Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pemeliharaan Steady State

Homeostatis dalam hal ini adalah steady state didalam tubuh. Bila

terjadi perubahan/stres yang menyebabkan perubahan fungsi tubuh untuk

menyimpang dari batasan stabilnya (perubahan akan merusak sontancy),

maka dimulailah proses penyesuaian untuk memulihkan dan memelihara

keseimbangan dinamis.

B. Implikasi Keperawatan

Seorang perawat harus mampu menghubungkan antara tanda dan

gejala yang ada dengan fisiologinya. Maka kita dapat mengindetifi-

kasikan posisi seseorang dalam kesinambungan fungsi, mulai dari sehat

dan konpensasi kepatofisiologi dan penyakit.

Alasan untuk menghubungkan simptomatologi dan fisiologi adalah

banyaknya jumlah penyakit yang ada, bahkan terlalu banyak untuk

diingat, tetapi jumlah proses fisiologinya tetap terbatas. Dengan

memahami proses tersebut, kita mampu mendeteksi abnormalitas/

derajat resiko yang terlibat dan bagaimana mengintervensinya secara

efektif.

~1~
C. Keseimbangan Dinamis : Steady State

Mekanisme fisiologi harus benar-benar dipahami dalam kontek

tubuh secara menyeluruh. Individu sebagai sistim individu kehidupan,

memiliki lingkungan internal maupun externeal.

Dalam tubuh sendiri setiap orang jaringan dan sel juga

merupakan tujuan interaksi subsistem. Tubuh adalah untuk

menghasilkan keseimbangan dinamis atau steady state (meskipun tetap

ada perubahan, sehingga semua subsistem selalu dalam harmoni satu

sama lainnya.

D. Konsistensi Internal (Homeostatis dan Adaptasi)

Claude Bernard, seorang Fisiolog berkebangsaan Perancis pada

abad ke-19, telah membangun prinsip biologis bahwa untuk suatu

kehidupan bebas harus ada constancy atau kemantapan lingkungan

internal, mengesampingi perubahan dalam lingkutan external. Yang

dimaksud lingkungan internal, yaitu cairan yang merendam sel dan

constancy adalah keseimbangan keadaan internal.

Walter B. Cannon, mengeluarkan istilah homeostatis untuk

menggambarkan stabilitas lingkungan internal, yang menurutnya

dikoordinasi oleh proses homeostatis, sebagai kompensator yang

merespon perubahan dalam lingkungan internal.

~2~
Dubos (1965), mengatakan bahwa ada dua konsep yang saling

mengisi homeostatis dan adaptasi. Homeostatis menekankan perlunya

penyesuaian yang harus segera dilakukan tubuh untuk menjaga komposisi

internal atau selalu dalam batas yang dapat diterima. Adaptasi lebih

menekankan pada penyesuaian yang berkembang sesuai berjalannya

waktu.

~3~
BAB II

I S I

A. Proses Patofisiologi pada Tingkat Sel

Sel dianggap sebagai unit terkecil/sub sistim jaringan merupakan

kumpulan sel, organ merupakan kumpulan jaringan maka proses sehat

dan sakit/adaptasi dapat terjadi pada semua tingkat sel. Selanjutnya sel

dapat digambarkan sebagai suatu keberadaan dimana dalam

kesinambungan fungsi dan struktur, mulai dari sel normal ke sel yang

beradaptasi, hingga ke sel yang cedera/sakit sampai ke sel yang mati.

B. Sifat Perubahan

Perubahan dari suatu keadaan dan keadaan lain dapat terjadi

dengan cepat dan mungkin belum dapat dideteksi dalam setiap keadaan

tidak mempunyai batas yang tegas dan nyata. Sampai terjadi perubahan

fungsi dan struktur steady state barulah perubahan menjadi jelas.

C. Respon Terhadap Stimulasi/Stresor

Sel dan jaringan yang berada akan berespons terdapat rangsangan

dengan pola dan kecepatan respons yang berbeda. Penentu respon yang

lain adalah tipe atau sifat, lama dan beratnya stresor. Misalnya tubuh

dapat mengembangkan toleransi terhadap pemberian jenis barbiturat

dalam dosis kecil, namun bila diberi dalam dosis besar dapat

mengakibatkan ketidaksadaran dan kematian.

~4~
D. Proses Umpan Balik Negatif

Ilustrasi yang sudah dikenal mengenai proses umpan balik negatif

pada suatu sistem kontrol yang sederhana, misalnya pengontrolan suhu

ruangan. Saat pintu terbuka dan angin dingin masuk, menurunkan suhu

kamar, yang kemudian dideteksi oleh termometer menyampaikan pesan

ke termosfat. Kemudian termosfat akan membandingkan suhu tersebut

dengan suhu pada titik alvan, dengan mendeteksi bahwa ternyata kamar

telah menjadi lebih dingin, maka ia akan mengirim pesan ke panas untuk

menyala kemudian menaikkan suhu udara kamar. Kemudian suhu yang

masuk menjadi masukan bagi termosfat dan bila sesuai dengan titik yang

ditentukan, maka pemanas diperintah untuk mati dan hal inilah yang

disebut umpan balik negatif. Sedang umpan balik positif bertugas

melestarikan reaksi yang ditimbulkan.

E. Adaptasi dan Cedera Selular

Sel merupakan urut yang komplek secara dinamis akan merespon

terhadap setiap perubahan dan stres dalam kehidupan sehari-hari. Sel

terhadap setiap perubahan dan stres. Sel dapat berfungsi tanpa

memberikan ancaman banyak maka fungsi khususnya akan berubah serta

kesehatan orang tersebut dapat terancam.

F. Adaptasi Umum

Sel dapat beradaptasi terhadap stres lingkungan, meliputi

hepertropi, altrofi, hiperplasia dan metaplasia.

~5~
 Altropi merupakan konsekuensi penyakit yang biasa berhubungan

dengan penuaan sebab terjadi penurunan ukuran sel dan orang yang

mempengaruhi, misalnya organ sel sekunder dan otak.

 Hiperflasia, peningkatan jumlah sel dalam organ atau jaringan, dimana

ketika sel membelah diri terjadilah penambahan volume.

 Metaflasia adalah transformasi sel, dimana sel yang mengalami

spesialisasi tinggi menjadi sel spesialisanya lebih renda.

 Hipertropi mengakibatkan pembesaran massa yang biasa terjadi pada

otot, karena peningkatan beban kerja yang lama. Contohnya otot, yang

menonjol pada olahragawan yang melakukan binaraga.

G. Cedera

Penyebab kelainan dan cedera dalam sistem (sel, jaringan, organ,

tubuh) dapat timbul dari lingkungan. Penyakit tersebut meliputi hipoksia,

ketidakseimbangan nutrisi, agens fisik, agens kimia, agens infeksi,

mekanisme imun, defek genetik dan faktor psikogenik.

~ Hipoksia

Okisgenali sel yang tidak adekuat mempengaruhi kemampuan sel

untuk mentransformasi energi.

Hipoksia dapat disebabkan oleh :

 Penurunan pasokan darah ke salah satu daerah.

 Penurunan kapasistas darah untuk mengangkut oksigen atau

penurunan hemoglobin.

~6~
 Penyebab yang paling sering adalah Ischemia atau kekurangan

pasokan darah.

~ Agen Infeksius

Agen biologis yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia

adalah virus, bakteri, jamur, protozoa dan cacing. Berat ringannya

penyakit infeksi tergantung pada jumlah mikroorganisme yang

memasuki tubuh, pertahanan tubuh sendiri seperti kesehatan, usia dan

pertahanan imun.

Virus sebagai mahkluk hidup yang terkecil bertahan seperti parasit

dalam sel hidup yang diserangnya. Virus hanya dapat menginfeksi sel

tertentu melalui suatu mekanisme yang kompleks, mereka

berkembang biak didalam sel yang diserangnya dan kemudian akan

pecah untuk menyerang sel-sel lainnya dan terus berkembang biak.

~ Mekanisme Imun

Sistem imun merupakan sistem yang sangat kompleks, tujuannya

adalah untuk mempertahankan tubuh dari serangan setiap benda

asing.

~ Ketidakseimbangan Nutrisi
Ketidakseimbangan nutrisi merujuk pada kekurangan atau kelebihan
nutrisi, maka bisa bermanifestasi sebagai kurang gizi, dimana terjadi
kekurangan konsumsi makanan atau kalori atau kelebihan gizi.
Sampai keadaan obestias dimana terdapat kelebihan BB 20% atau

~7~
lebih berat ideal, akan mengalami kelebihan lipid dalam tubuhnya.
Kekurangan gizi tertentu akan timbul bila terdapat kekurangan gizi
essensial atau bila terjadi dispoporsi gizi, misalanya kekurangan
protein dan alifaminosis (kekurangan vitamin).

~ Agens Fisik
Agens fisik termasuk suhu yang teramat tinggi, misalnya bila suhu
seseorang meningkat, tidak peduli apa penyebabnya maka frekwensi
pernafasan jantung serta metabolisme bassel meningkat. Bila terjadi
demam yang lebih tinggi, orang tersebut akan merespon panas dan
dingin dengan titik baru dengan penyesuaian termostrat yakni
temperatur 40 O C akan menjadi titik normal 37 O C yang diperoleh
melalui mekanisme fisiologis.

~ Kelainan Genetik
Defek genetik sebagai penyebab mulai menarik perhatian, sehingga
dikemukakan bahaya polusi lingkungan, efeknya terhadap struktur
genetik misalnya kelainan kongenital.

~ Faktor Psikogenik
Konflik mental dan stress dapat menimbulkan penyakit organis.
Macswee dan Whale (1992), menyusun 3 kelompok penyakit tersebut
yang saling tumpang tindih :
1. Penyakit mental didapat seperti depresi.
2. Penyakit ketergantungan khususnya Alkohol Tembakau dan obat
lain.
3. Gangguan Psikosomatis.

~8~
H. Respon terhadap Cedera Inflamasi

Urutan kerjaan tersebut meliputi perubahan mikrosirkulasi. Terjadilah

panas dalam area injuri yang termasuk vasolidatasi, peningkatan

permeabilitas vaskuler, dan infiltrasi sel levkosit. Ketika hal tersebut

berlangsung muncullah lima tanda kardinal inflamasi yaitu kamerahan,

panas, bengkak,nyeri dan kehilangan fungsi vasokontriksi sesaat yang

timbul segeda setelah cedera kemudian aku didikuti oleh vasolidatasi dan

peningkatan angka aliran darah dalam mikrosirkulasi. Terjadilah panas

dan kemerahan lokal, selanjudnya, Permeabilitas Kapiler menjadi panas

dan plasma ( termasuk protein dan larutan yang terkandung ) bocor

kedalam jaringan inflamasi, menimbulkan pembengkakan. Nyeri yang

timbul adalah akibat tekanan cairan ( pembengkakan ) pada ujung syaraf

dan iritasi langsung ujung saraf oleh mediator kimia yang dilepaskan di

tempat itu. Bradi kinin merupakan salah satu mediator kimia yang

dianggap sebagai penyebab nyeri. Kehilangan fungsi berhubungan dengan

nyeri dan pembengkakan. Tetapi mekanisme yang pasti belum jelas.

Dengan peningkatan aliran darah dan cairan bocor kedalam jaringan

sekitarnya elemen pembentuk darah ( sel darah merah, sel darah putih,

dan tombosit ) tetap tinggal dalam darah, keluar dan berimigrasi ketempat

cedera sehingga darah menjadi kental dan pekat. Levkosit ( sel darah

putih ) yang terkumpul dalam pembuluh darah, keluar dan memakan

organisme penyerang dan membuang debris sel dalam suatu proses yang

disebut dengan Fagositosis.

~9~
Fibrinogen didalam cairan plasma yang bocor kemudian menggumpal,

membentuk fibrin untuk pembentukan bekuan yang berfungsi untuk

membentengi area yang cedera dan mencegah penyebaran infeksi.

Mediator kimia

Cederai memulai respon inflamasi, namun senyawa kimia yang

dilepaskan ketempat tersebut akan merangsang perubahan pada vaskuler.

Diantaranya yang terpenting adalah histamin dan kinin. Histamin terdapat

dalam berbagai jaringan tubuh tapi lebih berkonsentrasi dalam sel mast.

Dilepaskan bila terjadi cedera dan bertanggung jawab pada perubahan

awal dalam vasodilatasi dan permeabilitas kapiler. Kinin merupakan

Vasodilatasi dan Permeabilitas Vaskuler : juga menarik netrofil kedaerah

tersebut. Prostaglandin senyawa kimia dari kelompok lain, juga dicurigai

menyebabkan peningkatan permeabilitas

Proses yang digambarkan sangat kompleks, meskipun mempunyai

Fase-fase, Namun begitu mulai semuanya akan muncul bersama-sama.

Prosesnya bisa berbeda-beda sesuai dengan variabel yang ada. Yang

terpenting diantaranya adlah :

1. Sifat dan intensitas cedera.

2.`Tempat dan jaringan yang terkena dan,

3. Kekebalan pejamu.

Respon inflamasi terbatas ditempat tersebut, dan hanya tanda lokal

yang muncul. Namun sebaliknya, dapat juga muncul respon sistematik

~ 10 ~
diseluruh tubuh. Demam salah satu tanda respons sistemik terhadap

cedera yang paling umum. Nampaknyan disebabkan oleh Piregon

endogen ( senyawa dalam tubuh yang menyebabkan demam ) yang

dilepaskan oleh Neutrofil dan Makropak ( bentuk leukosit kusus ).

Senyawa tersebut akan merubah titik acuan termostat hipotalamus dalam

mengatur suhu tubuh dan menimbulkan demam. Leukositosis, suatu

keadaan diamana terjadi penimbulan Sintesa dan pelepasan neutrofil dari

sumsung tulang, terjadi agar tubuh mempunyai kemampuan yang lebih

besar melawan infeksi. Gejala konstitusional akan timbul termasuk

malaise. Kehilangan nafsu makan, pegal dan kelemahan.

Jenis-jenis Inflamasi

Inflamasi dikelompokkan terutama oleh durasidan jenis eskudat yang

dihasilkannya. Bisa akut sub akut / kronis. Contoh kasus yang khas

inplamassi akut ditandai perubahan eskudat dan Vaskuler lokal seperti

yang disebabkan diatas dan biasanya berlangsung kurang dari 2 minggu

suatu respons radang akut terjadi segera dan mempunyai sifat

perlindungan. Bila agen penyebab cedera dihilangkan, inflamasi akan

hilang dan terjadilah penyembuhan dengan pengembalalian struktur dan

fungsi menjadi normal / mendekati normal.


Inflamasi kronis terjadi bila agen penyebab cedera tetap ada dan
respons dipotong. Gejala bisa berlangsung berbulan-bulan / bertahun-
tahun inflamasi kronis bisa juga berawal pelan-pelan tanpa pernah
mengalami Fase akut. Respons kronis ini tidak mempunyai keuntungan

~ 11 ~
dan fungsi perlindungan tetapi sebaliknya justru melemahkan dan bisa
menyebabkaban akibat yang lama sembuh. Bila inflamasi menjadi kronis,
perubahan yang terjadi ditempat cedera dan sifat eskudat menjadi
Proliperatif. Terjadilah lingkaran yang berlangsung terus, Infiltrasi sel
mekronis dan fibrosis ( perbaikan dan pengrusakan terjadi bersama-sam ).
Dapat terbentuk jaringan perut yang besar, mengakibatkan kerusakan
jaringan permanen.
Inflamasi subakut terletak diantara inflamasi akut dan kronis. Tersusun
atas elemen fase eksekutif respons akut dan secara bersamaan terdapat
pula perbaikan, seperti pada respons Kronik. Istilah ini tidak dipakai
secara luas.

Perbaikan
Proses perbaikan bermula kurang lebih sama dengan terjadinya cedera
dan terjalin dengan inflamasi. Penyembuhan terjadi setelah depris
inflamasi di buang. Penyembuhan dapat terjadi dengan regenerasi,
dimana terjadi perbaikan defek bertahap oleh proliferasi sel yang sama
jenisnya dengan sel yang rusak, atau dengan penggantian sel dengan sel
jenis lain, biasanya jaringan ikat, mengakibatkan pembentukan jaringan
perut.

Penyembuhan Melalui Regenerasi

Kemampuan sel untuk berenegrasi tergantung apakah mereka itu

labil, Permanen / stabil. Sel labil meliputi sel yang membelah terus-

menerus untuk mengganti sel yang telah rusak selama proses fisiologis

normal, meliputi sel epitel kulit dan yang melapisi traktus

~ 12 ~
gastrointestinal. Sel permanen meliputi Neuron ( badan sel saraf ) bukan

aksonya. Kerusakan Neuron merupakan kehilangan permanen, namun

akson dapat bergenerasi, bila aktifitas normal telah kembali, regenerasi

jaringan pasti terjadi sesuai fungsional khususnya dalam berbagai akson.

Sel stabil mempunyai kemampuan laten untuk bergenerasi, dalam

keadaan fisiologis normal, tidak akan luruh dan tak perlu penggantian,

namun bila sampai rusak / hancur, masih mampu bergenerasi. Meliputi

sel fungsional ginjal, hepar dan organ lain dalam tubuh.

Penyembuhan Melalui Penggantian

Penyembuhan dapat terjadi secara primer atau sekunder. Pada

penyembuhan primer, lukanya bersih dan kering dan tepi luka saling

merapat, seperti pada luka operasi. Hanya parut kecil yang terkecil yang

terjadi, luka / defeknya lebih besar dan terpisah dan lebih banyak jaringan

Nekrotik dan materi yang mati. Luka terisi dari bawah keatas oleh

jaringan Granulasi. Proses perbaikan dapat memakan waktu yang lama

dan menghasilkan pembentukan jaringan parut dengan hilangnya fungsi

khususnya orang yang telah sembuh dari infark miokard atau mempunyai

tanda Elektro kardiogram ( EKG ) yang normal karena signal listrik tidak

dapat dihantarkan melalui jaringan ikat yang menggantikan defek tadi.

Seperti yang telah di tekankan dalam bab ini, kondisi penjamu,

lingkungan, dan sifat dan beratnya cedera akan mempengaruhi proses dan

hasil akhir dalam hal ini, proses inflamasi dan perbaikan.

~ 13 ~
I. Kematian Sel

Setiap cedera yang dibicarakan dihalaman sebelumnya dapat

mengakibatkan kematian sel. Pada dasarnya, membran sel akan rusak.

Mengakibatkan aliran ion yang tidak teratur.Natrium dan Kalsium

memasuki sel diikuti air, yang mengakibatkan edema dan terhentilah

tranformasi energi.

Impuls saraf tidak dapat lagi dihantarkan, Otot tidak mampu lagi

berkontraksi, Ketika sel pecah, enjim lisosom yang dapat menghancurkan

jaringan akan terlepas, sel mati dan terjadilah nekrosis

~ 14 ~
BAB III

KESIMPULAN

Setelah menyelesaikan bab ini, peserta akan mampun untuk

1. Menghubungkan prinsip konstansi internal, Homeostatis dan Adaptasi

terhadap konsep Steady State.

2. Mengindentifikasi signifikasi mekanisme kompensasi tubuh dalam

meningkatkan adaptasi dan pemeliharaan Steady State.

3. Menggambarkan hubungan proses umpan-balik negatif terhadap

pemeliharaan Steady State

4. Membandingkan proses adaptif hipertropi, tropi, hiperplasia dan

metaplasia

5. Mengindentifikasi Faktor ling Eksternal dan Internal yang dapat

menyebabkan cedera sel dan kematian sel

6. Mengkaji pola kesehatan individu, efeknya terhadap pemeliharaan

Steady State.

~ 15 ~
KATA PENGANTAR

Dengan penuh rasa sukacita, penulis panjatkan puji dan syukur

kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat dan kasih

karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang

merupakan salah satu bahan Study di Akademi Akper Arta Kabanjahe.

Adapun judul Karya Tulis yang akan dibahas dalam makalah ini

adalah “PROSES HOMEOSTATIS DAN PHATOFISOLOGI”

Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis banyak mendapat

bantuan dari berbagai pihak, baik berupa bantuan moril maupun material.

Oleh karena itu dalam kesemaptan ini penulis menyampaikan rasa

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Drs. A. Meliala, MA, selaku Ketua Yayasan Akademi

Perawatan Arta Kabanjahe.

2. Ibu T. Barus, SKM, MA, selaku Direktur Akademi Perawatan Arta

Kabanjahe.

3. Ibu Maria Braveta, AKP, selaku Pembimbing penulis dalam

penyusunan makalah/karya tulis ini.

4. Seluruh rekan-rekan yang telah membantu dalam memberikan

dorongan serta bimbingan dalam penyusunan Karya Tulis ini.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis ini masih banyak

kekurangannya dan jauh dari sempurna, baik dalam teknis maupun

bahasannya, maka dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan

~ 16i ~
saran dan kritik dari semua pihak yang bersifat membangun demi

kesempurnaan Karya Tulis ini.

Akhir kata penulis mendoakan, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa

memberkati setiap langkah kita dan semoga ilmu yang penulis peroleh

dapat berguna sebagai amal bakti penulis pada Nusa dan Bangsa, Agama

serta perkembangan Keperawatan.

Kabanjahe, Juli 2004

Penulis,

~ 17ii~
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................ i
DAFTAR ISI ................................................................................ iii

BAB I : P E N D A H U L U A N .................................. 1
A. Pemeliharaan Steady State ........................... 1
B. Implikasi Keperawatan ................................. 1
B. Keseimbangan Dinamis : Steady State ....... 2
D. Konsistensi Internal (Homeostatis dan
Adaptasi) ........................................................ 2

BAB II : ISI
A. Proses Patofisiologis pada Tingkat Sel ...... 4
B. Sifat Perubahanan ......................................... 4
C. Respon Terhadap Stimulas/Stresor ............. 4
D. Proses Umpan Balik Negatif ....................... 5
E. Adaptasi dan Cedera Selular ........................ 5
F. Adaptasi Umum ............................................. 5
G. Cedera ............................................................ 6
H. Respon terhadap Cedera Inflamasi ............. 9
I. Kematian Sel ................................................. 14

BAB III : KESIMPULAN ................................................... 15

iii ~
~ 18

Anda mungkin juga menyukai