Anda di halaman 1dari 6

MALAM NISFU SYA'BAN

Dalam bulan Sya’ban terdapat satu malam yang agung, penuh berkah dan mulia. Malam itu
adalah malam pertengahan bulan Sya’ban. Dimana pada malam itu Allah SWT memperlihatkan
anugerah-Nya kepada makhluk-Nya lewat ampunan dan rahmatNya. Pada malam itu Allah
mengampuni orang-orang yang memohon ampunan, memberikan rahmat kepada orang-orang
yang berbelas kasih, mengabulkan doa orang-orang yang meminta, menghilangkan kesusahan
orang-orang yang susah. Pada malam itu Allah memerdekakan sekelompok orang dari neraka
dan pada malam itu juga Allah menuliskan takaran rizqi dan perbuatan hambanya.

Banyak sekali hadits yang menjelaskan keutamaan malam nisfu Sya’ban ini, yang tentunya tidak
lepas dari katagori Dhoif atau Inqito’. Namun dari hadits-hadits tersebut ada yang lebih ringan
tingkat kelemahannya dibanding dengan yang lain. Meskipun demikian, al-Hafidz Ibnu Hibban
menganggap shahih sebagian hadits tersebut. Di sini kami akan menuturkan hadits yang
termasyhur dalam pembahasan ini. Imam at-Thobroni dan Ibnu Hibban meriwayatkan dari
Mu’adz bin Jabal RA dari Nabi SAW, beliau bersabda :

“Allah memperlihatkan rahmat-Nya kepada seluruh makhluk-Nya pada malam nisfu Sya ban dan
mengampuni semua makhluk-Nya, kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan”. (H.R.
atThobroni dan Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya).

Kata dalam hadits, yang dikehendaki adalah orang munafik yang buruk perilakunya yang selalu
menyebarkan dan menyulut api permusuhan diantara dua orang yang saling mengasihi. Ibnu
Atsir dalam kitab an-Nihayah berkata : 74)” “ adalah orang yang saling bermusuhan. Adapun –
artinya adalah permusuhan.

Imam al-Baihaqi meriwayatkan dari hadits yang bersumber dari Sayyidah Aisyah RA, bahwa
Rasulullah SAW bersabda :

“Malaikat Jibril mendatangiku, lalu berkata : Malam ini adalah malam nisfu Sya ‘ban, Allah
SWT akan memerdekakan orang-orang dari neraka sebanyak bilangan rambutnya kambing milik
Bani Kalb, dan Allah SWT pada malam itu tidak akan melihat kepada orang musyrik, orang
yang bermusuhan, orang yang memutus tali persaudaraan, orang yang sombong, orang yang
mendurhakai kedua orang tua dan pecandu arak………” beliau menyebutkan hadits dengan
keseluruhannya.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abdullah bin Amr RA bahwa Rasulullah SAW bersabda :

“Pada malam nisfu Sya’ban Allah memperlihatkan rahmat-Nya kepada seluruh makhluk-Nya,
kemudian mengampuni hamba-Nya kecuali dua orang, yaitu orang yang bermusuhan dan
pembunuh” Sanad hadits ini adalah lemah sebagaimana yang disebutkan oleh al-Hafidz al-
Mundziri.

Imam al-Tirmidzi dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Sayyidah Aisyah RA, beliau berkata :
“(Pada suatu malam) aku kehilangan Nabi SAW, lalu aku keluar mencarinya, ternyata beliau
berada di pekuburan Baqi’ dalam Keadaan mengangkat kepala memandang langit, kemudian
beliau bersabda: Apakah kamu takut Allah dan utusan-Nya berbuat dholim kepadamu? Aku
berkata: Sesungguhnya aku berprasangka engkau mendatangi salah satu istrimu. Rasulullah
SAW bersabda: Sesungguhnya Allah pada malam nisfu Sya’ban menurunkan rahmat-Nya ke
langit dunia, lalu Allah mengampuni hamba-Nya lebih banyak dari bilangan bulu kambing milik
Bani Kalb”. Imam at-Tirmidzi berkata: Aku tidak mengetahui haditsnya Sayyidah A’isyah
kecuali dari sanad ini dan aku mendengar Muhammad (maksudnya Imam al-Bukhori)
mendhoifkan hadits ini, karena terputus sanadnya dalam dua tempat.

Imam Ibnu Majah meriwayatkan dari Abu Musa al-Asy’ari dar Nabi SAW, beliau bersabda :

“Sesungguhnya Allah memperlihatkan rahmat-Nya pada malam nisfu Sya’ban, kemudian


mengampuni semua hamba-Nya kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan”. Hadits ini
termasuk yang diriwayatkan Ibnu Lahi’ah. Dalam hadits ini terdapat Phohhak dari Aiman al-
Kalabi. Imam Ad Dzahabi berkata: Aku tidak mengenal siapa dia?

Imam at-Thobroni dan al-Baihaqi meriwayatkan dari Mak’hul dari Abu Tsa’labah al-Khosyani
RA, sesungguhnya Nabi SAW bersabda :

“Allah memperlihatkan rahmat-Nya kepada hamba-Nya pada malam nisfu Sya ‘ban, kemudian
mengampuni orang-orang mukmin dan menangguhkan kepada orang-orang kafir, serta
meninggalkan para pendendam dengan dendamnya sampai ia mau meninggalkan dendamnya”.

Imam Baihaqi berkata : Hadits ini antara Mak’hul dan Abu Tsa’labah terdapat mursal yang
bagus.

Imam Bazzar dan Baihaqi meriwayatkan dari Abu Bakar ash Shiddiq RA dari Nabi SAW, beliau
bersabda :

“Allah SWT turun ke langit dunia pada malam nisfu Sya’ban, kemudian mengampuni setiap hal
kecuali kepada seorang yang musyrik dan orang yang di hatinya terdapat rasa permusuhan”.

Sanad hadits ini tidak mengapa sebagaimana yang diutarakan oleh al-Hafidz al-Mundziri.

Imam al-Baihaqi meriwayatkan dengan sanad yang dhoif dari Utsman bin Abi Ash dari Nabi
SAW, beliau bersabda :

“Ketika malam nifsu Sya’ban tiba, pewarta akan berkumandang: adakah orang yang memohon
ampunan? maka Aku akan mengampuninya, Adakah orang yang meminta? maka Aku akan
memberinya. Tidaklah seorangpun meminta kecuali Aku akan memberinya, kecuali pezina atau
orang musyrik”. Demikian hadits ini menurut riwayat Imam Baihaqi, dalam riwayat lain
disebutkan secara mutlag tanpa ada batasan malam Nisfu Sya ‘ban.

Dalam kitab Al Musnad diriwayatkan dari Hasan al-Bashri beliau berkata :


“Ustman bin Abil Ash berjalan bertemu dengan Kilab bin Umayyah dalam keadaan duduk di
tempatnya pemungut pajak di kots Bashroh. Kemudian Ustman bertanya: Apa yang
menyebabkanmu duduk disini? Kilab menjawab: Ziyad yang menugaskanku disini. Kemudian
Ustman berkata kepada Kilab: Apakah kamu mau aku ceritakan satu hadits yang aku dengar dari
Rasulullah SAW? Kilab berkata : Ya, lalu Ustman berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW
bersabda: Nabi Dawud AS mempunyai waktu khusus, dimana . beliau membangunkan
keluarganya dan berkata: Wahai keluarga Dawud, Bangunlah dan shalatlah kalian semua, karena
pada saat ini Allah mengabulkan doa, kecuali penyihir dan pemungut pajak, kemudian Kilab
menaiki perahu menuju ke tempat Ziyad lalu mengajukan pengunduran diri, dan Ziyad pun
mengabulkannya”.

Hadits di atas juga diriwayatkan oleh at-Thobroni dalam alKabir dan al-Ausath dengan lafadz :

“Dari Nabi SAW, beliau bersabda : pintu langit dibuka setiap pertengahan malam, kemudian
menyerulah seorang penyeru : Adakah orang yang berdoa, niscaya ia akan dikabulkan? Adakah ,
orang yang meminta, niscaya Ia akan diberi? Adakah orang yang susah, niscaya Ia akan diberi
kelapangan? Maka tidaklah terkecuali : seorang muslim yang berdoa dengan doa apapun, kecuali
Allah azza wa jalla mengabulkan doanya, kecuali para pezina yang menjajakan farjinya dan
pemungut pajak”. Diantara beberapa « iwayat ini tidak ada penafian sama sekali, dengan asumsi
bahwa malam nisfu Sya’ban terkandung dalam riwayatnya Imam Ahmad dan at-Thobroni secara
umum.

Imam Baihaqi meriwayatkan dari Mak’hul dari Katsir bin Murroh -dia adalah seorang tabi’ idari
Nabi SAW beliau bersabda :

“Pada malam nisfu Sya’ban Allah SWT mengampuni seluruh penduduk bumi kecuali orang
musyrik dan orang yang saling membenci”. al-Baihaqi berkata : Hadits ini mursal yang jayyid.

Imam al-Baihaqi juga meriwayatkan dari “Ala’ bin Haris sesungguhnya Sayyidah Aisyah RA
berkata :

“Pada suatu malam Rasulullah SAW shalat, dalam shalat itu beliau memanjangkan sujudnya,
sampai aku berprasangka beliau telah wafat. Ketika aku melihat hal itu, aku pun berdiri sehingga
aku menggerak-gerakkan ibu jari Rasulullah SAW, ketika sudah bergerak aku pun kembali ke
tempatku semula. Ketika beliau mengangkat kepala dari posisi sujud dan selesai dari shalat,
beliau bersabda: Wahai Aisyah – atau Wahai Humairo’ — apakah engkau berprasangka bahwa
Nabi SAW akan mencederaimu? Aku menjawab: Tidak, wahai rasulullah, tetapi aku
berprasangka sesungguhnya Engkau telah tiada, karena lamanya sujud. Nabi SAW bertanya :
Apakah kamu tahu malam apa ini? Aku menjawab : Allah dan rasul-Nya lebih tahu. Rasulullah
bersabda : ini adalah malam nisfu Sya’ban, sesungguhnya Allah SWT mengampuni orang-orang
yang meminta ampunan, berbelas kasih kepada orang yang meminta belas kasihan dan
mengakhirkan pendendam dengan keadaannya”. al-Baihaqi berkata : Hadits ini Mursal yang
jayyid dan kemungkinan bahwa “Ala’ meriwayatkannya dari Mak ‘hul.
Sebagian ulama menyebutkan bahwa malam nisfu Sya’ban mempunyai beberapa nama (biasanya
banyaknya nama itu menunjukkan kemuliaan yang mempunyai nama). Imam Abul Khoir at-
Tholiqoni menuturkan bahwa: nama malam nisfu Sya’ban itu sebanyak dua puluh dua nama,
diantaranya adalah:

Lailatul Mubarokah

Artinya Malam yang penuh berkah dalam Dzatnya, atau karena makna lain yang terkandung di
dalamnya, juga karena pada malam itu para malaikat berdekatan dengan anak Adam.

Lailatul Qismah (Malam Pembagian)

Diantara nama nisfu Sya’ban adalah malam pembagian rizqi dan malam dimana Allah SWT
pada malam itu membagi segala sesuatu yang sudah dipastikan kepada manusia.

Nama ini diambil dari kesimpulan riwayat dari Atho’ bin Yasar ia menuturkan :

“Ketika datang malam Nisfu Sya’ban, maka bagi malaikat maut akan dituliskan nama-nama
setiap orang yang akan mati dar bulan Sya ‘ban ke bulan Sya ‘ban lagi. Sesungguhnya seseorang
ity berbuat dholim, berbuat lacur, menikahi perempuan dan menanan pepohonan, padahal
namanya telah digantikan dari deretan orang hidup menjadi tertulis jajaran orang-orang yang
mati dan tidak ada malam yang lebih mulia setelah Lailatul odar selain malam Nisfi Sya ‘ban

Dalam riwayat lain :

“Ketika datang malam Nisfu Sya ‘ban, malaikat maut diberi sebuah lembaran. Kemudia
dikatakan kepadanya : Cabutlah nyawa orang-orang yang tecantum dalam lembaran ini.
Sesungguuhnya seorang hamba menanam tananam, menikahi istri-istrinya dan membangut
bangunan padahal namanya telah ditulis dalam deretan orang yang akan meninggal, lalu malaikat
maut tidak akan menunggu apapun kecuali dia diperintahkan lalu ia mencabut nyawanya”.

Dalam riwayat lain :

“Ajal hamba itu ditentukan dari Sya’ban sampai bulan Sya’bal selanjutnya, sehingga seorang
laki-laki menikah dan dilahirkan untuknya anak, padahal namanya telah keluar termasuk
golonga! prang-orang yang meninggal”.

Dalam riwayat lain :

“Sesungguhnya dalam malam nisfu Sya’ban Allah memutuskan seluruh keputusan-Nya dan
menyerahkannya kepada masing-masing petugas-Nya pada Lailatul Qodr”,

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa penyerahan itu pada malam ke dua puluh tujuh dalam
bulan Ramadlan. Dari sini bisa disimpulkan bahwa malam dua puluh tujuh Ramadhan ketika
terjadi peristiwa itu adalah bertepatan dengan Lailatul Oodr.
Lailatul Takfir (Malam Penghapusan Dosa)

Diantara nama Nisfu Sya’ban adalah malam penghapusan dosa, karena pada malam ini seluruh
dosa selama setahun dihapuskan, sebagaimana hari Jum’at menghapuskan dosa selama seminggu
dan malam lailatul Qodar menghapus dosa seumur hidup. Keterangan ini disampaikan oleh
Imam as-Subki dalam kitab tafsirnya.

Lailatul Ijabah (Malam Pengabulan Doa)

Diantara nama Nisfu Sya’ban adalah malam pengabulan permohonan berdasarkan hadits yang
diriwayatkan dari Sahabat Abdullah bin Umar ra ia berkata :

“Lima malam dimana doa di dalamnnya tidak akan ditolak, yaitu malam Jum ‘at, awal malam
dari bulan Rajab, malam Nisfu Sya ‘ban, malam Lailatul Qodar dan malam dua hari raya”.

Lailatul Hayat dan Lailatul Idil Malaikat (Malam Kehidupan dan Malam Hari Rayanya Malaikat)

Diantara nama Nisfu Sya’ban adalah malam kehidupan dan malam hari raya malaikat.
Keterangan ini disampaikan oleh Imam Abu Abdullah Thohir bin Muhammad bin Ahmad al-
Haddadi dalam kitabnya “Uyunul Majalis. “Sesungguhnya malaikat di langit itu memiliki dua
malam hari raya sebagaimana yang dimiliki oleh orang Islam. Adapun 2 hari rayanya malaikat
itu adalah Lailatut Baro’ah (malam pembebasan) yaitu malam Nisfu Sya’ban dan malam Lailatul
Qodar. Sedangkan hari raya manusia adalah hari Idul Fitri dan Adha. Hari rayanya malaikat itu
pada malam hari, karena mereka tidak pernah tidur, jadi bagi mereka antara siang dan malam
tidak ada perbedaan. Dan para manusia berhari raya pada siang hari karena waktu malam bagi
mereka adalah waktu tidur agar pada malam harinya mereka bisa tidur nyenyak dan beristirahat”.

Lailatus Syafa’at (Malam Syafa’at)

Diantara nama Nisfu Sya’ban adalah Malam Syafa’at, keterangan ini menurut Imam Abu
Mansyur Muhammad bin Abdullah alHakim an-Naisaburi dan beberapa ulama lain.

Lailatul Baro’ah dan Lailatus Shok (Malam Pembebasan dan Malam Sertifikasi)

Diantara nama Nisfu Sya’ban adalah Malam Pembebasan dan Malam Sertifikasi, dinamakan
demikian karena pada malam itu setiap mukmin ditetapkan sebuah kebebasan dari neraka dan
pemberian sertifikat pengampunan.

Sebagian ulama pernah ditanya, mengapa malam ini dinamakan dengan malam pembebasan?
Mereka menjawab: Ketika seorang pegawai menarik pajak dan sedekah kemudian ia telah
menunaikan segala hak-hak yang dimiliki oleh baitul mal, maka ia akan diberi sebuah tulisan dan
dinyatakan bebas. Karena ia akan terbebas dari semua tanggung jawab yang menjadi bebannya.
Begitu juga dengan malam pembebasan, setiap orang akan diberikan sebuah kebebasan dan akan
diucapkan kepadanya. Engkau sudah menunaikan segala hak dan engkau sudah melaksanakan
semua syarat-syarat peribadatan, maka sekarang ambillah kebebasanmu dari neraka. Kemudian
diucapkan kepada salah seorang, engkau telah memperingan hak-ku dan engkau tidak
menjalankan syarat-syarat peribadatan, maka ambillah kebebasanmu dari Dzat yang Maha
Perkasa.

Lailatul Jaizah, lailatur Rujhan, Lailatul Ta’dhim dan Lailatul Qodar

Diantara nama Nisfu Sya’ban adalah adalah Lailatul Jaizah (malam penobatan), lailatul Rujhan
(malam unggulan), Lailatul Ta ‘dhim (malam pengagungan) dan Lailatul Qodar. Penamaan
malam Nisfu Sya’ban dengan nama-nama ini itu berdasarkan keterangan Imam as-Subki dalam
kitab tafsirnya.

Lailatul Gufron (Malam Pengampunan)

Diantara nama Nisfu Sya’ban adalah Malam Pengampunan dan Kemerdekaan dari neraka.

Cara Menghidupkan Malam Nisfu Sya’ban

Dalam menghidupkan malam nisfu Sya’ban, ulama Syam berbeda pendapat atas dua qoul :

1. Disunnahkan menghidupkan malam ini dengan berkelompok di masjid. Dulu, Kholid bin
Ma’dan, Luqman bin Amir dan beberapa tokoh ulama’ lain, pada waktu malam nisfu
Sya’ban mereka memakai pakaian terbaik, memakai bukhur dan memakai celak lalu
melakukan ibadah di masjid pada malam itu juga. Hal seperti mi disetujui oleh Ishag bin
Rohuyah. Beliau berkomentar tentang pelaksanaan tersebut: Menghidupkan malam Nisfu
Sya’ban dengan berkelompok tidaklah termasuk bid’ah. Keterangan ini disebutkan oleh
Imam Harb al-Karmani dalam kitab Masailnya dari Ishag bin Rohuyah.

2, Makruh hukumnya berkumpul bersama-sama di masjid pada malam nisfu Sya’ban untuk
melakukan sholat, bercerita dan berdoa, dan tidak dimakruhkan pada malam itu bagi seseorang
yang melakukan sholat sendiri-sendiri, Keterangan ini disampaikan oleh Imam al-Auza’i,
Seorang Pemuka, Ahli Fikih dan Ulama Negara Syam. Keterangan inilah yang lebih dekat
kebenarannya. Insya Allah.

Anda mungkin juga menyukai