Anda di halaman 1dari 13

Machine Translated by Google

Komunika: Jurnal Dakwah dan Komunikasi


Vol. 17, No.1, April 2023, 89-101
ISSN 1978-1261 (cetak); 2548-9496 (online)
DOI: 10.24090.komunika.v15i2.7888

Analisis Fenomena Melenturkan di Media Sosial: Islami


Perspektif

Rafli Maulana Lubis*1, Hasan Sazali1 Informasi Artikel


1
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Medan, Dikirim 8 Januari 2023
Indonesia Revisi 27 Februari 2023
Diterima 3 Maret 2023
Diterbitkan 1 April 2023

Abstrak

Flexing merupakan fenomena atau budaya baru di era digital saat ini untuk memamerkan kekayaan di
media sosial guna meningkatkan status sosial dan eksistensi diri. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis dampak fenomena flexing dalam perspektif Islam khususnya bagi umat Islam di media
sosial. Metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan instrumen pendekatan
fenomenologis yang membahas tentang gambaran suatu fenomena yang muncul dalam lingkungan
sosial. Analisisnya menggunakan Teori Pembelajaran Sosial dan metode pengumpulan data dengan observasi dan studi pusta
Penelitian ini menemukan beberapa dampak yang melengkapi penelitian sebelumnya, yaitu 1).
Terbentuknya sikap angkuh dan sombong (Riya'), 2). Paradigma baru pemahaman materialisme, dan 3).
Mengubah orientasi akhirat menjadi duniawi. 4). Menciptakan kriminalitas yang inovatif.

Kata Kunci: Fenomena Flexing, Media Sosial, Era Digital.

Perkenalan Adanya teknologi internet dan media sosial membuat


Modernisasi baru banyak orang memanfaatkan media sosial untuk
mencari rezeki, seperti menjual barang atau jasa atau
mengembangkan teknologi, budaya, nilai-nilai, dan gaya hidup.
Di sisi lain, muncul juga budaya-budaya yang membuat konten. Salah satu konten media sosial

fleksibel. Melenturkan merupakan tindakan yang paling banyak digemari adalah konten tentang

memamerkan kekayaan atau kemewahan demi flexing. Namun media sosial digunakan untuk

pengakuan diri atau eksistensi diri. Anehnya, memamerkan kekayaan dan mendapatkan pengakuan

fenomena tersebut muncul pada masa pandemi dari orang lain (Huda et al., 2022). Dengan adanya

Covid-19, ketika masyarakat mengalami krisis pengakuan dari orang lain maka dapat meningkatkan

ekonomi (Mardiah, 2022). Dampak pandemi ini taraf sosialnya di masyarakat. Benda-benda yang

menyebabkan para pekerja kehilangan pekerjaan. dipamerkan kepada masyarakat berupa barang-

Berdasarkan data Bank Indonesia, sebanyak 87,5% barang mahal dan mewah, kegiatan mewah seperti

masyarakat yang tergabung dalam UMKM terdampak jalan-jalan ke luar negeri, kendaraan mewah, dan

pandemi Covid-19. Dari jumlah tersebut, 93,2% banyak uang tunai atau ATM (Khayati dkk., 2022).

mempunyai dampak negatif terhadap pekerjaannya Melenturkan diri di media sosial memungkinkan individu yang

(Wijayanto et al., 2022). Itu memiliki kekayaan dan kemegahan untuk memamerkan kemampuannya

*Korespondensi Penulis: Rafli Maulana Lubis, email; rafli0105192025@uinsu.ac.id, Hasan Sazali, alamat email;
hasansazali@uinsu.ac.id

Hak Cipta © 2023 Penulis, Diterbitkan oleh Fakultas Dakwah UIN Saizu Purwokerto - Indonesia
89
Ini adalah artikel yang dapat diakses secara terbuka di bawah lisensi CC-BY-SA di https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/
Machine Translated by Google

Rafli Maulana Lubis, Hasan Sazali

kekayaan (Hafidz, 2022). Selain pamer kekayaan, mereka Shahrani atau Reza Paten, Dinar Wahyu Septian atau
menawarkan bisnis instan yang biasa diistilahkan dengan Wahyu Kenzo yang semuanya terjerat kasus yang sama
“kaya dengan cara cepat/instan” (Dzulfaroh &; Nugroho, 2022).
(Sholahudin, 2022). Fenomena ini menjadi viral, trending Pelenturan budaya berasal dari Westernisasi nilai-
topic dan marak karena semakin banyaknya orang super nilai materialisme, hedonisme, dan konsumerisme (Farid,
kaya atau crazy rich yang memamerkan aset atau 2022). Meluasnya materialisme, konsumerisme, dan
barangnya di media sosial yang mewah, mahal, branded, hedonisme telah melekat pada masyarakat (akibat
boros, dan kebiasaannya megah (Windyaningrum dkk., westernisasi) untuk menaikkan status sosialnya (social
2022). Artis atau publik figur yang mendapat predikat climbing) atau terlihat seperti orang kaya (Hafidz, 2022).
crazy rich saat ini sedang tenar, seperti Raffi Ahmad dan Publik figur yang fleksibel seperti Atta Halilintar, Ria Ricis,
Nagita Slavina yang terkenal dengan julukan "Sultan Raffi Ahmad, Baim Wong, dan lain-lain, memiliki banyak
Andara", Andre Taulany dengan julukan "Sultan Bintaro", pengikut di media sosial dan mempengaruhi pengikutnya
Atta Halilintar, YouTuber kondang. Selain artis, ada pula untuk larut dalam budaya materialisme. Dia
tokoh masyarakat yang disebut crazy rich, seperti Gilang
Widya Pramana yang berbisnis dan memiliki jet pribadi;

Maharani Kemala, pendiri MS Glow; Rudi Salim, seorang ditakuti umat Islam yang menjadikan dirinya sendiri
pengusaha sukses di berbagai bidang; Ahmad Sahroni, tokoh masyarakat atau panutan akan mengikuti perilaku
seorang anggota senator dan pengusaha, dan baru-baru tersebut atau menjadikan kekayaan sebagai tujuan utama,
ini viral menyebut Indra Kesuma (Indra Kenz) sebagai dan mengikuti gaya hidup dan bisnis instan, yang ternyata
pengusaha dan YouTuber yang saat ini terungkap dalam merupakan penipuan seperti kasusnya.
kasus penipuan investasi Binomo (Sholahudin, 2022).
penipuan yang dilakukan Biro Perjalanan Umroh PT. First
Anugerah Karya Wisata atau dikenal dengan First Travel.
Jumlah korban yang terkena penipuan berjumlah 58.682
orang dengan total kerugian sebesar 839,12 miliar Rupiah
(Chonyta & Nasiya, 2022).

Pelenturan ini bertujuan untuk meyakinkan Dalam konsep yang fleksibel, budaya di era digital
masyarakat bahwa Binomo adalah bisnis investasi
merupakan permasalahan yang cukup besar bagi umat
menjanjikan dan menguntungkan sehingga mereka Islam saat ini. Umat Muslim mengalami keterlibatan yang
tertarik untuk berinvestasi. Namun citra Binomo saat ini tinggi dalam melenturkan budaya di media sosial dan
sedang buruk karena banyaknya laporan korban penipuan sering mengonsumsi konten yang melenturkan.
Binomo, dengan jumlah korban mencapai 246 orang Dikhawatirkan jika umat Islam mengkonsumsi konten tersebut
(Chandra &; Widya Mutiara, 2022). secara teratur dan terus menerus, budaya tersebut akan
diinternalisasi dan ditiru. Apalagi, budaya ini muncul pada

Menurut Prof Rhenald Kasali (Rizka & Senja, 2022), masa krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19 yang
flexing awalnya digunakan untuk strategi pemasaran, secara psikologis melemahkan rasionalitas dan mudah
namun sayangnya banyak yang memanfaatkan flexing terpengaruh dengan flexing. Macam-macam pelenturan
sebagai media penipuan yang merugikan. Selain itu, ada meliputi : 1). Pokoknya menggiring modal atau kekayaan
juga kasus investasi bodong yang sama dan melupakan nilai-nilai Islam, 2). Jadikan perilaku
melenturkan sebagai tujuan utama jika berhasil
Indra Kenz, seperti Doni Salmanan, Reza

90 KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi ÿVol 17, No.1 (2023)


Machine Translated by Google

Analisis Fenomena Melenturkan di Media Sosial: Perspektif Islam

memperoleh kekayaan, dan 3). Mereka mudah dengan penjelasan rinci. Sukmadinata (Zulkhairi
terpengaruh oleh penipuan bisnis yang dimiliki et al., 2018) menyatakan bahwa metode penelitian
oleh public figure atau crazy rich seperti pada deskriptif kualitatif fokus pada mengelaborasi
kasus penipuan layanan umrah First Travel, dan fenomena yang ada secara alami dan
Indra Kenz serta beberapa crazy rich atau public mengkonstruksi realitas masyarakat dengan
figure yang terkena kasus serupa lainnya. memperhatikan aspek karakteristik, hubungan

Maka dari penelitian tersebut peneliti ingin antar aktivitas, dan kualitas suatu fenomena.

menganalisis dampak dari flexing culture di media Sedangkan fenomenologi berarti mengkaji

sosial di era yang serba digital saat ini. Penelitian bagaimana suatu fenomena terjadi secara sadar

terdahulu seperti penelitian Wahyudin dalam dalam tindakan atau perilaku dan menerima

jurnalnya yang berjudul “Melenturkan Kajian suatu fenomena dalam lingkungan masyarakat.
Dalam Pandangan Hadits dengan Metode Tematik dan Kualitatif tidak mempunyai data dalam bentuk
Analisa Etika Bermedia Sosial, menemukan angka (Sukma Alam, 2020). Data kualitatif bersifat

bahwa flexing mempunyai dampak buruk, yaitu non-numerik dan menekankan aspek kata-kata

rusaknya akhlak manusia, hanya terfokus pada yang menggambarkan suatu fenomena yang

harta benda dan timbul sikap sombong (Riya'). diamati, seperti data hasil pengamatan atau
observasi, wawancara, kuesioner, studi literatur,
Sedangkan dalam penelitian Anisatul yang
berjudul “Fenomena Melenturkan: Pamer di dan lain-lain (Lubis et al., 2022). Penelitian

Media Sosial dalam Perspektif Etika Islam” kualitatif digunakan untuk memahami kenyataan

ditemukan dampak atau akibat dari fenomena yang dialami subjek penelitian dengan cara

flexing, khususnya yang mengawali sikap menjelaskan hasil penelitian dengan penjelasan

arogansi pada manusia/individu. Penelitian ini lisan dan tertulis (Ridwan &; Aslinda, 2022).

bertujuan untuk melengkapi dampak fenomena Sedangkan Sugiyono menjelaskan penelitian

flexing secara luas dalam perspektif etika atau kualitatif bertujuan untuk mencari, mengembangkan

hadis Islam namun pada perspektif etika Islam. dan menemukan pengetahuan serta diharapkan

seluruh aspek ajaran Islam, termasuk etika Islam, dapat menemukan pengetahuan baru (Irfan et

pemikiran Islam, dan orientasi hidup manusia al., 2020).


dalam Islam. Sumber data terdiri dari data primer dan
sekunder. Data primer merupakan data awal
yang akan dianalisis dan disimpulkan. Data ini
metode
digunakan sebagai sumber informasi pertama.
Penelitian ini menggunakan metode Data sekunder merupakan data pelengkap yang
penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan secara tidak langsung memberikan data kepada
fenomenologis. Menurut Kuswarno (Viviani et al., peneliti (Aini Arrochmah, 2021). Sumber data
2018), metode penelitian kualitatif menggunakan primer adalah studi literatur dan observasi. Referensi
data seperti bentuk tindakan lisan dan tertulis/ sumber dalam studi literatur berisi buku, artikel,
perilaku, realitas/fenomena, peristiwa, dan dan jurnal yang berkaitan dengan flexing, Islam,
pengetahuan dari suatu kajian atau pembelajaran. serta Al-Qur'an dan Hadits. Observasi dilakukan
Menurut Primadhany (PK Putri, 2016), metode dengan mensurvei realitas atau melenturkan
deskriptif berarti menjelaskan hasil penelitian fenomena.
secara deskriptif

KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi ÿVol 17, No.1 (2023) 91


Machine Translated by Google

Rafli Maulana Lubis, Hasan Sazali

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan masyarakat yang menjadikan materialisme sebagai
analisis kualitatif dengan tahapan antara lain fokus utama; sebagai bentuk pemujaan dan kegilaan
mengorganisasikan, mengelola, mensintesis, dan terhadap materialisme, mereka mengonsumsi hal-hal
menemukan pola yang diuraikan dalam bentuk tertulis. tersebut secara berlebihan (Mahyuddin, 2017).
Menurut Jawade (Hafidz, 2022), analisis kualitatif Menurut teori Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow,
dipahami sebagai proses menguraikan data secara dasar untuk memamerkan kekayaannya adalah
berkualitas dalam bentuk kalimat-kalimat yang kebutuhan akan harga diri dan aktualisasi diri (Mcleod,
berkesinambungan, teratur, logis, efektif, dan tidak 2018).
tumpang tindih sehingga memudahkan dalam Namun, melenturkan diri untuk memenuhi kebutuhan
menafsirkan data atau memahami maksudnya. data yang telah ada
akan rasa hormat dan aktualisasi diri dianggap tidak
dianalisis. Teori Miles dan Huberman menyatakan bermoral atau tidak manusiawi dalam agama dan etika.
bahwa teknik analisis data kualitatif dilakukan dengan
Jauh sebelum era media sosial, masyarakat
cara mengumpulkan data, mereduksi untuk menemukan
memamerkan kekayaannya melalui televisi, majalah,
pola-pola dalam kumpulan data sesuai dengan
surat kabar, dan langsung melalui percakapan
permasalahan yang diteliti, kemudian menampilkan
(Haryanto, 2014; Sholahudin, 2022). Namun media
data secara keseluruhan untuk menarik kesimpulan dan
sosial memberikan kemudahan bagi mereka untuk
memverifikasi data (Mujtahidah, 2018).
menjangkau seluruh lapisan masyarakat untuk
melakukan pamer (Bakti et al., 2020; Paramesti et al., 2021).
Hasil Dukungan media sosial sangat baik karena orang

Asal usul istilah flexing menurut Dictionary.com menghabiskan banyak waktu di media sosial untuk

berasal dari bahasa gaul hitam yang mempunyai arti aktivitas seperti berhubungan dengan orang lain dan

“menunjukkan keberanian” atau “pamer” sejak tahun mencari informasi (Thoumrungroje, 2014). Meskipun

1990-an (Arsyad, 2022). Pada pembahasan sebelumnya, teknologi dan ilmu pengetahuan berkembang pesat,

flexing merupakan istilah milenial yang mengacu pada namun moralitas dan nilai-nilai etika semakin merosot.

pamer kekayaan untuk mendapatkan status sosial, Era saat ini disebut dengan era Post Truth, dimana

pengakuan, dan eksistensi diri yang tinggi melalui media kebohongan bisa dibungkus seolah-olah itu adalah

sosial (Putu et al., 2022). Menurut penelitian Sarah, kebenaran (Tiggemann &; Anderberg, 2019). Akibatnya

tujuan lain dari perilaku flexing dapat diistilahkan untuk banyak terjadi hoax, penipuan, tawuran, ujaran

memenuhi atau melampiaskan ego individu yang kebencian, dan hal-hal buruk lainnya atau perang twit

melakukan flexing (Crump, 2022). Dalam ilmu ekonomi, (Darmalaksana, 2022).

fenomena ini dikenal dengan istilah “Conspicuous Selain itu, internet dan media sosial meningkatkan
Consumption” yang berarti konsumsi suatu barang, jumlah penipuan di seluruh dunia (Banerjee & Haque,
jasa, atau rekreasi yang bernilai tinggi, baik disadari 2018). Mari kita nantikan kasus Indra Kesuma
maupun tidak, untuk menunjukkan dan meningkatkan
status sosial. Budaya flexibel ini bukanlah sesuatu yang (Indra Kenz), ditangkap pihak berwajib beberapa tahun
baru, namun saat ini media sosial memfasilitasi para lalu karena menjalankan penipuan bisnis dagang online
influencer untuk secara mencolok menampilkan bentuk- (Herlina &; Nurhaliza, 2022).
bentuk konsumsi barang atau jasa yang mahal. Mereka mempengaruhi masyarakat untuk bergabung dengan

Konsumsi barang secara berlebihan sudah menjadi bisnis perdagangan Binary Options atau Binomo. Mereka juga

gaya hidup masa kini menawarkan pelatihan dengan mewajibkan berdagang dengan

iming-iming mendapatkan keuntungan besar.

92 KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi ÿVol 17, No.1 (2023)


Machine Translated by Google

Analisis Fenomena Melenturkan di Media Sosial: Perspektif Islam

Pada prinsipnya cara pandang Islam dalam atau kemandirian pada individu memudahkan dalam
memandang suatu kebudayaan atau pemikiran terbagi meniru perilaku orang lain.

menjadi dua: 1). Terimalah jika sesuai dengan nilai-nilai Terkait dengan teori pembelajaran sosial, jika
Islam atau agama dan tidak bertentangan dengannya. masyarakat mengikuti konten flexing, melihat konten
Begitulah budaya pakaian gamis dan imamah (ikat kepala) flexing, mengikuti tokoh masyarakat yang melakukan
pada zaman para rasul. 2). Menolak jika tidak sesuai flexing menjadi panutannya dan selalu mengkonsumsinya
dengan nilai-nilai Islam atau agama, seperti budaya pada dalam kehidupan sehari-hari, maka mereka akan
masa rasulullah yaitu meminum minuman keras, berjudi, terpengaruh dengan konten flexing dan
menyembah berhala, menguburkan bayi perempuan, mengimplementasikannya ke dalam kehidupannya baik
menggambar takdir dengan panah, dan lain-lain. dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kehidupan
sehari-hari. nilai-nilai, pola pikir, dan perilaku mereka.
Merupakan budaya atau nilai yang bertentangan dengan Individu memasuki fase belajar observasional, yang
nilai agama (Mustafa, 2018). meliputi memperhatikan atau mengamati, menyimpan
atau menyerap informasi, memperbanyak atau

Dampak Melenturkan Masyarakat dalam Islam mengembangkan informasi, dan menjadikannya sebagai
Tinjauan motivasi. Sehingga proses pembelajaran membentuk perilaku baru terbentuk k

Dalam Teori Pembelajaran Sosial, Albert Mengikuti teori SOL, faktor pendorong yang menyebabkan

Bandura menemukan istilah observasional individu tertarik

pembelajaran yang menyatakan bahwa manusia dapat dalam mengikuti nilai-nilai dan perilaku melenturkan

mempelajari perilaku, sikap, dan keterampilan dari orang- budaya atau membudayakan tokoh masyarakat adalah

orang yang diidolakannya, baik tokoh primordial maupun adanya 1). Reward atau hadiah yang didapat jika

tokoh masyarakat, dengan cara mengamati tokoh-tokoh mengikuti tokoh masyarakat yang melenturkan status

tersebut untuk mempengaruhi perilakunya (Rizka & Senja, sosial tinggi dan mendapatkan kekayaan berlimpah. 2),

2022). Bandura menyatakan bahwa proses pembelajaran Terdapat kesamaan pada aspek fisik, hobi/kesukaan

pembentukan perilaku individu banyak dan hampir meniru atau meniru tokoh yang digambarkan, dan 3).

seluruhnya melalui pengamatan terhadap perilaku individu Kelenturan disebabkan oleh rendahnya kepercayaan atau

atau masyarakat lain (Ismail et al., 2020). Model harga diri. Mudah terpengaruh untuk meniru perilaku

pembelajaran observasional dilakukan dengan cara public figure, rendahnya rasa percaya diri, atau harga diri
akibat tidak memiliki apa yang dimiliki oleh public figure
mengamati dan meniru orang lain seperti seorang anak
yang meniru ibunya. Pembelajaran observasional memiliki tersebut.

empat tahapan: perhatian, retensi, reproduksi, dan Berdasarkan teori Social Learning Theory jika
motivasi (Nursani et al., 2017). Faktor-faktor yang dikaitkan dengan fenomena flexing yang menstimulasi
mendorong individu melakukan pembelajaran media sosial dengan nilai-nilai yang dimilikinya, dan
observasional dan pengaturan diri terhadap orang yang penelitian terdahulu yang menemukan dampak dari
diikutinya antara lain: 1) Adanya imbalan dari perilaku flexing, peneliti menemukan dampak dari flexing dalam
yang dilakukan tokoh sehingga individu terdorong untuk tinjauan pemikiran Islam, diantaranya 1) Terbentuknya
meniru tokoh tersebut, 2) Adanya persamaan dalam sikap sombong (Riya'); 2) Terbentuknya paham
aspek fisik, hobi/kesukaan, paradigma, dan lain-lain dalam materialisme; dan 3) Mengubah orientasi akhirat ke
diri individu, dan 3) duniawi; 4)

Rendahnya tingkat kepercayaan diri dan harga diri Membentuk kriminalitas yang inovatif.

KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi ÿVol 17, No.1 (2023) 93


Machine Translated by Google

Rafli Maulana Lubis, Hasan Sazali

Diskusi yatakabbaru yang artinya sombong atau sombong

Menggagas Sikap Riya' dan Sombong (Taufikurrahman, 2021). Takabur biasanya memamerkan
ilmu pengetahuan, ibadah, keluarga, fisik yang indah,
Secara linguistik, kata riya’ berasal dari kata Riya
harta benda, kekayaan, dan sesuatu yang dapat
atau ria ( ÿÿ ÿÿ(, yang mempunyai akar kata ÿ(, yang
ÿ
menimbulkan kesombongan dan merendahkan orang lain.
dalam kata ras (ÿ berarti “melihat.”
Secara bahasa, kata ria adalah mukhabarat dari bahasa Adanya budaya melenturkan menyebabkan
Kazan final (ÿÿÿÿ(, yang artinya melakukan sesuatu tumbuhnya sikap riya (pamer) dan arogan. Fenomena
agar dapat dilihat oleh manusia. pamer kekayaan di media sosial dan di kehidupan
Dalam tuturan bahasa Arab, kata ini mempunyai arti nyata menjadi penyebabnya

menunjukkan perilaku berlebihan demi mendapatkan orang-orang terpengaruh oleh sikap arogan Riya. Sikap-
popularitas (Zulfikar, 2018). Menurut Al-Ghazali sikap ini dilarang di dalam

(Farwati, 2020), riya mencipta dari kata rupiah yang pemikiran Islam. Mereka cenderung mengikuti dan
artinya melihat. Riya' artinya tingkah laku yang dengan membenarkan perilaku tersebut karena mengangkat
sengaja memperlihatkan atau mempertunjukkan amal status sosial dan legitimasi melalui beberapa tokoh
shaleh atau perbuatan baik kepada orang lain untuk masyarakat Islam yang juga melenturkan diri di media
mendapat kekaguman. Riya adalah kesyirikan yang sosialnya. Allah SWT melarang sikap Riya dan
tersembunyi (Mufid, 2018). Memamerkan ibadah yang sombong serta mendapat nilai dosa. Dalam Al-Baqarah
terdiri dari shalat, puasa, shalat, haji, dan ibadah 2:264, Allah menyatakan bahwa amal riya dapat
sesama manusia seperti zakat, infaq, atau sedekah menghilangkan pahala sedekah. Di Anisa

(Avrillia, 2021). Abdul Qadir Jailani dalam bukunya Al- 4:142, Perilaku sombong Riya termasuk dalam perilaku
Faithful Arabbani menganalogikan melenturkan (Riya') munafik karena merasa egois dan tidak dilandasi
ibarat orang yang berpakaian bersih namun hatinya keimanan kepada Allah SWT.

kotor (Farwati, 2020). Perilaku riya’ berasal dari Sum’ah. Selanjutnya dalam QS Al-Ma'un 107:4-7
Sum'ah Allah juga menyatakan bahwa celaka bagi mereka
berarti orang yang menunaikan ibadah dengan tujuan yang shalat karena tiga hal: lalai shalat, melenturkan
atau niat kepada Allah. Namun pengakuan atau ikrar (Riya), dan menolak bantuan barang berharga. Dalam
tersebut berbanding terbalik dengan tujuan atau niat hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah
sebenarnya untuk mendapatkan penilaian baik dari RA, Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa tujuh
orang lain (Fatmawati et al., 2021). kelompok diberi naungan oleh Allah pada hari yang
tidak ada naungan (kiamat). Salah satunya adalah
Menurut Al-Ghazali dalam karyanya yang berjudul sedekah secara sembunyi-sembunyi dalam hadis
Al-Arba'in Fÿ Uÿÿl al-Dÿn, sombong merupakan salah riwayat Ahmad (Al-Nawawi, 2015).
satu dari sepuluh mazmumah utama atau sifat tercela
(Adam et al., 2023). Sombong berasal dari bahasa Argumen Al-Qur'an yang membahas tentang batil
Arab Al-Kibr atau takabbur, terdapat dalam Al-Ghafir 40:60; Allah berfirman bahwa
yang berarti menganggap dirinya lebih baik
orang yang sombong dan enggan beribadah akan
daripada yang lain dan menganggap orang lain lebih rendah atau
mendapat siksa di neraka. Selanjutnya dalam Al-Isra
mempunyai kekurangan sehingga tidak perlu 17:37 Allah juga menyatakan bahwa manusia tidak
merendahkan orang lain. Kata takabur, kata pinjaman boleh berjalan di muka bumi dengan sombong karena
dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia, berarti tidak akan menembus langit atau menjadikannya
sombong, berasal dari kata Arab takabbara-
setinggi gunung. Allah SWT sangat

94 KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi ÿVol 17, No.1 (2023)


Machine Translated by Google

Analisis Fenomena Melenturkan di Media Sosial: Perspektif Islam

tidak senang dengan kesombongan; dapat dilihat pada barang dan jasa, yang juga termasuk dalam materi
QS An-Nisa 4:36 dan QS Luqman 31:18. Dalam Al-A'raf berupa gambar dan gaya hidup dari pembelian materi
7:40 Allah juga menyatakan bahwa Dia tidak akan tersebut (Faridah, 2022).
membukakan pintu surga bagi kaum muslimin yang sombong. Selain itu, individu yang mengkonsumsi suatu barang
Sedangkan hadits yang membahas sifat sombong seperti atau jasa bertujuan bukan hanya untuk memperoleh nilai
riwayat umat Islam (Al-Nawawi, 2015), rasul menyatakan guna atau manfaat dari suatu barang atau jasa yang
Allah akan menghukum orang miskin yang pencemooh dibeli atau diperoleh, melainkan untuk memperoleh nilai
dengan pedih. prestise, citra, dan status sosial dari kepemilikan barang
atau jasa tersebut. Pemahaman konsumerisme yang
bertujuan memperoleh produk untuk mencari nilai
Membentuk Pemahaman Materialisme
prestise dan status sosial membentuk dorongan
Perkembangan era digital membawa materialisme kompulsif untuk melakukan pembelian materi untuk
atau ideologi (Sholahudin, 2022) yang terus berkembang. menemukannya (Wulandari, 2018). Individu dengan
Namun norma, aturan, dan hak asasi manusia sebagai materialisme cenderung mengutamakan keegoisannya
landasan perilaku sosial semakin melemah (Yusrifa, untuk mendapatkan materi, sehingga mengakibatkan
2020). Karl Marx merupakan tokoh penting dalam aliran hilangnya kepedulian dan empati serta terbentuknya pertimbangan hedonist
pemikiran materialis yang memandang kebahagiaan yang mengutamakan kesenangan materi atau duniawi
mutlak adalah dengan memiliki materi sebanyak- (Ismail, 2020). Hal tersebut sudah menjadi gaya hidup
banyaknya dan mengelolanya dengan baik agar yang menjadi trend saat ini (Balik, 2020).
perekonomian individu meningkat (NA Putri, 2022).
Selain membentuk turunan dari perilaku
Ideologi ini menghasilkan masyarakat baru dalam hal
konsumeris, flexing juga dapat mengkonstruksi pemikiran
pemahaman, nilai, dan budaya.
hedonistik dalam diri umat Islam, yaitu objek yang
memberikan kebahagiaan yang besar dan berusaha
untuk mengejarnya. Akibatnya perilaku umat Islam
Ideologi materialisme menempatkan materi sebagai nilai
cenderung ke arah nafsu duniawi.
tertinggi, sumber kesenangan atau kebahagiaan, tujuan
Pemahaman materialisme yang mengawali hedonisme
utama, dan sebagai paradigma. Artinya materialisme
dan konsumerisme merupakan hal yang problematis
hanya mempertimbangkan hal-hal penting semata-mata
dan dilarang dalam pemikiran Islam (Ramadhan &
bersifat material dan mengabaikan aspek spiritual.
Fitriah, 2019). Islam mengorientasikan kehidupan
Materialisme menolak keberadaan yang non-materi atau
manusia untuk mengejar akhirat dan beramal, barakah,
immaterial
infaq, dan sedekah. Dampak paham materialisme bagi
(Juwaini &; Rahmasari, 2022). Yang immaterial meliputi
umat Islam antara lain 1).
spiritualitas (religiusitas), aturan, atau norma, yang
Cenderung mengikuti nafsu, 2). Tidak obyektif atau tidak
bukan merupakan tujuan utama manusia (Muttaqin &;
mengikuti nilai kebenaran dalam Islam, 3). Menghindari
Ardianto, 2019). Perilaku individu yang mengkonsumsi
sedekah sosial (zakat, infaq, sedekah, dll), 4). Bersikap
suatu barang atau jasa secara berlebihan disebut
individualis, 5). Melanggar norma untuk mencapai tujuan;
dengan perilaku konsumtif. Dengan demikian, dalam era
6). Hilangnya mental kerja keras dan hanya mau bekerja
globalisasi dan postmodernisme dikenal dengan istilah
instan dengan keuntungan besar, dan 7). Hilangnya
“masyarakat konsumsi”, menurut Jean Baudrillard
kepedulian dan empati. 8)
(Fitriya, 2022). Menurutnya, individu yang mengkonsumsi
Menjadikan kekayaan sebagai standar penentu
bahan mengkonsumsi
penerimaan sosial pada individu.

KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi ÿVol 17, No.1 (2023) 95


Machine Translated by Google

Rafli Maulana Lubis, Hasan Sazali

Dalam ayat Al-Qur'an, Allah SWT dalam QS Ali- Nabi Muhammad juga memberikan perumpamaan
Imran 3:14 menyatakan bahwa kebahagiaan hidup tentang gambaran kehidupan dunia dalam hadits
lebih baik dari pada materi, dan kebahagiaan seluruh riwayat Muslim yang diriwayatkan oleh Dzabir (RA)
dunia ada di sisinya. (Al-Nawawi, 2015). Nabi Muhammad SAW bersabda
Dalam QS Al-Anfal 8:28 Allah SWT juga bahwa kehidupan dunia ini jauh lebih banyak

menyampaikan bahwa segala harta yang dimiliki hina daripada bangkai kambing yang telinganya
adalah ujian bagi hamba-Nya. Ayat lain seperti Al- cacat.

Baqarah 2:261 menyebutkan bahwa Allah akan


melipatgandakan hartanya jika infaq di jalan Allah
Menciptakan Kejahatan Inovatif
ibarat sebutir benih yang tumbuh tujuh butir, dan
setiap butir berjumlah seratus biji. As'ad dan Moh. Penelitian Hafid menyatakan

bahwa perilaku flexing termasuk dalam moral


disengagement atau perilaku tidak mengikuti standar
Mengubah Orientasi Akhirat moral universal dan tidak manusiawi (As'ad &; Hafid,
Menurut Imam Al-Ghazali, akhirat merupakan 2022). Di era media sosial saat ini, banyak terjadi
tujuan terbesar untuk mencapai kebahagiaan sejati kedaruratan hoax, ujaran kebencian, cyberbullying,
(Rohayati et al., 2018). Dalam Islam, umat manusia dan flexing sehingga menyebabkan hilangnya
seharusnya menjadikan akhirat sebagai sebuah cita-cita objektivitas dan meningkatkan subjektivitas,
menjalani hidup dengan mengejar kebahagiaan ketidakpastian, dan ambiguitas. Era post-truth berarti
hakiki karena akhirat kekal. Sebaliknya kehidupan kebohongan bisa disamarkan sebagai kebenaran,
dunia hanya bersifat sementara (V. Putri et al., 2019). hal yang sering terjadi khususnya di Indonesia
Budaya fleksibel yang tersebar di era kehidupan (Darmalaksana, 2022). Hal ini melanggar pemikiran
yang serba digital saat ini menyebabkan masyarakat Islam yang terdapat dalam Al-Baqarah 2:42, yang
khususnya umat Islam terpengaruh untuk mengejar melarang menggabungkan kebenaran dengan
hal-hal duniawi dan mengabaikan akhirat. Manusia kesalehan.
berorientasi mengejar akhirat (surga) dalam Al-Hadid Dalam penelitian Dewi dkk. (2022), perilaku
57:21. Pada ayat sebelumnya, Al-Hadid 57:20, Allah tertentu yang bertujuan untuk mendapatkan perhatian
juga menyatakan bahwa kehidupan dunia adalah lebih, mendapatkan status sosial, atau dukungan
permainan dan lelucon serta tipu daya. Dalam ayat sosial di media sosial disebut Oversharing.
lain seperti Al-An'am 6:32, Allah menyatakan secara
Pada prinsipnya, flexing merupakan salah satu
pasti tentang kehidupan dunia yang hanya sekedar bentuk pembagian kekayaan yang berlebihan.
permainan dan lelucon, serta menyatakan akhirat di Oversharing dapat membahayakan penggunanya
surga jauh lebih baik.
karena terlalu banyak memberikan informasi pribadi
Dalam hadis tersebut Rasulullah juga sehingga tidak ada batasan antara privasi dan non-
menyampaikan kedudukan atau derajat kehidupan privasi. Dampaknya bagi individu yang melakukan
dunia dengan memberikan perumpamaan. Dalam overshare berpotensi terjadinya kebocoran data
hadits riwayat At-Tirmidzi, Nabi Muhammad SAW informasi pribadi rahasia, cyberbullying, dan calon
bersabda, jika dunia ini di sisi Allah bernilai sebesar korban kejahatan. Perilaku melenturkan yang
sayap nyamuk, niscaya Dia tidak akan memberikannya memamerkan ATM, kekayaan, aktivitas mewah, dan
kepada orang kafir, walau seteguk air pun (QS. Al- aset mewahnya juga berpotensi menjadi sasaran
Nawawi, 2015). Dalam hadis lain, kriminal. Selain itu, seperti beberapa kasus

96 KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi ÿVol 17, No.1 (2023)


Machine Translated by Google

Analisis Fenomena Melenturkan di Media Sosial: Perspektif Islam

dijelaskan sebelumnya, menyebabkan maraknya kasus kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri, bukan berarti

jual beli, travelling, dan penipuan lainnya karena melenturkan adalah cara yang tepat.
melenturkan dan memakan banyak korban (Hafidz, Peningkatan status sosial hendaknya dilakukan dengan
2022). Penipuan seperti ini tercantum dalam Al-Qur'an cara yang baik dan benar. Selain itu, tidak melanggar
ayat Surah Al-Baqarah 2:105, sebagaimana orang-orang etika dan pemikiran Islam.
yang tidak beriman pada Ayat-ayat
Kontribusi penelitian ini terletak pada menemukan
Allah.
dampak flexing culture dengan memadukan analisis
konten media sosial dan teori komunikasi dengan prinsip

Kesimpulan dasar Islam dengan pendekatan Social Learning Theory.


Kajian ini hanya sebatas menemukan dampak negatif
Melenturkan tubuh dilarang dalam Islam dan haram
pelenturan budaya terhadap umat Islam; untuk itu peneliti
bagi umat Islam karena memang demikian
memberikan saran kepada peneliti selanjutnya untuk
memprovokasi hilangnya nilai-nilai Islam pada umat
dapat mengatasi dampak negatif dari budaya flexing atau
Islam. Dampak lenturnya adalah: 1). Mengawali sikap
dapat mencari solusi permasalahan terkait flexing di
Riya yang sombong, 2). Mengembangkan orientasi
media sosial atau mencari upaya untuk dapat
materialistis dan mengabaikan amal sosial (zakat, infaq,
membinasakan flexing.
sedekah, dll), bersikap individualis, melanggar norma-
norma untuk mencapai tujuan, buruknya mentalitas kerja
keras, mengejar hasil instan, dan menjadikan kekayaan
sebagai standar penentu imajinasi sosial pada individu,
3). Mengubah orientasi akhirat, dan 4) Membentuk Referensi
Kejahatan Inovatif. Beberapa dampak tersebut Adam, NS, Hadzrullathfi, S., & Omar, S.
bertentangan dengan pemikiran Islam yang dapat (2023). Terapi Sifat Sombong Menurut Teori
memberikan kesejahteraan bagi manusia secara Spiritual al-Ghazali dan al-Muhasibi [Terapi
bijaksana dan mengikuti nilai-nilai agama. Mensejahterakan Arogansi Menurut Teori Spiritual al-Ghazali dan al-
bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan Muhasibi]. BITARA, 6(1), 1–10.
melakukan ibadah sosial seperti zakat, infak, dan
sedekah, serta menjalani hidup dengan kesederhanaan,
Aini Arrochmah, Y. (2021). Stereotip Perempuan Dalam
kehidupan sosial, empati, dan mempererat persaudaraan
Film Habibie Ainun 3: Analisis Semiotika Roland
Islam (ukhuwah). Islam tidak melarang umatnya untuk
Barthes.
mengejar materi namun menjadikan mereka dimanfaatkan
untuk jalan Islam dan bukan untuk dijadikan tujuan utama Al-Nawawi, I. (2015). Riyadhus Sholihin.
Pustaka Al-Kautsar.
hidup. Islam memerintahkan umat Islam untuk mengejar
akhirat dengan menjadikan kehidupan dunia sebagai As'ad, & Hafid, M. (2022). Pelepasan Moral Pada Remaja
tempat berkumpulnya amal dan kesuksesan dunia Pengguna Media Sosial "Sebuah Gagasan
berdasarkan Islam untuk menciptakan keseimbangan. Konseptual Untuk Konselor". Jurnal Komunikasi &
Konseling Islam, 4(2), 155–160.
kehidupan dunia dan akhirat.

Meskipun perilaku melenturkan bertujuan untuk Avrillia, KM (2021). Riya' menurut hamka dalam tafsir al-
meningkatkan status sosial dan eksistensi diri atau, azhar.
dalam teori Abraham Maslow, untuk memenuhi kebutuhan.

KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi ÿVol 17, No.1 (2023) 97


Machine Translated by Google

Rafli Maulana Lubis, Hasan Sazali

Bakti, IS, Anismar, A., & Amin, K. (2020). Darmalaksana, W. (2022). Studi Flexing dalam
Pamer Kemewahan: Kajian Teori Konsumsi Pandangan Hadis dengan Metode Tematik
Thorstein Veblen. Jurnal Sosiologi USK dan Analisis Etika Media Sosia.
(Media Pemikiran & Aplikasi), 14(1), 81– Seri Konferensi Gunung Djati, 8(2),
98. https://doi. 412–427.
org/10.24815/jsu.v14i1.18109 Dewi Bunga, Cokorde Istri Dian Laksmi Dewi, &
Balik, D. (2020). Efek Moderasi Kontrol Diri pada Kadek Ary Purnama Dewi. (2022).
Hubungan Sifat Materialisme Terhadap Literasi Digital Untuk Menanggulangi
Pembelian Impulsif Online. Perilaku Oversharing di Media Sosial.
LPPM STIA Said Perintah, 1(2), 116–136. Sevanam: Jurnal Pengabdian Masyarakat,
https://stia-saidperintah.e-journal.id/ 1(1), 1–12. https://doi.org/10.25078/
hal sevanam.v1i1.9

Banerjee, A., & Haque, MN (2018). Apakah Faridah, K. (2022). Masyarakat Konsumsi Jean
berita palsu itu nyata di India? Jurnal Baudrillard: Aktivitas Ngopi Sebagai Gaya
Konten, Komunitas, dan Komunikasi, 4(8), Hidup Masyarakat Konsumsi Coffee Shop
46–49. https://doi.org/10.31620/ Sidoarjo Dalam Tinjauan Pertukaran
JCCC.12.18/09 Simbolik. Di ÿÿÿÿ.

Chandra, E., & Widya Mutiara, M. (2022). Farwati, S. (2020). Riya' dalam Perspektif Al-
Dampak Stimulus-Respon Konsumen Qur'an (Analisis Pemikiran M. Quraish
Terhadap Maraknya Gaya Visual Iklan Shihab dalam Tafsir Al-Misbah).
Flexing Produk Binomo Budi Setiawan. Fatmawati, EF, Zein, N., Afrida, & Khaidir, E.
Seri Seminar Nasional Ke-IV Universitas
(2021). Korelasi Pemahaman Materi Riya
Tarumanagara Tahun 2022 (SERINA IV Dengan Menjahui Perilaku Humblebrag
UNTAR 2022) Pemberdayaan Dan Era Milenial Pada Peserta Didik. Bedelau:
Perlindungan Konsumen Di Era Ekonomi Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 2(2),
Digital, 471–480. https://jurnal. 72–81.
untar.ac.id/index.php/PSERINA/
Fitriya, LM (2022). Online shop dan perubahan
artikel/lihat/19622%0Ahttps://
gaya hidup masyarakat muslim di masa
www.researchgate.net/
pandemi: perspektif teori masyarakat
publikasi/362823959_Dampak_
konsumsi Jean Baudrillard di Dusun
Stimulus-Respon_Konsumen_Terhadap_
Mulung, Desa …. http://digilib.
Maraknya_Gaya_Visual_Iklan_Flexing_
uinsby.ac.id/id/eprint/53143
Produk_Binomo_Budi_Setiawan
Hafidz, J. (2022). Fenomena Flexing di Media
Crump, S. (2022). Optik Kekayaan: Bagaimana
Sosial dalam Aspek Hukum Pidana.
Menghindari Mengasingkan Masyarakat
Jurnal Cakrawala Informasi, 2(1), 10–28.
sebagai Tokoh Masyarakat Kaya. Optik
https://doi.org/10.54066/jci.v2i1.158
Kekayaan.

98 KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi ÿVol 17, No.1 (2023)


Machine Translated by Google

Analisis Fenomena Melenturkan di Media Sosial: Perspektif Islam

Hartito, FP (2022). Jurnal Internasional Juwaini, J., & Rahmasari, LS (2022).


Pemahaman Multikultural dan Multiagama Kosmologi Harun Yahya Dan Kritiknya
Penggunaan Opsi Biner dalam Kasus Terhadap Materialisme: Integrasi Agama
Pidana Pencucian Uang oleh Platform Dan Sains. Agama Ibrahim : Jurnal Studi
Perdagangan Afilliator. 2, 260–269. Agama-Agama, 2(2), 170. https://
Haryanto, S. (2014). Beberapa Tindak doi.org/10.22373/arj.v2i2.13404
Ketidaksantunan dalam Masyarakat Jawa. Khayati, N., Apriliyanti, D., Sudiana, VN,
Seminar Nasional Prasasti II, 3(2), 1–46. Setiawan, A., & Pramono, D. (2022).
http://journal.stainkudus. Fenomena Flexing Di Media Sosial
ac.id/index.php/equilibrium/article/ Sebagai Ajang Pengakuan Kelas Sosial
lihat/1268/1127 Dengan Kajian Teori Fungsionalisme
Herlina, R., & Nurhaliza, Z. (2022). Analisis Struktural. Jurnal Sosialisasi: Jurnal Hasil
Wacana Video Pengungkapan diri Indra Pemikiran, Penelitian Dan Pengembangan
Kenz di Media Sosial. 10(2), 138–146. Keilmuan Sosiologi Pendidikan, 9(2),
113–121. https://ojs.unm.ac.id/
Huda, T., Primandari, AH, Kesumawati, A.,
sosialisasi/artikel/view/32543
Hayati, F., & ... (2022). Sains dan
Kesehatan dalam Perspektif Islam# 1 Lubis, RM, Isro, MI, Fayyad, M.Al, Fadli, A.,
Fakultas Matematika dan Ilmu & ... (2022). Strategi Pemasaran Bahasa
Himpunan
Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia. Sains. Mahasiswa

Uii.Ac.Id. https://science.uii.ac.id/wp- Jepang dan Sastra Jepang USU dalam


content/uploads/Sains-dan-Kesehatan- Mempromosikan Event Bunkasai USU
dalam-Perspektif-Islam-1.pdf 2022. Jurnal Pendidikan …, 6(2), 14249–
14266. https://jptam.org/index.php/
Irfan, M., Bela, S., Putri, R., Aryanti, T., Ari, A.,
jptam/artikel/view/4693%0Ahttps://
& Susanti, K. (2020). Fenomena
jptam.org/index.php/jptam/article/
Cyberbullying Dalam Teknologi Media
unduh/4693/3966
Sosial ( Instagram ) Perspektif Ilmu
Komunikasi. Jurnal Public Relations-JPR, Mahyuddin. (2017). Pendaki Sosial dan Budaya
1(April), 1–7. Pamer: Paradoks Gaya Hidup Masyarakat.
Kajian Islam Interdisipliner, 2(2), 117–
Ismail, E., Destiana, R., & Subiakto, VU (2020).
136. http://202.0.92.5/
Personal Branding dan Perubahan
pasca/jkii/article/view/1086/21
Perilaku Generasi Milenial di Media
Sosial. 8(6), Mardiah, A. (2022). Fenomena Flexing : Pamer
197–208. di Media Sosial dalam Persfektif Etika
Islam. Konferensi Internasional tentang
Ismail, M. (2020). Hedonisme dan Pola Hidup
Studi Tradisi dan Keagamaan, 1(1),
Islam. Jurnal Ilmiah Islamic Resources,
312–319.
16(2), 193. https://doi.org/10.33096/
jiir.v16i2.21 Hirarki Kebutuhan Maslow: Apakah Berlaku
dalam Budaya Kolektivis? (2003). Jurnal
Manajemen Terapan dan Kewirausahaan,
8(2), 143–161.

KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi ÿVol 17, No.1 (2023) 99


Machine Translated by Google

Rafli Maulana Lubis, Hasan Sazali

Mcleod, BS (2018). Hirarki Kebutuhan Maslow. Putri, V., Sholekhah, N., Aprilia, L., Dhita, A., &
Soleh, AR (2019). Analisis Semiotika Motivasi

Mufid, M. (2018). Konsep Riya' Menurut Al-Ghazali. Mendalam pada Lirik Lagu Dunia Sementara
Akhirat Selamanya #2 Karya Derry Sulaiman.
Kolokium Penelitian Universitas ke-10, 88–94.
Mujtahidah. (2018). Analisis perilaku pelaku Bullying
dan upaya penanganannya (studi kasus pada
siswa Man 1 Barru). Putu, N., Budiartini, A., Puspawati, S., Abraham, J.,

Jurnal Ilmu Pendidikan Indonesia (IJES), 1(1), Suryosumunar, Z., Agama, I., Negeri, H., &

25–31. https://doi. Pudja, G. (2022). Perspektif Etika Hindu

org/10.31605/ijes.v1i1.128 Terhadap Perilaku Flexing Pada Pengguna


Instagram. 13 (September),
Mustafa, AN (2018). Pandangan Islam Terhadap
217–227.
Budaya. Ulul Albab, 4(2), 5–8.
Ramadhan, W., & Fitriah. (2019). Materialisme dan
Muttaqin, AA, & Ardianto, BND (2019).
Islam. Jurnal Intelektualita: Keislaman, Sosial
Materialisme Nilai-Nilai
Melawan
Dan Sains, 8(2), 139–148. https://doi.org/
Konsumsi Islami: Survei Prilaku Konsumsi
10.19109/
Mahasiswa Di Malang.
intelektualita.v8i2.4663
Islaminomics: Jurnal Islam …, 9,
121–132. Ridwan, M., & Aslinda, C. (2022). Analisis Semiotika
Diskriminasi Pada Film “The
Nursani, AR, Murti, B., & Pamungkasari, E.
Benci Kamu Memberi. Jurnal Penelitian
P.(2017). Teori Pembelajaran Sosial tentang
Wacana dan Media, 1(01), 1–12.
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Karies Gigi

Di Kalangan Anak Sekolah Tunagrahita di Rizka, A., & Senja, P. (2022). Melenturkan vs

Surakarta, Jawa Tengah. 100.https:// Mengundang (Menyikapi Budaya Melenturkan

doi.org/10.26911/theicph.2017.019 di Era Digital). Dalam Ulul Albab: Jil. VIII (Edisi


12).
Paramesti, EM, Alamiyah, SS, & Cahayani, F.
Y. (2021). Trend Peralihan Artis Televisi Rohayati, W., Putri, RA, & Amaliya, Z. (2018).

Menjadi Content Creator Youtube. Jurnal Ilmu Peranan Agama Sebagai Alat Utama untuk

Komunikasi, 11(2), 140. Meraih Kebahagiaan Dunia dan Akhirat. 1–25.

Putri, NA (2022). Memahami Materialisme di Dunia


Digital. Ulul Albab, 8(47), 9–12. Sholahudin, U. (2022). Melenturkan dan Masyarakat
Konsumtif (hal. 4).
Putri, PK (2016). Aplikasi Pendekatan-
Pendekatan Persuasif Pada Riset Sukma Alam. (2020). Peran Influencer Sebagai
Komunikasi Pemasaran: Iklan Komunikasi Persuasif Untuk Pencegahan

Melibatkan Penciptaan dan Penerimaan Covid-19. Jurnal Spektrum Komunikasi, 8(2),

Pesan Komunikasi Persuasif Mengubah 136–148. https://doi.

Perilaku Pembelian. Mikrobiologi dan org/10.37826/spektrum.v8i2.106

Bioteknologi Terapan, 8(1), 1–16. Taufikurrahman. (2021). Sombong dalam al-an


'
Al-Qur'an Sebuah Kajian Tematik. Tafsere, 9(2),
192–212.

100 KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi ÿVol 17, No.1 (2023)
Machine Translated by Google

Analisis Fenomena Melenturkan di Media Sosial: Perspektif Islam

Thoumrungroje, A. (2014). Pengaruh Intensitas Media Wulandari, K. (2018). Pengaruh Kecanduan Internet Dan
Sosial dan EWOM terhadap Konsumsi yang Materialisme Terhadap Perilaku Pembelian
Mencolok. Procedia - Ilmu Sosial dan Perilaku, Kompulsif Online.
148(November 2012), 7–15. https:// E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana, 7(2),
1021. https://doi.org/10.24843/
doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.07.009 ejmunud.2018.v7.i02.p17

Tiggemann, M., & Anderberg, I. (2019). Yusrifa, F. (2020). Makna Filosofis di Balik Tradisi
Media sosial itu tidak nyata : Efek dari ' “Mapalus” di Minahasa dan Penerapannya Dalam
Gambar Instagram vs. realitas tentang perbandingan Penegakan Pilar Ketahanan Nasional. Prosiding
sosial wanita dan citra tubuh. Media & Masyarakat Simposium Nasional Filsafat Nusantara 1, 1(7),
Baru, 00(0), 1–17. https:// 78–88.
doi.org/10.1177/1461444819888720

Viviani, AS, Hairunisa, & Kristanto, AA Zulfikar, E. (2018). Interpretasi Makna Riya' Dalam Al-
(2018). Peran Komunikasi Interpersonal Guru Dan Qur'an: Studi Kritis Perilaku Riya' Dalam Kehidupan
Siswa Dalam Peristiwa Perilaku Bullying Siswa. Sehari-hari.
Jurnal Ilmu Komunikasi, 6(3), 70–81. Al-Bayan: Jurnal Studi Ilmu Al-Qur'an Dan Tafsir,
3(2), 143–157. https://doi.

Wijayanto, G., Pramadewi, A., & Rama, R. org/10.15575/al-bayan.v3i2.3832

(2022). Pemulihan Ekonomi Pada Masa Pandemi Zulkhairi, Arneliwati, & Nurchayati, S. (2018).
Covid-19 Melalui Digitalisasi Pemasaran Pada Studi Deskriptif Kualitatif: Persepsi Remaja
Sektor UMKM. Jurnal Sosial Dan Teknologi Terhadap Perilaku Menyimpang.
(SOSTECH), 2(7), 630–635. Jurnal Ners Indonesia, 8(2), 145–157. https://
doi.org/10.31258/jni.8.2.145-
157
Windyaningrum, R., Nurullita, A., Aziz, H.
A., & Nurfaizy, R. (2022). Analisis Isi Pesan Flexing
pada Tayangan Program Sobat Misqueen Trans 7
Episode Grebek Rumah Sultan Muda Medan Indra
Kenz

Pendahuluan. 1(1), 8–17.

KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi ÿVol 17, No.1 (2023) 101

Anda mungkin juga menyukai