Anda di halaman 1dari 2

Study Case

Bencana Banjir

Dusun Cemara adalah sebuah desa dipedalaman, yang mempunyai pemandangan alam
sangat indah, ada pematang sawah dan beberapa anak sungai kecil dari Bengawan Cobbhu’
yang merupakan sungai besar dengan panjang 123Km melintasi 4 kabupaten.

Jumlah populasi penduduk di Dusun Cemara tidak terlalu banyak, ini dibuktikan dengan
data masyarakat desa di Balai Desa yang menyebutkan, Usia Lansia 25 0rang, Usia Produktif 70
Orang, Usia Remaja 30 Orang dan Anak-anak serta Balita 15 Orang.

Hal ini berbeda dengan Dusun Kayu yang wilayahnya berada di atas Desa Cemara,
kepadatan populasi penduduk sangat terasa disana, sesuai dengan pendataan yang dilakukan
oleh pamong desa diketahui Usia Lansia 40 0rang, Usia Produktif 210 Orang, Usia Remaja 70
Orang dan Anak-anak serta Balita 30 Orang.

Secara Teritorial wilayah Dusun Kayu berada di lereng Gunung Kanitu, konon
masyarakat dahulu kala membangun peradaban pertama kali di Desa Kayu karena berada di
ketinggian dan Dusun Cemara dulunya adalah lembah hutan.

Desa Dong-Eng secara sadar dan aktif membentuk DESTANA (Desa Tangguh Bencana)
mengingat Desa Dong-Eng mempunyai dua potensi kerawanan bencana yaitu Longsor yang
sering terjadi di Dusun Kayu dan Banjir yang menimpa Desa Cemara ketika musim penghujan
tiba, sehingga ketika bencana datang semua warga desa bisa mempersiapkan diri untuk
menghadapi dengan mengenali resiko dan mengurangi bahaya dari dampak bencana tersebut.

Anggota dari Forum DESTANA itu sendiri terdiri dari 43 orang dari berbagai unsur diantaranya
Pemdes, Karang Taruna, Organisasi Masyarakat, Mahasiswa dan Masyarakat Umum yang
mengabdikan dirinya secara sukarela. Diluar itu, juga ada 1 Dokter, 2 Perawat dan 1 Bidan dari
Puskesmas Kecamatan yang siap on call membersamai Forum DESTANA.

Dong-Eng, 02 Maret 2050

Hujan mengguyur dengan sangat derasnya mulai dari jam 03:00 dini hari, sesekali
terdengar suara gemuruh dengan kilat menyambar, suaranya yang begitu keras tak sedikit
orang kaget mendengarnya tidak terkecuali masyarakat Dusun Cemara.

Pada jam 06:00 Kadus Dusun Kayu memberikan info melalui HT kepada Kadus Dusun
Cemara bahwa ada peningkatan volume air sungai yang cukup signifikan dengan debet air yang
datang cukup kencang sehingga berpotensi membahayakan Dusun Cemara.
Berdasarkan info tersebut dan atas koordinasi dengan Kades, para pamong desa mulai
memberikan info melalui group whatsapp dan melaui megaphone memberikan info pada
masyarakat yang berada di bantaran Bengawan Cobbhu’ untuk waspada, pada jam 06:30
masyarakat yang mempunyai kesadaran mulai mengungsi dan menuju titik kumpul.

07:00 Bengawan Cobbhu’ meluap, air dengan kencangnya menyapu pemukiman yang
berada di sekitar bantaran sungai, warga berhamburan, bunyi air bergemuruh dan sesekali
terdengar teriakan kepanikan dari warga yang belum sempat menyelamatkan diri.

Banjir mulai mereda air sudah surut pada jam 08:15, beberapa rumah warga dan
fasilitas umum mengalami kerusakan, beberapa warga yang terjebak di atap rumah dengan iba
meminta untuk di evakuasi. Pada saat evakuasi berlangsung banyak warga yang meminta
tolong karena ada keluarganya yang mengalami cidera diantaranya mengalami sesak nafas,
patah tulang kaki, pendarahan di kepala, tidak sadarkan diri dan meninggal dunia, ada 7 korban
belum ditemukan disinyalir hanyut atau tertimbun material yang dibawa oleh banjir.

Warga yang berada di lokasi titik kumpul mulai mengeluh lapar, sehingga perlu tindakan
segera untuk mengatasinya. Kades segera mensuplai beberapa kebutuhan pokok seperti, 20
dus air mineral, 500 butir telur, 10 dus mie instan, 10 liter minyak goreng, dan 7 kwintal beras,
kebutuhan tersebut semuanya di ambil dari Lumbung Pangan Desa yang memang dipersiapkan
oleh kades untuk mengahadapi situasi darurat.

Tidak sedikit warga yang mengeluhkan kondisi kesehatannya saat di titik kumpul,
diantaranya mengeluhkan sakit kepala, gatal-gatal dan mata berkunang2.

Anda mungkin juga menyukai