Anda di halaman 1dari 12

Drama Padjajaran

SCENE 1 (tengah kerajaan)

Narator (Najwa): pagi hari di istana yang cerah tinggalah keluarga bahagia yang terdiri dari ayah,
ibu, dan prabu siliwangi. Remaja penuh ketangguhan yang siap bertapa di goa.

(Prabu sedang menyiapkan alat alatnya)

Siliwangi (Danish): Ayah, ibu, tunggu aku pulang ya

Ayah (Rafael): Iya anak ku, bawalah ilmu kesaktian yang akan kau pelajari nanti ke istana

Ibu (Ara): ibu mohon jaga diri mu baik baik prabu (sambil mengelus kepala putra nya)

Siliwangi (Danish): Iya pak, bu prabu janji akan membuat kerajaan kita bangkit lagi dan jauh lebih
kuat

Siliwangi (Danish): Prabu pergi dulu ya

Narator (Fathir): Ibu dan ayah prabu siliwangi mengangguk dan meratapi anaknya yang pergi
menjauh dari jangkauan kedua orang tuanya.

SCENE 2 (goa)

(Sampai di goa, prabu pun meletakkan kuda yang ia tunggangi di luar goa dan mulai berjalan
masuk ke dalam dan menyiapkan peralatan yang dia gunakan untuk bertapa)

Macan putih (Dzul): RAWRR!!!

Siliwangi (Danish): siapa itu, KELUAR LAH!

Macan putih pun berjalan mendekat

Macan putih (Dzul): berani beraninya kau memasuki kediaman ku!

Siliwangi (Danish): aku hanya ingin bertapa disini, tidak ada niatan sedikit pun mengganggu mu

Macan putih (Dzul): Ah sudah, mari kita bergelud jika kau memenangkan nya maka aku akan
menjadi khodam penjaga mu namun jika kau kalah kau harus ku makan.

Siliwangi (Danish): Baik


Tanpa ba bi bu macan dan prabu pun saling menyerang namun akhirnya macan kalah dan
menjadi khodam prabu siliwangi

Siliwangi (Danish): Macan aneh bisa bisanya dia berani melawan ku (lanjut bertapa).

(skip 39 tahun kemudian)

SCENE 3 (Kamar ratu)

-Di istana (kamar ratu)

Narator (Najwa): Dia adalah bibi, pengurus kepercayaan keluarga prabu siliwangi. Saat
kepergian prabu ibunda jatuh sakit dan raja mempercayai bibi untuk mengurusnya

Ibu (Ara): bibi!!

Bibi (Caca): ada apa yang terhormat baginda ratu?

Ibu (Ara): tolong antar saya ke taman, saya ingin melihat pemandangan segar pagi hari

Bibi (Caca): Baik ratu mari saya antar

Mereka berdua pun pergi ke taman untuk menghirub udara segar.

SCENE 4 (taman)

Sesampainya disana ratu melihat lihat bunga yang bermekaran

Ratu (Ara): bi bunganya indah sekali ya, mirip putra ku.

Bibi (Caca): iya nyonya, persis seperti tuan prabu.

Mereka pun berbincang soal prabu siliwangi namun tiba tiba terdengar teriakan penjaga istana

Penjaga istana 1 (Vidi): RAJA RATU!

Penjaga istana 2 (Daffa): TUAN PRABU DATANG!

Penjaga istana 1 (Vidi): TUAN NYONYA DIMANA KALIAN?

Penjaga istana 2 (Daffa): Yang mulia?!!

Penjaga 1 (vidi): Huh hah Huh hah Ra ratu itu tuan, TUAN PRABU DATANG!

Bibi dan ratu termenung tak percaya dengan apa yang mereka dengar, hingga akhirnya penjaga
1 menarik tangan ratu dengan tergesa gesa
Penjaga 2 melompat lompat kegirangan di depan bibi dan ratu bersama penjaga 1
meninggalkan mereka berdua dengan tergesa gesa.

Penjaga 2 (Daffa): BIBI TUAN PRABU DATANG!!

Namun bibi tak menghiraukan dan malah pergi menyusul ratu yang akhirnya penjaga 2
membuntuti.

SCENE 5 (gerbang istana)

Sesampainya mereka di depan gerbang istana sudah berdiri raja menatap kerumunan warga
yang menutupi pria berkuda

Warga (Fathir, Indri, Dzul, Najwa): YANG MULIA!!!

Penjaga 1&2 pun membelah kerumunan agar ratu dan raja bisa menyaksikan, sedangkan bibi
segera bergabung dengan kerumunan untuk menyambut kedatangan prabu siliwangi.

Prabu siliwangi menghampiri orang tuanya yang sedang menahan tangis melihatnya kembali,
Raja pun segera memeluk prabu

Raja (Rafael): kamu berhasil nak.

Ratu (Ara): Ibu bangga sama kamu.

Raja (Rafael): (sambil teriak) SEMUANYA SIAPKAN UPACARA PENGESAHAN RAJA.

SCENE 6 (Lapangan)

(Skip di lapangan)

Raja (Rafael): Baik lah nak, mari kita uji kekuatan mu.

(Adegan perang perangan sm bapaknya sendiri)

Akhirnya prabu siliwangi pun lolos dan siap di lantik untuk menjadi raja.

SCENE 7 (panggung kerajaan)

(perlantikan)

Narator (fathir): tiba dimana ilmu yang dimiliki prabu siliwangi di anggap cukup untuk menjadi
raja penerus kerajaan
Raja (Rafael): Nak, tolong jaga istana kita dengan baik. Ayah anggap kesaktian yang kau punya
sudah cukup untuk memimpin kerjaan ini.

Siliwangi (Danish): Iya pak, prabu pasti akan memajukan istana kita dan membanggakan ayah
ibu.

Akhirnya raja memberikan pidato terakhirnya kehadapan rakyat yang sedang menyaksikan.

Raja (Rafael): saya nyatakan dengan ini bahwa putra kerjaan saya Prabu siliwangi akan
meneruskan tahta saya sebagai raja.

Warga: HIDUP RAKYATT!!

Disini raja memindahkan mahkota di kepala nya ke kepala prabu siliwangi dan ratu
menyematkan jubah pada punggung anaknya.

SCENE 8 (jalanan kerajaan)

(Skip di jalanan istana)

1 minggu kemudian

Narator (Najwa): Di jalanan istana yang damai terlihat banyak sekali aktivitas salah satunya
bapak yang kesusahan membawa air minum

(Siliwangi melewati jalanan tersebut)

Warga (Najwa, ara, daffa, vidi, rafael): Yang mulia raja! (Nunduk)

Bapak susah (Fathir): Yang mulia raja!! (Nunduk)

Siliwangi (Danish): bapak, apa bapak kesusahan?

Bapak susah: iya yang mulia, saya keberatan membawa semua air ini.

Siliwangi: tenang saja, PENGAWAL!!

pengawal (Dzul) pun datang dengan membawa gerobak untuk bapak yang kesusahan

Siliwangi: Ini bapak, tolong gunakan dengan baik

Bapak : TERIMAKASIH YANG MULIA (menunduk)

Narator: Tanpa mereka ketahui sebenernya sedari tadi putri nyi subang larang melihat, sambil
mengagumi ketampanan dan kebaikan siliwangi

Nyi subang larang (indri): sungguh mulianya dirimu baginda…


SCENE 9 (aula)

(Di aula raja)

Prabu lagi menulis surat surat pengunjungan ke keraja kerajaan lain bersama dengan penasihat
nya

Siliwangi (Danish): Menurut mu, apa perlu aku melakukan ini? (Tatapan penasaran)

Penasihat (Caca): Oh jelas perlu baginda, agar nama mu semakin besar dan besar!!

Siliwangi (Danish): betul betul (mengancungkan jempol) oke dehh langsung kirim aja surat
suratnya

Penasihat (caca): ohh iya baginda, apa baginda tidak berfikir untuk menikah? Selama anda
meninggalkan kerajaan ratu dan raja selalu membayangkan cucunya.

Siliwangi (Danish): Hah? Darimana kmu tau?

Penasihat (Caca): (nunjuk kartu nama nya) ekhm

Siliwangi (Danish): maksudnya ha?

Penasihat (Caca): di kerajaan sebelah ada putri cantik bernama nyi subang larang, biasanya dia
suka bermain di hutan sore hari

SCENE 10 (lapangan)

Narator (fathir): Mendengar perkataan penasihat kerajaan siliwangi pun mencari dimana
keberadaan nyi subang larang dan menikahinya, seiring berjalannya waktu mereka di karuniai 2
putra bernama prabu surawisesa dan walasungsang.

(Adegan prabu surawisesa di ajari ayahnya yaitu siliwangi memanah)

Siliwangi (Danish): ingatlah nak, ilmu memanah akan membawa mu ke dunia yang luas

Surawisesa (vidi): benarkah?? baik ayah aku akan semakin giat berlatih!

(Lanjut memanah)

Sedangkan walasungsang sedang belajar menanam padi bersama ibunya

walasungsang (Daffa): ibu, apa benar kita bisa mendapatkan uang dari padi?

Larang (indri): tentu benar, ini adalah tips bertani anak ku.
SCENE 11 (Aula kerajaan)

Skip 20 tahun kemudian…

(Di aula kerajaan)

Siliwangi lagi berdiskusi dengan adipati untuk menyerang kerajaan galuh dan kawali

Siliwangi (Danish): Adipati, bagaimana menurut mu soal rencana ku untuk menyerang kerajaan
galuh dan kawali?

Adipati (Fathir): Yang mulia saya sudah siap apabila engkau ingin memulai penyerangan

Siliwangi (Danish): Bakilah tolong siapkan pasukan untuk menyerang kerajaan galuh dan kawali.
(Tatapan sengit)

SCENE 12 (gerbang kerajaan)

(Di depan pintu kerajaan)

Narator (Fathir): Siliwangi dan pasukannya membuat persiapan yang sangat matang untuk
menyerang kerajaan galuh.

Siliwangi (Danish): ayo kita berangkat! (Naik kuda)

SCENE 13 (kerajaan galuh)

Di istana kerjaaan Galuh (vidi, caca, indri, rafael) mereka sedang bersantai santai menikmati
hidup mereka, tiba tiba raja dari kerajaan galuh di kabarkan bahwa mereka mendapatkan
penyerangan dari padjajaran.

Penjaga galuh (vidi): tuan, kerajaan kita di serang!

Raja galuh (Rafael): Hah??

(Penyerang 1 (Caca) dan 2 (Indri) bertatapan sengit dan mengambil senjata mereka)

Pihak galuh akhirnya keluar istana dan siap menyerang kerajaan padjajaran (Fathir, Danish,
Dzul)

(Perang)
Narator (Fathir): Akhirnya kerajaan padjajaran menang dan meninggalkan area pertarungan.
Padjajaran siap menuju kerajaan kawali untuk menyerang kerajaan tersebut.

SCENE 14 (pertengahan jalan)

(Di pertengahan jalan)

Kerajaan kawali (Daffa, Najwa, Ara) dan padjajaran bertemu, mereka saling bertatapan sengit.

Raja kawali (Daffa): SERANGG!!

Akhirnya kerajaan kawali dan padjajaran bertempur dengan sangat sengit yang akhirnya hanya
tersisa raja kawali dan padjajaran.

Siliwangi (Danish): baiklah, masi berdamai.

Raja kawali (Daffa): berikan makanan untuk kerajaan ku sebagai gantinya!

Siliwangi (Danish): Tentu, kemarilah (sambil manggil adipati untuk membawakan makanan)

Saat mereka sibuk berbincang tiba tiba macan putih khodam siliwangi menyerang raja kawali
dari belakang, dan raja kawali meninggal.

Narator (Najwa): usia prabu surawisesa kini sudah menginjak 28 tahun dan walasungsang
menginjak usia 27 tahun, tiba tiba keluarga kecil itu mengadakan rapat yang ternyata
pembagian kekuasaan, walasungsang akan memimpin kerajaan cirebon dan prabu surawisesa
meneruskan tahta bapaknya.

SCENE 15 (pelabuhan)

(Di pelabuhan)

Walasungsang menggeret tas nya siap menaiki kapal dan akan pergi ke cirebon untuk mengurus
kerajaan nya ia diantar keluarga dan rakyat banten

Walasungsang (Daffa): Ayah, Ibu, dan adik ku surawisesa. Aku titipkan negri kelahiran ku pada
kalian tolong jangan lupakan aku dan terus mengenalku, untuk warga ku tercinta terimakasih
untuk semua yang telah kita lakukan bertahun tahun ini. Izinkan saya walasungsang memimpin
kerajaan cirebon di jawa timur sana. (balik badan dan melangkah ke atas kapal)

(Skip scene surawisesa latihan berantem sm teman kecilnya yaitu fathir)

Siliwangi (Danish): nakk bapak lihat kamu jago juga, ayo duel
Fathir : Baginda raja! Saya izin membantu ibu dulu (cabut)

Surawisesa (vidi): kann teman ku jadi takut karna ayah, baiklah ayo duel

(Duel dan surawisesa menang, siliwangi mengangguk bangga)

Siliwangi (Danish): besok adalah hari penobatan mu, bersiaplah nak

(Surawisesa mengangguk)

SCENE 16 (panggung kerajaan)

-besoknya di depan rakyat

Peniup terompet (Najwa): wahai para rakyat kerajaan padjajaran yang mulia, kita sambut calon
raja penerus kerajaan padjajaran! PRABU SURAWISESA

warga (semuanya): WOOO KERENNN AAAA

prabu surawisesa pun duduk di kursi antara ayah dan ibunya untuk di nobatkan menjadi raja

Peniup terompet (Najwa): ini saatnya, silahkan yang mulia raja siliwangi memasangkan mahkota
dan yang mulia ratu subang larang menyematkan jubah kekerajaan. DENGAN INI PRABU
SURAWISESA RESMI DI NOBATKAN MENJADI RAJA KERAJAAN PADJAJARAN!!

Warga tepuk tangan meriah

baiklah, kami persilahkan yang mulia untuk menyampaikan pidato

Surawisesa (Vidi): Terimakasih untuk ayah dan ibu yang sudah mengajari ku sedari kecil, saya
yakin saya dapat meneruskan tahta ayah saya dan kasih sayang ibu saya.

Surawisesa (Vidi): Untuk perkerjaan pertama saya, saya ingin prajurit dan rakyat sekalian
membangun kota perdagangan.

(Skip semua gotong royong membuat kota perdagangan)

Narator (Fathir): di kota perdagangan yang cerah datanglah bangsa portugal yang akan bekerja
sama dengan banten di bagian sunda kelapa.

SCENE 17 (ruang kerja)

(Di ruangan kerja surawisesa)

2 orang portugal datang (caca dan fathir): OLA!


Portugal fathir: permisi kami dari portugal apakah anda surawisesa?

Surawisesa: ya benar, ada apa?

Portugal caca: kami ingin bekerja sama dengan kota perdagangan yang anda pimpin.

Portugal fathir: kami berniat di bagian sunda kelapa, apa bisa?

Surawisesa: Tentu silahkan tanda tangan di kertas ini

Portugal caca: (tanda tangan)

Portugal fathir: baik, kalau begitu kami akan datang untuk mengecek perkembangannya.

Surawisesa: senang bekerja sama dengan anda.

Narator (Najwa): namun tidak hanya itu kejadian yang mereka alami, tibalah surat yang
berisikan informasi bahwa kerajaan demak ingin padjajaran tunduk dan memaksa surawisesa
menjadi islam.

Pengantar surat (daffa): permisi baginda raja, ini ada surat untuk mu

(surawisesa baca dan shock, ia segera membalas surat tersebut dan menolak tawaran
memasuki islam)

Surawisesa: Bawa surat ini kembali ke kerajaan demak, SEKARANG!

Narator (Fathir): 5 hari kemudian…

Pengantar surat (Daffa): Yang mulia, kerajaan demak mengirimkan surat kepada anda

Surawisesa di ancam bahwa akan ada penyerangan dari demak jika ia menolak tawaran demak.

Surawisesa meninggalkan ruangan dan berlari menghampiri kediaman 2 orang portugal untuk
membuatkannya benteng pertahanan.

SCENE 18 (rumah portugal)

(Dirumah 2 orang portugal)

Surawisesa: Tolong saya sangat butuh benteng pertahanan itu!

Portugal Indri: baiklah, kami bersedia.

2 orang portugal ngangguk dan mulai menyusun rencana.


SCENE 19 (lapangan)

(H-3 penyerangan)

(Mereka berlatih terus menerus (cuma caca, fathir, danish, dan vidi))

SCENE 20 (kerajaan padjajaran)

Narator (Fathir): tibalah hari dimana akhirnya penyerangan akan berlangsung.

(Hari h penyerangan)

2 orang portugal sudah berjaga di benteng yang mereka buat.

Tiba tiba demak datang (ara, najwa, daffa, rafael, indri, dzul)

(Perang)

Caca lawan dzul dan najwa

Ara dan daffa lawan caca

Najwa dan rafael lawan danish

Vidi lawan indri

Fathir lawan ara

Dan fathir melindungi vidi

Namun akhirnya demak menang dan surawisesa kalah. Akhirnya bangsa portugal dan
padjajaran pergi ke banten.

Surawisesa (Vidi): KITA KALAH, AYO SEMUANYA PERGI KE BANTEN!! (Teriak)

(Scene semua lari lari nyiapin barang buat ke banten tapi demak tetep lagi mencari 2 orang
portugal)

SCENE 21 (kerajaan banten)

(5 tahun kemudian)

Narator (Fathir): kejadian 5 tahun yang lalu membuat hati warga kerajaan padjajaran terkikis
namun ke bijaksanaan surawisesa menyembuhkan luka yang ada di hati setiap makhluk.
Surawisesa membangun kerajaan di banten dan hidup tentram disana namun tiba tiba kerajaan
banten menyerang kerajaan yang dibuat surawisesa.

Surawisesa: aku harus berlatih (latihan sendiri setiap hari)

SCENE 22 (kamar surawisesa)

(Di kamar surawisesa)

Pelayan (Rafael): yang mulia, besok adalah hari peperangan saya selaku perwakilan ingin
menyampaikan surat surat yang di berikan warga warga, kerabat, dan keluarga anda jika anda
gugur nanti.

Surawisesa (vidi): terimakasih ya, silahkan kamu boleh pergi mengambil surat dan membacanya)

SCENE 23 (kerajaan banten)

(Besoknya)

Narator (Najwa): tibalah hari yang di nanti nanti, sunan hasanuddin dan maulana yusuf datang
untuk menyerang kerajaan banten dan surawisesa

(Di tengah kerajaan banten)

Narator (Fathir): motif di balik penyerangan sunan hasanuddin & maulana yusuf ke kerajaan
banten adalah karna mereka ingin memperluas kekuasaan di kerajaan banten dengan adanya
kerjasama sunda dan portugal.

Sunan hasanuddin (daffa): Jika memang kau tak mau membagi wilayah kekuasaan mu, maka
akan ku ambil sendiri.

Maulana yusuf (Najwa): sekali lagi ku tanya, apa kau ingin membagi wilayah mu?

Raja Banten (fathir): Tentu tidak! Jika kau memang ingin berperang maka kami kerajaan banten
siap mempertahankan wilayah kami.

Pasukan banten (caca, ara, indri): SERANG!!! apa pun yang terjadi terus lawan!

(Terjadi peperangan dan akhirnya maulana yusuf dan hasanuddin menang dengan bantuan
ilmu ilmu yang mereka terapi)

Maulana yusuf (Najwa): aku akan berjaga disini, kau cari surawisesa!

(sunan hasanuddin lari ke deket hutan)


SCENE 24 (di lapangan dekat hutan)

Narator (Fathir): ternyata Surawisesa sudah siap di medan perang bertemu sunan hasanuddin
dan maulana yusuf, namun maulana yusuf bertugas untuk menjaga psukan banten.

Di belakang bebatuan yang tinggi surawisesa memanggil khodam macan putih nya dan bersama
menyerang sunan hasanuddin.

(Surawisesa keluar dari bebatuan dan menyerang sunan hasanuddin)

(Perang tapi surawisesa kalah)

Sunan hasanuddin (Daffa): sungguh hal yang mudah (tertawa)

End.

Anda mungkin juga menyukai