Anda di halaman 1dari 87

ANALISIS JUAL BELI ONLINE SECARA DROPSHIPPING DALAM

MENINGKATKAN PENDAPATAN UMKM MENURUT


PERSPEKTIF EKONOMI SYARIAH
(Studi Pada Toko Sport SCR Seven)

Disusun Oleh :

FATHUL LADEN
NIM. 180602221

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDA ACEH
TAHUN 2024 M/ 1445 H
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur Peneliti panjatkan kehadirat Allah


SWT, sang pencipta alam semesta, manusia dan kehidupan serta seperangkat
aturan-Nya. Berkat limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya Peneliti dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Analisis Jual Beli Online
Secara Dropshipping Dalam Meningkatkan Pendapatan Umkm Menurut
Perspektif Ekonomi Syariah (Studi Pada Toko Sport SCR Seven)’’ dengan
baik. Shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para
sahabatnya. Adapun Peneliti menyadari bahwasanya Penelitian skripsi ini tidak
terlepas dari saran, petunjuk, bimbingan dan masukan dari berbagai pihak. Maka
dengan segala kerendahan hati, Peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Hafas Furqani, M.Ec. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
UIN Ar-Raniry Banda Aceh yang telah membantu Peneliti, baik
dukungan moril maupun sarana prasarana pembelajaran.
2. Dr. Nilam Sari, M.Ag. dan Ayumiati, SE., M.si. Ketua dan Sekretaris
Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
UIN Ar-Raniry Banda Aceh, yang selalu mendukung serta
memberikan semangat dalam bidang kecerdasan akademik dan
spiritual.
3. Hafizh Maulana, SP,. S.HI,. M.E selaku ketua Laboratorium Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Ar-Raniry.
4. 4. Dr. Hendra Syahputra, MM dan Mursalmina ME. Dosen
Pembimbing I dan Pembimbing II yang selalu memberikan arahan
yang terbaik dalam Penelitian skripsi ini dan yang selalu sabar telah
meluangkan waktu, untuk memberikan bimbingan, nasehat, dukungan
dan ilmu yang dimiliki kepada Peneliti.

1
5. Teuku Syifa FN.,SE.,M.Acc.,AK. Penasehat Akademik (PA) Peneliti
selama menempuh pendidikan di Jurusan Strata 1 Ekonomi Syari'ah,
yang sudah menyetujui judul, memberi masukan serta memeberikan
nasehat dan motivasi terbaik untuk Peneliti selama menempuh
pendidikan di program studi strata satu (S1) Ekonomi Syari'ah.
6. Dara Amantillah, M.sc. Si Selaku Dosen Pembahas Seminar Proposal.
7. Seluruh Staf dan dosen-dosen yang mengajar pada Program Studi
Ekonomi Syariah selama proses belajar mengajar.
8. Bpk Heru Hermawan, SE selaku pemilik toko Sport SCR Seven
berserta seluruh pegawai yang telah memberikan izin penelitian
memberikan banyak informasi terkait penelitian kepada penulis.
9. Terima kasih kepada keluarga tersayang, skripsi ini penulis
dedikasikasikan untuk Ayahnda Ir Saiful dan Mama Ainomi SE
tercinta yang telah membesarkan tanpa kekurangan suatu apapun, juga
kepada saudara kandung saya yang selalu memberikan semangat yang
luar biasa.
10. Terima kasih kepada sahabat dan teman-teman ekonomi syariah
letting 2018 seperjuangan yang selalu mendukung dan berjuang
bersama dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satupersatu
yang telah membantu penulis selama proses penyusunan proposal
skripisi ini. Peneliti menyadari bahwa dalam Penelitian skripsi ini
masih jauh dari banyak kesalahan dan kekurangan yang disebabkan
karena keterbatasan, kemampuan serta pengalaman Peneliti. Dengan
demikian segala saran, kritik maupun masukan yang lainnya Peneliti
terima dengan lapang dada demi menyempurnakan skripsi ini.
Diharapkan juga skripsi bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.

2
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih untuk semua
pihak semoga mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Dan
semoga tugas akhir ini bermanfaat untuk semua pihak yang
membacanya.

Banda Aceh, 01Juli 2023

Fathul Laden

3
ABSTRAK
Nama : Fathul Laden
NIM : 180602221
Fakultas/Program Studi : Ekonomi dan Bisnis Islam/Ekonomi Syariah
Judul : Analisis Jual Beli Online Secara Dropshipping
dalam Meningkatkan Pendapatan Umkm Menurut
Perspektif Ekonomi Syariah (Studi Pada Toko
Sport SCR Seven)
Pembimbing I : Dr. Hendra Syahputra. MM
Pembimbing II : Mursalmina. ME

Penelitian yang berjudul “Analisis Jual Beli Online Secara Dropshipping dalam
Meningkatkan Pendapatan Umkm Menurut Perspektif Ekonomi Syariah (Studi
Pada Toko Sport SCR Seven)” bertujuan untuk mengetahui imengetahui
implementasi sistem dropshipping dalam meningkatkan pendapatan pada toko
Sport SCR Seven dan sistem transaksi dropshipping dalam perspektif Ekonomi
Islam. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian
bersifat deskriptif. Informan terdiri dari pihak pemilih Sport SCR Seven dan
pelanggan. Pengumpulan data dengan teknik wawancara, observasi, dokumentasi
dan studi kepustakaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementalsi
jual beli dengan sistem dropshipping yang dilakukan oleh pihak Sport SCR Seven
disimpulkan bahwa sistem jual beli melalui dropshipping adalah jual beli barang
atau produk secara online dengan cara penjual atau dropshipper tidalk memiliki
barang, barang yalng dipesan akan dikirimkan oleh suppier kepada para pembeli
dengan nama pengirim pihak Sport SCR Seven. Penerapan sistem dropshipping
oleh Sport SCR Seven mampu meningkatkan jumlah penjualan meskipun
peningkatan penjualan tidak hanya dari penerapan sistem dropshipping, nalmun
sejak penggunaan sistem ini, penjualan toko bertambah. Pandangan Ekonomi
Syariah terhadap implementasi jual beli dengaln sistem dropshipping yang
dilakukan pihak Sport SCR Seven telah memenuhi syarat daln rukun dalam jual
beli menurut Islalm. Sistem dropshipping ini dalam praktiknya menggunakan
akad salam dan juga akad wakalah. Proses dan alur jual beli dropshipping adalah
sistem yalng diperbolehkan karena telah sesuali dengan syariat Islalm.

Kata Kunci : Jual Beli Online, Dropshipping Ekonomi Syariah.

4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... 1

ABSTRAK ............................................................................................................. 4

DAFTAR ISI.......................................................................................................... 5

DAFTAR TABEL ................................................................................................. 8

DAFTAR GAMBAR............................................................................................. 9

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... 10

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 11

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 11

1.2 Rumus Masalah ........................................................................................... 15

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 15

1.3 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 15

1.4 Sistematika Penulisan ................................................................................. 16

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 18

2.1 Jual Beli Online ........................................................................................... 18

2.1.1 Pengertian Jual Beli Online.................................................................. 18

2.1.2 Rukun dan Syarat Jual Beli .................................................................. 20

2.1.3 Macam-Macam Jual Beli ..................................................................... 22

2.1.5 Dasar Hukum Jual Beli Online ............................................................ 25

2.1.6 Jual Beli Online dalam Ekonomi Islam ............................................... 25

2.2 Dropshipping............................................................................................... 27

2.2.1 Pengertian Dropshipping...................................................................... 27

2.2.2 Bentuk Dropshipping ........................................................................... 29

5
2.2.3 Keuntungan dan kerugian Dropshipping ............................................. 29

2.2.4 Undang-Undang Dropshipping ............................................................ 31

2.3 Ba’i as- Salam ............................................................................................. 31

2.3.1 Pengertian Ba’i As-Salam .................................................................... 31

2.3.2 Dasar Hukum Jual Beli Salam ............................................................. 32

2.3.3 Rukun dan Syarat Salam ...................................................................... 35

2.3.4 Syarat Yang Berkaitan Dengan Barang Salam .................................... 36

2.3.5 Contoh Praktik Akad Salam ................................................................ 37

2.4 Akad Wakalah ............................................................................................. 37

2.4.1 Pengertian Akad Wakalah .................................................................... 37

2.4.2 Rukun dan Syarat Wakalah .................................................................. 39

2.4.3 Perkara yang Diwakilkan/Obyek Wākalah .......................................... 40

2.4.4 Wakalah Bil Ujrah ............................................................................... 40

2.4.5 Rukun Dan Syarat Akad Wakalah Bil Ujrah ....................................... 41

2.5 Usaha Menegah Kecil Menegah (UMKM) ................................................. 43

2.5.1 Pengertian UMKM............................................................................... 43

2.5.2 Faktor Faktor Usaha Mikro Kecil Menengah ...................................... 46

2.5.2.1 Faktor Internal ................................................................................... 46

2.5.2.2 Faktor Eksternal ................................................................................ 46

2.5.3 Tujuan Usaha Mikro Kecil Menengah ................................................. 46

2.5.4 Pendapatan Usaha Mikro Kecil Menengah ........................................ 50

2.6 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 52

2.7 Kerangka Pemikiran .................................................................................... 56

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 57

3.1 Jenis dan Pendekatan penelitian .................................................................. 57

6
3.2 Lokasi Penelitian ......................................................................................... 57

3.3 Subjek dan Objek Penelitian ....................................................................... 58

3.3.1 Subjek Penelitian.................................................................................. 58

3.3.2 Objek Penelitian ................................................................................... 58

3.3.3 Sumber Data Penelitian ........................................................................ 58

3.3.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 59

3.3.5 Teknik Analisis Data ............................................................................ 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................... 62

4.1 Gambar Umum Lokasi Penelitian ............................................................... 62

4.1.1 Sejarah Singkat Toko Sport SCR Seven .............................................. 62

4.1.2 Profile Toko Sport SCR Seven ............................................................ 63

4.1.3 Penerapan Sistem Dropshipping di Toko Sport SCR Seven................ 63

4.2 Hasil Penelitian ........................................................................................... 64

4.2.1 Implementasi Sistem Dropshipping dalam Meningkatkan Pendapatan


Pada Toko Sport SCR Seven ........................................................................ 64

4.2.2 Sistem Transaksi Dropshipping dalam Perspektif Ekonomi Islam ...... 68

BAB V PENUTUP............................................................................................... 73

5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 73

5.2 Saran............................................................................................................ 73

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 75

LAMPIRAN......................................................................................................... 80

7
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Kerugian Dropshipping ....................................................................... 30
Tabel 2. 2 Kriteria UMKM &Usaha Besar Berdasarkan Aset dan Omset............ 44
Tabel 2. 3 Karakteristik UMKM dan Usaha Besar ............................................... 48
Tabel 2. 4 Penelitian Terkait ................................................................................ 54

8
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 56

9
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. 1 Instrumen Wawancara Penelitian .................................................. 80
Lampiran 1. 2 Transkip Wawancara Penelitian .................................................... 81

10
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perdagangan atau biasa dikenal dengan aktivitas jual beli merupakan salah
satu cara untuk menunjang kehidupan seseorang. Melalui aktivitas jual beli,
seseorang dapat memenuhi kebutuhannya dengan melakukan hubungan timbal
balik antara penjual dan pembeli yang saling bertukar harta benda. H.R Muslim
mengemukakan bahwa Rasullullah bersabda bahwa “Emas ditukar dengan emas,
perak dengan perak, gandum dengan gandum, kurma dengan kurma, garam
dengan garam, sama beratnya dan langsung diserahterimakan. Apabila berlainan
jenis, maka juallah sesuka kalian namun harus langsung diserah terimakan/secara
kontan”. Sehingga melalui kedua pedoman tersebut menyatakan bahwa jual beli
merupakan aktivitas yang dihalalkan namun harus sesuai dengan aturan-aturan
syariah islam. Seiring dengan berkembangnya teknologi, aktivitas jual beli tidak
lagi terbatas dengan satu ruang saja karena penjual dan pembeli dapat melakukan
aktivitasnya tanpa harus bertemu secara langsung. Keadaan tersebut biasa dikenal
dengan jual beli secara online melalui jaringan internet dan smartphone atau
komputer sebagai alat untuk menghubungkan antara penjual dan pembeli.
Melalui smartphone atau komputer, seseorang dapat menggunakan
fasilitas media sosial yang dapat menghubungkan antar individu tanpa adanya
batasan ruang. Media sosial yang digunakan dalam bidang jual beli dikenal
dengan istilah E-Commerce. Menurut (Akbar & Alam, 2020) E-Commerce
merupakan proses bisnis berupa pemberian, penjualan, dan pemasaran barang dan
jasa melalui sistem elektronik seperti televisi, radio, dan komputer/ smartphone
atau jaringan internet. Keadaan tersebut sangat berpengaruh positif baik bagi
penjual maupun pembeli. Penjual dapat memasarkan produknya secara mendunia
melalui toko online yang tidak terbatas ruang. Selain itu, pembeli juga dapat
melihat banyaknya variasi barang yang diinginkan melalui beberapa penjual
dalam toko online.

11
Mekanisme penjual dalam jual beli secara online dapat dilakukan dengan
sistem reseller dan dropshipping. Menurut (Huda, 2021) reseller merupakan
seseorang atau lembaga yang membeli suatu produk dengan tujuan untuk dijual
kembali. Sehingga penjual tidak memproduksi barang sendiri, namun membeli
barang orang lain untuk dijual kembali. Sedangkan dalam sistem dropshipping,
penjual tidak mengetahui secara langsung barang yang dijual. Dropshipping
merupakan suatu cara dalam menjual produk tanpa harus memiliki produk
tersebut (Iswidharmanjaya, 2012). Menurut data Statistik E-Commerce dalam
Badan Pusat Statistik, tren dropshipping cenderung semakin meningkat,
sebagaimana terlihat pada Grafik di bawah ini:

5.29%
4.51%

1.52%

2016 2017 2018 - 2019

Sumber: Statistik E-Commerce dalam Badan Pusat Statistik, 2016-2019

Data Statistik E-Commerce 2021 mencatat bahwa dropship mengalami


peningkatan pesat pada tahun 2020 yaitu menjadi 7% pelaku usaha yang
menggunakannya. Hal tersebut terjadi karena Indonesia menjadi pengguna E-
Commerce tertinggi dunia, yaitu mencapai 88,1% menurut hasil survei We Are
Social pada April tahun 2021. Sehingga dropshipping menjadi peluang besar bagi
pelaku usaha untuk memaksimalkan penjualannya di Indonesia. Dropshipping
sekilas mirip dengan bai’ as-salam, bai’ as-salam merupakan akad pesanan atau
jual beli pesanan dengan pembayaran didepan atau terlebih dahulu dan

12
barangnnya diserahkan kemudian hari. Tetapi ciri-ciri barang tersebut haruslah
jelas sifatnya serta jelas kuantitas, kualitas dan waktu penyerahannya. Dalam
kajian ekonomi Islam dan keuangan kontemporer, banyaknya muncul persoalan-
persoalan persaingan bisnis yang merupakan salah satu pemicu perubahan yang
harus diperhitungkan, dengan munculnya berbagai produk yang semakin
beragam, menuntut para produsen untuk terus bersaing. Para produsen tentunya
akan selalu berinovasi dalam menghadapi persaingan dan pesaing berupaya
menjadi yang terbaik, yaitu menjalankan bisnisnya dengan produk yang bermutu,
harga bersaing dan pelayanan total (Ismail, 2002).
Dengan adanya sistem dropshipping ini membuat para pelaku UMKM bisa
terbantu dengan baik. Mereka bisa berjualan dengan modal yang minim akan
tetapi memiliki akses barang yang luas, maka dalam hal ini menjadi dampak
positif bagi UMKM yang sedang dalam masa perkembangan di dunia bisnis
digital. Para pelaku UMKM tidak lagi membutuhkan modal yang besar jika ingin
menjual atau sedang melakukan perkembangan di usahanya.
Bedasarkan latar belakang tersebut mendasari dilaksanakannya penelitian
ini guna menasalisis mengenai implementasi dropshipping dalam meningkatkan
pendapatan UMKM dan bagaimana transaksi sistem dropshipping menurut
perspektif ekonomi Islam pada studi pada Toko sport SCR Seven sebagai objek
penelitian yang mulai didirikan pada 2014 dengan hanya menggunakan modal
yang terbilang kecil dan tidak memilki stok barang atau barang yang dikirim
langsung darinya. Memulai usaha dengan modal yang kecil sangat sulit, akan
tetapi dengan adanya sistem dropshipping ini membuat toko sport SCR Seven
mampu bertahan dan bisa berkembang dengan pesat. Memanfaatkan jejaring
media sosial, seperti facebook, twitter, dan beberapa marketplace membuat toko
sport SCR Seven mampu mendirikan toko sendiri dengan menyetok barang
sendiri dan tidak lagi bergantung dengan reseller yang tentunya memiliki harga
yang lebih mahal.
Terdapat penelitian terdahulu yang berhubungan dengan permasalahan
yang diangkat dalam pembahasan atau topik penelitian ini. Oleh karena itu, dalam
kajian ini peneliti memaparkan perkembangan karya ilmiah terkait dengan

13
permasalahan yang akan diteliti sehingga akan terlihat dari sisi mana peneliti
dalam membuat karya ilmiah, sehingga akan terlihat suatu perbedaan tujuan yang
dicapai oleh masing-masing pihak.
Hal ini didukung oleh beberapa penelitian sebelumnya, seperti penelitian
Lestari (2020) mahasiswi IAIN Metro yang berjudul “Bisnis Online Dalam
Perspektif Ekonomi Islam” dalam penelitian tersebut diperoleh keterangan bahwa
dalam bisnis online perspektif Ekonomi Islam telah memenuhi rukun jual beli
dalam ekonomi islam yaitu adanya kedua belah pihak yang berakad meskipun
tidak berada pada majlis yang sama. Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Lestari
terfokus pada bisnis online melalui media internet atau dikenal dengan sebutan e-
commerce, sedangkan pada menelitian ini peneliti lebih memfokuskan pada
barang dalam sebuah sistem jual beli online dengan dropshipping. Penelitian yang
dilakukan oleh Ernani (2021) mahasiswi IAIN Metro yang berjudul “ Jual Beli
Dropship dalam Perspektif Hukum Ekonomi Syari’ah” dalam penelitian tersebut
disimpulkan bahwa dalam jual beli dropship jika dilihat dari hukum ekonomi
syari’ah telah memiliki kesamaan dengan akad yang terdapat dalam hukum
ekonomi syari’ah. Penelitian yang dilakukan oleh Yeni Dwi Ernani terfokus padaa
Hukum Ekonomi Syari’ah. Sedangkan pada penelitian ini peneliti lebih
memfokuskan pada bagaimana UMKM bisa meningkatkan pendapatan melalui
dropshipping.
Topik ini menarik diteliti karena saat ini dengan berkembanganya sistem
jual beli online, maka berkembang pula para UMKM yang turut menggunakan
sistem jual beli online menggunakan sistem dropshipping yang hanya
memanfaatkan barang dari toko orang lain yang kemudian di jual kembali tanpa
harus menggunakan modal yang besar. Sistem dropshipping ini mengguntungakan
bagi mereka yang ingin berjualan di media sosial atau marketplace tetapi tidak
memiliki modal untuk membeli produk terlebih dulu. Maka, sistem ini
mengguntungkan kedua belah pihak yaitu antara reseller dan droshiper dalam
menjualkan suatu produk. UMKM bisa lebih cepat berkembang dengan adanya
sistem dropshipping ini yang mempercepat meninkatkan pendapatan para
pedagang.

14
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk mengambil
penelitian ini dengan judul “Analisis Jual Beli Online Secara Dropshipping
Dalam Meningkatkan Pendapatan Umkm Menurut Perspektif Ekonomi
Syariah (Studi Pada Toko Sport SCR Seven)’’

1.2 Rumus Masalah


1. Bagaimana implementasi sistem dropshipping dalam meningkatkan
pendapatan pada toko Sport SCR Seven ?
2. Bagaimana sistem transaksi dropshipping dalam perspektif Ekonomi
Islam?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui implementasi sistem dropshipping dalam
meningkatkan pendapatan pada toko Sport SCR Seven?
2. Untuk mengetahui bagaimana sistem transaksi dropshipping dalam
perspektif Ekonomi Islam?

1.3 Manfaat Penelitian


1) Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi dan menambah khazanah
ilmu pengetahuan yang luas mengenai sistem dropshipping dalam
melakukan transaksi jual beli yang nantinya akan berdampak baik bagi
sektor UMKM yang akan meningkatkan perekonomian masyarakat.
2) Manfaat Praktis
Secara praktis, peneliti berharap penelitian ini bermanfaat sebagai
masukan terhadap para pelaku UMKM dalam menjalankan transaksi
jual beli dengan menggunakan sistem dropshipping agar mengikuti ajaran
sesuai dengan aturan ekonomi islam.

15
1.4 Sistematika Penulisan
Untuk Pada bagian sistematika pembahasan, peneliti menyajikan bagian-
bagian yang di mulai dari bab satu sampai dengan bab lima sehingga dapat
memudahkan pembaca dalam memahami isi dari skripsi ini. Adapun bagian-
bagian tersebut, yaitu:
Bab I Pendahuluan
Bab satu pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang masalah yang
menjadi permasalahan utama dalam penelitian ini. Pada bab ini penulis
juga memaparkan rumusan masalah, dan tujuan penulisan hingga
manfaat penulisan pada penelitian ini.
Bab II Landasan Teori
Bab dua landasan teori, menjelaskan tentang teori yang berkaitan dengan
penelitian ini. Adapun dalam bab ini juga dijelaskan bagaimana bentuk
teori dasar penelitian, dan penelitian sebelumnya yang terkait serta di
gunakan sebagai acuan terhadap penelitian yang akan di lakukan saat ini.
Bab III Metodologi Penelitian
Bab tiga metode penelitian, pada bab ini peneliti menjelaskan tentang
metodologi penelitian, metodologi penelitian yang dibahas mencakup
jenis penelitian, pendekatan penelitian, lokasi penelitian, subjek dan
objek penelitian, sumber data dan jenis data, teknik pengumpulan data,
teknik analisi data, dan teknik keabsahan data.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan


Bab empat hasil penelitian dan pembahasan. Pada bab ini berisi hasil
yang di peroleh dari penelitian serta pembahasan yang dilakukan
penulis. Dan penelitian juga membahas Analisis Jual Beli Online Secara
Dropshipping Dalam Meningkatkan Pendapatan Umkm Menurut
Perspektif Ekonomi Syariah (Studi Pada Toko Sport Scr Seven).
BAB V Penutup
Bab lima, bab terakhir atau bab lima akan menjadi bab penutup dari
penelitian ini yaitu berupa kesimpulan hasil penelitian serta berisikan

16
saran-saran sebagai rekomendasi temuan-temuan yang diperoleh dalam
penelitian yang telah di lakukan.

17
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Jual Beli Online

2.1.1 Pengertian Jual Beli Online


Jual beli online merupakan salah satu implementasi dari bisnis online.
Berbicara mengenai bisnis online tidak terlepas dari transaksi-transaksi, seperti
jual beli internet. Transaksi inilah yang kemudian dikenal dengan electronic
commerce yang lebih populer dengan istilah e-commerce dan saat ini dalam
pengertian bahasa Indonesia telah dikenal dengan istilah “Perniagaan Elektronik”
(Gemala Dewi, 2005).
E-commerce atau transaksi elektronik merupakan transaksi yang dilakukan
menggunakan sistem informasi. E-commerce adalah kegiatan-kegiatan bisnis
yang menyangkut konsumen, manufaktur, service provider, dan pedagang penata
dengan menggunakan jaringan-jarinngan komputer yaitu internet. E-commerce
sudah meliputi spektrum kegiatan komersial. Istilah e-commerce mengacu pada
sebuah transaksi yang dilakukan melalui sebuah media elektronika seperti
internet, yang meliputi web, internet, dan ekstranet. Model transaksi jual beli di
dunia maya saat ini berkembang sangat pesat. Transaksi di dunia maya umumnya
menggunakan media sosial, seperti twitter, facebook, BBM, dan media sosial
lainnya. Dalam transaksi dunia maya, antara pihak penjual dan pembeli tidak
perlu bertemu langsung, akan tetapi dapat berkomunikasi secara audia maupun
video visual, serta melalui tulisan via pesan online. Apabila transaksi sepenuhnya
dilakukan melalui internet, biasanya terdapat beberapa elemen yang hadir dalam
transaksi e-commerce yaitu penjual, konsumen, payment ghateway, pihak
pengelola, perusahaan yang menerbitkan kartu kredit, dan pihak perantara atau
perwakilan.
Dalam transaksi yang menggunakan e-commerce terdapat 3 metode
pembayaran yang dapat digunakan:

18
1) Online Procesing Credit Card. Metode ini digunakan untuk produk yang
bersifat retail dimana mencakup pasar yang sangat luas yaitu seluruh
dunia. Pembayaran dilakukan secara langsung atau saat itu juga.
2) Money Transfer. Pembayaran dalam metode ini lebih aman namun
membutuhkan biaya fee bagi pihak penyedia jasa money transfer untuk
mengirim sejumlah uang ke Negara lain.
3) Cash on Delivery. Pembayaran dengan bayar di tempat ini hanya bisa
dilakukan jika konsumen langsung datang ke toko tempat produsen
menjual produknya atau berada dalam satu wilayah yang sama dengan
penyedia jasa (Prihatna, 2005).
Adapun jual beli menurut terminologi, para ulama berbeda pendapat
dalam mendefinisikannya, antara lain :
1) Menurut ulama Asy-Syafi’i: jual beli adalah pertukaran barang dengan
barang lainnya.
2) Menurut ulama Maliki: jual beli adalah untuk seluruh satuannya bai (jual
beli), yang mencakup akad sharaf, salam dan lain sebagainya.
3) Menurut ulama Hambali: jual beli adalah Saling menukar harta dengan
harta dalam bentuk pemindahan milik dan pemilikan.
4) Menurut ulama Hanafi: jual beli adalah pertukaran harta (benda) dengan
harta berdasarkan cara khusus (yang dibolehkan).
5) Menurut imam Nawawi dalam Al-Majmu.: jual beli adalah pertukaran
harta dengan harta untuk kepemilikan.
6) Menurut Ibnu Qudamah dalam kitab mugni: jual beli adalah pertukaran
harta dengan harta untuk saling menjadikan milik (Syafe’I, 2000).
Secara terminologi, jual beli diartikan dengan “tukar-menukar harta secara
suka sama suka” kata tukar-menukar atau peralihan pemilikan dengan
penggantian mengandung maksud yang sama, bahwa kegiatan mengalihkan hak
dan pemilikan itu berlangsung secara timbal balik atas dasar kehendak dan
keinginan bersama. (Syarifuddin, 2010).

19
2.1.2 Rukun dan Syarat Jual Beli
Sebagai salah satu bentuk transaksi, dalam jual beli harus ada beberapa hal
agar akadnya dianggap sah dan mengikat. Beberapa hal tersebut disebut sebagai
rukun. Dalam menetapkan rukun jual beli, diantara para ulama terjadi perbedaan
pandapat. Menurut ulama Hanafiah, rukun jual beli adalah ijab dan qabul yang
menunjukan pertukaran barang secara ridha, baik dengan ucapan maupun
perbuatan.
Adapun rukun jual beli menurut jumhur ulama ada empat, yaitu :
1) Penjual (Ba’i.)
Penjual adalah pihak yang memiliki objek barang yang akan
diperjual belikan.
2) Pembeli (musytari)
Pembeli adalah pihak yang ingin memperoleh barang yang
akan diharapkan, dengan membayar sejumlah uang tertentu kepada
penjual.
3) Ijab dan qabul (sighat)
Ijab dari segi bahasa berarti “pewajiban atau perkenaan”,
sedangkan qabul bearti “penerimaan”. Dalam jual beli ucapan atau
tindakan yang lahir pertama kali dari salah satu yang berakad
disebut ijab, kemudian ucapan atau tindakan yang lahir sesudahnya
disebut qabul.
4) Benda atau barang, sebagai berikut:
a) Bahwa di dalam ajaran Islam dilarang melakukan jual beli
barangbarang yang mengandung unsur najis ataupun barang
barang yang dinyatakan diharamkan.
b) Barang yang diperjual belikan adalah sesuatu yang bermanfaat,
alasannya bahwa yang hendak diperoleh dari transaksi ini
adalah manfaat itu sendiri. Bila barang tersebut tidak ada
manfaatnya bahkan dapat merusak seperti ular dan
kalajengking, maka tidak dapat dijadikan objek transaksi.

20
c) Baik barang atau uang yang dijadikan objek transaksi itu betul
betul telah menjadi milik orang yang akan melakukan
transaksi. Hal ini mengandung unsur tidak boleh menjual
barang orang lain, kecuali ada izin atau kuasa dari orang yang
memilikinya.
d) Barang atau yang yang telah menjadi miliknya itu haruslah
telah berada ditangannya atau dalam kekuasaanya dan dapat
diserahkan sewaktu transaksi, dan tidak mesti berada dalam
majelis akad, umpamanya tersimpan dalam gudang
penyimpanan yang berjauhan letaknya.
e) Barang atau uang dijadikan objek transaksi itu mestinya
sesuatu yang diketahui secara transaparan, baik kuantitas
maupun jumlahnya, baik timbang jelas timbangannya dan bila
sesuatu takaran jelas takarnya (Syafe’I, 2000).
Diantara ulama fiqih berbeda pendapat dalam menetapkan persyaratan jual
beli. Dibawah ini akan dibahas sekilas tentang persyaratan jual beli tersebut
(Syarifuddin, 2010).
1) Syarat bagi orang yang melakukan akad antara lain:
a) Baligh (berakal)
b) Beragama Islam
c) Tidak dipaksa.

2) Syarat barang yang diperjualbelikan antara lain:


a) Suci atau mungkin disucikan, tidak sah menjual barang yang najis,
seperti anjing, babi dan lain-lain.
b) Bermanfaat.
c) Dapat diserahkan secara cepat atau lambat.
Milik sendiri.
Diketahui (dilihat) barang yang diperjualbelikan itu harus diketahui
banyak, berat, atau sejenisnya (Andi Sunarto, 2009).

21
2.1.3 Macam-Macam Jual Beli
Fikih muamalah, telah mengidentifikasi dan menguraikan macam-
macam jual beli, termasuk jenisjenis jual beli yang dilarang oleh Islam.
Macam atau jenis jual beli tersebut ialah:
1) Jual Beli Sahih
Suatu jual beli dikatakan sebagai jual beli yang sahih
apabila jual beli itu disyari’atkan, yaitu dengan terpenuhinya rukun
dan syarat yang telah ditentukan; barang yang diperjualbelikan
milik sendiri bukan milik orang lain, dan tidak tergantung pada hak
khiyar lagi (Nasrun, 2007).
2) Jual beli Yang Batal
Jual beli dikatakan sebagai jual beli yang batal apabila
salah satu atau seluruh rukunnya tidak terpenuhi, atau jual beli itu
pada dasar dan sifatnya tidak disyari’atkan, seperti jual beli yang
dilakukan oleh anak- anak dan orang gila, atau barang yang
diperjualbelikan itu barang- barang yang diharamkan syara, seperti
bangkai, babi, dan khamar. Jenis-jenis jual beli yang batil
contohnya seperti:
3) Jual beli yang tidak ada
Contoh jual beli tidak ada yaitu apabila memperjualbelikan
buahbuahan yang putiknya pun belum muncul di pohonnya atau
jual beli anak sapi yang belum ada, sekalipun di perut ibunya telah
ada.
4) Menjual barang yang tidak boleh diserahkan pada pembeli
Seperti menjual barang yang dalam keadaan hilang atau
burung piaraan yang lepas dan terbang di udara.
5) Jual beli yang mengandung unsur tipuan

22
Jual beli yang mengandung unsur tipuan adalah yang pada
lahirnya baik, namun ternyata dibalik itu terdapkat unsur- unsur
tipuan.

6) Jual beli benda najis


Seperti babi, khamar, bangkai, dan darah, karena semuanya
itu dalam pandangan Islam adalah najis dan tidak mengandung
makna harta.
7) Jual beli al- ‘arbu’n
Jual beli yang bentuknya dilakukan melalui perjanjian.
Pembeli membeli sebuah barang dan uangnya seharga barang
diserahkan kepada penjual, dengan syarat apabila pembeli tertarik
dan setuju maka jual beli sah tetapi jika pembeli tidak setuju dan
barangnya dikembalikan, maka uang yang telah diberikan pada
penjual, menjadi hibah bagi penjual.
8) Memperjualbelikan sesuatu yang tidak boleh dimiliki orang
lain
Seperti jual beli air sungai, air danau, air laut, dan air yang
tidak boleh dimiliki seseorang karena merupakan hak bersama
umat manusia, dan tidak boleh diperjualbelikan.
9) Jual Beli Fasid Jumhur Ulama
Tidak membedakan antara jual beli yang fasid dan yang batal.
Menurut mereka jual beli itu terbagi menjadi dua, yaitu jual beli
beli yang sahih dan yang batal. Apabila rukun dan syarat jual beli
terpenuhi, maka jual beli itu sah. Sebaliknya, apabila salah satu
rukun atau syarat jual beli itu tidak terpenuhi, maka jual beli itu
batal (Nasrun, 2007).

23
2.1.4 Kelebihan Dan kekurangan Jual Beli Online

2.1.4.1 Kelebihan Jual Beli Online


Adapun keuntungan yang didapatkan oleh konsumen antara lain:
1) Pembeli tidak perlu mendatangi toko untuk mendapatkan barang,
cukup terkoneksi dengan internet, pilih barang dan selanjutnya
melakukan pemesanan barang, dan barang akam diantar kerumah.
2) Menghemat waktu dan biaya transportasi berbelanja, karena semua
barang belanjaan bisa dipesan melalui perantara media internet
khususnya situs yang menjual belikan barang yang dibeli.
3) Pilihan yang ditawarkan sangat beragam.
4) Dengan perantara via internet pembeli dapat membeli barang di
Negara lain secara online.
5) Harga yang ditawarkan sangat kompetitif, karena tingkat
persaingan dari pelaku usaha melalui media internet, sehingga
mereka bersaing untuk menarik perhatian dengan cara menawarkan
harga serendah-rendahnya (Andi Sunarto, 2009).
Keuntungan jual beli online tidak hanya didapatkan oleh konsumen,
penjual pun mendapatkan keuntungan dimana penjual tidak perlu susah payah
dalam meyewa toko untuk menjual barang dagangannya, disamping itu penjual
dapat memanfaatkan teknologi untuk menjangkau kepada calon pembeli di
seluruh dunia, sehingga biaya promosi akan lebih efisien.

2.1.4.2 Kekurang Jual Beli Online


Adapun kekurangannya adalah sebagai berikut:
1) Produk tidak dapat dicoba
Dalam jual beli via internet produk yang ditawarkan adalah
bermacam-macam dan beragam, dan semua produk terseut tidak
dapat dicoba, bila pembeli mencari pakaian, terutama pakaian
atau yang lain maka pembeli tidak dapat mencoba.
Sesungguhnnya pengecer online menyediakan ukuran. Namun
tidak dapat mengetahui tingkat kehalusan dan sebagainya.

24
2) Standar dari Barang tidak sesuai
Salah satu kerugian yang didapat dalam jual beli online adalah
barang tidak sama dengan aslinya, kesamaan dari barang foto/
gambar yang kita lihat di monitor tidak bisa 100% persis sama.
3) Pengiriman Mahal
Jual beli via internet yang terjadi di media elektronik yang
berjauhan tentunya produkyang dibeli tidak selalu langsung kita
dapat mengambil. Pemilik toko masih memerlukan jasa
engiriman. Baik itu JNE, JNT, Pos Indonesia dan lain sebagainya.
4) Resiko Penipuan
Bahayannya uang akan diteruskan ke penjual meskipun produk
tidak dikirim dan tidak pernah dikirim selamanya (Yusuf Sofie,
2002).

2.1.5 Dasar Hukum Jual Beli Online


Selain dalam hukum Islam, dasar hukum transaksi elektronik juga diatur
dalam hukum positif yaitu: Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik
(UU ITE) Menurut pasal 1 ayat 2 UU ITE, transaksi elektronik, yaitu: Transaksi
Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan
komputer, jaringan komputer, dan/atau media elektronik lainnya.
Dalam pasal 3 UU ITE disebutkan juga bahwa : Pemanfaatan Teknologi
Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan berdasarkan asas kepastian
hukum, manfaat, kehati-hatian, iktikad baik, dan kebebasan memilih teknologi
atau netral teknologi. Pada pasal 4 UU ITE tujuan pemanfaatan teknologi dan
informasi elektronik yaitu pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi
elektronik dilaksanakan dengan tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia.

2.1.6 Jual Beli Online dalam Ekonomi Islam


Akad dalam transaksi elektronik di dunia maya berbeda dengan akad
secara langsung. Transaksi elektronik biasanya menggunakan akad secara tertulis

25
(e-mail, SMS, BBM dan sejenisnya) atau menggunakan lisan (via telepon). Jual
beli melalui media elektronik adalah transaksi jual beli yang dilakukan via
teknologi modern sebagaimana disebutkan keabsahannya tergantung pada
terpenuhi atau tidaknya rukun dan syarat yang berlaku dalam jual beli. apanila
rukun dan syarat terpenuhi, maka transaksi semacam ini sah.
Beberapa syarat yang terkait dengan pembahasan transaksi elektronik
dalam jual beli dijelaskan dalam sebuah permyataan yang mana Ulama
mensyaratkan satu majelis dalam sebuah transaksi kecuali dalam hibah, makalah,
dan wasiat. Selain itu disyaratkan pula keberlangsungan antara ijab dan qabul
dengan mengacu pada kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat tertentu.
Umumnya, penawaran dan akad dalam transaksi elektronik dilakukan secara
tertulis, dimana suatu barang dipajang di laman internet dengan dilabeli harga
tertentu. Kemudian bagi konsumenatau pembeli yang menghendaki maka
mentransfer uang sesuai dengan harga yang tertera dan ditambah ongkos
pengiriman.
Transaksi elektronik penjualan barang yang ditawarkan melalui internet
merupakan transaksi tertulis. Jual beli dapat menggunakan transaksi secara lisan
dan tulisan. Keduanya memiliki kekuatan hukum yang sama. Hal ini sesuai
dengan kaidah fiqhiyah. Mengenai syarat adanya barang dan uang sebagai
pengganti harga barang, maka dalam transaksi jual beli via elektronik tidak
dilakukan secara langsung dalam dunia nyata. Dalam hal bentuk dan wujud
barang yang menjadi obyek transaksi, dalam jual beli online biasanya hanya
berupa gambar (foto atau video) yang menunjukkan barang aslinya kemudian
dijelaskan spesifikasi sifat dan jenisnya. Pembeli dapat dengan bebas memilih
barang sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Barang akan dikirim setelah
uang dibayarkan. Mengenai sistem pembayaran atau penyerahan uang pengganti
barang, maka umumnya adalah dilakukan dengan cara transfer. Bila sistem yang
berlaku seperti ini, maka pada dasarnya jual beli ini adalah jual beli salam.
Pembeli memilih barang dengan spesifikasi tertentu kemudian membayarnya,
setelah itu barang akan diserahkan atau dikirim kepada pembeli.

26
Apabila sistem salam yang dilaksanakan dalam jual beli via media
elektronik, maka rukun dan syaratnya juga harus sesuai dengan transaksi salam.
Rukun salam yaitu:
1) Muslim (pembeli atau pemesan).
2) Muslam ilaih (penjual atau penerima pesanan).
3) Muslam fih (Barang yang dipesan).
4) Ra’sul mal (harga pesanan atau modal yang dibayarkan).
5) Shighat ijab-qabul (ucapan serah terima).
Adapun mengenai syarat salam, secara umum sama dengan syarat akad
jual beli, yaitu: barang yang dipesan merupakan sepenuhnya milik penjual, bukan
barang najis dan bisa diserahterimakan. Hanya saja dalam akad salam tidak ada
syarat bagi pemesan untuk melihat barang yang dipesan, ia hanya disyaratkan
menentukan sifat-sifat dan jenis atau spesifikasi barang yang dipesan secara jelas.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka cukup jelas bahwa transaksi perdagangan
atau jual beli yang dilakukan via media elektronikhukumnya sah. Kecanggihan
media elektronik dapat membuat suasana dalam dunia maya menjadi seolah nyata.
Namun demikian, transaksi tersebut dikategorikan sebagai transaksi kinayah yang
keabsahannya dan kekuatan hukumnya sama dengan transaksi yang dilakukan
secara
langsung.
2.2 Dropshipping

2.2.1 Pengertian Dropshipping


Pengertian dropshipping adalah salah sistem penjualan di mana penjual
atau dropshipper hanya perlu memasarkan menjual barang milik pihak lain tanpa
perlu membelinya terlebih dahulu (menyetok barang) (Wahana, 2013).
Dropshipping juga bisa dikatakan yaitu penjual dengan cara tanpa
memiliki barang tetapi hanya perlu memasarkannya saja . Dalam sistem
dropshipping, kita hanya menjadi perantara untuk konsumen dengan pihak
penjual atau supplier yang sebenarnya. Pihak supplier inilah yang menyediakan,
menyimpan, dan kemudian mengirimkannya langsung kepada konsumen (Iswi
Dharmanjaya, 2012).

27
Dropshipping merupakan sebuah sistem bisnis yang memungkinkan
seseorang untuk menjual berbagai macam produk langsung dari produsen/grosir
(supplier) kepada konsumen, tanpa perlu menyimpan stok serta melakukan
pengemasan dan pengiriman barang kepada konsumen.Bisnis ini sangat cocok
untuk seseorang yang ingin berjualan tetapi tidak mempunyai produk sendiri dan
tidak ingin di repotkan dengan urusan pengemasan dan pengiriman barang karena
semuanya dilakukan oleh pihak produsen atau grosir yang bertindak sebagai
supplier (Purnomo, 2012).
Sistem ini banyak diterapkan oleh para penggiat jual beli online. Mereka
tidak harus memiliki barang. Cukup memasang iklan atau foto produk di website,
facebook, twitter atau instagram dan media sosial lainnya, lalu jika ada pesanan,
mereka tinggal menghubungi pihak supplier atau grosir. Setelah itu pihak supplier
atau grosir yang mengirimkan barang langsung kepada pembeli dengan nama
pengirim yaitu dropshipper. Pada transaksi ini, dropshipper tidak memegang sama
sekali barang yang dia jual. Dengan demikian, konsumen tidak mengetahui bahwa
sejatinya ia membeli barang dari supplier (pihak kedua), dan bukan dari
dropshipper (pihak pertama). Dari berbagai pengertian diatas dapat dipahami
bahwa dropshipping merupakan suatu sistem jual beli online dimana penjual tidak
perlu menyediakan atau melakukan stok barang, dalam hal ini penjual
(dropshipper) hanya melakukan penjualan menggunakan foto/ gambar dan
keterang barang yang diberikan oleh pihak supplier yang kemudian disebarkan
kemedia sosial, dalam hal ini dropshipper berperan dalam kegiatan
mempromosikan barang kepada pembeli. Dalam sistem ini, dropshipper juga tidak
melakukan kegiatan pengemasan barang yang akan dikirim ke pembeli karena hal
tersebut akan dilakukan langsung oleh seorang supplier. Pada transaksi ini,
dropshipper tidak memegang sama sekali barang yang dia jual dan konsumen juga
tidak mengetahui hal tersebut (Iswi Dharmanjaya, 2012).

28
2.2.2 Bentuk Dropshipping
Ada tiga bentuk jual beli dropship yaitu:
1) Dropshipper bertindak sebagai calo atau broker, dalam kondisi ini
bisa mengambil keuntungan dari pihak pembeli atau produsen
(grosir) atau keduanya sekaligus sesuai kesepakatan. Lihat
bahasan mengenai komisi makelar (broker).
2) Dropshipper bertindak sebagai agen atau wakil, dalam kondisi ini,
barang masih boleh berada di tempat produsen (grosir) dan mereka
pun bisa bertindak sebagai pengirim barang (dropshipper) ke
tangan konsumen atau buyer. Jika sebagai agen berarti sudah
disetujui oleh pihak produsen atau grosir, ada hitam di atas putih.
3) Dropshipper menjual sendiri (misal atas nama toko online), tidak
atas nama produsen, maka seharusnya barang sampai ke tangan,
lalu boleh dijual pada pihak lain (Iskandar,2010).

2.2.3 Keuntungan dan kerugian Dropshipping

2.2.3.1 Keuntungan Dropshipping


Keuntungan dari sistem dropshipping diantaranya yaitu :
1) Hanya memerlukan modal yang kecil Dengan sistem
dropshipping, tidak perlu modal awal untuk melakukan
pembelian barang kepada supplier, dengan demikian dapat
meminimalkan jumlah modal.
2) Tidak memerlukan tempat penyimpanan barang Barang yang
dibeli konsumen dikirim langsung oleh supplier sehingga tak
perlu menyiapkan gudang penyimpanan barang.
3) Meminimalisir resiko kerugian Dalam sistem dropshipping,
barang hanya akan dijual jika ada pesanan dari konsumen,
sehingga dapat meminimalisir resiko kerugian baik akibat stok
barang yang belum laku dijual maupun akibat adanya konsumen
yang melakukan pembatalan transaksi (hit and run).

29
4) Mudah untuk dijadikan pekerjaan sampingan Karena anda tidak
perlu melakukan pemantauan stok maupun produksi barang
secara terus menerus, sehingga tidak banyak menyita waktu.
5) Sistem dropshipping ini tidak kenal batas waktu atau ruang, alias
anda dapat menjalankan usaha ini kapanpun dan dimanapun anda
berada.
6) Dropshipper, mendapatkan keuntungan atau fee atas jasanya
memasarkan barang milik supplier (Arifin Badri, 2017).

2.2.3.2 Kerugian Dropshipping


Keuntungan dari sistem dropshipping diantaranya yaitu :
1) Risiko bagi dropshipper adalah nama baik menjadi taruhan karena
marketer bisa melakukan over claim atas produknya.
2) Risiko dropshipper bergantung pada marketer besar karena tanpa
berusaha memasarkan sudah ada penjualan.
3) Risiko dropshipper terlalu percaya diri kepada kulaitas pada
marketer produknya melalui sistem dropship.

Tabel 2. 1 Kerugian Dropshipping


No Risiko Penjual Risiko Pembeli
1 Pembatalan pesanan ketika sudah Keterlambatan pengiriman
diprosuksi barang, tidak sesuai kesepakatan.
2 Jaringan trouble (akses terputus) Barang tidak sesuai dengan
spesifikasi yang ada dalam iklan
3 Pengembalian harga yang tidak sesuai Kualitas dan harga tidak
dengan keinginan sebanding.
4 Penipuan. Barang sudah dikirim, uang Penipuan, uang sudah ditransfer
tidak di transfer barang belum dikirim.
5 Foto-foto produk di publikasi penjual lain. Kurang transparansi produk yang
dijual.
Sumber: Arifin Badri (2017).

30
2.2.4 Undang-Undang Dropshipping

Dengan munculnya Undang-Undang No II tahun 2008 tentang Informasi


dan Transaksi Elektronik (UU ITE) memberikan dua hal penting yakni, pertama
pengakuan transaksi elektronik dan dokumen elektronik dalam kerangka hukum
perikatan dan hukum pembuktian, sehingga kepastian hukum transaksi elektronik
dapat terjamin dan yang kedua diklasifikasi pelanggaran hukum terkait
penyalahgunaan TI (Teknologi Informasi) disertai dengan sanksi pidana. Dengan
adanya pengakuan terhadap transaksi elektronik dan dokumen elektronik
maka setidaknya kegiatan Ecommerce mempunyai basis legalnya.

Dalam pasal 7 UU PK menjelaskan bahwa pelaku usaha atau penjual online


harus:
1) Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usaha.
2) Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi
dan jaminan, perbaikan dan pemeliharaan memberi penjelasan
penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan.
3) Memberi ganti rugi/ penggantian apabila barang / jasa yang diterima /
dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
Menurut penjelasan umum Undang-Undang No 8 tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen (UUPK), faktor utama yang menjadi penyebab
eksploitasi terhadap konsumen sering terjadi karen masih rendahnya kesadaran
konsumen akan haknya. Tentunya, hal ini terkait erat dengan rendahnya
pendidikan konsumen. Oleh karena itu keberadaan UUPK adalah sebagai
landasan hukum yang kuat bagi upaya pemberdayaan konsumen.

2.3 Ba’i as- Salam

2.3.1 Pengertian Ba’i As-Salam


Secara terminologi salam adalah penjualan suatu barang dagangan yang
penyerahannya tertunda atau penjualan suatu barang dagangan yang ciri-cirinya
terlihat jelas dengan adanya pembayaran modal di muka dan barang diserahkan di
kemudian hari (M. Ali Hasan, 2003). Sedangkan Menurut Kompilasi Hukum

31
Ekonomi Syariah (KHEI), salam adalah jasa keuangan yang melibatkan jual beli
yang pembiayaannya dilakukan bersamaan dengan pemesanan pesanan
(Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, Pasal 20 Ayat (34).
Suatu akad pesanan atau pesanan pembelian dengan pembayaran di muka
atau pembayaran di muka dan barang yang akan diserahkan sesudahnya. Namun
ciri-ciri barang harus mempunyai spesifikasi yang jelas dan jelas baik dari segi
kuantitas, kualitas, dan waktu pengiriman (Afandi,2009).
Dari berbagai pengertian di atas, maka dapat dikatakan bahwa jual beli
salam adalah suatu transaksi jual beli yang pembayarannya dilakukan pada saat
penandatanganan akad dan penyerahan barangnya dilakukan pada saat selesainya.
sesuai kesepakatan yang disepakati antara penjual dan pembeli.

2.3.2 Dasar Hukum Jual Beli Salam


Jual beli sebagai sarana tolong menolong antara sesama umat manusia
mempunyai landasan yang kuat dalam Al-quran dan Sunah Rasulullah SAW.
1) Al-Baqarah ayat 282
‫كنيب بتكيلو هوبتكأف ىمسم لجٱ لا نيدب ُتنيادت اذا اونماء نيَّلٱ اُّيأي بتَك‬
‫ع ىَّلٱ نَك‬+ ‫َك بأي َلو لدعلأب وٱ افيعض وٱ ا فهي س قحلٱ هيل‬+ +‫ و بتكيلف ل َّلٱ هملع مَك بتكي نٱ بت‬+ ‫قحلٱ هيلع ىَّلٱ للميل‬
‫ف وه‬+ ‫ و للميل‬+ ‫ٱو لدعلأب ۥهيل‬+‫ديهش اودهشتس‬+ ‫ناف اـيش هنم سخبي َلو ۥهبر ل َّلٱ قتيلو ناف كلاجر نم ني‬
‫َوكي مل‬+ ‫ ر ن‬+‫لمي نٱ عيطت سي َل ركذتف امٰىدحا لضت نٱ ءادهشلٱ نم نوضرت نمم نَتٱرمٱو لجرف ْيلج‬
‫َرت َلٱ‬+ ‫ٱ َلا اوبت‬+‫ٱ اومـست َلو اوعد ام اذا ءادهشلٱ بأي َلو ىرخلْٱ ام دحا نوكت ن‬+ ‫وٱ ايرغص هوبتكت ن‬
‫ٰى‬
‫ندٱو ةد هشلل موقٱو ل َّلٱ دنع طسقٱ كل ذ ۦِلجٱ لا ايربك‬
‫َلو ُتعيابت اذا اودهشٱو اهوبتكت َلٱ حانج كيلع سيلف كنيب اَنوريدت ةِضاح ةرت‬
‫ل َّلٱ كملعيو ل َّلٱ اوقتٱو كب قوسف ۥهناف اولعفت ناو ديهش َلو بتَك راضي ل َّلٱو‬
‫يلع ءَش كب‬

32
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu
melakukan utang piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah
kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara
kamu menuliskannya dengan benar. Janganlah penulis menolak
untuk menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkan
kepadanya, maka hendaklah dia menuliskan. Dan hendaklah orang
yang berutang itu mendiktekan, danhendaklah dia bertakwa kepada
Allah, Tuhannya, dan janganlah dia mengurangi sedikit pun
daripadanya. Jika yang berutang itu orang yang kurang akalnya
atau lemah (keadaannya), atau tidak mampu mendiktekan sendiri,
maka hendaklah walinyamendiktekannya dengan benar. Dan
persaksikanlah dengan dua orang saksi laki-laki di antara kamu.
Jika tidak ada (saksi) dua orang laki-laki, maka (boleh) seorang
laki-laki dan dua orang perempuan di antara orang-orang yang
kamu sukai dari para saksi (yang ada), agar jika yang seorang lupa,
maka yang seorang lagi mengingatkannya. Dan janganlah
saksi-saksi itu menolak apabila dipanggil. Dan janganlah kamu
bosan menuliskannya, untuk batas waktunya baik (utang itu) kecil
maupun besar. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah, lebih dapat
menguatkan kesaksian, dan lebih mendekatkan kamu kepada
ketidakraguan, kecuali jika hal itu merupakan perdagangan tunai
yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi
kamu jika kamu tidak menuliskannya. Dan ambillah saksi apabila
kamu berjual beli, dan janganlah penulis dipersulit dan begitu
juga saksi. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sungguh, hal
itu suatu kefasikan pada kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, Allah
memberikan pengajaran kepadamu, dan Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu”. (Q.SAl-Baqarah: 282).

Tafsir Surah Al-Baqarah ayat 282

Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan


Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram Wahai orang-

33
orang yang beriman kepada Allah dan mengikuti Rasul-Nya. Apabila kalian
melakukan transaksi utang-piutang, di mana sebagian dari kalian memberikan
pinjaman kepada orang lain sampai batas waktu tertentu, maka catatlah pinjaman
itu! Dan hendaklah pinjaman di antara kalian itu dicatat oleh seorang pencatat
dengan benar dan adil sesuai dengan ketentuan syariat. Dan hendaklah si pencatat
tidak menolak mencatat pinjaman itu sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Allah
kepadanya, yakni mencatat secara adil. Maka hendaklah si pencatat itu mencatat
apa yang didiktekan orang yang bertanggung jawab atas pinjaman itu, agar hal itu
menjadi pengakuan darinya. Dan hendaklah ia takut kepada Allah, Rabbnya. Dan
hendaklah ia tidak mengurangi pinjaman itu sedikitpun, baik dalam ukuran, jenis
maupun kualitasnya.

Jika orang yang bertanggungjawab atas pinjaman itu tidak cakap melakukan
transaksi, atau lemah, baik karena usianya yang masih kecil maupun karena
gangguan kejiwaan, atau tidak bisa mendiktekan karena bisu maupun lainnya,
maka hendaklah ia diwakili oleh walinya yang bertanggungjawab atasnya dengan
benar dan adil. Carilah dua orang laki-laki yang berakal sehat dan adil untuk
menjadi saksi. Jika tidak ada dua orang laki-laki, maka carilah saksi seorang laki-
laki dan dua orang wanita yang kalian percaya kualitas agama dan amanahnya.
Hal itu supaya ketika salah satu dari dua wanita itu lupa, maka wanita yang lain
akan mengingatkannya. Dan hendaklah para saksi itu tidak menolak apabila
mereka diminta menjadi saksi terkait transaksi utang-piutang. Dan mereka harus
memberikan kesaksian apabila mereka diundang untuk itu. Dan janganlah kalian
merasa jemu untuk mencatat transaksi utang-piutang, baik dalam jumlah sedikit
maupun banyak sampai batas waktu tertentu. Karena mencatat transaksi utang-
piutang itu lebih adil dalam pandangan syariat Allah, lebih kuat dalam
menegakkan dan memberikan kesaksian, dan lebih besar kemungkinannya untuk
menghilangkan keragu-raguan tentang jenis, kadar dan waktu (jatuh tempo)
pinjaman. Kecuali apabila transaksi itu kalian lakukan dengan cara jual-beli antara
barang dan uang secara tunai, maka tidak ada masalah bila kalian tidak
mencatatnya, karena memang tidak perlu dicatat. Dan dianjurkan kepada kalian
untuk mencari saksi guna menghindari perselisihan. Namun tidak boleh

34
mempersulit urusan para pencatat dan para saksi. Dan mereka juga tidak boleh
mempersulit urusan orang yang meminta jasa pencatatan dan kesaksian mereka.
Jika kalian mempersulit urusan tersebut, maka tindakan itu telah keluar dari ruang
lingkup ketaatan kepada Allah menuju kemaksiatan kepada-Nya. Dan takutlah
kalian -wahai orang-orang mukmin- kepada Allah dengan cara menjalankan
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dan Allah akan mengajarkan kepada
kalian apa-apa yang mengandung kebaikan bagi urusan dunia dan akhirat kalian.
Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, maka tidak ada sesuatupun yang
luput dari pengetahuan-Nya.
2) Hadist
Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW datang ke Madinah,
dimana penduduknya melakukan salaf (salam) dan buah buahan (untuk jangka
waktu) sau, dua, dan tiga tahun. Beliau berkata: “Barang siapa yang
melakukan salaf (salam) hendaknya ia melakukan dengan takaran yang jelas dan
timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui.”
Berdasarkan hadist tersebut jual beli salam ini hukumnya dibolehkan,
selama ada kejelasan ukuran, timbangan dan waktunya ditentukan. Dasar hukum
jual beli ini telah sesuai dengan tuntunan syariat dan kaidah-kaidahnya:
Tafsir Hadits
Wahbah az-Zuhaili dalam al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu mengatakan
bahwa Ibnu Mundzir menyebut akad salam adalah akad yang diperbolehkan oleh
seluruh ulama fikih. Selain itu, manusia umumnya membutuhkan akad seperti ini
untuk bercocok tanam, membeli bahan pembuat produk, hingga modal barang
dagangan.

2.3.3 Rukun dan Syarat Salam

2.3.3.1 Rukun Salam


Adapun rukun salam diantaranya, yaitu :
1) Aqid’ yakni para pihak yang melakukan akad. Dalam peranjian
salam, pihak penjual disebut dengan muslam ilaih (orang yang
diserahi) dan pihak pembeli disebut muslam atau pihak yang

35
menyerahkan.
2) Objek jual beli salam, yaitu harga dan barang yang dipesan. Barang
yang dipesan harus jelas ciri-cirinya dan waktu penyerahannya.
Harga harus jelas serta diserahkan waktu akad.
3) Shighat berupa ijab dan qabul. Ijab berarti menyatakan melakukan
ikatan dan qabul memiliki arti pernyataan penerimaan ikatan.

2.3.3.2 Syarat Sah Salam


Adapun syarat sahnya jual beli salam adalah sebagai berikut:
1) Pihak yang berakad disyaratkan dewasa, berakal dan baligh.
2) Barang yang dijadikan objek akad disyaratkan harus jelas dan
terukur sertadibayarkan seluruhnya ketika berlangsungnya akad.
3) Ijab dan qabulharus diungkapkan dengan jelas, sejalan, dan
tidak terpisah oleh hal-hal yang dapat memalingkan
keduanya dari maksud akad.
Dalam hal ini, apabila akad salam dipilih sebagai alernatif dan solusi
dala menjalankan bisnis dropshipping, maka dropshipper berkewajiban
menyertakan berbagai kriteria dan spesifikasi yang terdapat pada gambar
barang yang ditawarkan kepada calon konsumen.

2.3.4 Syarat Yang Berkaitan Dengan Barang Salam


Syarat-syarat benda yang menjadi objek yang di perjual belikan, yaitu sebagai
berikut:
1) Di ketahui (dilihat), barang yang diperjual belikan harus dapat diketahui
banyaknnya, beratnya, takarannya, atau ukurannya, maka tidak sah jual
beli yang menimbulkan keraguan salah satu pihak.
2) Milik sendiri, tidak sah menjual barang orang lain dengan tidak seizin
pemiliknnya atau barang-barang yang baru akan menjadi miliknnya.
3) Memberikan manfaat menurut syara’, maka dilarang jual beli benda yang
tidak boleh diambil manfaatnnya menurut syara’ seperti menjual babi,
cicak dan lainnya.

36
4) Suci atau mungkin untuk disucikan sehingga tidak sah penjualan
bendabenda najis seperti anjing, babi, dan yang lainnya.
Fatwa nomor 05/DSN-MUI/IV/2000 Menyebutkan ketentuan tentang barang
salam adalah sebagai berikut:
1) Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai utang.
2) Harus dapat dijelaskan spesifikasinya.
3) Penyerahannya dilakukan kemudian.
4) Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan
kesepakataPembeli tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya.
5) Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai
kesepakatan (Adiwarman A Karim, 2018).

2.3.5 Contoh Praktik Akad Salam


Contoh praktik akad salam adalah seseorang sebagai pembeli memesan 150
souvenir baju untuk dikirim dalam 3 hari dan uang sudah dibayarkan. Hal ini
memenuhi definisi akad salam yaitu akad jual beli yang walau dalam transaksi
jual beli belum tampak wujudnya, namun sebagai pembeli ia akan
mendapatkannya di kemudian hari. Dalam hal ini, pembeli akan mendapatkannya
dalam 3 hari.
Dalam akad salam barang yang dipesan harus sudah ada fisiknya atau
sudah ready order, bukan harus di cetak lagi atau belum ada fisiknya. Praktik
masyarakat modern sebagai contoh akad salam adalah belanja online, dimana
pembeli membayar sebelum menerima produknya. Selain itu, produk pun
diberikan kejelasan mengenai wujudnya. Lalu, produk akan dikirim dalam
beberapa hari sesuai dengan kesepakatan pemesanan.

2.4 Akad Wakalah

2.4.1 Pengertian Akad Wakalah


Wākalah berasal dari wazan wakala-yakilu-waklan yang berarti
menyerahkan atau mewakilkan urusan sedangkan Wākalah adalah pekerjaan
wakil.9 Al-Wākalah juga berarti penyerahan (al Tafwidh) dan pemeliharaan

37
(alHifdh). menurut kalangan syafi’i arti Wākalah adalah ungkapan atau
penyerahan kuasa (al-muwakkil) kepada orang lain (al-wakil) supaya
melaksanakan sesuatu dari jenis pekerjaan yang bisa digantikan (an-naqbalu an-
niyabah) dan dapat di lakukan oleh pemberi kuasa, dengan ketentuan pekerjaan
tersebut di laksanakan pada saat pemberi kuasa masih hidup. Wākalah dalam arti
harfiah adalah menjaga, menahan atau penerapan keahlian atau perbaikan atas
nama orang lain, dari sini kata Tawkeel diturunkan yang berarti menunjuk
seseorang untuk mengambil alih atas suatu hal juga untuk mendelegasikan tugas
apapun ke orang lain (Ayub,2012).
Akad Wākalah adalah akad yang memberikan kuasa kepada pihak lain
untuk melakukan suatu kegiatan dimana yang memberi kuasa tidak dalam posisi
melakukan kegiatan tersebut. Akad Wākalah pada hakikatya adalah akad yang
digunakan oleh seseorang apabila dia membutuhkan orang lain atau mengerjakan
sesuatu yang tidak dapat dilakukannya sendiri dan meminta orang lain untuk
melaksanakannya. Wākalah memiliki beberapa makna yang cukup berbeda
menurut beberapa ulama. Berikut adalah pandangan dari para ulama:
1) Menurut Hashbi Ash Shiddieqy, Wākalah adalah akad penyerahan
kekuasaan, yang pada akad itu seseorang menunjuk orang lain
sebagai penggantinya dalam bertindak (bertaṣarruf).
2) Menurut Sayyid Sabiq, Wākalah adalah pelimpahan kekuasaan
oleh seseorang kepada orang lain dalam hal-hal yang boleh
diwakilkan.
3) Ulama Malikiyah, Wākalah adalah tindakan seseorang
mewakilkan dirinya kepada orang lain untuk melakukan tindakan-
tindakan yang merupakan haknya yang tindakan itu tidak
dikaitkan dengan pemberian kuasa setelah mati, sebab jika
dikaitkan dengan tindakan setelah mati berarti sudah berbentuk
wasiat.
4) Menurut Ulama Syafi’iah mengatakan bahwa Wākalah adalah
suatu ungkapan yang mengandung suatu pendelegasian sesuatu
oleh seseorang kepada orang lain supaya orang lain itu

38
melaksanakan apa yang boleh dikuasakan atas nama pemberi
kuasa. Berkenaan dengan akad Wākalah ini para ulama sudah
sepakat mengenai bolehnya akad Wākalah karena dalam
prakteknya di perbankan syariah akad ini dipergunakan untuk
kegiatan tolong menolong, akad ini diperbolehkan karena konsep
dari kegiatan tolong- menolong dan dalam dunia perbankan
syariah, akad ini dipergunakan sebagai wadah untuk
mempertemukan pihak yang mempunyai modal dengan pihak
yang memerlukan modal, dan bank mendapat fee dari jasa
tersebut.

2.4.2 Rukun dan Syarat Wakalah


Rukun dan Syarat Wākalah
1) Rukun Wākalah:
a) Orang yang memberi kuasa (al Muwakkil)
b) Orang yang diberi kuasa (al Wakil)
c) Perkara/hal yang dikuasakan (al Taukil)
d) Pernyataan Kesepakatan (Ijab dan Qabul)
2) Syarat Wākalah: Orang yang memberikan kuasa (al-Muwakkil)
disyaratkan cakap bertindak hukum, yaitu telah balig dan berakal sehat,
baik laki-laki maupun perempuan, boleh dalam keadaan tidak ada di
tempat (gaib) maupun berada di tempat, serta dalam keadaan sakit ataupun
sehat. Orang yang menerima kuasa (al-Wakil), disyaratkan :
a) Cakap bertindak hukum untuk dirinya dan orang lain,
memiliki pengetahuan yang memadai tentang masalah
yang diwakilkan kepadanya, serta amanah dan mampu
mengerjakan pekerjaan yang dimandatkan kepadanya.
b) Ditunjuk secara langsung oleh orang yang mewakilkan
dan penunjukkan harus tegas sehingga benar-benar
tertuju kepada wakil yang dimaksud. Tidak
menggunakan kuasa yang diberikan kepadanya untuk

39
kepentingan dirinya atau di luar yang disetujui oleh
pemberi kuasa.
c) Apabila orang yang menerima kuasa melakukan
kesalahan tanpa sepengetahuan yang memberi kuasa
sehingga menimbulkan kerugian, maka kerugian yang
timbul menjadi tanggungannya.

2.4.3 Perkara yang Diwakilkan/Obyek Wākalah


Sesuatu yang dapat dijadikan objek akad atau suatu pekerjaan yang dapat
dikerjakan orang lain, perkaraperkara yang mubah dan dibenarkan oleh syara‟,
memiliki identitas yang jelas, dan milik sah dari al Muwakkil , misalnya : jual-
beli, sewa-menyewa, pemindahan hutang, tanggungan, kerjasama usaha,
penukaran mata uang, pemberian gaji, akad bagi hasil, talak, nikah, perdamaian
dan sebagainya.

2.4.4 Wakalah Bil Ujrah


Wakalah Bil Ujrah merupakan perikatan antara dua belah pihak pemberi
kuasa (muwakil) yang memberikan kuasanya kepada (wakil), dimana wakil
mewakili untuk mengerjakan sesuatu dengan memberikan Ujrah (fee/upah)
kepada wakil yang mengerjakan tugasnya dan kewajiban bagi wakil untuk
menjalankan tugas dari muwakil dengan sebaik-baiknya, tidak boleh
membatalkan secara sepihak. Jadi bisa dikatakan akad Wakalah Bil Ujrah akan
melahirkan sumber kewajiban yang terpenuhi (Dernawan, 2009).
Dalam satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi
perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya melalui badan Arbitrase
Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. Wakalah dan
wakilah berarti penyerahan, pendelegasian atau pemberian mandat dengan
menunjuk seseorang mewakilinya dalam hal melakukan sesuatu secara sukarela
atau dengan memberikan imbalan berupa Ujrah (upah). Wakalah Bil Ujrah ini
dapat terjadi antara perusahaan asuransi syariah dengan peserta, perusahaan
asuransi dengan marketing (agen), ataupun perusahaan asuransi dengan
perusahaan reasuransi (Abdulah Amrin, 2011).

40
2.4.5 Rukun Dan Syarat Akad Wakalah Bil Ujrah
Dalam melaksanakan akad Wakalah bil Ujrah, terdapat rukun dan syarat
yang harus dipenuhi, karena hal ini berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional
majelis Ulama Indonesia No:10/DSN-MUI/IV/2000 tentang wakalah maka akad
wakalah bil ujrah harus memenuhi beberapa rukun yaitu:
1) Adanya Al-Aqidain (subjek perikatan)
Al-Aqidain adalah para pihak-pihak yang melakukan akad. Dilihat dari
sudut hukum, maka pelaku dari suatu tindakan hukum akad disebut sebagai
subjek hukum yang diartikan sebagai pengemban hak dan kewajiban. Subjek
hukum ini terdiri dari dua macam yaitu manusia dan badan hukum. Pertama,
manusia sebagai subjek hukum perikatan adalah pihak yang sudah dibebani
hukum yang disebut mukallaf (orang yang telah mampu bertindak secara
hukum,baik yang berhubungan dengan Tuhan maupun dalam kehidupan
sosial). Kedua, badan hukum yaitu badan yang dianggap dapat bertindak dalam
hukum dan mempunyai hak-hak, kewajiban-kewajiban, dan perhubungan
hukum terhadap orang lain atau badan lain. Dalam melaksanakan akad wakalah
bil ujrah maka para subjek harus memenuhi syaratsyarat, baik wakil maupun
muwakil. Muwakil (yang mewakilkan) akan melaksanakan suatu akad wakalah
bil ujrah haruslah memenuhi syarat antara lain:
a) Harus seorang pemilik sah yang dapat bertindak terhadap hal yang ia
wakilkan.
b) Orang mukallaf atau mumayyiz dalam batas-batas tertentu, yakni dalam
hal-hal yang bermanfaat baginya seperti mewakilkan untuk menerima
hibah, menerima sedekah dan sebagainya. Sedangkan syarat untuk wakil
(yang mewakili) sebagai berikut. Wakil harus orang yang mewakili
kecakapan/cakap hukum, dapat mengerjakan tugas yang diwakilkan
kepadanya (Dewi Wirdianingsih, 2005).
2) Mahallul‟aqd (Objek Perikatan)
Mahallul‟Aqd yaitu suatu objek akad dan dikenakan akibat hukum
yang ditimbulkan. Bentuk objek dalam perikatan dapat berupa benda
berwujud (seperti mobil,rumah dan lain-lain) dan benda tidak berwujud

41
seperti (manfaat tertentu). Adapun mahallul’Aqd dalam akad Wakalah bil
Ujrah adalah sebagai berikut:
a) Objek perikatan tidak bertentangan dengan syariah Islam. Jadi
objek perikatan haruslah memiliki nilai dan bermanfaat,
apabila tidak maka perikatannya menjadi batal.
b) Objek perikatan haruslah jelas dan dikenali oleh orang yang
mewakili. Dalam hal objek menggunakan sejumlah uang yang
harus diketahui jumlah dan jenisnya.
c) Objek perikatan dapat diwakilkan menurut syariat Islam.
3) Ijab qabul (sighat al-Aqd)
Ijab adalah suatu persyaratan janji atau penawaran dari pihak pertama
untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Sedangkan yang dimaksud
Qabul adalah suatu pernyataan menerima dari pihak kedua atas penawaran
yang dilakukan oleh pihak pertama. Jadi sighat al-Aqd (ucapan) yaitu suatu
permintaan dan penawaran (ijab-qabul) harus diucapkan oleh kedua belah
pihak guna menunjukan kemampuan mereka untuk menyempurnakan
kontrak. Dalam akad Wakalah bil Ujarah pernyataan Ijab dan Qabul harus
dinyatakan oleh bela pihak untuk menunjukan kehendak mereka dalam
mengadakan kontrak (akad). Syarat-syarat dalam Ijab dan Qabul adalah
sebagai berikut:
a) Ijab dan Qabul dilakukan oleh pihak-pihak yang memenuhi syarat.
b) Ijab dan Qabul tertuju pada suatu objek tertentu.
c) Pada saat berlangsungnya Ijab dan Qabul harus berhubungan
langsung dengan majelis.
d) Pada saat pelaksanaan Ijab dan Qabul mempunyai pengertian yang
jelas.
e) Adanya pesesuaian antara Ijab dan Qabul menggambarkan
kesungguhan dan kemauan para pihak.

42
2.5 Usaha Menegah Kecil Menegah (UMKM)

2.5.1 Pengertian UMKM


Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) adalah unit usaha
produktif yang berdirisendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau
badan usaha di semua sektor ekonomi. Pada prinsipnya, pembedaan
antara usaha mikro (UMI), usaha kecil (UK), usaha menengah (UM)
dan usaha besar (UB) pada umumnya didasarkan pada nilai aset awal
(tidak termasuk tanah dan bangunan), omset rata-rata per tahun, atau
jumlah pekerja tetap. Di Indonesia UMKM diatur dalam Undang-Undang
Republik Indonesia No.20 Tahun 2008 tentang UMKM (Tulus
Tambunan,2009).
Pasal 1 dari UU terebut, menyatakan bahwa Usaha mikro
adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usahaperorangan yang memiliki kriteria usaha mikro sebagaimana diatur
dalam UU. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang
buka merupakan anak perusahan atau bukan anak cabang yang dimiliki,
dikuasai atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung, dari
usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil
sebagaimana dimaksud dalam UU.
Didalam Undang-undang tersebut, kriteria yang digunakan untuk
mendefinisikan UMKM seperti yang tercantum dalam Pasal 6 adalah
nilai kekayaan bersih atau nilai aset tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha, atau hasil penjualan tahunan. Dengan kriteria sebagai berikut:
a) Usaha mikro adalah unit usaha yang memiliki aset paling banyak
Rp.50 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
dengan hasilpenjualan tahunan paling besar Rp.300 juta.
b) Usaha kecil dengan nilai aset lebih dari Rp. 50 juta sampai dengan
paling banyak Rp.500 juta tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp.300 juta hingga maksimum Rp.2.500.000.

43
c) Usaha menengah adalah perusahaan dengan milai kekayaan bersih
lebih dari Rp.500 juta hingga paling banyak Rp.100 milyar hasil
penjualan tahunan di atas Rp.2,5 milyar sampai paling tinggi Rp.50
milyar (Ade Resalawati, 2011).

Tabel 2. 2 Kriteria UMKM &Usaha Besar Berdasarkan Aset dan Omset

Ukuran Usaha Aset Omzet

Usaha Mikro Maksimal 50 juta Maksimal Rp 300 juta

Usaha Kecil > Rp50 juta – Rp500 >Rp300 juta –Rp2,5 miliar
juta

Usaha Menengah >Rp500 juta – Rp10 >Rp2,5 miliar– Rp50 miliar


miliar

Usaha Besar >Rp10 miliar >Rp50 miliar

Selain menggunakan nilai moneter sebagai kriteria, sejumlah lembaga


pemerintahan seperti Departemen Perindustrian dan Badan Pusat Statistik (BPS),
selama ini juga menggunakan jumlah pekerja sebagai ukuran untuk membedakan
skala usaha antara usaha mikro,usaha kecil, usaha menengah dan usaha besar.
Misalnya menurut Badan Puat Statistik (BPS), usaha mikro adalah unit usaha
dengan jumlah pekerja tetap hingga 4 orang, usaha kecil antara 5 sampai 19
pekerja, dan usaha menengah dari 20 sampai dengan 99 orang. Perusahaan-
perusahaan dengan jumlah pekerja di atas 99 orang masuk dalam kategori usaha
besar.Usaha mikro kecil dan menengah merupakan pemain utama dalam kegiatan
ekonomi di Indonesia.masa depan pembangunan terletak pada kemampuan usaha
mikro kecil dan menengah untuk berkembang mandiri. Kontribusi usaha mikro
kecil dan menengah paada GDP di Indonesia tahun 1999 sekitar 60%, dengan
rincian 42% merupakan kontribusi usaha kecil dan mikro, serta 18%
merupakan usaha menengah (Panji Anoraga,2010).

44
Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sangat
penting dan strategis dalam mengantisipasi perekonomian kedepan terutama
dalam 5 Undang Undang Nomor tahun 2008 tentang UMKM, Bab IV pasal 6
memperkuat struktur perekonomian nasional. Adanya krisis perekonomian
nasional seperti sekarang ini sangat mempengaruhi stabilitas nasional, ekonomi
dan politik yang imbasnya berdampak pada kegiatan-kegiatan usaha besar yang
semakin terpuruk, sementara UMKM serta koperasi relatif masih dapat
mempertahankan kegiatan usahanya.Secara umum, tujuan atau sasaran yang ingin
dicapai adalah terwujudnya Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang
tangguh dan mandiri yang memiliki daya saing tinggi dan berperan utama dalam
produksi dan distribusi kebutuhan pokok, bahan baku, serta dalam permodalan
untuk menghadapi persainganbebas.
UMKM adalah unit usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha di semua sektor ekonomi. Pada
prinsipnya, pembedaan antara Usaha Mikro (UMI), Usaha Kecil (UK), Usaha
Menengah (UM), dan Usaha Besar (UB) umumnya didasarkan pada nilai aset
awal (tidak termasuk tanah dan bangunan), omsetrata- rata per tahun, atau
jumlah pekerja tetap. Namun definisi UMKM berdasarkan tiga alat ukur ini
berbeda menurut negara. Karena itu, memang sulit membandingkan pentingnya
atau peran UMKM antar negara.
Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang
mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak
Rp200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan usaha yang
berdiri sendiri. Beberapa keunggulan UKM terhadap usaha besar antara lain
adalah sebagai berikut.
a) Inovasi dalam teknologi yang telah dengan mudah terjadi dalam
pengembanganproduk.
b) Hubungan kemanusiaan yang akrab di dalam perusahaan kecil.
c) Kemampuan menciptakan kesempatan kerja cukup banyak atau
penyerapannyaterhadap tenaga kerja.
d) Fleksibelitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang

45
berubahdengan cepat dibanding dengan perusahaan (Amalia et al., 2010).

2.5.2 Faktor Faktor Usaha Mikro Kecil Menengah

2.5.2.1 Faktor Internal


1) Kurangnya permodalan-permodalan merupakan faktor utama yang
diperlukan untuk menggembangkan suatu unit usaha.
2) Sumber daya manusia yang terbatas, keterbatasan SDM usaha kecil baik
dari segi pendidikan formal maupun pengetahuan dan keterampilannya
sangat berpengaruh pada pengolahan manajemen pengelolaan usahannya.
3) Lemahnya jaringan usaha dan kemampuan penetrasi usaha kecil.
4) Jaringan usaha yang sangat terbatas dan kemampuan penetrasi rendah
maka produk yang dihasilkan jumlahnya sangat terbatas dan mempunyai
kualitas yang kurang kompetitif.

2.5.2.2 Faktor Eksternal


1) Iklim usaha belum sepenuhnya kondusif dengan kebijaksanaan pemerintah
menumbuh kembangkan usaha kecil dan menengah (UMKM).
2) Terbatasnya sarana dan prasarana usaha, kurangnya informasi yang
berhubungan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
menyebabkan sarana dan prasarana yang mereka miliki juga tidak cepat
berkembang dan kurang mendukung kemajuan usaha.
3) Terbatasnya akses pasar, akses pasar akan menyebabkan produk yang
dihasilkan tidak dapat dipasarkan secara kompetitif baik pasar nasional
maupun internasional.

2.5.3 Tujuan Usaha Mikro Kecil Menengah


Tujuan pengelompokan usaha dapat disebutkan beragam dan pada
intinya mencakup empat macam tujuan, yaitu sebgai berikut:
1) Untuk keperluan analisis yang dikaitkan dengan ilmu
pengetahuan (teoritis).

46
2) Untuk keperluan penentuan kebijakan-kebijakan pemerintah.
3) Untuk meyakinkan pemilik modal atau pengusaha tentang
posisi perusahaannya.
4) Untuk pertimbangan badan tertentu berkaitan dengan antisipasi
kinerja perusahaan.

Secara umum, terdapat tiga peran UMKM atau kontribusi UMKM


terhadap perekonomian Indonesia meliputi:
1) Sarana Pemerataan Tingkat Ekonomi Rakyat Kecil.
UMKM berperan dalam pemerataan tingkat perekonomian
rakyat sebab berada di berbagai tempat. UMKM bahkan
menjangkau daerah yang pelosok sehingga masyarakat tidak perlu
ke kota untuk memperoleh penghidupan yang layak.
2) Sarana Mengentaskan Kemiskinan.
UMKM berperan untuk mengentaskan masyarakat dari
kemiskinan sebab angka penyerapan tenaga kerja terhitung tinggi.
3) Sarana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah.
Sarana atau alat untuk menjalankan otonomi daerah yang
nyata dan bertangung jawab serta memberi isi dan arti tanggung
jawab pemerintah daerah karena APBD itu menggambarkan
seluruh kebijaksanaan pemerintah daerah.

47
Tabel 2. 3 Karakteristik UMKM dan Usaha Besar
Ukuran Karakteristik
Usaha
Usaha Mikro 1. Jenis barang/komoditi tidak selalu tetap; sewaktu-waktu dapat
berganti.
Tempat usahanya tidak selalu menetap; sewaktu-waktu dapat
pindah tempat.
• Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana
sekalipun.
• Tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan
usaha.
• Sumber daya manusia (pengusaha) belum memiliki jiwa
wirausaha yang memadai.
• Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah.
• Umumnya belum akses kepada perbankan, namun
sebagian sudah akses ke lembaga keuangan non bank.
• Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan
legalitas lainnya termasuk NPWP.
• Contoh: Usaha perdagangan seperti kaki lima serta
pedagang di pasar.
Usaha Kecil • Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah
tetap tidak gampang berubah.
• Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak
berpindahpindah.
• Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan
walau masih sederhana.
• Keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan
keuangan keluarga.
• Sudah membuat neraca usaha.

48
• Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas
lainnya termasuk NPWP.
• Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman
dalam berwira usaha.
• Sebagian sudah akses ke perbankan dalam keperluan
modal.
• Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha
dengan baik seperti business planning.
• Contoh: Pedagang di pasar grosir (agen) dan pedagang
pengumpul lainnya.
Usaha • Memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik,
Menengah dengan pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian
keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi.
• Telah melakukan manajemen keuangan dengan
menerapkan sistem akuntansi dengan teratur sehingga
memudahkan untuk auditing dan penilaian atau
pemeriksaan termasuk oleh perbankan.
• Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi
perburuhan.
• Sudah memiliki persyaratan legalitas antara lain izin
tetangga.
• Sudah memiliki akses kepada sumber-sumber pendanaan
perbankan.
• Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia
yang terlatih dan terdidik.
• Contoh: Usaha pertambangan batu gunung untuk
kontruksi dan marmer buatan.
Usaha Besar • Usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan
usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil
penjualan tahunan lebih besar dari Usaha Menengah,

49
yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta,
usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan
kegiatan ekonomi di Indonesia.

2.5.4 Pendapatan Usaha Mikro Kecil Menengah


Suatu laba atau keuntungan yang di dapatkan oleh perusahaan yang secara
langsung maupun tidak lansung berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan itu
sendiri dikatakan dengan pendapatan. Pendapatan juga dikatakan sebagai
keuntungan yang didapatkan oleh suatu perusahaan dimana laba tersebut dihitung
berdasarkan modal yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan dan besarnya
pendapatan yang didatpkan setelah melakukan kegiatan jual beli. Banyak defenisi
dari pendapatan itu sendiri tetapi sampai sekarang belum ada yang
mendefenisikan pendapatan secara umum sehingga pendapatan memiliki arti yang
berbeda-beda. Berikut ini adalah beberapa definisi (definisi) oleh para ahli
mengenai pendapatan: Definisi pendapatan menurut FASB yang dikutip oleh
(Harahap, 1999) adalah: Aliran masuk atau hubungan nilai aset perusahaan, atau
pemenuhan kewajiban perusahaan, atau pendapatan selama periode tertentu, atau
pengiriman atau pembuatan barang, penyediaan layanan, atau aktivitas lain
apa pun yang merupakan kelangsungan utama perusahaan. kegiatan Dari
pelaksanaan. (Baridwa, 1999) mendefinisikan pendapatan sebagai: Saya. Selama
periode yang dihasilkan dari penyediaan atau pembuatan barang, penyediaan jasa,
atau kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama perusahaan. Dari uraian di atas
dapat dikatakan bahwa pendapatan adalah masuknya atau masuknya aktiva karena
kegiatan utama perusahaan.
1) Strategi pendapatan
Strategi merupakan ilmu perencanaan dan penentuan arah
operasi-operasi bisnis berskala besar, menggerakkan semua sumber
daya perusahaan yang dapat menguntungkan secara aktual dalam
bisnis, Jhon A. Bryne mendefinisikan strategi adalah sebuah pola yang
mendasar dari sasaran dan direncanakan, peyebaran sumber daya

50
daninteraksi organisasi dengan pasar, pesaing dan faktor-faktor
lingkungan (Hasan, 2014).
Strategi merupakan hal menetapkan arah kepada “ manajemen”
dalam arti orang tentang sumber daya di dalam bisnis dan tentang
bagaimana mengidentifikasikan kondisi yang diberikan keuntungan
terbaik untuk membantu memenangkan persaingan di dalam pasar.
Dengan kata lain, definisi strategi mengandung ua komponen yaitu
(Dirgantoro):
a) Future Intentions atau tujuan jangka panjang.
Hal ini diartikan sebagai pengembangan wawasan
jangka panjang dan menetapkan komitmen untuk
mencapainya.
b) Competitive Advantage atau keunggulan bersaing.
Hal ini diartikan sebagai pengembangan
pemahaman yang dalam tentang pemilihan pasar dan
pelanggan atau costumer oleh perusahaan yang juga
menunjukkan kepada cara terbaik untuk tujuan akhir.
Sementara itu Michael Porter dalam buku David
mengemukakan bahwa dengan strategi suatu organisasi
memperoleh keunggulan bersaing dari tiga macam dasar
yang berbeda, yaitu:
2) Strategi keunggulan biaya.
Strategi ini merupakan strategi mengefisienkan seluruh biaya
produksi sehingga menghasilkan produk atau jasa yang bisa dijual
lebih murah dibandingkan pesaing. Strategi keunggulan sukses
biasanya merasuk keseluruh perusahaan atau organisasi, seperti
efisiensi yang tinggi, biaya administrasi yang rendah dan partisipasi
pegawai dalam pengendalian biaya.
3) Strategi diferensiasi.
Strategi ini menawarkan beberapa tingkat pembedaan artinya
dengan memberikan penawaran yang berbeda dibandingkan

51
penawaran yang berbeda dibandingkan penawaran yang diberikan oleh
kompetitor. Strategi differensiasi mengisyaratkan perusahaan
mempunyai jasa atau produk yang mempunyai kualitas ataupun fungsi
yang bisa membedakan dirinya dengan pesaing sehingga dapat
mempromosikan reputasi yang baik.
4) Strategi fokus.
Fokus berarti membuat produk dan menyediakan jasa yang
memenuhi keperluan kelompok kecil konsumen. Strategi fokus
biasanya dilakukan untuk produk atau jasa yang memang mempunya
karakteristik khusus. Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan
bahwa strategi merupakan suatu rencana tindakan yang dirancang
untuk mencapai tujuan bukan hanya tujuan jangka pendek, akan tetapi
jangka menengah dan jangka panjang. Dalam menyusun strategi,
diperlukan analisis terhadap lingkungan, baik lingkungan eksternal
maupun internal dan disertai dengan keputusan dan pelaksanaan yang
tepat agar tujuan dapat dicapai melalui langkah-langkah yang tepat.
2.6 Penelitian Terdahulu
Dalam penulisan penelitian ini tentunya penulis melakukan
penggalian informasi terkait dengan penelitian sebelumnya. Informasi
yang didapat berasal dari jurnal terkait penelitian yang berkaitan dengan
judul penelitian ini. Selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah melihat
kekurangan dan kelebihan pada penelitian yang sudah ada.
Parmujianto (2019) dengan judul “Analisis Fikih Muamalah
Kontenporer Terhadap Jual Beli Online Dengan Sistem Transaksi
Dropshipping”. Tujuan penelitian ini bahwa dalam praktik jual beli sistem
transaksi dropship termasuk jual beli yang terlarang. Karena tidak
terpenuhinya syarat jual beli, yaitu di mana dropshipper tidak pernah
menampung barang sehingga tidak memiliki kekuasaan terhadap
barang untuk dijual, dan bertindak tidak jujur atas label pengiriman
barang yang seolah-olah dropship adalah pemilik dan pengirim barang

52
yang prinsip-prinsip etika bisnis Islam sudah memenuhi kriteria dalam
etiaka bisnis Islam, terutama dalam segi tauhid dan keadilan.
Faisal Fahmi (2016) dengan judul “Kesesuaian Akad Jual Beli
Dropship Dengan Fatwa MUI (Studi Kasus Pada Market Place
Bukalapak)” Skripsi ini bertujuan untuk meneliti sistem dropship pada
jual beli online (market place bukalapak) mengenai kesesuaian dengan
fatwa MUI dan ditinjau dari fiqihnya. Semakin berkembangnya
teknologi saat ini jual beli tidak harus bertatap muka, dengan adanya
internet maka jual beli dapat dilakukan dengan cepat dan mudah.
Disini penulis menjelaskan bagaimana sistem dropship ini berjalan
dan bisa menjadi peluang bagi masyarakat yang ingin melakukan bisnis
online tanpa terikat ruang dan waktu bahkan modal.
Nur Khuzaimah (2015) dengan judul “Jual Beli Online Dengan
Dropshipping Perspektif Fikih Muamalah” Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana sistem jual beli online dengan dropshiping dalam
perspektif fiqh muamalah pada mahasiswa jurusan ekonomi syari’ah
angkatan tahun 2015, IAIN (Institut Agama Islam Negeri) Metro.
Penelitian ini termasuk dalam penelitian jenis lapangan atau field reserce
dengan sifat kualitatif adapun sumber data dalam penelitian ini diperoleh
melalui metode wawancara (interview) terhadap penjual maupun pembeli
online dengan sistem dropshipping, dan dokumentasi yang berupa data-
data mahasiswa yang dibutuhkan dalam skripsi ini. Data yang terkumpul
dianalisis menggunakan metode deskriptif yaitu menganalisis data yang
dilakukan dengan jalan mendeskripsikan data dengan penelaran data yang
logis.

53
Tabel 2. 4 Penelitian Terkait
No Penelitian dan Judul Metode Hasil Penelitian
Penelitian
1 Parmujianto 2019. Kualitatif Disimpulkan bahwa dalam
“analisis fikih praktik jual beli system
muamalah transaksi dropship termasuk
Kontenporer terhadap jual beli yang terlarang.
jual beli online Karena tidak terpenuhinya
dengan syarat jual
sistemtransaksi beli, yaitu di mana
dropshipping” dropshipper tidak pernah
menampung barang sehingga
tidak memiliki kekuasaan
terhadap barang untuk dijual,
dan bertindak tidak jujur atas
label pengiriman barang yang
seolah-olah dropship adalah
pemilik dan pengirim barang
yang sesungguhnya
2 Destyana,2018. Kualitatif Dari hasil penelitian
“Jual beli online bahwa jualbeli online
menggunakan sistem menggunakan sistem
dropshipping dalam dropshipping merupakan jual
perspektif etika bisnis beli yang disebutkan sifat-
islam” sifat barangnya. Kemudian
jika dilihat dari segi prinsip-
prinsip etika bisnis Islam
sudah memenuhi kriteria
dalam etiaka bisnis Islam,
terutama dalam segi tauhid
dan keadilan. Kesimpulannya
adalah sistem dropship ini
berjalan dan bisa menjadi
peluang bagi masyarakat yang
ingin melakukan bisnis online
tanpa terikat ruang dan waktu
bahkan modal.
3 Faisal fahmi (2016) Kualitatif Kesimpulannya adalah
Dengan judul semakin berkembangnya
“kesesuaian akad jual teknologi saat ini jual beli
beli dropship dengan tidak harus bertatap muka,
fatwa mui (studi dengan adanya internet maka
kasus pada market jual beli dapat dilakukan
place bukalapak)” dengan cepat dan mudah.
Disini penulis menjelaskan

54
bagaimana sistem dropship ini
berjalan dan bisa menjadi
peluang bagi masyarakat yang
ingin melakukan bisnis online
tanpa terikat ruang dan waktu
bahkan modal.
4 Nur Khuzaimah Kualitatif Penelitian ini termasuk
(2015) dengan judul dalam penelitian jenis
“Jual Beli Online lapangan atau field reserce
Dengan Dropshipping dengan sifat kualitatif adapun
Perspektif Fikih sumber data dalam penelitian
Muamalah” ini diperoleh
melalui metode wawancara
(interview) terhadap
penjual maupun pembeli
online dengan system
dropshipping, dan
dokumentasi yang berupa
data-data mahasiswa yang
dibutuhkan dalam skripsi ini.
Data yang terkumpuk
dianalisis menggunakan
metode deskriptif yaitu
menganalisis data yang
dilakukan dengan jalan
mendeskripsikan data dengan
penelaran data yang logis.
Rizka khoirunnisa, Kualitatif Hasil dari penelitian ini
Jual beli online menunjukan bahwa jual beli
menggunakan sistem online menggunakan sistem
dropshipping dalam dropshipping ini tidak sejalan
perspektif islam dengan bai salam karena
ketidakjelasan kepemilikan
dari barang yang akan dijual,
karena dropshipper tidak
mengetahui wujud dan
keaslian barang secara nyata.

55
2.7 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran penilitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis


jual beli online secara dropshipping dalam meningkatkan pendapatan UMKM
menurut perspektif ekonomi Islam pada toko sport seven.

Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran

Dropshipping

Peningkatan Perspektif Ekonomi Islam

Studi Toko Sport SCR

56
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Pendekatan penelitian


Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif karena penelitian ini menghasilkan kesimpulan berupa data yang
menggambarkan secara rinci, bukan data yang berupa angka-angka. metode
ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang menyangkut sesuatu pada
waktu sedang berlangsungnya proses penelitian. Metode penelitian ini dapat
di gunakan dengan lebih banyak segi dan lebih luas dari metode yang lain.
Dan dapat memberikan informasi yang mutahir, sehingga bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan serta lebih banyak dapat di terapkan pada
berbagai macam masalah Sugiyono. (2017:76).
Dari pengertian di atas peneliti mengunakan pendekatan kualitatif
dengan jenis penelitian deskriptif, dalam Sugiyono (2017:78), pendekatan
kualitatif dengan penelitian deskriptif adalah penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang. Kemudian Peneliti menggunakan metode kualitatif untuk
mempermudah peneliti dalam menganalisis penerapan nilai-nilai Islam dalam
meningkatkan penjualan melalui sistem dropshipping pada toko sport
SCR Seven.

3.2 Lokasi Penelitian


Lokasi Penelitian ini dilaksanakan toko Sport SCR Seven yang
beralamat di Gampong Punge Jurong Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh.
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Desember 2023.

57
3.3 Subjek dan Objek Penelitian

3.3.1 Subjek Penelitian


Subjek penelitian adalah orang, tempat, atau benda yang diamati dalam
rangka pembuatan sebagai sasaran. Adapun subjek penelitian dalam penelitian ini,
adalah para pelaku usaha, pembeli online shop, dan pakar ekonomi syariah yang
paham akan masalah ini. Subjek penelitian ini dipilih karena mereka merupakan
pelaku utama terjadinya transaksi dropshipping dan pakar yang paham akan hal
tersebut, sehingga pemahaman mereka tentang transaksi dropshipping dalam
meningkatkan pendapatan pada toko Sport SCR Seven sangat penting untuk
dikaji.

3.3.2 Objek Penelitian


Objek penelitian adalah himpunan elemen yang dapat berupa orang,
organisasi atau barang yang akan diteliti. Objek penelitian ini dipilih karena
pentingnya mengetahui bagaimana implementasi sistem dropshipping dalam
meningkatkan pendapatan pada toko Sport SCR Seven dan mengetahui sistem
transaksi dropshipping dalam perspektif ekonomi Islam. Penelitian ini akan
mengkaji bagaimana implementasi sistem dropshipping dalam meningkatkan
pendapatan pada toko Sport SCR Seven, serta memberikan saran dan
rekomendasi untuk meningkatkan pengelolaan dalam penjualan menggunakan
sistem dropshipping agar sesuai dengan syariat Islam.

3.3.3 Sumber Data Penelitian


Dalam Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data-data
yang dapat diperoleh. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian
ini, penulis menggunakan sumber data lapangan (wawancara, observasi, dan
dokumentasi) yang digunakan untuk memperoleh data teoretis. Adapun jenis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data
yang didapat dari sumber pertama baik dari individu maupun kelompok seperti
hasil wawancara dan observasi yang bisa dilakukan oleh peneliti (Umar,
2015:88).

58
Data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung dari lapangan
(wawancara). Pada perolehan data melaui teknik wawancara peneliti
menggunakan wawancara semi-terstruktur dan juga observasi pasif. Dalam
memperoleh hasil wawancara ini, peneliti datang langsung ke toko Sport SCR
Seven. Adapun wawancara yang dilakukan dengan melakukan tanya jawab dan
diskusi secara langsung guna mendapatkan data yang diperlukan dalam
penelitian.

3.3.4 Teknik Pengumpulan Data


Dalam Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berdasarkan data
penelitian lapangan (fild research) dengan menggunakan metode pengumpulan
data berupa wawancara (interview). Peneliti memperoleh keterangan dengan
tanya jawab sambil bertatap muka antara peneliti dan pihak pemilik usaha toko
Sport SCR Seven, pembeli (responden), dan pakar ekonomi Islam. Untuk
mendapatkan informasi serta data akurat yang selengkapnya. Adapun teknik
pengumpulan data yang peneliti lakukan adalah berupa wawancara dan observasi.
1) Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2018). Teknik wawancara yang
dilakukan adalah wawancara semi terstruktur. Jenis wawancara semi
terstruktur pelaksaan wawancaranya dilakukan lebih bebas dibandingkan
dengan jenis wawancara terstruktur. Tujuan dari pada wawancara semi
terstruktur ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka
dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ideidenya
(Sugiyono, 2015).
Tabel 3.1 Informan Penelitian
No Nama Jabatan Jumlah
1 Heru Hermawan Pemilik Toko Sport SCR 1
Seven

59
2 Jalaludin, ST. MA Pakar Ekonomi Islam 1
3 Pembeli Pelanggan Sport SCR Seven 5
Total 7

2) Observasi
Observasi merupakan aktivitas penelitian dalam rangka
mengumpulkan data yang berkaitan dengan masalah penelitian
melalui proses pengamatan langsung di lapangan. Peneliti berada
ditempat itu, untuk mendapatkan bukti-bukti yang valid dalam
laporan yang akan diajukan. Dalam observasi ini peneliti
menggunakan jenis observasi non partisipan, yaitu peneliti hanya
mengamati secara langsung keadaan objek, tetapi peneliti tidak
aktif dan ikut serta secara langsung. Teknik pengumpulan data ini
dilakukan dengan cara mengamati suatu fenomena yang ada dan
terjadi.
Teknik observasi ini digunakan penulis untuk mengambil
data dengan cara menangkap yang diamati lalu membuatnya menjadi
sebuah deskripsi maupun catatan. Teknik observasi dilakukan secara
langsung melalui pengambilan data untuk mengetahui sistem jual
beli produk secara dropshipping dan peningkatan pendapatan.
Adapun yang menjadi bahan observasi pada penelitian ini yaitu toko
Sport SCR Seven.

3.3.5 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yaitu kegiatan mendeskripsikan fenomena serta
mengklasifikasikannya, dan melihat bagaimana konsep-konsep yang muncul
antara satu dengan lainnya serta saling berkaitan. Kemudian analisis data
merupakan bagian yang amat penting dalam sebuah penelitian ilmiah, karena
dengan analisis, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam
memecahkan masalah penelitian.

60
Tahap analisis data merupakan tahap yang sangat penting dalam suatu
penelitian, karena pada tahap inilah, penulis dapat merumuskan hasil-hasil
penelitiannya. Proses analisis data dimulai dengan dengan menelaah seluruh data
yang tersedia baik dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi. Adapun
tahap-tahap menganalisis data adalah:
1. Pengumpul data
Peneliti membuat catatan data yang dikumpulkan melalui
dokumentasi, observasi maupun wawancara yang merupakancatatan data di
lapangan. Dalam penelitianini data yang dikumpulkanbaikberupa data primer
yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi maupun data
sekunder yang diperoleh dari kajian literatur (Miles, Huberman & Saldana,
2014).
2. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses pemilihan dan pemusatan perhatian pada
penyederhanaan data kasar yang muncul dari catatan-catatantertulis di lapangan.
Reduksi data juga merupakan suatu bentuk analisis yang memper-tegas,
memperpendek, membuang hal yang tidak penting, dan mengatur data
sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat dilakukan. Dalam tahapan ini
merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian, pengabstraksian data kasar
yang diambil dari lapangan. Reduksi data merupakan bagian dari analisis yang
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidakperlu, dan
menggorganisasi data dengan cara sedemikian rupa, hinggakesimpulan-
kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi (Miles, Huberman & Saldana,
2014).
3. Display Data
Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif dan
semuanya dirancangguna menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk
yang padu dan mudah dipahami. Penyajian data diartikan sebagai pemaparan
informasi yang tersusun untuk member peluang terjadinya suatu kesimpulan.
Selainitu, dalam penyajian data diperlukan adanya perencanaan kolom dan tabel
bagi data kualitatif dalam bentuk khususnya. Dengan demikian, penyajian data
yang baik dan jelas sistematikanya sangatlah diperlukan untu kmelangkah kepada
tahapan penelitian kualitatif selanjutnya (Miles, Huberman & Saldana, 2014).
61
4. Menarik Kesimpulan
Penarikan kesimpulan data yang telah ada maka dilakukan penarikan
kesimpulan dengan mempertimbangkan berbagai data yang telah didapatkan
dilapangan. Dari permulaan pengumpulam data, peneliti kualitatif mulai
mencari arti, mencatat keteraturan hasil penelitian, penjelasan-penjelasan, alur
sebab akibat, dan proposisi. Sampai mendapatkan kesimpulan yang sesuai
dengan hasil yang telah diteliti.

62
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambar Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Toko Sport SCR Seven


Toko Sport SCR Seven adalah tempat usaha pribadi milik seorang pemuda
yang ada didaerah kota Banda Aceh. Tempat ini didirikan oleh bapak Heru
Hermawan pada tahun 2012 dengan alasan bahwa bapak Heru Herawan ingin
membuka usaha sendiri, bekerja sendiri tanpa tergantung pada orang lain. Apalagi
pada saat itu bapak Heru Hermawan masih dalam usia muda.
Terbentuknya usaha ini pada awalnya hanya ingin untuk menambah
penghasilan sampingan. Bapak Heru Hermawan awalnya merintis usaha
ini hanya bermodalkan sebuah komputer yang ada dirumahnya. Toko sport SCR
Seven ini berdiri pada bulan Oktober 2012 dengan menjual barang-barang milik
orang lain di situs-situs online seperti Facebook, Twitter, dan Kaskus atau
sekarang dikenal dengan sistem dropshipping yang pada saat itu pasar online
masih belum terlalu ramai seperti sekarang. Toko sport SCR Seven dirinti oleh
Bapak Heru Herawan, pria kelahiran Banda Aceh, 20 Oktober 1995. Bapak Heru
Hermawan merupakan seorang sarjana lulusan Universitas Sumatera Utara.
Di tahun pertamanya, bapak Heru Hermawan hanya bekerja sendiri dan
karena keterbatasan modal maka toko SCR Seven tidak ready barang tetapi hanya
memanfaatkan foto dari toko online orang lain dan di upload ke berbagai media
sosial. Perlahan, toko Sport SCR Seven mampu menembus pasar online dengan
traffic yang meningkat di setiap bulan. Toko Sport SCR Seven merupakan usaha
yang diharapkan oleh pemiliknya dalam membantu perekonomian keluarga.
Dalam usaha ini juga diharapkan pelanggan puas dengan barang yang
diperjualbelikan dalam toko Sport SCR Seven tersebut.
Toko Sport SCR Seven terletak di Jl. Sultan Iskandar Muda, No. 32, Desa
Punge Jurong, Kec. Meuraxa, Kota Banda Aceh. Toko ini hanya sebuah rumah

63
yang di alih fungsikan menjadi gudang sekaligus tempat menjual produk-produk
online milik SCR Seven Sport. Di gudang inilah dan bermodalkan komputer dan
internet maka usaha online SCR Seven Sport bisa dijalankan dengan
menggunakan sistem dropshipping.

4.1.2 Profile Toko Sport SCR Seven


Nama Perusahaan : Toko Sport SCR Seven
Nama Pemilik : Heru Hermawan
Alamat : Jl. Sultan Iskandar Muda, No. 32, Desa Punge Jurong, Kec. Meuraxa,
Kota Banda Aceh
No. Hp : 085286717144
Sektor Usaha : perlengkapan olahraga
Didirikan: 2012

4.2 Hasil Penelitian


Pada bagian ini peneliti memaparkan hasil temuan penelitian terkait
implementasi sistem Dropshipping dalam Meningkatkan Pendapatan Pada Toko
Sport SCR Seven serta ditinjau dalam perspektif ekonomi syariah. Adapun
temuan penelitian tersebut ialah sebagai berikut:

4.2.1 Implementasi Sistem Dropshipping dalam Meningkatkan Pendapatan


UMKM Pada Toko Sport SCR Seven

4.2.1.1 Penerapan Sistem Dropshipping di Toko Sport SCR Seven


Proses atau sistem jual beli yang digunakan di Toko Sport SCR Seven di
Jalan Sultan Iskandar Muda, Desa Punge Jurong, Kota Banda Aceh ini ada dua
cara yaitu dengan cara sistem dropshipping (online) dan cara langsung yang ada
ditoko (offline). Pertama, dengan cara langsung atau offline dimana pembeli yang
memilih langsung di distro dan barang yang diinginkan tersedia, bisa dicoba
ataupun langsung dibawa pulang. Disini toko SCR Seven adalah wadah dimana
pembeli ingin membeli secara langsung ditempat. Apabila barang yang diinginkan
tidak tersedia pembeli bisa memesan juga (Heru Hermawan, Pemilik Toko SCR
Seven (Dropshipping), Wawancara, pada tangga 12 November 2023).

64
Kedua, dengan cara online atau dropshipping yaitu dimana pembeli
memesan barang dengan menjelaskan spesikasi atau sifat-sifat barang
kepada dopshipper yaitu bapak Heru Hermawan si pemilik toko SCR Seven
kemudian mengirimkan uang sekaligus ongkos kirim, kemudian dropshipper
mengirim data pembeli ke supplier dan supplier langsung mengirimkan barang
kepada pembeli dengan mengatas namakan toko sport SCR Seven tersebut.
Sehingga pembeli mengetahuinya bahwa toko sport SCR Seven lah yang
mengirim barang tersebut. Jual beli cara offline adalah jual beli yang
dilakukan secara langsung antara pembeli dan penjual, dimana pembeli bisa
memilih langsung barang yang diinginkan. Sedangkan jual beli dengan cara
online yaitu dimana pembeli membeli barang melalui media sosial dan hanya
bisa melihat barang lewat gambar dengan spesifikasi barang dan harganya.
Proses jual beli tersebut adalah jual beli yang boleh dilakukan, jual beli
langsung itu sama dengan jual beli benda yang kelihatan dan jual beli sistem
dropshipping termasuk dalam jual beli salam. Kegiatan jual beli sistem
dropshipping yang dilakukan antara dropshipper dengan pembeli ini termasuk
jual beli yang benar, tetapi masih ada kecenderungan barang yang setelah
diterima oleh pembeli tidak sesuai dengan yang sudah diklasifikasikan sehingga
belum sesuai dengan etika bisnis Islam. prinsip etika bisnis Islam yang berkaitan
dengan masalah jual beli sistem dropshipping ini adalah kejujuran dan tanggung
jawab.

4.2.1.2 Implementasi Dropshipping dalam Meningkatkan Pendapatan


UMKM Pada Toko Sport SCR Seven

Sistem penjualan produk dalam bentuk dropshipping memiliki tiga


komponen yang terlibat yaitu supplier, dropshipper, dan konsumen. Hal ini
berdasarkan paparan langsung dari pemilik Sport SCR Seven Banda Aceh
sebagai usaha penjualan sarana dan prasarana olahraga kekinian menerapkan
berbagai sistem penjualan, baik melalui sistem penjualan online maupun sistem
penjualan ofline. Praktik dari sistem penjualan yang dilakukan oleh Sport
SCR Seven di

65
antaranyal jual beli secaral langsung di toko, reseller maupun dropshipping.
Awal mula keberadaan Sport SCR Seven di Banda Aceh diungkapkan oleh
pemilik Sport SCR Seven sebagai berikut:
Pada awalnya pemilik Sport SCR Seven hanya menjalankan sistem
penjualan online yakni melalui para reseller, namun seiring berjalannya
waktu sistem reseller dianggap kurang maksimal dalam meningkatkan
penjualan toko. Pihak owner toko pun mulai menjalankan sistem
dropship. Dropshipping sebagali sistem lalu model penjualan yang paling
mudah dalam dunia online (Wawancara: Pihak Sport SCR Seven, 10
Desember 2023).
Berdasarkan wawancara peneliti dengan pihak Sport SCR Seven juga
dikatakan terkait alasan menjalankan sistem dropshipping yakni sebagai berikut:

Alasan kami dari pihak Sport SCR Seven menjalankan sistem dropshipping
adalah tidak membutuhkan modal yalng terlalu banyak, halnya cukup
bermodalkan media sosial dan gambal produk dari supplier tanpa harus
menyetok barang dan tidak mengurusi pengiriman barang
(Wawancara: Pihak Sport SCR Seven, 10 Desember 2023).

Keterangan di atas maka jelaslah bahwa penerapan sistem dropshipping


oleh pihak Sport SCR Seven dikarenakan sistem ini dianggap lebih mudah dan
tidak membutuhkan modal dan tenagga yang banyak. Cukup hanya bermodalkan
kreativitas dalam menggunakan media online.
Sementara itu pihak pemilik Sport SCR Seven juga mengemukakan
bahwa pemilik Sport SCR Seven mulali menjual berbagai macam produk yang
didapat dari menjalin kerja sama dengan pihak lain yang memiliki produk
sesungguhnya. Bahkan dalam keterangan lainnya pihak pemilik Sport SCR Seven
terkait sistem dropshipping dijelaskan bahwa:
Sistem dropshipping merupakan cara berbisnis gampang-gampang susah,
hal ini bergantung pada cara kita menjalankannya dan menyikapinya.
Sifat ulet dan tanggung jawab sangat diperlukan oleh pihak Sport SCR
Seven dalalm mengembangkan usahanya di Kota Banda Aceh
(Wawancara: Pihak Sport SCR Seven, 10 Desember 2023).
Ungkapan di atas menjelaskan bahwa walaupun seorang pebisnis harus
siap menanggung resiko dari sistem jual beli seperti ini. Hal ini dikemukalkaln
oleh pemilik usaha Sport SCR Seven bahwa :
Semua pekerjaan memiliki resiko tersendiri tergantung kita
menjalankannya, termasuk sistem dropshipping ini, di awal menjalankan
66
bisnis, cukup sulit untuk mencari supplier yang menyediakan produk
dengan harga yang murah tapi kualitas tetap poin yang diutamakan,
karena pihak toko ingin membangun kepercayaaln dari konsumen,
seiring berjalannya waktu dan pihak Sport SCR Sevent mulali mahir
dalam mengolah dan mengambil produk (Wawancara: Pihak Sport SCR
Seven, 10 Desember 2023).

Dalam menjalankan bisnisnya Sport SCR Seven menggunakan berbagai


platform online untuk memasarkan produknya. Salah satu platform online
yang digunakan yalitu aplikasi shopee. Aplikalsi shopee merupalkaln sualtu
market plalce yang berupa platform perniagaan online. Toko Sport SCR Seven
mendaftar di platform shopee dengan nama akun SCRShap Seven.id sebagali
akun penjual sekaligus pembeli yalng menyediakan berbagai macam fashion
olaharga dengan memanfaatkan fitur dropship dalam aplikasi Shoppe.
Menurut keterangan pemilik Sport SCR Seven bahwa:
Berjualan dengan sistem dropshipping di Sport SCR Seven pada aplikasi
Shoppe ada beberapa tahap yang harus dilakukan oleh
pelanggan membualt akun sebagai awal memulai bisnis online dengan
menggunakan sistem dropshiping. Mencari dan membeli produk dalam
hal ini sama seperti berbelanja secara online pada umumnya.
Langkah ini berfungsi sebagai saranal mencari suppier produk.
Checkout produk Proses selanjutnya beralih ke halalman belanja.
Lakukan pembelian atas semual produk yang diinginkan. Mengisi alamat
pengiriman barang atau produk. Pilih menu kirim sebagai dropship.
Langkah yang terakhir adalah memilih menu metode pembayaran
seperti pada umumnya (Wawancara: Pihak Sport SCR Seven, 10
Desember 2023).

Pembeli dan pelanggan yang melakukan transaksi jual beli di toko Sport
SCR Seven merupalkan para pengguna aktif shopee yalng berasal dalri berbagali
kota di Indonesia. Akun shopee dari Sport SCR Seven didaftarkan dengan alamat
dari store sendiri. Mitral dagang yang bekerja sama dengan pihak Sport SCR
Seven. Sistem dropshipping yang diterapkan oleh pihak Sport SCR Seven berbeda
dengan akun toko lalin yang juga menjalankan sistem ini, pihak Sport SCR Seven
tetap memiliki stok barang yang dijual di store offinenya, pihak Sport SCR Seven
juga menyatakan bahwa:
Sistem dropshipping ini dijalankan guna meningkatkan penjualan dan
pengembangan toko Sport SCR Seven. Alasan lain diungkalpkaln oleh
pemilik toko Sport SCR Seven, bahwasanya dalam menjalankan store
menggunakan pula sistem dropshipping untuk meningkatkan penjualan,
karena di toko offline tidak banyak produk yang dimiliki, maka untuk
memenuhi permintaan konsumen atas beberapa produk diambikaln dari
67
para supplier, namun dengaln tetap atas nama dari Sport SCR Seven
(Wawancara: Pihak Sport SCR Seven, 10 Desember 2023).

Berdasarkan ungkapan di atas, maka dapat diketahui bahwa mekanisme


sistem dropshipping yalng dilakukan oleh pihak Sport SCR Seven yakni dengan
cara memasarkan produk atau barang dari beberapa mitra kerja yang diajak
bekerja sama di plaltform online yang telah ada, apabila terjadi transaksi
penjualan dengan konsumen, maka pihak Sport SCR Seven akan menerima
pesanan dari konsumen, kemudian memberitahu pihak suppier untuk
mengirimkan barang atas nama Sport SCR Seven Banda Aceh.
Transaksi jual beli melalui sistem dropshipping ini khusus dilakukan pada
store online dengaln menawarkan berbagai macam kebutuhan pelanggan akan
olahraga untuk mendukung tampilan bermain olahraga dalam berbagai cabang.
Tahap dari proses pemesanan barang melalui Sport SCR Seven dikemukakan oleh
salah seorang pelanggan yakni sebagai berikut:
Saya sudah lama berlangganan dengan Sport SCR Seven Adapun
cara pemesanan pertama calon pembeli atau konsumen mencari produk
atau barang yang diinginkan atau produk yang dibutuhkan melalui
browsing
pada store online Sport SCR Seven. Pada katalog online Sport SCR
Seven calon pembeli atau konsumen memilih barang yang diinginkan.
Proses transaksi berlanjut pada calon pembeli atau konsumen
dihadapkan pada halaman yang memuat informasi produk atau barang
tersebut serta metode pembayaran yang akan dilakukan untuk
melakukan transaksi tersebut. Pemesanan ini umumnya sama dengan
proses pembelian online yang lainnya (Wawancara: Pelanggan Sport
SCR Seven, 12 Desember 2023).

Keterangan di atas menjelaskan bahwa proes transaksi pada Sport SCR


Seven yang dilakukan secara online menuntut pihak pelanggan untuk memiliki
pengetahuan tentang pemanfaatan teknologi informasi terutama menggunakan
hanphone guna untuk dapat memesan produk fasilitas olahraga yang ada di Sport
SCR Seven. Sementara itu, salah seorang pelanggan Sport SCR Seven
mengemukakan sebagai berikut:
Calon pembeli atau konsumen bisa juga langsung membeli produk
fasilitas olahraga di Sport SCR Seven sesudah menghubungi kontak
yang telah tersedia, mengisi informasi pengiriman barang yakni
informasi pribadi yang berisi nama, alamat, nomor telepon, serta metode
pembayaran yang telah dipilih, setelah calon pembeli atau konsumen
mengkonfirmasi pesanan, maka pihak online store Sport SCR Seven akan

68
segera memprosesnya (Wawancara: Pelanggan Sport SCR Seven, 12
Desember 2023).
Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat diketahui bahwa penerapan
dari sistem dropshipping yang telah dilakukan pemilik usaha Sport SCR Seven
telag memberikan hasil bagi peningkatan penjualan dan performa toko Sport
SCR Seven tersebut.

4.2.1.3 Peningkatan Pendapatan UMKM Pada Toko Sport SCR Seven


Diterapaknya sistem dropshipping oleh Sport SCR Seven Banda Aceh
dalam transaksi jual beli fasilitas dan pakaian olahraga tentu mempengaruhi
tingkat pendapatan oleh Sport SCR Seven Banda Aceh tersebut. Artinya jika
sebelumnya tidak pernah diterapkan sistem dropshipping, maka setelah
diterapkannya sistem ini pola peningkatan terjadi perubahan ke arah yang lebih
tinggi sebagai mana terlihat pada Tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1 Peningkatan Jumlah Pendapatan Sport SCR Seven Banda Aceh, 2013-
2023
No Tahun Total Pendapatan/Tahun (Rp)
1 2013 12.000.000
2 2014 15.000.000
3 2015 17.000.000
4 2016 25.000.000
5 2017 28.000.000
6 2018 35.000.000
7 2019 40.000.000
8 2020 42.000.000
9 2021 44.000.000
10 2022 50.000.000
11 2023 58.000.000
Sumber: Wawancara Pemilik Sport SCR Seven Banda Aceh, 2024

4.2.2 Sistem Transaksi Dropshipping dalam Perspektif Ekonomi Islam


Metode penjualan yang dilakukan oleh Sport SCR Seven Banda Aceh
secara dropshipping saat ini banyak diminati oleh para pembisnis online baru
yang memulai usahanya dengan modal yang relatif kecil bahkan tanpa adanya
modal. Sistem dropshipping merupakan transaksi jual beli antara pihak

69
dropshipper dengan supplier, di mana pihak dropshipper menentukan harga
barang atau produk sendiri, namun setelah pesanan barang masuk, pihak
dropshipper akan langsung membeli barang dari supplier. Metode kerja sama
dalam sistem dropshipping ini secara umum ada dua macam, yaitu: pihak
supplier memberikan harga ke dropshipper, selanjutnya pihak dropshipper akan
menjual dan memasarkan produknya dengan menentukan harga sendiri dengan
mengambil keuntungannya, yang kedua produk atau barang telah ditentukan
harganya sejak awal, termasuk keuntungan bagi dropshipper untuk setiap barang
atau produk yang terjual. Metode yang pertama inilah yang dianggap paling
mudah dan banyak digemari oleh para pelaku bisnis dropshiping
Metode yang kedua akan ada biaya pendaftaran dan terdapat batas
minimal penjualan barang pada awalnya. Dalam dropshipping ini pihak
dropshipper hanya menjadi tempat perantara untuk mempromosikan barang atau
produk melalui toko online dengan memasang gambar, kriteria barang dan
harga. Sistem dropshipping ini memiliki banyak keuntungan dibandingkan
dengan sistem yang lainnya. Dropshipping juga memiliki potensi untuk
membuka kesempatan kerja baru. Dalam hal ini apabila pelaku dropshipping
halnya menjual barang atau produk berdasarkan gambar saja dan barang belum
menjadi hak miliknya maka akad jual beli seperti ini adalah dilarang dalam
Islam. Berdasarkan wawancara dengan pemilih Sport SCR Seven Banda Aceh
mengatakan bahwa:
Saya bekerja sesuai dengan job deskripsi yang telah dijelaskan oleh
pemilik toko ini, mengenai hal jual beli dalalm Islam belum memahami
secara keseluruhan, akan tetapi tahu tentang etika dalam jual beli
serta jual beli yang tidak diperbolehkan.

Terkait dengan pemahaman pemilik Sport SCR Seven tentang jual beli
menurut ekonomi syariah belum terlalu mendalam, mereka halnya mengetahui
pemahaman dasar mengenali jual beli dalam Islam, pemilik Sport SCR Seven
dengan baik dan profesional sesuai dengan arahan dari pemilik toko. seluruh jenis
tranksaksi harus memberikan manfaat pada pihak penjual dan pembeli, oleh
karenal itu keduanya wajib memenuhi rukun dan syarat tertentu. Ini pulalah yang

70
menentukan boleh tidaknya di dalam Islam sendiri menentukan terkait jual beli
yang dibolehkan ataupun yang tidak dibolehkan. Pemilik Sport SCR Seven juga
menuturkan bahwa
Saya mengetahui bila penjualan online sepertinya telah memenuhi syarat
dalam ketentuan hukum Islam apalagi ini toko online yang besar seperti
shopee dan tokopedia serta ada MUI yang selalu mengontrol jadi telah
sinkron dengan ketentuan tersebut.

Keterangan di atas menjelaskan bahwa pihak Sport SCR Seven


menggunakan salah satunya akad salam dalam menjalankan bisnis dropshipping
ini. Hal ini berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti dalam wawancara
langsung dengan Sport SCR Seven, yakni mengatakan bahwa:
Dalam melakukan penjualan dropshipping ini pembayaran dilakukan di
awal proses transaksi, dengan menyertakan harga, nama produk atau
barang, jumlah, spesifikasi barang, kemudian barang akan diterima oleh
pembeli sesuai perjanjian awal yang telah disepakati.

Berdasarkan jawaban dari narasumber, akad salam dalam jual beli


dropshipping yang dilakukan pihak Sport SCR Seven ialah akad transaksi dalam
jual beli yang di mana proses pembayaranya dilakukan di muka dan penyerahan
barang dilakukan di akhir sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati oleh
kedua pihak, yakni penjual dan pembeli. Jual beli dengan akad salam ini
diperbolehkan dalalm Islam, dengan syarat adanya kejelalsan barang, jumlah,
ukuran, timbangan dan batas waktu yang telah ditentukan. Hal ini berlandaskan
pada salah satu hadits Rasulullah SAW. “Rasulullah SAW datang ke Madinah,
dan pada saat itu orang banyak sedang mengadakan salam pada tamar untuk
jangka waktu dua dan tiga tahun. Maka Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa menghutangkan, hendaklah ia menghutangkan dalam harga
yang diketahui dan timbangan yang diketahui, hingga masal yalng
diketahui.”
Dalam akad salam, ada rukun dan syarat-syarat sah yang harus
dipenuhi. Rukun dalam akad salam di antaranya:

71
1) Pihak yang melakukan akad yang disebut aqid, dalam akad salam
penjual dinamakan muslam ilaih, sedangkan pembeli dinamakan
muslam.
2) Objek, objek dalam akad salam berupa barang dan harga yang telah
dipesan. Dalam hal ini objek jual beli yakni barang disebut dengan
muslam fih. Barang yang dipesan harus diketahui dengan jelas
spesifikasinya dan waktu penyerahannya.
3) Ijab qabul yang disebut sighat. Sighat disyaratkan harus sesuai dengan
aturan syariat Islam. Ijab berarti pernyataan dari penjual kepada
pembeli sedangkan qabul berarti penerimaan pembeli atas ijab yang
dilakukan oleh pembeli.
Syarat sah jual beli dengan akad salam ialah sebagai berikut:
1) Aqid atau pihak yang melakukan akad disyaratkan baligh, berakal dan
mumayiz.
2) Objek akad dalam hal ini berupa barang harus jelas dari berbagai aspek
spesifikasinya.
3) Uang untuk pembayaran harus jelas dan terukur. Mayoritas ulama fiqih
berpendapat pembayaran dalam akad salam harus dilakukan di tempat
berlangsungnya akad agar tidak menjadi piutang penjual.
4) Sighat disyaratkan harus jelas dinyatakan, sejalan, dan tidak
dipisahkan oleh suatu hal yang dapat memalingkan dari maksud dan
tujuan akad. Menurut tinjauan dalam ekonomi syariah, pihak yang
melakukan sistem penjualan dropshipping tergolong dalalm akad
wakalah. Hal ini disebabkan oleh pihak dropshipper hanya menjadi
perantara. Dalalm pelaksanaannya akad wakalah ini sama seperti akad
salam diperbolehkan apabila telah memenuhi rukun daln syarat
sahnya.
Terdapat empat hal yang harus dipenuhi dalam akad wakalah yakni: 1)
orang yang mewakilkan atau disebut muwakkil, dalam akad ini seorang muwakkil
harus berstatus sebagai pemilik sah dari suatu hal atau urusan serta memiliki hak
penuh atas hal atau sesuatu tersebut. 2) orang yang mewakili atau disebut wakil.

72
Syarat dari orang yang mewakili ialah baligh, berakal, dan mumayiz. 3) objek
yang diwakilkan atau muwakkal fih, disyaratkan pekerjaan atau suatu hal tersebut
dapat diwakilkan atau dapat digantikan. 4) Sighat atau ijab qabul. Sighat dalam
akad wakalah harus berupa lafal atau ucapan yang menunjukkan atau mengarah
pada maksud mewakilkan dengan disertai sikap ridho dari pihak muwakkil.
Sebelum terjalin hubungan kerja sama dengan para supplier, pihak Sport
SCR Seven telah menentukan kesepakatan di awal. Pemilik toko Sport SCR Seven
menuturkan sebagai berikut:
Sebelum mengambil barang dari supplier, di antara pihak toko dengan
supplier telah menentukan kesepakatan yang telah sama-sama disetujui,
untuk masalah penentuan harga pihak supplier tidak menentukan, dalalm
hal penentuan harga pihak Sport SCR Seven yang menentukan sendiri, hal
ini sekiranya dapat jadikan penentuan keuntungan yang akan diperoleh
pihak Sport SCR Seven.

Dalam Islam, bentuk kerja sama ini dapat tergolong ke dalam akad
samsarah. Akad Samsarah ialah perantara antara pihak penjual dan pembeli
sebagali pihak yang menjualkan barang atau mencarikan pembeli untuk penjual.
Pada umumnya pihak yang terlibat dalam akad samsarah yang dalam hal ini
seorang dropshipper akan mendapatkan upah dari supplier karena telah
menjualkan barangnya, namun hal ini berbeda dengan praktik yang terjadi dalam
kesepakatan pihalk Sport SCR Seven dengan para suppier. Daam Islam bentuk
kerja sama seperti ini diperbolehkan karena adanya kesepakatan yang telah
disetujui oleh kedua belah pihak dan atas dasar keridhaan.

73
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:

1) Implementalsi jual beli dengan sistem dropshipping yang


dilakukan oleh pihak Sport SCR Seven disimpulkan bahwa sistem jual
beli melalui dropshipping adalah jual beli barang atau produk secara
online dengan cara penjual atau dropshipper tidalk memiliki barang,
barang yang dipesan akan dikirimkan oleh suppier kepada para pembeli
dengan nama pengirim pihak Sport SCR Seven. Penerapan sistem
dropshipping oleh Sport SCR Seven mampu meningkatkan jumlah
penjualan meskipun peningkatan penjualan tidak hanya dari penerapan
sistem dropshipping, namun sejak penggunaan sistem ini, penjualan toko
bertambah.
2) Pandangan ekonomi syariah terhadap implementasi jual beli dengaln
sistem dropshipping yang dilakukan pihak Sport SCR Seven telah
memenuhi syarat daln rukun dalam jual beli menurut Islalm. Sistem
dropshipping ini dalam praktiknya menggunakan akad salam dan juga
akad wakalah. Proses dan alur jual beli dropshipping adalah sistem
yang diperbolehkan karena telah sesuali dengan syariat Islalm.

5.2 Saran
Pada penelitian yang selalnjutnya diharapkan menggali lebih dalam
tentang sistem dropshipping, tentang bagaimana pengaruh sistem
dropshipping dalam kehidupan ekonomi secaral lebih signifikan.

1) Bagi penjual barang dropshipping untuk memilih supplier yang


dalpalt dipercaya dengan kualitas barang yang bagus karenal hal ini
akan berpengaruh terhadap reputasi toko daln tingkat

74
kepercayaan konsumen, terlebih untuk segera mengembangkan
usaha dengan cara memproduksi barang sendiri.

2) Bagi pembeli, khususnyal pembeli melalui sistem online, untuk


tetalp waspada terhadap adanya unsur penipuan, apabila terjadi
kesalahan dalam pengiriman balralng segera mengajukan komplain
kepada penjual atau dropshipper agal segera diproses.

3) Bagi supplier sebagai pihak yang paling berperan terhadalp sistem


dropshipping diharapkan bisa bekerja sama dengan profesional
dengaln palral dropshipper karena kepuasan konsumen tergantung
pada barang dalri supplier.

75
DAFTAR PUSTAKA

Abdulah Amrin, Meraih Berkah Melalui Asuransi Syariah, Jakarta:


Gramedia, 2011)

Adiwarman A Karim, Fiqh Ekonomi Keuangan Islam, (Jakarta: PT. Raja


Grafindo Persada,20018), h.71-72.

Afandi, M. Y. (2009). Fiqh muamalah dan implementasinya dalam lembaga


keuangan syariah. Logung Pustaka.
Agus, Dernawan dkk, Solusi Berasuransi : Lebih Indah Dengan Syariah Cet 1,
(Bandung: PT.Karya Kita, 2009), h. 94

Ahmad Syafi’i, Step By Step Bisnis Dropshiping dan Reseller, (Jakarta: PT. Elex
MediaKomputindo,2013), h.2.

Akbar, M. A., & Alam, S. N. (2020). E-COMMERCE: Dasar Teori Dalam Bisnis
Digital. Yayasan Kita Menulis.

Amalia, Alfi, Wahyu Hidayat, and Agung Budiatmo. “Analisis Strategi


Pengembangan Usaha Pada Ukm Batik,” n.d., 1–12

Amrin, A. (2007). Strategi pemasaran asuransi Syariah. Gramedia Widiasarana.

Ascary. (2011). Akad dan Produk Perbankan Syariah, cet.3. Jakarta: Rajawali
Press.

Ayub, M. (2013). Understanding islamic finance. Gramedia Pustaka Utama.


Azzam, A. A. (2010). Fiqh Muamalat Sistem Transaksi dalam Fiqh Islam.
Jakarta:
Amzah.
Azzam, A. A. (2010). Fiqh Muamalat. Jakarta: Sinar Grafika Offset.
Badri, M. A. (2015). Jual beli sistem dropshipping. dalam majalah Al-Furqon,
(156).

Chairuman Pasaribu dan Suhrawadi, Hukum Perjanjian Dalam Islam, Jakarta;


SinarGrafika, 1990.
76
Dernawan, Agus dkk. Solusi Berasuransi : Lebih Indah Dengan Syariah Cet 1.
Bandung: PT.Karya Kita. 2009.

Djamil Abdul, R. "Asas-Asas Hukum Islam." Bandung: Mandar Maju (1992).

Fahmi, F. (2018). Kesesuaian akad jual beli dropship dengan fatwa MUI (Studi
Kasus pada Marketplace Bukalapak). Skripsi—UIN Syarif Hidayatullah.
Faulidi Asnawi, Haris. Transaksi Bisnis E-commerce Perspektif Islam, cet.1.
Yogyakarta: Magista Insania Press, 2004.
Feri Sulianta, Trobosan Berjualan Online ala Dropshipping, (Yogyakarta: Penerbit
Andi,2014), h.2.
Gemala Dewi, S. H. (2018). Hukum Perikatan Islam di Indonesia. Prenada Media.
Harahap, S. S. (1992). Akuntansi pengawasan & manajemen dalam perspektif
Islam. Fakultas Ekonomi, Universitas Trisakti.

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), h.5 Hendi
Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta, Raja Grafindo, 2013.
Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, 2006, Jakarta, Dewan Syariah
Nasional Majlis Ulama’ Indonesia, h.24
Huda, M. (2021). Bisnis Web Hosting: Teknologi Pendukung Untuk Menjalankan
Usaha Web Hosting. Bogor : Bisakimia .
Idris. (2016). Hadis Ekonomi Dalam Perspektif Hadis Nab. Jakarta: Prenada
Media Group.
Imam Mustofa, Fiqih Muamalah Kontemporer, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h.
86
Ismail, M. (2002). Menggagas Bisnis Islam. Jakarta: Gema Insani Press.
Isnawati. (2018). Jual Beli Online Sesuai Syariah. Jakarta Selatan: Rumah Fiqih
Publishing.
Iswidharmanjaya, Derry, Dropshipping Cara Mudah Bisnis Online, (Jakarta: PT
ElexMedia Komputindo, 2012), h.7.
Jubilee Enterprise, Toko Online Dropshipping dengan wordpress, (Jakarta : PT
Elex Media Komputindo), h. 159.

77
Juhaya S. Pradja, Ekonomi Syari’ah, (Bandung:Pustaka Setia, 2012), h.107
Junaidi, Pengaturan Hukum Perbankan Syari’ah di Indoneasia, ( Jakarta: UIN-
Malang Pers, 2009),h. 84
Karim, A. A. (2001). Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer. Jakarta: Gema
InsaniPress.
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, Pasal 103 Ayat (1-3)

komputer, wahana, 2013. Membangun Usaha Bisnis Dropshipping. Jakarta: PT.


ElexMedia Komputindo.

Khuzaimah, N. (2019). Jual Beli Online dengan Drop Shipping Perspektif Fiqh
Muamalah (Studi Kasus Mahasiswa Jurusan Ekonomi Syari’ah Angkatan
2015 IAIN Metro) (Doctoral dissertation, IAIN Metro).

Lubis, Suhardi K. "Hukum Ekonomi Indonesia." Jakarta: Sinar Grafika, tt (2000).


M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Fiqh Muamalah),
(Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2003), h.143

Mardani, Fiqh Ekonomi Syari’ahh, h.29.


Mas’adi, Ghufron A, Fiqh Muamalah Kontekstual, (Jakarta: PT Raja Grafindo,
2002), h. 143
Muflihatul Bariroh, “Transaksi Jual Beli Dropshipping dalam Perspektif Fiqh
Muamalah”,dalam AHKAM, (Tulungagung: IAIN Tuluagung), Vol.4
No.2, November 2016: 199-216, h.6

Nasrun, H. (2007). Fiqh Muamalah. Jakarta: Gaya Media Pratama

Neogroho, A. (2010). TeknologiKomunikasi. Yogyakarta: GrahaIlmu.


Novrianda, H., Shar, A., & Arisandi, D. (2022). Peningkatan kinerja pemasaran
UMKM di Provinsi Bengkulu melalui penerapan teknologi pemasaran
digital. Surya Abdimas, 6(1), 189-199.
Prihatna, Henky. 2005. Kiat praktis menjadi web master professional. Jakarta. :
PT.Elexmedia computer.
Parmujianto, P. (2019). Analisis Fikih Muamalah Kontemporer Terhadap Jual

78
Beli Online Dengan Sistem Transaksi Dropship (Kajian Hukum Islam). Al
Qodiri: Jurnal Pendidikan, Sosial Dan Keagamaan, 16(1), 83-103. Purnomo, C.
H. (2012). Jualan Online Tanpa Repot dengan Dropshipping.
Jakarta: Gramedia.
Purnomo, Catur Hadi, Jual Beli Online Tanpa Repot dengan Dropshipping, (Jakart
PT Elek media komputindu, 2012), h. 4

R. Abdul Djamil, Hukum Islam Asas-Asas Hukum Islam, Bandung; Mandar Maju,
1992.Rahmad Syafe’i, Fiqh Muamalah, Semarang: Pustaka Setia, 2001.
Rahmat Syafie’i, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), h. 33
Romdhon, Muhammad Rizki. Jual Beli Online Menurut Madzhab Asy-Syafi‟i.
Tasikmalaya: Pustaka CIpasun. 2015.
Setyawati, Amelia, 2017. Keunggulan Bersaing dan Kinerja UMKM (Tinjauan
Empirik Terhadap Pengembangan Usaha). Malang: PT Media Nusa
Creative

Sudjilah, 2020. Pemberdayaan UMKM dan Keunggulan Bersaing. Malang: PT


Media NusaCreative.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :


Alfabeta.
Sumar’i, Konsep Kelembagaan Bank Syari’ah,( Yogakarta: Graha Ilmu, 2012),
h.35

Sunarto, Andi. Seluk Beluk E-Commerce, Yogyakarta: Gaya Ilmu, 2009.

Syafe’I, R. (2000). Fiqh Muamalah. Bandung: Pustaka Setia. Syafi’i, A. (2013).


Step ByStep Bisnis Dropshiping dan Reseller. Jakarta: PT. Elex Media.

Syarifuddin, A. (2010). Garis-Garis Besar Fiqh. Jakarta: Kencana.

Tulus Tambunan, UMKM DI INDONESIA. Bogor: Ghalia Indonesia, 2009.


Wahana. (2013). Membangun Usaha Bisnis Dropshipping. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.

79
Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, Beirut: Dar al-Fikr, 1989.
Wijaya, Gunawan dan Kartini Muljadi. Seni Hukum Perikatan. Cet 1: Jakarta; PT
Raja Grafindo, 2003.
Wirdianingsih, Dewi, et.al. Hukum Perikatan Islam di Indonesia cet 2. Jakarta:
Kencana. 2005.
Yusuf, S. (2002). Pelaku Usaha, Konsumen dan Tindak Pidana
Korporasi. Jakarta. Ghalia Indonesia.

80
LAMPIRAN
Lampiran 1. 1 Instrumen Wawancara Penelitian
Informan 1
Pakar Ekonomi Islam ( Jalaludin ST. MA)
1. Bagaimana menurut bapak tentang transaksi dropshipping yang sedang
berkembang sekarang?
2. Apakah dropshipping dapat menjadi alternatif dalam pertumbuhan
UMKM?
3. Akad apa yang mungkin di implementasikan pada sistem dropshipping
4. Apa saran bapak terkait alternatif transaksi dropshipping?
Informan 2
Pemilik toko Sport SCR Seven
1. Sejak kapan menjual barang online dengan sistem dropshipping?
2. Bagaimmana mengenai spesifikasi barang yang anda jual dalam sistem
dropshipping?
3. Apa yang membuat anda tertarik melakukan jual beli sistem dropshipping?
4. Apakah ada konsumen komplain dengan kualitas barang yang anda jual?
5. Bagaimana jika ada cacat pada barang yang diperjual belikan?
6. Apakah anda telah memiliki izin resmi kepada distributor dalam penjualan
dropshipping?
7. Apa saja kelebihan dan kekurangan dalam jual beli online dropshipping?
8. Berapa pendapatan yang didapatkan setelah menggunakan sistem
dropshipping?
9. Bagaimana perkebangan aset setelah menggunakan sistem dropshipping?

81
Lampiran 1. 2 Transkip Wawancara Penelitian
Pakar Ekonomi Islam ( Jalaludin ST. MA)

1. Bagaimana menurut bapak tentang transaksi dropshipping yang sedang


berkembang sekarang?
Menurut saya sejauh ini transaksi dropshipping berkembang dengan sangat
baik. hal ini juga perlu di ingat selama transaksi dropshipping ini
dijalankan sesuai dengan akad dan syariat islam maka hal ini sangat bisa
berdapak positif bagi pihak dropshipper dan supplier. Saya pribadi sangat
mendukung dengan berkembangnya sistem dropshipping ini, khususnya
bagi usaha muda yang ingin menjadi pengusaha tanpa modal.

2. Apakah dropshipping dapat menjadi alternatif dalam pertumbuhan


UMKM?
Tentunya, karena ini berkaitan erat dengan UMKM yang dimana sistem
dropshipping ini memiliki sifat mutualisme yang artinya sama-sama
menguntungkan. Dari supplier barangnya bisa terbantu terjual lebih
banyak dan juga lebih cepat dan sedangkan pihak dropshipping bisa
berjualan tanpa harus memiliki barang dari supplier terlebih dahulu, Jadi
bisa berjualan tanpa harus stok barang dan tidak harus memiliki modal
yang besar. Tentu ini turut membantu mengembangkan sebuah usaha dan
juga melahirkan usaha baru.

3. Akad apa yang mungkin di implementasikan pada sistem dropshipping


Sejauh ini akad yang digunakan lebih condong ke arah akad ba’i salam,
karena pada saat dropshipping terjadi barang dari supplier itu sudah ready
atau tersedia stoknya. Mungkin akad istishna bisa terjadi dalam transaksi
dropshipping ini tetapi itu masih jarang kita temui bahkan hampir tidak
ada.

82
4. Apa saran bapak terkait alternatif transaksi dropshipping?
Saran saya transaksi ini bagus untuk di kembangkan karena memiliki
dampak yang sangat positif, bahkan dengan adanya alternatif transaksi
dropshipping ini tentu sangat baik bagi para pedagang yang sudah
memulai dan juga baik untuk para calon pedagang yang ingin berdagang
tetapi terkendala dengan modal yang terlalu besar. Yang terpenting
transaksi harus sesuai dengan syariat Islam, jangan ada tipu menipu dan
unsur-unsur haram dalam transaksi ini.

Pemilik toko Sport SCR Seven

1. Sejak kapan menjual barang online dengan sistem dropshipping?

Saya mulai berjualan barang dengan sistem dropshipping ini sejak tahun
2012, saat itu usia saya masih muda dan tentunya karena bukan lahir dari
orang kaya maka saya harus mencari cara agar bisa berjualan dengan
modal yang kecil. Maka itu bermodalkan relasi yang saya kenal melalui
Facebook, Twitter, dan Kaskus saya mencoba mengambil beberapa
sampel foto dari mereka para supplier dan saya post di akun jual beli
online milik saya. Itu menjadi langkah awal dari pada berdirinya usaha ini.

2. Bagaimmana mengenai spesifikasi barang yang anda jual dalam sistem


dropshipping?

Saya dan tim dari usaha toko Sport SCR Seven selalu berkomunikasi
dengan para supplier untuk berupaya melihat langsung spesifikasi atau
kualitas produk agar tetap sesuai dengan barang yang akan dijual. Kegitan
pengecekan barang dari para suppplier merupakan salah satu hal yang
paling penting, karena berkaitan dengan kepercayaan para konsumen. Bagi
saya konsumen adalah yang paling utama karena apabila para konsumen
kecewa dengan barang yang kita kirim tentunya mereka akan kecewa dan

83
berpengaruh ke reputasi toko dan saya selalu berusaha semaksimal
mungkin memberikan yang terbaik untuk barang yang akan saya kirim.

3. Apa yang membuat anda tertarik melakukan jual beli sistem dropshipping?

Saya terarik melakukan jual beli dengan sistem dropshipping karena ini
mudah dilakukan dan tentunya menguntungkan. Sebenarnya ketertarikan
itu berawal dari ketidak mampuan saya dalam membeli barang dan lalu
dijual. Karena jualan tentunya harus memiliki barang untuk di jual, akan
tetapi terkendala modal. Memiliki bebrapa rekan yang sudah maju di
bidang jual beli barang olahraga maka saya menawarkan kerja sama
kepada supplier untuk menjual barangnya miliknya secara online melalui
toko online saya. Melihat potensi yang cukup positif maka supplier
membolehkan dan hingga saat ini masih terus berjalan

4. Apakah ada konsumen komplain dengan kualitas barang yang anda jual?

Komplain barang pernah terjadi pada saat awal-awal merintis usaha ini.
hal itu terjadi karena kurangnya komunikasi saya dan supplier. ketika
konsumen memesan barang di toko saya, pada saat itu barang tertulis
ready stok maka si konsumen langsung memesan, kemudian begitu saya
cek ke supplier ternyata barangnya sudah sold out total. Karena tidak ingin
pelanggan saya kecewa maka saya akan mengirim barang yang di pesan
setelah ready stok kembali yang artinya terjadi keterlambatan pesanan tiba
ke tempat konsumen dan komplain pun terjadi karena barang terlalu lama
sampai.

5. Bagaimana jika ada cacat pada barang yang diperjual belikan?

Toko saya sangat mampu meyakinkan para konsumen. Hal ini terbukti
karena saya menjamin apabila barang yang di terima itu cacat maka bisa
di
84
tukar tanpa biaya tambahan sepeserpun tetapi dengan syarat harus di
rekam pada saat unboxing. Hal ini terbukti sangat efektif untuk membuat
para konsumen percaya kepada toko Sport SCR Seven.

6. Apakah anda telah memiliki izin resmi kepada distributor dalam penjualan
dropshipping?

Tentunya, saya sudah lama memilki izin dari supplier. Sejak pertama kali
saya dropshipping saya sudah memiliki izin karena bagi saya itu penting
untuk meyakinkan konsumen.

7. Apa saja kelebihan dan kekurangan dalam jual beli online dropshipping?

Dropshipping tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangan, kalau biacara


kelebihan:

a. Hanya memerlukan modal yang kecil Dengan sistem dropshipping,


tidak perlu modal awal untuk melakukan pembelian barang kepada
supplier, dengan demikian dapat meminimalkan jumlah modal.
b. Meminimalisir resiko kerugian Dalam sistem dropshipping, barang
hanya akan dijual jika ada pesanan dari konsumen, sehingga dapat
meminimalisir resiko kerugian baik akibat stok barang yang belum laku
dijual maupun akibat adanya konsumen yang melakukan pembatalan
transaksi (hit and run).
c. Mudah untuk dijadikan pekerjaan sampingan Karena anda tidak perlu
melakukan pemantauan stok maupun produksi barang secara terus
menerus, sehingga tidak banyak menyita waktu.

kerugian atau risiko jual beli dropship diantaranya adalah:


a. Risiko bagi dropshipper adalah nama baik menjadi taruhan karena
marketer bisa melakukan over claim atas produknya.

85
b. Risiko dropshipper bergantung pada marketer besar karena tanpa
berusaha memasarkan sudah ada penjualan
c. Risiko dropshipper terlalu percaya diri kepada kulaitas pada
supplier produknya melalui sistem dropship.

8. Berapa pendapatan yang didapatkan setelah menggunakan sistem


dropshipping?

Kalau masalah pendapatan tentu beragam. waktu awal saya mulai


dropshipping itu masih rendah karena penggunaan situs jual beli online
masih sangat rendah. Paling saya bisa menghasilkan 200-500 ribu per
bulan. Tapi kalau bicara sekarang tentunya sudah sangat meningkat,
karena jaringan saya juga sudah terbilang luas.

9. Bagaimana perkebangan aset setelah menggunakan sistem dropshipping?

Kalau bicara aset pastinya sudah sangat berkembang, karena saya sudah
membuka toko yang sudah ready beberapa barang yang awalnya hanya
saya dropship dari suplier.

86

Anda mungkin juga menyukai