Anda di halaman 1dari 28

ABAD KE -17 YANG MENYERANG TENTANG

FILSAFAT ARISTOTELS
FRANCIS BACON

DISUSUN OLEH
WIDYA PUJI ASTUTI (NIM. 1602561)
SIH AULIA (NIM. 1605358)

DOSEN PENGAMPU
PROF.DR. SUYITNO

PASCA SARJANA PRODI PENGEMBANGAN KURIKULUM


BANDUNG, OKTOBER 2016

0
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang
diberikan-Nya sehingga tugas Makalah yang berjudul Konsep dan Teori
Pengembangan Kurikulum ini dapat kami selesaikan. Makalah ini kami buat
sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas.

Dalam kesempatan ini, penulis menghaturkan terimakasih yang dalam


kepada semua pihak yang telah membantu menyumbangkan ide dan pikiran
mereka demi terwujudnya makalah ini. Akhirnya saran dan kritik pembaca
yang dimaksud untuk mewujudkan kesempurnaan makalah ini penulis sangat
hargai.

Penulis

1
BAB I: CHAPTER REPORT

IDENTITAS BUKU

Buku karangan John Losee menuliskan judul tentang A historical


Indtroduction to the Philosophy of Science. Yang diterbitkan oleh
Oxford University Press, tahun 1972.
Buku ini menuliskan tentang sejarah perkembangan tentang
metodologi penelitian. Penelitian ini dimulai pada tahun 1940. Tidak
ada pengaruh yang terjadi untuk menproduksi ulang tentang posisi
spectrum contemporary terhadap filsafat ilmu.
Penulis berharap buku ini tidak hanya bermanfaat untuk pelajar
yang mempelajari filsafat saja tetapi juga dapat bermanfaat untuk
pelajar yang mempelajari sejarah ilmu.

2
BAB II LAPORAN

ISI RINGKAS CHAPTER YANG DILAPORKAN

1. BIOGRAFI FRANCIS BACON (15611626)

Francis Bacon

Francis Bacon (1561-1626) adalah putra dari Sir Nicholas Bacon,


Tuhan penjaga untuk Ratu Elizabeth I. Bacon memasuki Trinity
College, Cambridge pada usia tiga belas, dan ada mengembangkan
antipati terhadap filsafat Aristoteles. Selanjutnya, ia belajar hukum di
Gray Inn dan dirawat di bar pada 1586.
Bacon membuat banyak Upaya untuk mengamankan janji pemerintah
dari Ratu, tapi Meskipun pamannya William Cecil, kemudian Lord
Burghley, adalah menteri Elizabeth yang paling penting, janji itu tidak
datang. Tidak diragukan lagi ini serangan c17th pada filsafat
Aristoteles adalah karena sebagian untuk pertahanan Bacon hak-hak
Commons terhadap proposal tertentu didesak oleh Ratu Menteri.
Setelah aksesi James I, nasib Bacon melonjak. Ia dianugerahi gelar
bangsawan pada tahun 1603, menjadi Jaksa Agung pada 1613, Lord
penjaga pada 1617, Lord Chancellor tahun 1618, Baron Verulam
tahun 1618, dan Viscount St Albans di 1621. Tak lama kemudian, ia
mengaku bersalah mengambil hadiah dari orang dengan kasus
hadapannya dalam kapasitasnya sebagai Tuhan Kanselir. Bacon
bersikeras bahwa ia tidak diperbolehkan penerimaan hadiah untuk
mempengaruhi keputusan-Nya dalam kasus ini, namun ia tidak

3
memberikan pertahanan terhadap tuduhan bahwa ia telah menerima
hadiah. Bacon didenda, dipenjara, dan dibuang dari kehidupan publik
oleh rekan-rekannya di House of Lords, tapi Raja disetorkan baik dan
diakhiri penjara setelah beberapa hari.

Bacon menghabiskan sebagian besar waktunya selama lima tahun


terakhir hidupnya bekerja pada Instauration besar nya, reformulasi
diusulkan ilmu. kontribusinya yang paling penting menuju Instauration
ini adalah Novum Organum, yang telah diterbitkan pada tahun 1620.
Dalam karya ini, ia dijelaskan metode ilmiah "baru" untuk
menggantikan yang Aristoteles. Ia juga menciptakan gambar
berpengaruh koperasi penyelidikan ilmiah di New Atlantis (1627).

2. Kontroversi atas Nilai Kontribusi Bacon


Francis Bacon adalah tokoh kontroversial dalam sejarah ilmu
pengetahuan. Di mata pendiri Royal Society dia adalah nabi dari
metodologi ilmiah baru. Para filsuf juga dianggap Bacon menjadi
inovator, juara metode induktif-eksperimen baru. Tapi Alexandre Koyr
dan EJ Dijksterhuis, dua sejarawan abad kedua puluh terkemuka,
memiliki minim- terwujud nilai kontribusi Bacon. Mereka telah
menekankan bahwa Bacon mencapai tidak ada hasil baru dalam ilmu,
dan bahwa kritiknya metode Aristoteles adalah tidak asli atau tajam.
Menurut Dijksterhuis, peran Bacon dalam ilmu adalah analog dengan
peran militer penyair Yunani lumpuh Tyrtaeus. Tyrtaeus tidak bisa
melawan, tapi nya perang-lagu membawa inspirasi bagi orang-orang.

Yang berselisih setuju tentang beberapa aspek dari kontribusi Bacon:


yang Bacon sendiri tidak memperkaya ilmu dengan cara contoh
konkret dari metode itu mengaku; yang hadiah sastra besar Bacon
memungkinkan dia untuk mengekspresikan ide-idenya sangat efektif
sehingga banyak sarjana telah dikaitkan dengannya peran besar
dalam revolusi ilmiah abad ketujuh belas; dan yang orisinalitas Bacon,
jika ada, adalah teori metode ilmiah.

Bacon sendiri mengaku orisinalitas untuk metodenya. Dia memilih

4
sebagai judul karya utamanya pada metode 'Novum Organum',
sehingga menunjukkan bahwa nya Metode adalah untuk
menggantikan metode yang dibahas dalam Organon, kompilasi abad
pertengahan tulisan Aristoteles. Beberapa kritikus menyatakan bahwa
Bacon berhasil. Misalnya, John Herschel menyatakan dalam Wacana
Awal berpengaruh di Alam Filsafat yang dengan penemuan
Copernicus, Kepler, dan Galileo, kesalahan dari filsafat Aristoteles
yang secara efektif terbalik di banding polos untuk fakta-fakta alam;
tetapi tetap menunjukkan pada prinsip-prinsip luas dan umum,
bagaimana dan mengapa Aristoteles adalah salah; untuk mengatur
bukti kelemahan aneh metodenya berfilsafat, dan untuk menggantikan
di tempatnya kuat dan lebih baik. tugas penting ini dieksekusi oleh
Francis Bacon.

3. Kritik Metode Aristotelian


Tapi adalah metode Bacon "baru" Organon? Bacon menegaskan
bahwa persyaratan pertama dari metode ilmiah adalah bahwa filsuf
alam harus membersihkan dirinya dari prasangka dan kecenderungan
untuk menjadi kembali sebagai anak sebelum alam. Dia mencatat
bahwa studi tentang alam telah dikaburkan oleh empat kelas "Idols"
yang menimpa pikiran pria. Berhala dari suku ini didasarkan pada sifat
manusia itu sendiri. Pemahaman rentan untuk mendalilkan lebih
keteraturan di alam daripada yang sebenarnya menemukan, untuk
menggeneralisasi buru-buru, dan terlalu menekankan nilai
mengkonfirmasikan kasus. Berhala Gua, oleh trast con-, adalah sikap
terhadap pengalaman yang timbul dari pendidikan dan pendidikan
orang sebagai individu. Berhala Pasar-Place merupakan distorsi yang
terjadi ketika makna kata-kata direduksi menjadi common denominator
terendah dari penggunaan vulgar, sehingga menghambat ilmiah
konsep-formasi. Dan Idols dari Teater adalah dogma dan metode dari
berbagai filosofi yang diterima.

filsafat Aristoteles adalah Idol dari Teater yang Bacon paling cemas
untuk mendiskreditkan. Harus ditekankan, bagaimanapun, bahwa

5
Bacon menerima garis utama teori induktif-deduktif Aristoteles tentang
Prosedur pengajuan ilmiah. Bacon, seperti Aristoteles, melihat ilmu
pengetahuan sebagai perkembangan dari observasi ke prinsip-prinsip
umum dan kembali ke pengamatan. Memang benar bahwa Bacon
menekankan tahap induktif prosedur ilmiah. Tapi ia tetapkan untuk
argumen deduktif peran penting dalam konfirmasi induktif gen-
eralizations.3 Selain itu, Bacon menegaskan bahwa buah dari
penyelidikan ilmiah adalah karya baru dan penemuan, dan mencatat
bahwa ini adalah masalah menyimpulkan dari prinsip-prinsip umum
konsekuensi yang memiliki application.4 praktis

Tapi meskipun Bacon melakukan menerima teori Aristoteles tentang


prosedur ilmiah, ia sangat kritis terhadap cara di mana prosedur ini
telah dilakukan. Sehubungan dengan tahap induktif, Bacon
mengeluarkan tiga bagian surat dakwaan.

# serangan c17th pada filsafat Aristoteles :

Pertama, Aristoteles dan para pengikutnya berlatih serampangan,


koleksi kritis data. Francis Bacon menyerukan implementasi
menyeluruh dari Roger Bacon Kedua Prerogative Ilmu Eksperimental,
yaitu, penggunaan sistem-ATIC eksperimen untuk mendapatkan
pengetahuan baru tentang alam. Dalam hubungan ini, Francis Bacon
menekankan nilai instrumen ilmiah dalam pengumpulan data.

Kedua, Aristoteles menggeneralisasi terlalu cepat. Mengingat


beberapa pengamatan, mereka melompat sekaligus untuk prinsip-
prinsip yang paling umum, dan kemudian menggunakan prinsip-prinsip
ini untuk menyimpulkan generalisasi dari ruang lingkup yang lebih
rendah.

Ketiga, Aristoteles dan para pengikutnya mengandalkan induksi


dengan enumerasi sederhana, di mana korelasi properti ditemukan
untuk menahan selama beberapa individu dari jenis tertentu, yang
menegaskan untuk berlaku untuk semua individu dari jenis yang. Tapi
penerapan teknik induktif ini sering mengarah ke kesimpulan yang
salah, karena kasus negatif tidak diperhitungkan (Bacon tidak

6
menyebutkan penekanan ditempatkan pada metode perbedaan oleh
para penulis abad pertengahan seperti Grosseteste dan Ockham).

Sehubungan dengan tahap deduktif penyelidikan ilmiah, Bacon


membuat dua keluhan utama. Keluhan pertama Bacon adalah bahwa
Aristoteles telah gagal untuk menentukan predikat penting memadai
seperti 'tarik', 'generasi', 'elemen', 'berat', dan 'basah', sehingga
rendering berguna argumen-argumen silogisme di mana predikat ini
occur.5 Bacon tepat menunjukkan bahwa demonstrasi silogisme dari
prinsip pertama hanya efektif jika hal silogisme didefinisikan dengan
baik.

Keluhan kedua Bacon adalah bahwa Aristoteles dan para pengikutnya


telah mengurangi ilmu logika deduktif dengan terlalu menekankan
pengurangan konsekuensi dari prinsip pertama. Bacon menekankan
bahwa argumen deduktif memiliki nilai ilmiah hanya jika premisses
mereka memiliki dukungan induktif yang tepat.

Pada titik ini, Bacon harus dibedakan teori Aristoteles tentang


prosedur dari cara di mana teori ini prosedur telah disalahgunakan
oleh beberapa pemikir berikutnya yang menyebut diri mereka
"Aristoteles". Praktisi dari Aristotelianisme palsu memiliki metode-
singkat Aristoteles oleh awal, tidak dengan induksi dari bukti
observasional, tetapi dengan sendiri prinsip-prinsip pertama
Aristoteles. Aristotelianisme palsu ini mendorong teori dogmatis
dengan memotong ilmu dari dasar empiris. Tapi Aristoteles sendiri
telah menegaskan bahwa prinsip-prinsip pertama diinduksi dari bukti
pengamatan. Bacon tidak adil untuk menghukum Aristoteles untuk
mengurangi ilmu logika deduktif.

4. "Koreksi" Metode Aristotelian


Bacon mengajukan metodenya "baru" bagi ilmu pengetahuan untuk
mengatasi kekurangan seharusnya teori Aristotelian prosedur. Dua
fitur pal-prinsip dari metode baru Bacon berada penekanan pada
bertahap, induksi progresif, dan metode pengecualian.

7
Bacon percaya bahwa dilakukan dengan benar penyelidikan ilmiah
adalah pendakian langkah-demi-langkah dari dasar ke puncak
piramida proposisi

Bacon menyarankan bahwa serangkaian "sejarah alam dan


eksperimental" harus disusun dalam rangka membangun basis yang
aman untuk piramida. Bacon sendiri memberikan kontribusi karya dari
angin, pasang surut dan aliran pasang surut, dan ity longev- dan cara
hidup berbagai bangsa dan hewan. Sayangnya, ia mengambil banyak
bahan untuk sejarah alam dari sumber yang tidak dapat dipercaya.

Bacon's Ladder of Axioms

Bacon menyatakan bahwa, setelah didirikan fakta-fakta dalam ilmu


tertentu, filsuf alam harus mencari korelasi dalam fakta-fakta ini. Dan
dia bersikeras pendakian induktif bertahap, dari korelasi dari tingkat
rendah umum untuk orang-orang yang lebih inklusif.

Bacon menyadari bahwa beberapa korelasi antara fakta hanya


"kebetulan" korelasi. Untuk menyingkirkan korelasi disengaja, ia
merumuskan metode pengecualian. Bacon menyarankan bahwa
korelasi kecelakaan sering dapat diidentifikasikan dengan memeriksa
Tabel Kehadiran, Absen, dan Gelar. Apa korelasi yang ada contoh di
mana satu atribut tidak hadir saat lain hadir, atau contoh di mana satu
atribut menurun ketika meningkat lainnya, adalah untuk dikecualikan
dari piramida. Bacon percaya bahwa setelah korelasi gigi acci- telah
dikeluarkan dengan cara ini, hanya korelasi penting akan tetap. Dan
korelasi penting cocok subyek untuk generalisasi induktif lanjut

8
Bacon dikutip metode eksklusi sebagai titik penting dari keunggulan
metode di atas yang Aristoteles. Dia benar menyatakan bahwa
penghitungan sederhana, yang merupakan salah satu prosedur
induktif yang digunakan oleh Aristoteles, tidak memadai untuk
membedakan korelasi penting dari korelasi disengaja. Bacon
mengklaim bahwa penerapan metode eksklusi dapat mempengaruhi
perbedaan ini, karena metode ini menempatkan berat badan karena
pada tidak adanya dan intensitas relatif.

Bacon itu cukup realistis untuk mengakui bahwa, dalam banyak kasus,
sulit untuk menemukan korelasi penting hanya dengan memeriksa
Tabel Kehadiran, Absen, dan Gelar. Untuk alasan ini, ia memilih
berbagai jenis "Contoh hak istimewa" yang memiliki nilai khusus dalam
pencarian korelasi penting. Dia tampaknya percaya bahwa itu adalah
dari sifat hal ini untuk mengungkapkan korelasi penting.

Mungkin yang paling penting dari Contoh Prerogative Bacon


adalah "Instance dari pendeta". Sebuah Instance dari pendeta adalah
sebuah contoh yang memutuskan masalah antara penjelasan
bersaing. Bacon sendiri menyarankan contoh penting dari jenis ini
untuk memutuskan antara dua hipotesis tentang pasang surut dan
arus pasang surut. Hipotesis pertama adalah bahwa pasang adalah
muka dan mundur dari perairan, di analogi air mengguncang untuk
bolak-balik dalam baskom. Hipotesis kedua adalah bahwa pasang
adalah mengangkat periodik dan jatuh dari air. Bacon mencatat bahwa
hipotesis cekungan akan dipalsukan jika bisa menunjukkan bahwa
gelombang tinggi temporal bertepatan di pantai Spanyol dan Florida
yang tidak disertai dengan pasang surut di tempat lain. Dia
menyarankan bahwa studi pasang di pantai Peru dan China akan
menetap issue.6 yang

Bacon mengakui bahwa sebuah contoh adalah "penting" hanya jika


tidak konsisten dengan setiap set premisses jelas menyelamatkan
satu. Tapi itu tidak mungkin untuk membuktikan bahwa pernyataan
tentang jenis fenomena dapat disimpulkan dari hanya ini beberapa set
premisses, dan tidak ada orang lain. Bacon bersalah karena melebih-

9
lebihkan kekuatan logis Contoh dari pendeta. Namun demikian,
penghapusan hipotesis yang deduktif konsekuensi (diberikan ditions
con tertentu yg), tidak sesuai dengan pengamatan, mungkin nilai
dalam mencari penjelasan yang lebih memadai. Tentu saja, Francis
Bacon tidak menciptakan metode pemalsuan. Aristoteles telah
dipekerjakan, dan Grosseteste dan Roger Bacon telah
direkomendasikan metode ini sebagai cara standar untuk membangun
hipotesis dengan menghilangkan hipotesis bersaing.

5. Pencarian untuk Formulir / bentuk


Bacon disebut prinsip-prinsip yang paling umum di puncak piramida
sebagai "Bentuk". Bentuk adalah ungkapan verbal hubungan antara
"sederhana kodrat ", kualitas-kualitas tereduksi hadir dalam objek yang
kita rasakan. Bacon percaya bahwa berbagai kombinasi tersebut
kodrat sederhana merupakan objek dari pengalaman kami, dan bahwa
jika kita bisa tetapi mendapatkan pengetahuan tentang Bentuk, akan
ada kemungkinan untuk mengontrol dan memodifikasi kekuatan alam.

Dalam beberapa komentarnya tentang Bentuk, Bacon tampaknya


telah dikandung persatuan kodrat sederhana dalam hal analogi
alkimia. Misalnya, ia menyatakan bahwa ia yang tahu bentuk kuning,
berat, daktilitas, kepastian, fluiditas, solusi, dan sebagainya, dan
metode untuk superinducing mereka, dan gradasi dan mode mereka,
akan membuat perawatan untuk memiliki mereka bergabung bersama-
sama di beberapa tubuh, mana mungkin mengikuti asi Transform-
tubuh yang menjadi emas.

Bacon sendiri memberikan kontribusi pertanyaan ke dalam bentuk


panas, putih, tarik badan, berat badan, rasa, memori, dan "Roh
tertutup dalam tubuh yang nyata".

Bentuk Bacon adalah tidak bentuk Platonis atau penyebab resmi


Aristotelian. Sebaliknya, Bentuk seharusnya mengungkapkan mereka
hubungan antara sifat fisik yang memiliki kekuatan untuk
menghasilkan efek. Dalam hal Aristotelian, Bentuk Bacon mengacu
pada aspek material dan efisien sebab-akibat, serta ke aspect hanya

10
resmi.

Dalam banyak kasus (magnetisme dan "Roh tertutup dalam tubuh


yang nyata" pengecualian), Bacon ditentukan Bentuk segi konfigurasi
dan gerakan dari bagian-bagian yang tak terlihat dari tubuh. Dia
menerima prinsip atomist bahwa efek makroskopik yang harus
dijelaskan oleh interaksi submacroscopic. Tapi dia tidak menerima
posisi atomis 'yang dampak dan kekebalan adalah sifat dasar atom.
Bacon dikaitkan dengan bagian-bagian tubuh "pasukan" dan "simpati".
Selain itu, ia tidak menerima gagasan kekosongan terus menerus
melalui mana atom tersebar

Bacon menempatkan dua persyaratan pada Formulir: proposisi-


proposisi ini harus benar dalam setiap contoh, dan converses
proposisi ini harus benar serta * Form Bacon panas, misalnya,
menyatakan identitas dari "panas" dan "gerakan ekspansif cepat.
partikel kecil dari tubuh, yang partikel tertahan melarikan diri dari
permukaan tubuh ".Menurut Bacon, jika panas hadir, maka demikian
adalah gerak yang luas ini cepat, dan sebaliknya. Sebuah
konvertibilitas yang sama seharusnya berlaku untuk semua bentuk.

Bacon kadang-kadang berbicara tentang Bentuk sebagai "hukum".


Misalnya, dalam Buku dari Novum Organum, ia menulis bahwa

ketika saya berbicara tentang Bentuk, maksud saya tidak lebih dari
hukum-hukum dan penentuan aktualitas mutlak, yang mengatur dan
merupakan salah sifat sederhana, seperti panas, cahaya, berat badan,
dalam setiap jenis materi dan subjek yang rentan dari mereka. Jadi
Bentuk Panas atau Formulir Cahaya adalah hal yang sama seperti
Hukum Panas atau Hukum Light.

* These requirements correspond to Peter Ramus's Rules of Truth and


Wisdom, respectively*

jika diambil dari konteks, beberapa komentar Bacon tentang "hukum"


memiliki cincin modern. Tapi beberapa penekanan Bacon adalah non-
modern. Di tempat pertama, Bacon ditafsirkan hukum-hukum fisika
pada model keputusan ditegakkan oleh kekuasaan sipil. Di tempat

11
kedua, Bacon tidak tertarik dalam mengekspresikan hukum dalam
bentuk matematika. Dan di tempat ketiga, Bacon melihat alam
semesta sebagai kumpulan zat yang memiliki sifat dan kekuatan, dan
yang berdiri dalam hubungan satu sama lain. Dia tidak melihat alam
semesta sebagai fluks peristiwa yang terjadi dalam pola yang sah.
Dalam hal ini, metafisika Bacon masih Aristotelian.

Salah satu harus menyimpulkan bahwa pencarian Bacon untuk


Formulir masih sangat banyak dalam tradisi Aristotelian. John
Herschel sangat dibesar-besarkan kasus untuk orisinalitas teori Bacon
prosedur.

6. Bacon sebagai propagandis untuk Penelitian Ilmiah


Organized
Tapi jika ini semua ada untuk mengatakan tentang Bacon, akan sulit
untuk memahami mengapa ia adalah sosok kontroversial dalam
sejarah ilmu pengetahuan. Memang benar bahwa Bacon berusaha
untuk mereformasi metode ilmiah. Namun, ada lebih banyak visi
Bacon ilmu daripada-Nya yang disarankan "koreksi" dari teori
Aristoteles tentang prosedur.

Bacon diterima sebagai keharusan moral bahwa manusia adalah


untuk memulihkan ion domin- atas alam yang ia hilang pada musim
gugur. Dia berulang kali menekankan bahwa manusia harus
mengendalikan dan mengarahkan kekuatan alam sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup sesama manusia. Dengan demikian
penemuan Formulir hanya tujuan proksimat penyelidikan ilmiah. Satu
harus mendapatkan pengetahuan tentang Bentuk sebelum seseorang
dapat memaksa alam untuk melayani tujuan manusia. Tapi tujuan
akhir dari penyelidikan ilmiah adalah kekuasaan atas alam. penekanan
Bacon pada aplikasi praktis dari pengetahuan ilmiah berdiri di kontras
dengan posisi Aristoteles bahwa pengetahuan alam adalah tujuan itu
sendiri. Ini adalah penekanan pada pengendalian kekuatan alam yang
paling jelas menetapkan terpisah filsafat Bacon dari filsafat Aristoteles
ia berharap untuk menggulingkan.

12
Penekanan pada aplikasi praktis dari pengetahuan ilmiah
menyumbang banyak polemik berlebihan bermusuhan Bacon
terhadap Aristoteles. Farrington benar menunjukkan bahwa
permusuhan Bacon mencerminkan moral yang filsafat kemarahan-
Aristoteles tidak hanya tidak menyebabkan karya-karya baru untuk
manfaat umat manusia, tetapi juga telah menggagalkan mereka
beberapa upaya yang telah made.12 Sebaliknya, Bacon memuji
kemajuan yang telah dibuat dalam berbagai tradisi kerajinan, dan
mengutip penemuan percetakan, mesiu, dan kompas pelaut sebagai
Sebuah aspek penting dari visi baru Bacon ilmu adalah bahwa
pemulihan kekuasaan manusia atas alam hanya mungkin melalui
koperasi penyelidikan. Dalam pelayanan keyakinan ini, Bacon
meluncurkan berbagai upaya untuk memperkenalkan reformasi
administratif. Dia mengarahkan banding atas dukungan dari proyek
koperasi hampir secara eksklusif untuk mahkota dan menteri, bukan
untuk universitas, strategi yang mencerminkan nya perkiraan yang
sangat rendah kehidupan akademik kontemporer. Tapi dia tidak
berhasil. Visinya penyelidikan koperasi mencapai hasil hanya dalam
asi gener- berhasil, ketika Royal Society melakukan untuk
melaksanakan, tidak hanya sikap umum Bacon terhadap ilmu
pengetahuan, tetapi juga sejumlah proyek tertentu Bacon.

Aspek selanjutnya dari pandangan baru Bacon ilmu adalah perceraian


dilakukan antara ilmu pengetahuan di satu sisi, dan teleologi dan
teologi alam di sisi lain. Bacon dibatasi penyelidikan penyebab akhir
untuk aspek kehendak perilaku manusia, mengamati bahwa mencari
penyebab akhir dari fenomena fisik dan biologis menyebabkan
perselisihan verbal murni yang menghambat progress.13 ilmiah
pengecualian Bacon penyebab akhir dari ilmu alam mencerminkan
desakan bahwa ilmuwan menjadi lagi anak sebelum alam. Untuk
melihat alam melalui prisma adaptasi purposive, apakah ilahi
ditahbiskan atau tidak, adalah gagal untuk datang untuk mengatasi
dengan alam pada istilah sendiri. Keasyikan dengan pertanyaan

13
"untuk tujuan apa?" Membuat tidak mungkin penemuan Formulir dan
perbaikan berikutnya dari kondisi manusia.

14
BAB III. PEMBAHASAN

Francis Bacon (1561-1626) adalah anak dari Sir Nicholas Bacon salah
seorang pengawal Ratu Elizabeth I. Ia memasuki sekolah Trinity College
pada usia tiga belas tahun dan di sinilah ia mengembangkan sebuah
pemikiran antipati terhadap filsafat Aristoteles
Pada usia mudanya, Bacon telah mempelajari pemikiran Plato dan
Aristoteles di Trinity College Cambridge pada tahun 1573. Tahun 1576,
Bacon menyelesaikan sekolahnya dan langsung berkunjung ke Paris. Pada
tahun 1580, Bacon kembali ke London setelah mendapat kabar bahwa
ayahnya meninggal dunia. Untuk mengisi waktunya, Bacon bekerja sebagai
pengacara, dan pada tahun 1586 ia diangkat sebagai penasihat negara.
Setelah 11 tahun bekerja, Bacon dituduh oleh parlemen menerima suap dan
akhirnya dimasukan ke penjara pada tahun 1598. Selama dalam tahanan,
Bacon sangat aktif melakukan kajian intelektual dan eksperimen ilmiah.
Bacon menghabiskan waktunya di penjara kurang lebih selama lima tahun.
Hukuman ini diberikan oleh pemerintahan ratu Elizabeth I setelah
mempertahankan prinsip yang bertentangan dengan pihak kerajaan. Selama
di penjara ia juga dijauhkan dari kehidupan publik, namun akhirnya ia
mendapatkan remisi dari pihak kerajaan setelah beberapa waktu lamanya.
Bacon adalah seorang filosof yang berpengaruh pada zamannya. Menurut
para ilmuan, Bacon dianggap sebagai perintis perkembangan yang cukup
besar pada abad ke 17. Rintisannya terkait dengan keinginan Bacon untuk
meninggalkan ilmu pengetahuan lama dan mengusahakan ilmu yang baru.
Menurut pemikirannya, ilmu pengetahuan lama tidak sanggup memberikan
kemajuan, tidak dapat memberikan hasil-hasil yang bermanfaat serta tidak
dapat melahirkan hal-hal baru yang berfaedah bagi kehidupan umat manusia.
Bacon adalah seorang filosof yang sangat mencolok minatnya pada ilmu
pengetahuan. Bahkan dia dianggap sebagai perintis filsafat ilmu
pengetahuan. Ungkapan Bacon yang terkenal adalah Knowledge is Power
(pengetahuan adalah kuasa). Dia sangat berkeyakinan bahwa pengetahuan
adalah sumber kemenangan dan kemakmuran manusia di dunia ini. Dengan
pengetahuan, manusia dapat menciptakan Mesiu untuk memperoleh

15
kemenangan dalam perang. Dengan pengetahuan, manusia juga dapat
membuat Kompas yang bisa digunakan sebagai penunjuk arah dalam
mengarungi lautan atau membuat Mesin Cetak untuk mempercepat
penyebaran ilmu pengetahuan.
Melihat urgensinya ilmu pengetahuan, makanya manusia harus dapat
menguasainya. Untuk mendapatkan pengetahuan yang benar, seseorang
harus mengetahui terlebih dahulu hakikat dari pengetahuan itu sendiri.
Menurut Bacon, hakikat pengetahuan yang sebenarnya adalah pengetahuan
yang diterima orang melalui persentuhan indrawi dengan dunia fakta.
Persentuhan ini biasanya disebut pengalaman. Bacon berpendapat,
pengalaman dari hasil pengamatan yang bersifat partikular akan menemukan
pengetahuan yang benar, dan oleh karena itu ia yakin bahwa pengalaman
adalah sumber pengetahuan sejati.
Bacon berpendapat bahwa orang Yunani terlalu terpesona dengan masalah
etis, orang Romawi dengan soal hukum, dan orang pada Abad Pertengahan
dengan teologi. Menurut anggapan Bacon, mereka semua tidak memusatkan
diri pada ilmu pengetahuan. Misalnya saja pada Abad Pertengahan, ilmu
diperlakukan sebagai abdi setia teologi. Perlakuan itu dianggapnya keliru,
karena melalui ilmu itulah, manusia akan dapat memperlihatkan kemampuan
kodratinya. Atas dasar pemikiran tersebut, Bacon menyatakan Knowledge is
Power (pengetahuan adalah kuasa). Menurut pemahaman Bacon,
pengetahuan inderawi tidak dapat menguasai segalanya, namun
pengetahuan inderawi bersifat fungsional, dapat dipergunakan untuk
memajukan kehidupan manusia. Sedangkan kuasa dipahaminya sebagai
kuasa atas alam (natura non nisi parendo vincitur artinya alam hanya dapat
ditaklukkan dengan mematuhinya). Maksud Bacon, bahwa alam hanya bisa
dikuasai oleh pikiran kalau pikiran dapat mematuhinya dengan cara
memahami hukum-hukumnya, mempelajari sifat universalnya dan
perkecualiannya. dengan menaklukkan alam, Bacon sangat percaya umat
manusia dapat sejahtera melalui ilmu pengetahuannya.

A. KRITIK TERHADAP METODOLOGI ARISTOTELES

Teori induktif Bacon lahir sebagai jawaban atas kelemahan dari teori deduksi

16
yang sebelumnya sering dipakai oleh Arisototelian. Bacon, walaupun benar-
benar menerima teori prosedur ilmiah Aristoteles, di sisi lain ia mengkritik
tajam terhadap cara dari prosedur ini diambil. Dalam teori induktifnya Bacon
mempermasalahkan tiga indikasi: pertama, Aristoteles dan pengikutnya
mempraktekan koleksi data yang tidak kritis. Dalam hubungan ini Francis
Bacon sangat menekankan nilai dari peralatan (instruments) ilmiah dalam
pengumpulan data. Kedua, Aristotelian cenderung menjeneralisasikan
dengan terlalu terburu-buru. Dengan memberikan sedikit observasi-
observasi, mereka juga menggunakan prinsip-prinsip tersebut untuk
mendeduksi scope yang lebih sedikit. Ketiga, Aristoteles dan pengikutnya
memberlakukan induksi dengan penghitungan yang sederhana, yang mana
hubungan-hubungan dari sifat-sifat tersebut ditemukan untuk
mempertahankan beberapa individu-individu dari sebuah tipe yang diberikan,
dinyatakan sebagai pegangan bagi keseluruhan individu dengan tipe
tersebut. Namun, dalam praktiknya hal ini sering menghantarkan pada
kesimpulan-kesimpulan yang salah, di mana hal-hal yang negatif tidak
diambil sebagai catatan.
Menurut Bacon, selain dengan mudah menerima ide-ide dari yang terdahulu,
para ilmuan seharusnya menyelidiki alam dengan pengamatan yang penuh
kehati-hatian dan juga menyertainya denga percobaan-percobaan. Mereka
diharapkan mampu mengumpulkan bukti-bukti sebanyak mungkin tentang
fenomena yang sedang mereka pelajari, menggunakan eksperimen-
eksperimen manakala mungkin untuk menjeneralisasikan fakta-fakta
tambahan. Bagaimanapun juga, bukti-bukti tersebut juga harus dikumpulkan,
selanjutnya mereka diharuskan memegangnya dengan penuh kehati-hatian
dan memberikan kesimpulan-kesimpulan general dari bukti-bukti tertentu
(baca: penting).
Dinyatakan di sini eksperimen adalah sangat penting dalam proses
pengambilan kesimpulan dari sebuah kesimpulan suatu teori. Kritik Bacon
walau bagaimanapun bisa dibenarkan mengingat fakta yang dikumpulkan
sebagai bukti untuk melakukan generalisasi adalah sangat penting
keberadaannya, karena hal ini juga bisa meminimalisir kesalahan dari
kesimpulan yang diambil setelah proses percobaan.
Di sisi yang lainnya Bacon menyatakan bahwa sains tidak bisa melewati cara

17
deduksi karena sains harus di perhatikan bersama dengan inquiri yang murni
dan sederhana (mudah), inquiri tersebut tidak dibebani dengan praduga yang
diyakini. Bacon juga memegang teguh prinsip keilmuan bahwa sains harus
mulai pada gaya ini, selanjutnya harus mengembangkan metode inquiri yang
dapat diandalkan.

B. INDUKTIVISME FRANCIS BACON

Secara umum induksi dijelaskan sebagai proses berpikir di mana orang


berjalan dari yang kurang universal menuju yang lebih universal, atau secara
lebih ketat lagi dari yang individual/ partikular menuju ke yang umum/
universal. Induksi bisa mengantarkan manusia pada tingkatan inderawi dan
individual menuju ke tingkatan intelektual dan universal.
Dalam segala bentuknya yang lebih khusus induksi merupakan persoalan
generalisasi empiris, yakni kita berargumen bahwa karena sesuatu telah
terbukti benar dalam sejumlah kasus yang diamati, besar kemungkinan yang
diperoleh tidak bersifat pasti (kecuali dalam kasus-kasus khusus), tapi bisa
menjadi sangat besar kemungkinannya dan seluruh prediksi rasional kita
mengenai masa depan tergantung pada referensi ini. Pengambilan
kesimpulan dengan induksi sudah pasti tidak sekedar masalah empiris
karena kita menggunakannya untuk menyimpulkan apa yang belum kita
amati.
Merujuk pada pernyataan David Hume bahwa argumentasi yang bersifat
induktif bersandar pada suatu keaneka ragaman, kebiasaan dan
pengalaman, hal ini sesuai dengan apa yang menjadi stressing point Francis
Bacon dengan menekankan aspek eksperimen sebagai hal penting untuk
menaklukan alam dengan rahasianya (to torture nature for her secrets).
Dalam hal ini Bacon menyebutnya sebagai komposisi sejarah alamiah dan
eksperimental (the composition of a natural anda experimental history).
Menurutnya, eksperimen sangat penting karena jika kita dengan sederhana
mengamati tentang apa-apa yang terjadi di sekitar kita, maka kita dibatasi
dalam data-data yang kita kumpulkan; ketika kita menampilkan sebuah
percobaan kita mengendalikan keadaan pengamatan sejauh mungkin dan
memanipulasi keadaan dari percobaan untuk melihat apa yang terjadi dalam

18
lingkungan-lingkungan di mana hal sebaliknya tidak pernah terjadi.
Eksperimen memungkinkan kita untuk menanyakan apa yang terjadi jika
...?. Bacon menyatakan bahwa dengan mengadakan percobaan-percobaan
kita mampu menaklukan alam dan rahasianya. Satu hal yang terpenting
adalah bahwa banyak hal-hal yang terpelihara/ terjaga. Jadi, apa yang
orang-orang perlu pelajari dari alam ini ialah bagaimana menggunakannya
secara penuh untuk mendominasi dengan keseluruhan alam tersebut dan
juga atas orang lain.
Berdasarkan pemikirannya tersebut, Bacon merumuskan dasar-dasar
berpikir induktif modern. Menurutnya, metode induksi yang tepat adalah
induksi yang bertitik pangkal pada pemeriksaan yang diteliti dan telaten
mengenai data-data partikular, yang pada tahap selanjutnya rasio dapat
bergerak maju menuju penafsiran terhadap alam (interpretatio natura). Untuk
mencari dan menemukan kebenaran dengan metode induksi, Bacon
mengemukakan ada dua cara yang harus dilakukan, yaitu:

1). Rasio yang digunakan harus mengacu pada pengamatan inderawi yang
partikular, kemudian mengungkapnya secara umum.

2). Rasio yang berpangkal pada pengamatan inderawi yang partikular


digunakan untuk merumuskan ungkapan umum yang terdekat dan masih
dalam jangkauan pengamatan itu sendiri, kemudian secara bertahap
mengungkap yang lebih umum di luar pengamatan.

Dalam filsafat Whitehead induksi bukanlah proses menarik hukum-hukum


dari observasi yang diulang-ulang tetapi dengan cara membuat dugaan
tentang ayat-ayat masa depan yang didasarkan pada sifat-sifat masa lampau
dari benda-benda yang diobservasi. Maka hal ini melibatkan imajinasi dan
akal. Menurutnya, generalisasi ide harus sampai pada suatu sistem ide yang
koheren, logis dan niscaya.
Untuk menghindari penggunaan metode induksi yang keliru, Bacon
menyarankan agar menghindari empat macam idola atau rintangan dalam
berpikir, yaitu:

19
1). Idola tribus (bangsa) yaitu prasangka yang dihasilkan oleh pesona atas
keajekan tatanan alamiah sehingga seringkali orang tidak mampu
memandang alam secara obyektif. Idola ini menawan pikiran orang banyak,
sehingga menjadi prasangka yang kolektif.
2). Idola cave (cave/specus = gua), maksudnya pengalaman dan minat
pribadi kita sendiri mengarahkan cara kita melihat dunia, sehingga dunia
obyektif dikaburkan.
3). Idola fora (forum = pasar) adalah yang paling berbahaya. Acuannya
adalah pendapat orang yang diterimanya begitu saja sehingga mengarahkan
keyakinan dan penilaiannya yang tidak teruji.
4). Idola theatra (theatra = panggung). Dengan konsep ini, sistem filsafat
tradisional adalah kenyataan subyektif dari para filosofnya. Sistem ini
dipentaskan, lalu tamat seperti sebuah teater.
Selanjutnya adalah penting untuk memahami bahwa dalam pendekatan
Induktif Bacon, kita diminta untuk memulai dengan bagian-bagian yang bisa
diamati dan kemudian berpikir ke dalam pernyataan-pernyataan umum
ataupun hukum-hukum, bertolak belakang dengan pendekatan scholastik
Aristotelian, karena induksi tersebut menuntut verifikasi bagian-bagian
spesifik sebelum sebuah keputusan dibuat.

C. BENTUK ATAU FORM DARI FRANCIS BACON

KONSTRUKSI INDUKTIVISME BACON


1. Sumber dan Hakikat Pengetahuan
Terkait dengan sumber dan hakikat pengetahuan dalam perspektif
epistomologi Bacon, Kita bisa mengabstraksikan metode Bacon secara
simple dan sampai pada sebuah catatan sederhana tentang metode ilmiah.
Pada intinya, induktivisme Bacon berakar pada dua pilar; Observation dan
induction. Observasi yang dilakukan dalam memperoleh knowledge harus
diambil tanpa praduga (prejudice) atau pre-konsepsi (preconception). Ini
menegaskan pemikiran Bacon yang manisbikan pengetahuan akal yang telah
ada anggapan tanpa rasionalitas dan bahwa kita juga diwajibkan untuk

20
mencatat atau merekam hasil-hasil dari data-data pengalaman sensorik.
Bentuk apa yang dapat kita lihat, kita dengar dan kita cium, apakah hal
tersebut kita bisa dapatkan di dunia, atau pada lingkungan-lingkungan
(circumstances) dari percobaan-percobaan. Hasil-hasil dari pengamatan
diungkapkan dalam sesuatu yang dinamakan pernyataan observasi
(observation statments). Dari sebuah kesimpulan pengamatan tersebut bisa
digunakan sebagai landasan bagi hukum-hukum dan teori-teori ilmiah.

2. Alat Pengetahuan
Apa yang menjadi tools oleh Bacon dalam menyusun ataupun memperoleh
pengetahuan adalah dengan memfungsikan sarana panca indera manusia.
Pengalaman melalui penglihatan, penciuman, dan merasakan bisa mampu
menghantarkan manusia pada sebuah proses pencapaian pengetahuan.dan
tentunya ini dilakukan dengan melibatkan akal. Pada sebuah kesimpulan di
sini, penulis dapat melihat tiga susunan cara dalam memperoleh
pengetahuan melalui epistomologi Bacon: indera, digunakan untuk
menangkap fenomena-fenomena realitas yang selanjutnya diobservasi
secara terus menerus dan berkelanjutan. Selanjutnya data ini dipersepsikan
oleh akal melalui sebuah kesimpulan yang terikat pada fenomena
pengamatan.
Pada akhir tahapan ini Bacon menciptakan sebuah teori epistomologi
induktivisme sebagai kesimpulan dari observasi tersebut. Teori Induksi ini,
dalam pengertian luas hanyalah merupakan suatu bentuk pemikiran
(reasoning) yang bukan deduktif cenderung menentang dan attacking - tapi
dalam pengertian lebih sempit di mana Bacon gunakan, adalah suatu bentuk
dari pemikiran di mana kita menjeneralisasikan dari sebuah keseluruhan
pengamatan terhadap kumpulan bagian-bagian penting untuk sebuah
kesimpulan umum. Karena induksi sendiri memiliki beberapa sifat yang tidak
boleh dihilangkan atau diabaikan.

Diantara sifat-sifat yang tidak boleh diabaikan tersebut adalah:


1. Bukan subjektivitas, sampai menjadi tergantung dari perasaan dan
keinginan pribadi, melainkan mengenal objek dalam dirinya sendiri.
2. Bukan pragmatis, sampai mencari untung atau kegunaan praktis tetapi

21
melihat objek apa adanya.
3. Bukan abstrak, sampai terjadi hal konkret dan individual tigak digubril lagi,
tetapi justru situasi dan lingkungan konkret dipahami.

3. Teori dan Pengujian Kebenaran Pengetahuan


Secara garis besar induktivisme Bacon jelas sekali menentang Deduktivisme
Aristoteles Namun demikian, Induksi Bacon sendiri juga memiliki kelemahan
sebagaimana halnya deduksi Aristoteles. Antara lain bahwa Metode induksi
yang diprakarsai Bacon untuk memperoleh ilmu pengetahuan berdasarkan
dari hasil pengamatan, pemikiran dan uji coba yang dilakukannya. Problem
yang seringkali dipermasalahkan adalah ketidakmampuannya mewujudkan
kemajuan ilmu pengetahuan dari metode induksi yang digunakannya, sebab
dia hanya tahu tentang apa yang telah dicapai orang pada zamannya saja.
Selain itu, metode yang digunakannya tersebut masih memperlihatkan hal-
hal yang bertentangan, misalnya penolakan terhadap prasangka, tetapi di
lain waktu ia menggunakan prasangka untuk menemukan pengetahuan.

Di samping itu penalaran induktif yang digunakan pada empirisme dan


induktivisme bukan merupakan prediksi yang benar-benar akurat. Induktif
bisa dihasilkan karena pengulangan-pengulangan secara terus menerus.
Tetapi berapa pun banyaknya observasi/pengamatan, tetap saja generalisasi
yang didapat sukar dibuktikan atau salah.

Misalkan seekor ayam diberi makan oleh pemiliknya sedemikian sehingga


ayam tersebut setiap kali pemiliknya mendekat selalu tahu bahwa saat itulah
ia akan disuguhi makanan yang akan mengenyangkan dirinya. Dengan
demikian ayam (secara instingtif atau behavioristis) memiliki pengetahuan
atas suguhan makanan yang akan dimakan lewat kasus pembiasaan yang
diulang ulang. Ayam sampai pada kesimpulan bahwa majikan datang sama
dengan makanan datang. Ini merupakan kesimpulan umumnya. Namun
suatu ketika majikan datang dan sang ayampun mendekat. Bukan makanan
yang di dapat oleh sang ayam tapi tebasan pisau yang meneteskan darah
dilehernya. Majikan datang sama dengan maut. Dengan demikian
kesimpulan umum bahwa majikan datang sama dengan makanan menjadi

22
sebuah pengetahuan yang salah dan menjerumuskan sang ayam itu sendiri.
Kiranya kita bisa melengkapi kekritisan gaya induktif lebih lengkap lagi
dengan memasukan beberapa konstruksi catatan yang disarankan oleh Karl
Popper, di antaranya adalah sebagai berikut:

1.Tersusun atas sebuah eksposisi yang jelas tentang suatu permasalahan.


2. Survei yang terperinci atas dasar hipotesis-hipotesis yang relevan.
3. Pernyataan spesifik dari hipotesis.
4. Deskripsi tentang eksperimen beserta hasil-hasilnya.

Sebuah evaluasi; apakah situasi permasalahan telah mengalami perubahan


atau tidak.
Sisi lain yang perlu dikritisi seperti keyakinannya pada metode induksinya,
bahwa metode yang digunakannya sangat berbeda dengan metode induksi
sebelumnya yang hanya mempergunakan kelompok yang tujuan rujukannya
sudah terbatas dan mudah dicapai. Bacon mengklaim bahwa metode
induksinya yang baru melampaui metode induksi yang lalu, sebab
metodenya menuju kepada generalisasi semua hal, tidak hanya kepada
beberapa ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu golongan yang
terbatas saja.
Penalaran induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa
khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu
kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Berkebalikan
dengan penalaran deduktif. Untuk turun ke lapangan dan melakukan
penelitian tidak harus memiliki konsep yang canggih tetapi cukup mengamati
lapangan dan dari pengamatan lapangan tersebut dapat ditarik generalisasi
dari suatu gejala. Dalam konteks ini, teori bukanlah syarat mutlak tetapi
kecermatan dalam menangkap gejala dan memahami gejala merupakan
kunci sukses untuk dapat melakukan generalisasi.
Penalaran deduktif adalah suatu prosedur yang berpangkal pada suatu
peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan
berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih
khusus. Sedangkan penalaran induktif merupakan prosedur yang berpangkal
dari peristiwa khusus dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan

23
baru yang bersifat umum.
Namun demikian apabila dengan cermat kita memperhatikan dan memahami
kedua jenis metode penalaran ini, deduktif dan induktif, keduanya tidak
terlepas dari berbagai kritik. Hal ini menunjukkan bahwa baik penalaran
deduktif maupun induktif mengandung titik-titik lemah yang dapat kita anggap
sebagai keterbatasan dari keduanya.

24
BAB IV: KESIMPULAN

Induktivisme telah mampu menjawab keterbatasan metode berpikir deduksi


Aristotelian. Kritik-kritiknya mampu menyajikan berbagai pengetahuan baru
yang didasarkan pada empirisme-eksperimental. Karena sifatnya kritikan,
maka induktivisme Bacon itu sendiri memiliki beberapa kelemahan, hal ini
tidak lepas dari sifat kebenaran ilmu pengetahuan yang tidak bisa dicapai
dengan mutlak. Sifat ilmu pengetahuan hanya mampu mengantarkan the
thinkers menuju mendekati kepada kebenaran itu sendiri. Ini sesuai dengan
pernyataan E. M. Foster yaitu i do not believe in Belief. Dalam pengertian
penulis di sini bahwa tidaklah semua yang dipercayai dalam sebuah
keyakinan harus dipercayai bagi orang lain pula. Praktisnya, kita senantiasa
diharapkan untuk saling menghargai view ilmu pengetahuan dengan tanpa
mengabaikan landasan kritis. Dengan demikian akan tercipta dinamika
keilmuan yang harmoni dan dinamis.
Sikap tertutup hanya akan membentuk manusia gua sepanjang jalannya
waktu, maka dari itu perlu kita membuka wilayah ilmu pengetahuan dengan
tetap menjaga nilai-nilai harmoni. Induktivitas bukan hanya satu-satunya
metode reasoning yang bisa dibenarkan. Bagaimanapun ia tetap memiliki
kelemahan-kelemahan (weakness) yang bisa ditutupi dengan metode berpikir
lainnya. Pada akhirnya adalah sebuah tuntutan bagi kita untuk bisa
mensinergikan semuanya dalam segala ranah ilmu pengetahuan; agama,
sosial, pendidikan dan lain sebagainya.
induktivisme tidak dimaksudkan untuk menimbulkan keraguan tentang
peranan induksi dalam pembentukan pengetahuan melalui metode ilmiah.
Kritik ini haruslah dipandang sebagai acuan dalam mencari solusi alternatif
mengatasi kelemahan-kelemahan dalam induksi. Penggunaan pancaindera
yang memiliki keterbatasan harus dibantu dengan teknologi yang sempurna
untuk menyempurnakan pengamatan. Metode-metode eksperimen yang
dijalankan harus ditetapkan secara benar sehingga bias karena keterbatasan
pengamatan manusia dapat diminimalisasikan.
Francis Bacon dengan menekankan aspek eksperimen sebagai hal penting

25
untuk menaklukan alam dengan rahasianya (to torture nature for her secrets).
Dalam hal ini Bacon menyebutnya sebagai komposisi sejarah alamiah dan
eksperimental (the composition of a natural anda experimental history).
Menurutnya, eksperimen sangat penting karena jika kita dengan sederhana
mengamati tentang apa-apa yang terjadi di sekitar kita, maka kita dibatasi
dalam data-data yang kita kumpulkan, ketika kita menampilkan sebuah
percobaan kita mengendalikan keadaan pengamatan sejauh mungkin dan
memanipulasi keadaan dari percobaan untuk melihat apa yang terjadi dalam
lingkungan-lingkungan di mana hal sebaliknya tidak pernah terjadi.
Pengalaman-pengalaman yang dibangun sebagai dasar kebenaran juga
harus didukung dengan teori-teori yang relevan. Bergantung pada
pengalaman pribadi saja bisa menimbulkan subyektivitas yang tinggi. Oleh
sebab itu kajian terhadap pengetahuan-pengetahuan yang sudah ada
sebelumnya harus dilakukan sehingga kebenaran yang ingin didapatkan
memiliki sifat obyektivitas yang tinggi. Pengetahuan tidak semata-mata mulai
dari pengalaman saja, tetapi ia harus menjelaskan dirinya dengan
pengalaman-pengalaman itu.
Kritik terhadap induksi perlu juga dipahami sebagai kritik terhadap ilmu
pengetahuan. Dengan adanya keterbatasan dalam induksi sebagai salah
satu prosedur dari metode ilmiah, memberi gambaran kepada kita bahwa
kebenaran dalam ilmu pengetahuan bukanlah satu-satunya kebenaran yang
ada. Tetapi sebagai ilmuwan, kita harus dengan rendah hati mengakui bahwa
di luar ilmu pengetahuan masih terdapat kebenaran lain.

26
DAFTAR PUSTAKA

John Losee, A Historical Introduction to the Philosophy of


Science, (New York: Oxford University, 2001)

27

Anda mungkin juga menyukai