Anda di halaman 1dari 9

NASKAH

DRAMA NUSANTARA

CINDELARAS

ANGGOTA KELOMPOK :
 KOMARUDIN
 HARLAN BARIE SULAIMAN
 MARWAN
 M. FAJRI FADILAH
 DIMAS ADITYA
 PASHA PARABI
 SUBANDI

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BINA INDUSTRI

Jl. Alun-alun No.1 Rt.04 Rw.02 Ds. Jatiwangi, Cikarang barat,Bekasi,

Jawa Barat 1788848

Telp : (021) 8262 2655 email : smkbinaindustri112@gmail.com


PEMERAN/TOKOH :

1. KOMARUDIN : ( NARATOR, TABIB)


2. HARLAN BARIE SULAIMAN : ( PERMAISURI )
3. MARWAN : (RAJA)
4. M. FAJRI FADILAH : ( CINDELARAS)
5. PASHA PARABI : ( PENGAWAL)
6. DIMAS ADITYA : ( PEMILIK BENGKEL)
7. SUBANDI : ( SELIR)

Naskah Drama Cerita Rakyat "Cindelaras"

(Narator) :
Alkisah. Dahulu kala di sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Jenggala hiduplah seorang raja yang
bernama Raden Putra. Ia didampingi oleh seorang permaisuri yang baik hati dan seorang selir yang cantik.
Tetapi sang Selir mempunyai sifat iri dan dengki terhadap sang permaisuri, ia merencanakan suatu Yang
buruk terhadap permaisuri untuk merebut Kedudukan permaisuri di kerajaan tersebut.

Adegan 1

Selir:
“Pengawal!, Bawa Tabib kehadapanku!”

Pengawal:
“Baik, Tuan Putri!”

Tabib:
“Ampun Tuan Putri. Ada apa gerangan Tuan Putri memanggil hamba?”

Selir:
“aku butuh bantuanmu, Aku ingin kau membantuku menjalankan rencanaku! Aku ingin menjadi permaisuri
raja. Aku sudah bosan menjadi selir raja. aku ingin menyingkirkan permaisuri dari istana ini! aku akan
berpura-pura sakit lalu aku akan memfitnah permaisuri bahwa ia sengaja ingin meracuniku karena dia iri
padaku. Dan kau, harus membantuku untuk melaksanakan keinginanku. Jika tidak aku akan menyuruh
baginda raja mengeluarkanmu dari istana, Kau mengerti? ”

Tabib:
“B-Baik, Hamba mengerti Tuan Putri.”

Selir:
“Bagus! Kalau kau sudah mengerti. Kalau begitu, laksanakan perintah ku”

Tabib:
“Baik Tuan Putri. Perintah Tuan Putri, segera saya laksanakan.”

(Narator) :
Tak lama kemudian, Tabib istana segera memanggil dan membawa baginda raja kehadapan selir yang
sedang sakit. Sementara itu, si selir berpura-pura sakit dan merintih kesakitan.

Adegan 2

Raja:
“ Kenapa Tabib? Ada apa, kenapa kau menarikku? Ada apa ini? Apa yang telah terjadi kepada dinda?”
Tabib:
“Ampuni hamba baginda, Atas kelancangan hamba terhadap baginda, Tuan putri sedang sakit. diakibatkan
setelah meminum minuman yang diberikan oleh permaisuri.”

Raja:
“Maksudmu, ia sakit karena karacunan minuman yang diberikan permaisuri, begitu?!"

Tabib:
“Benar baginda, raja!”

Raja:
“Apa Benar yang kau sampaikan ini tabib? Apa kau tidak mengada-ngada?”

Tabib:
“Apa Yang hamba sampaikan ini benar baginda!”

Raja:
“Dinda, apa benar yang dikatakan Tabib istana? Apa benar Dinda Dewi limanan meracunimu?”

Selir:
“(sambil merintih sakit) Benar Kakanda. Aku sakit setelah meminum minuman yang diberikan permaisuri.”

Raja:
“(marah) benar-benar keterlaluan! Tega-teganya dia ingin membunuhmu. Pengawal! Panggil permaisuri
kehadapanku sekarang juga!”

Pengawal:
“Baik. Baginda.”

(Narator):
Tak lama kemudian, pengawal sudah tiba membawa permaisuri ke hadapan baginda raja

Pengawal:
“Ampun Baginda. Kami sudah membawa permaisuri kesini.”

Permaisuri:
“(dengan polos) Ada apa kakanda memanggilku?”

Raja:
“(marah) Kau sungguh-sungguh keterlaluan Dinda! Kau sengaja menaruh racun di minuman selir karena
kau iri padanya. Iya kan? Kau ingin membunuh dia kan? Dasar pembunuh!”

Permaisuri:
“Apa?Ini, ini fitnah baginda. Aku tidak pernah memberi minuman pada selir paduka.”

Raja:
“(marah) Aku sudah tidak percaya dengan segala alasanmu! Aku sudah tidak sudi melihatmu lagi ada di
depanku!
Pengawal!”

Pengawal:
“Siap, Baginda.”

Raja:
“Bawa segera permaisuri ke manapun dan bunuh dia!”

Permaisuri:
“Apa?!(menangis)
Ampun kanda. Aku benar-benar tidak pernah melakukan seperti yang dituduhkan kepadaku. Itu fitnah! Itu
bohong!”

Raja:
“Pengawal! Tarik segera permaisuri ke luar istana dan eksekusi dia! Aku sudah tidak sudi melihat dia lagi!”

Pengawal:
"Baik Baginda.
Mari, permaisuri. Maafkan hamba permaisuri. Hamba hanya melaksanakan perintah raja.”

(Narator) :
Pengawal akhirnya membawa permaisuri ke luar dan membawanya ke tempat antah berantah, Tapi
pengawal tidak sampai hati untuk membunuh permaisuri yang sedang hamil.

Adegan 3

Pengawal:
“Tenang Tuan Permaisuri. Hamba tahu akal busuk selir dan hamba tidak akan membunuh permaisuri.
Hamba hanya mengantar permaisuri ke tempat ini.
Hamba akan mengatakan pada Baginda raja bahwa hamba telah membunuh Tuan Permaisuri.
Dan pedang saya ini akan hamba lumuri dengan darah kelinci supaya raja percaya kalau Tuan permaisuri
sudah mati”

Permaisuri:
“Terimakasih pengawal. Kau baik sekali.
Sungguh aku tidak akan melupakan perbuatan baikmu kepadaku”

Pengawal:
“Sudah sewajarnya hamba melakukan ini Tuan Permaisuri. Hamba tidak rela Tuan Permaisuri yang baik
hati difitnah oleh selir itu.
Nah. Pedang hamba sudah selesai hamba lumuri dengan darah kelinci.
Sekarang hamba, akan kembali ke istana.”

Permaisuri:
“Baiklah, pengawal. Terimakasih atas pertolonganmu.”

(Narator) :
Sesampainya di istana, pengawal langsung menghadap raja

Adegan 4

Pengawal:
“Ampun baginda. Perintah baginda sudah hamba laksanakan.”

Raja:
“Aku ingin melihat bukti bahwa kau telah membunuh permaisuri?”

Pengawal:
“Ini baginda. Hamba sudah membunuh permaisuri dengan pedang ini.”

Raja:
“Bagus! Kau sudah melaksanakan perintahku dengan baik.”

(Narator) :
Setelah mendengar laporan pengawal,Selir merasa puas dan bahagia karena mengira permaisuri sudah
terbunuh. Beberapa bulan kemudian permaisuri melahirkan seorang bayi laki-laki yang tampan dan sehat.
Ia diberi nama Cindelaras. CindeLaras tumbuh menjadi anak yang kuat dan cerdas. Pada suatu hari ia
sedang bermain di kebun belakang rumahnya, dan ia melihat sebuah Benda Aneh yang sama sekali belum
pernah ia lihat selama hidup di hutan dan benda itu tergeletak diantara semak semak dan Dedaunan.

Adegan 5

Cindelaras:
“Apa itu…!
Ibu…! Ibu…! Lihat aku menemukan sesuatu!”

Permaisuri:
“(hening)….”

Cindelaras:
“ibu…! Mungkin ibu sedang sibuk, ya sudah biar aku yang mengambil nya sendiri.”

(Narator):
Setelah menemukan Benda tersebut Cindelaras mencari tahu tentang benda itu ia pun mencoba untuk
menghidupkanya namun benda itu tidak mau menyala. Selang beberapa menit ia mencari tahu tentang
benda itu .ia pun membawa benda itu kerumahnya lalu ia menunjukan benda itu kepada ibunya

Cindelaras:
“Ibu, lihat aku menemukan benda ini Tapi aku tidak tahu apa ini.”

Permaisuri:
“Kamu menemukannya dimana?”

Cindelaras:
“Aku menemukannya di kebun belakang rumah tertutupi semak dan dedaunan.”

Permaisuri:
“Benda ini namanya Sepeda motor nak, Coba kamu hidupkan”

Cindelaras:
“Tidak bisa bu, Aku sudah mencobanya”

Permaisuri:
“Coba kamu bawa Motor ini ke bengkel yang berada di desa, Ibu pernah melihat ada bengkel di desa sana.”

Cindelaras:
“Baiklah kalau begitu Ibu, aku akan membawanya kedesa.”
Adegan 6

(Narator):
Setelah itu ia membawa Motornya ke desa untuk memperbaikinya. Saat dalam perjalanan ke Bengkel,
semua orang melirik kearah ia dan motornya, dan mulai membicarakanya sampai sampai terdengar ke
kerajaan istana, Cindelaras yang tidak tahu apa apa ia pun melanjutkan perjalananya

Cindelaras:
“Kenapa semua orang melihat ke arahku, Biarkan sajalah aku harus cepat Aku takut ibu
menghawatirkanku.”

(Narator):
Setelah perjalanan panjangnya, Cindelaras pun sampai ke tempat tujuannya

Cindelaras:
“Akhirnya sampai juga, Abang Tolong perbaiki Motor saya”

(Narator):
Setelah Pemilik Bengkel Melihat Motor Cindelaras, Ia pun sangat terheran heran karena Belum pernah
Melihat Motor seperti ini.

Pemilik Bengkel:
“Dimana kamu membeli Motor ini”

Cindelaras:
“Aku tidak membelinya, Aku menemukanya di Kebun Belakang rumahku”

Pemilik Bengkel:
“Motor sangat Langka, Aku tidak pernah melihat Motor Seperti ini Jika Dijual Pasti harganya mahal”

Cindelaras:
“Maaf paman, Aku tidak berniat Menjual Motor ini aku ingin merawatnya dan Tolong Perbaiki Motorku ini
Paman”

Pemilik Bengkel:
“Baiklah, Aku akan memperbaikinya. Tunggu sebentar.

(Narator):
Setelah pemilik Bengkel selesai Memperbaiki Motor Cindelaras, pengawal kerajaan pun datang Untuk
membawa Cindelaras beserta Motornya ke istana

Pengawal:
“Ampun Baginda, Hamba sudah membawa anak itu kemari”

Raja:
“Bagus,Bawa anak itu kehadapanku”

Pengawal:
“Baik, Baginda”

Raja:
“Siapa Namamu nak?”

Cindelaras:
“Namaku Cindelaras Baginda, Kenapa Baginda membawaku kesini”

Raja:
“Aku ingin Bernegosiasi denganmu, Aku ingin Membeli Motormu itu, aku akan tawarkan dengan harga
Mahal apakah kamu mau?”

Cindelaras:
“Maaf Baginda Aku tidak mau.”

Raja:
“Baiklah bagaimana jika aku menuruti 1 permintaan apa saja yang kau mau? “

Cindelaras:
“(Bergumam) hmm. Maaf Baginda Tapi aku tidak berniat Untuk menjualnya”

Raja:
“Baiklah Jika kau bersikeras tidak ingin menerima tawaranku. Kalau tidak salah, selama aku memerintah
Kerajaan ini aku tidak pernah melihatmu di sekitaran desa, apa kau datang dari luar desa?”

Cindelaras:
“Ampun Baginda, aku Bukan Penduduk desa ini”

Raja:
“Dimana Tempat Tinggalmu?”

Cindelaras:
“Aku Tinggal di Hutan Bersama Ibuku”

Raja:
“Kau hanya Tinggal berdua di hutan?”

Cindelaras:
“Betul Baginda,”

Raja:
“Kalau Boleh tau Siapa Nama Ibumu?”

Cindelaras:
“Nama Ibuku Adalah Dewi Limanan Baginda,”

Raja:
“(Terkejut) Apa kau Bilang?

(Narator):
Setelah mendengar Nama Dewi Limanan Baginda Raja Teringat dengan Permaisuri yang dulu ia
perintahkan untuk dieksekusi

Cindelaras:
“Waktu itu Ibuku pernah bercerita, Bahwa ia pernah Tinggal di dalam Istana akan Tetapi kejadian tak
terduga terjadi ia di fitnah dan ingin di eksekusi tetapi ia bisa kabur dan selamat berkat pertolongan
pengawal.”

Raja:
“Apa benar yang kau katakan itu?”

Cindelaras:
“Benar, baginda.”

(Narator):
Setelah mendengar cerita dari Cindelaras ia mulai meyakini bahwa Cindelaras adalah putranya. Raja pun
memanggil pengawal yang dulu diperintahkan olehnya untuk mengeksekusi permaisuri

Raja:
“pengawal…!”
Pengawal:
“Ampun Baginda, Ada apa Baginda memanggil hamba”

Raja:
“Apa benar kau telah melanggar perintahku untuk mengeksekusi permaisuri?”

Pengawal:
“T-Tidak Baginda.”

Raja:
“lebih baik kau jujur pengawal”

Pengawal:
“Ampun baginda. Saat baginda memerintahkan hamba untuk membunuh permaisuri,hamba tidak tega
membunuh permaisuri karena sedang hamil dan hamba tahu kalau permaisuri hanya difitnah oleh selir.”

Raja:
“Apakah yang kau katakan itu adalah benar?”

Pengawal:
“Benar baginda.”

(Narator):
Mendengar semua itu, Rajapun sangat marah.

Raja:
“Pengawal! Ayo kita pergi ke tempat permaisuri sekarang berada.”

Pengawal:
“Baik Baginda!”

Raja:
“Ayo Cindelaras, tunjukkan dimana tempat kau tinggal”

(Narator):
Dan tak lama kemudian, sampailah Mereka di Tempat permaisuri dan Cindelaras Tinggal Begitu sampai di
depan Rumah Permaisuri, yang saat itu permaisuri sedang menyapu halaman, raja langsung mengenalinya
kemudian memanggilnya,

Adegan 7

Raja:
“Dinda…!, Dinda maafkan aku, Dinda!”

Permaisuri:
“(terkejut) Haah?? Kanda?! Kenapa bisa tahu Aku di sini?”

Raja:
“Aku kesini bersama putra kita. Dinda, maafkan aku Dinda. Aku sudah mendengar semua tentang
kebenarannya. Aku sangat menyesal terlalu cepat mengambil keputusan dan tidak mendengarkan
penjelasanmu waktu itu. Dinda ayo pulang dan tinggal kembali di istana. Bersama putra kita Cindelaras”.

(Narator) :
Permaisuri sangat kaget dan hanya bisa terdiam terhadap apa yang sedang terjadi. Cindelaras merasakan
haru terhadap perjumpaan Ibu dan ayahnya.
Permaisuri:
“Baiklah kanda. Dinda juga sudah memaafkan kanda. Mari kita mulai kehidupan kita yang baru lagi”

Raja:
“Terimakasih dinda. Sungguh kau sangat baik hati. Aku sangat menyesal telah menyia-nyiakanmu."

Narator:
Akhirnya Raja dan permaisuri bersama putranya Cindelaras diiringi pengawal kembali ke istana. Raja
mengukuhkan kembali kedudukan permaisuri dan menghukum selir yang jahat itu. Sejak saat itu Raja,
permaisuri dan Cindelaras hidup bahagia di istana.
Setelah raja meninggal, Cinde Laras menggantikannya menjadi raja. Ia memerintah kerajaan dengan adil
dan bijaksana

Anda mungkin juga menyukai