Anda di halaman 1dari 26

USULAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

TEKNIK PEMBESARAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei)


PT. MAKARA BUMI SATYA DESA PATAS KECAMATAN GEROGAK
KABUPATEN BULELENG PROPINSI BALI

AHMAD FAHMI LABIB


NIM : 2015.02.5.002

PROGAM STUDI PERIKANAN


FAKULTAS TEKTIK DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2019

PAGE \* MERGEFORMAT 21
PAGE \* MERGEFORMAT 21
PAGE \* MERGEFORMAT 21
DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................i
Halaman Pengesahan......................................................................................ii
Kata Pengantar...............................................................................................iii
Daftar Isi ........................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
I.1. Latar Belakang..........................................................................1
I.2. Tujuan.......................................................................................2
I.3. Manfaat Praktikum Kerja Lapangan........................................2
I.4. Tempat dan Waktu...................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................4


2.1. Klasifikasi Udang Vaname.......................................................4
2.2. Morfologi Udang Vaname........................................................5
2.3. Siklus hidup..............................................................................6
2.3.1 Kebiasaan Hidup Udang Vaname............................................7
2.4. Kegiatan Pembesaran..............................................................8
2.4.1 Lokasi Budidaya......................................................................8
2.4.2 Tata Letak Tambak..................................................................9
2.4.3 Penebaran ................................................................................10
2.4.4 Pakan Dan Cara Makan...........................................................11
2.4.5 Pengolahan Kualitas Air..........................................................12
2.5. Penggulangan Hama Penyakit.................................................13
2.6. Pemanenan...............................................................................14
2.7. Pemasaran................................................................................15
2.9. Analisa Usaha..........................................................................15

PAGE \* MERGEFORMAT 21
BAB III METODE PRAKTEK KERJA LAPANGAN.................................16
3.1. Pelaksanaan..............................................................................16
3.2. Metode Pelaksanaan.................................................................16
3.2.1 Data Primer..............................................................................16
3.2.2 Data Sekunder..........................................................................17
3.3. Pengumpulan Data..................................................................17
3.4. Studi Literatur..........................................................................17
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 19
LAMPIRAN .………………………………………………………………

PAGE \* MERGEFORMAT 21
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk
ketrampilan dan kecakapan seseorang untuk memasuki dunia kerja. Pendidikan yang
dilakukan di perguruan tinggi masih terbatas pada pemberian teori dan praktek dalam
skala kecil dengan intensitas yang terbatas. Agar dapat memahami dan memecahkan
setiap permasalahan yang muncul di dunia kerja, maka mahasiswa perlu melakukan
kegiatan pelatihan kerja secara langsung diinstansi/lembaga yang relevan dengan dari
ikatan akademik di perguruan tinggi yang bersangkutan. Mahasiswa bisa
memanfaatkan ilmu dan pengalaman yang telah diperoleh selama masa pendidikan
dan masa pelatihan kerja untuk melanjutkan kiprahnya di dunia kerja yang
sebenarnya. Sebab, untuk dapat terjun langsung di masyarakat tidak hanya
dibutuhkan pendidikan formal yang tinggi dengan perolehan nilai yang memuaskan,
namun diperlukan juga ketrampilan (skill) dan pengalaman pendukung untuk lebih
mengenali bidang pekerjaan sesuai dengan keahlian yang dimiliki.
Salah satu program yang dapat ditempuh adalah dengan melaksanakan
magang industri. Magang adalah kegiatan akademik (intrakulikuler) yang dilakukan
oleh mahasiswa dengan melakukan praktek kerja secara langsung pada
lembaga/instansi yang relevan dengan pendidikan yang diambil mahasiswa dalam
perkuliahan. Bentuk kegiatan yang dilakukan adalah kerja praktek dengan mengikuti
semua aktifitas di lokasi magang. Kegiatan magang mahasiswa ini dilaksanakan di
industri yang bergerak di bidang budidaya perikanan. Salah satu perusahaan yang
bergerak di bidang pembenihan, pembesaran pengolahan tersebut adalah adalah .PT.
Makara Bumi Satya Perusahaan ini merupakan contoh perusahaan yang melakukan
kegiatan budidaya Udang Vaname Litopenaeus vannamei.

PAGE \* MERGEFORMAT 21
Dengan melakukan kegiatan magang di perusahaan ini, kami mengharapkan
dapat menimba ilmu secara langsung mengenai seluk beluk pembudidayaan yang
dilakukan perusahaan ini dalam rangka menghasilkan produk udang yang
berkualitas. Karena dengan terjaminnya semua proses kegiatan budidaya baik sejak
pembenihan sampai pembesaran, akan memberikan jaminan bagi konsumen terhadap
produk.

1.2 Tujuan.
Tujuan dari pelaksanaan kerja praktek itu sendiri adalah :
Untuk mahasiswa:
a) Dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu teoritis yang selama ini didapat di
perkuliahan.
b) Mendapatkan pengalaman nyata dari dunia kerja sekaligus
memperluas wawasan mahasiswa tentang dunia kerja yang
sesungguhnya.
c) Agar mahasiswa dapat melakukan dan membandingkan penerapan
teori yang diterima di jenjang akademik dengan praktek yang
dilakukan di lapangan.
d) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengenai pembesaran
udang vanamie.

1.3 Manfaat Praktek kerja lapangan (PKL)


Manfaat dari pelaksanaan magang di PT Makara Bumi Satya ini adalah :
a) Memperoleh gambaran tentang perusahaan dari segi proses indukan s/d
pembesaran.
b) Memperoleh pengalaman kerja secara langsung sehingga dapat
digunakan sebagai bekal bagi mahasiswa ketika terjun di dunia kerja
hama dan atau penyakit, kontrol kualitas dan kuantitas air, pola

PAGE \* MERGEFORMAT 21
budidaya, pemupukan dan atau pengapuran, panen dan pasca panen
(Mukti dkk., 2006).

1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Waktu pelaksanaan praktek kerja lapangan ini di mulai pada tanggal 29 Juni –
29 Juli 2019 di PT. Makara Bumi Satya desa Patas kabupaten Buleleng propinsi Bali

PAGE \* MERGEFORMAT 21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Udang Vannamei


Haliman dan Adijaya (2005) menyatakan bahwa udang vannamei memiliki
nama atau sebutan yang beragam di masing-masing negara, seperti whiteleg shrimp
(Inggris), crevette pattes blances (Perancis) dan camaron patiblanco (Spanyol).
Udang putih pasifik atau yang dikenal dengan udang vannamei digolongkan dalam :
Kingdom : Animalia
Sub kingdom : Metazoa
Filum : Arthropoda
Sub filum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Sub kelas : Eumalacostraca
Super ordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Sub ordo : Dendrobranchiata
Famili : Penaeidae
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei
Nama lokal : Udang vaname, udang kaki putih, udang putih Amerika

PAGE \* MERGEFORMAT 21
2.2. Morfologi

Menurut Amri dan Kanna (2008) tubuh udang vannamei dibagi menjadi dua
bagian besar, yakni bagian cephalothorax yaitu bagian kepala dan dada serta bagian
abdomen yaitu bagian perut dan ekor, bagian cephalothorax dilindungi oleh chittin
yang tebal disebut bagian karapas (carapace) bagian cephalotorax ini terdiri atas 5
ruas kepala dan 8 ruas dada, bagian depan kepala yang menjorok merupakan kelopak
kepala yang memanjang dengan bagian pinggir bergerigi yang disebut juga dengan
cucuk (rostrum). Bagian rostrum bergerigi dengan 9 gerigi pada bagian atas dan
gerigi pada bagian bawah sementara itu dibawah pangkal kepalaterdapat sepasang
mata.
Kemudian Haliman dan Adijaya (2005) menyebutkan pada bagian perut
(abdomen) terdiri dari 6 ruas. Pada bagian abdomen terdapat 5 pasang kaki renang
dan 1 pasang uropods (mirip ekor) yang membentukl kipas bersama telson.

Sumber : http://aishaqua.acom
Gambar 1 morfologi littopeneaus vannaei

PAGE \* MERGEFORMAT 21
2.3 Siklus hidup
Liptopeneaus vannamei adalah binatang catadroma, artinya ketika dewasa
bertelur dilaut lepas berkadar garam tinggi, sedangkan ketika stadia larva, migrasi ke
daerah estuaria berkadar garam rendah. Stadia nauplius adalah stadia yang pertama
setelah telur menetas. Stadia ini memiliki 5 sub stadia (Brown, 1991). Larva
berukuran antara 0,32 – 0,58 mm, sistem pencernaannya belum sempurna dan masih
memilikicadangan makanan berupa kuning telur (Haliman dan Adijaya, 2005). Stadia
zoea terjadi berkisar antara 15-24 jam setelah stadia nauplius. Larva sudah berukuran
antara 1,05-3,30 mm stadia zoea memiliki tiga sub stadia, yang ditandai dengan tiga
kali molting. Tiga tahap molting atau tiga sub stadia itu disebut dengan zoea 1, zoea 2
dan zoea 3. Stadia ini, larva sudah dapat makan plankton yang menampung dalam
kolom air. Tubuh akan memanjang dan mempunyai karapaks. Dua mata majemuk
dan uropods juga muncul (Brown, 1991).
Stadia mysis memiliki durasi waktu yang sama dengan stadia sebelumnya dan
memiliki tiga sub stadia yaitu mysis 1, mysis 2, dan mysis 3. Perkembangan tubuhnya
dicirikan dengan semakin menyerupai udang dewasa serta terbentuk telson dan
pleopods. Benih pada stadia ini sudah mampu berenang dan mencari makanan, baik
fitoplankton dan zooplankton (bro. Saat stadia post larva (PL), benih udang sudah
nampak seperti udang dewasa. Umumnya perkembangan dari telur menjadi stadia
post larva dibutuhkan waktu berkisar antara 12-15 hari, namun semua itu tergantung
dari ketersediaaan makanan dan suhu (Brown,1991).

PAGE \* MERGEFORMAT 21
Sumber : www.aishaqua.com
Gambar 2 siklus hidup udang

2.3.1Kebiasaan Hidup Udang Vannamei

Secara ekologis udang vannamei mempunyai kebiasaan hidup identik dengan


udang windu (Panaeus monodon), yaitu melepaskan telur di tengah laut, kemudian
terbawa arus dan gelombang menuju pesisir menetas menjadi naupli, seterusnya
menjadi zoea, mysis, post larva, dan juvenil. Pada stadia juvenil telah tiba di daerah
pesisir, selanjudnya kembali ketengah laut untuk proses pendewasaan dan bertelur
(Ghufran dan Kordi, 2007).

Dijelaskan lebih lanjut oleh Ghufran dan Kordi (2007), udang vannamei
bersifat nokturnal, yaitu melakukan aktifitas pada malam hari. Proses perkawinan
ditandai dengan loncatan induk betina secara tiba-tiba. Pada saat meloncat tersebut
betina mengeluarkan sel-sel telur. Pada saat yang bersamaan, udang jantan
mengeluarkan sperma sehingga sperma dan sel telur bertemu. Proses perkawinan
berlangsung selama satu menit. Sepasang udang vannamei berukuran 30 – 45 gram
22 mm.

PAGE \* MERGEFORMAT 21
Siklus hidup udang dapat menghasilkan 100.000 – 250.000 butir telur yang
berukuran 0,22 mm, adapun siklus udang vannamei yaitu stadia naupli, zoea, mysis,
dan post larva.

Menurut Haliman dan Adijaya (2005), ada beberapa sifat-sifat penting pada
udang vannamei yaitu meliputi :

a) Aktif pada kondisi gelap (Nokturnal).


b) Dapat hidup pada kisaran salinitas lebar (euryhaline).
c) Suka memangsa sesama jenis (Kanibal).
d) Type pemakan lambat, tetapi terus – menerus (Continous feeder).
e) Menyukai hidup di dasar (Bentik).
f) Mencari makan lewat organ sensor (Chemoreceptor).

2.4 Kegiatan Pembesaran

Menurut Amri dan Kanna (2008), pada budidaya sistem intensif tidak
dilakukan pemupukan atau pemupukan hanya dilakukan saat penebaran benur. Hal ini
dikarenakan penyediaan pakan sepenuhnya menggunaakan pakan buatan yang
bentuk, ukuran, dosisnya disesuaikan dengan ukuran dan stadia hidup udang.
Pergantian air yang teratur dengan volume yang memadai mutlak diperlukan dengan
budidaya sistem teknologi intensif. Guna meningkatka kandungan oksigen terlarut
dalam air tambak digunakan aerator seperti kincir air (puddle whell).

Dijelaskan lebih lanjut oleh Amri dan Kanna (2008), padat tebar benur udang
vannamei secara intensif yakni > 70 ekor / m2. Tambak intensif

PAGE \* MERGEFORMAT 21
2.4.1 Lokasi Budidaya
Menurut Haliman dan Adijaya (2005), lokasi tambak udang vannamei harus
memenuhi persyaratan tambak yang ideal secara teknis maupun nonteknis.
Persyaratan lokasi tambak udang vannamei secara teknis sebagai berikut:

a) Terletak di daerah pantai dengan fluktuasi air pasang surut 2 – 3 m.


b) Jenis tanah sebaiknya liat berpasir untuk menghindari kebocoran. Jenis tanah
gambut atau masam bias menyebabkan pH air menjadi asam.
c) Mempunyai sumber air tawar dengan debit air cukup besar sehingga
kebutuhan air tawar dapat terpenuhi.
d) Minimal 15 % air kolam harus terganti dengan air baru setiap hari. Udang
vannamei hidup pada salinitas 15 – 20 ppt.
e) Lokasi tambak harus memiliki green belt yang berupa hutan mangrove
diantara lokasi tambak dengan pantai.
f) Sementara persyaratan nonteknis lokasi tambak udang vannamei sebagai
berikut :
 Lokasi dekat dengan produksi udang vannamei.
 Dekat dengan sumber tenaga kerja (SDM).
 Dekat dengan sentra perekonomian sehingga mempermudah
mendapatkan berbagai bahan pokok untuk produksi udang.
 Lokasi mudah dijangkau oleh sarana transportasi dan komunikasi.

2.4.2 Tata letak tambak intensif

Menurut Erlangga (2012), pada tambak intensif treatmen digunakan sebagai


pemanpungan air yang sifatnya sementara,yakni sekitar 1 -2 minggu sebelum
dialirkan ketambak pembesaran atau tambak budidaya air yang digunakan berupa air
yang berasal dari main inlet dan umumnya masih memiliki salinitas yang tinggi.
Tambak treatmen pada tambak – tambak intensif memiliki 0,5 – 0,7 hauntuk setiap

PAGE \* MERGEFORMAT 21
tambak pembesaran, dan tambak intensif memiliki dua buah tambak treatmen yang
digunakan secara bergantian

2.4.3 Penebaran

Benur udang vannamei yang akan ditebar dan dibudidayakan harus dipilih
yang terlihat sehat. Kriteria benur sehat dapat diketahui dengan melakukan observasi
berdasarkan pengujian visual, mikroskopik dan ketahanan benur. Hal tersebut bisa
dilihat dari warna, ukuran panjang dan bobot sesuai umur Post Larva (PL), kulit dan
tubuh bersih dari organisme parasit dan patogen, tidak cacat, tubuh tidak pucat, gesit,
merespon cahaya, bergerak aktif dan menyebar di dalam wadah (Haliman dan
Adijaya, 2005).
Persiapan yang harus dilakukan sebelum penebaran adalah penumbuhan
pakan alami dengan pemupukan. Persiapan lain yang perlu dilakukan yaitu
pengukuran kualitas air, seperti suhu, salinitas, pH, DO, ammonia dan nitrit. Selain
itu, aklimatisasi atau proses adaptasi benur terhadap suhu maupun salinitas juga
merupakan hal yang penting dalam penebaran benur (Haliman dan Adijaya, 2005).
Udang vannamei dapat dibudidayakan dengan kepadatan yang relatif tinggi sampai
lebih dari 150 ekor/m2, bahkan dapat ditebarkan sampai 400 ekor/m2 dalam bak
kultur dengan sistem resirkulasi. Namun, banyaknya padat tebar tergantung dari
sistem budidaya yang dipakai (Brown, 1991).

2.4.4 Pakan dan Cara Makan


Pakan merupakan faktor yang sangat penting dalam budidaya udang vannamei
karena menyerap biaya yang berkisar antara 60-70 persen dari total biaya operasional.
Pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan akan memacu pertumbuhan dan
perkembangan udang vannamei secara optimal, sehingga produktivitasnya bisa
ditingkatkan. Prinsipnya adalah semakin padat penebaran benih udang berarti
ketersediaan pakan alami semakin sedikit dan ketergantungan pada pakan buatan
semakin meningkat (Topan, 2007). Udang vannamei membutuhkan pakan dengan

PAGE \* MERGEFORMAT 21
kandungan protein yang lebih rendah daripada udang windu. Kebutuhannya berkisar
antara 18-35 persen dengan rasio konversi pakan 1:1,2 yaitu satu kilogram daging
pada ikan dapat dihasilkan dari pemberian 1,2 kilogram pakan. Hal ini tentu saja akan
membuat biaya produksi untuk pakan udang vannamei lebih rendah daripada biaya
produksi untuk pakan udang windu (Brown, 1991).
Pakan alami lebih banyak digunakan saat udang masih berukuran kecil. Saat
fase zoea, udang akan bersifat herbivora dan memakan fitoplankton. Saat fase mysis,
udang akan bersifat karnivora, sehingga pakan yang dikonsumsi berupa zooplankton.
Pakan buatan berbentuk pellet dapat mulai dilakukan sejak benur ditebar hingga
udang siap panen. Namun, ukuran dan jumlah pakan yang diberikan harus dilakukan
secara cermat dan tepat, sehingga udang tidak mengalami kekurangan pakan maupun
kelebihan pakan (Haliman dan Adijaya, 2005).
Pakan tambahan digunakan sebagai nutrisi pelengkap pakan alami dan pakan
buatan. Selain itu, pakan tambahan dapat berfungsi merangsang nafsu makan udang,
mempercepat proses molting, memperkecil konversi rasio pakan dan sebagai pupuk
organik (Haliman dan Adijaya, 2005). Contoh dari pakan tambahan adalah vitamin,
immunostimulan, mineral, HUFA, karotenoid dan astaxanthin (Brown, 1991).
Frekuensi pemberian pakan pada udang kecil cukup 2-3 kali sehari karena masih
mengandalkan pakan alami. Setelah terbiasa dengan pakan buatan bentuk pellet,
frekuensi pemberian dapat ditambah menjadi 4-6 kali sehari (Topan, 2007).
Udang vannamei termasuk golongan omnivora. Beberapa sumber pakan
udang vannamei, antara lain : udang kecil (rebon), fitoplankton, copepoda,
polychaeta, larva kerang dan lumut. Udang ini juga termasuk dalam pemangsa sejenis
(kanibalisme). Udang vannamei ini mencari dan mengenali pakan menggunakan
sinyal kimiawi berupa getaran dengan bantuan organ sensor yang terdiri dari bulu-
bulu halus (setae) yang terdapat pada ujung anterior antennulae, bagian mulut, capit,
antenna dan maxilliped. Udang akan berenang menggunakan kaki jalan yang
memiliki capit untuk mendekati sumber pakan. Pakan langsung dijepit menggunakan
capit kaki jalan, kemudian pakan dimasukkan ke dalam mulut. Selanjutnya pakan

PAGE \* MERGEFORMAT 21
yang berukuran kecil masuk ke dalam kerongkongan dan esofagus. Bila pakan yang
dikonsumsi berukuran lebih besar, akan dicerna secara kimiawi terlebih dahulu oleh
maxilliped di dalam mulut (Haliman dan Adijaya, 2005)

2.4.5 Pengolahan Kualitas Air


Kualitas air tambak yang baik akan mendukung pertumbuhan dan
perkembangan udang vannamei secara optimal. Oleh karena itu, kualitas air tambak
perlu diperiksa dan dikontrol secara seksama (Haliman dan Adijaya, 2005). Beberapa
parameter kualitas air yang harus terus diamati selama proses budidaya.
Suhu optimal untuk pertumbuhan udang vannamei adalah berkisar antara 26-
32° C. Jika suhu lebih dari angka optimum, maka metabolisme udang akan
berlangsung cepat dan kebutuhan oksigen akan meningkat. Kadar oksigen dalam
tambak mengalami titik jenuh pada kadar yang berkisar antara 7-8 ppm. Namun
udang dapat tumbuh baik pada kadar oksigen minimum berkisar antara 4-6 ppm
(Suyanto dan Mudjiman, 2001).
Salinitas dan pH air di tambak berhubungan erat dengan keseimbangan ionik dan
proses osmoregulasi di dalam tubuh udang. Udang muda yang berumur antara 1-2
bulan memerlukan kadar garam yang berkisar antara 15-25 ppt agar pertumbuhannya
dapat optimal. Setelah umurnya lebih dari dua bulan, pertumbuhan relatif baik pada
kisaran salinitas 5-30 ppt. Pada waktu-waktu tertentu seperti saat musim kemarau,
salinitas air tambak dapat menjadi hypersaline (berkadar garam tinggi, lebih dari 40
ppt). Air tambak memiliki pH ideal berkisar antara 7,5-8,5. Umumnya perubahan pH
air dipengaruhi oleh sifat tanahnya (Haliman dan Adijaya, 2005). pH air tambak
dapat berubah menjadi asam karena meningkatnya benda-benda membusuk dari sisa
pakan atau yang lain. pH air yang asam dapat diubah menjadi alkalis dengan
penambahan kapur (Suyanto dan Mudjiman, 2001).
Kadar gas-gas yang mencemarkan perairan, seperti ammonia (NH3), gas
methan dan asam sulfida (H2S) harus selalu dipantau dan diperhatikan (Suyanto dan
Mudjiman, 2001). Ammonia berasal dari hasil ekskresi atau pengeluaran kotoran

PAGE \* MERGEFORMAT 21
udang. Oleh karena ammonia dan nitrit adalah senyawa beracun, maka harus diubah
menjadi nitrat. Salah satu cara untuk meningkatkan nitrifikasi dan denitrifikasi adalah
dengan meningkatkan jumlah bakteri, yaitu dengan aplikasi probiotik yang
mengandung bakteri yang dibutuhkan (Roffi, 2006). Kekeruhan air tambak
berhubungan erat dengan banyaknya fitoplankton yang tumbuh dalam tambak. Batas
kekeruhan air tambak yang dianggap cukup adalah bila angka seichi disk berkisar
antara 25-45 cm (Suyanto dan Mudjiman, 2001).

2.5 Penanggulangan Hama dan Penyakit


Hama dan penyakit merupakan kendala yang sering mengganggu dan
merugikan dalam usaha budidaya. Hama dapat dibedakan menjadi tiga golongan,
yaitu golongan pemangsa, penyaing dan pengganggu. Penyakit didefinisikan sebagai
segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan suatu fungsi atau struktur dari
suatu alat-alat tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung (Suyanto dan
Mudjiman, 2001).
Organisme yang bersifat hama bagi udang vannamei adalah predator dari jenis
ikan, kepiting dan ular (Haliman dan Adijaya, 2005). Hama golongan penyaing
adalah hewan-hewan yang menyaingi udang dalam hidupnya, baik mengenai pangan
maupun papan. Golongan pengganggu biasanya akan merusak sarana tambak, seperti
pematang, tanah dasar tambak dan pintu air. Untuk memberantas hama yang hidup
dalam air, kita dapat menggunakan bahan-bahan beracun atau pestisida. Namun
disarankan agar menggunakan pestisida organik seperti tepung biji teh (mengandung
racun saponin), akar tuba (mengandung racun rotenon) dan sisa-sisa tembakau
(mengandung racun nikotin). Pestisida ini lebih disarankan penggunaannya karena
racunnya tidak terlalu keras dan lebih cepat terurai di dalam tambak sehingga tidak
membahayakan (Suyanto dan Mudjiman, 2001). Mencegah masuknya ikan dan atau
udang liar ke dalam tambak, perlu dipasang jaring pada bagian inlet air laut agar ikan
dan atau udang liar tersebut tidak bisa masuk ke dalam tambak (Haliman dan
Adijaya, 2005).

PAGE \* MERGEFORMAT 21
Penyakit pada udang bisa disebabkan oleh parasit, bakteri, jamur maupun virus.
Parasit menyerang udang vannamei bila kualitas air tambak kurang baik, terutama
pada kondisi kandungan bahan organik yang tinggi. Pencegahan keberadaan parasit
bisa dilakukan dengan penggantian air tambak, pemakaian probiotik dan pengelolaan
pemberian pakan. Beberapa jenis parasit yang menyerang udang vannamei yaitu
Zoothamnium, Vorticella dan Epistylis (Roffi, 2006).
Bakteri dan jamur tumbuh optimal di perairan yang mengandung bahan
organik tinggi (sekitar 50 ppm). Oleh karena itu, sebaiknya kandungan bahan organik
di air tambak tidak melebihi 50 ppm. Bakteri yang perlu diwaspadai adalah bakteri
vibrio yang menyebabkan penyakit vibriosis. Infeksi bakterial dapat diobati dengan
pemberian antibiotik. Namun perlu berhati-hati dalam menggunakan antibiotik,
karena antibiotika seperti chloramphenicol dan nitrofuran telah dilarang
penggunaannya karena bisa meninggalkan residu di dalam tubuh ikan. Tindakan
pencegahan juga dapat dilakukan dengan penggunaan probiotik yang mampu
berkompetisi dengan bakteri patogen. Jamur (cendawan) juga sering dijumpai pada
udang yang sakit. Jenis cendawan yang umumnya menyerang udang antara lain
Sirolpidium sp., Halipthoros sp. dan Lagenidium spp. (Haliman dan Adijaya, 2005).
Virus merupakan ancaman serius bagi budidaya udang, karena dapat
menyebabkan kematian udang secara massal dalam waktu singkat. Faktor pemicu
munculnya virus yaitu faktor nutrisi, lingkungan dan genetika. Beberapa virus yang
sering menyerang dan perlu diwaspadai adalah White Spot Syndrome Virus (WSSV),
Taura Syndrome Virus (TSV), dan Infectious Hypodermal Hematopoetic Necrosis
Virus (IHHNV) (Haliman dan Adijaya, 2005).
Haliman dan Adijaya (2005) menyatakan bahwa upaya pencegahan yang
dapat dilakukan untuk meminimalkan infeksi virus adalah dengan pemakaian benih
kualitas unggul (SPR dan SPF), pemakaian imunostimulan, menjaga kualitas air agar
stabil, sehingga udang tidak stres serta monitoring penyakit secara rutin. Biosekuriti
juga perlu diterapkan untuk memperkecil resiko serangan penyakit dari lingkungan
luar tambak ke dalam lokasi dan sebaliknya.

PAGE \* MERGEFORMAT 21
2.6 Pemanenan
Panen merupakan akhir dari suatu periode budidaya yang sangat ditunggu
para petambak (Haliman dan Adijaya, 2005). Teknik yang digunakan saat panen
tergantung dari ukuran dan sistem pemeliharaan yang digunakan serta ketersediaan
tenaga kerja (Brown, 1991). Udang vannamei dapat dipanen setelah berumur sekitar
120 hari dengan berat tubuh berkisar antara 16-20 gram/ekor. Pemanenan umumnya
dilakukan pada malam hari untuk menghindari terik matahari dan mengurangi resiko
udang ganti kulit selama panen akibat stres (Haliman dan Adijaya, 2005).

2.7 Pemasaran
Pemasaran udang vannamei dapat dilakukan di dalam negeri, maupun luar
negeri (ekspor). Permintaan udang vannamei di dunia meningkat dari tahun ke tahun.
Negara-negara tujuan ekspor udang vannamei yang diproduksi Indonesia adalah
Jepang, Cina, Uni Eropa, Amerika Serikat dan negara-negara lainnya (Haliman dan
Adijaya, 2005).

2.8 Analisis Usaha


Analisis usaha berfungsi memberikan gambaran usaha budidaya udang
vannamei. Analisis usaha ini dihitung untuk satu tahun. Kelayakan usaha udang
vannamei dapat dilihat dari cash flow, rentabilitas ekonomi, B/C rasio, payback
period dan break event point (Haliman dan Adijaya, 2005).

PAGE \* MERGEFORMAT 21
BAB III
METODE PRAKTEK KERJA LAPANGAN

3.1 Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan praktek kerja lapangan ini di mulai pada tanggal
29 Juni – 29 Juli 2019 di PT. Makara Bumi Satya desa Patas kabupaten Buleleng
propinsi Bali

3.2 Metode Pelaksanaan


Kegiatan magang ini meliputi pengumpulan data primer dan data sekunder
yang diaksanakan meliputi :
a) Observasi atau pengamatan langsung di lapangan
b) Melakukan wawancara dalam bentuk tanya jawab dengan pimpinan operasional,
tekhnisi lapangan, staff pegawai dan pihak-pihak lain yang berkompeten
dibidangnya.
c) Melakukan praktek langsung kaitannya dengan proses produksi dari naupli-benur
d) Melakukan studi pustaka yaitu dengan membandingkan antara literatur yang ada
dengan kenyataan di lapangan.
e) Mencatat data

3.2.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang langsung diperoleh dari sumber data
pertama di lokasi penelitian melalui prosedur dan teknik pengambilan data yang
berupa wawancara, observasi, partisipasi aktif secara khusus sesuai tujuan penelitian
(Burhan, 2009).

PAGE \* MERGEFORMAT 21
1. Wawancara

Wawancara merupakan sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan


penelitian dengan cara mengumpulkan data dengan cara tanya jawab sepihak yang
dilaksanakan secara sistematis (Suyanto dan Sutinah, 2007). Burhan (2009)
menjelaskan bahwa inti metode wawancara diperlukan komunikasi yang baik dan
lancar antara pewawancara (peneliti) dengan responden sehingga pada akhirnya
materi dan pedoman (guide) wawancara bisa menghasilkan data-data yang dapat
dipertanggungjawabkan.

2. Observasi

Observasi adalah pengumpulan data melalui pengamatan di lapangan


mengenai gejala yang tampak pada objek pengamatan dan pelaksanaannya dilakukan
langsung ditempat praktek (Suyanto dan Sutinah, 2007). Observasi pada praktek kerja
lapang ini dilakukan terhadap berbagai hal yang berhubungan dengan kegiatan
manajamen pakan meliputi bagaimana cara pemberian pakan, kandungan pakan yang
baik, kontrol anco, aplikasi probiotik, pengelolaan kualitas air,nk penyiponan, dan
cara memanen.

3. Partisipasi aktif

Partisipasi aktif adalah keikut sertaan daam suatu kegiatan yang dilakukan
dengan hidup bersama secara lansung serta berada dalam sirkulasi kehidupan objek
pengamatan dan pengumpulan data (Burhan, 2009). Dalam hal ini kegiatan yang
dilakukan adalah manajemen dalam pengolahan pakan udang vannamei. Kegiatan
tersebut diikuti secara langsung mulai cara pemberian pakan, jenis pakan yang
berkualitas, frekuensi dan waktu pemberian pakan, aplikasi probiotik, pengelolaan
kuaitas air,penyiponan, dan cara memanen pada budidaya udang vannamei. Serta
kegiatan lainnya yang berkaitan dengan praktik kerja lapang yang dilakukan.

PAGE \* MERGEFORMAT 21
3.2.2 Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua yang berperan
memberi keterangan, data pelengkap, dan sebagai data pembanding (Suyanto dan
Sutinah, 2007). Data ini dapat diperoleh dari data dokumentasi dan pustaka, lembaga
penelitian, Kementrian Kelautan dan Perikanann (KKP), laporan pihak swasta,
masyarakat dan pihak lain yang berhubungan dengan manajemen pengelolaan pakan
udang vannamei di tambak New JH 3

3.3 Data yang di ambil

Dalam praktek kerja lapangan dan yang diamati sebagai berikut :

a) Keadaan umum lokasi


b) Sejarah perusahaan
c) Sarana dan prasarana
d) Manajemen teknik budidaya udang di tambak

3.4 Studi Literature

Studi literature diperlukan untuk mendukung kegiatan selama berlangsungnya


kegiatan PKL.

PAGE \* MERGEFORMAT 21
DAFTAR PUSTAKA

Ambardhy, J. H. 1999. Saat panen yang tepat. Mitra Bahari. Edisi Tahun IV
Nomor 3/1999.

Amri, K. Dan I. Kanna. 2008. Budidaya Udang vanname secara Intensif, Semi
Intensif, dan Tradisional. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Burhan, B.H.M. 2009. Metode Penelitian Kualiatif Kencna. Jakarta. Hal 99-151.

Chanratchakool,P.,J .F.Turnbull., And C. Limsuwan. 1994. Health Management in


Shrimp Ponds. Aquatic Animal Health Reseach Institut, Thailand.

Coelho MGL, Silva ACG, Nova CMVV, Neto JMO, Lima ACN, Feijo RG,
Apolinario DF, Mggioni R, Gesteira TCV. 2009. Susceptibility of the
Whild southern brown shrimp (farfantepeneaus subtillis) to infectious
hypodermal and hematopoietic necrosis (IHHN) and infectious
myonecrosis (IMN). Aquaculture294: 1-4

Darmono. 1991, Budidaya Udang Panaseus. Kanisisus. Yogyakarta.

Haliman, R. W. Dan D. Adijaya. 2005. Udang Vannamei. Penebar Swadaya.


Jakarta

Kordi, M.G.H. 2010 Budidaya Udang laut, Lily Publisher. Yogyakarta

Kusuma, R.V.S 2009. Penaruh Tiga Cara Pengoalahan Tanah Tambak terhadap
Pertumbuhan Udang vanname litopeneaus vannamei. Institut Pertanian
Bogor. 52 hal.

Lightner, D.V., T.A. Bell., R.M. Redman., L.L. Mohney., J.M. Natividad., A
rukyani., and A. Poernomo. 1992. A Review of some Major disease of
economic significance in panaeid prawns / shrimps of the americans
and indopacific. Proceedings of the first symposium on disease in
asian aquaculture bali, indonesia.

Mahbubillah, M.A. 2011. Budidaya Udang Vannamei. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta

PAGE \* MERGEFORMAT 21
Nur, A. 2011. Manajemen Pemeliharaan Udang Vannamei. Direktorat Jendral
perikanan budidaya balai besar pengembangan budidaya air payau.
Jepara.

Rusmiyati, S. 2012. Menjala Rupiah UdangVannamei. Pustaka Baru Press.


Yogyakarta.

Ruangpan, L. and T. Kitao. 1991. Vibrio Bacteria Isolated from Black Tiger

Suyanto, B. Dan Sutinah. 2007. Metode Penelitian Sosial Berbagi Alternatif


Pendekatan. Cetakan Ketiga. Kencana. Hal 53-80

Tacon, A. 1987. The Nutrition and Feeding of Farmed and shrimp – A Training
Manual 3. Feeding Methods. The Field Document NO. 7/B. FAO-
Italy.208 p.

Wayan, A. E., K. Azhary, J. Pribadi, dan M. K. Chaerudin. 2010. Budidaya Udang


Putih (Litopeneaus vannamei. Boone,1931). CV.Mulia Indah Jakarta.

Wyban & Sweeny (1991) Budidaya Udang Putih (Litopeneaus vannamei) pada
2013.www.aishaqua.com

Yustanti, M.N. Ibrahim dan Rusliani. 2013. Pertumbuhan dan Sintasan Larva Udang
Vaname (Litopeneaus vannamei) Melalui Substitusi Tepung Ikan
Dengan Tepung Usus Ayam. Jurnal Mina Laut Indonesia vol. 01 no.01
(93-103)

Zonneveld, N., E. A. Huismann., dan J. H. Boon. 1991. Prinsi-Prinsip Budidaya Ikan.


PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 318 hal.

PAGE \* MERGEFORMAT 21
LAMPIRAN

Lampiran 1

Daftar Pertanyaan

A. KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK KERJA LAPANGAN

1. Letak lokasi praktek kerja lapangan ?


2. Bagaimana struktur organisasi di PT. Makara Bumi Satya ?
3. Apa saja sarana dan prasarana ?

B. PEMBESARAN UDANG VANAME

1. Darimana asal bibit udang vaname ?


2. Cara persiapan sebelum penebaran ?
3. Cara penebaran ?
4. Berapa jumlah bibit yang di tebar ?
5. Cara kasih makan udang ?
6. Jenis pakan apa yang digunakan ?
7. Cara mengola tambak ?
8. Bagaimana cara agar kualitas air tetap terjaga ?
9. Cara pengukuran kualitas air selama PKL di tambak ?
10. Cara mengetahui penyakit ?
11. Cara penanggulangan hama dan penyakit selama PKL ?

C. PEMANENAN

1. Berapa lama waktu yang di butuhkan untuk mencapai waktu panen ?


2. Bagaimana cara pemanenan yang benar ?
3. Berapa ukuran udang yang bias dipanen ?
4. Analisa usaha yang dilakukan di tambak makara bumi satya ?

PAGE \* MERGEFORMAT 21

Anda mungkin juga menyukai