
b. Merumuskan anggaran pendapatan dan belanja organisasi yang
telah dan atau hendak dilaksanakan bersama ketua umum.
c. Mengatur sirkulasi keuangan organisasi dengan sepengetahuan
ketua umum.
d. Melaporkan neraca keuangan organisasi dihadapan rapat pleno PD
AMRI.
e. Dalam menjalankan tugasnya, bertanggung jawab kepada ketua
umum.

Pasal 35
Bendahara-Bendahara

1. Status dan kedudukan


a. Pengurus harian PD AMRI.
b. Pemegang kebijakan khusus, keuangan PD AMRI.
2. Hak dan wewenang
a. Menyusun dan menentukan kebijakan tentang keuangan sesuai
dengan bidang tugasnya.
b. Menggantikan dan mewakili bendahara jika berhalangan, menurut
bidang tugasnya.
c. Bersama bendahara umum, merumuskan dan menetapkan
anggaran belanja dan pendapatan keuangan sesuai dengan bidang
tugasnya dan atau koordinator program ketua.
d. Membantu ketua umum dalam memberhentikan, mengangkat dan
mengganti personalia pimpinan daerah
3. Tugas, kewajiban dan tanggung jawab
a. Membantu bendahara umum dalam menjalankan tugas-tugas
organisasi yang berkenaan dengan pengelolaan keuangan.
b. Melaksanakan tugas kebendaharaan sesuai dengan bidang
tugasnya dan atau koordinasi ketua.
c. Bersama ketua-ketua dan sekretaris-sekretaris mengevaluasi
semua kegiatan yang telah dan atau hendak dilaksanakan selama
kurun waktu 4 tahun, sesuai dengan bidang tugasnya dan
koordinasinya.
d. Dalam menjalankan tugasnya, bertanggung jawab kepada
bendahara umum.

BAB IX
TATA KERJA BIDANG DAN BADAN

Pasal 36
Tata kerja Bidang

1. Status dan kedudukan


a. Pengurus PD AMRI.
b. Pelaksana program khusus, PD AMRI
2. Hak dan wewenang
a. Menyusun dan merumuskan langkah-langkah operasional program
yang berkaitan dengan Bidangnya
b. Bersama-sama ketua untuk menetapkan kebijakan organisasi
secara operasional sesuai bidang.
c. Mengembangkan konsep sektor formal, informal dan non formal
yang lebih menyentuh dan terarah pada kebutuhan organisasi
secara berkala dalam kurun waktu 4 tahun.
3. Tugas, kewajiban dan tanggung jawab
a. Melaksanakan program kerja yang telah ditetapkan PD AMRI.
b. Memberikan laporan atas kegiatan-kegiatan yang telah
dilaksanakan, dihadapan rapat pleno PD AMRI.
c. Dalam menjalankan tugasnya, bertanggung jawab kepada ketua.

Pasal 37
Lain-lain

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam BAB VIII s.d. BAB IX, akan diatur
dalam peraturan PD AMRI.

BAB X
PIMPINAN CABANG

Pasal 38
Singkatan, Kedudukan dan Daerah Kerja

1. Pimpinan Cabang Angkatan Muda Rifaiyah disingkat PC AMRI.


2. Berkedudukan di wilayah Kecamatan.
3. Daerah Kerja PC AMRI meliputi seluruh Desa/Kelurahan yang berada
di wilayah kecamatannya.

Pasal 39
Susunan Pengurus

1. Susunan Pengurus PC AMRI terdiri dari :


a. Pelindung
b. Majelis Penasehat Cabang
c. Ketua
d. Wakil Ketua
e. Sekretaris
f. Wakil Sekretaris
g. Bendahara
h. Wakil Bendahara
i. Koordinator Departemen
j. Anggota-Anggota Departemen
k. Koordinator badan
l. Anggota badan
2. Pelindung adalah Pengurus Cabang Rifa’iyah (PC Rifaiyah).
3. majelis Penasehat cabang adalah orang-orang yang ditentukan
menurut kebijakan PC AMRI.
4. Ketua sebagai mandataris Musyawarah Cabang, dipilih oleh
Musyawarah Cabang.
5. pengurus lengkap PC AMRI diangkat oleh ketua dan tim formatur
Muscab.
6. PC AMRI disahkan oleh PD AMRI.

Pasal 40
Tugas, Hak dan Kewajiban

1. Melaksanakan amanat Musyawarah Cabang.


2. Memimpin dan mengkoordinir ranting di daerah kerjanya.
3. Memberikan surat rekomendasi pengesahan kepengurusan PR AMRI
4. Mengupayakan berdirinya Pimpinan Ranting AMRI dengan tembusan
PD AMRI.
5. Memberikan laporan periodik terhadap perkembangan organisasi
kepada PD AMRI.
6. Bertanggung jawab terhadap dan atas nama organisasi baik keluar
maupun kedalam secara regional kepada Musyawarah Cabang.

BAB XI
TATA KERJA PENGURUS HARIAN PC AMRI

Pasal 41
Ketua

1. Status dan kedudukan


a. Mandataris Musyawarah Cabang AMRI.
b. Pengurus harian PC AMRI.
c. Pemegang kebijakan umum PC AMRI.
d. Penanggung jawab program PC AMRI.
2. Hak dan wewenang
a. Menentukan kebijakan organisasi yang bersifat umum dengan
tetap mengindahkan ketentuan yang berlaku.
b. Pemegang kebijakan tertinggi PC AMRI.
c. Meminta pertanggungjawaban terhadap segala tindakan dan
kebijakan fungsionaris pimpinan yang dilakukan atas nama
organisasi.
d. Mengatasnamakan organisasi dalam segala kegiatan PC AMRI baik
kedalam maupun keluar.
e. Memberhentikan, mengangkat dan mengganti personil
kepengurusan PC AMRI yang dianggap tidak menjalankan tugas
organisasi sebagaimana mestinya, melalui rapat pleno.
f. Menandatangani surat-surat yang bersifat umum, baik ke dalam
maupun keluar atas nama organisasi.
3. Tugas, kewajiban dan tanggung jawab
a. Memegang kepemimpinan secara umum.
b. Penanggung jawab program.
c. Mengamati dan mengendalikan pelaksanaan tugas pimpinan.
d. Mengevaluasi secara umum program PC AMRI dan kegiatan-
kegiatan yang telah dan atau hendak dilaksanakan selama kurun
waktu 3 tahun.
e. Bertanggung jawab terhadap keberlangsungan organisasi secara di
kecamatan.
f. Bertanggung jawab terhadap segala tindakan dan kebijakan
organisasi secara umum kepada Musyawarah Cabang.

Pasal 42
Wakil Ketua

1. Status dan kedudukan


a. Pengurus harian PC AMRI.
b. Pemegang kebijakan khusus, PC AMRI, sesuai dengan bidang tugas
tertentu.
2. Hak dan wewenang
a. Merumuskan dan menentukan kebijakan organisasi sesuai dengan
bidang tugas tertentu
b. Mewakili ketua jika berhalangan.
c. Membantu ketua dalam memberhentikan, mengangkat dan
mengganti personalia Pimpinan Cabang yang dianggap tidak dapat
menjalankan tugas organisasi sebagaimana mestinya.
d. Menandatangani surat-surat sesuai dengan bidang garap dan/atau
program koordinasinya, jika ketua berhalangan.
3. Tugas, kewajiban dan tanggung jawab
a. Membantu ketua dalam menjalankan tugas.
b. Mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan program-program PC
AMRI yang berada di bawah koordinasinya.
d. Mengevaluasi program-program yang telah dan/atau hendak
dilaksanakan selama kurun waktu 3 tahun.
e. Dalam menjalankan tugasnya, bertanggung jawab kepada ketua.
Pasal 43
Sekretaris

1. Status dan kedudukan


a. Pengurus harian PC AMRI.
b. Pemegang kebijakan umum administrasi PC AMRI.
2. Hak dan wewenang
a. Menyusun dan menentukan kebijakan umum tentang administrasi.
b. Merumuskan garis-garis besar kebijakan organisasi secara umum
bersama ketua.
c. Membantu ketua dalam memberhentikan, mengangkat dan
mengganti personalia pimpinan Cabang
d. Menandatangani surat-surat yang bersifat umum, baik ke dalam
maupun ke luar atas nama organisasi.
e. Mendampingi ketua dalam menjalankan kebijakan organisasi serta
mewakilinya jika berhalangan.
3. Tugas, kewajiban dan tanggung jawab
a. Mendampingi dan bekerjasama dengan ketua dalam melaksanakan
tugas organisasi.
b. Mengkoordinasikan dan menertibkan sistem administrasi organisasi
c. Melaksanakan tugas-tugas kesekretariatan umum PC AMRI.
d. Bersama ketua mengevaluasi semua kegiatan yang telah dan atau
hendak dilaksanakan selama kurun waktu 3 tahun.
e. Dalam menjalankan tugasnya, bertanggung jawab kepada ketua.

Pasal 44
Wakil Sekretaris

1. Status dan kedudukan


a. Pengurus harian PC AMRI.
b. Pemegang kebijkan khusus, administrasi PC AMRI
2. Hak dan wewenang
a. Menyusun dan menentukan kebijakan tentang administrasi sesuai
dengan ketua-ketuanya.
b. Mengganti atau mewakili sekretaris jika berhalangan sesuai dengan
pelaksana program yang dibawah koordinasinya.
c. Bersama-sama pengurus harian lainnya membantu ketua dalam
memberhentikan, mengangkat dan mengganti personalia pimpinan
yang dianggap tidak dapat melaksanakan tugas organisasi
sebagaimana mestinya.
d. Bersama ketua-ketua bidang garapnya membawahi Bidang-Bidang
tertentu.
e. Menandatangani surat-surat sesuai dengan bidangnya.
f. Dalam menjalankan tugasnya, bertaggung jawab kepada ketua.
3. Tugas, kewajiban dan tanggung jawab
a. Membantu sekretaris dalam menjalankan tugas-tugas
keadminstrasian.
b. Melaksanakan tugas keadministrasian sesuai dengan bidang garap
dan/atau dibawah koordinasi ketua bidang garapnya.
c. Mendampingi ketua bidang garap dalam menjalankan tugas-tugas
organisasi.
d. Membuat surat-surat sesuai dengan bidang dan/atau koordinasi
ketua bidang garap.
e. Bersama ketua bidang garap mengevaluasi semua kegiatan
(tahunan) yang telah dan/atau hendak dilaksanakan selama kurun
waktu 3 tahun.
f. Dalam menjalankan tugasnya, bertanggung jawab kepada ketua
bidang garap dan sekretaris.

Pasal 45
Bendahara

1. Status dan kedudukan


a. Pengurus harian PC AMRI
b. Pemegang kebijkan umum keuangan PC AMRI.
2. Hak dan wewenang
a. Menyusun dan menentukan kebijakan umum tentang anggaran
pendapatan dan belanja organisasi tahunan dalam 1 periode
bersama ketua.
b. Barsama-sama dengan sekretaris dan ketua mengevaluasi program
yang telah dilaksanakan.
c. Bersama-sama pengurus harian lainnya membantu ketua dalam
memberhentikan, mengangkat dan mengganti personalia pimpinan
yang dianggap tidak dapat melaksanakan tugas organisasi
sebagaimana mestinya.
d. Meminta pertanggungjawaban keuangan dari panitia pelaksana
yang dibentuk PC AMRI dan/atau bendahara-bendahara lainnya.
e. Menandatangani laporan keuangan yang berkenaan dengan biaya
pemasukan dan pengeluaran bersama ketua.
3. Tugas, kewajiban dan tanggung jawab
a. Mengusahakan sumber keuangan organisasi yang halal yang tidak
mengikat dengan persetujuan ketua.
b. Merumuskan anggaran pendapatan dan belanja organisasi
(tahunan) yang telah dan/atau hendak dilaksanakn dalam kurun
waktu 3 tahun bersama ketua.
c. Mengatur sirkulasi keuangan organisasi dengan sepengetahuan
ketua.
d. Melaporkan neraca keuangan (tahunan) organisasi dihadapan rapat
pleno PC AMRI.
e. Dalam menjalankan tugasnya, bertanggung jawab kepada ketua.

Pasal 46
Wakil Bendahara

1. Status dan kedudukan


a. Pengurus harian PC AMRI.
b. Pemegang kebijakan khusus keuangan PC AMRI.

2. Hak dan wewenang


a. Menyusun dan menentukan kebijakan tentang keuangan sesuai
dengan bidang garapnya.
b. Menggantikan dan mewakili bendahara jika berhalangan, menurut
bidang garapnya.
c. Bersama bendahara, merumuskan dan menetapkan anggaran
belanja dan pendapatan keuangan sesuai dengan bidang garapnya
dan/atau koordinator program ketua bidang garapnya.
d. Bersama-sama pengurus harian lainnya membantu ketua dalam
memberhentikan, mengangkat dan mengganti personalia pimpinan
yang dianggap tidak dapat menjalankan tugas organisasi
sebagaimana mestinya.
3. Tugas, kewajiban dan tanggung jawab
a. Membantu bendahara dalam menjalankan tugas-tugas organisasi
yang berkenaan dengan pengelolaan keuangan.
b. Melaksanakan tugas kebendaharaan sesuai dengan bidang garap
dan/atau koordinator atau ketua bidang garap.
c. Dalam menjalankan tugasnya, bertanggung jawab kepada
bendahar.
d. Bersama ketua-ketua dan sekretaris-sekretaris mengevaluasi
semua kegiatan (tahunan) yang telah dan/atau hendak
dilaksanakan selama kurun waktu 3 tahun, sesuai dengan bidang
garap dan koordinasinya.

BAB XII
TATA KERJA DEPARTEMEN DAN BADAN

Pasal 47
Tata kerja Departemen dan Badan

1. Status dan kedudukan


a. Pengurus PC AMRI.
b. Pelaksana program khusus PC AMRI
2. Hak dan wewenang
a. Menyusun dan merumuskan langkah-langkah operasional program
b. menetapkan kebijakan organisasi secara operasional.
c. Mengembangkan konsep sektor formal, informal dan non formal
yang lebih menyentuh dan terarah pada kebutuhan organisasi
secara berkala dalam kurun waktu 3 tahun.
3. Tugas, kewajiban dan tanggung jawab
a. Melaksanakan program kerja yang telah ditetapkan PC AMRI.
b. Memberikan laporan atas kegiatan-kegiatan yang telah
dilaksanakan, dihadapan rapat pleno PC AMRI.
c. Dalam menjalankan tugasnya, bertanggung jawab kepada ketua.

Pasal 48
Lain-lain

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam BAB X s.d. BAB XII, akan diatur
dalam peraturan PC AMRI.

BAB XIII
PIMPINAN RANTING

Pasal 49
Singkatan, Kedudukan dan Daerah Kerja

1. Pimpinan Ranting Angkatan Muda Rifaiyah disingkat PR AMRI.


2. Berkedudukan di Desa/Kelurahan.
3. Daerah Kerja PR AMRI meliputi seluruh anggota di Desa/Kelurahan.

Pasal 50
Susunan Pengurus

1. Susunan Pengurus PR AMRI terdiri dari :


a. Pelindung
b. Majelis Penasehat Ranting
c. Ketua
d. Wakil Ketua
e. Sekretaris
f. Bendahara
g. Koordinator Seksi
h. Anggota-Anggota seksi sesuai dengan kebutuhan
2. Pelindung adalah Pengurus Ranting Rifa’iyah (PR Rifa’iyah).
3. Majelis Penasehat Ranting adalah orang-orang yang ditentukan
menurut kebijakan PR AMRI.
4. Ketua sebagai mandataris Musyawarah Ranting, dipilih oleh
Musyawarah Ranting.
5. Pengurus lainnya dipilih dan atau diangkat oleh ketua terpilih dan
Musyawarah Ranting.
6. PR AMRI disahkan oleh PD AMRI, dengan rekomendasi PC AMRI.

Pasal 51
Tugas, Hak dan Kewajiban

1. Melaksanakan amanat Musyawarah Ranting.


2. Memimpin dan mengkoordinir anggota ranting di daerah kerjanya.
3. Memberikan laporan periodik terhadap perkembangan organisasi
kepada PC AMRI dan PD AMRI.
4. Bertanggung jawab terhadap dan atas nama organisasi baik keluar
maupun kedalam secara regional kepada Musyawarah Ranting.

BAB XIV
TATA KERJA PENGURUS HARIAN PR AMRI

Pasal 52
Ketua

1. Status dan kedudukan


a. Mandataris Musyawarah Ranting AMRI.
b. Pengurus harian PR AMRI.
c. Pemegang kebijakan umum PR AMRI.
d. Penanggung jawab program PR AMRI.

2. Hak dan wewenang


a. Menentukan kebijakan organisasi yang bersifat umum
b. Pemegang kebijakan tertinggi PR AMRI.
c. Meminta pertanggungjawaban terhadap segala tindakan dan
kebijakan fungsionaris pimpinan ranting yang dilakukan atas nama
organisasi.
d. Mengatasnamakan organisasi dalam segala kegiatan PR AMRI baik
kedalam maupun keluar.
e. Memberhentikan, mengangkat dan mengganti personil
kepengurusan PR AMRI yang dianggap tidak menjalankan tugas
organisasi sebagaimana mestinya, melalui rapat pleno.
f. Menandatangani surat-surat yang bersifat umum, baik ke dalam
maupun keluar atas nama organisasi.
3. Tugas, kewajiban dan tanggung jawab
a. Memegang kepemimpinan PR secara umum.
b. penanggung jawab program.
c. Mengamati dan mengendalikan pelaksanaan tugas pimpinan.
d. Mengevaluasi secara umum program PR AMRI yang telah dan atau
hendak dilaksanakan selama kurun waktu 3 tahun.
e. Bertanggung jawab terhadap keberlangsungan organisasi di
Desa/kelurahan.
f. Bertanggung jawab terhadap segala tindakan dan kebijakan
organisasi secara umum kepada Musyawarah Ranting.

Pasal 53
Wakil Ketua

1. Status dan kedudukan


a. Pengurus harian PR AMRI.
b. Pemegang kebijakan khusus, PR AMRI, pada bidang tertentu.

2. Hak dan wewenang


a. Merumuskan dan menentukan kebijakan organisasi pada bidang
tertentu atau pelaksana program yang dibawah koordinasinya.
b. Mewakili ketua jika berhalangan.
c. Membantu ketua dalam memberhentikan, mengangkat dan
mengganti personalia Pimpinan Ranting yang dianggap tidak dapat
menjalankan tugas organisasi sebagaimana mestinya.
3. Tugas, kewajiban dan tanggung jawab
a. Membantu ketua dalam menjalankan tugas.
b. Mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan bidang tertentu.
c. Mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan program-program PR
AMRI yang berada di bawah koordinasinya.
d. Mengevaluasi program-program yang telah dan/atau hendak
dilaksanakan selama kurun waktu 3 tahun.
e. Dalam menjalankan tugasnya, bertanggung jawab kepada ketua.

Pasal 54
Sekretaris

1. Status dan kedudukan


a. Pengurus harian PR AMRI.
b. Pemegang kebijakan umum administrasi PR AMRI.
2. Hak dan wewenang
a. Menyusun dan menentukan kebijakan umum tentang administrasi.
b. Merumuskan garis-garis besar kebijakan organisasi secara umum
bersama ketua.
c. Membantu ketua dalam memberhentikan, mengangkat dan
mengganti personalia pimpinan Ranting
d. Menandatangani surat-surat yang bersifat umum, baik ke dalam
maupun ke luar atas nama organisasi.
e. Mendampingi ketua dalam menjalankan kebijkan organisasi serta
mewakilinya jika berhalangan.
3. Tugas, kewajiban dan tanggung jawab
a. Mendampingi dan bekerjasama dengan ketua dalam melaksanakan
tugas-tugas organisasi.
b. Mengkoordinasikan dan menertibkan sistem administrasi organisasi
c. Melaksanakan tugas-tugas kesekretariatan umum PR AMRI.
d. Bersama ketua mengevaluasi semua kegiatan yang telah dan atau
hendak dilaksanakan selama kurun waktu 3 tahun.
e. Dalam menjalankan tugasnya, bertanggung jawab kepada ketua.

Pasal 55
Bendahara
1. Status dan kedudukan
a. Pengurus harian PR AMRI
b. Pemegang kebijkan umum keuangan PR AMRI.
2. Hak dan wewenang
a. Menyusun dan menentukan kebijakan umum tentang anggaran
pendapatan dan belanja organisasi tahunan dalam 1 periode
bersama ketua.
b. Barsama-sama dengan sekretaris dan ketua mengevaluasi program
yang telah dilaksanakan.
c. Membantu ketua dalam memberhentikan, mengangkat dan
mengganti personalia pimpinan ranting
d. Meminta pertanggungjawaban keuangan dari panitia pelaksana
yang dibentuk PR AMRI
e. Menandatangani laporan keuangan yang berkenaan dengan biaya
pemasukan dan pengeluaran bersama ketua.
3. Tugas, kewajiban dan tanggung jawab
a. Mengusahakan sumber keuangan organisasi yang halal yang tidak
mengikat dengan persetujuan ketua.
b. Merumuskan anggaran pendapatan dan belanja organisasi yang
telah dan atau hendak dilaksanakan dalam kurun waktu 3 tahun
bersama ketua.
c. Mengatur sirkulasi keuangan organisasi dengan sepengetahuan
ketua.
d. Melaporkan neraca keuangan organisasi dihadapan rapat pleno PR
AMRI.
e. Dalam menjalankan tugasnya, bertanggung jawab kepada ketua.

BAB XV
TATA KERJA SEKSI

Pasal 56
Tata Kerja Seksi

1. Status dan kedudukan


a. Pengurus PR AMRI.
b. Pelaksana program khusus PR AMRI
2. Hak dan wewenang
a. Menyusun dan merumuskan langkah-langkah operasional program
b. Bersama-sama ketua untuk menetapkan kebijakan organisasi
secara operasional.
c. Mengembangkan konsep sektor formal, informal dan non formal
yang lebih menyentuh dan terarah pada kebutuhan organisasi
secara berkala dalam kurun waktu 3 tahun.
3. Tugas, kewajiban dan tanggung jawab
a. Melaksanakan program kerja yang telah ditetapkan PR AMRI.
b. Memberikan laporan atas kegiatan-kegiatan yang telah
dilaksanakan, dihadapan rapat pleno PR AMRI.
c. Dalam menjalankan tugasnya, bertanggung jawab kepada ketua.

Pasal 57
Lain-lain

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam BAB XIII s.d. BAB XV, akan diatur
dalam peraturan PR AMRI melalui Musyawarah Ranting.
KEPUTUSAN MUKERNAS III
ANGKATAN MUDA RIFA’IYAH
Nomor: 02/Mukernas III/AMRI/5/2014

Tentang:
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN TERTIB ADMINISTRASI
ANGKATAN MUDA RIFA’IYAH

Bismillahirrahmanirrahim,

Pimpinan Mukernas Angkatan Muda Rifa’iyah III tahun 2014 setelah:


Menimbang : 1. Bahwa demi mewujudkan kelancaran kegiatan maka dipandang
perlu adanya peraturan organisai tentang Pedoman
Penyelenggaraan Tertib Administrasi Angkatan Muda Rifa’iyah
2. Bahwa untuk memberikan kepastian hukum, maka dipandang
perlu untuk menetapkan keputusan Mekernas III tahun 2014
Angkatan Muda Rifa’iyah tentang Pedoman Penyelenggaraan
Tertib Administrasi Angkatan Muda Rifa’iyah
Mengingat : 1. AD-ART AMRI
2. Hasil KONGRES III AMRI di Temanggung Jawa Tengah tahun 2013
Memperhatikan : Hasil sidang Pleno tentang Pedoman Penyelenggaraan Tertib
Administrasi Angkatan Muda Rifa’iyah

MEMUTUSKAN

Menetapkan : 1. Peraturan organisasi Pedoman Penyelenggaraan Tertib


Administrasi Angkatan Muda Rifa’iyah
2. Keputusan ini akan ditinjau kembali jika dikemudian hari terdapat
kekeliruan.
3. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapka

Wallahul Muwafiq ilaa Aqwamith Thariq


Ditetapkan di : Pemalang
Pada tanggal : 11 Mei 2014

PIMPINAN MUKERNAS III 2014


ANGKATAN MUDA RIFA’IYAH

Abdul Qayum Ahmad Saefullah


Ketua Umum Sekretaris Jendral
PEDOMAN PENYELENGGARAAN
TERTIB ADMINISTRASI
ANGKATAN MUDA RIFA’IYAH

PENDAHULUAN

Keutuhan dan kesatuan gerak organisasi tercermin antara lain pada


sistem tertib administrasi yang diterapkan oleh organisasi yang
bersangkutan. Dalam upaya mewujudkan sistem administrasi yang dapat
menunjang berejalannya mekanisme kerja organisasi di lingkungan AMRI,
maka diperlukan adanya seperangkat aturan sebagai usaha unifikasi
aturan yang wajib dilaksanakan dan disosialisasikan terus menerus agar
menjadi tradisi organisasi yang baik dan positif dalam rangka pelaksanaan
program organisasi guna mencapai tujuan.
Selain itu, juga untuk menegakkan wibawa organisasi dan disiplin
organisasi bagi segenap organisasi, bagi segenap anggota dan
fungsionaris di seluruh tingkatan organissi secara vertikal. Oleh karena itu
diaturnya pedoman penyelenggara tertib administrasi merupakan suatu
jawaban aktual di tengah-tengah mendesaknya keperluan akan adanya
pedoman yang berlaku secara nasional di lingkungan AMRI dari tingkat
Pimpinan Pusat hingga Pimpinan Ranting. Adapun rancangan pedoman
penyelenggara tertib administrasi Angkatan Muda Rifa’iyah sebagai
berikut:

BAB I
SURAT-SURAT

Pasal 1
Bentuk Surat

1. Surat resmi organisasi ditulis dalam bentuk block style, yaitu surat
yang ketikannya dari kata pembukaan hingga nama penandatangan
surat berada di tepi yang sama
2. Untuk jenis surat tertentu (seperti surat keputusan, surat tugas, dan
surat sejenis lainnya) tidak diharuskan sesuai ayat 1

Pasal 2
Kertas Surat
1. Kertas surat yang dipakai dalam surat menyurat AMRI berukuran folio
/ F4
2. Jenis kertas HVS dengan berat antara 70 sampai dengan 80 gram.

Pasal 3
Kepala Surat

1. Setiap surat yang diterbitkan AMRI harus menggunakan kepala surat


2. Kepala surat AMRI berisikan:
a. Lambang AMRI;
b. Tingkat kepengurusan;
c. Tulisan ANGKATAN MUDA RIFAIYAH;
d. Nama daerah kerja;
e. Alamat sekretariat lengkap.
3. Kepala surat dicetak dengan dasar putih, dengan ketentuan :
a. Jika dicetak warna : semua warna tulisan dicetak hijau, kecuali
penulisan alamat, dicetak dengan warna hitam.
b. Jika dicetak hitam : semua warna tulisan dicetak hitam.
4. Tulisan kepala surat terletak di sebelah kanan lambang, dengan
ketentuan :
a. Tingkat kepengurusan : ditulis huruf kapital dengan font ARIAL,
jenis Bold dan ukuran 18 point.
b. Tulisan Angkatan Muda Rifaiyah dan daerah kerja : ditulis huruf
kapital dengan font Times New Roman, jenis Bold dan ukuran 18
point.
c. Alamat sekretariat lengkap : ditulis huruf judul dengan font
Tahoma, jenis regular dan ukuran 9 point.
5. Tulisan kepala surat ditulis dengan format rata tengah
Pasal 4
Tanggal Surat

1. Tanggal surat adalah tanggal pembuatan surat.


2. Tanggal surat ditulis di bawah kepala surat di sebelah kanan.
3. Penulisan tanggal surat diawali tempat/kedudukan organisasi diikuti
tanda koma (,)
4. Selain tanggal pembuatan surat, memuat bulan dan tahun pembuatan
surat.
5. Tanggal, bulan dan tahun pembuatan surat berdasarkan penanggalan
masehi.
Pasal 5
Nomor, Lampiran dan Hal Surat

1. Nomor surat terdiri dari 4 (empat) kolom, masing-masing dipisahkan


dengan garis miring, seperti sebagai berikut : a/b/c/d
Contoh:

a. Kolom a terdiri dari 2 bagian, yaitu jenis surat dan nomor surat.
Penulisannya, jenis surat diikuti tanda titik (.) diteruskan nomor
urut surat keluar pada buku agenda.
1) Kode Indeks Jenis Surat :
Huruf A untuk surat yang ditujukan ke dalam AMRI (PP, PW,
PD, PC, PR, dan/atau anggota.
Huruf B untuk surat yang ditujukan ke Rifa’iyah, Lembaga
atau Badan Otonom Rifa’iyah lainnya.
Huruf C untuk surat yang ditujukan ke luar organisasi;
Instansi Pemerintah, Organisasi Kemasyarakatan,
Organisasi Kepemudaan, dan lain-lain.
2) Nomor urut surat keluar ditulis dengan angka sebanyak paling
sedikit 3 (tiga) digit.
b. Kolom b untuk penulisan kode jenis surat, dengan ketentuan :
1) Kode surat ditulis dengan huruf kapital.
2) Kode indeks surat :
BA Berita Acara
SE Surat Edaran
SI Surat pemberian izin
SK Surat Keputusan
SK.01 Surat Keterangan
SK.02 Surat Kuasa / Mandat
SL Surat Laporan
SPB Surat Pemberian
Bantuan
SP Surat Peringatan
SP.01 Surat Pemberitahuan
SP.02 Surat Permohonan
SP.03 Surat Panggilan
SP.04 Surat Pernyataan
SP.05 Surat Pengumuman
SP.06 Surat Penunjukan
SP.07 Surat Pemberhentian
SP.08 Surat Pengangkatan
SP.09 Surat Peraturan
SR Surat Rekomendasi
ST Surat Tugas / Perintah
UND Surat Undangan
UTK Surat Ucapan Terima
Kasih
c. Kolom c berisi tentang tingkat kepengurusan, dengan ketentuan :
1) Ditulis dengan singkatan tingkat kepengurusan diikuti tanda
negatif (-), dilanjutkan tulisan AMRI diikuti tanda titik (.)
kemudian dilanjutkan nomor kode tingkat kepengurusan.
2) Singkatan tingkat kepengurusan :
PP kepengurusan Pimpinan Pusat
PW kepengurusan Pimpinan
Wilayah
PD kepengurusan Pimpinan
Daerah
PC kepengurusan Pimpinan
Cabang
PR kepengurusan Pimpinan
Ranting
3) Kode indeks tingkat kepengurusan wilayah :
01 PW Propinsi DKI Jakarta
02 PW Propinsi Jawa Barat
03 PW Propinsi Jawa Tengah
04 PW Propinsi DI Yogyakarta
05 PW Propinsi Jawa Timur
4) Kode indeks tingkat kepengurusan daerah:
0101 PD Jakarta Pusat
0102 PD Jakarta Utara
0103 PD Jakarta Timur
0104 PD Jakarta Selatan
0105 PD Jakarta Barat
0106 PD Tangerang

0201 PD Kabupaten Karawang


0202 PD Kabupaten Indramayu
0203 PD Kabupaten Cirebon
0204 PD Bekasi

0301 PD Kabupaten Batang


0302 PD Kabupaten Pekalongan
0303 PD Kabupaten Pemalang
0304 PD Kabupaten Temanggung
0305 PD Kabupaten Wonosobo
0306 PD Kabupaten Kendal
0307 PD Kabupaten Demak
0308 PD Kota Semarang
0309 PD Kabupaten Semarang
0310 PD Kabupaten Pati
0311 PD Kabupaten Grobogan
0312 PD Kabupaten Banjarnegara
0313 PD Kota Pekalongan
0314 PD Kota Tegal
0315 PD Kabupaten Tegal

5) Untuk tingkat kepengurusan pusat tanpa menggunakan kode


indeks.
6) Tingkat kepengurusan wilayah yang baru terbentuk dapat
menyesuaikan dengan kode indeks selanjutnya.
7) Tingkat kepengurusan daerah yang baru terbentuk dapat
menyesuaikan dengan kode selanjutnya sesuai dengan wilayah
kerja.
d. Kolom d berisi bulan dan tahun surat, dengan ketentuan :
1) Ditulis dengan urutan bulan diikuti tanda titik (.) dilanjutkan
tahun.
2) Penulisan bulan dengan menggunakan angka romawi, sesuai
dengan urutan bulan syamsiyah.
3) Penulisan tahun dengan menggunakan angka sebanyak 4
(empat) digit, berdasarkan tahun masehi.
2. Lampiran atau disingkat Lamp. : diisi apabila pada surat itu disertakan
lampiran.
a. Jumlah lampiran cukup disebut dengan angka.
b. Angka tersebut menunjukkkan beberapa macam lampiran bukan
berapa jumlah lembaran halaman.
c. Bila jumlah halaman ingin disebutkan, maka ditambah angka di
dalam kurung.
3. Perihal disingkat Hal : diisi perihal surat secara singkat dan mudah
dimengerti, ditulis dengan huruf judul tanpa garis bawah dan tidak
diakhiri tanda titik.
4. Untuk nomor surat kepanitiaan tertentu yang dibuat oleh tingkat
kepengurusan, pengaturannya disesuaikan dengan tingkat
kepengurusan.

Pasal 6
Alamat Surat

1. Alamat surat adalah kepada siapa surat itu ditujukan


2. Penulisan alamat surat
a. Bila surat dikirim menggunakan amplop, penulisan alamat surat
adalah Yang Terhormat atau dapat disingkat Yth. dengan diikuti
tanda titik dua (:).
b. Bila surat dikirim tanpa amplop, maka penulisannya adalah Kepada
Yang Terhormat atau dapat disingkat Kepada Yth. dengan diakhiri
tanda titik dua (:).
3. Pengetikan tujuan atau alamat adalah tiga spasi di bawah hal surat.

Pasal 7
Kalimat Pembuka, pengantar dan Penutup Surat

1. Kalimat pembuka surat-surat AMRI adalah Assalamu’alaikum wr. wb.,


dan dibawahnya Bismillahirrahmanirrahim dengan diberi garis diantara
kedua kalimat tersebut.
2. Kalimat pengantar surat-surat AMRI adalah salam silaturahmi dst.
3. Kalimat penutup untuk surat-surat AMRI adalah Wallahulmuwafiq ila
aqwamiththariq, dan di bawahnya Wassalamu’alaikum wr. wb.. dengan
diberi garis diantara kedua kalimat tersebut.
4. Kalimat pembuka, pengantar dan penutup dipakai pada setiap surat
AMRI, kecuali pada surat keputusan tanpa menggunakan salam.
5. Kalimat pembuka, pengantar dan penutup terletak digaris tepi sebelah
kiri.

Pasal 8
Isi Surat

1. Isi surat adalah uraian isi/pokok hal surat.


2. Isi surat menggunakan bahasa Indonesia yang jelas dan mudah
dimengerti
3. Menghindari pemakaian singkatan kata-kata yang tidak lazim dipakai
dalam ejaan yang disempurnakan.

Pasal 9
Pengirim dan Tanda Tangan

1. Setiap surat harus menyebut dengan jelas pengirim dan penanggung


jawabnya.
2. Penyebutan pengirim tidak boleh disingkat, dengan format centering
(rata tengah).
3. Nama struktur/tingkatan kepengurusan AMRI dan nama daerah ditulis
dengan huruf kapital.
4. Ketua berada disebelah kiri dan Sekretaris berada di sebelah kanan,
ditulis dengan huruf kapital dan garis bawah.
5. Adapun bila pimpinan setempat sudah memiliki nomor dan kartu tanda
anggota, harus dicantumkan nomor KTA dibawah nama penanggung
jawab surat.
6. Mempergunakan stempel organisasi yang telah disahkan.
7. Stempel dibubuhkan pada ruang antara nama dan jabatan sekretaris,
dengan menutup sebagian dari tanda tangan sebelah kiri sekretaris
dan berlaku bagi semua jenis surat AMRI.

Pasal 10
Arsip Surat

1. Setiap surat harus ada arsipnya,yaitu surat yang diketik bersama


aslinya untuk dijadikan simpanan.
2. Jika pada pasal 10 ayat 1 tidak dapat terpenuhi maka dapat difoto
copy sebagai arsip.
3. Penulisan arsip pada tembusan ditiadakan.

Pasal 11
Sampul Surat

1. Warna kertas putih dan berat jenis kertas antara 70 s.d. 80 gram.
2. Ukuran sampul surat disesuaikan dengan keperluan.
3. Kepala surat pada sampul surat, disamakan dengan ketentuan pada
pasal 2.
4. Penulisan alamat dan/atau organisasi/lembaga/badan/orang ya
hendak dituju, ditulis sebelah kanan bawah dengan lengkap dan jelas.

BAB II
STEMPEL

Pasal 12
Bentuk dan Tinta Stempel

1. Stempel organisasi untuk semua tingkatan organisasi berbentuk


segitiga sesuai dengan lambang AMRI
2. Stempel resmi organisasi berukuran 3 x 3,5 cm
3. Stempel resmi organisasi berisi:
a. Lambang AMRI di sebelah atas
b. Tulisan di bawah lambang terdiri dari tingkatan kepengurusan
kep di
baris pertama dan daerah kerja di baris kedua
4. Seluruh jenis stempel di semua tingkatan menggunakan tinta stempel
warna ungu

BAB III
BUKU ADMINISTRASI

Pasal 13
Buku Daftar Inventaris

1. Buku daftar inventaris adalah buku untuk mencatat barang-barang


barang
milik organisasi.
2. Buku daftar inventaris memuat kolom-kolom,
kolom, sebagai berikut :
a. Nomor urut;
b. Nomor index/kode barang;
c. Nama barang
d. Jumlah barang;
e. Asal barang;
f. Tanggal mulai dimiliki;
g. Keadaan
h. Keterangan.
NAMA ASAL TANGGAL
NO KODE JUMLAH KEADAAN KETERANGAN
BARANG BARANG DIMILIKI

Pasal 14
Buku Notulen
1. Notulen adalah buku catatan resmi tentang pembicaraan, kesepakatan
atau keputusan yang diambil dalam pertemuan,rapat-rapat atau
diskusi-diskusi.
2. Notulen merupakan juga bahan pertimbangan, peringatan dan evaluasi
setiap menyelenggarakan pertemuan, rapat dan diskusi pada tahap-
tahap beriutnya.
3. Buku notulen, memuat antara lain :
a. Nama pertemuan;
b. Hari, tanggal;
c. Jam;
d. Tempat ;
e. Jumlah undangan;
f. Peserta yang hadir;
g. Kesimpulan-kesimpulan dari setiap pembicaraan;
h. Keputusan-keputusan yang diambil.
i. Nama dan jabatan yang memimpin;
j. Nama dan jabatan yang membuat notulen;

Pasal 15
Buku Daftar Hadir

1. Buku daftar hadir adalahg buku untuk mencatat kehadiran peserta


rapat, diskusi, loakarya, pelatihan dan lain sebagainya, baik bersifat ke
dalam maupun ke luar.
2. Buku daftar hadir memuat sebagai berikut :
a. Hari, tanggal;
b. Jam;
c. Tempat;
d. Nama kegiatan/acara;
e. Nomor urut;
f. Nama Lengkap;
g. Jabatan;
h. Tanda Tangan.

Pasal 16
Buku Daftar Anggota

1. Buku daftar anggota adalah buku yang memuat nama-nama anggota


organisasi sebagai data autentik jumlah anggota organisasi.
2. Untuk efisiensi dan efektfitas, penyimpanan data-data
anggotadiperlukan sarana sebagai berikut :
a. Buku daftar anggota;
b. Sarana komputerisasi.
3. Buku daftar anggota memuat kolom-kolom sebagai berikut :
a. Nomor urut;
b. Nomor induk anggota;
c. Nama lengkap;
d. Tempat lahir;
e. Tangal lahir;
f. Pendidikan terakhir;
g. Alamat lengkap;
h. Tanggal masuk;
i. Tanggal keluar;
j. Keterangan: Kapan diberi tanda anggota dan kapan diperaharui.
4. Kolom-klom pada komputerisasi, disamakan dengan kolom-kolom
buku daftar anggota.

Pasal 17
Buku Daftar Kegiatan

1. Buku daftar kegiatan adalah buku untuk mencatat setiap kegiatan


organisasi, baik kedalam maupun keluar.
2. Buku daftar kegiatan memuat kolom-kolom sebagai berikut :
a. Nomor urut;
b. Nama/jenis kegiatan;
c. Hari, tanggal pelaksanaan;
d. Pelaksana kegiatan;
e. Waktu (pagi, siang, malam, sehari penuh, dan lain-lain);
f. Temat pelaksanaan;
g. Keterangan : mencatat hal-hal yang penting, seperti adanya
penyampaian makalah, penyaji makalah, dan lain-lain.

Pasal 18
Buku Ekspedisi

1. Ekspedisi adalah pegiriman menyeluruh barang-barag administrasi dan


perlengkapan organisasi baik melalui kurir maupun pos.
2. Untuk membuktikan bahwa kiriman-kirian itu benar-benar telah dikirim
dan diterima oleh yang bersangkutan, perlu dibuktikan dalam buku
tertentu yang disebut buku ekspedisi.
3. Buku ekspedisi untuk pengiriman surat melalui kurir atau pos, memuat
kolom-kolom sebagai berikut :
a. Nomor urut;
b. Tanggal pengiriman;
c. Alamat surat/ditujukan;
d. Isi/hal surat;
e. Tanggal dan nomor surat yang dikirim;
f. Lampiran yang ada;
g. Tanda tangan penerima/tera pos.

Pasal 19
Buku Agenda

1. Buku agenda adalah buku pencatatan keluar / masuknya surat,


untukmengagendakan peristiwa atau kejadian pada surat.
2. Buku agenda surat keluar memuat kolom-kolom sebagai berikut:
a. Nomor urut
b. Nomor surat
c. Tanggal surat
d. Tanggal kirim
e. Isi pokok surat
f. Alamat Tujuan
g. Keterangan.
3. Buku agenda surat masuk memuat kolom-kolom sebagai berikut:
a. Nomor urut
b. Nomor surat
c. Tanggal surat
d. Tanggal terima
e. Isi pokok surat
f. Pengirim
g. Keterangan.
4. Buku agenda surat keputusan memuat kolom-kolom sebagai berikut :
a. Nomor urut
b. Nomor surat
c. Tempat terbit
d. Tanggal terbit
e. Isi pokok surat
f. Keterangan

Pasal 20
Buku kas

1. Buku kas digunakan untuk mencatat alur keuangan organisasi


2. Buku kas untuk seluruh jenis kegiatan pada semua tingkatan
kepengurusan menggunakan model buku kas yang terdiri dari atas
kolom:
a. Tanggal
b. Uraian sumber atau penggunaan kas
c. Jumlah uang masuk
d. Jumlah uang keluar
e. Saldo
TANGGAL URAIAN MASUK KELUAR SALDO

BAB IV
PAPAN NAMA

Pasal 21
Papan Nama

1. Papan nama adalah papan nama yang diperlihatkan secara umum di


depan kantor sekretariat dan/atau disalah satu tempat yang strategis
dan diketahui oleh banyak orang.
2. Papan nama dimaksudkan untuk menyebutkan keberadaan organisasi
yang sesuai dengan kedudukan organisasi AMRI.
3. Bentuk papan nama organisasi di semua tingkatan kepengurusan
berbentuk persegi panjang,

Pasal 22
Ukuran dan Warna Papan Nama

1. Ukuran papan nama, sesuai dengan ketentuan peraturan Mendagri


No.5 tahun 1986 adalah:
a. Pimpinan Pusat : panjang 200 cm dan lebar 150 cm
b. Pimpinan Wilayah : panjang 170 cm dan lebar 135 cm
c. Pimpinan Daerah : panjang 160 cm dan lebar 120 cm
d. Pimpinan cabang : panjang 140 cm dan lebar 105 cm
e. Pimpinan ranting : panjang 120 cm dan lebar 90 cm
2. Warna dasar papan nama hijau, dengan tulisan warna putih, garis tepi
warna putih dan sebelah atas terdapat lambang AMRI.
3. Tulisan papan nama terdiri dari:
a. Lambang AMRI di sebelah atas
b. Tulisan tingkat kepengurusan berada pada baris pertama di bawah
lambang AMRI
c. Baris kedua berisi tulisan ANGKATAN MUDA RIFA’IYAH
d. Baris ketiga berisi daerah kerja
e. Alamat sekretariat lengkap berada di bagian bawah

BAB V
KARTU TANDA ANGGOTA

Pasal 23
Ukuran dan warna KTA

1. Kartu tanda anggota AMRI memiliki ukuran panjang 8,5 cm dan lebar
5,5 cm
2. Kertas KTA berwarna hijau dengan kop warna putih dan dipisahkan
dengan garis kuning di tengahnya
3. KTA dilengkapi dengan lambang AMRI dan Rifa’iyah

Pasal 24
Sistematika Tulisan KTA

1. Bagian belakang berisi:


a. Nama Daerah
b. Nomor Anggota
c. Nama
d. Tempat tanggal lahir
e. Alamat rumah
f. Pas photo ukuran 2 x 3
g. Tanggal berlaku
2. Bagian depan berisi:
a. Lambang AMRI di sebelah kiri atas
b. Kop di tengah
c. Lambang rifa’iyah di sebelah kanan
d. Tujuan organisasi sesuai AD/ART
e. Tanda tangan dan nama terang ketua umum PP AMRI
f. Stempel PP AMRI

BAB VI
SEBUTAN WARGA

Pasal 25
Sebutan Anggota

Sebutan resmi bagi warga AMRI adalah rekan, sebutan ini berlaku dalam
surat menyurat dan dalam sidang-sidang atau rapat-rapat maupun
panggilan sehari-hari

BAB VII
JAS

Pasal 26
Model dan Warna Jas

1. Model Jas resmi organisasi adalah jas tangan panjang


2. Jas resmi organisasi di semua tingkat kepengurusan menggunakan
warna hijau muda (Kode 536)
3. Jas terbuat dari bahan-bahan tekstil yang relatif tebal dan kaku

Pasal 27
Atribut Jas

Jas organisasi dilengkapi dengan sejumlah atribut sebagai berikut:


1. Lambang AMRI di dada sebelah kiri sesuai ADART
2. Tingkatan organisasi di dada sebelah kiri di bawah lambang
3. Nama pengurus di dada sebelah kanan

BAB VIII
PECI

Pasal 28
Warna dan Model Peci

1. Warna peci resmi disemua tingkatan menggunakan warna dasar hitam


2. Model peci sama seperti khas Indonesia
BAB IX
BENDERA

Pasal 29
Ukuran dan Warna Bendera

1. Bendera Angkatan Muda Rifa’iyah berbentuk empat persegi panjang,


berukuran tiga banding dua,
2. Warna dasar hijau dengan lambang Angkatan Muda Rifa’iyah di
tengah warna putih.
NASKAH PELANTIKAN PENGURUS

Bismillahirrahmanirrahim
Asyhadu an laa ilaha ila Allahu wa asy hadu anna Muhammadan
Rosulullah. Rodhitubillahirobba, wa bil islamidina,
wa bimuhammadin nabiya wa rosulla, wa bilqur’ani imamaa

Dengan memohon Ridlo, Rahmat dan maghfiroh Allah Subhanahu wa


Ta’ala saya berikrar, bahwa saya:
 Menyerahkan diri menjadi pimpinan (Sebutkan tingkat
kepengurusan) , Angkatan Muda Rifa’iyah (Sebutkan nama
tempat) .
 Sebagai pengurus Angkatan Muda Rifa’iyah berpegang teguh pada
ajaran Islam Ahlussunnah wal jamaah, Anggaran Dasar, Anggaran
Rumah Tangga, Norma-norma, Nilai-nilai dan produk-produk hukum
AMRI lainnya, serta cinta tanah air dan bangsa Indonesia.
 Sebagai Pimpinan (Sebutkan tingkat kepengurusan) Angkatan
Muda Rifa’iyah siap melanjutkan dakwah Syeikh Ahmad Rifa’i di
tengah-tengah masyarakat.
 Sebagai Pimpinan (Sebutkan tingkat kepengurusan) Angkatan
Muda Rifa’iyah dalam menjalankan tugas dan kewajiban organisasi
dengan rasa tanggung jawab dan ikhlas, serta pantang putus asa,
pantang menyerah, apalagi meninggalkan AMRI dalam situasi,
suasana dan kondisi apapun.
 Sebagai Pimpinan (Sebutkan tingkat kepengurusan) Angkatan
Muda Rifa’iyah senantiasa taat pada pimpinan organisasi
 Bahwa ketidaksetiaan kepada organisasi adalah pengkhianatan kepada
organisasi yang pasti akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah
Subhanahu wa taala.

Astaghfirullahal adhim 3x
Hasbunallahu wani’mal wakil ni’mal maula wa ni’ma nashiir
La haula wala quwwata illa billahil ‘aliyil adhiim
NASKAH PEMBAIATAN KADER

Bismillahirrahmanirrahim
Asyhadu an laa ilaha ila Allahu wa asy hadu anna Muhammadan
Rosulullah. Rodhitubillahirobba, wa bil islamidina,
wa bimuhammadin nabiya wa rosulla, wa bilqur’ani imamaa

Dengan memohon Ridlo, Rahmat dan maghfiroh Allah Subhanahu wa


Ta’ala saya berikrar, bahwa saya:
 Menyerahkan diri menjadi Kader Angkatan Muda Rifa’iyah
 Sebagai kader Angkatan Muda Rifa’iyah berpegang teguh pada ajaran
Islam Ahlussunnah wal jamaah, Anggaran Dasar, Anggaran Rumah
Tangga, Norma-norma, Nilai-nilai dan produk-produk hukum AMRI
lainnya, serta cinta tanah air dan bangsa Indonesia.
 Sebagai kader Angkatan Muda Rifa’iyah siap melanjutkan dakwah
Syeikh Ahmad Rifa’i di tengah-tengah masyarakat.
 Sebagai kader Angkatan Muda Rifa’iyah dalam menjalankan tugas dan
kewajiban organisasi dengan rasa tanggung jawab dan ikhlas, serta
pantang putus asa, pantang menyerah, apalagi meninggalkan AMRI
dalam situasi, suasana dan kondisi apapun.
 Sebagai kader Angkatan Muda Rifa’iyah senantiasa taat pada pimpinan
organisasi
 Bahwa ketidaksetiaan kepada organisasi adalah pengkhianatan kepada
organisasi yang pasti akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah
Subhanahu wa taala.

Astaghfirullahal adhim 3x
Hasbunallahu wani’mal wakil ni’mal maula wa ni’ma nashiir
La haula wala quwwata illa billahil ‘aliyil adhiim
MARS AMRI

Kamilah para pemuda Rifa'iyah


Menjunjung ajaran Syaikh Ahmad Rifa'i
Berpegang teguh dan mengamalkan kitab tarjamah
Al Quran Hadist Ijma' Qiyas pedoman kami

Reff: (2x)
Bangkit berjuang dengan keteguhan iman
Berpadu dengan keselarasan
Tingkatkan syi'ar agama
Masyarakatkan kitab tarjamah
Dengan AMRI kita maju bersama
Meraih cita-cita mulia

Anda mungkin juga menyukai