Anda di halaman 1dari 1

Secara singkat, proses terjadinya hujan menurut National Oceanic and

Atmospheric Administration (NOAA) diawali dari naiknya uap air yang berasal
dari bumi seperti laut, danau, sungai, dan tanah ke atmosfer kemudian
memadat membentuk awan.
Saat air itu sudah terlalu berat di dalam awan, mereka jatuh ke bumi sebagai
hujan.
Jika udara di awan berada di bawah titik beku (32 derajat Fahrenheit atau 0
derajat Celcius), maka kristal es akan terbentuk.
Jika udara sampai ke tanah juga begitu dingin, maka turunlah hujan berbentuk
salju.
Namun, umumnya di negara tropis seperti Indonesia, air hanya akan turun
dalam bentuk hujan atau hujan es dan bukan salju.
Berikut ini penjabaran lebih jelas mengenai proses terjadinya hujan:
1. Evaporasi
Proses ini merupakan penguapan air yang ada di permukaan bumi baik
daratan atau perairan.
Penguapan tersebut terjadi disebabkan oleh adanya suhu panas dari bumi.
Uap air selanjutnya akan menggumpal menjadi awan.
Saat suhu menjadi semakin panas, maka semakin banyak air yang akan
menguap.
2. Kondensasi
Setelah evaporasi atau penguapan air, maka masuk ke dalam tahapan kedua
dalam proses terjadinya hujan, yakni kondensasi.
Proses ini terjadi saat evaporasi atau uap air naik ke atmosfer yang kemudian
mengembun.
Proses ini akan menyebabkan terbentuk partikel es karena udara
di langit cukup rendah.
Setelah itu, partikel-partikel tersebut akan mendekat dan membentuk awan.
3. Presipitasi
Ini adalah proses terakhir, yakni mencairnya butiran es di awan yang kemudian
turun ke bumi sebagai air hujan.
Awan yang sudah terlalu berat umumnya tidak lagi bisa menahan air, sehingga
turunlah hujan.
Faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya presipitasi adalah kelembapan
udara, energi matahari, angin, suhu udara.

Anda mungkin juga menyukai