Anda di halaman 1dari 6

KASIH

S e b u a h K a b a r e t d a r i M A N 1 S u m ed a n g

Naskah Karya : Suhe


Sutradara : Rifki Ahmad Rojabi

Lakon :

Narator (Kakek)

Anak Kecil

Pangeran Muhammad
Sunan Gunung Djati
Ratu Ayu Panvidagan/Kasih
Siti Armilah
Rakyat I,II,III, dst.
Rakyat CW
Dayang I,II,III, dst.
Pasukan I, II, III, dst.

2017
BABAK I
Kondisi panggung tertutup layar dengan dekorasi kamar anak kecil. Sementara, seorang kakek
dan cucunya sedang berbicara di depan layar.
(Dibuka dengan lagu nina bobo/apapunlah pokoknya bobo :D)
Anak Kecil : Kakek, cerita lagi.
Kakek : Cerita apa ?
Anak Kecil : Kian Santang.
Kakek : Lagi ?
Anak Kecil : Iya
Kakek : Tunggu, kakek punya cerita yang lain. Saudara perempuan Prabu Kian
Santang.
Anak Kecil : Masa? Apa ? Apa kek ? Ceritain. (antusias - merengek)
Kakek : (tertawa geli) Judulnya…

Layar panggung terbuka. (Backsong – Naonwelah kumaha ngke)


Pangeran Muhammad sedang mondar – mandir memikirkan sesuatu.Istrinyapun gelisah
melihat suaminya itu kebingungan. Lalu Sunan Gunung Djati memberitahukan sesuatu.
Sunan G D : Kasih. Kamu harus menemui seseorang yang bernama Kasih.
Pangeran : Siapa kiranya dia, Ayah ?
Sunan G D : Ia seorang ratu dari negeri Sindang Kasih.
Pangeran : Dimanakah itu ?
Sunan G D : Tiga hari dua malam perjalanan ke Barat Daya. Temuilah ia, Pangeran. Karena
di tanahnya tumbuh buah Maja yang dapat menyembuhkan segala penyakit.
Termasuk menyembuhkan penyakit yang saat ini sedang melanda negerimu.
Insyaalloh.
Pangeran : Bagaimana denganmu, adinda?
Siti Armilah : Terserah padamu. Jika kau mengajakku,dengan senang hati aku
mendampingimu. Jika tidak, aku akan menanti kepulanganmu.
Pangeran : Tak tega aku meninggalkanmu. Ikutlah bersamaku.
Siti Armilah : Maka, aku harus siapkan perbekalan, kanda. Ayo! (mengajak para dayangnya)
Sunan G D : Bagus. Kalian memang harus tetap bersama, anakku. Dan sebarkan pula ajaran
Islam di tanah Sindang Kasih. Sebab, mereka tak sepenuhnya beriman.
Termasuk ratu mereka sendiri.
Pangeran : Insayaalloh, kami akan melakukannya. (pergi menyusul Siti Armilah)

BABAK II
Panggung kembali ditutup dengan tirai.
Anak Kecil : Kakek, Ratu Kasih itu kayak gimana sih ?
Kakek : Ratu Kasih itu ratu yang sangat diidamkan rakyatnya, Fi. Dia memerintah
negerinya dengan cinta, aman, damai juga rakyatnya sejahtera semua. Keren
kan, Fi ? Selain itu, Ratu Kasih wajahnya caaaantiiiiik hingga tersohor ke
seantero Jawa.
Anak Kecil : Loh, kok, Pangeran gak tahu ? Katanya kesohor, kek ?
Kakek : (kaget) Eh, emmm. Mending kakek lanjut lagi ceritanya.

Tirai kembali dibuka. Suasana wilayah Sindang Kasih terlihat sangat ramai dan sejahtera. Saat
Ratu Kasih sedang berjalan, ia bertemu dengan seorang nenek tua
Nenek : Kanjeng ratu, cantik sekali hari ini.
Kemana kiranya kanjeng ratu dan rombongan hendak bepergian?
Kasih : Aku hendak ke Talaga. (dengan ramahnya)
Nenek : Kiranya, ada perlu apa Ratu ke sana ?
Kasih : Sudah lama sekali aku tak mengunjungi saudaraku, Raden Munding Sariageng.
Semenjak ia memerintah di Talaga Manggung, kami sudah jarang bertemu.
Sekedar berkirim pesanpun sudah jarang, nek.
Nenek : Maaf sebelumya, nampaknya… Kanjeng Ratu belum tahu. Sekarang Raden
Munding dan istrinya sudah memeluk Islam. Mungkin karena itu, mereka tidak
lagi melepas rindu dengan kanjeng ratu.
Kasih : Benarkah itu, nek ?
Nenek : Betul, Ratu. Di sana juga sedang dibangun masjid besar, kanjeng Ratu.
Kasih : (tersenyum sambil mengangguk) Kita pulang ke istana. (mengajak rombongan)
Di tengah perjalanan, rombongan Pangeran Muhammad bertemu rombongan Ratu Kasih.
Kedua rombongan itu berhenti.

Pangeran : Assalamualaikum.
Terlihat rombongan Ratu Kasih saling luak – lieuk satu sama lain.Lalu salah satu pengawal
Ratu Kasih berbisik pada tuannya.
Pengawal K : Tampaknya, mereka rombongan muslim, kanjeng ratu.
Ratu Kasih langsung maju kedepan rombongan lalu bertanya dengan lembut.
Kasih : (terpesona melihat pangeran) Darimana asal kalian ?
Pangeran : Kami dari Kerajaan Cirebon, hendak bersilaturahmi kepada Paduka Ratu Kasih
dari kerajaan Sindang Kasih.
Kasih : Siapa pemimpin kalian ?
Pangeran : Pangeran Muhammad beserta istrinya Siti Armilah.
Kasih : Lalu apa keperluan Pangeranmu itu, sehingga mengutus prajuritnya dan tak
berani bertemu denganku secara langsung?
Pangeran : Saya sendiri Pangeran Muhammad.
Kasih : (terkejut) Ehhh… Jadi, apa keperluanmu pangeran muda?
Pangeran : Maksud kedatanganku,
Kasih : Itu, istrimukah ? Mengapa kepalanya ia tutupi ? Apakah istrimu tidak memiliki
rambut seindah milikku ? (tertawa, rombongan Kasih tertawa)
Siti Armilah : Maaf… (menatap Kasih)
Pangeran : Istriku melindungi mahkotanya, kehormatannya sebagai seorang wanita
Kasih : (tertawa) Dengan menutupi kepalannya ? Kenapa tak memakai payung saja?
(tertawa lagi)
Siti Armilah : Kelewatan! Berjilbab merupakan syariat agamaku. Melindungiku dari debu
juga fitnah. Bukan sekedar panas matahari tapi juga panasnya neraka yang
berapi.
Pangeran : Cukup. Saya datang dengan damai. Dan ingin meminta pertolongan
darimu. Kami ingin membeli buah Majamu.
Kasih : Untuk apa buah itu ?
Pangeran : Untuk menyembuhkan penyakit di negeriku.
Kasih : (mengangguk) Lalu apa yang kau tawarkan padaku?
Pangeran : Keselamatan dunia dan akhirat.
Kasih : (mentjoba mencerna perkataan Pangeran) Tidak. Kau membohongiku! Manusia
tak bisa menjamin kebahagiaan seperti itu.
Pangeran : Tentu, tentu saja bukan saya. Alloh yang menjaminnya.
Kasih : (bingung) Aku tak mengenal dia.
Pangeran : Dia Tuhan yang kami sembah. Tiada Tuhan selain Alloh.
Kasih : (tertawa) Dengar, Pangeran. Aku tak peduli siapa Tuhanmu, tapi yang kau
tawarkan padaku sungguh tak berharga.
Siti Armilah : Betapa angkuhnya dia!
Kasih : Sssstttt! (Kasih menunjuk Siti kemudian menurunkan tangannya. Siti ambruk
dan pengawalnya pun yang hendak menolong ia jatuhkan kecuali Pangeran
masih berdiri kokoh. Lalu
Kasih berbicara pada Pangeran) Aku ingin kau menjadi suamiku.
Siti Armilah : (hanya berteriak – teriak tak bisa berbicara, mulutnya terbungkam)
Pangeran : Kau penyihir!
Kasih : Bukan, aku ratu Sindang Kasih. (tertawa sangat keras lalu menyiksa para
pengawal dan istri pangeran dengan ilmu sihirnya)
Pangeran : Hentikan!
Kasih : Aku hentikan jika kau mau mempersuntingku.
Pangeran : Ya! Ya! Aku akan mempersuntingmu.
Kasih : (berhenti menyiksa)
Pangeran : Dengan syarat, imanilah Islam.
Kasih : Lancang kau ! (melempar para pengawal & istri pangeran keluar panggung)

Para pengawal Kasih menyerang pangeran. Terjadi perkelahian dan para pengawal
takluk dengan mudahnya. Kemudian Kasih menyerang pangeran dengan sihirnya, namun tak
mempan. Pangeran balik menyerang, hingga Kasih terjungkal ke belakang.Sang Ratu kemudian
bangkit dan menyerang Pangeran. Terjadi pertarungan jarak dekat yang sengit juga adu
ilmu.Namun Ratu Kasih kembali mental. Ia kemudian bangkit lalu mengeluarkan buah Maja
dari kantongnya.
Kasih : Ini yang kau ingini ? Matilah negerimu tanpa buah Majaku!! (MENGHILANG)

Panggung kembali ditutup oleh layar.


Kakek : Nah.. Git.. Lah… kok malah tidur cucuku ini? Heh, ceritanya loh, Fi. Udah
beres. Malah tidur.
Anak Kecil : Huh ? Ah ? Apa kek ? Raden Kian Santangnya menang ?
Kakek : Yeh… kok Kian Santang lagi?
Anak Kecil : Jadi gimana kek ?
Kakek : Au ah ! Kakek ngantuk.
Anak Kecil : Loh… kok ?

-S E L E S A I-

Anda mungkin juga menyukai