Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN (RPK)

DISUSUN OLEH :
LINDA ALFIANINGSIH
2311040039

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2023
LAPORAN PENDAHULUAN

I. MASALAH UTAMA : Risiko Perilaku Kekerasan


II. PROSES TERJADINYA MASALAH (PSIKOPATOLOGIS)
1. Definisi
Perilaku kekerasan merupakan suatu rentang emosi dan ungkapan
kemarahan yang dimanisfestasikan dalam bentuk fisik. Kemarahan
merupakan suatu komunikasi atau proses penyampaian pesan individu.
Orang yang mengalami kemarahan sebenarnya ingin menyampaian pesan
bahwa ia “tidak setuju, merasa tersinggung, merasa tidak dianggap, merasa
tidak dituntut atau diremehkan” (Yosep, 2011).
Menurut PPNI (2016) Risiko Perilaku Kekerasan merupakan
tindakan berisiko membahayakan secara fisik, emosi dan/atau seksual
pada diri sendiri atau orang lain.

2. Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi


Menurut Irman (2016) penyebab perilaku kekerasan sebagai berikut :

a. Faktor Predisposisi
Berbagai pengalaman yang dialami seorang mungkin terjadi atau
mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami oleh
individu seperti: faktor biologis, faktor psikologis, dan sosial budaya
(Muhith, 2015).
1) Faktor biologis
Faktor biologis secara alami dapat menjadi salah satu faktor
penyebab (predisposisi) atau menjadi faktor pencetus (presipitasi)
terjadinya resiko perilaku kekerasan pada individu. Adapun yang termasuk
faktor biologis ini adalah:
a) Struktur otak (Neuroanatomi)
Neuroantomi mempunyai peran dalam menghambat rangsangan, yang
akan mempengaruhi sifat agresif, sistem limbik sangat berpengaruh
dalam menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan reaspon
agresif (Yosep, 2013).
b) Genetik
Adanya faktor gen yang di turunkan melalui orang tua. Secara genetik
ditemukan pada kromosom 5 dan 6 yang dapat menyebabkan individu
tersebut mengalami skizofrenia. Penelitian yang paling penting
memusatkan pada penelitian anak kembar yang menunjukan anak
kembar identik beresiko mengalami skizofrenia sebesar 50% sedangkan
pada kembar non identik /fraternal beresiko 15% mengalami
skizofrenia. resiko 15% jika salah satu orang tua menderita skizofrenia,
angka ini meningkat 40%-50% jika kedua orang tua biologis menderita
skizofrenia (Stuart, 2016 & Townsend, 2010).
c) Neurotransmiter
Neurotransmiter adalah zat kimia yang ditransmisikan keseluruh neuron
sinapsis, sehingga menghasilkan komunikasi antara otak dan struktur
otak yang lain. Peningkatan atau penurunan zat ini dapat memperburuk
atau menghambat perilaku agresif (Stuart, 2016).
d) Imunovirologi
Karakteristik biologis yang berhubungaan dengan perilaku kekerasan
adalah riwayat dalam pengunaan NAPZA. Pengunaan obat NAPZA
akan mempengaruhi fungsi otak, mempengaruhi terapi dan perawatan
yang diberikaan (Satrio, 2015).

2) Faktor psikologis
Pandangan psikologis terhadap perilaku agresif menunjukan pentingnya
dalam faktor prediposisi, perkembangan atau pengalaman hidup
membatasi kemampuan seorang dalam mengunakan mekanisme koping
tanpa kekerasan (Stuart, 2016).

3) Faktor Sosial Budaya


Faktor budaya dapat mempengaruhi perilaku agresif, dimana norma
budaya dapat menentukan cara yang dapat diterima atau tidak dalam
mengekspresikan perasaan agresif, dengan cara mengontrol perilaku
kekerasan dalam masyarakatnya untuk mempertahankan lingkungan
yang aman dan nyaman. Faktor budaya juga dapat menyebabkan perilaku
kekerasan dimana kondisi budaya tersebut masih dalam pengangguaran,
kesulitan menjaga hubungan interpersonal, kondisi kemiskinan, struktur
keluarga, kontrol sosial dan ketidak mampuan dalam memenuhi
kebutuhan dasar kehidupan (Stuart, 2016).

b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi merupakan dimana seorang akan berespon marah
apabila merasa dirinya terancam, dan ancaman tersebut berupa injury secara
psikis, atau lebih dikenal dengan ancaman terhadap konsep diri seseorang,
dimana ketika orang tersebut merasa terancam maka dia tidak akan
menyadari sama sekali penyebab dari kemarahanya. Ancaman dapat berupa
internal dan eksternal, ancaman internal seperti merasa gagal dalam bekerja,
merasa kehilangan orang tua dan ketakutan pada penyakit yang derita.
Ancaman eksternal berupa serangan secara psikis, kehilangan hubungan
yang sangat bermakna dan adanya keritikan dari orang lain (Yosep, 2013).
Faktor presipitasi berasal dari klien, lingkungan, atau intraksi dengan orang
lain, kondisi klien seperti kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak berdayaan,
kurang percaya diri dapat menyebabkan perilaku kekerasan, demikian pula
dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada
penghinaan, kehilangan orang yang di cintai atau pekerjaan dan kekerasan
juga dapat merupakan faktor penyebab yang lain, interaksi sosial yang
profokatif dan konflik dapat pemicu perilaku kekerasan (Muhith, 2015).

3. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala perilaku kekerasan dapat di nilai dari ungkapan pesien
dan didukung dengan hasil obsevasi.
a. Data Subjektif
 Ungkapan berupa ancaman
 Ungkapan kata-kata kasar
 Ungkapan ingin memukul/melukai

b. Data Objektif
 Wajah memerah dan tegang
 Pandangan tajam
 Mengatupkan rahang yang kuat
 Mengepalkan tangan
 Bicara kasar
 Suara tinggi, menjerit atau berteriak
 Mondar mandir
 Melempar atau memukul benda/orang lain

III. DATA dan MASALAH KEPERAWATAN


A. DATA (SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF) DAN MASALAH KEPERAWATAN
DATA Masalah Keperawatan
DS :
 Pasien mengatakan pasien Risiko Perilaku kekerasan
merasa tersinggung saat
berbicara dengan orang lain
 Pasien mengatakan
membanting meja yang ada
didekatnya saat marah

DO :
 Pasien terlihat gelisah dan
curiga
 Mendominasi pembicaraan
 Wajah tampak tegang
 Suara keras dan tegas

DS : Risiko bunuh diri


 Pasien mengatakan pernah
melukai dirinya dengan cara
menyayat tangan akibat
perselingkuhan istrinya
DO :
 Pasien terlihat gelisah dan
curiga
B. Pohon Masalah

C. DATA YANG PERU DIKAJI LEBIH LANJUT


Menurut Fitria (2009) data yang perlu dikaji pada pasien dengan risiko
perilaku kekerasan yaitu pada data subyektif pasien mengancam, mengumpat
dengan kata-kata kotor, mengatakan dendam dan jengkel. Pasien juga
menyalahkan dan menuntut. Sedangkan pada data obyektif pasien
menunjukkan tanda-tanda mata melotot dan pandangan tajam, tangan
mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan tegang, postur tubuh kaku
dan suara keras (Ii, 2015).

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko Perilaku Kekerasan
2. Risiko bunuh diri
IV. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN (diagnosa utama saja)

No Diagnosa Tujuan Kriteria Rencana Rasional


Keperawatan Evaluasi Intervensi
Kontrol Diri Pencegahan Perilaku
1 Risiko (l.09076) Setelah Kekerasan (I.14544)
Perilaku dilakukan
Kekerasan Definisi : tindakan Definisi :
keperawatan Meminimakan
Kemampuan selama 3x 24 kemarahan yang
untuk jam diharapkan : diekspresikan secara
mengendalikan 1. Verbalisasi berlebihan dan tidak
atau mengatur ancaman terkendali secara verbal
emosi ,pikiran, kepada orang sampai dengan
dan perilaku lain menurun mencederai orang lain
dalam 2. Perilaku dan/atau merusak
menghadapi mneyerang lingkungan.
masalah menurun
3. Perilaku
agresif/amuk Aktivitas-aktivitas :
menurun O: Aktivitas-aktivitas :
4. Suara keras 1. Monitor adanya O:
menurun benda yang 1. Agar
5. Perilaku berpotensi keselamatan
melukai membahayakan pasien terjaga
orang lain (mis. benda tajam,
menurun tali)
2. Monitor keamanan T:
barang yang 1. Agar
dibawa oleh keselamatan
pengunjung pasien terjaga
3. Monitr selama 2. Libatkan
penggunaan barang keluarga dalam
yang dapat perawatan
membahayakan
E:
1. Untuk
T: mengurangi
1. Pertahankan kemarahan
lingkungan bebas pasien
dari bahaya secara 2. Untukmengura
rutin ngi kemarahan
2. Libatkan keluarga secara verbal
dalam perawatan dan non verbal
E:
1. Latih cara
mengungkapkan
perasaan secara
asertif
2. Latih mengurangi
kemarahan secara
verbal dan non
verbal (mis.
relaksasi,
bercerita)

Purwokerto, 27 November 2023


Praktikan,

Linda Alfianingsih
Daftar Pustaka

Iyus, Yosep. 2011. Keperawatan Jiwa, Edisi 4. Jakarta : Refika Aditama

Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa( Teori dan Aplikasi).


Yogyakarta: Andi.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: PPNI.

Stuart, G.W, 2016, Prinsip dan Praktik Keperawatan Jiwa Stuart Buku 2 : Edisi
Indonesia, Elseiver, Singapore

Anda mungkin juga menyukai