Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Energi adalah salah satu kebutuhan dasar manusia yang tak terelakkan dalam kehidupan
sehari-hari. Namun, kebutuhan akan energi ini sering kali dipenuhi oleh bahan bakar fosil
yang tidak ramah lingkungan dan memiliki dampak negatif terhadap lingkungan. Oleh karena
itu, upaya untuk mencari sumber energi alternatif yang bersih dan berkelanjutan menjadi
sangat penting.

Sel surya merupakan salah satu teknologi yang memiliki potensi besar dalam menyediakan
energi bersih dan terbarukan. Efisiensi dan ketersediaan energi dari sel surya sangat
bergantung pada material yang digunakan dan teknologi produksinya. Saat ini, teknologi sel
surya masih menghadapi beberapa tantangan, seperti efisiensi konversi yang masih belum
maksimal, biaya produksi yang tinggi, dan keterbatasan dalam integrasi dengan infrastruktur
energi yang ada.

Untuk mengatasi tantangan ini, pengembangan material dan teknologi dalam pembuatan sel
surya menjadi sangat penting. Berbagai penelitian dan inovasi terus dilakukan untuk
meningkatkan efisiensi, menurunkan biaya produksi, dan meningkatkan daya tahan serta
fleksibilitas sel surya.Dalam konteks ini, makalah ini akan membahas penggunaan material
dan teknologi dalam pembuatan sel surya. Makalah ini akan mengulas berbagai jenis material
yang digunakan dalam sel surya, teknologi produksi yang terkait,serta perkembangan terbaru
dalam pengembangan sel surya.

1.2 Rumusan Masalah


Agar memudahkan pembahasan bagi permasalahan dibuat pertanyaan sebagai berikut:
1. Apa itu sel surya ?
2. Apa saja material untuk sel surya ?
3. Apa saja teknologi untuk produksi sel surya ?
4. Bagaimana cara kerja sel surya ?
5. Apa saja tantangan dalam pengembangan sel surya ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui apa itu sel surya
2. Mengetahui material untuk sel surya
3. Mengetahui teknologi untuk produksi sel surya
4. Mengetahui cara kerja sel surya
5. Mengetahui tantangan dalam pengembangan sel surya
BAB II
ISI

2.1 PENGERTIAN SEL SURYA


Pengertian Sel Surya atau Solar Cell adalah suatu perangkat atau komponen yang dapat
mengubah energi cahaya matahari menjadi energi listrik dengan menggunakan prinsip efek
Photovoltaic. Yang dimaksud dengan Efek Photovoltaic adalah suatu fenomena dimana
munculnya tegangan listrik karena adanya hubungan atau kontak dua elektroda yang
dihubungkan dengan sistem padatan atau cairan saat mendapatkan energi cahaya. Oleh
karena itu, Sel Surya atau Solar Cell sering disebut juga dengan Sel Photovoltaic (PV). Efek
Photovoltaic ini ditemukan oleh Henri Becquerel pada tahun 1839.

Arus listrik timbul karena adanya energi foton cahaya matahari yang diterimanya berhasil
membebaskan elektron-elektron dalam sambungan semikonduktor tipe N dan tipe P untuk
mengalir. Sama seperti Dioda Foto (Photodiode), Sel Surya atau Solar Cell ini juga memiliki
kaki Positif dan kaki Negatif yang terhubung ke rangkaian atau perangkat yang memerlukan
sumber listrik.Pada dasarnya, Sel Surya merupakan Dioda Foto (Photodiode) yang memiliki
permukaan yang sangat besar. Permukaan luas Sel Surya tersebut menjadikan perangkat Sel
Surya ini lebih sensitif terhadap cahaya yang masuk dan menghasilkan Tegangan dan Arus
yang lebih kuat dari Dioda Foto pada umumnya.

Saat ini, telah banyak yang mengaplikasikan perangkat Sel Surya ini ke berbagai macam
penggunaan. Mulai dari sumber listrik untuk Kalkulator, Mainan, Lampu Penerangan, Pompa
Air, pengisi baterai hingga ke Pembangkit Listrik dan bahkan sebagai sumber listrik untuk
menggerakan Satelit yang mengorbit Bumi kita.

2.2 MATERIAL UNTUK PEMBUATAN SEL SURYA


Material yang digunakan dalam pembuatan sel surya memiliki peran kunci dalam
menentukan efisiensi dan ketersediaan energi dari sel surya. Berikut adalah penjelasan
mengenai beberapa material yang umum digunakan dalam pembuatan sel surya:
1. Silikon
Silikon adalah material semikonduktor yang paling umum digunakan dalam
pembuatan sel surya. Ini karena silikon memiliki sifat-sifat yang membuatnya ideal
untuk menangkap dan mengubah energi matahari menjadi energi listrik.Terdapat dua
tipe utama silikon yang digunakan dalam sel surya, yaitu silikon amorf (a-Si) dan
silikon kristalin (c-Si).
● Silikon amorf (a-Si)
Silikon amorf memiliki struktur yang tidak teratur, di mana atom-atom silikon
tidak teratur dalam jaringan kristal. Hal ini membuatnya lebih fleksibel dan
mudah diproses daripada silikon kristalin.
Silikon amorf dapat dibuat melalui proses deposisi uap kimia (CVD) atau
deposisi uap fasa tertinggal (PVD) di mana lapisan tipis silikon amorf
dideposisikan pada substrat.

Sel surya berbasis silikon amorf memiliki efisiensi konversi energi yang lebih
rendah dibandingkan dengan sel surya kristalin, biasanya berkisar antara 5-
10%. Namun,teknologi pengembangan terbaru telah meningkatkan efisiensi a-
Si menjadi sekitar 13-14%.

Silikon amorf memiliki ketahanan yang baik terhadap degradasi akibat


paparan lingkungan, membuatnya cocok untuk aplikasi yang membutuhkan
kestabilan jangka panjang.
● Silikon kristalin (c-Si)
Silikon kristalin memiliki struktur kristal yang teratur, di mana atom-atom
silikon tersusun dalam pola yang teratur. Struktur ini memungkinkan elektron
untuk bergerak lebih mudah dalam bahan, meningkatkan efisiensi sel surya.

Sel surya berbasis silikon kristalin memiliki efisiensi konversi energi yang
tinggi, mencapai lebih dari 20% untuk sel surya komersial. Efisiensi ini dapat
mencapai lebih dari 25% untuk sel surya yang dikembangkan untuk aplikasi
khusus.

Silikon kristalin diproduksi dengan melebur silikon mentah dan kemudian


mengkristalnya kembali. Wafer silikon kristalin kemudian diproses lebih
lanjut untuk membuat sel surya.

Silikon kristalin adalah material yang paling umum digunakan dalam


pembuatan sel surya komersial karena efisiensi konversi energinya yang tinggi
dan daya tahan yang baik terhadap lingkungan.

2. Perovskit
Perovskit adalah jenis material kristalin dengan struktur kristal yang unik dan
memiliki potensi besar dalam aplikasi sel surya. Perovskit memiliki rumus kimia
ABX3, di mana atom A adalah kation besar (biasanya logam seperti Pb atau Sn), atom
B adalah kation kecil (biasanya logam seperti Ti atau Ni), dan atom X adalah anion
(biasanya O).

Perovskit memiliki efisiensi konversi energi yang tinggi, mencapai lebih dari 25%
dalam penelitian laboratorium. Hal ini menjadikannya salah satu kandidat potensial
untuk menggantikan silikon kristalin sebagai material utama dalam sel surya.

Perovskit dapat dibuat dengan relatif mudah dan murah menggunakan metode sol-gel
atau spin coating, yang memungkinkan produksi sel surya perovskit dalam skala besar
dengan biaya produksi yang lebih rendah.
Struktur perovskit dapat disesuaikan dengan mudah dengan mengganti unsur-unsur
dalam rumus kimianya. Hal ini memungkinkan penyesuaian struktur perovskit untuk
meningkatkan efisiensi dan kinerja sel surya.

Meskipun memiliki potensi besar, perovskit juga memiliki beberapa keterbatasan,


seperti stabilitas terhadap lingkungan yang buruk dan sensitivitas terhadap
kelembaban dan panas. Penelitian terus dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah
ini dan meningkatkan stabilitas dan daya tahan sel surya perovskit.

3. Cadmium Telluride
Cadmium Telluride (CdTe) adalah salah satu jenis material yang digunakan dalam sel
surya film tipis. CdTe memiliki sifat-sifat yang membuatnya menjadi pilihan yang
populer dalam pembuatan sel surya, terutama karena biaya produksinya yang relatif
rendah dan efisiensi konversi energinya yang baik.

CdTe memiliki struktur kristal kubik dengan atom kadmium (Cd) di pusat dan atom
tellurium (Te) membentuk kisi kristal di sekitarnya. Struktur ini memungkinkan
elektron untuk bergerak dengan mudah dalam bahan, meningkatkan efisiensi konversi
energi sel surya.

Sel surya berbasis CdTe memiliki efisiensi konversi energi yang baik, mencapai lebih
dari 22% dalam penelitian laboratorium dan sekitar 20% untuk sel surya komersial.
Efisiensi ini cukup tinggi untuk teknologi film tipis dan dapat bersaing dengan sel
surya kristalin.

CdTe memiliki ketahanan yang baik terhadap lingkungan dan degradasi, sehingga sel
surya berbasis CdTe memiliki umur pakai yang panjang dan memerlukan sedikit
perawatan.

CdTe mengandung kadmium, yang merupakan logam beracun. Namun, CdTe dalam
bentuk sel surya dianggap aman karena kadmiumnya terkunci dalam struktur kristal
dan tidak terlepas ke lingkungan kecuali dalam kondisi ekstrem seperti pembakaran.

4. Organik
Sel surya organik menggunakan material organik atau polimer sebagai bahan
aktifnya. Material organik biasanya terdiri dari molekul-molekul yang mengandung
karbon, hidrogen, dan elemen-elemen lain seperti nitrogen, oksigen, dan sulfur.

Sel surya organik terdiri dari lapisan bahan aktif organik yang menangkap energi
cahaya matahari dan menghasilkan arus listrik. Bahan aktif ini biasanya merupakan
campuran dari polimer konduktif dan molekul organik fotosensitif.Sel surya organik
dapat dibuat dengan metode pencetakan atau pengendapan larutan, yang
memungkinkan produksi sel surya dengan biaya yang relatif rendah dan dalam jumlah
besar.
Meskipun efisiensi konversi energi sel surya organik masih lebih rendah
dibandingkan dengan sel surya inorganik seperti silikon kristalin, teknologi ini terus
mengalami peningkatan. Efisiensi sel surya organik saat ini mencapai sekitar 15-20%.

Salah satu keunggulan sel surya organik adalah fleksibilitasnya. Mereka dapat dibuat
dalam berbagai bentuk dan ukuran, sehingga cocok untuk aplikasi-aplikasi yang
membutuhkan panel surya yang fleksibel.

Salah satu keterbatasan sel surya organik adalah umur pakainya yang lebih pendek
dibandingkan dengan sel surya inorganik. Mereka juga lebih rentan terhadap
degradasi oleh cahaya matahari dan lingkungan.

5. Copper Indium Gallium Selenide (CIGS)


adalah material semikonduktor yang digunakan dalam sel surya film tipis. CIGS
memiliki sifat-sifat yang membuatnya menjadi alternatif yang menarik dalam
pembuatan sel surya, terutama karena efisiensi konversi energinya yang tinggi dan
kemampuannya untuk diproduksi dalam film tipis.

CIGS terdiri dari campuran atom tembaga (Cu), indium (In), gallium (Ga), dan
selenium (Se). Struktur kristal CIGS adalah chalcopyrite, yang memiliki sifat
semikonduktor yang baik untuk menangkap energi matahari.

Sel surya berbasis CIGS memiliki efisiensi konversi energi yang tinggi, mencapai
lebih dari 20% dalam penelitian laboratorium dan sekitar 18-22% untuk sel surya
komersial. Efisiensi ini menjadikannya salah satu teknologi film tipis dengan efisiensi
tertinggi.

CIGS dapat dibuat dengan metode deposisi uap kimia atau deposisi fisik fase uap.
Proses produksinya lebih kompleks daripada sel surya organik atau CdTe, tetapi
memungkinkan produksi sel surya dalam film tipis yang relatif mudah dan murah.Sel
surya berbasis CIGS memiliki umur pakai yang panjang dan ketahanan yang baik
terhadap lingkungan, sehingga memerlukan sedikit perawatan selama masa pakainya.

6. Quantum dots (QDs)


adalah struktur semikonduktor nano yang terdiri dari beberapa lapisan atom yang
terkandung dalam kristal kecil. Mereka memiliki sifat optik yang unik karena ukuran
mereka sangat kecil, hanya beberapa nanometer. Quantum dots digunakan dalam
berbagai aplikasi, termasuk di dalam sel surya untuk meningkatkan efisiensi konversi
energi.

Quantum dots terdiri dari material semikonduktor seperti kadmium sulfida (CdS),
kadmium selenida (CdSe), atau lead sulfida (PbS) yang dikemas dalam struktur kristal
yang sangat kecil. Ukuran quantum dots ini biasanya hanya beberapa nanometer, yang
membuatnya memiliki sifat-sifat kuantum yang berbeda dari bahan bulk.
Quantum dots memiliki sifat optik yang unik karena ukuran mereka yang sangat kecil.
Mereka dapat menangkap dan mengkonversi energi cahaya dengan efisiensi yang
tinggi, dan juga memiliki spektrum penyerapan yang dapat disesuaikan dengan
mengubah ukuran quantum dots.

Dalam sel surya, quantum dots digunakan untuk meningkatkan efisiensi konversi
energi dengan memperluas spektrum penyerapan sel surya. Mereka dapat menangkap
cahaya matahari pada rentang spektrum yang lebih luas, termasuk bagian-bagian dari
spektrum yang tidak dapat ditangkap oleh bahan semikonduktor konvensional seperti
silikon.

Quantum dots dapat diproduksi dengan berbagai metode, termasuk sintesis kimia dan
teknik pencitraan molekuler. Metode sintesis kimia biasanya melibatkan reaksi kimia
antara prekursor logam dengan ligand organik untuk membentuk quantum dots dalam
larutan.

2.3 TEKNOLOGI UNTUK PRODUKSI SEL SURYA


1. Teknologi Czochralski (Cz)
Adalah metode utama yang digunakan dalam produksi wafer kristalin untuk sel surya
kristalin. Metode ini dinamai dari penemuannya oleh Jan Czochralski pada tahun
1916.
Teknologi Czochralski memungkinkan produksi wafer kristalin dengan tingkat
kemurnian yang tinggi dan struktur kristal yang seragam. Wafer kristalin ini
kemudian dapat digunakan sebagai substrat untuk pembuatan sel surya kristalin.
Meskipun proses produksi ini membutuhkan energi yang cukup besar dan prosesnya
relatif lambat, teknologi Czochralski tetap menjadi metode utama dalam industri sel
surya kristalin karena kemampuannya menghasilkan wafer dengan kualitas yang
tinggi.
2. Teknologi Float Zone (FZ)
adalah metode lain yang digunakan dalam produksi wafer kristalin untuk sel surya
kristalin. Metode ini melibatkan meleburkan silikon dan memanipulasinya secara
elektromagnetik untuk menghasilkan wafer kristalin dengan kemurnian yang tinggi.

Teknologi Float Zone memiliki beberapa keunggulan, termasuk kemampuannya


untuk menghasilkan wafer dengan kemurnian yang sangat tinggi dan struktur kristal
yang seragam. Namun, proses produksi dengan teknologi Float Zone cenderung lebih
lambat dan membutuhkan energi yang lebih besar dibandingkan dengan teknologi
Czochralski. Meskipun demikian, teknologi Float Zone tetap menjadi pilihan yang
penting dalam industri sel surya kristalin karena kemampuannya menghasilkan wafer
dengan kualitas yang sangat baik.
3. Deposisi Uap Kimia (CVD)
CVD digunakan untuk menumbuhkan lapisan tipis material semikonduktor seperti
cadmium telluride (CdTe) atau copper indium gallium selenide (CIGS) pada substrat.
Proses CVD melibatkan reaksi kimia dari gas-gas tertentu di dalam ruang vakum atau
atmosfer terkendali.
4. Deposisi Uap Fasa Tertinggal (PVD)
PVD adalah metode di mana material disiapkan dalam bentuk uap dan kemudian
diarahkan ke substrat untuk menumbuhkan lapisan tipis. Teknologi ini sering
digunakan dalam pembuatan lapisan tipis logam atau oksida yang menjadi bagian dari
sel surya film tipis.
5. Deposisi Sputtering
Metode ini melibatkan penggunaan plasma untuk menghasilkan lapisan tipis material
pada substrat. Sputtering sering digunakan dalam pembuatan sel surya CIGS dan
menghasilkan lapisan dengan ketebalan yang dapat dikendalikan dengan baik.
6. Teknologi spin-coating
adalah salah satu metode yang digunakan dalam pembuatan sel surya untuk
mengaplikasikan lapisan tipis larutan semikonduktor pada substrat. Proses ini
melibatkan penyebaran larutan semikonduktor pada substrat yang diputar dengan
kecepatan tinggi, sehingga lapisan tipis larutan terbentuk secara merata di atas
substrat.
Teknologi spin-coating adalah salah satu metode yang cepat dan relatif murah untuk
menghasilkan lapisan tipis material semikonduktor dalam pembuatan sel surya.
Namun, kontrol ketebalan lapisan dan distribusi film sering menjadi tantangan dalam
penggunaan teknologi ini.
7. Metode pencetakan atau pengendapan larutan bahan aktif organik
adalah salah satu teknik yang digunakan dalam pembuatan sel surya organik. Teknik
ini melibatkan aplikasi lapisan tipis bahan aktif organik pada substrat untuk
menghasilkan sel surya.
Metode pencetakan atau pengendapan larutan bahan aktif organik memiliki
keuntungan dalam biaya produksi dan fleksibilitas desain, karena teknik ini
memungkinkan produksi sel surya dengan berbagai bentuk dan ukuran. Namun,
kontrol ketebalan lapisan dan distribusi film dapat menjadi tantangan dalam
penggunaan metode ini.
8. Metode Sintesis kimia
Metode sintesis kimia adalah proses pembuatan senyawa kimia kompleks dari bahan
kimia sederhana melalui serangkaian reaksi kimia. Proses ini dapat dilakukan untuk
menghasilkan material seperti quantum dots, perovskit, atau bahan aktif lainnya yang
digunakan dalam teknologi sel surya. Metode ini melibatkan pemilihan bahan baku
yang tepat, pemilihan reagen kimia, kontrol suhu, tekanan, dan waktu reaksi, serta
pemisahan dan pemurnian produk akhir.
Dalam konteks pembuatan sel surya, metode sintesis kimia digunakan untuk membuat
bahan aktif seperti perovskit atau quantum dots.
9. Pencitraan Molekuler
Pencitraan molekuler adalah teknik yang digunakan untuk melihat struktur dan
perilaku molekul dalam berbagai kondisi. Teknik ini sangat berguna dalam
memahami sifat dan interaksi molekuler yang terlibat dalam proses sintesis kimia.
Pencitraan molekuler dapat dilakukan dengan menggunakan mikroskop atau peralatan
lain yang memungkinkan observasi molekul secara langsung atau dengan
menggunakan sifat fisika atau kimia yang spesifik dari molekul tersebut.
teknik pencitraan molekuler dapat digunakan untuk memahami struktur dan sifat
material tersebut.

2.4 CARA KERJA SEL SURYA


Sel surya bekerja dengan mengubah energi matahari menjadi listrik secara langsung melalui
proses fotovoltaik. Proses ini terjadi di dalam bahan semikonduktor sel surya. Berikut adalah
cara kerja sel surya :
1. Absorpsi Cahaya: Ketika sinar matahari jatuh pada sel surya, foton (partikel cahaya)
diserap oleh material semikonduktor di dalam sel surya. Foton ini memberikan energi
pada elektron di dalam material, sehingga elektron menjadi terexcite dan meloncat ke
tingkat energi yang lebih tinggi, meninggalkan lubang elektron di tempatnya.
2. Pemisahan Elektron dan Lubang: Struktur semikonduktor dalam sel surya membantu
memisahkan elektron dan lubang elektron. Elektron yang terexcite bergerak ke
elektroda negatif (anoda), sedangkan lubang elektron bergerak ke elektroda positif
(katoda). Proses ini menghasilkan arus listrik.
3. Arus Listrik: Elektron yang bergerak ke elektroda negatif membentuk arus listrik
dalam sirkuit eksternal, sedangkan lubang elektron yang bergerak ke elektroda positif
juga berkontribusi pada arus listrik. Arus listrik ini dapat digunakan untuk mensuplai
daya ke perangkat listrik.
4. Siklus Kembali: Setelah elektron dan lubang elektron bergerak ke elektroda mereka
masing-masing, mereka kembali ke dalam sel surya melalui sirkuit internal, dan siklus
ini terus berulang selama cahaya matahari tersedia.
Prinsip dasar inilah yang menjadi dasar bagi teknologi sel surya untuk menghasilkan listrik
dari energi matahari. Dengan peningkatan efisiensi dan penurunan biaya produksi, sel surya
semakin banyak digunakan sebagai sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan.

2.5 TANTANGAN DALAM PENGEMBANGAN SEL SURYA


Pengembangan sel surya menghadapi beberapa tantangan utama yang perlu diatasi untuk
meningkatkan efisiensi, daya tahan, dan biaya produksi. Beberapa tantangan utama tersebut
meliputi:
● Efisiensi: Salah satu tantangan utama dalam pengembangan sel surya adalah
meningkatkan efisiensi konversi energi matahari menjadi listrik. Meskipun efisiensi
sel surya terus meningkat, masih ada potensi untuk meningkatkan efisiensi dengan
mengembangkan material baru dan desain sel surya yang lebih efisien.
● Biaya Produksi: Biaya produksi sel surya masih relatif tinggi dibandingkan dengan
sumber energi lainnya. Pengembangan teknologi produksi yang lebih efisien dan
bahan baku yang lebih murah dapat membantu menurunkan biaya produksi sel surya.
● Daya Tahan dan Umur Pakai: Sel surya perlu memiliki daya tahan dan umur pakai
yang cukup lama untuk dapat digunakan secara efektif dalam aplikasi praktis.
Tantangan ini termasuk mengurangi degradasi sel surya dari paparan sinar matahari
dan lingkungan eksternal lainnya.
● Skalabilitas: Sel surya harus dapat diproduksi dalam jumlah besar dan dapat
diintegrasikan ke dalam sistem energi yang lebih besar. Pengembangan proses
produksi yang dapat diskalakan dan teknologi penyimpanan energi yang efisien
sangat penting untuk mencapai tujuan ini.
● Material Alternatif: Sebagian besar sel surya saat ini menggunakan material
semikonduktor yang langka atau mahal seperti silikon kristalin. Pengembangan
material alternatif yang lebih murah dan mudah didapat dapat membantu mengurangi
ketergantungan pada material langka.
● Efisiensi Penggunaan Lahan: Sel surya memerlukan lahan yang luas untuk
penggunaan komersial dalam jumlah besar. Pengembangan teknologi yang
memungkinkan penggunaan lahan secara efisien atau integrasi sel surya ke dalam
struktur bangunan dapat membantu mengatasi masalah ini.
● Integrasi dengan Grid Listrik: Sel surya harus dapat terintegrasi dengan grid listrik
yang ada untuk memastikan stabilitas dan kehandalan pasokan energi. Pengembangan
sistem penyimpanan energi dan teknologi kontrol yang pintar dapat membantu
mengatasi tantangan ini.

Anda mungkin juga menyukai