Anda di halaman 1dari 5

Chp.

4- Dokter Penyihir Kecil

Setelah puas melihat keindahan alam ciptaan yang kuasa, Bibi Anita mengajak Zack untuk mengikutinya.
Mereka menuruni bukit tersebut dan berjalan beberapa jam akhirnya sampai di tempat yang dituju.

“Zack lihat ini, ini adalah lumut biru. Biasanya digunakan untuk pereda nyeri pada sisem syaraf.”Suster
Anita menjulurkan tangannya dan menunjukkan tanaman yang ia maksud lalu memasukkannya ke
dalam tas.

“Waah, bibi ini aku menemukan ekor cicak. Tanaman ini berada dibawah batu itu bi. ”Zack sambil
menunjuk batu yang dimaksud.

“Tanaman ini cukup langka untuk meningkatkan kualitas mana.”Mata Suster Anita berseri-seri.

“Mana? Apa itu sejenis barang bi?” Zack bertanya dengan polosnya.

“Itu bukan barang Zack, lihalah ini!”Suster Anita menunjukkan tangnnya yang mengeluarkan cahaya,
Zack langung terjatuh dan mundur beberapa langkah.

Suster Anita memulai penjelasannya.”Tidak perlu takut Zack, inilah yang namanya mana. Di ruanganku
tidak aku taruh buku tentang sihir, karena bibi membawanya setiap saat.

Mana, tenaga dalam atau cakra, biasanya kebanyakan menyebutnya mana adalah suatu energi bumi
yang kita olah dengan tubuh kita tepatnya dengan pikiran kita untuk mengubahnya menjadi wujud lain
seperti api, air, udara, tanah dan masih banyak lagi.

Nah hasil seperi kobaran api inilah yang dinamakan sihir, mana dapat diolah menjadi apapun.
Peningkaan stamina, perlindungan tubuh, dan yang paling keren menurut bibi adalah mengalirkan mana
pada senjata.”

Saat Suster Anita menyontohkan melapisi pisaunya dengan mana, Zack yang melihat itu semakin tertarik
dengan apa yang namanya sihir.
“Seperti yang Zack lihat, mana dapat membuat serangan menjadi cepat dan tajam. Selain itu dapat
menjadi pertahanan juga, lihatlah ini Zack!” Suster Anita mencabut rumput gajah dari tanah, lalu ia
memasukkan mana ke dalam rumput tersebut. Suster Anita mengambil pisau kecilnya yang tidak ia aliri
mana dan mencoba menebas rumput itu, tetapi tertolak seperti ada medan di sana.

Sekarang Suster Anita menambah mana ke dalam rumput itu dan mencoba untuk menusuk dengan
pisau tersebut. Tidak lama terlihat dinding hijau yang mulai retak dan pecah, rumput itu tertancap oleh
pisau itu.

“Zack, apakah kamu tahu kenapa rumput itu bisa tertusuk?”Suster Anita mencoba mengetes
pemahaman Zack dengan menggunakan mana secara langsung.

Zack kembali sadar dari lamunannya dan memberi jawaban yang lagi lagi membuat bibi sekaligus
gurunya senang.“Alasan mengapa rumputnya tertusuk karena tekanan yang diberikan pada pelindung
mana tidak dapat ditahan, sehingga pelindungnya pecah walaupun sudah ditambah mana.”

“Wah bagus Zack, kelihatannya kamu semakin mengerti karena banyak membaca. Aku salut padamu,
sekarang ayo kita kumpulkan tanaman lumut biru ini dan daun segitiga sebelum siang” Suster Anita
mengelus kepala Zack dengan lembut.

Setelah selesai mengumpulkan tanaman yang dibutuhkan, mereka bersiap-siap untuk pulang. Di jalan
Zack mencoba menanyakan sebuah perkara yang ia pikirkan selama mengumpulkan tanaman.

“Bibi, kenapa Zack baru melihat sihir? Apakah hanya beberapa orang yang terpilih menjadi penyihir?”
Zack bertanya dengan suara yang pelan.

“Tidaklah Zack, kamu salah sangka. Semua orang bisa menjadi penyihir, tetapi menjadi penyihir adalah
hal yang sulit. Membutuhkan banyak sumber daya dan latihan, selain itu yang paling penting adalah
fokus, fokus!” Suster Anita memberi pencerahan kepada Zack sambil menempelkan jari telunjuknya
pada dahi Zack.

“Baiklah bibi, bisakah kamu juga mengajariku tentang sihir?”Zack makin penasaran untuk mempelajari
sihir.
“Baiklah Zack, tapi bibi hanya bisa dasarnya saja. Bibi tidak bisa mengajarimu lebih jauh, kalau mau
belajar sihir kamu bisa mendafar untuk masuk ke dalam akademi pada umur sepuluh tahun.” Suster
Anita tidak ingin Zack kecewa karena tidak dapat melatihnya dengan maksimal.

Suster Anita tidak menggunakan mananya untuk bertarung, tetapi untuk keperluan operasi dan hanya
perlindungan diri. Walaupun mananya sedikit, tetapi penguasaannya sangat hebat. Bagi doker
sepertinya penguasaan mana sangat penting untuk keperluan medis.

“Tidak apa apa bi, setiap orang pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, kak Avan ang
bilang begiu.”Zack menceramahi bibinya seolah-olah ia paham dengan apa yang ia katakan.

Sebelum hari menjadi gelap, mereka berdua sampai di desa. Saat sampai di panti asuhan, Suster Anita
menyimpan tanaman obatnya sedangkan Zack menyiapkan alat untuk memasak.

----

Paginya Zack diminta tolong oleh Suster Anita untuk membantunya meracik obat. Zack memperhatikan
lihainya Suster Anita saat meracik obat. Zack sangat serius membantu gurunya sambil belajar bagaimana
untuk meracik obat dari seorang yang ahli.

Setiap hari Zack memperhatikan gurunya dan hafal semua langkah dalam peracikan setelah mengamati
selama empat tahun penuh. Zack lalu meminta kepada gurunya agar ia dapat membantu meracik obat,
Suster Anita setuju dan Zack sekarang menjadi asistennya. Pekerjaannya sekarang hanya memasak dan
membantu gurunya untuk mengobati orang sakit yang datang ke gereja/panti asuhan.

Tak lupa setiap waktu subuh Suster Anita membangunkan Zack untuk latihan dasar menjadi penyihir,
yaitu merasakan dan mengontrol mana. Alasan latihan di waktu subuh agar dapat lebih merasakan
mana yang ada di sekitarnya.

“Zack, sekarang tutup mata kamu! Rasakan pergerakan yang ada di sekitarmu, lalu kumpulkan itu ke
dalam pusa tubuhmu! Sekarang bagaimana rasanya? ” Suster Anita memberi komando agar dapat
menguasai mana.

“Rasanya hangat bi, tubuhku rasanya semakin bugar.”Zack merasakan sesuatu yang hangat mengalir di
tubuhnya sekarang.
“Baiklah, perasaan hangat itu adalah mana. Sekarang bagian yang sulit, sekarang alirkan mana itu ke
salah satu bagian anggota tubuhmu, semakin spesifik semakin baik.” Suster Anita menutupi
keterkejutannya saat Zack bisa merasakan mana sekali percobaan dengan melanjukan mengonrol mana.

Walaupun Zack berusaha sekeras apapun, sangat sulit memfokuskan untuk mengatur mana. Ia
menyadari alasan sedikitnya yang menjadi penyihir. Meskipun kenyataanya begitu Zack tetap berlatih di
waktu senggangnya.

Ternyata penantiannya tidak sia-sia, selama sebulan baru ia dapat mengalirkan mananya ke tangan
kanannya. Walaupun perkembangan Zack sama dengan murid yang jenius, tetapi usaha yang dilakukan
Zack lebih gila. Biasanya murid pada umumnya belajar beberapa jam sehari di ruangan yang disediakan,
tetapi Zack melakukannya setiap saat. Saat berjalan, saat makan, meracik obat, mandi, membersihkan
panti dan memasak.

Ia hanya berhenti saat kelelahan saja, rasa lelah selesai latihan biasanya membuat orang yang latihan
menjadi penyihir menjadi malas. Berbeda untuk Zack, ia menggunakan hal ini untuk melatih stamina
tubuhnya.

Keseharian Zack saat bagun tidur atau akan tidur adalah membaca buku. Paginya melatih ototnya
dengan berlari beberapa kilo dan laihan fisik. Kadang ia membantu menimba air dari sumur untuk
persediaan air. Setiap saat melatih mana dengan membuat berbagai efek. Kadang ia menerima pasien,
ia harus membantu Suster Anita melakukan operasi.

“Hei anak kecil keluarlah dari sini, di sini ada orang yang keracunan. Cepat panggilkan Suster Anita yang
menjaga tempat ini!” Pria itu membentak Zack yang ingin masuk ke dalam ruangan perawatan.

“Maaf paman, bibi Anita sedang ke hutan untuk mencari beberapa tanaman obat. Saya juga merupakan
perawat sekaligus asisten Suster Anita.” Zack merasakan pria ini mempunyai hubungan dekat dengan
pasien, ia yang tidak percaya dengan perkataan seorang bocah lalu menendang tubuhnya.

“BRAAGG!!!” Tendangan mengarah ke perut Zack, tetapi ia menggunakan mana untuk melindungi
dirinya sebelum terkena tendangan itu.
“Tuan muda, saya mengerti anda cemas dengan pasien saya. Tetapi tidak seharusnya anda melakukan
ini bukan?”Zack meninggalkan pria itu yang sulit mencerna situasi karena tidak percaya anak berumur
sekitar 7-8 tahun dapat menahan serangannya dengan sihir sekuat itu bahkan tanpa rapalan sihir.

Bagi Zack, ia hanya mengolah mana yang ia punya menjadi pertahanan dengan menyatukannya lalu
merapatkannya lagi dan lagi. Menggunakan mana tanpa rapalan dengan rapalan begitu berbeda.
Menggunakan rapalan lebih mudah karena pengguna tidak perlu membayangkan perubahan yang
diinginkan, cukup memenuhi persaratannya maka bisa mengeluarkan sihir.

Kasus berbeda untuk penyihir tanpa rapalan, pengguna hanya perlu membayangkan prosesnya maka
akan langsung terbentuk sesuai dengan keinginannya tanpa mengeluarkan suara ataupun jeda. Jika
prosesnya kacau, maka sihirnya tidak akan bekerja. Malahan hanya membuang mana yang ia miliki.

Menggunakan sihir dengan rapalan ada kerugiannya, walaupun sesuai dengan hasil akhir. Tetapi ada
jeda setelah pengucapannya. Menggunakan sihir tanpa mantra memperlukan fokus yang sangat besar
pada setiap detailnya.

Bagi Zack ia tidak tahu ada sihir menggunakan rapalan, ia hanya melakukan apa yang gurunya
perintahkan. Sekarang Zack fokus untuk mengolah mana terlebih dahulu sampai bisa menyalurkan mana
hanya untuk satu jari kakinya.

Gurunya berfikir agar Zack memperkuat dulu pondasinya dengan mengelolah mana secara akurat. Satu
kekurangan para petualang yang menggunakan mana hanya memperbesar kapasitas mananya tanpa
mengendalikan mananya secara akurat. Kebanyakan mati karena kehabisan mana sehingga tidak dapat
bertarung lagi, yang lainnya mati karena jeda dari rapalan. Dunia sihir sangat kejam bagi siapapun,
sehingga banyak yang berlomba-lomba menjadi kuat dengan menindas yang lemah.

Anda mungkin juga menyukai