Anda di halaman 1dari 7

PROSES BERPIKIR MATEMATIKA

Angkatan Tahun 2023/2024

TUGAS 1
Penalaran Induk dan Deduktif

Riki Amperadi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
2023
PENALARAN INDUKTIF

1. Sejarah Bapak penalaran induktif (Francis Bacon)


Francis Bacon de Verulam (1561-1626) yang berdiri pada ambang pintu masuk zaman
modern. Menurutnya, dalam rangka itulah ilmu-ilmu pengetahuan betul-betul berkembang
menjadi nyata dalam sejarah Barat sejak abad ke-15. Menurut Bacona, ilmu pengetahuan
manusia hanya berarti jika tampak dalam kekuasaan manusia, “human knowledge adalah
human power. Pada abad-abad berikutnya, di dunia Barat dijumpai keyakinan dan
kepercayaan bahwa kemajuan yang dicapai oleh pengetahuan manusia, khususnya ilmu-
ilmu alam, akan membawa perkembangan manusia pada masa depan yang semakin
gemilang dan makmur. Logika formal Aristoteles dianggap tidak sanggup lagi
menghasilkan penemuan empiris karena hanya dapat membantu mewujudkan
konsekuensi deduktif dari apa yang sebenarnya telah diketahui agar pengetahuan terus
berkembang dan memunculkan teori-teori hukum baru, maka metode logika silogistik
Aristoteles harus ditinggalkan dan diganti dengan metode induktif modern guna
mendapatkan kebenaran ilmiah yang konkret, praktis, mensistematisasi prosedur ilmiah
secara logis dan bermanfaat positif bagi manusia. Francis Bacon berhasil mengembangkan
metode induktif tersendiri sebagai karya kritik terhadap metode logika deduktif Aristoteles.
Dengan inilah Bacon dikatakan sebagai Bapak filsafat Modern yang bermula dari kritiknya
terhadap logika tradisional Aristoteles, memunculkan teori logika Modern. Pengaruh
metode induktif yang dikenalkan Francis Bacon mampu memberikan sumbangan yang
penting dalam menggusur metode berfikir deduktif dan singgasananya. Metode logika
deduktif jika dipergunakan secara berlebihan dalam waktu yang lama akan mengakibatkan
ilmu pegetahuan mengalami kematian, tidak mampu menundukkan alam untuk membantu
Francis Bacon adalah seorang filosof Inggris yang terkenal sebagai pelopor empirisme
Inggris, namun bukan berarti ia ateis. La berpendapat bahwa filsafat harus dipisahkan dari
teologi, bukan dicampur sebagaimana skolatisme. Urusan teologi hanya bisa diketahui
oleh wahyu, sedangkan filsafat hanya pada akal semata, karena itulah dia termasuk
pendukung dokrin ‘kebenaran ganda’ yakni akal dan wahyu. Agama yang dianut Bacon
adalah Ortodoks. Bacon lahir pada tanggal 22 Januari 1561 di York House, London,
Ayahnya adalah pejabat tinggi kerajaan Inggris. Pada usia 12 tahun, Bacon telah belajar di
Trinity College, Cambridge University. Setelah selesai pendidikan di Cambridge, ia diangkat
sebagai staf kedutaan Inggris di Prancis. Pada usia yang cukup muda 23 tahun ia telah
diangkat menjadi anggota parlemen. Pada tahun 1618, James I mengangkatnya menjadi
Lord Chancellor dan kemudian menjadi Viscount St. Albans. Setelah lima tahun dari
jabatannya (1626), dia meninggal karena kedinginan ketika melakukan eksperimen
dengan mendinginkan ayam dan membungkusnya dengan salju. Francis Bacon mengalami
banyak keresahan dan kegelisahan menyikapi situasi dimana dia hidup pada saat itu. Satu
antaranya adalah berkembang klaim dikhotomik gereja antara studi agama dan studi
alam, bahkan adanya konflik yang serius. Gereja menyatakan ilmu pengetahuan adalah
jalan menuju neraka. Bukan hanya itu, Bacon juga melihat nyaris semua orang memiliki
kwalitas rendah intelektual, sehingga wajar kalau gereja menyatakan tidak semua orang
layak untuk menyentuh kitab Injil yang suci. Ditambah lagi, Bacon melihat bahwa
kebenaran ilmu penuh dengan keragu-raguan, karena banyak wacana ilmu yang
berkembang hanyalah dogmatisme belaka, diimbangi dengan adanya tradisi hermetik dan
skolastisisme dimana-mana, makin sempurnalah kerisauan filosof ini. Francis Bacon adalah
peletak dasar bagi metode induksi modern dan menjadi pelopor yang mensistimatisasi
secara logis produser ilmiah. Seluruh filsafatnya bersifat praktis, yaitu untuk menjadikan
manusia menguasai kekuatan-kekuatan alam dengan perantaraan penemuan-penemuan
ilmiah. Dia terkenal sebagai penemu praktek metode ilmiah. Bacon sendiri memberikan
contoh Mulai dari panas yang di peroleh dari tangan yang di gosok-gosokkan hingga
dengan panas matahari. Dia berpendapat bahwa panas sebenarnya gerak yang terjadi
pada partikel yang lebih kecil dari suatu benda yang pada akhirnya menghasilkan panas
pada benda apa pun. Dengan kata lain, Bacon mengusulkan sebuah metode yang dengan
metode itu ilmuwan dapat menghasilkan teori yang memiliki kemungkinan keberadaan
yang lebih tinggi derajatnya di banding dengan metode yang lain. Secara umum
pandangan Bacon bisa dikatakan praktis, konkret dan utilitaris. Menurut Bacon untuk
mengenal sifat-sifat segala sesuatu perlu penelitian yang empiris. Pengalaman dapat
menjadi dasar pengetahuan. Apa yang diungkapkan Plato dijadikan semboyan oleh Bacon
yaitu pengetahuan adalah kekuasaan (knowledge is power). Menguasai kekuatan-
kekuatan alam dengan penemuan dan penciptaan ilmiah. Dengan demikian Bacon
menginginkan bawah. Ilmu pengetahuan haruslah diupayakan untuk memanfaatkan alam
guna kepentingan kelancaran hidup manusia, melalui penemuan sains. Dan itu hanya bisa
dilakukan dengan beralih pada metode induksi. Francis Baconmemiliki corak berfikir
structural dan membentuk paradigm kritis dalam berbagai karir politik sehingga
memunculkan keseriusannya dalam mengembangkan filsafat alam. Kemudian
Menawarkan metode baru sebagai pengembangan dari metode alat lama (organon)
Aristoteles. Motif kritik Bacon adalah murni pengembangan filsafat alam yang positivistic
mengenal alam dalam rangka menguasainya untuk membantu kenyamanan hidup
manusia. Bacon dalam Novum Organum yang dimaksudkan hendak mengganti metode
logika tradisional Aristoteles dan menyempurnakan metode induksi tradisionalnya, artinya
Bacon memberikan revisi dan modifikasi ulang terhadap pemikiran sebelumnya yang
sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman.

2. Definisi dan contoh-contoh penalaran induktif


Penalaran induktif adalah proses berpikir yang menghasilkan kesimpulan umum
berdasarkan sejumlah kasus atau contoh khusus. Penalaran induktif berbeda dengan
penalaran deduktif, yang menghasilkan kesimpulan khusus berdasarkan premis atau
asumsi umum. Penalaran induktif bersifat probabilistik, artinya kesimpulan yang dihasilkan
tidak selalu benar atau pasti, tetapi memiliki tingkat kepercayaan atau kebenaran tertentu.
Contohnya: Buktikan dengan Induksi matematika bahwa untuk semua bilangan positif n.
2n 2 n+ 1
7 +2 habis di bagi 5
Jawab: Misal n=1
2.1 2.1 +1 2 3
7 +2 =7 +2 =42+8=50 →Habis di bagi 5
PENALARAN DEDUKTIF

1. Sejarah Bapak penalaran deduktif (Aristoteles)


Aristoteles adalah filsuf dan ilmuwan Yunani yang menjadi salah satu tokoh
intelektual terbesar dalam sejarah Barat (Rogers, 2010: 22). Bapak logika dan ilmu alam
yang juga terkenal sebagai guru Alexander the Great. Ia adalah penulis dari sistem
filosofis dan ilmiah yang komprehensif, pertama dalam sejarah. Encyclopædia Britannica
pun menyebutnya “the first genuine scientist in history.” Perkembangan ilmu pengetahuan
hingga sekarang ini berutang kepada Aristoteles. Aristoteles lahir di sebuah kota kecil
bernama Stagira pada tahun 384 SM. Kota ini merupakan bagian dari semenanjung
Kalkidiki. Pengasuhan Aristoteles dilakukan oleh keluarganya di Atarneus, Anatolia. Kondisi
ini disebabkan ayahnya wafat pada usia muda selama pengadilan di Pella, Makedonia
Tengah. Aristoteles hidup di lingkungan yang mendukung kreativitas kebudayaan dan
intelektual. Pada masa hidupnya, negara-negara kota di Yunani mengalami perpecahan
akibat kekalahan Athena dari Sparta dalam Perang Peloponesian pada tahun 404 SM. Pada
masa ini, ia menjadi murid dari Plato yang banyak menulis dialog. Aristoteles
mengembangkan sistem filsafatnya sendiri pada masa tersebut. Dia telah memulai,
merintis, dan membangun fondasi bagi filsafat dan sains. “Sebelum Aristoteles, sains
masih berupa embrio. Di tangan Aristoteles sains dilahirkan” (Durant, 1962: 61). Hegel,
sang filsuf Jerman, memuji Aristoteles yang menurutnya merupakan seorang genius
saintifik paling dalam dan kaya yang pernah ada; seseorang yang tiada bandingannya baik
di masa lalu maupun sekarang (Mitchell, 1891: 163). Tanpa maksud melebih-lebihkan
Aristoteles memang seorang perintis yang telah menyusun pengetahuan secara logis,
sistematis, dan komprehensif. Ia telah menggarap berbagai bidang penge- tahuan
manusia secara luas sehingga dipandang sebagai tokoh ensiklopedik pertama meliputi
sebagian besar ilmu pengetahuandan seni, termasuk biologi, botani, kimia, etika, sejarah,
logika, metafisika, retorika, filsafat pikiran, filsafat ilmu, fisika, puisi, teori politik, psikologi,
dan zoologi (Rogers: 22).Aristoteles juga telah memenuhi tugas yang dilakukan oleh
Socrates, dia telah menciptakan bahasa ilmu pengetahuan. Bagian fundamental dari
konsepsi dan ekspresi saintifik di mana pun di- gunakan, bahkan sampai saat ini, merujuk
kembali kepada hasil formulasinya (Windelband: 139).Sangat jarang dunia menyaksikan
pribadi dengan anugerah besar dan unik seperti Aristoteles. Dia adalah seorang saintis
dan filsuf sekaligus, seorang peneliti fakta empiris dari alam, dan penafsir yang
mengungkapkan signifikansinya yang tersembunyi, menganalisis secara ketat setiap
perbedaan-perbedaan tertentu (partikularitas) tanpa kehilangan pandangan akan
hubungan dan kesatuannya (Mitchell: 166).Mungkin ia adalah orang terakhir yang
memiliki pengetahuan ten- tang semua bidang yang dikenal pada masanya. Apalagi
setelahnya tidak ada lagi filsuf yang menonjol dengan tingkat keahlian yang se-rupa.
Aristoteles dipandang sebagai filsuf terbesar terakhir dari masa klasik dan merupakan
salah seorang dari tiga filsuf terbesar sepanjang masa, bersama Socrates dan Plato
(Anagnostopoulos, 2009: 3).Masa setelah Aristoteles mengalami pelambatan intelektual.
Bahkan setelah ia meninggal pun karyanya tidak begitu diperhatikan. Aristoteles mendapat
perhatian kembali setelah Androni- cus dari Rodhes mengedit dan menerbitkan karya-
karyanya. Setelah itu, seiring dengan waktu pandangan filosofis dan saintifiknya pun
menjadi acuan bagi perkembangan ilmu pengetahuan di masa berikutnya. Aristoteles telah
memberikan pengaruh bagi para sarjana Bizantium, teolog Islam, dan teolog Kristen
Barat, serta membuat ilmuwan, filsuf dan pemikir di masa mendatang berutang padanya
(lihat Lloyd: 307-312). Sistem pemikiran yang diciptakannya menjadi frame work dan
kendaraan bagi filsafat Islam dan Kristen Skolastik abad pertengahan. Para filsuf dan
intelektual Muslim menyebutnya sebagai “guru pertama” (al-mu’allim al-awwal) yaitu guru
pertama di bidang logika. Para filsuf Muslim ini, seperti al-Farabi, Ibn Sina, dan terutama
Ibn Rusyd, begitu bersemangat menerima pikiran Aristoteles dan menyelaraskannya
dengan keyakinan Islam. Se- mentara itu di kalangan pemikir Yahudi hal serupa dilakukan
olehMusa ibn Maimun (Maimonides), dan dalam teologi Kristiani di- lakukan Thomas
Aqiunas di abad ke-13-yang menyebut Aristote- les dengan Ille Philosophus, “Sang Filsuf”.
Lebih dari 2.300 tahun telah berlalu namun Aristoteles tetap men- jadi salah seorang
tokoh paling berpengaruh yang pernah dilahirkan. Kontribusinya di hampir setiap bidang
pengetahuan manusia yang muncul kemudian tetap bertahan meskipun banyak mendapat
kritik hebat sejak renaisans, khususnya di bidang ilmu alam. Di abad ke-21 ini mungkin
sains Aristoteles telah banyak yang ketinggalan dan hanya dipelajari sebagai minat sejarah
belaka. Kesalahan-kesalahannya telah dibongkar sejak masa Coperni- cus dan Galileo,
yang telah mengemukakan hasil temuan-temuan mereka. Pada abad ke-14 kritik terhadap
teori fisika Aristote- les, bersama dengan munculnya pemikiran-pemikiran baru, telah
memunculkan penjelasan dan hipotesis baru dalam fisika, membuat sains Aristoteles tidak
banyak diperhatikan lagi. Lalu, apakah bagi sains modern tidak ada nilai sama sekali sains
Aristoteles? Teori-teori sains Aristoteles memang sudah tidak dipelajari lagi di kalangan
pelajar fisika, biologi, astronomi, dan lain-lain. Tapi semangat dasar penyelidikannya
terhadap alam tetap menarik untuk dipelajari. “Bagaimanapun, dengan mempelajari
Aristoteles seseorang dapat mengetahui penyelidikan signifikan terhadap alam yang tidak
begitu berbeda secara radikal dari moder- nitas” (Höffe, 2003: 69). Aristoteles tetap
menonjol sebagai seorang filsuf. Tulisan- tulisannya dalam etika dan teori politik serta
metafisika dan filsafat ilmu terus dipelajari, dan karyanya tetap menjadi arus kuat dalam
perdebatan filosofis kontemporer. “Untuk menghargai orisinalitas dan pentingnya karya
Aristoteles, adalah penting untuk diingat perkembangan selanjutnya pada masing-masing
bidang yang ia selidiki, dan ini tidak hanya mencakup berbagai cabang filsafat dan ilmu
pengetahuan alam, tetapi juga apa yang harus kita sebut sosiologi dan bahkan kritik
sastra” (Lloyd: 1968). Menurut Anthony Kenny (2016) dengan perhitungan apa pun,
prestasi intelektual Aristoteles adalah luar biasa. Dia adalah ilmu- wan sejati pertama
dalam sejarah. Dia adalah penulis pertama yang karyanya berisi pengamatan fenomena
alam yang rinci dan luas, dan ia adalah filsuf pertama yang memahami hubungan antara
observasi dan teori dalam metode ilmiah. Dia mengidentifikasi berbagai disiplin ilmu dan
mengeksplorasi hubungan mereka satu sama lain. Dia ada- lah profesor pertama yang
mengatur kuliah menurut program studi dan menetapkannya di silabus. Lyceum-nya
adalah lembaga peneli- tian pertama di mana sejumlah sarjana dan peneliti bergabung
dalam penyelidikan kolaboratif dan dokumentatif. Akhirnya, yang tidak kalah penting, dia
adalah orang pertama dalam sejarah yang mem-bangun sebuah perpustakaan penelitian,
dengan koleksi sistematis karya-karya yang diwariskan bagi para penerusnya.
2. Definisi dan contoh-contoh penalaran deduktif
Deduksi berarti penarikan kesimpulan dari keadaan yang umum atau penemuan yang
khusus dari yang umum. Contoh: Ahmad menabung sebesar Rp.2.500.000 dengan suku
bunga 5%/Thn, yang dibayarkan setiap 6 Bulan sekali. Berapakah uangnya setelah 54
bulan?
54
Jawab: Dik: Modal, M= Rp.2.500.000 Bunga,i= 5% Periode,n= =9
6
Berarti, nominal bunga yang di dapat Ahmad adalah
B= M.n.i
5
= 2.500.000 × 9 × =25.000× 9= 225.000
100
Dengan demikian
Mi= M+B = 2.500.000 + 225.000= 2.725.000
Jadi, saldo tabungan Ahmad setelah 56 bulan sebesar Rp.2.725.000

Contoh induktif dan Deduktif


*Induktif
2 2
23 −3 =( 23.23 )− ( 3.3 )
=529 – 9
=520
*Deduktif
2 2
23 −3 =¿
Menggunakan → ( a2−b2 )= ( a+b )( a−b )
Jadi 232−33=( 23+3 )( 23−3 )
=26×20
=520
DAFTAR PUSTAKA
~Jan Hendrik Rapar, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius,1996).
Edwards Paul, 1967, The Encyclopedia of Philosophy, USA, Macmillan INC
Henry S. Lucas. Sejarah Peradaban Barat Abad Pertengahan, terj. Sugiharjo S dan
Budiman (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993).
~C, . Verhaak, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Gramedia, 1991
Jujun S. Suriasumantri,(ed) Ilmu dalam Perspektif, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 1994
Ahmat Tafsir, Filsafat Umum, Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, (Yogyakarta:
Remaja Rosdakarya, 2002).
~Gary B.Ferngren, The History of Science and Religion in the Western Tradition - An
Encyclopedia, (New York: Garland Publishing, Inc., 2000).
~Bertnard Russel, Sejarah Filsafat Barat dan kaitannya dengan kondisi sosio politik
dari zaman kuno hingga sekarang, terj. Yogyakarta, Pustaa Pelajar, 2007cet III
Maksum,Ali:2011.Pengantar Filsafat.Jogjakarta.Ar-Ruzz Media.
~C. Verhaak, Filsafat Ilmu Pengetahuan; Telaah atas Cara Kerja Ilmu, (Jakarta:
Gramedia, 1991).
~John Losee, A Historical Intruction to the Philosophy of Science, (New York:
OxfordUniversity Press, 2001).
~W. Poespoprodjo, Logika Scientifika, (Bandung: Puspa Grafika, 1999).
Sumber:~ ANALISIS_PEMIKIRAN_FRANCIS_BACON.pdf
~https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=QC1IDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1&dq=info:BlufUwPPhXcJ:scholar.go
ogle.com/&ots=Xg7WY1GKhH&sig=YEigaM-LjR3lvOVpE3qq9ayntEM&redir_esc=y -
v=onepage&q&f=false by:Mauludi

Anda mungkin juga menyukai