Anda di halaman 1dari 12

PUTRI KANDITA : SI RATU PANTAI SELATAN

Alkisah, di daerah Pakwan (kini kota Bogor), Jawa Barat, tersebutlah seorang raja bernama Sri Baduga
Maharaja atau Prabu Siliwangi yang bertahta di kerajaan Pakuan Pajajaran. Ia adalah raja yang arif dan
bijaksana. Sang Prabu juga mempunyai seorang permaisuri yang cantik jelita dan berberapa selir yang cantik –
cantik. Dari hasil perkawinannya dengan sang permaisuri lahir seorang putri yang bernama Putri Kandita.
Prabu Siliwangi : “wahai permaisuriku, aku berniat untuk menjadikan anak kita –Putri Kandita– sebagai
penerus kerajaan ini.”
Permaisuri : “mohon ampun baginda tapi, bagaimana dengan anak dari para selir yang lain? Pasti akan merasa
cemburu dengan keputusan ini.”
Prabu Siliwangi : “tapi keputusan ku sudah bulat dan dia pun cocok menjadi penerus kerajaan ini.”
Permaisuri : “baiklah jika itu sudah menjadi keputusanmu, baginda.”

Disela – sela pembicaraan antara Prabu Siliwangi dengan Permaisuri salah satu selir yang tak sengaja
sedang melewati ruang kamar mendengar pembicaraan mereka.
Selir 3 : “wah ini tidak bisa dibiarkan, aku harus memberitahu kepada yang lainnya untuk mencegah Putri
Kandita menjadi penerus negeri ini.”

Dan kemudian selir ketiga pun melaporkan pembicaraan antara Prabu Siliwangi dengan Permaisuri
kepada para selir dan anak – anaknya.
Selir 3 : “taukah kalian, Prabu Siliwangi akan mengangkat Putri Kandita sebagai penggantinya.”
Anak selir 1 : “Apakah benar ibunda, lalu bagaimana denganku? “
Selir 1 : “benarkah itu? Aku sangat tak setuju dengan keputusan Prabu Siliwangi itu.”
Selir 2 : “aku juga, kita harus segera menyingkirkan Permaisuri dan Putri Kandita dari negeri ini”

Malamnya pun mereka melaksanakan rapat rahasia yang dilaksanakan oleh para selir dan putra –
putrinya.
Selir 1 : “Bagaimana cara menyingkirkan Putri Kandita dan permaisuri dari istana ini tanpa sepengetahuan
Prabu?”
Selir 2: “Kita harus berhati-hati karena jika Prabu mengetahui rencana ini, maka kita semua akan binasa,”
Anak selir 1 : “Aku akan membantu mengawasi istana saat para ibunda pergi”
Kedua selir itu akhirnya mengangguk menyetujui usulan tersebut.

Sejenak, suasana pertemuan itu menjadi hening. Semuanya sedang berpikir keras untuk mencari cara
yang paling tepat agar rencana mereka dapat terlaksana tanpa sepengetahuan Prabu Siliwangi.
Selir 2 :“Sekarang aku tahu caranya,” katanya memecah keheningan.
Selir 1 :“Apakah caramu itu?”
Selir 2 :“Aku mempunyai kenalan seorang dukun yang terkenal dengan kesaktian ilmu hitamnya. Dukun itu
pasti mau membantu kita jika kita memberinya upah yang besar,”
Selir 3 :“tapi bagaimana kita keluar dari istana ini?”
Selir 1 :“aku yang akan meminta izin kepada prabu”.
Selir 2 :“baikalah besok kita mulai rencana ini”.
Anak selir 1 : “Jangan lupa tetap berhati-hati ibunda!”
Selir 1, 2, 3 : “tentu! “

Keesokan harinya di pagi hari yang cerah, Prabu Siliwangi membicarakan soal pengangakatan Putri
Kandita sebagai Ratu penerus kerajaan Pajajaran.
Prabu : “Putri kandita ..!” *sambil memanggil Putri Kandita yang sedang berjalan*
Putri Kandita : “iya, ada apa rama?” *berjalan menghampiri Prabu Siliwangi*
Prabu : “ada yang ingin ayah sampaikan padamu”
Putri Kandita : “baiklah, apa yang rama sampaikan kepadaku”
Prabu : “ayah sudah berbicara kepada ibunda kalau engkau akan ku angkat menjadi Ratu penerusan kerjaan
ini”
Putri Kandita : “Maaf rama bukankah ada yang lebih layak dari pada aku?”
Prabu : “tapi bagi ku, hanya engkau lah yang layak menjadi penguasa negeri ini. Karena selain kau memiliki
paras yang sangat cantik, kau juga arif dan bijaksana”
Putri Kandita : “baiklahlah rama akan ku pikirkan lagi”
Prabu : “Kan ku beri kamu tujuh hari untuk berfikir, tapi usahakan jangan kau menolak perintah rama”
Putri kandita : “baiklah, terima kasih rama aku permisi dulu.” *sambil menundukkan badan dan kemudian
pergi meninggalkan prabu, dan prabu pun kembali ke singgasananya.*

Setelah kembalinya Prabu ke Singahsananya seorang Selir datang menemui Prabu Siliwangi
Selir 1 : “Permisi Baginda Raja Maaf Hamba telah Menggangu Waktu Mu.”
Prabu : “Ada apa wahai Selir Ku?”
Selir 1 : “Mohon Ampun Baginda, tapi hamba ingin Meminta Izin Untuk pergi ke luar dari istana apakah
engakauMenginzinkan hamba?”
Prabu : “Baiklah akan aku Izinkan, tetapi akan kusuruh pengawal untuk menemani engkau keluar istana.”
Selir 1 : “Maaf Baginda Tidak Perlu. Aku hanya ingin melihat rakyatku dan ingin mendekatkan dir dengan
mereka, jadi aku juga harus terlihat seperti rakyat biasa.”
Prabu : “Baiklah jika itu mau mu wahai selir ku. Tapi jangan keluar terlalu lama”

Kemudian selir 1 pun pergi menemui Selir 2 & 3 Untuk menajalankan rencana.
Selir 3 : “bagaimana Berhasil kah engkau?”
Selir 1 : “Iya aku Berhasil Mengelabui Baginda.”
Selir 2 : “Baguslah kalo begitu Ayo kita jalankan rencana kita.”

Lalu para selirpun menemui Orang Pintar yang dimaksud kemarin. Di depan Gubuk yang kumuh
dengan semak belukar, tampak amat mengerikan jika dipandang.
Selir 3 : “wah Seram Sekali.”
Selir 1 : “kau saja yang masuk.” *menatam Selir 2 untuk memberi isyarat masuk*
Selir 2 : “jangan aku sendiri, ayo kita masuk bertiga.”
Selir 3 : “yasudah kita masuk bertiga lagian aku juga takut, dan di luar sini juga sangat mengerikan.”

Mereka bertiga pun akhirnya masuk bersama, di dalam gubuk itu ternyata lebih mengerikan lagi, bunga
– bunga bertabarandimana – mana, dan penerangannya hanya sebuah lilin – lilin kecil.
Selir2 : “Permisi mbah dukun.”
Dukun : “kalian tak sopan sekali, saya itu masih muda! Panggil saja nyai kunti”
Selir 1 : “oh maafkan kami sebelumnya, karena kami tidak pernah bertemu dengan anda”
Dukun : “oh tidak masalah, mungkin karena aku selalu berdiam diri di dalam rumah jadi tidak banyak yang tau
akan kecantikanku.
Para selir : “tuh orang pede banget yah” *berbisik*
Dukun : “sebenarnya ada perlu apa kalian kemari?”
Selir 3 : “kami ingin meminta nyai Kunti untuk menggagal rencana Prabu Siliwangi untuk mengangkat Putri
Kandita, dan buatlah permaisuri dan Putri Kandita menderita”
Dukun : “maaf aku tak bisa, karena ini semua bersangkutan dengan Prabu Siliwangi”
Selir 1 : “memang kau mau dibayar berapa? Hah?”
Dukun : “bukan masalah bayarannya, tapi ini bersangkutan dengannya. Aku bisa diusir bahkan dibinasakan
olehnya”
Selir 2 : “tenang saja, kami akan merahasiakannya nyai Kunti”
Dukun : “baiklah jika itu maumu. Bagaimana jika ku berikan ramuan penyakit borok yang teramat bau?”
Selir 3 : “ ya terserah andasajalah, yang penting mereka menderita”
Dukun : “baiklah ini kuberikan ramuannya! Tapi mana upahku?”
Selir 3 : “ini ambil lah upahmu, eds tapi apakah ini mujarap?” *sambil menjatuhkan sekantung emas diatas
mejanya*
Dukun : “ya, cepat pergilah dari sini”

Para selir pun pergi kembali ke istana membawa sebotol ramuan dan makanan khas rakyat sekitar untuk
meyakinkan mereka beneran pergi mengunjungi rakyat desa di negeri ini.
Selir1: “haaah lelahnya hari ini.”
Selir3: “haaa aku pun juga lelah,yasudah aku mau ke kamar dulu.”
Selir2: “aku juga mau ke kamar dulu.”
Tapi sebelum para selir memasuki kamarnya, Prabu lewat dan memanggil mereka.
Prabu : “bagaimana jalan – jalan kalian wahai selirku?“
Selir 1 : “sangat menyenangkan, dan kami pun membawa makanan yang kami beli dari pedagang”
Prabu : “wah, kalau begitu. Kalian dapat menaruhnya di dapur”
Selir 2 : “baik baginda, kami permisi terlebih dahulu” *sambil berjalan menuju dapur*

Sesampainya di dapur, para Selir membuat dua cangkir teh hangat yang dicampur dengan ramuan
tersebut. Serta memberinya roti yang mereka beli tadi. Dan menyuruh dayang – dayang untuk memberiikan teh
dan roti tersebut kepada permaisuri dan Putri Kandita. Dayang – dayang pun memberikan teh hangat dan roti
tersebut kepada Permaisuri dan Putri Kandita.
Esok harinya, efek dari ramuan itu pun mulai terjadi. Badan Permaisuri dan Putri Kandita mengalami
gatal – gatal yang diujung dengan borok yang mengeluarkan bau tak sedap.
Permaisuri : “aduh aaaa gatal sekali badan ku”
Prabu : “ada apa adinda?”
Permaisuri : “entah kenapa badanku gatal sekali”
Prabu : “aku akan memanggil tabib kerajaan untuk mengobati gatal – gatalmu”
Permaisuri : “tolong cepat lah”
Dari kamar Putri Kandita terdengar jeritan keras dari sang putri. “aaaahhh badanku!!” Prabu pun terkejut dan
kemudian menghampiri Putri Kandita.
Prabu : “kau kenapa putriku? Kenapa berjerit seperti itu?”
Putri : “rama, badanku kenapa menjadi gatal – gatal sekali dan perih”
Prabu : “kenapa semuanya jadi begini?”
Putri : “tidak tau.”
Prabu : “baiklah saya akan memanggil tabib kerajaan”
Putri : “ya, cepatlah rama”

Kemudian Prabu pun memanggil tabib kerajaan kepercayaannya, namun tabib kerajaan kepercayaannya
tak bisa datang karena ada kepentingan mendadak. Dan selir pun menyarankan Prabu untuk memanggil orang
yang pintar dalam pengobatan.
Selir 3 : “ampun baginda raja, aku mengenal seseorang yang sakti mungkin dia bisa menyembuhkan putri
kandita dan permaisuri”.
Prabu : “panggillah dia secepatnya untuk mengobati mereka berdua”.
Selir3 : “baik hamba permisi dulu.”

Kemudian selir 3 pun memanggil temannya yaitu Anak Nyai Kunti untuk datang kemari sebagai tabib
gadungan.
Tabga : “permisi yang mulia hamba ingin menghadap, saya Tabib Sukinem dari desa Pajajaran.”
Prabu : “yasudahsilahkan kau periksan permaisuriku dan putriku.”
Tabga : “baiklah. Maaf yang mulia bolehkan aku memeriksa bagian yang gatalnya?”
Permaisuri : “baik, silahkan kau periksa”
Tabga : “wah ini penyakit yang sangat mengerikan , mohom ampun yang mulia saya tidak dapat
menyembuhkannya”
Prabu : “apa kau tak bisa menggunakan cara lain?”
Tabga : “ya saya hanya dapat memberikan ramuan ini, minum lah tiga kali sehari”
Prabu : “baiklah nanti akan aku berikan kepada mereka dengan teratur. “
Tabga : “baiklah prabu saya permisi dulu. “
Setelah selang berberapa hari penyakit yang diderita mereka pun malah semakin memburuk, dan
seminggu kemudian permaisuri pun meninggal dunia. Dan para selir bersorak gembira atas meninggalnya
permaisuri.
Selir2 :“baginda hamba takut jika , penyakit ini menular.
Prabu : “tapi apa yang harus aku lakukan ?”
Selir1 : “bagaimana kalau tuan Putri Kandita diasingkan, karena aku takut kalau penyakit ini menular pada
rakyat”.
Prabu : “aku tidak bisa melakukan itu, dia anakku”.
Selir3 : “tapi aku takut penyakit itu menular. Dan jika seorang ratu berpenyakitkan, apa kata rakyat
kita?”
Anak selir 1 : “Benar rama saya takut rakyat memberontak.”
Prabu : “baiklah jika begitu”.

Dan Prabu pun menyuruh Putri Kandita pergi dari kerajaan.


Prabu : “maaf Putriku, rama sebenarnya tak tega mengusirmu dari kerajaan ini. Tapi ini demi kebaikan
kerajaan ini dan dirimu juga menjauhkanmu dari comoohan rakyat”
Putri : “(nangis) baiklah rama aku akan pergi dari kerajaan ini”
Prabu : “ini selendang sebagai peninggalan dari rama dan sebaiknya kau pergi dari pintu belakang istana”
Putri kandita bertemu dengan pemuda yang kesulitan karena terkena bisa ular.
Putri kandita : “kau tidak apa-apa wahai pemuda? “
Pemuda : “kakiku sakit sekali!! Apakah kau bisa membantuku?
Putri kandita : “*melilitkan selwndang ke kakinya* hanya ini yang bisa ku bantu, siapa namamu?”
Pemuda : “TristiyanTorah. Lalu siapa namamu? “
Putri kandita : “namaku kandita.”
Pemuda : “kemana tujuanmu? “
Putri kandita : “aku tidak memiliki tujuan, aku akan melangkah sampai lelah.”
Pemuda : “apakah aku boleh ikut dengan mu? Aku tidak punya keluarga.”
Putri kandita : “kau tidak ingin pergi ke tabib? Lukamu akan membusuk.”
Pemuda : “percuma, lebih baik aku ikut denganmu menikmati sisa hidupku daripada hidup dirumah tabib itu.”
Putri kandita : “baiklah jika itu maumu.”
Pemuda : “baik, ayo kita mulai perjalanan ini.”
Tidak sampai seminggu pemuda yang menemani putri kandidat meninggal karena luka dikakinya yang semakin
membusuk. Dengan sangat terpaksa putri kandidat pun melanjutkan perjalanannya sendiri.

Dan pada akhirnya Putri Kandita pergi dengan berjalan kaki, ia pergi entah kemana dan pada akhirnya
ia sampai di laut selatan. Ia pun kelelahan dan tertidur di pesisir pantai. Ketika ia sedang terlelap ia mendengar
suara seseorang.
“Wahai, Putri Kandita! Jika kamu ingin sembuh dari penyakitmu, berceburlah ke dalam lautan ini! Niscaya
kulitmu akan pulih seperti sediakala,” ujar suara itu.
Putri Kandita pun cepat-cepat bangun setelah mendengar suara itu.
“Apakah aku bermimpi?” gumamnya sambil mengusap-usap matanya tiga kali.
Setelah itu, sang Putri mengamati sekelilingnya, namun tak seorang pun yang dilihatnya.
“Aku mendengar suara itu dengan sangat jelas. Tetapi kenapa tidak ada orang di sekitar sini? Wah, jangan-
jangan ini wangsit,” pikirnya.

Meyakini suara itu sebagai sebuah wangsit, Putri Kandita pun menceburkan diri ke laut. Sungguh ajaib!
Saat menyentuh air, seluruh tubuhnya yang dihinggapi penyakit kusta berangsur-angsur hilang hingga akhirnya
kembali menjadi halus dan bersih seperti sediakala. Tidak hanya itu, putri kesayangan Prabu Siliwingi itu juga
menjadi putri yang sakti mandraguna.

Meskipun telah sembuh dari penyakitnya, Putri Kandita enggan untuk kembali ke istana. Ia lebih
memilih untuk menetap di pantai sebelah selatan wilayah Pakuan Pajajaran itu. Sejak menetap di sana, ia
dikenal luas ke berbagai kerajaan yang ada di Pulau Jawa sebagai putri yang cantik dan sakti. Para pangeran dari
berbagai kerajaan pun berdatangan untuk melamarnya. Menghadapi para pelamar tersebut, Putri Kandita mengajukan
sebuah syarat yaitu dirinya bersedia dipersunting asalkan mereka sanggup mengalahkan kesaktiannya, termasuk
bertempur di atas gelombang laut yang ada di selatan Pulau Jawa. Namun, jika kalah adu kesaktian itu, maka mereka
harus menjadi pengikut Putri Kandita.

Dari sekian banyak pangeran yang beradu kesaktian dengan Putri Kandita, tak seorang pun dari mereka
yang mampu mengalahkan kesaktian sang Putri. Dengan demikian, para pelamar tersebut akhirnya menjadi
pengikut Putri Kandita. Sejak itulah, Putri Kandita dikenal sebagai Ratu Penguasa Laut Selatan Pulau Jawa.

..TAMAT..
PUTRI KANDITA : SI RATU PANTAI SELATAN

Alkisah, wonten daerah pakwan, jawa kilen, menika sapriyantun nalendra gadhah asma sri baduga maharaja
utawi prabu siliwangi ingkang bertahta wonten kenalendran pakuan pajajaran. Panjenenganipun yaiku nalendra ingkang
arif kaliyan bijaksana. sang prabu ugi kagungan sapriyantun permaisuri ingkang endah jelita kaliyan pinten selir ingkang
endah – endah. saking pikantuk wikramanipun kaliyan sang permaisuri miyos sapriyantun putri ingkang gadhah asma
putri kandita.
prabu siliwangi : “adinda, aku pengen anak adewe putri kandhita dadi penerusku.”
permaisuri : “ngapunten baginda, kados pundi kaliyan putra saking para selir ingkang benten? pasti badhe
rumaos cemburu kaliyan keputusan menika.”
prabu siliwangi : “keputusanku wes bulet adinda. Kandhita paling cocok dadi ratu pajajaran”
permaisuri : “nggih, menawi menika sampun dados keputusanmu, baginda.”

Dipunsela– sela ngedikan watawis prabu siliwangi kaliyan permaisuri lepat satunggal selir ingkang mboten
sengaja nembeng langkungi ruang keluarga midhanget ngedikan piyambakipun sedaya.
Selir 3 : “wah raiso dinengke iki,aku kudu ngomong ro mbakyu ben kandhita rasido munggah tahta dadi ratu.”

Kaliyan lajeng selir ketiga pun melaporkan ngedikan antawis prabu siliwangi kaliyan permaisuri dumugi para
selir kaliyan putra – putranipun.
selir 3 : “mbakyu, prabu siliwangi arep ngangkat putri kandita dadi ratu.”
putra selir 1 : “punapa kasinggihan ibunda, lajeng kados pundi kaliyan kula? “
selir 1 : “tenane?aku ora setuju karo keputusanne baginda kuwi.”
selir 2 : “aku jelas ra setuju mbak, adewe kudu nyingkerke putri kandhita karo permaisuri”

Kaliyan lajeng selir ketiga pun melaporkan ngedikan watawis prabu siliwangi kaliyan permaisuri dumugi para
selir kaliyan lare–putranipun.
Dalunipun pun piyambakipun sedaya nglampahi rapat wados ingkang dipunwontenaken dening para selir kaliyan putra –
putrinya.
Selir 1 : “piye carane nyingkerke putri kandhita karo permaisuri tanpo baginda raja reti?”
Selir 2: “adewe kudu ati ati mbakyu, nek baginda raja ngerti adewe iso mati”
putra selir 1 : “dalem badhe mbiyantu ngawasi istana kala para ibunda tindak”
Kaping kalih selir menika pungkasane mengangguk nginggihi urun rembagan menika.

Sakedhap, kawontenan panggihan menika dados hening. Sedayanipun nembenggalih soraka gemngupadi upakara
ingkang paling tepat murih rencana piyambakipun sedaya saged kalampahan tanpa sepengetahuan prabu siliwangi.
selir 2 :“aku reti carane mbakyu,” tosipun memecah keheningan.
selir 1 :“piye carane?”
selir 2 :“aku duwe kenalan dukun mbakyu,dee pasti gelem nulungi adewe,”
selir 3 :“tapi,piye carane adewe metu seko istana?”
selir 1 :“masalah kuwi ben dadi urusanku”.
selir 2 :“iyo mbakyu, sesok adewe iso langsung jalanke rencana”.
putra selir 1 : “ampun kalimengan tetap gadhah penggalih-penggalih ibunda!”
selir 1, 2, 3 : "mesti duk."

dintenipun wonten enjing dinten ingkang cerah, prabu siliwangi ngendikakaken soal pengangakatan putri kandita
dados ratu penerus kenalendran pajajaran.
prabu : “putri kandita ..!” *kaliyan memanggil putri kandita ingkang nembe lumampah*
putri kandita : “nuwun sewu rama, wonten punapa?” *lumampah menghampiri prabu siliwangi*
prabu : “ono sek arep tak sampekke ning kowe anakku”
putri kandita : “ nggih rama, punapa ingkang dumugi rama kaken dumugi kula”
prabu : “rama awes diskusi ro ibunda, kowe bakal dadi penerus pajajaran ”
putri kandita : “ngapunten rama bukankah wonten ingkang tirah prayogi saking wonten dalem?”
prabu : “menurut rama kowe paling cocok dadi penerus rama. Mergo kowe ayu lan bijaksana”
putri kandita : “nggih rama, badhe dalem penggalihaken malih”
prabu : “pikerke ulang nduk. Tak kei wektu 7 dino. Nek iso ojo nolak ya”
putri kandita : “nggih, matur suwun rama. dalem nuwun sewu rumiyen.” *kaliyan menundukkan salira kaliyanlajeng
tindak nilar prabu, kaliyan prabu pun kondur teng singgasananya.*

Saksampune caosipun prabu teng singah sananya sapriyantun selir purug menemui prabu siliwangi
selir 1 : “nuwun sewu baginda nalendra ngapunten hamba sampun menggangu sarap mu.”
prabu : “rapopo,ono opo selirku?”
selir 1 : “mohon aksami baginda, sayangipun hamba kersa nyuwun izin kagem tindak teng njawi saking istana punapa
panjenengan menginzinkan hamba?”
prabu : “tak ijinke,takon e prajurit ngetot ke sliramu dek.”
selir 1 : “apunten baginda boten betah. dalem namung kersa sumerep rakyatku kaliyan kersa nyelakaken piyambakipun
sedaya, dados dalem ugi kumedah-kedah kemriksa kados rakyat biasa.”
prabu : “yowes nek kuwi panjalukmu dek,ati ati”

Lajeng selir 1 pun tindak menemui selir 2 & 3 kagem menajalankan rencana.
selir 3 : “piye mbakyu,berhasil to?”
selir 1 : “tentu berhasil.”
selir 2 : “sip mbakyu. Ayo gek dhang adewe metu.”

Lajeng para selira nemoni priyantun pinter ingkang dipunkresa wingi.


selir2 : “nuwun sewu mbah dukun.”
dukun : “siro mboten sopan kepatos-patos, kawula menika taksih timur! aturi kemawon nyai kunti”
selir 1 : “oh apuntenaken kami saderengipun, amargi kami boten nate manggihi kaliyan panjenengan”
dukun : “oh boten masalah, mbok menawi amargi dalem salajeng mendel salira wonten serap dados boten kathahing
kang tau badhe kendah.
para selir : “pede tenan” *berbisik*
dukun : “saka singgihanipun wonten betah punapa siro mriki?”
selir 3 : “kami kersa nyuwun nyai kunti kagem nyande rencana prabu siliwangi kagem mengangkat putri kandita,
kaliyan damela permaisuri kaliyan putri kandita rekaos”
dukun : “pangaksami dalem mboten saged, amargi menika sedaya bersangkutan kaliyan prabu siliwangi”
selir 1 : “pancen pajenengan ajeng dibayar pinten? hah?”
dukun : “dede masalah bayarane, sayangipun menika bersangkutan kaliyanipun. dalem saged diusir bahkan dibinasakan
deningipun”
selir 2 : “tenang kemawon, kami badhe mewadosaken nyai kunti”
dukun : “ngih. menawi menika ajengmu. Kados pundi menawi adalem- paringna ramuan sesakit borok ingkang sanget
gondo?”
selir 3 : “ nggih nyakarsa panjenengan kemawona, ingkang wigatos piyambakipun sedaya rekaos”
dukun : “sae menika kula paringna ramuannya! sayangipun pundi epah kula?”
selir 3 : “menika pundhutlah epahmu, edss ayangipun punapa menika mujarap?” *kaliyan ndawahaken sekantung
jenedipun inggil mejanipun*
dukun : “nggih, enggal tindaka saking riki”

Para selir pun tindak caos datheng istana ngselir sebotol ramuan kaliyan dhaharan khas rakyat sekitar kagem
mitadosaken piyambakipun sedaya beneran tindak mengunjungi rakyat dhusun wonten negeri menika.
selir1: “haaah kesele.”
selir3: “aku yo kesel mbakyu. Tak neng kamar sek”
selir2: “aku yo leren sek yo mbakyu.”
Sayangipun sadereng selir 2 memasuki kamarnya, prabu langkung kaliyan memanggil piyambakipun sedaya.
prabu : “piye le mlaku mlaku dek?“
selir 1 : “menyenangkan sanget, kaliyan kami pun ngselir dhaharan ingkang kami pundhut saking panggramen”
prabu : “wah, delehke neng dapur wae dek”
selir 2 : “sae baginda, kami nuwun sewu tirah-tirah rumiyin” *kaliyan tindak menuju dapur*

Sadumuginipun wonten dapur, para selir ndamel kalih tuwung teh hangat ingkang dicampur kaliyan ramuan
menika. Mawi maringinipun roti ingkang piyambakipun sedaya pundhut wau. banjur kagem ngenehke teh kaliyan roti
menika dumugi permaisuri kaliyan putri kandita.
Esok dintenipun, efek saking ramuan menika pun miwiti kedadosan. salira permaisuri kaliyan putri kandita
ngalami gatal – gatal ingkang diujung kaliyan borok ingkangmedhalakengondombotenmiraos.
permaisuri : “aduh aaaa gatal kepatos-patos salira adalem-”
prabu : “ono opo adinda?”
permaisuri : “ngapunten punapa salira kula gatal kepatos-patos”
prabu : “tak undangno tabib dinda,sabar yo”
permaisuri : “nyuwun tulung kakanda”
Saking kamar putri kandita midhanget jeritan sora saking sang putri. “aaaahhh salira kula!!” prabu pun kejot
kaliyan lajeng menghampiri putri kandita.
prabu : “ono opo nduk?ngopo jerit jerit?”
putri : “rama, salira kula punapa dados gatal – gatal kepatos-patos kaliyan perih”
prabu : “ngopo dadi koyo ngene kabeh?”
putri : “mboten ngertos rama”
prabu : “dilit nduk,tak undangke tabib yo”
putri : “nggih, nyuwun tulung rama”

Lajeng prabu pun memanggil tabib kenalendran kapita dosanipun, sayangipun tabib kenalendran kapita
dosanipun mboten saged rawuh amargi wonten kepermanan mendadak. Kaliyan selir pun menyarankan prabu kagem
memanggil tiyang ingkang pinter wonten panjampen.
selir 3 : “aksami baginda nalendra, dalem mengenal seseorang ingkang sakti mbok menawi panjenenganipun saged
ndanganaken putri kandita kaliyan permaisuri”.
prabu : “aturia panjenenganipun saenggalipun kagem njampeni piyambakipun sedaya ngalih”.
selir3 : “sae hamba nuwun sewu rumiyen.”

Lajeng selir 3 pun memanggil rencangipun yaiku lare nyai kunti kagem rawuh mriki dados tabib gadungan.
tabib : “nuwun sewu ingkang mulia hamba kersa marak, kawula tabib sukinem saking dhusun pajajaran.”
prabu : “yo, gek prikso anak lan bojoku.”
tabib : “nggih ndoro. Pangapunten ingkang mulia kengingaken dalem memeriksa kageman ingkang gatalnya?”
permaisuri : “yo prikso o”
tabib : “wah punika sesakit ingkang mengerikan sanget , mohon aksami ingkang mulia kawula boten saged
ndanganakenipun”
prabu : “ngopo kowe raiso ngobati anak ro bojoku?”
tabib : “nggih kawula namung saged nyaosaken ramuan punika, unjuk lahkaping tiga sadinten”
prabu : “yo mengko tak nehke. “
tabib : “sae prabu kawula nuwun sewu rumiyen. “

Saksampune selang pinten dinten sesakit ingkang dipun rekaos piyambakipun sedaya pun malah tambah
ngawon, kaliyan seminggu lajeng permaisuri pun seda dunia. kaliyan para selir bersorak rena inggil sedanipun
permaisuri.
selir2 :“baginda hamba ajrih menawi , sesakit punika nyawer.
prabu : “terus aku kudu piye dek?”
selir1 : “kados pundi menawi tuan putri kandita diasingkan, amargi dalem ajrih menawi sesakit punika nyawer wonten
rakyat”.
prabu : “raiso, kadhita anakku”.
selir3 : “sayangipun dalem ajrih sesakit menika nyawer. Kaliyan menawi sapriyantun ratu sesakitaken, punapa tembung
rakyat kita sedaya?”
lareselir 1 : “kasinggihan rama kawula ajrih rakyat memberontak.”
prabu : “yo nek kuwi kekarepanne go rakyat”.

Kaliyan prabu pun ngutus putri kandita tindak saking kenalendran.


prabu : “putriku, udu rama ra sayang awakmu. Tapi iki demi kebaikanmu dewe,kowe kudu lungo seko istana iki”
putri : “(nangis) sae rama dalem badhe tindak saking kenalendran punika”
prabu : “maafke rama nduk. Iki selendang peninggalan rama. Kowe iso metu lewat pintu mburi istana”
putri : “inggih rama”

wonten perjalanan putri kandita manggihi kaliyan pemuda ingkang kere kaosan amargi kenging saged sawer.
putri kandita : “kowe rapopo wahai pemuda? “
pemuda : “sikilku loro,tulungono aku?
putri kandita : “*melilitkan selwndang datheng ampeyanipun*aku mung iso bantu iki, sopo jenengmu?”
pemuda : “tristiyantorah.sopo jenengmu wahai kisana? “
putri kandita : “aku kandhita.”
pemuda : “nangdi tujuanmu? “
putri kandita : “aku raduwe tujuan torah, aku berkelana tekan endi wae.”
pemuda : “opo aku oleh melu? Aku raduwe sedulur meneh.”
putri kandita : “kowe ora arep nang tabib? Sikilmu iso mbusuk kuwi.”
pemuda : “percuma,mending aku melu kowe.”
putri kandita : “yowes ayo, nek kuwi karepmu.”
pemuda : “ayo, aku rasabar melu .”

boten ngantos seminggu pemuda ingkang menemani putri kandidat seda amargi labetdipun ampeyanipun ingkang
tambah membusuk. kaliyan terpaksa sanget putri kandidat pun nglajengaken marginipun kiyambak.

Kaliyan wonten pungkasane putri kandita tindak kaliyan tindak ampeyan, panjenenganipun tindak ngapunten
kepundi kaliyan wonten pungkasane panjenenganipun dumugi wonten samodra kidul. panjenenganipun pun kelelahan
kaliyan kesaren wonten pamethat pantai. Tembe panjenenganipun nembe terlelap panjenenganipun midhangetswanten
seseorang.

“wahai, putri kandita! Menawi panjenengan kersa senggang saking sesakitmu, berceburlah teng lebet samodran menika!
niscaya cucalmu badhe dhangan kados sediakala,” ujar swanten menika.
putri kandita pun enggal-enggal wungu saksampune midhanget wanten menika.
“punapa dalem sumpena?” gumamnya kaliyan mengusap-usap grainanipun kaping tiga.
saksampune menika, sang putri mriksani sekelilingnya, sayangipun mboten sapriyantun pun ingkang dipunmriksanipun.
“dalem midhanget wanten menika kaliyan kantenan sanget. Sayangipun punapa boten wonten tiyang wonten sekitar
riki? wah, ampun-ampun menika wangsit,” penggalihipun.

Mitados wanten menika dados setunggal wangsit, putri kandita pun menceburkan salira datheng samodra. estu
ajaib! kala menyentuh tirta, sedaya saliranipun ingkang dihinggapi sesakit kusta berangsur-angsur ical kantos
pungkasane kondur dados lembat kaliyan resik kados sediakala. Boten namung menika, putri kegandrungan prabu
siliwangi menika ugi dados putri ingkang sakti mandraguna
Senaos sampun senggang saking sesakitipun, putri kandita enggan kagem caos datheng istana. Panjenenganipun
langkung memilih kagem menetap wonten pantai sisih kidul wilayah pakuan pajajaran menika. sejak menetap wonten
prika, panjenenganipun dipun tepang wiyardatheng kados kenalendran ingkang wonten pulau jawa dados putri ingkang
endah kaliyan sakti.

Tamat…

Anda mungkin juga menyukai