SKRIPSI
OLEH:
RAHMIATI SARAPANG
16 22 060 202
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
Oleh:
RAHMIATI SARAPANG
16 22 060 202
Skripsi ini Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Studi pada
Program Studi Agroindustri Politeknik Pertanian Neg ri Pangkep.
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui :
Ketua ur
Nim 1622060202
Disahkan Oleh
Tim penguji :
NIM 1622060202
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skiripsi yang saya tulis dengan judul
saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pemikiran orang lain.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau
keseluruhan skripsi ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut.
Rahmiati Sarapang
v
ABSTRACT
RAHMIATI SARAPANG, 16 22 060 202. Fermentation of Cocoa Beans (Theobroma
cacao L) Using Bamboo Talang (Schizostachyum brachycladum), supervised by Reta
and Sriwati Malle.
Cocoa is one of the plantation crops that have high economic value and is widely
cultivated in Indonesia. Cocoa is one of the third largest foreign exchange earners after
rubber and oil palm in the plantation sector. Fermentation of cocoa beans aims to improve
the taste and aroma of cocoa.
The purpose of this study was to analyze the effect of fermentation media and
length of fermentation on bamboo on the quality of cocoa beans. And analyzing the yield
of cocoa beans during the fermentation and drying process. The experimental design used
in this study was an experimental method using a two-factor randomized randomized
design (CRD). The first factor is a fermentation container with two levels of container,
namely bamboo at room temperature and bamboo planted in the ground (A), the second
factor is the fermentation time with three levels, namely five, six, and seven days (B). As
for samples A1B1 (bamboo at room temperature, five days), A1B2 (bamboo at room
temperature, six days), A1B3 (bamboo at room temperature, seven days), A2B1 (bamboo
planted on the ground, five days), A2B2 ( bamboo planted in the ground, six days), A2B3
(Bamboo planted in the ground, seven days), C (Control). The observation parameters
carried out consisted of several aspects that determine the quality or quality assurance of
cocoa beans for specific quality requirements for cocoa beans including the number of
cocoa beans per hundred grams, the content of moldy beans, the content of slaty beans,
the content of insect beans, the level of dirt, and the level of germinated beans. And the
yield of cocoa beans during the fermentation process and the drying process. From these
aspects refers to the Indonesian National Standard (SNI).
Based on the results of this study, the best types of quality / grade are in the sample
/ treatment A1B1 (Bamboo at room temperature, five days) and A2B2 (bamboo planted
in the ground, six days) with IA grade / quality that has met special requirements for
cocoa quality. based on SNI. and the highest yield was in the A1B2 sample (bamboo at
room temperature, six days), namely 60.55% and the lowest was C (control), namely
34.86%.
ABSTRAK
RAHMIATI SARAPANG, 16 22 060 202. Fermentasi Biji Kakao (Theobroma cacao L)
Menggunakan wadah Bambu Talang (Schizostachyum brachycladum), di bawah
bimbingan oleh Reta dan Sriwati Malle.
Kakao merupakan salah satu tanaman perkebunan yang memiliki nilai ekonomi
yang tinggi dan yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia. Kakao merupakan salah
satu penyumbang devisa negara terbesar ke tiga setelah karet dan kelapa sawit pada sector
perkebunan. Fermentasi biji kakao bertujuan meningkatkan cita rasa dan aroma pada
kakao.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis pengaruh media fermentasi dan
lama fermentasi pada bambu terhadap mutu biji kakao. Dan Menganalisis rendmen biji
kakao selama proses fermentasi dan pengeringan. Rancangan percobaan yang digunakan
pada penelitian ini yaitu metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak
Legkap (RAL) dua faktor. Factor pertama yaitu wadah fermentasi dengan dua taraf
wadah yaitu bambu disuhu ruang dan bambu ditanam di tanah (A), Factor kedua yaitu
lama fermentasi dengan tiga taraf yaitu lima, enam,dan tujuh hari (B). Adapun untuk
sampel A1B1 (Bambu di suhu ruang, lima hari) , A1B2 (bambu di suhu ruang, enam
hari), A1B3 (bambu di suhu ruang, tujuh hari), A2B1 (bambu di tanam di tanah, lima
hari), A2B2 (bambu di tanam di tanah, enam hari), A2B3 (Bambu di tanam di tanah,
tujuh hari), C (Kontrol). Parameter pengamatan yang dilakukan terdiri dari beberapa
aspek yang menentukan kualitas atau jaminan mutu biji kakao untuk syarat mutu khusus
biji kakao diantaranya jumlah biji kakao per seratus gramnya, kadar biji berjamur, kadar
biji slaty, kadar biji berserangga, kadar kotoran, kadar biji berkecambahnya. Dan
rendemen biji kakao selama proses fermentasi dan proses pengeringan. Dari aspek-aspek
tersebut mengacu pada standar nasional indonesia (SNI).
Berdasarkan hasil dari penelitian ini jenis mutu/grade yang terbaik ada pada
sampel/perlakuan A1B1 (Bambu di suhu ruang, lima hari) dan A2B2 (bambu di tanam di
tanah, enam hari) dengan grade/mutu IA yang telah memenuhi syarat khusus mutu kakao
berdasarkan SNI. dan rendemen yang paling banyak ada pada sampel A1B2 (bambu di
suhu ruang, enam hari) yaitu 60,55% dan yang paling rendah adalah C (control) yaitu
34,86%.
KATA PENGANTAR
senantiasa teriring kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah mendidik generasi
penulis termotivasi untuk selalu belajar dan bekerja keras dalam menyelesaikan
tugas yang diberikan salah satunya penyelesaian skripsi. Selain orang tua dan
keluarga penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Dr.
Reta S. Tp., M.Si selaku pembimbing I saya dan Ibu Dr . Sriwati Malle, S.
Pangkep
sehingga saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi
mengucapkan banyak terima kasih, semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
ABSTRACK ............................................................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................... vi
4.2 Pembahasan.............................................................................................. 23
V. PENUTUP.......................................................................................................... 30
LAMPIRAN ........................................................................................................... 33
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
2.1. Komposisi kimia biji kakao sebelum fermentasi ........................................... 4
2.2. Anatomi biji kakao ...................................................................................... 5
2.3. Persyaratan umum mutu biji kakao ............................................................... 7
2.4. Persyaratan khusus mutu biji kakao .............................................................. 7
2.5. Mutu fisik biji kakao difermentasi dan non fermentasi .................................. 12
2.6. Mutu kimia biji kakao fermentasi dan nonfermentasi .................................... 12
4.1. Hasil analisis fisik mutu biji kakao ............................................................... 20
4.2. Berat biji kakao............................................................................................ 21
4.3. Rendemen ................................................................................................... 22
xii
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
2.1. Tanaman Kakao Dan Biji Kakao .................................................................. 3
3.1 .Diagram Alir Proses Fermentasi Biji Kakao .................................................. 17
4.1 Diagram Analisis Fisik Mutu Biji Kakao ...................................................... 23
4.2 Diagram Jumlah Biji Per 100 Gram .............................................................. 26
4.3 Diagram Rata-Rata Rendemen Biji Kakao .................................................... 29
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks Halaman
1. Perhitungan rendemen kakao dan analisis fisik biji kakao .......................... 34
2. Dokumentasi penanganan pasca panen buah kakao ................................... 41
3. Data Anova Biji Kakao ............................................................................ 44
4. Histogram Biji Kakao .............................................................................. 45
1
BAB 1. PENDAHULUAN
701 juta (Kementan, 2015). setelah karet dan kelapa sawit. Meningkatnya
berkenbun kakao (Prawoto dkk, 2005). Adanya program gerakan nasional kakao
yang terkait dengan rehabilitasi, intensifikasi, dan peremajaan yang di buat oleh
langsung di keringkan saja padahal biji kakao yang difermentasi dengan yang
tidak itu memiliki perbedaaan yang sangat besar mulai dari cita rasanya,
aromanya dll, perbedaan itu disebabkan karena pada saat di fermentasi adanya
reaksi kimia dan biokimia yang meningkatkan cita rasa dari biji kakao sedangkan
jika biji kakao tidak difermentasi maka tidak terjadi reaksi tersebut sehingga cita
rasanya lemah bahkan pada saat proses penyangrian maka akan menghasilkan rasa
Fermentasi biji kakao dilakukan dengan metode anaerob atau tanpa oksigen
agar terjadi reaksi kimia dan biokimia. Media yang digunakan dalam proses
bambu itu masih sangat jarang dilakukan dan masih menggunakan metode
fermentasi yang biasa. biji kakao yang masih segar itu difermentasi di dalam
kakao?
pengeringan?
pengeringan.
penggunaan media bambu untuk fermentasi biji kakao dan mengetahui mutu
biji kakao yang paling bagus mutunya dari 3 perlakuan yang telah
dilakukan.
3
devisa negara serta penghasilan petani kakao. Produksi biji kakao di Indonesia
secara signifikan terus meningkat, namun mutu yang dihasilkan sangat rendah dan
beragam, antara lain kurang terfermentasi, tidak cukup kering, ukuran biji tidak
seragam, kadar kulit tinggi, keasaman tinggi, cita rasa sangat beragam dan tidak
konsisten. Hal tersebut tercermin dari harga biji kakao Indonesia yang relatif
rendah dan dikenakan potongan harga dibandingkan harga produk sama dari
negara produsen lain (Haryadi dan Supriyanto, 2001). Dapat kita lihat gambar dari
bulat lonjong dengan panjang 15-30 cm dan lebar 8-10 cm. Struktur buah kakao
secara garis besar terdiri atas empat bagian yaitu 73,63% kulit (pod kakao),
24,37% pulp dan biji (umumnya dalam satu buah kakao terdiri dari 30-40 butir
biji kakao) dan 2% plasenta (merupakan kulit ari pembungkus biji kakao)
(Siswoputranto, 1983).
Buah kakao terdiri atas 3 komponen utama, yaitu kulit buah, plasenta dan
biji. Kulit buah merupakan komponen terbesar dari buah kakao, yaitu lebih
dari 70 persen berat buah masak. Presentase biji kakao di dalam buah hanya
sekitar 27-29 persen, sedang sisanya adalah plasenta yang merupakan pengikat
dari 30 sampai 40 biji (Wood dan Lass, 1985). Kakao terdiri atas dua bagian
utama yaitu pertama kulit biji yaitu sebanyak 10-14 persen dan kedua adalah
keping biji (cotyledon) 7 sebanyak 86-90 persen dari berat keping biji. Secara
lengkap komposisi kimia biji (cotyledon) dapat dilihat pada Tabel 2.1.
yang di
fermentasi
Standar mutu ditentukan sebagai tolak ukur atau acuan untuk pengawasan
terkait yang ditunjuk. standar mutu biji kakao Indonesia diatur dalam standar
nasional Indonesia biji kakao (SNI 2323:2008). Standar SNI ini meliputi defenisi,
klasifikasi, syarat mutu, cara uji, syarat penandaan (labeling), cara pengemasan
dan rekomendasi.
Biji kakao adalah sebuah biji yang dihasilkan oleh tanaman kakao / cocoa
kategori mutu, dan ukuran serta berat biji. Berdasarkan jenis tanaman,biji
diklasifikasikan dalam dua syarat mutu, yaitu syarat umum dan syarat khusus.
Syarat umum merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh setiap bagian bijikakao
yang akan diekspor, dan syarat khusus merupakan syarat yang harus dipenuhi
Berdasarkan SNI 2323:2008 tentang standar mutu biji kakao, biji kakao
digolongkan dalam dua jenis yaitu jenis mulia (fine cocoa/F) dan jenis lindak
(bulk cocoa/B). Penggolongan biji kakao menurut ukuran berat bijinya, yang
dinyatakan dengan jumlah biji per 100 g contoh, biji kakao digolongkan dalam 5
golongan ukuran dengan penandaan menurut Mulato dkk, (2004) yaitu sebagai
berikut:
kelas, yaitu mutu kelas I, II, dan III, dengan ketentuan telah memenuhi
pada standar mutu biji kakao SNI 2323-2008. Standar tersebut belum di
mempunyai citra yang kurang baik dengan -ciri tidak difermentasi, kurang
kering, ukuran biji tidak seragam dan banyak mengandung kotoran (Mulato,
7
2011). adapun tabel persyaratan umum dan khusus biji kakao dilihat pada tabel
Jenis Jumlah Kadar biji Kadar Kadar biji Kadar Kadar biji
mutu biji per berjamur biji berserangga kotoran berkecambah
100 gram (%) slaty (%) (%) (%)
(%)
I-AA Maks.85 2 3 1 2 2
I-A 86-100 2 3 1 2 2
I-B 101-110 2 3 1 2 2
I-C 111-120 2 3 1 2 2
I-S >120 2 3 1 2 3
II-AA Maks.85 4 8 2 3 3
II-A 86-100 4 8 2 3 3
II-B 101-110 4 8 2 3 3
II-C 111-120 4 8 2 3 3
III-S >120 4 20 3 3 3
Sumber : SNI 2323-2008
1. Kakao Criollo
premium yang dikenal sebagai Fine Flavour Cocoa, choiced Cocoa, Edel Cocoa,
serta Kakao Mulia. Kakao Criollo dibedakan atas 2 jenis, yaitu; Central America
Criollos dan South America Criollos. Cacao Endel memasok kurang dari 7%
8
produksi kakao dunia yang dihasilkan oleh negara Equador, Venezuela, Trinidad,
2. Kakao Foreastero
sedang yang dikenal sebagai ordinary cacao atau kakao baku serta bulk cacao.
93% produksi kakao di dunia merupakan jenis Bulk cacao yang dihasilkan dari
3. Kakao Trinitario
Merupakan tipe hibrida yang berasal dari persilangan alami Criollo dan
forastero sehingga sangat heterogen dengan biji kering yang dihasilkan bisa Endel
Cocoa maupun Bulk Cocoa yang artinya Kakao jenis ini dapat menghasilkan biji
1. Pemecahan Buah
kakao dari kulit buah dan plasentanya. Biji kakao kemudian ditampung di wadah
yang bersih, sedang kulit buah dan plasentanya dibuang sebagai limbah.
Pemecahan buah harus dilakukan secara hati-hati supaya biji tidak terlukai
atau terpotong oleh alat pemecah. Setelah kulitnya terbelah, biji kakao
diambil dari belahan buah dan ikatan plasenta dengan tangan yang bersih.
Biji yang sehat harus dipisahkan dari kotoran-kotoran pengganggu dan biji
cacat. Biji sehat dimasukkan ke dalam ember plastik atau karung plastik yang
2. Fermentasi
Tujuan dari proses fermentasi adalah untuk memberikan citarasa khas coklat
dan mengurangi rasa pahit dan sepat yang pada biji kakao (Rohan, 1963;
terdiri dari beberapa aspek penting diantaranya yaitu berat biji yang akan
pada wadah fermentasi perlu di jaga untuk menghindari kontaminasi mikroba atau
minyak, pestisida dan bahan kimia lainnya. kontaminasi kotoran bahan organic
pembiakan ulat /belatung pada tumpukan biji. Selama fermentasi bagian atas
kotak harus ditutup dengan karung goni, daun pisang atau plastik untuk
mencegah kontaminasi lalat dan kehilangan panas dari permukaan tumpukan biji.
alkohol, fermentasi asam cuka, dan menaikan suhu. Disamping itu aromapun
dkk, 2002). Proses ini dilakukan untuk mendapatkan senyawa kimia pembentuk
3. Pengeringan
tertentu, karena proses pengeringan biji kakao yang telah difermentasi dapat
mengurangi kadar astringency dan bitterness. Pengeringan biji kakao ini dapat
10
cara pengeringan artifisial, dan harus dilakukan sampai kadar air pada biji kakao
4. Sortasi
Salah satu aspek mutu biji kakao yang sangat penting bagi konsumen
yang umum digunakan adalah jenis silinder berputar atau jenis datar dengan
getaran dengan kapasitas antara 500-1250 kg per jam. Mesin sortasi mempunyai 3
saringan dengan memisahkan biji dengan golongan mutu A, B, dan C untuk mesin
sortasi tipe getar, ayakan disusun bertingkat. Sedang tipe silinder berputar, ketiga
golongan biji dengan ukuran besar dan mempunyai jumlah biji antara 85-90
untuk 100gram. Mutu B adalah golongan biji dengan ukuran medium mempunyai
jumlah biji antara 95-110 untuk setiap 100 gram. Sedangkan mutu C adalah
golongan biji dengan ukuran kecil dan mempunyai jumlah biji diatas 120 untuk
tidak memerlukan penambahan kultur starter, karena pada biji kakao memiliki
pulp yang mengandung bayak glukosa, fruktosa, sukrosa dan asam sitrat yang
proses fermentasi dapat membuat biji kakao lebih memiliki cita rasa yang kuat,
Fermentasi biji kakao sangat berpengaruh pada lama fermentasi Bila rentang
aerasi atau pengadukan dan aktivitas mikroba. Semakin lama waktu fermentasi,
semakin banyak pula biji yang ditumbuhi cendawan, sehingga aroma kakao
Mutu fisik biji kakao kering sangat berpengaruh terhadap mutu produk.
Mutu fisik biji kakao fermentasi telah diatur dalam SNI 2323-2008 Waktu yang
selama fermentasi. Tidak hanya pada pasta kakao, penurunan protein selama
fermentasi juga terjadi dalam bentuk biji kakao. Penurunan kandungan protein
disebabkan oleh terjadinya reaksi Maillard, yang merupakan reaksi antara asam
amino (protein) dengan gula pereduksi (Jumnongpon et al. 2012). Hasil reaksi
Maillard tidak hanya menimbulkan warna dan citarasa tetapi juga tekstur produk
melalui timbulnya ikatan silang protein (Gerrard, 2002). adapun mutu fisik dan
12
mutu kimia biji kakao yang difermentasi dan nonfermentasi dapat kita lihat pada
Tabel 2.5. Mutu fisik biji kakao difermentasi dan non fermentasi
Tabel 2.6. Mutu kimia biji kakao fermentasi dan non fermentasi
rumpun dan punya ranting banyak (manggarai), bela (jawa), berwarna hijau.
Bambu talang dapat tumbuh didaerah tropis yang lembab dan juga di daerah
kering, baik didataran rendah dan dataran tinggi. Dicirikan oleh kotornya pelepah
buluh yang melekat pada bulunya. Tinggi buluh bias mencapai 10 meter – 15
13
dengan dinding tipis, dan tebal 6 milimeter.Bambu talang, bambu lemang atau
buluh lemang adalah sejenis bambu yang biasa digunakan untuk membuat
lemang. Menyebar luas di kawasan Malesia dan Indocina, buluh ini dikenal pula
dengan nama-nama lain seperti buluh nèhè; buluh sèro; awi buluh; pĕrréng bulu,
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan juni sampai juli 2020 di desa
3.1.1 ALAT
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bambu, baskom, pisau,
spidol.
3.1.2 BAHAN
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu biji kakao yang
kakao dan metode pengambilan data primer yang dilakukan pada penelitian ini
dilakukan dengan perlakuan fermentasi biji kakao pada media bambu dan lama
fementasi yang digunakan dengan perbandingan pada media bambu pada suhu
ruang dan di tanam di tanah dan juga lama /waktu fermentasi yang dibutuhkan
taraf wadah yaitu bambu disuhu ruang dan bambu ditanam di tanah (A), factor
Adapun perlakuan control dengan hanya menjemur biji kakao tanpa melalui
proses fermentasi metode kontol ini sangat umum dilakukan oleh masyarakat.
Pengamatan dilakukan pengujian mutu fisik biji kakao serta rendemen biji kakao .
2. Buah kakao yang telah dipanen kemudian dibelah dua dan dipisahkan antara
hingga rata.
16
4. Biji kakao yang telah diaduk dimasukkan kedalam wadah fermentasi bambu
5. Wadah fermentasi bambu yang telah diisi sebayak 6 buah dengan panjang 1
meter. 3 bambu yang telah diisi biji kakao ditanam ke tanah dan 3 bambu
lainnya disimpan di luar (suhu ruang ), dan juga ada biji kakao yang
7. Wadah fermentasi bambu kemudian dibelah dipisahkan antara bambu dan biji
kakaonya.
kakaonya di jemur.
9. Setelah di fermantasi biji kakao tanduk di keringkan secara alami .setelah itu,
10. Setelah di kupas atau di pisahkan biji kakao di sortasi kemudian di lakukan
Buah kakao
Pembelahan
Biji kakao
Pengadukan
Pengisian bambu
‘
Penimbangan I
Fermentasi
Pembelahan Bambu
Penimbangan II
Pengeringan
Pengupasan
Green bean
Grade I
Grade II
Grade III
menentukan kualitas atau jaminan mutu biji kakao untuk syarat mutu khusus biji
kakao diantaranya:
Jumlah biji kakao didapat dari dalam 100 gram biji kakao yang digunakan
berapa jumlah biji kakao tersebut. semakin biji kakao maka semakin baik kualitas
Kadar biji berjamur didapat dari biji kakao yang berjamur pada suatu
Kadar biji slaty didapat dari biji kakao dibelah dan dilakukan pengamatan
pada biji kakao apakah biji kakao tersebut kurang fermentasi atau terfermentasi
dengan baik kemudian biji kakao yang telah diamati yang termasuk dalam biji
Kadar biji berserangga adalah suatu yang diamati biji kakao/sampel biji
kakao apakah terdapat serangga pada biji kakao atau tidak. pada SNI 2323:2008
e. Kadar Kotoran
Kadar kotoran adalah benda-benda lain yang bukan berasal dari tanaman
kakao, cara menentukan kadar kotoran ini sama halnya dengan menentukan biji
19
berserangga dimana diamati pada biji kakao. Semakain tinggi persentase yang
Kadar biji berkecambah didapat dari pengamatan pada biji kakao yang
dibelah apakah biji kakao tersebut telah berkecambah atau tidak jumlah biji
rendemen pengeringan didapat dari berat akhir (berat biji kakao kering) dibagai
massa awal (massa setelah fermentasi kemudian dikali dengan 100%). Tujuan dari
rendemen massa yang terbuang selama proses fermentasi atau selama proses
pengeringan
20