Anda di halaman 1dari 8

Tinjauan Pustaka

SINDROM N ERI KANKER PATOFISIOLOGI DAN KLASIFIKASI KLINIS


CANCER PAIN SYNDROME: PATHOPHYSIOLOGY AND CLINICAL CLASIFICATION
Yusak Mangara Tua Siahaan*

ABSTRACT
Cancer pain is a subjective and complex complaint that is a priority in the world of oncology because it affects
most aspects of the patient’s life, especially on quality of life and psychosocial responses. The recognition of cancer pain
syndromes and the ability to analyze differences in the underlying pathophysiology and etiology as clinical classification
are important because they determine the therapeutic and prognostic implications needed by cancer pain syndrome
sufferers. Pathophysiologically, cancer pain is divided into nociceptive pain, neuropathic pain or mixed pain.
Keywords: cancer pain, clinical classification, pathophysiology
A STRAK
Nyeri kanker merupakan suatu keluhan subjektif dan kompleks yang menjadi prioritas dalam dunia onkologi karena
mempengaruhi sebagian besar aspek dalam kehidupan penderita terutama pada kualitas hidup dan respon psikososial.
Pengenalan terhadap sindrom nyeri kanker (SNK) dan kemampuan menganalisa perbedaan dari patofisiologi dan etiologi
yang mendasari penting sebagai klasifikasi klinis karena menentukan implikasi terapi dan prognosis yang diperlukan oleh
penderita sindrom nyeri kanker. Berdasarkan patofisiologinya, nyeri kanker dapat dibagi menjadi nyeri nosiseptif, nyeri
neuropatik ataupun nyeri campur.
Kata Kun i: klasifikasi klinis, nyeri kanker, patofisiologi
Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan / RS Siloam Karawaci, Indonesia, Tangerang, Indonesia.
Korespondensi yusak.siahaan@lecturer.uph.edu

PENDAHULUAN
Nyeri kanker merupakan suatu keluhan PEMBAHASAN
subjektif dan kompleks yang menjadi prioritas dalam Patofisiologi N eri Kan er
dunia onkologi karena mempengaruhi sebagian besar Klasifikasi dari sindrom nyeri kanker yang
aspek dalam kehidupan penderita terutama pada umum dan paling banyak digunakan dalam berbagai
kualitas hidup dan respon psikososial.1 Nyeri dapat literatur ialah klasifikasi berdasarkan patofisiologi
terjadi pada tiap tahapan perjalanan penyakit bahkan nyeri dimana sebagian besar penderita nyeri kanker
dapat menjadi keluhan yang pertama kali dirasakan akan mengalami 2 jenis nyeri yakni nyeri nosiseptif
saat terdiagnosa keganasan. Sindrom nyeri kanker dan nyeri neuropatik (Tabel 1).2,6,7 Kedua jenis
didefinisikan sebagai manifestasi nyeri yang terjadi nyeri tersebut dapat terjadi bersamaan pada seorang
pada penderita kanker akibat progresivitas penyakit penderita kanker dan dikenal sebagai jenis nyeri
maupun intervensi diagnosa ataupun terapi kanker campur.3,4,7 Dalam suatu studi metaanalisis, didapat
yang didapatkan.1,2 Suatu studi memperkirakan 30- 59% penderita kanker mengalami nyeri nosiseptif,
50% dari penderita kanker akan mengalami sindrom 19% nyeri neuropatik sedangkan 20% lainnya
nyeri kanker tersebut.3,4 Pengenalan terhadap sindrom mengalami nyeri campur.2
nyeri kanker dan kemampuan menganalisa perbedaan N eri nosiseptif
dari etiologi yang mendasari penting karena Merupakan jenis nyeri yang terjadi akibat
menentukan implikasi terapi dan prognostik yang adanya perlukaan pada jaringan kulit, tulang, otot
diperlukan oleh penderita sindrom nyeri kanker.1-3 maupun organ visera.7,8 Stimulasi noksius pada
Salah satu upaya untuk mempermudah diagnosa jaringan tersebut akan mengaktivasi ujung-ujung saraf
dan tatalaksananya adalah melalui pengklasifikasian aferen nosiseptor dan ditrasmisikan melalui serabut
nyeri kanker yang umumnya berdasarkan intensitas, saraf C dan A-d menuju medulla spinalis sehingga
onset, lokasi, dan patofisiologi nyeri. dipersepsikan sebagai rasa nyeri.8 Pada penderita
kanker, nyeri nosiseptif umumnya terjadi akibat

Neurona Vol. 38 No. 4 September 2021 292


Tinjauan Pustaka
Tabel 1. Diagnosis anding N eri Nosiseptif dan Neuropati
N eri Nosiseptif
N eri Neuropati
N eri somati N eri Visera
Injuri pada otot, Kompresi, infiltrasi, Injuri sistem saraf
Patofisiologi tulang, jaringan distensi organ visera Saraf perifer, spinal cord
penyokong Sistem saraf pusat
Tajam Lebih difus, tidak Distesia/parestesia: tingling, terbakar,
Terlokalisir, terlokalisir, tumpul, tersetrum, pedih
Ge ala
berdenyut, seperti dan terasa kolik Hipoestesia; baal, kesulitan pada kemampuan
tertekan motorik halus, kelemahan otot
Nyeri alih ke area terdekat atau bagian distal Hipersensitifitas: alodinia, hiperalgesia
tubuh Hiposensitifitas: berkurangnya sensasi
Tanda
kutaneus pada vibrasi, temperatur, nyeri, dan
sentuhan ringan
Minggu hingga bulan Bulan hingga tahun
Durasi Nyeri membaik selama penyembuhan injuri Nyeri bertahan lebih lama dibandingkan
jaringan waktu penyembuhan yang diperkirakan
Pengaruh terhadap Lebih ringan dibandingkan nyeri neuropatik Sering lebih berat dibandingkan nyeri
ehidupan sehari nosiseptif
hari
Respon terhadap Berespon baik terhadap opioid dan medikasi Tidak memuaskan
Opioid nyeri
Opioid dengan atau tanpa analgesik adjuvan Hampir selalu membutuhkan terapi
kombinasi
Mana emen
Nyeri adjuvant (antikonvulsan,
antidepressant) dengan opioid

pertumbuhan tumor atau sel kanker yang membesar otot pada area kerusakan jaringan oleh kanker,
sehingga menginfiltrasi atau mendesak jaringan tubuh insisi pascaoperasi, induksi radioterapi ataupun
lainnya.4-8 Secara umum nyeri nosiseptif terdiri dari kemoterapi.10,13 Nyeri nosiseptif somatik terjadi
nyeri somatik dan nyeri visera. Karakteristik nyeri karena adanya stimulasi nosiseptor pada kulit, otot,
nosiseptif somatik umumnya berupa nyeri tajam, sendi dan jaringan ikat yang ditransmisikan oleh
terlokalisir, berdenyut, dan terasa ditekan, sedangkan serabut saraf A-d dan C menuju kornu dorsalis,
nyeri nosiseptif visera muncul akibat sekunder dari mencapai talamus dan pusat lain di otak. Nyeri
penekanan, infiltrasi, atau distensi dari organ visera dirasakan sebagai sensasi yang dapat dirasakan
seperti toraks atau abdominal sehingga karakteristik dengan jelas dan dapat dilokalisasi dengan baik.11
nyeri lebih tumpul dan difus.6-11 Pada struktur somatik, pertumbuhan tumor tidak saja
Sel kanker mensekresi beberapa mediator menyebabkan kerusakan jaringan tetapi juga memicu
yang memodulasi nosiseptor. Mediator yang jaringan untuk memproduksi mediator in amasi
disekresi secara langsung diantaranya proton (H+), yang akan mengaktivasi nosiseptor primary ending
Endotelin-1 (ET-1), TNF , Nerve Growth Factor of afferent sensory neuron, mediator in amasi
(NGF), tripsin, dan opioid, dedangkan mediator yang yang dilepaskan diantaranya ATP, ion Potassium,
disekresi secara tidak langsung adalah bradikinin Substansi P (SP), bradikinin (BK), serotonin (5HT)
(BK) dan triaptase.3,12 dari platelet, histamin dari sel mast, serta mediator
jaringan lain seperti prostaglandin (PG), nerve
N eri somati
growth factor (NGF), sitokin (TNF-α), proton (H+)
Nyeri somatik pada penderita kanker dapat
dan mengaktifkan 2 reseptor sensitif asam yakni
disebabkan oleh invasi pada tulang, sendi, otot, atau
reseptor vanilloid (TRPV1) dan kanal ion ASIC.3,11
jaringan penyokong, dapat juga diakibatkan spasme

293 Neurona Vol. 38 No. 4 September 2021


Tinjauan Pustaka
N eri isera kanker yang mengalami nyeri neuropatik tersebut.1,4
Nyeri visera merupakan nyeri yang Nyeri neuropatik pada kanker dapat terjadi akibat
disebabkan proses patologis yang terjadi pada adanya kerusakan pada sistem saraf perifer maupun
organ interna seperti metastase hepar, obstruksi sentral yang berhubungan dengan jenis kanker
biliaris, pankreatitis, obstruksi kolon atau usus kecil. dan intervensi terapi.8,9 Kerusakan sistem saraf,
Nyeri visera pada penderita kanker dibangkitkan diantaranya diakibatkan infiltrasi langsung sel
oleh berbagai kondisi seperti iskemik, spasme, kanker pada saraf, kompresi saraf, kemoterapi,
peradangan (pembentukan mediator in amasi radioterapi maupun toksisitas saraf. Karakteristik
sekunder) dari otot halus dan stimulus mekanikal nyeri neuropatik pada kanker berupa manifestasi
seperti kompresi atau traksi langsung pada ligamen, hipersensitif pada saraf seperti nyeri terbakar, sensasi
pembuluh darah atau mesenterika, maupun struktur listrik, kesemutan dan manifestasi hiposensitif seperti
neural yang memperdarahi organ visera. Serabut rasa baal dan kelemahan otot.9-12
nosiseptif organ visera berada pada saraf simpatetik Me anisme sensitisasi perifer pada n eri neuropati
dan parasimpatetik sehingga nyeri yang dibangkitkan Sensitisasi nosiseptor pada kerusakan
melalui aktivasi dari serabut tersebut tidak dapat serabut saraf akibat ekspansi tumor atau efek terapi
dilokalisasi dengan baik.3,11 dapat menyebabkan timbulnya nyeri neuropatik
Nosiseptor organ visera memiliki dua jenis melalui beberapa mekanisme, salah satunya adalah
reseptor yakni reseptor ambang tinggi dan ambang peningkatan densitas membran kanal-kanal natrium.5
rendah. Reseptor ambang batas tinggi akan Peningkatan densitas membran kanal natrium
teraktivasi oleh stimulus mekanik yang umumnya ganglia akar dorsalis (DRG) pada serabut saraf
didapat pada hati, paru paru, sistem pencernaan, yang mengalami kerusakan menyebabkan neuron
ureter dan kandung kemih sedangkan reseptor menjadi hipereksitabel dan mendorong timbulnya
ambang rendah merupakan reseptor yang teraktivasi aktivitas ektopik. Perubahan kanal-kanal ion tersebut
oleh stimulasi natural. Organ visera mengandung menyebabkan terjadinya sensitisasi, penurunan
aferen nosiseptif yang dalam keadaan normal akan ambang potensial aksi dan aktivitas spontan pada
bersifat “diam”. Aferen nosisptif tersebut akan neuron aferen primer yang rusak.5,9-10
tersensitisasi apabila terjadi peradangan lokal atau Mekanisme sensitisasi sentral pada nyeri neuropatik
cedera jaringan sehingga menjadi sensitif dan dapat
Neuron neuron kornu dorsalis akan memacu
teraktivasi oleh stimulus yang pada awalnya hanya
aktivitas traktus spinotalamikus sebagai bagian dari
merupakan stimulus natural dan tidak menyebabkan
jaras asending nosiseptif. Dampak dari aktivitas
perlukaan jaringan.3,6,11
spontan yang berasal dari input aferen mengakibatkan
Informasi viserosensori disampaikan melalui meningkatnya aktivitas jaras spinotalamikus,
serat aferen simpatis dan parasimpatis. Aferen meluasnya area penerima dan meningkatkan respon
nosiseptif dari organ visera toraks dan abdominal terhadap impuls aferen. Fenomena tersebut dikenal
berjalan sepanjang serat eferen simpatis. Aferen sebagai sensitisasi sentral yang ditandai oleh
toraks berjalan ke splanik sebelum menyatu ke meningkatnya aktivitas neuron sehingga ambang
paravertebra dan memasuki kornu dorsalis sedangkan batas stimulus menjadi lebih rendah. Sensitisasi
aferen abdomen berjalan ke pleksus seliaka dan tersebut berhubungan dengan aktivitas kanal ion
splanik toraks sebelum memasuki jalur simpatetik pada reseptor ( -amino-3-hydroxy-5-methyl4-
dan berakhir pada lamina I dan V medulla spinalis.3,5 isoxazolepropionic acid) AMPA dan N-metil-D-
N eri neuropati Aspartat (NMDA) yang berkaitan dengan fungsi
Nyeri neuropati merupakan jenis nyeri yang sistem inhibitorik sehingga memberikan gambaran
banyak diderita penderita kanker, Bennett dkk berupa alodinia dan hiperalgesia. Stimulus yang
memperkirakan terdapat 18,7–21,4% penderita terus menerus bisa menyebabkan kerusakan neuron

Neurona Vol. 38 No. 4 September 2021 294


Tinjauan Pustaka

Gambar 1. Klasifi asi Klinis Sindrom N eri Kan er

melalui proses apoptosis yang dipicu baik oleh intrahepatik yang luas, tumor primer yang berukuran
modulasi intrinsik Ca++ atau juga oleh gangguan besar, atau hepatomegali yang berkaitan dengan
enzimatik di neuron itu sendiri. 9-11 kolestasis dapat menyebabkan sensasi tidak nyaman
Klasifi asi Sindrom N eri Kan er pada regio subkostalis dekstra, dan pada beberapa
kasus pada daerah punggung kanan atau sekitarnya.
Klasifikasi sindrom nyeri kanker berdasarkan
Nyeri biasanya bersifat tumpul dan memberat saat
etiologi yang mendasari dapat berupa nyeri yang
perubahan posisi atau dapat berupa nyeri tajam saat
berhubungan dengan tumor secara langsung, nyeri
inspirasi dalam. Apabila terdapat keterlibatan dari
yang terkait intervensi (diagnosis ataupun terapi),
diafragma atau saluran empedu, nyeri dapat juga
dan jenis nyeri lainnya (nyeri sontak). (Gambar 1)
menjalar sampai ke bahu kanan atau regio skapula.3,12
N eri ter ait tumor
Karsinomatosis peritoneal dan obstruksi usus
Infiltrasi neoplasma pada tulang, sendi, kronik yang merupakan nyeri difus abdomen dapat
otot, dan jaringan penyokong dapat menghasilkan terjadi akibat distensi, peregangan mesenterium, atau
nyeri somatik yang persisten. Nyeri pada tulang iskemia mural yang berkaitan dengan karsinomatosis
belakang merupakan area metastasis tulang peritoneal atau obstruksi usus kronik. Kanker ovarium
tersering dan mengakibatkan nyeri punggung pada atau kanker kolorektal merupakan penyebab tersering
penderita. Proses infiltrasi tumor tersebut juga dapat dari keadaan ini. Nyeri dapat bersifat kontinu atau
menyebabkan kerusakan pada sistem saraf.11 kolik, dan dapat menjalar sesuai dengan dermatom
Sindrom nyeri visera akibat tumor4,5,11 12 dari segmen tulang belakang yang mempersarafi
Nyeri visera akibat penekanan tumor visera yang terkena. Mual, muntah dan konstipasi
mengakibatkan beberapa kondisi sesuai dengan seringkali menyertai keluhan nyeri.4,12
lokasi metastasis ataupun penekanan tumor yaitu Nyeri perineal maligna (rektal, genital, atau
seperti sindrom distensi hepar disebabkan adanya difus) perineal sering ditemukan pada tumor rektum
area sensitif nyeri pada liver adalah daerah kapsul, dan kolon, saluran reproduksi perempuan, dan
pembuluh darah, diafragma, dan saluran empedu. sistem genitourinarius daerah distal. Nyeri biasanya
Saraf aferen nosiseptif yang mempersarafi struktur- memberat pada posisi duduk atau berdiri, dengan
struktur ini berjalan melalui pleksus seliak, nervus atau tanpa tanda tenesmus atau spasme kandung
phrenus, dan nervus interkostalos inferior. Metastasis kemih yang berat.2,4,12

295 Neurona Vol. 38 No. 4 September 2021


Tinjauan Pustaka
Sindrom n eri neuropati a ibat tumor4,11,12 dengan lesi pada daerah yang lebih medial atau
Sindrom nyeri neuropatik dapat disebabkan daerah paraspinal mengalami nyeri pada daerah distal
oleh infiltrasi tumor atau kompresi pada saraf tepi, tungkai dan kaki, dan paha posterior. Tumor pelvik
radiks atau pleksus. Karakteristik nyeri umumnya dapat merusak pleksus sakral dengan manifestasi
berupa nyeri tajam dan disestesia (sensasi nyeri nyeri perineal dan juga tanda-tanda gangguan pada
abnormal seperti terbakar) sesuai dermatomal yang kandung kemih atau disfungsi usus besar. 4,12
terkena. Radikulopati dapat disebabkan oleh semua
Neuralgia kranialis merupakan nyeri umumnya bentuk keganasan yang menekan, mendistrosi,
dirasakan sebagai suatu sensasi seperti ditusuk pada atau menimbulkan peradangan pada radiks. Nyeri
daerah tenggorokan atau leher, yang menjalar sampai radikulopati dapat timbul sebagai akibat dari
ke telinga atau regio mastoideus. Nyeri dapat timbul metastasis leptomeningeal, tumor intradural (misalnya
spontan atau dicetuskan oleh gerakan mengunyah, meningioma, neurofibroma, atau ependimoma), atau
menelan, batuk, berbicara atau sentuhan pada tumor pada rongga epidural. Nyeri radikuler dapat
leher tetapi dapat juga bersifat episodik dan hilang bersifat kontinu atau intermiten, tumpul atau tajam
timbul. Neuralgia kranialis dapat diakibatkan proses atau disestetik yang berhubungan dengan kelainan
metastasis pada daerah basal tengkorak, sinus-sinus, neurologis yang ditemukan. 4,12
leptomeningen, atau jaringan lunak pada daerah N eri ter ait inter ensi2 4,9 14
kepala atau leher.4,12 Beberapa intervensi diagnosis pada kasus
Pleksopati merupakan nyeri kanker yang kanker dapat menimbulkan nyeri yang umunya
mekanismenya diperkirakan terjadi akibat kerusakan bersifat akut seperti pungsi lumbal, biopsi sumsum
pembuluh darah kecil dan infark pada pleksus tulang belakang, venapuncture, patasentesis dan
ataupun saraf akibat infiltrasi tumor. Gejala dan torakosintesis. Namun nyeri akibat intervensi
tanda biasanya menunjuk kepada lokasi yang spesifik diagnosis lebih jarang terjadi dengan derajat lebih
dari kerusakan saraf.2,4,12 Beberapa jenis pleksopati ringan dibandingkan nyeria akibat intervensi terapi.9-12
seperti, pleksopati servikalis yang terjadi akibat Sindrom nyeri akibat tatalaksana pengobatan
infiltrasi oleh suatu proses metastasis pada pleksus kanker (pembedahan, radiasi, atau kemoterapi)
daerah servikal dapat menyebabkan sensasi nyeri dapat menyebabkan nyeri somatik, visera, hingga
atau sensasi terbakar pada daerah periaurikuler, neuropatik yakni:
postaurikuler, regio anterior leher atau pada daerah
N eri pas a pembedahan
wajah, kepala dan juga bahu.4,12 Pleksopati brakialis
Nyeri pasca pembedahan yang persisten
merupakan infiltrasi pada pleksus brakialis paling
timbul akibat prosedur pembedahan menyebabkan
sering disebabkan oleh kanker paru, kanker payudara,
kerusakan pada jaringan dan berlangsung lebih dari
atau limfoma. Keterlibatan pleksus inferior dapat
3 bulan setelah pembedahan, nyeri tersebut menetap
menyebabkan nyeri hebat pada area siku, lengan
meskipun jaringan pada area lokasi telah mengalami
depan dan jari ke 4 dan 5 disertai kelemahan dan
proses penyembuhan.3 Kondisi ini umum terjadi
penurunan sensoris yang didahului oleh nyeri pada
pada penderita kanker yang menjalani torakotomi,
daerah bahu dan lengan atas.4,12
mastektomi, ataupun amputasi. Mekanisme yang
Jenis pleksopati lainnya yaitu pleksopati
paling umum berperan dalam nyeri pasca pembedahan
lumbosakralis. Kolorektal, servikal, kanker payudara,
adalah sensitisasi sentral.12
sarkoma, dan limfoma merupakan tumor yang paling
sering menyebabkan pleksopati lumbosakral. Pasien Nyeri pasca torakotomi memiliki insidensi
dengan gangguan pada dinding pelvik biasanya berkisar 5-65% pada penderita kanker yang ditandai
menderita pleksopati superior, dengan nyeri yang dengan munculnya nyeri neuropatik dengan distribusi
dirasakan pada regio inguinal dan sepanjang daerah hingga beberapa intercostal dari bekas luka operasi.
anterior dan medial dari paha, sedangkan pasien Traksi pada tulang iga serta reseksi merupakan

Neurona Vol. 38 No. 4 September 2021 296


Tinjauan Pustaka
penyebab paling sering terjadinya perlukaan saraf hilang secara spontan. Pleksopati brakhialis yang
intercostal. Nyeri umumnya menghilang secara diinduksi oleh terapi radiasi pada umumnya timbul
perlahan setelah beberapa bulan hingga tahun.12 berbulan-bulan sampai beberapa tahun setelah terapi
Nyeri pasca mastektomi memiliki angka selesai dilakukan.4
kejadian nyeri persisten pada pasien pascamastektomi Sindrom nyeri kronik dapaati diinduksi terapi
terjadi pada 20-50% pasien dalam bentuk alodinia radiasi.3,9 Terapi radiasi dapat menyebabkan sindrom
maupun nyeri phantom. Nyeri dirasakan pada area nyeri kronik yang berkaitan dengan kerusakan
diseksi post-aksila akibat perlukaan pada saraf terhadap visera, jaringan lunak maupun jaringan
intercostobrakial saat dilakukan diseksi kelenjar saraf. Pleksopati servikal, brakial atau lumbosakral
getah bening aksila.12 yang diinduksi radiasi paling sering muncul
Nyeri pasca amputasi merupakan nyeri berbulan-bulan sampai bertahun-tahun setelah terapi.
phantom umumnya dialami oleh penderita kanker Nyeri biasanya jauh lebih ringan dibandingkan
yang menjalani amputasi. Nyeri phantom adalah dengan pleksopati yang diakibatkan oleh suatu
pengalaman nyeri yang berkelanjutan yang dialami keganasan, kelemahan dan ganguan sensoris timbul
oleh penderita pada area tubuh yang telah dilakukan lebih dini berkaitan dengan limfoedema dan juga
amputasi. Nyeri dapat dirasakan seperti terbakar, perubahan lokal pada jaringan kulit. Mielopati kronik
gatal, ataupun tertekan dengan waktu nyeri yang akibat radiasi menimbulkan gejala-gejala sensoris,
bervariasi pada masing-masing penderita. Nyeri termasuk juga nyeri, yang secara umum mempercepat
phantom dapat terjadi akibat penyesuaian peta perkembangan dari kerusakan sistem motorik dan
somatotropik yang dialami sehingga memunculkan autonom. Nyeri biasanya dirasakan seperti suatu
gangguan persepsi akibat adanya anggota tubuh yang sensasi terbakar, terlokalisir pada daerah setinggi
hilang.12 kerusakan pada tulang belakang ke bawah.4,12
N eri pas a radioterapi N eri pas a emoterapi
Radioterapi yang digunakan pada penderita Obat-obatan yang digunakan pada kemoterapi
kanker dapat menyebabkan kerusakan sistem perlu didokumentasi untuk mengetahui efek
saraf pusat dan perifer sebagai manifestasi dari neurotoksik secara langsung maupun tidak langsung.
radionekrosis fokal. Pada sistem saraf pusat, radiasi Obat kemoterapi dapat mengaktivasi membran ion
mengenai substansia alba ataupun spinal cord (Na, Ca, K) ataupun reseptor (NMDA) pada dorsal
sedangkan kerusakan pada sistem saraf perifer dapat root ganglia dan dorsal horn neurons sehingga
berupa pleksopati brakialis dan lumbosakral ataupun mengubah ion sitosolik. Nyeri yang timbul umumnya
mielopati.3-4,9,12 pada bagian distal ekstremitas disertai rasa baal dan
parestesi. Beberapa jenis obat kemoterapi yang
Sindrom nyeri akut yang diinduksi terapi
diduga menimbulkan efek sitotoksik antara lain
radiasi terajadi pada 30-40% pasien yang menjalani
cisplatin, oxaliplatin, vincristine dan paclitaxel.4,12
terapi radiasi paliatif untuk metastasis tulang dapat
terjadi peningkatan intensitas nyeri tulang segera Mukositis oral merupakan komplikasi nyeri
setelah menjalani radioterapi. Nyeri dapat dirasakan akut yang paling sering ditemukan berkaitan
dengan intensitas lebih tinggi pada sebagian kecil dengan kemoterapi sistemik dan dapat timbul
pasien dan biasanya dikeluhkan sebagai suatu nyeri dalam 1–2 minggu paska pemberian terapi. Agen
multifokal yang memberat saat beraktivitas.4,12 kemoterapi yang diduga kuat berhubungan dengan
keadaan ini adalah methotrexate, 5- uorouracil dan
Neuropati yang diinduksi radiasi merupakan
doxotubicin. Nyeri dapat dirasakan sangat berat yang
nyeri pleksopati brakialis yang disertai parestesia dan
mengakibatkan keadaan gizi pasien memburuk.12-13
kelemahan pada ekstremitas atas dapat terjadi setelah
dilakukan terapi radiasi pada pasien dengan kanker Polineuropati yang diinduksi kemoterapi dapat
payudara. Nyeri yang bersifat akut tersebut dapat timbul sebagai sindrom nyeri akut maupun kronik

297 Neurona Vol. 38 No. 4 September 2021


Tinjauan Pustaka
pada pemakaian agen kemoterapi seperti vincristine, nyeri kanker penting dipahami oleh klinisi sehingga
paclitaxel, cisplatin, oxaliplatin, thalidomide dan melalui pemahaman patofisologi, lokasi tumor, dan
bortezomib.4,12 Manifestasi neuropati umumnya manifestasi klinisnya dapat ditentukan diagnosa
berupa nyeri dengan sensasi terbakar, parestesi dan yang tepat dan tatalaksana yang optimal di bidang
terkadang disertai kelemahan dan juga penurunan onkologi.
fungsi proprioseptif. Nyeri akut dapat menghilang DAFTAR PUSTAKA
dalam beberapa minggu dan kambuh pada saat 1. Roberto A, Deandrea S, Greco MT, Corli O, Negri
diberikan kemoterapi tambahan. Pada 15-50% kasus E, Pizzuto M, dkk. Prevalence of Neuropathic Pain in
nyeri ini dapat berkembang menjadi suatu nyeri Cancer Patients: Pooled Estimates From a Systematic
Review of Published Literature and Results From a
neuropati kronik.10,12
Survey Conducted in 50 Italian Palliative Care Centers.
Atralgia dan mialgia akut dapat timbul J Pain Symptom Manage. 2016 Jun;51(6):1091-102.
segera setelah pemberian kemoterapi yang dapat Doi: 10.1016/j.jpainsymman.2015.12.336. Epub
2016 Mar 25.
bertahan selama beberapa hari. Mekanisme yang
2. Haumann J, Joosten EA, Everdingen MH. Pain
menyebabkan nyeri pada tulang dan otot tersebut
prevalence in cancer patients: status quo opportunities
belum dapat diketahui. Atralgia dan mialgia tersebut for improvement? Curr Opin Support Palliat Care
juga dapat terjadi sebagai akibat dari pemberhentian 2017(11):99-104.
atau tappering off dari pemberian glukokorticoid 3. Siahaan YMT. Nyeri Kanker 2021. Edisi ke-1.
dosis tinggi.12 Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Pelita
Harapan; 2021.
Nyeri kepala akut sering dijumpai setelah
4. Portenoy RK, Ahmed E. Cancer Pain Syndromes.
pemberian kemoterapi intratekal dengan menggunakan Hematol Oncol Clin North Am. 2018 Jun;32(3):371-
methotrexate, cytarabine atau asam trans-retinoat. 86. doi: 10.1016/j.hoc.2018.01.002.
Derajat keparahan dan durasi lamanya nyeri 5. Esin E, Yalcin S. Neuropathic cancer pain: What we
bervariasi sesuai dengan pemberian regimen terapi.12 are dealing with? How to manage it? Onco Targets
Ther. 2014; 7: 599–618. Doi: 10.2147/OTT.S60995
N eri sonta 12 15
6. Eller-Smith OC, Nicol AL, Christianson JA.
Nyeri sontak terjadi sekitar 64.8% kasus Potential Mechanisms Underlying Centralized
onkologi.13 Nyeri sontak ialah nyeri akut pada Pain and Emerging Therapeutic Interventions.
Front Cell Neurosci. 2018; 12: 35. Doi: 10.3389/
penderita yang telah memiliki nyeri kronik stabil
fncel.2018.00035
sebelumnya dan menjalani penanganan nyeri. 7. Freynhagen R, Parada HA, Calderon-Ospina
Penyebab dari nyeri ini bervariasi dan berbeda CA, Chen J, Rakhmawati Emril D, Fernández-
pada tiap individu, umumnya berhubungan dengan Villacorta FJ, dkk. Current understanding of the
komorbiditas yang dimiliki penderita. Namun literatur mixed pain concept: a brief narrative review.
Curr Med Res Opin. 2019 Jun;35(6):1011-8. Doi:
lain juga menuliskan nyeri sontak pada kasus nyeri 10.1080/03007995.2018.1552042.
kanker dapat disebabkan oleh tumor yang dimiliki.12 8. Falk S, Bannister K, Dickenson AH. Cancer pain
Nyeri yang muncul bervariasi dari sisi kualitas, physiology. Br J Pain. 2014 Nov; 8(4): 154–62.
intensitas, dan waktu terjadinya nyeri. Mekanisme Doi: 10.1177/2049463714545136
nyeri sontak dapat terjadi secara nosiseptif (38-53%), 9. Fallon MT. Neuropathic pain in cancer. British J
neuropatik (10-54%), hingga campur (20-52%).12- Anaes. 2013 111 (1): 105–11. Doi:10.1093/bja/aet208
13
Apabila tidak terkontrol menyebabkan penderita 10. Yoon SY, Oh J. Neuropathic cancer pain: prevalence,
pathophysiology, and management. Korean J Intern
mengalami kualitas hidup yang buruk dan merugikan Med. 2018 Nov; 33(6): 1058–69. Doi: 10.3904/
penderita.12,14,15 kjim.2018.162
KESIMPULAN 11. Schmidt BL, Hamamoto DT, Simone DA, Wilcox
GL. Mechanism of Cancer Pain. Mol Interv. 2010
Nyeri kanker merupakan suatu keluhan Jun; 10(3): 164–178. doi: 10.1124/mi.10.3.7
subjektif dan kompleks yang dapat disebabkan oleh 12. Cherny N. Cancer pain syndromes: overview.
efek langsung tumor dan terapi. Klasifikasi klinis Edisi ke-5. Dalam: Cherny N , Fallon M, Kaasa S,

Neurona Vol. 38 No. 4 September 2021 298


Tinjauan Pustaka
Portenoy RK, Currow DC, editor. Oxford Textbook Attention. Acta Medica Indonesiana. 2015; 47(3):
of Palliative Medicine. United Kingdom: Oxford 244-50.
University Press; 2015.h. 152-65. 15. Ahmedzai SH, Bautista MJS, Bouzid K, Gibson R,
13. Garg R. Acute Pain Syndromes in Cancer. J Anesth Gumara Y, Hassa AAI, dkk. Optimizing cancer pain
Crit Care Open Access. 2016; 4(3): 00136. Doi: management in resource-limited settings. Supportive
10.15406/jaccoa.2016.04.00136 Care in Cancer. 2019; 27(36): 21113-24. Doi:
14. Setiabudy R, Irawan C, Sudoyo AW. Opioid use in 10.1007/s00520-018-4471-z
Cancer Pain Management in Indonesia: a Call for

299 Neurona Vol. 38 No. 4 September 2021

Anda mungkin juga menyukai