PENDAHULUAN
Sel surya merupakan salah satu teknologi yang memiliki potensi besar dalam menyediakan
energi bersih dan terbarukan. Efisiensi dan ketersediaan energi dari sel surya sangat
bergantung pada material yang digunakan dan teknologi produksinya. Saat ini, teknologi sel
surya masih menghadapi beberapa tantangan, seperti efisiensi konversi yang masih belum
maksimal, biaya produksi yang tinggi, dan keterbatasan dalam integrasi dengan infrastruktur
energi yang ada.
Untuk mengatasi tantangan ini, pengembangan material dan teknologi dalam pembuatan sel
surya menjadi sangat penting. Berbagai penelitian dan inovasi terus dilakukan untuk
meningkatkan efisiensi, menurunkan biaya produksi, dan meningkatkan daya tahan serta
fleksibilitas sel surya.Dalam konteks ini, makalah ini akan membahas penggunaan material
dan teknologi dalam pembuatan sel surya. Makalah ini akan mengulas berbagai jenis material
yang digunakan dalam sel surya, teknologi produksi yang terkait,serta perkembangan terbaru
dalam pengembangan sel surya.
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui apa itu sel surya
2. Mengetahui material untuk sel surya
3. Mengetahui teknologi untuk produksi sel surya
4. Mengetahui cara kerja sel surya
5. Mengetahui tantangan dalam pengembangan sel surya
BAB II
ISI
Arus listrik timbul karena adanya energi foton cahaya matahari yang diterimanya berhasil
membebaskan elektron-elektron dalam sambungan semikonduktor tipe N dan tipe P untuk
mengalir. Sama seperti Dioda Foto (Photodiode), Sel Surya atau Solar Cell ini juga memiliki
kaki Positif dan kaki Negatif yang terhubung ke rangkaian atau perangkat yang memerlukan
sumber listrik.Pada dasarnya, Sel Surya merupakan Dioda Foto (Photodiode) yang memiliki
permukaan yang sangat besar. Permukaan luas Sel Surya tersebut menjadikan perangkat Sel
Surya ini lebih sensitif terhadap cahaya yang masuk dan menghasilkan Tegangan dan Arus
yang lebih kuat dari Dioda Foto pada umumnya.
Saat ini, telah banyak yang mengaplikasikan perangkat Sel Surya ini ke berbagai macam
penggunaan. Mulai dari sumber listrik untuk Kalkulator, Mainan, Lampu Penerangan, Pompa
Air, pengisi baterai hingga ke Pembangkit Listrik dan bahkan sebagai sumber listrik untuk
menggerakan Satelit yang mengorbit Bumi kita.
Sel surya berbasis silikon amorf memiliki efisiensi konversi energi yang lebih
rendah dibandingkan dengan sel surya kristalin, biasanya berkisar antara 5-
10%. Namun,teknologi pengembangan terbaru telah meningkatkan efisiensi a-
Si menjadi sekitar 13-14%.
Sel surya berbasis silikon kristalin memiliki efisiensi konversi energi yang
tinggi, mencapai lebih dari 20% untuk sel surya komersial. Efisiensi ini dapat
mencapai lebih dari 25% untuk sel surya yang dikembangkan untuk aplikasi
khusus.
2. Perovskit
Perovskit adalah jenis material kristalin dengan struktur kristal yang unik dan
memiliki potensi besar dalam aplikasi sel surya. Perovskit memiliki rumus kimia
ABX3, di mana atom A adalah kation besar (biasanya logam seperti Pb atau Sn), atom
B adalah kation kecil (biasanya logam seperti Ti atau Ni), dan atom X adalah anion
(biasanya O).
Perovskit memiliki efisiensi konversi energi yang tinggi, mencapai lebih dari 25%
dalam penelitian laboratorium. Hal ini menjadikannya salah satu kandidat potensial
untuk menggantikan silikon kristalin sebagai material utama dalam sel surya.
Perovskit dapat dibuat dengan relatif mudah dan murah menggunakan metode sol-gel
atau spin coating, yang memungkinkan produksi sel surya perovskit dalam skala besar
dengan biaya produksi yang lebih rendah.
Struktur perovskit dapat disesuaikan dengan mudah dengan mengganti unsur-unsur
dalam rumus kimianya. Hal ini memungkinkan penyesuaian struktur perovskit untuk
meningkatkan efisiensi dan kinerja sel surya.
3. Cadmium Telluride
Cadmium Telluride (CdTe) adalah salah satu jenis material yang digunakan dalam sel
surya film tipis. CdTe memiliki sifat-sifat yang membuatnya menjadi pilihan yang
populer dalam pembuatan sel surya, terutama karena biaya produksinya yang relatif
rendah dan efisiensi konversi energinya yang baik.
CdTe memiliki struktur kristal kubik dengan atom kadmium (Cd) di pusat dan atom
tellurium (Te) membentuk kisi kristal di sekitarnya. Struktur ini memungkinkan
elektron untuk bergerak dengan mudah dalam bahan, meningkatkan efisiensi konversi
energi sel surya.
Sel surya berbasis CdTe memiliki efisiensi konversi energi yang baik, mencapai lebih
dari 22% dalam penelitian laboratorium dan sekitar 20% untuk sel surya komersial.
Efisiensi ini cukup tinggi untuk teknologi film tipis dan dapat bersaing dengan sel
surya kristalin.
CdTe memiliki ketahanan yang baik terhadap lingkungan dan degradasi, sehingga sel
surya berbasis CdTe memiliki umur pakai yang panjang dan memerlukan sedikit
perawatan.
CdTe mengandung kadmium, yang merupakan logam beracun. Namun, CdTe dalam
bentuk sel surya dianggap aman karena kadmiumnya terkunci dalam struktur kristal
dan tidak terlepas ke lingkungan kecuali dalam kondisi ekstrem seperti pembakaran.
4. Organik
Sel surya organik menggunakan material organik atau polimer sebagai bahan
aktifnya. Material organik biasanya terdiri dari molekul-molekul yang mengandung
karbon, hidrogen, dan elemen-elemen lain seperti nitrogen, oksigen, dan sulfur.
Sel surya organik terdiri dari lapisan bahan aktif organik yang menangkap energi
cahaya matahari dan menghasilkan arus listrik. Bahan aktif ini biasanya merupakan
campuran dari polimer konduktif dan molekul organik fotosensitif.Sel surya organik
dapat dibuat dengan metode pencetakan atau pengendapan larutan, yang
memungkinkan produksi sel surya dengan biaya yang relatif rendah dan dalam jumlah
besar.
Meskipun efisiensi konversi energi sel surya organik masih lebih rendah
dibandingkan dengan sel surya inorganik seperti silikon kristalin, teknologi ini terus
mengalami peningkatan. Efisiensi sel surya organik saat ini mencapai sekitar 15-20%.
Salah satu keunggulan sel surya organik adalah fleksibilitasnya. Mereka dapat dibuat
dalam berbagai bentuk dan ukuran, sehingga cocok untuk aplikasi-aplikasi yang
membutuhkan panel surya yang fleksibel.
Salah satu keterbatasan sel surya organik adalah umur pakainya yang lebih pendek
dibandingkan dengan sel surya inorganik. Mereka juga lebih rentan terhadap
degradasi oleh cahaya matahari dan lingkungan.
CIGS terdiri dari campuran atom tembaga (Cu), indium (In), gallium (Ga), dan
selenium (Se). Struktur kristal CIGS adalah chalcopyrite, yang memiliki sifat
semikonduktor yang baik untuk menangkap energi matahari.
Sel surya berbasis CIGS memiliki efisiensi konversi energi yang tinggi, mencapai
lebih dari 20% dalam penelitian laboratorium dan sekitar 18-22% untuk sel surya
komersial. Efisiensi ini menjadikannya salah satu teknologi film tipis dengan efisiensi
tertinggi.
CIGS dapat dibuat dengan metode deposisi uap kimia atau deposisi fisik fase uap.
Proses produksinya lebih kompleks daripada sel surya organik atau CdTe, tetapi
memungkinkan produksi sel surya dalam film tipis yang relatif mudah dan murah.Sel
surya berbasis CIGS memiliki umur pakai yang panjang dan ketahanan yang baik
terhadap lingkungan, sehingga memerlukan sedikit perawatan selama masa pakainya.
Quantum dots terdiri dari material semikonduktor seperti kadmium sulfida (CdS),
kadmium selenida (CdSe), atau lead sulfida (PbS) yang dikemas dalam struktur kristal
yang sangat kecil. Ukuran quantum dots ini biasanya hanya beberapa nanometer, yang
membuatnya memiliki sifat-sifat kuantum yang berbeda dari bahan bulk.
Quantum dots memiliki sifat optik yang unik karena ukuran mereka yang sangat kecil.
Mereka dapat menangkap dan mengkonversi energi cahaya dengan efisiensi yang
tinggi, dan juga memiliki spektrum penyerapan yang dapat disesuaikan dengan
mengubah ukuran quantum dots.
Dalam sel surya, quantum dots digunakan untuk meningkatkan efisiensi konversi
energi dengan memperluas spektrum penyerapan sel surya. Mereka dapat menangkap
cahaya matahari pada rentang spektrum yang lebih luas, termasuk bagian-bagian dari
spektrum yang tidak dapat ditangkap oleh bahan semikonduktor konvensional seperti
silikon.
Quantum dots dapat diproduksi dengan berbagai metode, termasuk sintesis kimia dan
teknik pencitraan molekuler. Metode sintesis kimia biasanya melibatkan reaksi kimia
antara prekursor logam dengan ligand organik untuk membentuk quantum dots dalam
larutan.