Anda di halaman 1dari 8

NASKAH DRAMA JAKA KENDIL

 PENOKOHAN
- Narator : Cristy Amelia Yusuf
- Raja I : Irdan Ramadan. S
- Ratu Muda : Sissy Enesya Kalompo
- Dayang Suti : Ria Kamaria Zain
- Ratu Tua (Mpok Dewi) : Keysia Angga Pattinama
- Joko Kendil : Epafras Yabes Kalu
- Raja II : Ahmad Gading
- Putri I : Echi Trivena
- Putri II : Elviani Buranna
- Putri III : Tri Putri
- Pedagang I : Rachel Olivia Mayai
- Pedagang II : Tirza Aulia Kapoa

 ADEGAN
Di suatu daerah terdapat sebuah kerajaan yang dipimpin oleh raja yang sangat bijaksana dan
sangat menyayangi rakyatnya. Beliau mempunyai dua orang isteri. Pada suatu hari, isteri muda dan
salah satu dayangnya sedang berbincang-bincang.
- Adegan I
(Di dalam istana kerajaan)
Ratu Muda : “Dayang Suti. Kemarilah!”
Dayang Suti : (Berjalan menghampiri ratu) “iya ratu. Ada perlu apa ratu memanggil hamba?”
Ratu Muda : “Begini. Saya punya ide. Kita harus secepatnya menyingkirkan ratu tua dari
kerajaan ini sehingga saya bisa menjadi satu-satunya ratu di kerajaan ini dan kamu
akan saya angkat menjadi dayang utama.”
Dayang Suti : “Apa ratu? Saya akan menjadi dayang utama? Sungguh mulia hatimu wahai ratu.
Terima kasih banyak ratu. Terima kasih. Lalu, apa ide ratu?”
Ratu Muda : “…” (Berbisik-bisik dengan dayang suti).
(Raja berjalan ke singgasana diiringi oleh ratu tua)
Ratu Muda : (Berlari menghampiri raja) “Duhai kakanda. Hari ini kakanda terlihat sangat gagah
dan tampan.”
Raja : “Terima kasih adinda. Tetapi saat ini saya sangat lapar. Sudikah kiranya adinda
membawakan kakanda sesuap nasi?”
Ratu Muda : “Aduh. Mohon maaf kakanda. Tiba-tiba kepala adinda sakit.”
Raja : “Baiklah. Kalau begitu adinda beristirahat saja.”
Ratu Muda : “Terimakasih kakanda.” (Berlalu dari hadapan raja dan ratu tua didampingi oleh
dayang suti)
Ratu Tua : “Bagaimana kalau adinda yang membawakan makanan untuk kakanda?”
Raja : “Terimakasih adinda.”

- Adegan II
(Keesokan paginya, raja dan ratu muda sedang berbincang-bincang)
Raja : “Hari ini sangat indah dan cerah. Burung-burung berkicauan laksana sedang
menyanyi dan memuji kehidupan kita yang aman, damai dan bahagia.
Ratu Muda : “Betul kakanda.”
Raja : “Kehidupan rumah tangga kita penuh dengan cinta dan kasih sayang.”
Ratu Muda : “Betul kakanda. Tapi, saya takut kalau kehidupan rumah tangga kita tidak akan
berjalan dengan semestinya.”
Raja : “Mengapa adinda berkata demikian?”
Ratu Muda : “Anu, kakanda. Dayang suti mengaku kepada adinda bahwa dia telah melihat ratu
Dewi bercengkerama dengan pria lain. Tampaknya ratu Dewi telah mengkhianati
kakanda dan menjalin hubungan dengan pria lain.”
Raja : “Jangan berkata demikian adinda. Bahkan adinda tidak memiliki bukti apapun!”
Ratu Muda : “Kalau begitu, adinda akan memanggil dayang suti untuk memberikan kesaksian
kepada kakanda. Dayang suti! Kemarilah.”
Dayang suti : (Berjalan ke hadapan raja dan ratu muda. Kemudian duduk bersimpuh)
Ratu Muda : “Dayang suti, tolong ceritakan kepada baginda raja tentang apa yang diperbuat oleh
ratu dewi kemarin.”
Dayang Suti : “Baik ratu. Sebenarnya, hamba sudah berulang kali melihat ratu Dewi berduaan dan
bermesraan dengan pria lain. Setiap rabu malam, ratu Dewi meminta izin kepada
baginda raja untuk berjalan-jalan di taman kerajaan. Dan di sanalah ratu Dewi
menemui pria tersebut.”
Raja : “Apakah benar begitu adanya?”
Dayang Suti : “Benar tuanku. Hamba berani bersumpah akan kebenaran berita tersebut.”
Raja : “Lantas, siapa pria tersebut?”
Dayang Suti : “Pria yang selalu ditemui oleh ratu Dewi adalah ajudan dari kerajaan Singopahit.”
Raja : (Mengeram lalu memanggil ratu Dewi) “Adinda Dewi, kemarilah!”
Ratu Tua : (Berjalan menghampiri raja) “Ada perlu apa kakanda memanggil adinda?”
Raja : “Benarkah adinda telah mengkhianati kakanda dan menjalin hubungan dengan pria
lain?”
Ratu Tua : “Tidak benar kakanda. Mengapa kakanda tiba-tiba berkata demikian?”
Raja : “Dayang suti telah melihat adinda berduaan dan bermesraan dengan pria lain.”
Ratu Tua : “Itu tidak benar kakanda! Sungguh kejam dayang suti berdusta demikian kepada
kakanda.”
Raja : “Kakanda tidak mau tahu. Adinda telah mengkhianati cinta kakanda kepada
adinda!”
Ratu Tua : “Ampun kakanda. Tapi adinda tidak pernah berbuat demikian.”
Raja : “Keluar kau dari kerajaan ini!”
Ratu Tua : “Sungguh kejam kakanda berkata demikian kepada adinda. Jika adinda pergi,
bagaimana dengan buah hati kakanda yang sedang adinda kandung?”
Raja : “Kakanda tidak mau tahu. Urus saja anak itu dengan dirimu!”
Ratu Tua : “Baiklah, adinda akan pergi. Adinda tidak tahan dengan semua fitnah ini. Lihat
saja! Anak yang adinda kandung saat ini pasti akan pasti akan menjadi orang yang
terpandang nantinya.”
Ratu Muda : (Tersenyum sinis dan berbisik kepada ratu tua) “Ha! Asal kau tahu, aku telah
mengutuk anak yang ada dalam kandunganmu itu menjadi buruk rupa nantinya. Dan
hanya cinta sejati yang bisa melepas kutukan itu, tapi mana ada wanita yang akan
jatuh cinta kepada si jelek itu.
Ratu Tua : (Pergi dari hadapan raja sambil menangis).

- Adegan III
Selama berbulan-bulan ratu Dewi menanggung derita. Beliau berjalan tak tentu arah. Dari satu
perkampungan ke perkampungan lain. Hingga akhirnya ratu Dewi menemukan rumah
sederhana dan melahirkan buah hatinya. Beliau menamainya Jaka Kendil karena tubuhnya
mirip dengan kendil.
(Di halaman rumah, ratu Dewi sedang menyapu halaman dan Jaka Kendil asyik berkhayal).
Jaka Kendil : “Mak, kapan ya kehidupan kita ini bisa berubah. Nggak miskin kayak gini. Hidup
serba susah.”
Ratu Dewi : “Hush! Kamu nggak boleh ngomong begitu. Ini sudah takdir. Jalani apa adanya
saja.”
Jaka Kendil : “Lho masa nggak tahu. Takdir yang berhubungan dengan kaya atau miskinnya
seseorang bisa diubah.”
Ratu Dewi : “Susah, susah ngerubah takdir, tuh, ubah dulu sikap kamu. Masa jadi anak nggak
pernah bantu ibunya sendiri.”
Jaka Kendil : “Ya mak, maaf. Mak ingin Jaka Kendil berbuat apa?”
Ratu Dewi : “Kalau kata slugu slugu bathok, ‘nek urip nggeleko dhuwit’.”
Jaka Kendil : “Ya mak. Saya mau cari dhuwit.”

- Adegan IV
(Di pasar)
Pedagang I : “Eh, eh. Lihat, itu kan anaknya mbok Dewi.”
Pedagang II : “Heeh. Aduh, ngidam apasih mbok Dewi. Anaknya bisa kayak gitu. Mirip kendil!”
Pedagang I : “Gimana toh. Ya ngidam kendil lah. Masa ngidam sutil.”
Pedagang II : “Iya ya.”
Pedagang I : “Tapi kasihan juga ya. Kan tuh anak nggak punya bapak.”
Pedagang II : “Ah, kata siapa?”
Pedagang I : “Lha buktinya. Emang dia cuma sama maknya toh.”
Pedagang II : “Banyak yang bilang kalau sebenarnya mbok Dewi itu istri seorang raja di daerah
mana… gitu. Terus mbok Dewi diusir karena selingkuh.”
Pedagang I : “Masa sih? Aku nggak percaya.”
(Jaka Kendil yang jadi pembicaraan para pedagang tersebut, secara diam-diam mengambil barang
dagangan orang lain dan memasukkannya ke balik baju)
Pedagang II : “Eh, eh, eh. Jaka Kendil nyuri!”
Pedagang I : “Eh iya.”
(Pedagang I dan pedagang II berlari menghampiri Jaka Kendil)
Pedagang I : “Nah ketahuan nyuri. Udah jelek, kaya kendil, suka nyuri, dikasih makan apasih
sama mak kamu?
Pedagang II : “Tahu ni anak! Pulang sana! Jadi anak tahu diri dong!”
Jaka Kendil : “Masak ibu-ibu ini nggak ada yang kasihan? Saya dan mak nggak punya dhuwit,
nggak bisa makan.”
Pedagang I & II : “Masalahmu, deritamu. Pulang sana!”
(Jaka Kendil Pulang dengan hati yang kecewa).

- Adegan V
Ratu Dewi : “Gimana? Sudah dapat uang?”
Jaka Kendil : “Belum mak. Saya malah kena marah ibu-ibu jualan sayur.”
Ratu Dewi : “Kena marah? Pasti kamu berbuat salah.”
Jaka Kendil : “Iya sih, hehe. Tapi mak, masa saya dibilang jelek? Kaya kendil?”
Ratu Dewi : “Sudah, nggak usa dipikirkan. Mereka pasti iri karena anak mak satu-satunya ini
sangat ganteng. Ganteng sejagad raya.”
Jaka Kendil : “Ah, mak bisa saja.”
Ratu Dewi : “Ya sudah. Gih, makan singkong rebus. Mumpung masih hangat.”
Jaka Kendil : “Ya…singkong lagi singkong lagi.”

- Adegan VI
Keesokan harinya, Jaka Kendil kembali melakukan aksinya. Mencuri. Tapi, memang apes nasib
Jaka Kendil. Dia ketahuan mencuri oleh ibu-ibu penjual sayur kemarin.
Jaka Kendil : “Ampun, ampun. Saya nggak sengaja nyuri.”
Pedagang I : “Yang namanya nyuri itu pasti sengaja.”
Jaka Kendil : “Iya deh. Saya nggak akan nyuri lagi!”
Pedagang II : “Nah, gitu dong. Anaknya raja masak nyuri.”
Jaka Kendil : “Hah? Anak raja?”
Pedagang II : “Iya. Kata orang-orang kamu anak raja dari negeri antah berantah.”
Jaka Kendil : “Masa sih?”
Pedagang I : “Udah, sana pulang! Bikin ribut saja bisanya!”

- Adegan VII
(Sesampainya di rumah, Jaka Kendil bertanya kepada ibunya)
Jaka Kendil : “Mak, kata ibu-ibu jualan sayur dipasar, ayah saya adalah raja?”
Ratu Dewi : (Kaget disertai dengan gugup) “Ah, mereka tahu apa tentang ayah kamu?”
Jaka Kendil : “Mak, mak jujur saja.”
Ratu Dewi : “Untuk apa mak bohong?”
Jaka Kendil : “Lha terus, ayah saya siapa?”
Ratu Dewi : (menghela nafas panjang) Maaf nak. Selama ini mak nggak pernah cerita. Iya,
memang benar. Ayah kamu adalah seorang raja. Dan makmu ini adalah ratu! Tapi
mak difitnah lalu akhirnya diusir dari kerajaan. Dan kamu telah dikutuk menjadi
buruk rupa sebelum lahir ke dunia ini. Tapi ada satu cara untuk menghilangkan
kutukan itu.”
Jaka Kendil : “Apa itu?.”
Ratu Dewi : “ CINTA SEJATI! Hanya cinta sejati yang dapat menghilangkan kutukan itu.”
Jaka Kendil : “Mengapa nggak bilang dari dulu?”
Ratu Dewi : “Mak takut kamu akan malu dan sakit hati.”
Jaka Kendil : “Tenang saja mak. Saya, jaka kendil akan membalaskan dendam mak dan akan saya
buktikan kalau saya berhak menjadi raja nantinya. Menjadi raja yang lebih baik dari
ayah saya sendiri!”
Ratu Dewi : “Jaka Kendil anakku…Mak bangga padamu nak.” (Menangis terharu).

- Adegan VIII
Di sisi lain, ada sebuah kerajaan yang terkenal dengan kemakmurannya. Kerajaan tersebut
dipimpin oleh seorang raja arif yang bijaksana. Beliau memiliki tiga orang anak perempuan yang
sangat cantik dan rupawan. Namun sang permasiuri raja tersebut sedang sakit. Permasiuri
mengalami sakit yang aneh. Semua tabib baik tabib istana maupun luar istana sudah
didatangkan. Namun tetap saja, tak ada yang bisa menyembuhkan penyakit permasiuri.
Akhirnya sang raja mengadakan sayembara. Siapapun yang bisa menyembuhkan permasiuri
akan mendapatkan imbalan. Jika yang menyembuhkan perempuan, akan diangkat menjadi anak
raja, tapi jika yang menyembuhkan laki-laki akan dijadikan sebagai kepala prajurit dan boleh
menikah dengan salah satu anak raja.
Putri I : “Ayahanda, apa yang harus kita perbuat untuk menyembuhkan ibunda?”
Putri II : “Iya ayahanda, kita harus segera melakukan sesuatu! Sebelum semuanya
terlambat.”
Putri III : “Kasihan ibunda ayah, dia pasti sangat menderita.”
Raja : “Iya putriku. Ayahanda tahu, tapi ayahanda juga bingung apa yang harus diperbuat.
Keadaan ibundamu semakin hari semakin parah.” (Memegang kepala sambil
berpikir).
(Menemukan ide) “Ayah ada usul, bagaimana kalau kita mengadakan sayembara?
Putri I : “Sayembara?”
Putri II : “Sayembara bagaimana ayah?”
Raja : “Jadi begini putriku, siapapun yang berhasil menyembuhkan ibundamu, dia akan
memperoleh imbalan.”
Putri III : “Imbalan? Apa imbalannya ayah?
Raja : “Imbalannya adalah jika yang menemukan ibundamu itu perempuan, dia akan ayah
angkat sebagai anak, tapi jika laki-laki, dia akan ayah jadikan sebagai kepala prajurit
kerajaan sekaligus boleh menikah dengan salah satu anak ayah.”
Putri III : “Apa ayah? Boleh menikah dengan salah satu dari kami?”
Raja : “Iya anakku, kalian keberatan?”
Putri I : “Hmmm… Jika ada laki-laki yang tampan dan kaya saya mau ayahanda.”
Putri II : “Iya Ayah kami setuju. Iya kan kakak?” (Memandang putri I) “Adik?” (Memandang
putri III).
Putri I : “Iya.”
Putri III : “Iya kakak.”

- Adegan XI
Keesokan harinya, adipati kerajaan mengumumkan sayembara di hadapan masyarakat. Berita
mengenai diadakannya sayembara tersebut sampai juga di telinga Jaka Kendil. Mendengar
imbalan yang begitu menguntungkan, Jaka Kendil membulatkan tekad untuk mengikuti
sayembara tersebut.
Jaka Kendil : “Mak, saya ingin ikut sayembara.”
Ratu Dewi : “Sayembara yang mana?”
Jaka Kendil : “Ah, mak pasti pura-pura nggak tahu. Itu lho mak, sayembara untuk
menyembuhkan penyakit permasiuri.”
Ratu Dewi : “Bercanda saja bisanya. Memang kamu siapa? Tabib kerajaan saja nggak bisa
menyembuhkan penyakit permasiuri, apalagi kami yang ‘kayaknya nggak akan bisa
menjadi tabib selamanya.”
Jaka Kendil : “Biar anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu. Saya nggak peduli orang-orang
mau bilang apa. Saya tetap ingin ikut sayembara itu, mak.”
Ratu Dewi : “Sudahlah nak. Jangan mimpi terlalu tinggi. Pada akhirnya mimpimu akan jatuh.”
Jaka Kendil : “Tenang saja mak. Kalau Tuhan memang berpihak kepada kita, pasti semuanya
akan berjalan dengan mulus tanpa ada hambatan.”
Ratu Dewi : “Ya sudahlah, terserah kamu saja. Mak nggak akan berharap terlalu tinggi.”
- Adegan X
Hanya dengan bekal percaya diri, Jaka Kendil pun berangkat untuk mengikuti sayembara. Satu
per satu orang yang mengikuti sayembara tersebut gagal karena tidak bisa menyembuhkan
penyakit permasiuri. Tapi, anehnya Jaka Kendil dapat menyembuhkan penyakit permasiuri. Hal
yang dilakukannya hanyalah memberikan permasiuri segelas the hangat! Akhirnya sang raja
menghadapkan Jaka Kendil kepada ketiga putrinya.
Raja : “Wahai putri-putriku. Inilah orang yang bisa menyembuhkan penyakit ibunda
kalian.”
Putri I : “Apa ayahanda? Pria dekil mirip kendil ini yang bisa menyembuhkan penyakit
ibunda?”
Putri II : “Mustahil. Wajahnya saja tidak mencerminkan sosok seorang tabib yang
berwibawa! Iya kan?” (Melotot ke putri III).
Putri III : “I-iya.”
Raja : “Percaya tidak percaya, kalian semua harus percaya. Walaupun penampilannya
seperti itu, tetapi dialah satu-satunya yang berhasil menyembuhkan penyakit ibunda
kalian.”
Putri III : “Maafkan perkataan kami ayahanda, lantas apakah janji sayembara benar-benar
berlaku?”
Raja : “Tentu saja. Janji adalah janji. Tidak bisa diingkari.”
Putri II : “Jadi, salah satu dari kami harus menikah dengan dia?”
Putri I : “Ayahanda. Apa ayahanda tega menikahkan salah satu dari kami dengan pria seperti
itu? Dia bahkan tidak pantas untuk menginjakan kaki di singgasana kerajaan. Hei
kamu! Berani-beraninya ada disini. Kamu pikir kamu siapa?”
(Membentak kepada Jaka Kendil).
Jaka Kendil : “Siapa saya? Saya adalah Jaka Kendil, seseorang yang dapat menyembuhkan
penyakit permasiuri. Saya adalah pria yang baik hati dan tampan sejagad raya, kata
mak saya.”
Putri II : “Ngaca dong, dekil kaya kendil aja bilangnya tampan sejagad raya.”
Putri III : “Hi hi hi. Jaka Kendil? Lucu sekali.”
Raja : “Cukup putri-putriku. Tolong perlihatkan sikap hormat kepada pria baik hati ini.
Nah Jaka Kendil, kau boleh memili salah satu dari ketiga putriku untuk kau
persunting, sesuai dengan janji karena kau telah memenangkan sayembara.”
Jaka Kendil : “Baik tuank, hmm, putri yang pertama tampak sangat tegas dan cerdas, putri yang
kedua tampak sangat cantik menawan, putri yang ketiga tampak masih polos dan
lugu. Saya rasa, saya akan memilih putri yang pertama.”
Putri I : “Tidak! Aku tidak mau. Ayahanda saya tidak mau menikah dengannya!”
Raja : “Mau bagaimana lagi, dia memilihmu.”
Putri I : “Hey adik, kau saja yang menikah dengan pria mirip kendil itu.” (Memohon pada
putri II).
Putri II : “Maaf kakak. Aku juga tidak mau menikah dengan pria yang tidak jelas asal
muasalnya itu. Lagipula, kakaklah pilihan pria tersebut. Berarti kakak terbukti lebih
laku daripada aku.”
Putri I : “Terima kasih, sekarang aku memang laku, tapi tidak dengan orang ini!”
Putri II : (Tertawa dengan penuh kemenangan).
Putri I : “Hei dik, kau harus mau menikah dengan pria kendil itu.” (Mengancam pada putri
III).
Putri III : “Maaf kakak, tapi kakaklah yang telah dipilih oleh pria tersebut.”
Putri I : “Kalau kau tidak mau menikah dengannya, aku akan menyuruh seseorang untuk
membakar semua lukisan karyamu!”
Putri III : “Jangan… B, ba, baiklah. Aku akan menikah dengan pria tersebut.”
Putri I : “Dengar ayahanda, putri III dengan senang hati akan menerima pria tersebut
sebagai suaminya.”
Raja : “Benarkah? Tapi Jaka Kendil tidak memilihnya.”
Jaka Kendil : “Tidak apa-apa baginda raja. Yang masih polos dan lugu juga boleh.”
Raja : “Putriku, benarkah kau mau menikah dengan Jaka Kendil?”
Putri III : “Iya ayahanda. Saya mau.” (Sambil tersenyum, namun hatinya menangis).

- Adegan XI
Maka menikahlah Jaka Kendil dengan putri yang ketiga. Perasaan benci putri III kepada Jaka
Kendil lambat laun berubah menjadi cinta. Hal tak terduga pun terjadi.
Suatu hari…
Putri III : (Mengetuk pintu kamar) “Kakanda, kakanda ada di dalam kamar? Tolong buka
pintunya. Sekarang waktunya makan malam.”
Hening.
Putri III : “Kakanda? Apakah kakanda baik-baik saja?”
(Membuka pintu kamar yang ternyata tidak dikunci).
Sang putri terkejut dan ketakutan melihat ada orang asing yang bisa masuk
kedalam kamarnya.
Putri III : “Kamu siapa?”
Jaka Kendil : “Siapa saya? Adinda ini kakanda tercinta, Jaka Kendil.”
Putri III : “Tidak mungkin!!! Suami saya tidak akan pernah setampan dirimu.”
Karena ketakutan sang putri bermaksud memanggil ayahnya serta prajurit
istana. Namun si pemuda yang merupakan Jaka Kendil segera menjelaskan
siapa dirinya.
Putri III : “AYAH! Prajurit!!!”
Jaka Kendil : “Adinda, dengarkan dulu penjelasanku! Aku adalah Jaka Kendil, awalnya tubuhku
memang jelek karena aku telah dikutuk. Namun jika aku berhasil menemukan cinta
sejatiku. Maka tubuhku yang seperti kendil akan pecah dan tubuh sempurna dengan
wajah tampan ini keluar dari pecahan kendil tersebut.”
Sang putri semula tak percaya akan tetapi Jaka Kendil menceritakan segala
yang ia lalui dengan putri yang merupakan sang istri.
Putri III : “Dari ceritamu itu kau memang benar suamiku. Syukurlah kutukanmu telah hilang
aku sangat senang kakanda.”
Jaka Kendil : “Kita harus segera memberitahu raja dan yang lainnya sebelum terjadi kesalahpaha
man.”
Mereka berdua kemudian pergi menemui raja dan menjelaskan semua yang
terjadi. Berita tersebut tersebar hingga keseluruh kerajaan. Hal ini tentu saja membuat
keduasaudari putri kesal. Mereka seolah tak mau menerima kenyataan.
Putri I : “Kalau begini ceritanya, kenapa aku tidak menerima lamaran Jaka Kendil waktu itu
….”
Putri II : “Iya…. Aku sungguh menyesal.”

Berita yang telah tersebar itu terdengar pula oleh ayah jaka kendil yang pada saat itu
merasa sangat menyesal atas perlakuannya kepada istri dan anaknya. Sebagai bentuk
permintaan maafnya kepada Jaka Kendil ia kemudian dinobatkan menjadi raja untuk
menggantikan sang ayah yang usianya sudah mulai udzur. Ratu muda yang telah men
gutuk dan memfitnah Jaka Kendil bersama Ratu tua kemudian melarikan diri masuk
ke dalam hutan karena takut mendapat hukuman dari Raja. Pada saat itulah, ia terper
osok masuk kedalam jurang dan tewas seketika. Disisi lain Jaka Kendil bersama den
gan istri, ibu, dan ayahnya kembali hidup bahagia dengan tahta di genggamannya.
TAMAT

Anda mungkin juga menyukai