Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DENGAN


METODE BERMAIN PADA SlSWA KELAS A DI TK
DHARMA WANITA TANGUNAN KECAMATAN PURI
KABUPATEN MOJOKERTO SEMESTER l TAHUN
PELAJARAN 2012 – 2011

Disusun Oleh:
HASTITIK NUR HANIFA

PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU (PLPG) 2012


RAYON 114 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
A. Judul
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DENGAN METODE BERMAIN
PADA SISWA KELAS A DI TK DHARMA WANITA TANGUNAN KECAMATAN
PURI KABUPATEN MOJOKERTO SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2012 –
2011

B. Bidang Kajian
Kemampuan membaca dan metode bermain

C. Pendahuluan
Sebagaimana dinyatakan dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003,
tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 28, ayat 3 menyatakan bahwa Pendidikan
Taman Kanak-kanak (TK) merupakan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan
formal, yang bertujuan membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik
psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai agama, sosial, emosional dan kemandirian
kognitif, bahasa, fisik/motorik, dan seni untuk siap memasuki sekolah dasar.
Sebagai lembaga pendidikan prasekolah, tugas utama TK adalah
mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/perilaku,
dan keterampilan agar anak dapat melanjutkan kegiatan belajar yang sesungguhnya di
sekolah dasar. TK merupakan lembaga pendidikan pra-skolastik atau pra-akademik. Itu
artinya, TK tidak mengemban tanggung jawab utama dalam membelajarkan
keterampilan membaca dan menulis. Substansi pembinaan kemampuan Skolastik atau
akademik ini haruslah menjadi tanggung jawab utama lembaga pendidikan sekolah
dasar.
Alur pemikiran tersebut tidak selalu sejalan dengan praktik kependidikan baik
di TK ataupun SD di lndonesia. Pergeseran tanggung jawab dalam membelajarkan
kemampuan Skolastik/akademik khususnya yang berhubungan dengan kemampuan
membaca dan menulis ini seolah-olah telah bergeser dari sekolah dasar ke TK. Bahkan
terdapat SD yang dengan sengaja mengajukan persyaratan atau tes masuk dengan
menggunakan konsep akademik, terutama tes membaca dan menulis. Akibatnya banyak
TK yang tidak lagi menjalankan fungsinya sebagai tempat bermain yang menyenangkan
bagi anak.
Pada dasarnya, membelajarkan persiapan membaca dan menulis di TK dapat
saja dilaksanakan selama dalam batas-batas aturan pengembangan pra-Skolastik atau
praakademik. Pembelajaran persiapan membaca dan menulis di TK hendaknya dapat
diberikan secara terpadu dalam program pengembangan kemampuan dasar, dalam hal
ini bidang pengembangan berbahasa dan motorik.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan dan masa peka anak pada aspek
perkembangan membaca dan menulis ini dapat disusun berbagai bentuk kegiatan
pembelajaran membaca dan menulis bagi anak TK.
Berdasarkan Kompetensi membaca di tingkat pendidikan dasar merupakan
salah satu kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan. Membaca merupakan awal
dan dasar dari kemampuan seseorang. Apabila kemampuan membaca rendah dapat
dipastikan bahwa kemampuan yang lain juga rendah, tidak mungkin memiliki
kemampuan matematik yang tinggi.
Secara umum, upaya meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada
diri siswa masih mengalami beberapa kendala yakni karena mahalnya bahan bacaan
seperti buku, Koran dan majalah. Di samping itu, khususnya tayangan asing ke dalam
bahasa lndonesia. Merupakan salah satu penghambat untuk mengembangkan kebiasaan
membaca. Sesungguhnya yang paling penting adalah kemudahan mendapatkan bahan
bacaan dan timbul keniatan pada diri seseorang akan pentingnya membaca.
Pada hakikatnya pendidikan anak TK adalah pemberian upaya untuk
menstimulasi, membimbing, mengasuh, dan menyediakan kegiatan pembelajaran yang
akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan pada anak. Pendidikan anak TK
merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada
peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan baik koordinasi motorik (halus
dan kasar), kecerdasan jamak (multiple intelegence), maupun kecerdasan spiritual.
Sesuai dengan keunikan dan penumbuhan anak TK, Penyelenggaraan Pendidikan TK
disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak TK.
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003
dinyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.
UU Sisdiknas (2003) pada pasal 1 ayat (14) menyatakan bahwa pendidikan
anak TIU Usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang diajukan kepada anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Karakteristik tujuan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak rnemiliki lima
bidang pengembangan yaitu: (1) pengembangan sikap dan nilai, (2) pengembangan
bahasa, (3) pengembangan kognitif (4) pengembangan fisik dan motorik, dan (5)
pengembangan seni. Untuk mengembangkan kemampuan berbahasa, guru dapat
menggunakan strategi / metode pembelajaran yang memungkinkan anak dapat
mengembangkan keterampilan berbicara, mendengar, membaca dan menulis.
Berdasarkan karakteristik dan aspek pengembangan kebahasaan, pada usia TK
kemampuan anak masih terbatas dalam memahami bahasa dari pandangan orang lain.
Akselerasi perkembangan bahasa anak terjadi sebagai hasil perkembangan fungsi
simbolis Hetherington (dalam Mocslichatocn, 1999: 18). Jika pengembangan simbol
bahasa telah berkembang, maka hal ini memungkinkan anak memperluas kemampuan
memecahkan persoalan yang dihadapi dan memungkinkan anak belajar dari sesuatu
yang telah dibacanya. Semakin banyak dan sering anak membaca maka semakin
berkembang pula keterampilan memahami kata. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan
apabila para ahli menyimpulkan, membaca merupakan dasar dari pada keterampilan
bahasa lainnya Tarigan (dalam Tarigan 1987: 48)
Pentingnya pemahaman terhadap suatu kata dalam interaksi komunikatif
memang sangat nyata. Untuk dapat terlibat dalam suatu komunikasi, seseorang harus
mampu memahami dan mereaksi apa yang baru saja dikatakan dan didengar.
Konsekwensinya pembelajaran perlu melatih keterampilan membaca. Membaca adalah
kemampuan memperluas cakrawala pengetahuan kita. Dengan mahir membaca akan
timbul keinginan menemukan bacaan, memahami dan menafsirkan apa yang dibaca
(Fawzia Aswin.H, 1999).
Untuk mencapai kegiatan membaca tersebut diperlukan metode yang tepat.
Metode bermain merupakan salah satu metode yang banyak di pergunakan di Taman
Kanak-Kanak. Metode bermain merupakan salah satu strategi pembelajaran yang
menyenangkan karena anak mendapat pengalaman langsung yang dapat memberikan
pengalaman belajar bagi anak TK.
Dengan latar belakang tersebut penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang
pembelajaran kemampuan membaca dengan Metode Bermain. Penelitian ini penulis
tuangkan dalam bentuk Proposal Penelitian Tindakan Kelas dengan judul
“Meningkatkan Kemampuan Membaca dengan Metode Bermain pada Siswa Kelompok
A di TK Dharma Wanita Tangunan Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto Semester 1
Tahun Pelajaran 2011/2012.

D. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah


1. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, peneliti akan
mencoba membuat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana hasil pembelajaran kemampuan membaca dengan metode bermain
pada siswa kelompok A di TK Dharma Wanita Tangunan Kecamatan Puri
Kabupaten Mojokerto Tahun Pelajaran 2011/2012?
2. Bagaimana keaktifan siswa dalam pembelajaran kemampuan metode bermain
pada siswa kelompok A di TK Dharma Wanita Tangunan Kecamatan Puri
Kabupaten Mojokerto Tahun Pelajaran 2011/2012?

2. Pemecahan Masalah
Siswa yang mendapatkan pengetahuan dari lingkungan secara langsung
melalui pembelajaran yang menyenangkan lewat metode bermain tentunya akan
menghasilkan atau menguasai materi (dalam hal ini kemampuan membaca) yang
lebih baik karena materi didapat dengan permainan yang menyenangkan.

3. Hipotensis
Hipotensis yang diajukan dalam proposal penelitian ini adalah :
Melalui metode bermain dapat meningkatkan kemampuan mcmbaca pada siswa
kelompok A di TK Dharma Wanita Tangunan Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto
Tahun Pelajaran 2011/2012

E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Guna meningkatkan kemampuan membaca pada siswa kelompok A di TK Dharma
Wanita Tangunan Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto Tahun Pelajaran
2011/2012.

2. Tujuan Khusus
Diharapkan siswa dapat menumbuh kembangkan kemampuan membaca menjadi
sebuah minat, kegemaran, dan kebiasaan positif baik di sekolah, di keluarga
maupun di lingkungan masyarakat.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Siswa
a. Memberikan motivasi dan dorongan untuk kemampuan membaca pada anak.
b. Dengan kemampuan membaca pemahaman, siswa dapat berperan aktif dan
bertanggung jawab dalam mengembangkan kemajuan belajar mereka sendiri.
c. Meningkatkan kemampuan kognitif, efektif dan psikomotorik dalam konteks
pembelajaran.

2. Manfaat Bagi Guru


a. Sebagai fasilitator, guru dapat menggunakan berbagai macam teknik, metode, dan
pendekatan dalam pembelajaran membaca.
b. Dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang bersifat dinamis dan
menyenangkan

c. Mengevaluasi hasil akhir pembelajaran dengan upaya membina, membimbing dan


mengarahkan siswa agar terampil dalam membaca pemahaman secara baik, benar,
efektif dan efisien

3. Manfaat Bagi Sekolah


a. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi kegiatan belajar mengajar.
b. Meningkatkan prestasi sekolah melalui peningkatan prestasi belajar siswa
dan prestasi kinerja guru.

G. Kajian Pustaka
1. Karakteristik Tujuan Pembelajaran di TK
Karakteristik tujuan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak memiliki empat bidang
pengembangan yaitu:
a. Pengembangan sikap dan nilai.
b. Pengembangan bahasa
c. Pengembangan kognitif
d. Pengembangan fisik dan motorik
e. Pengembangan seni

2. Kompetensi Dasar Membaca


Sesuai dengan Standar Kompetensi Taman Kanak-kanak & Raudhatul
Athfal (RA) tentang membaca tertuang dalam Standar Kompetensi SK : 2. Anak
mampu mendengarkan, berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata
dan mengenal simbol-simbol yang melambangkannya. Kompetensi Dasar (KD) : 2.2
Dapat menceritakan gambar (pra membaca), mengenal bahwa ada hubungan antara
bahasa lisan dengan tulisan (pra membaca). (Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas
2003)

3. Karakteristik anak TK
Anak taman kanak-kanak adalah anak yang sedang berada dalam rentang
usia 4-6 tahun, yang merupakan sosok individu yang sedang berada dalam proses
perkembangan. Perkembangan anak merupakan proses perubahan perilaku dari tidak
matang menjadi matang, dari sederhana menjadi kompleks, suatu proses evolusi
manusia dari ketergantungan menjadi makhluk dewasa yang mandiri. Perkembangan
anak adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai tingkat yang
lebih tinggi dari aspek-aspek : gerakan, berpikir, perasaan, dan interaksi baik dengan
sesama maupun dengan benda-benda dalam lingkungan hidupnya.
Beberapa ahli dalam bidang pendidikan dan psikologi memandang periode
usia dini merupakan periode yang penting yang perlu mendapat penanganan sedini
mungkin. Maria Montessori (Elizabeth B. Hurloek, 1978113) berpendapat bahwa
usia 3-6 tahun merupakan periode sensitif atau masa peka pada anak, yaitu suatu
periode dimana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak
terhambat perkembangannya. Misalnya masa peka untuk berbicara pada periode ini
tidak terlewati maka anak akan mengalami kesukaran dalam kemampuan berbahasa
untuk periode selanjutnya.
Masa-masa sensitif anak pada usia ini menurut Montessori mencakup
sensitivitas terhadap keteraturan lingkungan, mengeksplorasi lingkungan dengan
lidah dan tangan, berjalan, sensitivitas terhadap obyek-obyek kecil dan detail, serta
terhadap aspek-aspek sosial kehidupan.
Erik 1-1. Erikson (Helms & Turner, 1994164) memandang periode usia 4-6
tahun sebagai fase .sensre ofinitiative. Pada periode ini anak harus didorong untuk
mengembangkan prakarsa, seperti kesenangan untuk mengajukan pertanyaan dari apa
yang dilihat, didengar dan dirasakan. Jika anak tidak mendapat hambatan dari
lingkungannya, maka anak akan mampu mengembangkan prakarsa, dan daya
kreatifnya, dan hal-hal yang produktif dalam bidang yang disenanginya. Guru yang
selalu menolong, memberi nasehat, dan membantu mengerjakan sesuatu padahal
anak dapat melakukannya sendiri, menurut Erikson dapat membuat anak tidak
mendapatkan kesempatan untuk berbuat kesalahan atau belajar dari kesalahan.
Froebel (Roopnaire, J.L & Jhonson J.E 1993:56) berpendapat bahwa masa
anak merupakan suatu fase yang sangat penting dan berharga, dan merupakan masa
pembentukan dalam periode kehidupan manusia (a noble and malleable phase of
human life). Oleh karenanya masa anak sering dipandang sebagai masa emas (golden
age) bagi penyelenggaraan pendidikan. Masa anak merupakan fase yang sangat
fundamental bagi perkembangan individu karena pada fase inilah terjadinya peluang
yang sangat besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang.
Menurut Froebel, jika orang dewasa mampu menyediakan suatu “taman” yang
dirancang sesuai dengan potensi dan bawaan anak, maka anak akan berkembang
secara wajar. Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang berkembang secara
wajar. Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses
perkembangan dengan sangat pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan
selanjutnya. Anak memiliki dunia dan karakteristik tersendiri yang jauh berbeda dari
dunia dan karakteristik orang dewasa. Anak sangat aktif, dinamis, antusias dan
hampir selalu ingin tahu terhadap apa yang dilihat dan didengarnya, seolah-olah tak
pernah berhenti untuk belajar.

4. Metode Bermain Anak TK


Motivasi lntrinsik tingkah laku bermain dimotivasi dari dalam diri anak.
Pengaruh positif tingkah laku itu menyenangkan atau menggembirakan untuk
dilakukan. Tingkah laku itu bukan dilakukan sambil lalu, cara/tujuan. cara bermain
lebih diutamakan daripada tujuannya. Kelenturan, bermain itu perilaku yang lentur.
Fungsi bermain bagi anak TK. Menirukan apa yang dilakukan oleh orang
dewasa. Untuk melakukan berbagai peran yang ada di dalam kehidupan nyata. Untuk
mencerminkan hubungan dalam keluarga dan pengalaman hidup yang nyata. Untuk
menyalurkan perasaan yang kuat seperti memukul-mukul kaleng. Untuk melepaskan
dorongan yang tidak dapat diterirna. Untuk kilas balik pesan-pesan yang biasa
dilakukan. Mencerminkan pertumbuhan. Untuk mengembangkan sosial anak.
Beberapa fungsi bermain :
 Mempertahankan keseimbangan
 Menghayati berbagai pengalaman yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari
 Mengantisipasi peran yang akan dilakukan di masa yang akan datang
 Menyempurnakan keterampilan-keterampilan yang dipelajari.
 Menyempurnakan keterampilan memecahkan masalah.
 Meningkatkan keterampilan berhubungan dengan anak lain.

5. Penggolongan Kegiatan Bermain Anak TK.


a. Penggolongan kegiatan bermain sesuai dengan dimensi perkembangan sosial anak.
Gorden & Browne 1985, mengadakan penggolongan kegiatan bermain sesuai
dengan dimensi perkembangan sosial anak dalam bentuk :
1. Bermain secara soliter
2. Bermain secara paralel
3. Bermain asosiatif.
4. Bermain secara kooperatif.

b. Kegiatan bermain berdasarkan pada kegemaran anak yaitu bermain bebas dan
spontan :
1. Bermain bebas dan spontan.
2. Bermain pura-pura.
3. Bermain dengan cara membangun atau menyusun.
4. Bertanding atau berolahraga.

6. Implementasi Metode Bermain dalam pembelajaran Membaca di TK


Permainan membaca anak TK meliputi kemampuan mendengar, melihat dan
memahami, berbicara dan membaca gambar.
a. Kemampuan Mendengar
Kemampuan mendengar merupakan kemampuan untuk dapat
mendeskripsi-kan alam sekitar dan mendengar pendapat orang lain dengan indera
pendengaran. Kemampuan ini berkaitan dengan kesanggupan anak menangkap isi
pesan dari orang lain secara benar. Termasuk dalam kelompok kemampuan ini
adalah:
1. Menirukan kembali 2 s.d 4 urutan angka/kata
2. Mengikuti beberapa perintah secara berurutan
3. Menggunakan dan dapat menjawab pertanyaan apa, berapa, mengapa, di
mana, dan bagaimana
4. Menjawab pertanyaan tentang cerita pendek 5 sd. 6 kalimat yang sudah
diceritakan guru
5. Mendengar cerita dan menceritakan kembali secara sederhana
6. Melengkapi kalimat sederhana yang sudah dimulai guru.
7. Melanjutkan cerita/sajak sederhana yang sudah dimulai guru.
8. Mengenal suara huruf dari kata yang berarti, misalnya: bola, baju, batu, biji,
dan sebagainya.
9. Mengenal bunyi huruf akhir dari kata-kata yang berarti, misalnya: kolam,
malam, ayam, dan sebagainya.
10. Menyebutkan berbagai bunyi/ suara tertentu.

b. Kemampuan Melihat dan Memahami


Kemampuan melihat merupakan kemampuan anak untuk dapat
menghayati dan mengamati alam dengan menggunakan indera penglihatan.
Kemampuan ini merupakan bentuk kesanggupan anak melihat benda atau
peristiwa serta memahami hal-hal yang berkaitan dengan benda atau peristiwa
yang dilihatnya. Termasuk dalam kelompok kemampuan ini adalah:
1. Menunjuk, menyebut, dan memperagakan gerakan-gerakan sederhana,
misalnya duduk, jongkok, berlari, makan, menangis, dan sebagainya.
2. Bercerita tentang kejadian di sekitamya secara sederhana.
3. Mengurutkan dan menceritakan isi gambar seri 4-6 gambar.
4. Menyebut sebanyak-banyaknya nama benda, binatang, dan tanaman yang
mempunyai bentuk, warna atau menurut ciri-ciri tertentu.
5. Menyebutkan sebanyak-banyaknya kegunaan dari suatu benda.
6. Menceritakan gambar yang telah disediakan.
7. Bercerita tentang gambar yang telah dibuat sendiri.
8. Mengenal kata-kata yang menunjukkan posisi di dalam, di luar, di atas, di
bawah.
9. Menghubungkan gambar/benda dengan kata.
10. Menghubungkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkannya.

c. Kemampuan Berbicara (Berkomunikasi)


Kemampuan berbicara merupakan kemampuan anak untuk
berkomunikasi secara lisan dengan orang lain. Kemampuan ini memberikan
gambaran tentang kesanggupan anak menyusun berbagai kosa kata yang telah
dikuasai menjadi suatu rangkaian pembicaraan secara berstruktur. Termasuk
dalam kelompok kemampuan ini adalah:
1. Menggunakan dan dapat menjawab pertanyaan apa, berapa, di mana,
mengapa, dan bagaimana secara sederhana.
2. Bicara lancar dengan kalimat sederhana.
3. Bercerita tentang kejadian di sekitamya secara sederhana.
4. Memberikan keterangan atau informasi tentang suatu hal.
5. Mengurutkan dan menceritakan isi gambar seri.
6. Melanjutkan cerita/sajak sederhana yang sudah dimulai guru.
7. Menyebutkan sebanyak-banyaknya kegunaan dari suatu benda.
8. Menceritakan gambar yang telah disediakan
9. Menyanyikan beberapa lagu anak-anak.
10. Mengucapkan beberapa sajak sederhana.
11. Membuat sebanyak-banyaknya kata dari suku kata awal yang disediakan
bentuk lisan.
12. Bercerita tentang gambar yang dibuat sendiri.

d. Membaca Gambar
Kemampuan ini mengungkapkan kesanggupan anak membaca sesuatu
dengan menggunakan gambar. Kemampuan ini sebagai tahap awal dalam
membaca permulaan. Termasuk dalam kemampuan ini adalah:
1. Mengurutkan dan menceritakan isi gambar seri.
2. Bercerita tentang gambar yang dibuat sendiri.
3. Membaca gambar yan memiliki kata atau kalimat sederhana

H. Rencana dan Prosedur Penelitian


1. Rencana Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian yang berjudul “Meningkatkan kemampuan membaca pada
siswa kelompok A diadakan di TK Dharma Wanita yang beralamat di Dcsa
Tangunan Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto”
b. Subyek Penelitian
Adapun subyek Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas A
TK Dharma Wanita 1, yang berjumlah 12 siswa yang terdiri 7 orang siswa
perempuan dan 5 orang siswa laki - laki.
Pemilihan subjek penelitian sebagai tempat dilaksanakannya penelitian
didasarkan atas beberapa pertimbangan, yaitu sebagai berikut:
1. Tingkat kemampuan baca rendah.
2. Peneliti merupakan salah seorang staf pengajar di TK Dharma Wanita,
sehingga peneliti lebih memahami keadaan, karakteristik permasalahan yang
dihadapi sekolah ini jika dibandingkan dengan mengadakan penelitian di
sekolah lain.
3. Penelitian yang dilaksanakan tidak akan mengganggu tugas utama peneliti
sebagai guru.
4. Penelitian dilaksanakan di kelas sendiri dengan alasan tidak akan
mengubah aturan yang sudah ditentukan, dalam arti tidak mengubah jadwal
yang berlaku

c. Waktu Penelitian
Penelitian berlangsung selama satu bulan yang dimulai tanggal 18 Juni
2012 sampai 13 Juli 2012. Waktu 24 hari efektif tersebut difokuskan pada
kegiatan persiapan pengumpulan data, pengorganisasian, dan pengonsepan
laporan. Penelitian dilakukan sesuai dengan jadwal yang berlaku di TK Dharma
Wanita terutama yang berkaitan dengan bidang pengembangan bahasa.

d. Metode dan Desain Penelitian


1. Metode penelitian
Penelitian yang penulis lakukan bercorak penelitian tindakan kelas,
metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif sejalan dengan pendapat Atar Semi (1990: 23) yang mengatakan
bahwa “Penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak mengutamakan pada
angka-angka, tetapi mengutamakan hubungan antar konsep yang sedang
dikaji secara empiris”. Hal ini sejalan pula dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Arikunto (1991: 195) menegaskan bahwa “Dalam
penelitian kualitatif, data digambarkan dengan kata-kata atau kalimat dipisah-
pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan”. Dasar
pertimbangan lain digunakannya metode deskriptif kualitatif ini adalah seperti
pendapat yang dikatakan Moleong (2004: 5) sebagai berikut:
“Pertama menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila
berhadapan dengan kenyataan ganda, kedua motode ini menyajikan secara
langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden, ketiga metode ini
lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman
pengaruh bersama dan terhadap nilai yang dihadapi”.

Selain itu, dalam penelitian kualitatif juga perlu dipertimbangkan


pendapat yang dikemukakan oleh Bog dan Taylor (Moleong, 2004: 3)
menyatakan sebagai berikut:
“Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan prilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan
individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh
mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis,
tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan”

2. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan mengacu pada bentuk desain
bercorak Penelitian Tindakan Kelas (Classroom action research), sehingga
model penelitian yang digunakan adalah model daur (siklus) yang mencakup
empat komponen, yaitu: rencana (planning), observasi (Observation),
tindakan (action) dan refleksi (reflection). Rancangan penelitian seperti
tergambar dari bagan berikut ini.
Penjelasan dari bagan tersebut adalah sebagai berikut :
Tahap 1: Menyusun Rancangan Tindakan (Planning)
Dalam tahap ini penelitian dilakukan secara berpasangan antara
pihak yang melakukan tindakan dengan pihak yang mengamati proses
jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah penelitian kolaborasi.
Dalam penelitian kolaborasi, pihak yang melakukan tindakan adalah
guru kelas A sendiri. sedangkan yang diminta melakukan pengamatan
terhadap berlangsungnya proses/tindakan adalah observer (guru kelas A).
Dalam hal tahap menyusun rancangan ini, peneliti menentukan titik atau
fokus peristivva yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati,
kemudian membuat sebuah instrumen
Tahap 2: Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Tahap ke-2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang
merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan
tindakan pembelajaran di kelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam
tahap ke-2 ini pelaksana guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang
sudah dirumuskan dalam rancangan. dan harus pula berlaku wajar, tidak
dibuat-buat.

Tahap 3: Pengamatan (Observation)


Tahap ke-3, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh
pengamat atau observer. Pengamatan ini tidak dapat dipisahkan dengan
pelaksanaan tindakan, pengamatan dilakukan pada waktu tindakan
berlangsung.

Tahap 4: Refleksi (Reflection)


Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa
yang sudah dilakukan. Istilah berasal dari kata bahasa Inggris refIection, yang
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi pemantulan. Kegiatan ini
sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan
tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan
implementasi kekurangan atau kelebihan pembelajaran yang telah selesai
dilaksanakan dan merencanakan rancangan tindakan selanjutnya.
Bagian di atas dapat memperjelas bagaimana prosedur pelaksanaan
penelitian dalam upaya memecahkan permasalahan. Untuk mengatasi setiap
permasalahan yang muncul atau mungkin terjadi dalam proses pembelajaran,
guru harus selalu membuat perencanaan pembelajaran terlebih dahulu, baru
kemudian pelaksanaan tindakan sebagai implementasi perencanaan tersebut.
Pelaksanaan tindakan selalu disertai dengan pengamatan, baik oleh pelaku itu
sendiri maupun oleh observer lain. Dalam hal ini observer yang dimaksud
juga boleh siswa. rekan guru, kepala sekolah atau yang lainnya. Observasi
dilakukan sebagai upaya mengumpulkan data. Observer berperan melihat,
mendengar dan mencatat segala yang terjadi selama pelaksanaan tindakan
berlangsung, baik dengan atau tanpa menggunakan alat bantu pengamatan.
Observer hendaknya tidak menyalahkan tetapi bersifat mendukung, bukan
menilai dan setelah diperoleh data sesegera mungkin dilakukan diskusi
balikan.
Dalam pelaksanaan diskusi tentang data yang diperoleh dari hasil
pengamatan maupun dari tes akan diseleksi, disederhanakan, diorganisasikan
secara sistematik dan rasional serta dengan teknik tri-angulasi akan diperoleh
suatu kesimpulan. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan refleksi. Refleksi
dilakukan secara bersama-sama untuk mengetahui hal-hal mana yang harus
dipertahankan dan hal-hal mana yang masih harus ditingkatkan atau
ditinggalkan.
Jika kegiatan yang disebut refleksi ini dilakukan dengan benar telah
melibatkan semua yang terkait, maka kegiatan pembelajaran atau pelaksanaan
tindakan akan selalu bermuara pada hasil dari suatu tindakan yaitu
penyusunan perencanaan dan tindakan perbaikan berikutnya.

3. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Tiap
siklus meliputi 4 tahap yaitu perencanaan. pelaksanaan, pengamatan dan
refleksi. Dari tiap siklus ini diamati kualitas proses pembelajaran yang terdiri
dari aktifitas siswa dan guru, serta hasil belajar siswa yang diukur dari hasil
test.

4. Metode Analisa Data


Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif, dihitung nilai
rata-rata kelas dan yang disajikan dalam bentuk tabulasi frekuensi, diagram
batang. Analisis trend (analisis perkembangan) digunakan untuk mengetahui
perkembangan kemampuan membaca siswa dalam bentuk hasil tes baik tulis
maupun lisan.

I. JADWAL PENELITIAN

N JUNI – JULI 2012


KEGIATAN
O MINGGU III MINGGU IV MINGGU I MINGGU II

1. Persiapan

2. Pelaksanaan

3. Pengolahan Data

Pembuatan
4.
Laporan

J. PERSONALIA
Peneliti Observer
Nama : Hastitik Nur Hanifa Nama :
NIM :- NIP :
Jabatan : Guru TK A Jabatan :
Instansi : TK Dharma Wanita Instansi :
Tanda Tangan : Tanda Tangan :

K. KOMPONEN BIAYA
Komponen biaya yang diperlukan untuk penelitian ini antara lain sebagai berikut:
NO. URAIAN BIAYA (Rp.)
1. Untuk Penyususnan :
1. Penyusunan Proposal 75.000,00
2. Penyusunan Instrumen 20.000,00
3. Pengumpulan Data 20.000,00
4. Pengolahan Data 20.000,00
5. Analisis Data 20.000,00
6. Penulisan Laporan 100.000,00
2. Bahan:
Pembelian ATK 10.000,00
3. Lain-lain :
1. Konsumsi 50.000,00
2. Foto Copy 10.000,00
4. JUMLAH 400.000,00

Mojokerto, Juni 2012


Menyetujui,
Kepala TK Dharma Wanita Tangunan

HAYATI, S.Pd

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2001). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Aqib, Zaenal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas.Bandung : Yrama Widya.
Departemen Pendidikan Nasioanal, 2007. Persiapan Membaca dan Menulis melalui
Permaianan di Taman Kana-Kanak. Jakarta:
http://yatna234.blogsp0t.com/2008/11/penggunaan-dan-pengertian-metode-bagi.html,
diakses 3 Juni 2012
Moleong, 2001 dalam Anonymous, 2007. Pedoman Penulisan Skripsi dan Laporan
Penelitian. Tulungagung: Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pedidikan Ilmu
Pedidikan (STKIP) PGRI Tulungagung.
Munandar, Utami, (1995). Dasar-dasar Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Jakarta :
Dirjen Dikti Depdikbud.
Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas: 2003. Standar Kompetensi Anak Usia Dini Taman
Kanak-kanak & Raudhatul Athfal. Jakarta
Rachmawati, Yeni, & Kurniati, Eusis. (2003). Strategi Pengembangan Kreativitas Anak
Taman Kanak-kanak. Jakarta.
Dikti.Jaruki, Muhammad. 2008. Bahasa Indonesia Kelas 1. Jakarta : Grasindo.
Departemen Pendidikan Nasional, 2003. UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai