Anda di halaman 1dari 33

PROPOSAL

PRAKTEK KERJA LAPANG

PENGEMBANGAN KEMASAN PRODUK DI PT


GARUDAFOOD PUTRA PUTRI JAYA Tbk., GRESIK, JAWA
TIMUR

Oleh:

Muhammad Fadhil Rachman (175100101111021)

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2019
1
2
3
4
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah


memberi rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal Praktek Kerja Lapang dengan judul
Pengembangan Kemasan Produk di PT Garudafood Putra Putri
Jaya, Gresik, Jawa Timur. Penulis juga menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Kedua orang tua dan seluruh keluarga yang telah memberi
dukungan moril.
2. Dr. Widya Dwi Rukmi Putri, STP., MP selaku Ketua Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian Universitas Brawijaya Malang.
3. Vivien Fathuroya, ST., MT selaku dosen pembimbing yang
telah meluangkan waktu dan membimbing penulis sehingga
mampu menyelesaikan proposal ini.
4. Seluruh teman-teman yang telah membantu penulis
menyelesaikan proposal.
Demikian proposal yang dapat kami sampaikan, atas
kerjasama PT Garudafood Putra Putri Jaya kami mengucapkan
terimakasih.

Malang, November 2019

Penulis

5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................... 5

DAFTAR TABEL ............................................................. 7

BAB I PENDAHULUAN .................................................. 8

1.1 Latar Belakang .......................................................... 8

1.2 Tujuan ....................................................................... 9

1.2.1 Tujuan Umum ......................................................... 9

1.2.2 Tujuan Khusus...................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................... 12

2.1 Pengemasan ........................................................... 12

2.1.1 Fungsi Pengemas ................................................. 12

2.1.2 Jenis Pengemas ................................................... 16

2.2 Rebranding .............................................................. 22

2.2.1 Tahap-tahap rebranding kemasan ....................... 24

BAB III METODE PELAKSANAAN .............................. 27

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanan ............................... 27

3.2 Metode Pelaksanaan ............................................... 28


6
3.3 Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Lapang .................. 29

BAB IV PENUTUP ........................................................ 30

DAFTAR PUSTAKA ..................................................... 31

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jenis flute pada karton gelombang................................. 20


Table 2. Rangkaian Aktivitas PKL di PT Garudafood Putra Putri
Jaya..................................................................................................... 29

7
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Salah satu industri pangan yang terus berinovasi dalam
memproduksi dan mengembangkan produk-produk makanan
ringan adalah PT Garudafood Putra Putri Jaya yang terletak di
Gresik, Jawa Timur.
PT Garudafood Putra Putri Jaya merupakan salah satu
perusahaan besar dalam industri pangan yang banyak
menghasilkan produk makanan ringan yang berkualitas dan
mengikuti trend dari konsumsi masyarakat Indonesia. PT
Garudafood Putra Putri Jaya ini juga selalu mengembangkan
produk inovatif dengan tetap menjaga mutu produk yang
dihasilkan. Produk yang dihasilkan oleh PT Garudafood Putra
Putri Jaya antara lain berbagai jenis biskuit seperti cracker,
wafer roll, wafer stick, olahan kacang tanah dan berbagai jenis
snack atau makanan ringan lainnya. Agar tetap inovatif dan
selalu memberikan yang terbaik ke konsumen, PT. Garudafood
Putra Putri Jaya selalu melakukan pengembangan dan
pembaharuan produk demi keinginan konsumen, hal ini berlaku
juga untuk pengemas produk. Pengemas produk harus
disesuaikan dengan keadaan pasar dan merupakan citra dari
produk. Produk baik harus dikemas dengan baik juga, oleh
karena itu PT Garudafood Putra Putri Jaya selalu melakukan
pengembangan di kemasan produk-produknya.

8
Tujuan dari PKL di PT Garudafood Putra Putri Jaya ini
yaitu supaya mahasiswa mendapatkan pengetahuan dan
pengalaman mengenai kondisi sesungguhnya dalam suatu
perusahaan serta mengetahui permalahan praktis dan alternatif
penyelesaiannya. Kedua, memperluas wawasan pengetahuan
dan mengembangkan cara berfikir praktis, logis dan sistematis
sehubungan dengan permasalahan yang timbul dalam proses
pengolahan di perusahaan. Mengetahui, mengerti dan
memahami penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
didapat selama perkuliahan dalam bentuk praktek kerja lapang
di perusahaan. Mengetahui, mengerti serta memahami proses
pengembangan kemasan produk di PT Garudafood Putra Putri
Jaya. Selain itu, tujuan dari PKL ini yaitu memenuhi salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan strata satu pada
jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Brawijaya.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari Praktek Kerja
Lapang (PKL) di PT Garudafood Putra Putri Jaya, Gresik, Jawa
Timur

1.2.1 Tujuan Umum


Tujuan umum praktek kerja lapang ini adalah:
1. Memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan jenjang
pendidikan Strata-1 (S-1) di Program Studi Ilmu dan
9
Teknologi Pangan, Jurusan Teknologi Hasil
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas
Brawijaya, Malang Serta untuk menambah
pengalaman, keterampilan kerja, ilmu pengetahuan
mengenai kondisi yang sesungguhnya dalam suatu
industri pangan yang tidak didapat selama
perkuliahan.
2. Menambah wawasan, pengetahuan, serta
pengalaman mahasiswa mengenai kondisi
sesungguhnya dalam suatu industri pengolahan
pangan dengan mengetahui berbagai permasalahan
praktis yang ada dengan realitas yang ada di
lapangan.
3. Menerapkan dasar-dasar teori yang telah didapatkan
selama perkuliahan melalui pengalaman kerja secara
langsung di lapangan serta dapat membandingkan
antara teori yang diperoleh dengan aplikasinya di
lapangan.
1.2.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari Praktek Kerja Lapang yang
dilakukan di PT Garudafood Putra Putri Jaya, Gresik, Jawa
Timur adalah untuk:
1. Mempelajari secara umum kondisi PT Garudafood Putra
Putri Jaya, Gresik, Jawa Timur yang meliputi sejarah,
perkembangan perusahaan, struktur organisasi dan
aspek ketenagakerjaan.
10
2. Mempelajari aspek pengolahan hasil pertanian yang
meliputi proses pengemasan, dan pengembangan
kemasan produk
3. Mengetahui dan mempelajari proses pengemasan dan
pengembangan produk.

11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengemasan
Pengemasan merupakan sistem yang terkoordinasi
untuk menyiapkan barang menjadi siap didistribusikan,
ditransportasikan, disimpan, dijual, dan dipakai. Dengan
demikian, adanya wadah/kemasan atau pembungkus dapat
membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi
produk yang ada didalamnya, melindungi dari bahaya pencemar
serta gangguan fisik (gesekan, benturan, dan getaran)
(Peranginangin and Rahmad, 2014).

Kemasan sendiri merupakan pelindung dari produk,


tetapi selain itu kemasan juga berfungsi sebagai media promosi
untuk memikat konsumen sehingga konsumen berkeputusan
untuk membeli produk yang bersangkutan. Produk dengan
kemasan yang menarik akan menimbulkan persepsi konsumen
dan dapat menimbulkan rangsangan pancaindera yang cukup
untuk diperhatikan dan diingat konsumen. Selain itu, kemasan
merupakan salah satu strategi produk yang dipakai oleh
perusahaan untuk menampakkan produk agar lebih menarik
baik dari segi bentuk, warna, sehingga produk dapat terjaga
kualitasnya.

2.1.1 Fungsi Pengemas


Menurut Rahmawati (2013) dalam tulisannya,
menyatakan bahwa fungsi dari pengemas adalah:

12
1. Sebagai wadah atau tempat
Maksud fungsi ini adalah untuk memudahkan
penyimpanan produk yang berupa potongan besar,
potongan kecil, butiran, cairan, maupun gas sehingga
tidak berserakan dan memudahkan pekerjaan saat
diangkut (Rahmawati, 2013).
2. Sebagai pelindung
Disamping sebagai pelindung bagi produk yang
dikemas, kemasan juga berfungsi untuk melindungi
lingkungan sekitar produk. Bahan kemas yang akan
dipilih tergantung dari sifat – sifat produk serta
kemampuannya untuk melindungi produk yang akan
dikemas. Bahan dan bentuk kemasan yang tidak
memenuhi persyaratan akan menurunkan kualitas
produk yang dikemas dan bila terjadi kebocoran dapat
menimbulkan bahaya seandainya produk yang dikemas
adalah racun atau produk yang mudah terbakar
(Rahmawati, 2013).
3. Sebagai penunjang cara penyimpanan dan transport
Produk – produk yang akan dipasarkan biasanya tidak
langsung dibawa dari pabrik ke pengecer, tetapi melalui
saluran pemasaran yang agak panjang. Selain itu ada
beberapa bahan yang harus disimpan dulu sebelum
dijual untuk pengontrolan kualitasnya, sehingga
kemasan harus dibuat sedemikian rupa agar efisien

13
dalam menggunakan ruangan penyimpanan. Yang
dimaksud dengan efisien yaitu memberikan
perbandingan maksimum antara berat atau jumlah
produk yang disimpan dengan persatuan luas dari
bangunan untuk penyimpanan, sehingga makin tinggi
penumpukan, makin tinggi juga efisiensinya. Kemasan
harus dibuat selaras dengan kemajuan dalam bidang
teknologi dan transportasi, bentuk dan ukurannya harus
cocok dengan kemampuan dan ukuran alat – alat yang
digunakan (Rahmawati, 2013).
4. Sebagai sarana promosi
Maksud dari fungsi ini adalah sebagai perangsang atau
daya tarik . Oleh karena itu, dalam pemilihan bentuk dari
kemasan yang akan dipasarkan harus menarik perhatian
konsumen. Selain bentuk desain dan warna juga harus
diperhatikan dalam perencanaanya (Rahmawati, 2013).

Dalam kemasan terdapat satu atribut penting yaitu


pelabelan atau labelling. Pelabelan pada kemasan ini bertujuan
untuk memberitahukan kepada konsumen tentang unsur-unsur
yang ada dalam produk. Pelabelan berkaitan dengan kategori
atau jenis produk yang dijual. Menurut literatur, beberapa hal
yang penting yang harus ada dalam label adalah informasi
tentang nama brand atau merek, kategori produk, Nutrition fact,
formulasi, komposisi nama perusahaan, tanggal kedaluwarsa,
kode produksi, klaim produk, cara pemakaian, dan dosis
14
pemakaian (Titik Wijayanti, 2017). Pelabelan sendiri harus
disesuaikan dengan regulasi yang berlaku di Indonesia. Pada
produk makanan, minuman, dan obat-obatan, pelabelan harus
disetujui dan mendapat nomor registrasi dari pihak berwenang,
dalam hal ini adalah Badan Pengawas Makanan dan Obat-
obatan (BPOM). Regulasi dapat diperoleh dari BPOM pusat
maupun daerah. Selain BPOM, karena sebagian besar
konsumen di Indonesia adalah Muslim, maka kemasan pada
produk harus mencantumkan label halal. Sehingga produk yang
sudah berlabel halal dapat dikonsumsi dengan rasa aman oleh
konsumen Muslim. Informasi label harus jelas dan lengkap,
serta mudah dibaca, dan diikuti oleh konsumen. Pada produk
malkist sudah mencantumkan informasi tentang nama brand
atau merek, kategori produk, Nutrition fact, formulasi, komposisi
nama perusahaan, tanggal kedaluwarsa, kode produksi, klaim
produk, cara pemakaian, dan dosis pemakaian serta label halal.

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan


Republik Indonesia nomor: HK. 03.1.23.07.11.6664 tahun 2011
menyatakan bahwa kemasan pangan adalah bahan yang
digunakan untuk mewadahi dan/atau membungkus pangan
dengan baik yang bersentuhan langsung dengan bahan pangan
maupun tidak. Berdasarkan interaksinya kemasan pangan
dibagi menjadi tiga jenis yaitu kemasan primer, kemasan
sekunder, dan kemasan, tersier (Kaihatu, 2014). Kemasan
primer adalah kemasan yang kontak langsung dengan produk
15
pangan. Kemasan sekunder adalah kemasan yang bersifat
melindungi kemasan primer. Kemasan tersier adalah kemasan
yang bersifat melindungi selama proses pengangkutan. Pada
produk cracker terdapat beberapa jenis bahan pengemas yang
dipakai.

2.1.2 Jenis Pengemas


Jenis pengemas yang dipakai dalam mengemas produk
berdasarkan bahan yang digunakan antara lain:

1. Plastik
Jenis bahan kemas plastik banyak ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari. Plastik merupakan
hasil dari polimerisasi, yaitu proses penggabungan
beberapa molekul sederhana menjadi molekul besar.
Pada umumnya plastic dibagi menjadi tujuh. Tujuh
jenis tersebut antara lain:
a. PET (polyethylene terephthalate)
PET atau PETE adalah berfungsi untuk
mengemas produk yang membutuhkan
perliindungan ekstra terhadap udara. Sifat
umumnya antara lain transparan, bersih, jernih,
tahan suhu 300oC dengan baik, permeabilitas
uap aiar dan gas sangat rendah, dan tahan
pelarut organic. Namun PET tidak tahan asam
kuat, fenol, dan benzil alkohol (Kaihatu, 2014).
b. HDPE (high-density polyethylene)
16
HDPE (PEHD) adalah termoplastik polietilena
yang terbuat dari minyak bumi. Plastik jenis ini
memiliki kekuatan yang besar untuk rasio
o
kepadatan. Bahan ini tahan suhu 120 C (lunak
suhu 70oC). Bahan ini sering dipakai untuk botol
susu siap minum, galon air minum, kursi lipat,
dan jerigen minyak goreng (Kaihatu, 2014).
c. Vinyl/PVC
Viny/PVC apolyvinyl chloride adalah plastic yang
dibuat dari polimerisasi suatu monomer vinil
klorida. PVC mengandung khlor, beberapa
berbahaya karena diproduksinya dioxins
(senyawa beracun) selama manufaktur.
Sehingga plastik jenis ini jarang digunakan untuk
kemasan pangan karena sifatnya yang
berbahaya (Kaihatu, 2014)
d. LDPE
LDPE atau low density polyethylene adalah
plastik yang memiliki banyak fungsi karena
mudah diproses, kuat, fleksibel, kedap air, serta
tidak jernih tapi tembus cahaya. LDPE sangat
resisten terhadap reaksi kimia dengan daya
proteksi terhadap uap air tergolong baik dan baik
untuk barang-barang yang memerlukan

17
fleksibilitas tapi kuat. Namun plastic jenis ini sulit
untuk diurai (Kaihatu, 2014).
e. PP (Poly Propylene)
PP adalah kemasan yang baik karena memiliki
karakteristik ringan, mudah dibentuk, transparan,
dan jernih. PP tahan terhadap suhu 150oC
sehingga sering digunakan pada makanan
sterilisasi. Selain itu, karena jernih jenis bahan ini
juga sering digunakan untuk menamoilkan
produk (Kaihatu, 2014).
f. PS (Polystyrene)
PS atau Styrofoam yang memiliki kekuatan tarik
dan tidak mudah sobek, titik lebur rendah (80oC),
tahan asam dan basa, terurai dengan alkohol. PS
mudah dicetak, licin, jernih, mengilap, mudah
menyerap pemlastik, serta baik untuk bahan
dasar laminasi dengan logam (Kaihatu, 2014).
g. Other (Polycarbonate)
Plastik jenis ini meluputi berbagai plastic nonresin
yang masuk ke dalam kategori lainnya.
Polycarbonate adalah produk yang digunakan
untuk membuat barang elektronik, rompi anti
peluru, dan galon air. Jenis plastic ini tidak
mudah untuk didaur ulang namun tetap dapat
dilakuan(Kaihatu, 2014).

18
2. Film
Film atau foil adalah aplikasi kemas fleksibel
yang terbuat dari cellophane dan berbagai macam
thermoplastic resin. Film banyak digunakan karena
sifat barrier dan daya tahan terhadap bahan kimia.
Moisture atau transmisi gas permeability adalah sifat
utama yang menjadi pertimbangan dalam aplikasi
packaging. Dalam aplikasi tertentu daya tahan
minyak dan lemak juga diperlukan beberapa produk
terutama pada produk makanan seperti cracker dan
waferroll.
3. Karton atau kardus
Kemasan karton merupakan kemasan yang
cukup aman untuk digunakan, termasuk bagi produk
pangan. Kemasan karton bersifat mudah diuraikan
dan dapat didaur ulang sebagai bahan baku untuk
kemasan berikutnya. Dalam melindungi kemasan
primer atau tersier dapat digunakan karton
bergelombang. Mkarton gelombang memiliki 3 macam
jenis yaitu (Sinuhaji, 2010) :
- Single wall : satu lapisan dengan ketebalan ±
3mm (B/Flute)
- Double wall : 2 lapis dengan ketebalan ± 7 mm
(CB/Flute)
- Triple wall : 3 lapis, dan lain – lain

19
Penggunaan corrugated box ditentukan oleh :
berat bahan, sifat bahan, menggunakan inner karton
atau tidak. Bahan baku untuk pembuatan karton
bergelombang adalah kertas kraft, bogus atau karton
dari merang.
Berdasarkan jumlah muka, karton gelombang
dibagi menjadi (Sinuhaji, 2010) :
1. Karton gelombang muka tunggal : terdiri dari 1
kertas liner dan 1 kertas medium bergelombang
2. Karton gelombang muka ganda atau dinding
tunggal (single wall) : terdiri dari 2 kertas liner dan
1 kertas medium bergelombang
3. Karton gelombang dinding ganda (double wall)
: terdiri dari 3 kertas liner dan 2 kertas medium
bergelombang
4. Karton gelombang dinding triple : terdiri dari 4
kertas liner dan 3 kertas medium bergelombang
5. Duo arch board : terdiri dari 1 kertas liner dan 2
kertas medium
Karton bergelombang dikelompokan berdasarkan
jenis flute, karton gelombang memiliki beberapa jenis
seperti pada tabel 2.1

Tabel 1. Jenis flute pada karton gelombang

Flute Tinggi gelombang, mm Jumlah

20
gelombang/m
A 4,8 118
B 2,4 168
C 3,6 138
D 1,2 316
(Sinuhaji, 2010).

Berdasarkan struktur Sistem Kemas, kemasan dalam


pengemasan dibagi menjadi tiga
1. Kemasan Primer
Bahan kemas langsung mewadahi bahan pangan
(kaleng susu, botol minuman, bungkus tempe). Hampir semua
produk di Garudafood menggunkan pengemas primer plastik
yang aman untuk makanan (Hantoro and Soewito, 2018)
2. Kemasan Sekunder
Kemasan yang fungsi utamanya melindungi dan
mewadahi kelompok kemasan lainnya yaitu kemasan primer,
seperti misalnya kotak karton untuk wadah kaleng susu, kotak
kayu untuk wadah buah-buahan yang dibungkus, keranjang
tempe, dan sebagainya. Pada Garudafood, kemasan sekunder
karton sering digunakan, meskipun terdapat kemasan sekunder
yang juga terbuat dari plastik (Hantoro and Soewito, 2018)
3. Kemasan Tersier dan Kuarter
Kemasan yang umumnya digunakan sebagai pelindung
selama pengangkutan. Kemasan ini digunakan apabila jika
21
dibutuhkan (Hantoro and Soewito, 2018).

2.2 Rebranding

Rebranding merupakan salah satu bentuk


pengembangan produk. Pengembangan produk sendiri adalah
strategi untuk pertumbuhan perusahaan dengan menawarkan
produk baru atau yang dimodifikasi ke segmen pasar yang
sekarang. Mengembangkan konsep produk menjadi produk fisik
untuk meyakinkan bahwa gagasan produk dapat diubah menjadi
produk yang dapat diwujudkan. Pengembangan produk baru
didasarkan pada asumsi bahwa para pelanggan menginginkan
unsur-unsur baru dan pengenaan produk baru akan membantu
mencapai tujuan perusahaan.

Suatu perusahaan yang melakukan pengembangan


terhadap produknya terlebih dahulu harus menyadari apa tujuan
dilakukannya pengembangan tersebut dan bagaimana proses
pengembangan produk tersebut dilaksanakan sehingga dapat
mencapai sasaran yang diinginkan. Umumnya tujuan yang ingin
di capai dari rebranding adalah untuk mempertahankan daya
saing terhadap produk yang sudah ada, yaitu dengan jalan
menawarkan produk yang dapat memberikan jenis kepuasan
yang baru. Bentuknya adalah revisi terhadap produk yang telah
ada.

22
Rebranding sendiri adalah suatu upaya atau usaha
yang dilakukan oleh perusahaan atau lembaga untuk merubah
total atau memperbaharui sebuah brand yang telah ada agar
menjadi lebih baik, dengan tidak mengabaikan tujuan awal
perusahaan (Isyana, 2015). Rebranding sebagai sebuah
perubahan merek atau perubahan logo/desain merek. Dalam
masyarakat di mana kesan visual lebih ditekankan, maka
perubahan visual akan menjadi salah satu pertanda utama
terjadinya sebuah perubahan dalam merek. Dengan kata lain,
ketika melakukan rebranding maka yang berubah ialah nilai-nilai
dalam merek itu sendiri. Salah satu bentuk daya tarik visual dari
satu produk adalah kemasannya, oleh karena itu rebranding dari
kemasan diperlukan. Pada umumnya sebuah perusahaan
melakukan rebranding kemasan karena beberapa alasan.
Pertama adalah alasan finansial, perusahaan secara finansial
melakukan reorganisasi untuk memanfaatkan dana dan
meningkatkan profit, olleh karena itu sebuah identitas baru
diperlukan untuk hal itu. Kedua adalah analisa prospektif
pasar, setelah sekian tahun perusahaan perlu
menegaskan kembali targetnya dan merencanakan
mengubah positioning-nya pada area yang baru, sehingga
perlu citra yang baru pula untuk merefleksikan hal
tersebut. Ketiga adalah adanya audiens atau konsumen
baru, Perusahaan juga bisa saja melakukan rebranding
jika ingin menarik perhatian audiens yang baru.
23
Perusahaan yang menargetkan audiens orang tua akan
melakukan ini untuk menarik perhatian remaja atau anak
kecil (Maulana, 2017)

2.2.1 Tahap-tahap rebranding kemasan

Program pengembangan kemasan produk yang


dilakukan oleh perusahaan pada dasarnya adalah untuk
mencapai sasaran yang sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan konsumen. Dengan demikian, para eksekutif puncak,
khususnya yang berhubungan dengan program ini, dituntut
haruslah benar-benar mengembangkan dan mengelola
produknya dengan sebaik mungkin. Untuk mencapai hal itu,
perusahaan tentuharus mengikuti langkah-langkah dari
pengembangan produk ini secara sistematis. Tahap proses
pengembangan produk:

a. Gagasan pengembangan atau rebranding produk

Pengembangan produk dimulai dengan pencarian


gagasan bagi kemasan produk-produk. Para manajer puncak
harus mendefinisikan produk dan pasar yang ingin ditekankanya
menyatakan tujuan produk baru itu. Merek juga harus
menyatakan berapa banyak usaha yang harus dicurahkan untuk
memodifikasi produk lama dan meniru produk pesaing.

b. Penyaringan
24
Tahap ini dirancang untuk menghilangkan seluruh
gagasan produk yang tidak berhubungan dengan kemampuan
atau tujuan perusahaan. Para perwakilan dari pemasaran,
teknis dan produksi harus memberikan input pada tahap ini.

c. Pengujian konsep

Setelah gagasan disaring, perusahaan menggunakan


riset pasar untuk mendaptkan input dari konsumen tentang
manfaat dan harga. Gagasan yang telah melewati tahap
penyaringan kemudian dilanjutkan dengan membuat konsep
serta dilanjutkan dengan mengembangkan konsep produk
tersebut. Pada dasarnya konsumen tidak membeli gagasan dari
suatu produk melainkan konsep dari produk tesebut. Dari
berbagai konsep produk yang ada kemudian dilakukan
pengujian yang pada akhirnya di pilih konsep produk yang
paling tepat.

d. Analisis bisnis

Setelah mengumpulkan opini konsumen, Adapun cara


mengevaluasi usulan dengan cara membuat suatu perkiraan
tentang tingkat penjualan, biaya produksi kemasan yang lebih
murah atau mahal, dan keuntungan yang diharapkan sesuai

25
dengan sasaran perubahan kemasan. Analisis usaha biasanya
selalu berubah-ubah dalam melakukan perbaikan, jika
didapatkan informasi yang baru, sehingga perkiraan yang dibuat
semakin mendekati kebenaran.

e. Pengembangan prototipe

Sewaktu perusahaan telah menentukan potensi


profitabilitas produk. Bagian teknik atau riset dan
pengembangan akan membuat prototipe. Prototipe ini dapat
menjadi sangat mahal, yang sering kali memerlukan peralatan
dan pengembangan komponen yang ekstensif. Prototipe ini
harus berdasarkan pertimbangan pemilihan material dan
anggaran yang diperlukan.

f. Pengujian produk dan uji pemasaran.

Dengan menggunakan hal-hal yang dipelajari dari


prototipe, perusahaan menjalankan produksi yang terbatas.
Kemudian perusahaan dapat menguji produk tersebut untuk
melihat apakah produknya memenuhi persyaratan kinerja. Jika
ya, maka produknya akan dijual pada daerah yang terbatas.
Karena kampanye promosi dan saluran distribusi harus
ditetapkan untuk uji pasar, tahap ini menjadi cukup mahal.

g. Komersialisasi

26
Jika hasil uji pemasaran positif, perusahaan akan
memulai produksi dan pemasaran berskala penuh.
Komersialisasi yang bertahap, yang bertujuan menyebarkan
produk dengan kemasan baru tersebut ke daerah yang semakin
luas, mencegah ketegangan yang semestinya tidak perlu terjadi
pada kemampuan produksi awal. Sebaiknya, keterlambatan
dalam komersialisasi dapat memberikan kesempatan bagi
perusahaan lain untuk mengelua rkan produk saingan.

BAB III METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanan


Praktek Kerja Lapang (PKL) ini akan dilaksanakan mulai
tanggal 23 Desember 2019 hingga 28 Januari 2020 di PT
Garudafood Putra Putri Jaya yang berlokasi di Jl. Raya Krikilan
Km. 28 Driyorejo Gresik, Jawa Timur.

27
3.2 Metode Pelaksanaan
Metode untuk memperoleh pengetahuan dan data yang
digunakan dalam PKL ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi dan pengamatan langsung
Mengamati seluruh kegiatan pengolahan produk
yang dimulai dari penerimaan bahan baku hingga
menjadi suatu produk jadi, serta melakukan observasi
mengenai pengendalian mutu pada setiap tahap yang
dilalui.
2. Wawancara
Melakukan tanya jawab dengan pihak-pihak yang
berkaitan dengan tugas khusus, seperti pembimbing
lapang dan karyawan-karyawan di PT Garudafood Putra
Putri Jaya. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan
informasi yang menunjang penyelesaian tugas khusus.

3. Dokumentasi
Melakukan pelengkapan data terkait informasi dan
kegiatan di perusahaan untuk membantu penulisan
laporan. Data yang dikumpulkan seperti, sejarah
perusahaan, struktur organisasi, dan sistem
ketenagakerjaan.
4. Studi Pustaka
Mempelajari informasi yang bersumber dari
literatur berupa buku, jurnal, internet, dan sumber-
28
sumber kepustakaan yang berhubungan dengan proses
pengolahan produk di perusahaan. Studi ini dilakukan
guna melengkapi dan memperkuat informasi yang telah
diperoleh dari PT Garudafood Putra Putri Jaya.

3.3 Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Lapang


Jadwal kegiatan Praktek Kerja Lapang yang telah
disusun mulai tanggal 20 Desember 2018 hingga 28 Januari
2019 ditunjukkan pada Tabel 3.1

Table 2. Rangkaian Aktivitas PKL di PT Garudafood Putra Putri


Jaya

Pelaksanaan Bulan/Minggu ke-


N Desemb
Nama Kegiatan Januari
o er
4 1 2 3 4
1 Orientasi
a. Pengenala
n pabrik
dengan
staf,
produksi,
dan RnD
b. Briefing
dan
overview
proses
produksi
2 Aktivitas lapang
a. Kondisi
umum dan
fasilitas
perusahaan
29
b. Sistem
managerial
perusahaan
c. Bahan
baku dan
proses
d. Tata letak
dan
peralatan
e. Pengemas
an Produk
f. Pengemba
ngan
produk
g. Pengemba
ngan
kemasan
h. Tugas
khusus

BAB IV PENUTUP

Demikian proposal kegiatan praktek kerja lapang ini


dibuat, yang dimaksudkan sebagai bahan pertimbangan agar
dapat diterima untuk melakukan praktek kerja lapang di PT
Garudafood Putra Putri Jaya. Apabila PT Garudafood Putra
Putri Jaya menerima permohonan praktek kerja lapang ini, kami
berharap akan bimbingan dan bantuan dari pembimbing lapang
perusahaan dan pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan
30
yang akan dibahas. Atas perhatian dan bantuannya, kami
mengucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Hantoro, M. R. and Soewito, B. M. (2018) ‘Eksplorasi Desain


Kemasan Berbahan Bambu sebagai Produk Oleh-oleh Premium
dengan Studi Kasus Produk Makanan UKM Purnama Jati
Jember’, Jurnal Sains Dan Seni ITS, 7(1), pp. 67–71.

Isyana, R. R. (2015) ‘Strategi pemasaran melalui rebranding


Studi Kasus Rebranding Pring putih menjadi Redberries Food

31
and Folks dalam meningkatkan penjualan’, Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Kaihatu, M. M. (2014) Manajemen Pengemasan. Jakarta:


Penerbit Andi.

Maulana, M. (2017) ‘Hubungan persepsi tentang Rebranding


Zetizen Jawa Pos dengan tingkat partisipasi member pada
kegiatan Zetizen Jawa Pos di Surabaya’. UIN Sunan Ampel
Surabaya.

Peranginangin, R. and Rahmad, W. (2014) Pengolahan Kolagen


dari Kulit Ikan Nila. Depok: Penebar Swadaya Grup.

Rahmawati, F. (2013) ‘Pengemasan dan pelabelan’, Materi


Pelatihan Kewirausahaan bagi kelompok UPPKS.

Sinuhaji, P. (2010) ‘Interaksi Serat Limbah Industri Pulp Dengan


Serat Nanas, Pisang Dan Rami Pada Pembuatan Karton’.

Titik Wijayanti, M. M. (2017) Marketing Plan! dalam Bisnis (Third


Edition). Jakarta: Elex Media Komputindo.

32

Anda mungkin juga menyukai