Oleh:
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
1
2
3
4
KATA PENGANTAR
Penulis
5
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
7
BAB 1 PENDAHULUAN
8
Tujuan dari PKL di PT Garudafood Putra Putri Jaya ini
yaitu supaya mahasiswa mendapatkan pengetahuan dan
pengalaman mengenai kondisi sesungguhnya dalam suatu
perusahaan serta mengetahui permalahan praktis dan alternatif
penyelesaiannya. Kedua, memperluas wawasan pengetahuan
dan mengembangkan cara berfikir praktis, logis dan sistematis
sehubungan dengan permasalahan yang timbul dalam proses
pengolahan di perusahaan. Mengetahui, mengerti dan
memahami penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
didapat selama perkuliahan dalam bentuk praktek kerja lapang
di perusahaan. Mengetahui, mengerti serta memahami proses
pengembangan kemasan produk di PT Garudafood Putra Putri
Jaya. Selain itu, tujuan dari PKL ini yaitu memenuhi salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan strata satu pada
jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Brawijaya.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari Praktek Kerja
Lapang (PKL) di PT Garudafood Putra Putri Jaya, Gresik, Jawa
Timur
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengemasan
Pengemasan merupakan sistem yang terkoordinasi
untuk menyiapkan barang menjadi siap didistribusikan,
ditransportasikan, disimpan, dijual, dan dipakai. Dengan
demikian, adanya wadah/kemasan atau pembungkus dapat
membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi
produk yang ada didalamnya, melindungi dari bahaya pencemar
serta gangguan fisik (gesekan, benturan, dan getaran)
(Peranginangin and Rahmad, 2014).
12
1. Sebagai wadah atau tempat
Maksud fungsi ini adalah untuk memudahkan
penyimpanan produk yang berupa potongan besar,
potongan kecil, butiran, cairan, maupun gas sehingga
tidak berserakan dan memudahkan pekerjaan saat
diangkut (Rahmawati, 2013).
2. Sebagai pelindung
Disamping sebagai pelindung bagi produk yang
dikemas, kemasan juga berfungsi untuk melindungi
lingkungan sekitar produk. Bahan kemas yang akan
dipilih tergantung dari sifat – sifat produk serta
kemampuannya untuk melindungi produk yang akan
dikemas. Bahan dan bentuk kemasan yang tidak
memenuhi persyaratan akan menurunkan kualitas
produk yang dikemas dan bila terjadi kebocoran dapat
menimbulkan bahaya seandainya produk yang dikemas
adalah racun atau produk yang mudah terbakar
(Rahmawati, 2013).
3. Sebagai penunjang cara penyimpanan dan transport
Produk – produk yang akan dipasarkan biasanya tidak
langsung dibawa dari pabrik ke pengecer, tetapi melalui
saluran pemasaran yang agak panjang. Selain itu ada
beberapa bahan yang harus disimpan dulu sebelum
dijual untuk pengontrolan kualitasnya, sehingga
kemasan harus dibuat sedemikian rupa agar efisien
13
dalam menggunakan ruangan penyimpanan. Yang
dimaksud dengan efisien yaitu memberikan
perbandingan maksimum antara berat atau jumlah
produk yang disimpan dengan persatuan luas dari
bangunan untuk penyimpanan, sehingga makin tinggi
penumpukan, makin tinggi juga efisiensinya. Kemasan
harus dibuat selaras dengan kemajuan dalam bidang
teknologi dan transportasi, bentuk dan ukurannya harus
cocok dengan kemampuan dan ukuran alat – alat yang
digunakan (Rahmawati, 2013).
4. Sebagai sarana promosi
Maksud dari fungsi ini adalah sebagai perangsang atau
daya tarik . Oleh karena itu, dalam pemilihan bentuk dari
kemasan yang akan dipasarkan harus menarik perhatian
konsumen. Selain bentuk desain dan warna juga harus
diperhatikan dalam perencanaanya (Rahmawati, 2013).
1. Plastik
Jenis bahan kemas plastik banyak ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari. Plastik merupakan
hasil dari polimerisasi, yaitu proses penggabungan
beberapa molekul sederhana menjadi molekul besar.
Pada umumnya plastic dibagi menjadi tujuh. Tujuh
jenis tersebut antara lain:
a. PET (polyethylene terephthalate)
PET atau PETE adalah berfungsi untuk
mengemas produk yang membutuhkan
perliindungan ekstra terhadap udara. Sifat
umumnya antara lain transparan, bersih, jernih,
tahan suhu 300oC dengan baik, permeabilitas
uap aiar dan gas sangat rendah, dan tahan
pelarut organic. Namun PET tidak tahan asam
kuat, fenol, dan benzil alkohol (Kaihatu, 2014).
b. HDPE (high-density polyethylene)
16
HDPE (PEHD) adalah termoplastik polietilena
yang terbuat dari minyak bumi. Plastik jenis ini
memiliki kekuatan yang besar untuk rasio
o
kepadatan. Bahan ini tahan suhu 120 C (lunak
suhu 70oC). Bahan ini sering dipakai untuk botol
susu siap minum, galon air minum, kursi lipat,
dan jerigen minyak goreng (Kaihatu, 2014).
c. Vinyl/PVC
Viny/PVC apolyvinyl chloride adalah plastic yang
dibuat dari polimerisasi suatu monomer vinil
klorida. PVC mengandung khlor, beberapa
berbahaya karena diproduksinya dioxins
(senyawa beracun) selama manufaktur.
Sehingga plastik jenis ini jarang digunakan untuk
kemasan pangan karena sifatnya yang
berbahaya (Kaihatu, 2014)
d. LDPE
LDPE atau low density polyethylene adalah
plastik yang memiliki banyak fungsi karena
mudah diproses, kuat, fleksibel, kedap air, serta
tidak jernih tapi tembus cahaya. LDPE sangat
resisten terhadap reaksi kimia dengan daya
proteksi terhadap uap air tergolong baik dan baik
untuk barang-barang yang memerlukan
17
fleksibilitas tapi kuat. Namun plastic jenis ini sulit
untuk diurai (Kaihatu, 2014).
e. PP (Poly Propylene)
PP adalah kemasan yang baik karena memiliki
karakteristik ringan, mudah dibentuk, transparan,
dan jernih. PP tahan terhadap suhu 150oC
sehingga sering digunakan pada makanan
sterilisasi. Selain itu, karena jernih jenis bahan ini
juga sering digunakan untuk menamoilkan
produk (Kaihatu, 2014).
f. PS (Polystyrene)
PS atau Styrofoam yang memiliki kekuatan tarik
dan tidak mudah sobek, titik lebur rendah (80oC),
tahan asam dan basa, terurai dengan alkohol. PS
mudah dicetak, licin, jernih, mengilap, mudah
menyerap pemlastik, serta baik untuk bahan
dasar laminasi dengan logam (Kaihatu, 2014).
g. Other (Polycarbonate)
Plastik jenis ini meluputi berbagai plastic nonresin
yang masuk ke dalam kategori lainnya.
Polycarbonate adalah produk yang digunakan
untuk membuat barang elektronik, rompi anti
peluru, dan galon air. Jenis plastic ini tidak
mudah untuk didaur ulang namun tetap dapat
dilakuan(Kaihatu, 2014).
18
2. Film
Film atau foil adalah aplikasi kemas fleksibel
yang terbuat dari cellophane dan berbagai macam
thermoplastic resin. Film banyak digunakan karena
sifat barrier dan daya tahan terhadap bahan kimia.
Moisture atau transmisi gas permeability adalah sifat
utama yang menjadi pertimbangan dalam aplikasi
packaging. Dalam aplikasi tertentu daya tahan
minyak dan lemak juga diperlukan beberapa produk
terutama pada produk makanan seperti cracker dan
waferroll.
3. Karton atau kardus
Kemasan karton merupakan kemasan yang
cukup aman untuk digunakan, termasuk bagi produk
pangan. Kemasan karton bersifat mudah diuraikan
dan dapat didaur ulang sebagai bahan baku untuk
kemasan berikutnya. Dalam melindungi kemasan
primer atau tersier dapat digunakan karton
bergelombang. Mkarton gelombang memiliki 3 macam
jenis yaitu (Sinuhaji, 2010) :
- Single wall : satu lapisan dengan ketebalan ±
3mm (B/Flute)
- Double wall : 2 lapis dengan ketebalan ± 7 mm
(CB/Flute)
- Triple wall : 3 lapis, dan lain – lain
19
Penggunaan corrugated box ditentukan oleh :
berat bahan, sifat bahan, menggunakan inner karton
atau tidak. Bahan baku untuk pembuatan karton
bergelombang adalah kertas kraft, bogus atau karton
dari merang.
Berdasarkan jumlah muka, karton gelombang
dibagi menjadi (Sinuhaji, 2010) :
1. Karton gelombang muka tunggal : terdiri dari 1
kertas liner dan 1 kertas medium bergelombang
2. Karton gelombang muka ganda atau dinding
tunggal (single wall) : terdiri dari 2 kertas liner dan
1 kertas medium bergelombang
3. Karton gelombang dinding ganda (double wall)
: terdiri dari 3 kertas liner dan 2 kertas medium
bergelombang
4. Karton gelombang dinding triple : terdiri dari 4
kertas liner dan 3 kertas medium bergelombang
5. Duo arch board : terdiri dari 1 kertas liner dan 2
kertas medium
Karton bergelombang dikelompokan berdasarkan
jenis flute, karton gelombang memiliki beberapa jenis
seperti pada tabel 2.1
20
gelombang/m
A 4,8 118
B 2,4 168
C 3,6 138
D 1,2 316
(Sinuhaji, 2010).
2.2 Rebranding
22
Rebranding sendiri adalah suatu upaya atau usaha
yang dilakukan oleh perusahaan atau lembaga untuk merubah
total atau memperbaharui sebuah brand yang telah ada agar
menjadi lebih baik, dengan tidak mengabaikan tujuan awal
perusahaan (Isyana, 2015). Rebranding sebagai sebuah
perubahan merek atau perubahan logo/desain merek. Dalam
masyarakat di mana kesan visual lebih ditekankan, maka
perubahan visual akan menjadi salah satu pertanda utama
terjadinya sebuah perubahan dalam merek. Dengan kata lain,
ketika melakukan rebranding maka yang berubah ialah nilai-nilai
dalam merek itu sendiri. Salah satu bentuk daya tarik visual dari
satu produk adalah kemasannya, oleh karena itu rebranding dari
kemasan diperlukan. Pada umumnya sebuah perusahaan
melakukan rebranding kemasan karena beberapa alasan.
Pertama adalah alasan finansial, perusahaan secara finansial
melakukan reorganisasi untuk memanfaatkan dana dan
meningkatkan profit, olleh karena itu sebuah identitas baru
diperlukan untuk hal itu. Kedua adalah analisa prospektif
pasar, setelah sekian tahun perusahaan perlu
menegaskan kembali targetnya dan merencanakan
mengubah positioning-nya pada area yang baru, sehingga
perlu citra yang baru pula untuk merefleksikan hal
tersebut. Ketiga adalah adanya audiens atau konsumen
baru, Perusahaan juga bisa saja melakukan rebranding
jika ingin menarik perhatian audiens yang baru.
23
Perusahaan yang menargetkan audiens orang tua akan
melakukan ini untuk menarik perhatian remaja atau anak
kecil (Maulana, 2017)
b. Penyaringan
24
Tahap ini dirancang untuk menghilangkan seluruh
gagasan produk yang tidak berhubungan dengan kemampuan
atau tujuan perusahaan. Para perwakilan dari pemasaran,
teknis dan produksi harus memberikan input pada tahap ini.
c. Pengujian konsep
d. Analisis bisnis
25
dengan sasaran perubahan kemasan. Analisis usaha biasanya
selalu berubah-ubah dalam melakukan perbaikan, jika
didapatkan informasi yang baru, sehingga perkiraan yang dibuat
semakin mendekati kebenaran.
e. Pengembangan prototipe
g. Komersialisasi
26
Jika hasil uji pemasaran positif, perusahaan akan
memulai produksi dan pemasaran berskala penuh.
Komersialisasi yang bertahap, yang bertujuan menyebarkan
produk dengan kemasan baru tersebut ke daerah yang semakin
luas, mencegah ketegangan yang semestinya tidak perlu terjadi
pada kemampuan produksi awal. Sebaiknya, keterlambatan
dalam komersialisasi dapat memberikan kesempatan bagi
perusahaan lain untuk mengelua rkan produk saingan.
27
3.2 Metode Pelaksanaan
Metode untuk memperoleh pengetahuan dan data yang
digunakan dalam PKL ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi dan pengamatan langsung
Mengamati seluruh kegiatan pengolahan produk
yang dimulai dari penerimaan bahan baku hingga
menjadi suatu produk jadi, serta melakukan observasi
mengenai pengendalian mutu pada setiap tahap yang
dilalui.
2. Wawancara
Melakukan tanya jawab dengan pihak-pihak yang
berkaitan dengan tugas khusus, seperti pembimbing
lapang dan karyawan-karyawan di PT Garudafood Putra
Putri Jaya. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan
informasi yang menunjang penyelesaian tugas khusus.
3. Dokumentasi
Melakukan pelengkapan data terkait informasi dan
kegiatan di perusahaan untuk membantu penulisan
laporan. Data yang dikumpulkan seperti, sejarah
perusahaan, struktur organisasi, dan sistem
ketenagakerjaan.
4. Studi Pustaka
Mempelajari informasi yang bersumber dari
literatur berupa buku, jurnal, internet, dan sumber-
28
sumber kepustakaan yang berhubungan dengan proses
pengolahan produk di perusahaan. Studi ini dilakukan
guna melengkapi dan memperkuat informasi yang telah
diperoleh dari PT Garudafood Putra Putri Jaya.
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
31
and Folks dalam meningkatkan penjualan’, Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
32