(Celine & Sebas & Shir & Kez on scene. Celine di tengah, Sebas di kanan panggung,
Kez & Shir di kiri Laura nantinya. Laura masuk dari belakang. Jgn lupa PPTnya.)
Narrator (Celine) : Pada zaman dahulu kala di kerajaan Muara Kaman, hiduplah
seorang putri yang bernama Aji Bidara Putih. (Keluar samping)
Pengawal istana : *Bunyi terompet* Putri pertama kerajaan Muara Kaman, Yang
Mulia, Aji Bidarah Putih memasuki ruangan!
Bangsawan 2 : Benar, benar, tidak hanya cantik, Yang Mulia juga sangat anggun
dan berwibawa.
Bangsawan 2 : Benarkah? Waaaah kalau begitu, maka Kerajaan Muara Kaman dan
Kerajaan China bisa bersatu.
Catatan:
Properti dalam
- Daun sirih, belakang meja
- Kursi, dibelakang
SCENE 2
(Laura & Sebas & Shir & Kez siapin meja ama kursi. Kez next slide. Semuanya duduk di
kursi. Celine jalan dari samping sambil Sebas narrator di tempat (sebelah Laura))
Narrator (Sebas) : Setelah itu para tamu, rakyat dan anggota kerajaan menikmati
hidangan yang disajikan. Hal tak terduga terjadi…
Raja China : (Sambil duduk) Wah tidak pernah aku melihat makanan-makanan
khas Kerajaan Muara Kaman yang begitu nikmat.
Raja China : *Suara alat makan* Kau manis sekali Tuan Putri. OHOHOHOHO!
Pengawal Istana : (Bisik ke Laura) Hormat Yang Mulia, apakah ada yang membuat
anda merasa tidak nyaman?
Putri : (Bisik balik) Raja China ini membuatku sangat tidak nyaman.
Sepertinya hal ini juga dialami oleh para tamu lainnya….. Namun
biarlah, mari kita tetap bersikap wibawa di hadapan tamu yang lain.
Narrator (Shirley) : Setelah perjamuan selesai, Putri pergi ke taman kerajaan untuk
menenangkan diri dari semua yang telah terjadi…… (Keluar pintu
samping, ke belakang)
Pengawal : Permisi Yang Mulia… Hamba hadir untuk menemani putri. Adakah
yang bisa hamba bantu?
Raja China : Aiyo! sungguh sebuah takdir aku bisa bertemu Yang Mulia Putri
disini.
Pengawal : (Menepis tangan Raja dari Putri) Mohon sopan santunnya kepada
Yang Mulia Putri, Yang Mulia Raja.
Putri : Mohon maaf atas ketidak sopanan pengawal saya Yang Mulia
(Sebas membungkuk dikit). Omong-omong apa yang raja ingin
bicarakan disini.
Raja China : (Kembali senyum) Putri cantikk, sebenarnya aku ingin melamarmu.
Menikahlah denganku!
Putri Aji : Saya sangat berterima kasih atas lamaran Yang Mulia, namun saya
tidak menerima lamaran Yang Mulia Raja… Saya mohon Yang Mulia
bisa menerima penolakan dari saya.
Raja China : Apa!?! (marah) Seorang Putri dari kerajaan kecil berani menolakku?
Bersiaplah, aku akan menyerang kerajaanmu!! (Keluar ke samping,
ke belakang buat scene 5)
SCENE 4
(Shir & Kez langsung masuk dr belakang penonton, tergesah-gesah, Kez ke kanan
panggung, Shir ke kiri panggung)
Dayang 1 : Kami mendengar bahwa Raja China akan menyerang kerajaan ini!
bagaimana ini Yang Mulia??!
Tuan putri : Tenang dayang-dayangku, walau kerajaan ini kecil namun aku akan
melakukan apapun demi keselamatan rakyatku.
Pengawal : Jadi apa sekarang strategi anda, Yang Mulia? Hamba juga siap
membantu.
Narrator (Kezia) : Seperti yang sudah diperkirakan, Raja China menyatakan perang
kepada Kerajaan Muara Kaman. (Celine Shir masuk)
Narrator (Kezia) : Tentara Raja China dan tentara Tuan Putri Aji mengumpulkan
pasukannya.
Prajurit China : HAKH! (Menusuk Narator/prajurit putri aka Kez dengan pedang)
Prajurit Putri : GAH-!! (Mati, pelan-pelan jalan keluar pintu depan, ganti aksesoris
jadi dayang)
Raja China : HAHAHAHAHA! (Shir & Sebas stop perang, balik posisi, on guard)
Lihatlah putri Aji! Lihatlah akibat dari kesombonganmu yang berani
menolakku! (Keluar ke samping, Shir ganti jadi dayang. Celine ke
belakang)
Putri Aji : Bagaimana ini!! Pasukan ku tidak akan bertahan lama! kalau terus
seperti ini…
Pengawal : Tuan putri jangan cemas, hamba yakin kami bisa menang.
Putri Aji : (menggelengkan kepala) Tidak, Arkana… Perasaan saya tidak enak
dengan masa depan kerajaan ini jika perang terus berlangsung,
maka dari itu saya sendiri yang akan menghentikannya
Pengawal : Yang Mulia??
Putri : Arkana, terima kasih telah menjaga saya selama ini (balik)
Dayang-dayangku!
Dayang 1 & 2 : (Masuk dari samping. Shir di depan Kez posisinya) Ya, Yang Mulia.
(menundukkan diri)
Dayang 2 : (Mengambil dan memberikan sepah sirih kepada putri) Ini Yang
mulia.
Pengawal : Jangan, Yang Mulia! Bagaimana dengan diri anda? Kami tak bisa
hidup tanpa pimpinan anda.
Putri : Arkana, Bangunlah sebuah negeri dan pimpinlah rakyatku dengan
ilmu yang telah engkau terima. Ini adalah permintaan terakhir
dariku.
Pengawal : Mohon maaf yang mulia, saya tidak bisa melakukan itu.
Putri : Arkana?
Pengawal : Yang Mulia Tuan Putri Aji adalah tuan hamba, jika tuan hamba
mati, maka saya, sebagai hamba juga akan ikut mati.
Dayang 1 : Saya juga yang mulia, sejak kecil hingga sekarang, saya selalu
bersama dengan yang mulia. Hidup kami tidak ada artinya tanpa
tuan putri.
Dayang 2 : Terima kasih atas segalanya Tuan Putri. Mohon, biarkanlah kami
tetap bersama Yang Mulia sampai akhir.
(Celine matiin lampu, Kez ganti ppt ama nyalain sound board. Celine masuk ke
panggung lewat samping barengan Laura keluar dari samping, kebelakang. Celine &
Sebas & Kez & Shir baris menghadap penonton, siap siap nunggu selesai)
Sound Board : (Shir) Lalu Putri Aji langsung memakan dan mengunyah daun sirih
tersebut kemudian mengeluarkannya kembali. Dari lepehan daun
sirih tersebut tiba-tiba berubah menjadi lipan yang sangat besar
dan banyak. (Raja China) Argh! Apa ini?? Menjijikan! tidak tidakkkk!!!
Sound Board : (Laura) Mereka menyerang pasukan Raja China dan tidak
menyerang pasukan Putri Aji. Lalu keadaan pun mulai diputar
balikan, pasukan raja China pun semakin terdesak. Para lipan terus
menyerang pasukan raja China sampai ke kapalnya.
Sound Board : (Kez) Tidak ada satu kapal pun yang selamat. Keanehan-pun terjadi.
Laut yang menjadi tempat tenggelam kapal pasukan china tiba-tiba
menjadi dangkal dan membentuk hamparan padang yang luas.
Sound Board : (Sebas) Hamparan padang rumput yang luas itu dikenal sebagai
Danau Lipan. Semenjak hari itu, putri Aji Bidarah Putih bersama
pengawal dan kedua dayang terdekatnya, menghilang dan tidak
pernah ditemukan.
(Laura nyalain lampu, jalan dari belakang ke tengah stage. kita semua bow)