Sidang Proposal Yusuf N Rizki Ok
Sidang Proposal Yusuf N Rizki Ok
PENELITIAN 21087007
DOSEN PEMBIMBING
Kartika Udyani, S.T., M.Eng.
PROGRAM SARJANA
J URUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTASTEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA
2023
INSTITUT TEKNOLOGI
PENELITIAN 21087007
DOSEN PEMBIMBING
Kartika Udyani, S.T., M.Eng.
PROGRAM SARJANA
J URUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTASTEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA
2023
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat
LEMBAR PERSETUJUAN
SEMINAR PROPOSAL
Dengan Judul :
Disusun Oleh :
Rizky Pravitasari NPM : 08.2022.1.90299
Yusuf Almusana NPM : 08.2022.1.90300
Telah Disetujui
Surabaya, November 2023
Dosen Pembimbing
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam penelitian Pengolahan Air Sungai
Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan dari Bubuk Batang Pisang yang
Ditingkatkan dengan Sodium Alginat ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang
pengetahuan kami juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis oleh
orang lain, kecuali yang tertulis/diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Apabila di kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian dokumen/data
terdapat indikasi penyimpangan/pemalsuan/penjiplakan pada bagian tertentu, kami
bersedia menerima sanksi untuk dicabut gelar kesarjanaan dan konsekuensi
hukuman sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Demikian pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya tanpa ada paksaan
dari siapapun juga, untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Surabaya, November 2023
KATA PENGANTAR
Segala puji kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas segala
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan proposal penelitian ini yang
berjudul “Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan dari
Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat” sebagai salah
satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Institut Teknologi Adhi
Tama Surabaya. Penyusunan penelitian ini, tentu saja penulis banyak menemui
hambatan, akan tetapi keberhasilan penulisan proposal penelitian ini tidak lepas dari
dorongan dan bimbingan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan
kali ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1. Ibu Dr. Ir. Yustia Wulandari Mirzayanti, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan
Teknik Kimia, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya.
2. Ibu Erlinda Ningsih, S.T, M.T. selaku Koordinator Tugas Akhir dan
Penelitian Jurusan Teknik Kimia Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya.
3. Ibu Kartika Udayani, S.T, M.Eng. selaku Dosen Pembimbing Penelitian.
4. Kepada orang tua yang telah berjuang keras dan selalu mendukung serta
mendoakan penulis.
5. Teman-teman Teknik Kimia angkatan 2022 yang turut memberi dukungan
dalam pengerjaan proposal penelitian ini.
6. Semua pihak yang telah banyak membantu pengerjaan proposal penelitian
ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan roposal penelitian ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis
mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Penulis berharap
agar penelitian ini tidak hanya bermanfaat bagi penulis, tetapi juga dapat menambah
pengetahuan bagi pembacanya.
ABSTRAK
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ......................................................................... iii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iv
ABSTRAKSI ............................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. vii
DAFTAR TABEL .................................................................................... viii
BAB I PENDAHULIAN
I.1 Latar Belakang Penelitian ........................................................ 1
I.2 Rumusan Penelitian ................................................................. 5
I.3 Tujuan Penelitian...................................................................... 5
I.4 Manfaat Penelitian.................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengolahan air ......................................................................... 6
II.2 Koagulasi dan Flukulasi .......................................................... 8
II.2.1 Koagulasi ....................................................................... 8
II.2.2 Flokulasi ........................................................................ 8
II.3 Koagulan dan Flokulan Sintetik (An Organik) ....................... 10
II.3.1 Keuntungan dan Kerugian penggunaan koagulan
An Organik ..................................................................... 10
II.4 Koagulan dan Flokulan Alami (Organik) ................................ 11
II.4.1 Plant Based Coagulant & Flokulan ................................ 12
II.4.2 Proses Tahap mendapatkan Natural Koagulan
(Organik)......................................................................... 14
II.5 Pisang ...................................................................................... 15
II.5.1 Morfologi Pohon Pisang ................................................. 16
II.5.2 Batang Pisang sebagai Koagulan Organik ..................... 18
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
domestik adalah antara 6 hingga 9. Selain itu ukuran flok kecil dalam air yang
menandakan kandungan suspensi yang kecil akan susah untuk terbentuk flok.
Untuk itu perlu ditingkatkan performa dari turbidity removal koagulan batang
pisang (banana pith coagulant) agar bisa menghasilkan turbid removal yang baik
tanpa melakukan pre treatment untuk menaikkan tingkat keasaman atau dengan
kata lain agar pH keluaran dapat memenuhi standar baku mutu dari pemerintah.
Salah satu metode enchancement yang digunakan adalah coagulant aid dari
penggunaan SA (Sodium Alginat). Penambahan alginat dalam koagulasi dapat
meningkatkan performa turbid removal. Dimana Asam alginat merupakan organic
matter yang di sintesis dari tanaman alga/ ganggang laut coklat (Laminaria).
Kandungan alginat yang berperan dalam meningkatkan performa koagulasi adalah
polysakarida dimana polimer nya terbentuk dari unit monomer berupa: alfa- L
gulurinic acid (G) dan beta- D mannuric acid (M).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem pengelolaan air ini dikenal dengan istilah Water Treatment. Ada
beberapa tahap pengelolaan air yang harus dilakukan sehingga air tersebut bisa
dikatakan layak untuk dipakai. Namun, tidak semua tahap ini diterapkan oleh
masing-masing pengelola air, tergantung dari kualitas sumber airnya. Sebagai
contoh, jika sumber airnya berasal dari dalam tanah (ground water), sistem
pengelolaan airnya akan lebih sederhana dari pada yang sumber airnya berasal dari
sumber air permukaan, seperti air sungai, danau atau laut. Karena air yang berasal
dari dalam tanah telah melalui penyaringan secara alami oleh struktur tanah itu
sendiri dan tidak terkontak langsung dengan udara bebas yang mengandung banyak
zat-zat pencemaran air. Berbeda halnya dengan sumber air permukaan yang mudah
sekali tercemar. Namun demikian air yang berasal dari dalam tanahpun akan jadi
tercemar juga jika sistem penampungan dan penyalurannya tidak bagus (iec, 2023).
Secara umum proses pengolahan air dibagi dalam 3 unit, yaitu:
1. Penampungan awal (intake) : dikenal dengan istilah sadap air, berfungsi
sebagai tempat penampungan air dari sumber airnya. Selain itu unit ini
dilengkapi dengan Bar Sceen yang berfungsi sebagai penyaring awal dari
benda-benda yang ikut tergenang dalam air seperti sampah daun, kayu
dan benda2 lainnya.
2. Pengolahan (Water Treatment) : Pada umumnya tahap pengolahan air
berupa koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi.
3. Penampungan akhir (Reservoir) : merupakan tahap dimana air yang sudah
di olah di tampung untuk siap di distribusikan ke masyarakat. Sebelum
penampungan Secara umum setelah melalui proses penyaringan ini air
langsung masuk ke unit Penampungan Akhir. Namun untuk
meningkatkan qualitas air kadang diperlukan proses tambahan, seperti:
proses pertukaran ion (ion Exchange), Proses Penyerapan (Absorption),
dan Proses Desinfeksi (Disinfection), Pengeringan lumpur, Fluoridisasi,
dan Koreksi pH.
(iec, 2023).
Perbedaan antara pengolahan air secara fisika, kimia dan biologi
Dalam pengolahan air, seringkali digunakan kombinasi dari ketiga metode
tersebut untuk mencapai hasil yang optimal. Misalnya, pengolahan air secara fisika
dan kimia, fisika dan biologi maupun ketiga tiga nya sekaligus.
Berikut adalah perbedaan antara ketiga metode tersebut:
a) Pengolahan Fisika: Metode ini melibatkan penggunaan sifat mekanis air
untuk menghilangkan partikel-partikel padat dari air. Contohnya adalah
dengan melakukan pengendapan, penyaringan, dan adsorpsi tanpa adanya
penambahan bahan kimia (uptdpab-mamujutengah, 2020).
b) Pengolahan Kimia: Metode ini melibatkan penambahan bahan kimia seperti
tawas dan klor untuk menghilangkan logam-logam berat yang terkandung
dalam air (uptdpab-mamujutengah, 2020). Namun, pengolahan kimia
memerlukan bahan kimia yang mahal dan dapat menimbulkan residu kimia
yang berbahaya bagi lingkungan.
c) Pengolahan Biologi: Metode ini melibatkan penggunaan mikroorganisme
tertentu sebagai media pengolah untuk membantu menjernihkan air. Proses
pengolahan air buangan secara biologis dapat berlangsung dalam tiga
lingkungan utama, yaitu lingkungan aerob, anoksik, dan anaerob (Ans-
Olahlimbah, 2013). Pengolahan air secara biologi dapat menjadi alternatif
yang lebih ramah lingkungan dan lebih murah dibandingkan dengan
pengolahan kimia.
air, sehingga air yang dihasilkan menjadi lebih jernih dan bebas dari kotoran
(Keiken, 2022).
Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat diketahui bahwa partikel koloid
bersifat stabil sehingga sulit untuk diendapkan secara alami. Andaikan pada proses
pengolahan air minum dilakukan pengendapan secara alami untuk menurunkan
kandungan partikel tersuspensi dalam air tentu kita akan memerlukan bak
sedimentasi yang sangat besar hal ini disebabkan karena untuk mengendapkan
partikel kolid diperlukan waktu yang sangat lama (Chem-Envi, 2015).
Koagulasi-flokulasi merupakan dua proses yang terangkai menjadi kesatuan
proses tak terpisahkan. Pada proses koagulasi terjadi destabilisasi koloid dan
partikel dalam air sebagai akibat dari pengadukan cepat dan pembubuhan bahan
kimia (disebut koagulan). Akibat pengadukan cepat, koloid dan partikel yang stabil
berubah menjadi tidak stabil karena terurai menjadi partikel yang bermuatan positif
dan negatif. Pembentukan ion positif dan negatif juga dihasilkan dari proses
penguraian koagulan. Proses ini berlanjut dengan pembentukan ikatan antara ion
positif dari koagulan (misal Al3+) dengan ion negatif dari partikel (misal OH- ) dan
antara ion positif dari partikel (misal Ca2+) dengan ion negatif dari koagulan (misal
SO42-) yang menyebabkan pembentukan inti flok (presipitat) (Chem-Envi, 2015).
Berikut ini adalah gambaran dari proses koagulasi-flokulasi:
Koul, 2022). Mereka memiliki potensi untuk efektif dalam pengolahan air,
menawarkan solusi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
b) Koagulan Berbasis Tumbuhan: Bahan tumbuhan seperti biji Moringa
oleifera, biji Carica papaya, dan daun Cactus opuntia telah terbukti efektif
sebagai koagulan untuk pengolahan air (Bhupendra Koul, 2022). Gugus
fungsional hidroksil, asam karboksilat, dan amin yang terdapat dalam
koagulan berbasis tumbuhan ini mendorong fungsi mereka sebagai bio-
koagulan (Halder, 2021).
c) Koagulan Berbasis Mikroorganisme: Bio-koagulan juga dapat diekstrak
dari mikroorganisme, khususnya bakteri dan substansi polimer ekstraseluler
mereka, yang dapat berfungsi sebagai bio-koagulan yang efektif (Halder,
2021). Contoh : Ekstrak Bakteri Polimer Extracellular (EPS) dan extrac alga
d) Koagulan Berbasis Hewan: Koagulan berbasis hewan diperoleh dari
berbagai sumber hewan, seperti cangkang telur, tulang, dan darah. Kitosan,
biopolimer alami yang ditemukan pada invertebrata laut, sering digunakan
sebagai bio-koagulan dalam pengolahan air limbah (Halder, 2021).
Manfaat penggunaan koagulan alami dalam pengolahan air, termasuk:
a) Daur Ulang dan Berkelanjutan: Koagulan alami bersifat daur ulang, tidak
beracun, dan dapat terurai secara alami, menawarkan alternatif yang
berkelanjutan untuk koagulan kimia (Bhupendra Koul, 2022).
b) Efektivitas Biaya: Koagulan alami bersifat efektif biaya, menyediakan
pilihan ekonomis untuk proses pengolahan air (Bhupendra Koul, 2022).
c) Efisiensi Tinggi pada Konsentrasi Rendah: Koagulan alami dilaporkan
memiliki efisiensi yang lebih tinggi pada konsentrasi rendah, membuatnya
efektif dalam pengolahan air bahkan pada tingkat dosis yang lebih rendah
(Bhupendra Koul, 2022).
d) Penghilangan Kejernihan dan Mikroorganisme: Koagulan alami telah
menunjukkan kemampuan untuk menghilangkan kejernihan dan
mikroorganisme seperti E. Coli dari air, berkontribusi pada peningkatan
kualitas air (Bhupendra Koul, 2022).
e) Ramah Lingkungan: Penggunaan koagulan alami sejalan dengan kesadaran
global yang semakin meningkat tentang isu-isu lingkungan, menawarkan
pendekatan hijau dan berkelanjutan dalam pengolahan air (Halder, 2021).
f) Kelarutan yang Mudah dalam Air: Koagulan alami dilaporkan mudah larut
dalam air, memudahkan aplikasinya dalam proses pengolahan air
(Bhupendra Koul, 2022).
II.4.1 Plant Based Coagulant & Flokulan
PBC (Koagulan Berbasis Tumbuhan) secara luas digunakan untuk
penyaringan air terkontaminasi di daerah yang kurang terurbanisasi, karena terlihat
lebih hemat biaya dibandingkan dengan koagulan buatan. Koagulan PBC diyakini
dapat mengatasi air dengan rentang kekeruhan rendah hingga menengah (50–500)
NTU. Sayangnya, analisis yang mendalam terhadap PBC yang ada masih bersifat
khayalan pada abad ke-21 ini. Signifikansi PBC terhadap ekosistem pada akhirnya
Laboratorium Dasar Teknik Kimia
FTI – ITATS 12
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat
ini menarik perhatian bahwa struktur tanin mampu untuk koagulasi. (Kumar,
2017).
Genus kaktus yang paling dikenal dalam mengolah air adalah ‘nopal’ di
Meksiko dan ‘prickly pear’ di Amerika Utara. Jenis kaktus ini terkait dengan
sumber makanan nutrisi & karakteristik penyembuhan. Selain itu, opuntia cactus
latifaria juga banyak digunakan sebagai koagulan alami. Kemampuan koagulasi
tinggi pada opuntia diakui karena keberadaan lendir yang dianggap sebagai
karbohidrat kompleks dan lengket. Penyimpanan senyawa-senyawa ini di dalam
kaktus dan pada permukaan memiliki kemampuan tinggi untuk menahan air. Lendir
pada kaktus opuntia mengandung serat seperti l-ramanosa, l-arabinosa, d-galaktosa,
d-ksilosa, dan asam galakturonat, terutama selama metode koagulasi pembentukan
jembatan, partikel-partikel larutan dapat melakukan kontak tidak langsung dari
genus kaktus (Saenz, 2004). Elemennya yang paling mampu dalam koagulasi
adalah asam galakturonat, yang dikenal dapat menghilangkan 50% kekeruhan.
II.4.2 Proses Tahap mendapatkan Natural Koagulan (Organik)
Fase pengolahan pertama sangat penting untuk aplikasi konjugal dan
pemanfaatan. Pada tahap ini, tanaman dipotong, dipotong, diiris, dan dikupas untuk
tujuan pengeringan melalui pulverisasi manual atau mekanik untuk menghindari
bagian yang tidak diinginkan. Metode konvensional melibatkan aerasi dan pulp dari
bagian tanaman menjadi partikel yang kemudian bisa digunakan secara langsung
untuk pengolahan air maupun di lakukan treatment selanjutnya. (Kumar, 2017).
Pada fase pengolahan kedua, ekstraksi pelarut Organik seperti air dan/atau
Alkohol digunakan untuk menghilangkan agen-agen aktif. Namun, juga digunakan
ekstraksi larutan air dan garam (NaCl) (Kumar, 2017). Penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa dengan menggunakan ekstraksi larutan NaCl dengan dosis
yang lebih rendah sebanyak 7,4 kali lebih tinggi untuk menghilangkan kekeruhan
kaolinit.
II.5 Pisang
Klasifikasi Tanaman Pisang
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa paradisiaca
(Elfianis, 2022)
Nama spesies dari pisang adalah Musa sp yang berasal dari genus Musa.
Pisang termasuk dalam famili Musaceae dalam kelas tumbuhan berkeping biji
tunggal. Sementara itu, pisang masuk dalam subdivisi tumbuhan berbunga dan
divisi tumbuhan berbiji (Lubis, 2021)
Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan terna berukuran
besar dengan daun memanjang dan besar yang tumbuh langsung dari bagian
tangkai. Batang pisang bersifat lunak karena terbentuk dari lapisan pelepah yang
lunak dan panjang. Batang yang agak keras berada di bagian permukaan tanah.
Pisang memiliki daun bertangkai yang berpencar dengan bagian batang yang
meruncing. Ukuran daun pada tiap spesies pisang juga berbeda-beda. Tangkai
pisang menghasilkan bunga dalam jumlah yang banyak. Bagian bunga pada pisang
akan membentuk buah yang disebut sisir. Buah pisang berkelompok dalam satu
bunga majemuk dengan ukuran yang makin ke bawah makin mengecill (Lubis,
2021).
Spesies pisang yang paling banyak dibudidayakan di dunia adalah pisang
hutan. Jenis pisang hutan dapat tumbuh di hutan, bukit maupun di dataran rendah.
Selain itu, pisang juga dapat ditanam bersama dengan tanaman lain seperti jagung
dan ketela pohon. Pisang dapat dipanen kapan saja, karena pertumbuhannya yang
sesuai dengan segala jenis musim. Kematian pohon pisang hanya terjadi ketika
berbuah hanya sekali semasa hidupnya. Buah pisang dapat langsung dimakan atau
dimasak terlebih dahulu. Nutrisi di dalam pisang bermanfaat bagi kesehatan tubuh
manusia dan dapat pula dibuat sebagai obat tradisional (Lubis, 2021).
Pada awalnya, pisang merupakan tumbuhan asli yang berasal dari kawasan
Asia Tenggara, kemudian menyebar ke seluruh wilayah dunia. Dari arah barat,
pisang menyebar mulai dari Samudra Atlantik menuju ke Pulau Madagaskar lalu
ke Benua Afrika dan menuju ke Amerika Latin dan Amerika Tengah. Sementara
itu, pisang yang menyebar dari arah timur melalui Samudra Pasifik menuju ke
Hawaii (Lubis, 2021).
Pisang dapat tumbuh subur di wilayah dengan musim kemarau yang
berlangsung hingga 4,5 bulan. Curah hujan yang diperlukan oleh pisang untuk
tumbuh dengan subur adalah 650 hingga 5.000 mililiter per tahun. Sementara itu,
suhu lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan pisang berkisar antara 21 oC
hingga 29,5 oC (Lubis, 2021).
Pisang awalnya merupakan tanaman lokal di kawasan Asia Tenggara yang
sebagian besar berpusat di wilayah Indonesia. Sejak 500 tahun sebelum Masehi,
pisang telah menyebar hingga ke Pulau Madagaskar. Sedangkan, wilayah Afrika
lainnya telah mengenal dan membudidayakan pisang sejak seribu tahun sebelum
Masehi. Pada masa yang sama, Hawaii telah mengenal dan membudidayakan
pisang melalui pengiriman dari Kepulauan Canaria (Sastrahidayat, 2015).
II.5.1 Morfologi Pohon Pisang
Morfologi tanaman pisang bisa dilihat bagian – bagian tubuhnya seperti pada
gambar berikut :
daun
buah
batang
Tunas samping
akar
1. Akar
Pohon pisang memiliki sistem perakaran serabut karena pisang termasuk
sebagai tanaman monokotil. Akar pada pisang berwarna kecokelatan dan biasanya
tumbuh menyebar mendekati permukaan tanah. Akar tersebut bisa tumbuh hingga
kedalaman 75 – 150 cm. Akar ini bisa tumbuh hingga 5 cm (Elfianis, 2022).
2. Batang
Batang sejati pada tanaman pisang berupa umbi yang tertanam di dalam
tanah, dengan titik pertumbuhan daun terletak di bagian atasnya. Selama
pertumbuhan, titik ini berkembang menjadi batang semu yang kokoh, terbentuk dari
pelepah daun pisang yang saling menutupi erat. Struktur batang semu ini bersifat
silindris dan berlapis-lapis, tanpa kayu dan kambium, sehingga memiliki tekstur
yang lunak dan berair. Seiring pertumbuhannya, batang palsu ini mengalami
pembentukan lapisan baru, sementara lapisan lama mendorong keluar dan
mengelupas. Warna batang semu pisang adalah hijau muda dengan lapisan yang
cenderung kecokelatan. Batang pisang memiliki tipe simpodial dengan jaringan
meristem di ujungnya yang memanjang dan akhirnya membentuk bunga (Elfianis,
2022).
3. Daun
Daun pisang berbentuk memanjang dan lebar dengan pelepah yang merupakan
pertulangan daun besar. Pelepah pisang memiliki struktur berongga dan tinggi
kandungan air. Bagian bawah daun tertutup oleh lapisan lilin putih. Daun muda
memiliki warna hijau tua, sedangkan permukaan daun muda berwarna hijau muda,
dan biasanya, daun yang baru muncul masih dalam keadaan menggulung (Elfianis,
2022).
4. Bunga
Bunga pisang, yang juga dikenal sebagai jantung pisang, memiliki ukuran
antara 10 hingga 25 cm. Struktur bunga ini terdiri dari dandan, dan dalam satu
tandan terdapat beberapa kelompok bunga yang tersusun secara berderet. Bunga
pisang ditutupi oleh bractea, daun pelindung berwarna merah keunguan yang
permukaannya dilapisi lilin untuk melindungi bunga dari kerontokan. Setiap bunga
memiliki 5 helai benang sari, sedangkan pada bunga betina terdapat bakal buah
berbentuk bersegi. Bunga jantan memiliki panjang sekitar 6 cm dan benangsari
sebanyak 5 hela (Elfianis, 2022).
5. Buah
Buah pisang tumbuh dari bakal buah dan memiliki bentuk silinder, tergolong
sebagai buah buni. Buah pisang tersusun dalam kelompok yang disebut sisir, yang
terus tumbuh membentuk sisir berikutnya. Biasanya, bagian bawah jantung pisang
dipotong jika tidak dapat membentuk sisir baru. Setiap sisir pisang berisi 10 hingga
16 buah pisang. Daun pisang memiliki ujung tumpul dengan tepi yang rata,
permukaan atasnya mengkilap dan berwarna hijau. Buah pisang mentah berkulit
hijau, tetapi ketika masak, warna kulitnya berubah menjadi kuning. Ketebalan kulit
bervariasi antar varietas. Panjang pisang berkisar antara 12 hingga 18 cm, dengan
diameter sekitar 3 cm. Pisang yang matang memiliki rasa sangat manis dan tekstur
lunak. Saat dikupas, daging buah memiliki serat yang menempel, dan jika dibelah,
terdapat biji berwarna hitam. (Elfianis, 2022).
6. Tunas samping
Tunas samping adalah akar lateral yang tumbuh dari rizoma dan dekat dengan
tanaman “induk.” Tunas samping pada dasarnya adalah klon dari tanaman “anak”
yang akan menggantikan tanaman induk setelah selesai berbuah. Ada dua jenis
tunas samping, yaitu tunas air dan tunas pedang. Tunas pedang memiliki daun yang
sempit dan rizoma yang besar. Tunas air mirip dengan tanaman pisang mini.
Mereka memiliki daun lebar, rizoma kecil, dan hubungan yang lemah dengan
tanaman induk, sehingga tidak akan berkembang menjadi tanaman yang kuat
(thrjah27, 2016)
II.5.2 Batang Pisang sebagai Koagulan Organik
Efektivitas pemakaian batang pisang maupun komponen pohon pisang
sebagai koagulan alami untuk pengolahan air telah diselidiki oleh berbagai peneliti
lebih lanjut dalam rentan 10 tahun belakang ini. Kakoi, 2016 menyatakan dalam
evaluasi nya pada pelepah pisang sebagai polielektrolot alami dan koagulan dapat
dengan efektif menghilangkan kekeruhan sintetic poluted water dengan nilai yang
memuaskan yakni sebesar 98,5%, menurunkan COD sebesar 54,3 %, padatan
terlarut sebesar 96,03 %, dan garam serta logam terlarut seperti sulfat, nitrat,
tembaga, kromium, besi, seng, timbal, dan mangan memiliki persen penurunan di
atas 80% (Beatrice Kakoi, 2016)
Berdasar kutipan dari kissa dan bertsch, bahwa Kinetika koagulasi-flokulasi
berkaitan dengan perubahan waktu dalam dispersi dan suspensi. Tingkat kinetika
koagulasi-flokulasi mengindikasikan stabilitas dispersi dan memberikan informasi
berharga tentang interaksi partikel. Pelepah pisang adalah polielektrolit alami yang
belum pernah digunakan untuk tujuan ekonomi utama. Ini adalah bahan limbah
non-pangan yang diperoleh dari tanaman pisang setelah panen buah. Polielektrolit
berfungsi dengan dua cara yang berbeda; yaitu, (i) netralisasi muatan, dan (ii)
penghubung antara partikel. Kelompok fungsional dalam pelepah pisang meliputi
kelompok O-H, C-H, C-O-C, C-N, dan kelompok karboksilat (COO-ikatan ganda)
dan karboksilat ionik (COOH) (Kakoi, 2016).
Selain itu, dalam penelitian Kakoi, menyatakan berdasar kan uji FTIR pada
batang pisang yang di olah menjadi koagulan Kelompok fungsional dalam koagulan
pelepah pisang dikaitkan dengan getaran kelompok O-H yang dapat ditemukan
dalam makromolekul seperti selulosa dan pektin. Terdapat juga dikaitkan dengan
peregangan asimetris ikatan ganda COO karboksilat yang terdeprotonasi dari
kelompok fungsional karboksilat, C-O dari keton, aldehida, dan laktosa atau
kelompok karboksil, C-O-C dan OH polisakarida, serta amina. Kehadiran sejumlah
Gambar II.5 Ilustrasi mekanime interparticle bridging yang dikutip dari: Choy
dkk., 2015
(Hans Kristianto, 2020).
Faktor-faktor seperti pH dan dosis koagulan memengaruhi kinerja
polisakarida sebagai koagulan. pH penting untuk muatan polisakarida, dan
informasi mengenai titik muatan nol menjadi relevan. Dosis koagulan dipengaruhi
oleh konsentrasi koloid di air yang diolah, dengan dosis optimum mencapai muatan
total zeta potential mendekati nol. Dalam aplikasi pektin, konsentrasi ion bivalen
seperti Ca2+ memengaruhi efektivitas koagulasi karena berperan dalam
pembentukan struktur gel melalui interaksi egg box (Hans, 2020).
Persentase penghilangan
COD 80,1 %, SS 88,6%, dan
98,5 %kekeruhan yang tinggi
oleh jus batang pisang diamati
untuk air limbah pada pH 7.
Jus batang pisang
mengandung senyawa
polisakarida inulin (1,22016
mg / mL), yang merupakan
polimer alami untuk
menjembatani dan menjerat
mikroflok untuk membentuk
flok yang lebih besar
(Kani, 2016) Accessing the Eksperimen koagulasi
Suitability of Using menggunakan uji bejana
Banana Pith Juice as a dilakukan dengan sistem
Natural Coagulant for flokulasi di mana efek limbah
Textile Wastewater industri tekstil serta dosis jus
Treatment batang pisang pada efektivitas
koagulasi diamati pada
berbagai tingkat pH. Persentase
penghilangan EC, TS, dan
kekeruhan yang tinggi oleh jus
batang pisang diamati pada pH
4 masing-masing sebesar 50,
50,1, dan 97,5%. Hasil
menunjukkan bahwa jus batang
pisang memiliki potensi besar
sebagai koagulan alami untuk
air limbah tekstil.
Kakoi, dkk. 2016 Banana pith as a Gugus fungsional dalam
natural coagulant for batang pisang terdiri dari gugus
polluted river water O-H, C-H, C-O-C, dan C-N,
serta gugus karboksilat (COO-
ikatan ganda) dan gugus
karboksilat ionik (COOH).
Titik nol muatan batang pisang
adalah pH 4,8.
Biomassa ini terdiri dari
32,3% karbon, 4,21%
hidrogen, 1,46% nitrogen,
43,5% oksigen, dan 0,86%
belerang.
Pengolahan air keruh
dengan batang pisang
menghilangkan hingga 98,5%,
54,3%, 96,03%, 98,9%, 88,7%,
100%, 100%, 92%, 81%,
Dengan demikian,
penelitian ini menyimpulkan
bahwa penghilangan pewarna
dari air limbah tekstil dapat
dicapai dengan mengolahnya
dengan kombinasi tiga limbah
buah yang berbeda, seperti
bubuk biji pepaya, umbi
pisang, dan kulit nanas dengan
konsentrasi masing-masing 8
mg, 13 mg, dan 12 mg, yang
bertindak sebagai koagulan
alami dan aman bagi organisme
(Athira MP, 2021) TREATMENT OF Dalam penelitian ini,
DAIRY fokus utamanya adalah
WASTEWATER BY pengolahan air limbah dari
USING BANANA industri susu menggunakan
STEMS, PAPAYA adsorben alami. Pengaduk
SEEDS AND JACK magnetik adalah peralatan
FRUIT SEEDS laboratorium yang
menggunakan medan magnet
berputar untuk menyebabkan
batang pengaduk yang
tenggelam dalam cairan
berputar dengan cepat.
Air limbah dari industri
susu dapat menyebabkan
pencemaran tanah dan air.
Dengan mengadopsi metode
penambahan adsorben seperti
bubuk batang pisang, biji
pepaya, dan biji nangka ke
dalam air limbah, dapat
mengurangi jumlah zat organik
yang ada dalam limbah susu.
Dari analisis tersebut,
disimpulkan bahwa efisiensi
penghilangan maksimum
ditunjukkan oleh bubuk biji
nangka dan bubuk batang
pisang pada konsentrasi 0,25 g
untuk 60% removal COD dan
80% romoval BOD. Sedang
untuk % removal turbidity
dosis 0,3 mg/L bubuk biji
nangka 60 % removal turbidity,
dan bubuk batang pisang
sebesar 60%.
(Owoicho, 2021) OPTIMIZATION OF Mengoptimalkan efek
COAGULATION koagulasi dari jus batang
EFFICACY OF pisang sebagai koagulan alami
BANANA STEM tanaman dalam pengolahan air
JUICE IN WATER mentah.
TREATMENT Metode Response Surface
Methodology digunakan untuk
mengoptimalkan proses ini
menggunakan Design Expert
Version 10. Faktor-faktor yang
dipertimbangkan adalah dosis
koagulan (mg/L), waktu retensi
(menit), dan pH, dengan lima
belas percobaan yang
dihasilkan menggunakan
metode Box Behnken Design.
Parameter yang dianalisis
meliputi COD, DO, TSS, TDS,
dan kekeruhan. Studi
laboratorium menggunakan uji
tabung dilakukan, dan hasilnya
dianalisis secara statistik untuk
mempelajari efek pH, waktu
retensi, dan dosis koagulan
terhadap koagulasi.
Efikasi koagulasi tercapai
pada pH 6,5 dengan
penghilangan sebesar 58,065%
setelah waktu retensi 60 menit
dengan dosis 7,5 mL/L.
Jus batang pisang
mengandung senyawa
polisakarida inulin (1,22016
mg/mL), yang merupakan
polimer alami yang berfungsi
sebagai jembatan dan
perangkap untuk mikroflok
berkontribusi pada
pengurangan limbah.
(Md. Ashraful Islam, Effect of Natural Investigasi efek bubuk
2023) Coagulants on the kulit pisang dan bubuk batang
Treatment of pisang sebagai koagulan alami
Municipal pada pengolahan air limbah
Wastewater perkotaan.
Sampel air limbah
diambil dari dua saluran primer
yang berbeda yang terletak di
dekat Taman Padma dan
Bornali dalam wilayah
Kotamadya Rajshahi.
Sampel air limbah yang
terkumpul dikarakterisasi
berdasarkan kekeruhan, pH,
konduktivitas, TDS, TSS, TS,
alkalinitas, keasaman, dan
kandungan organik, dan juga
dibandingkan dengan batas
maksimum yang diperbolehkan
sebelum pengolahan.
Sampel air limbah
terburuk diolah dengan dosis
koagulan yang bervariasi,
waktu kontak, kecepatan, dan
pH. Efektivitas koagulan alami
dievaluasi berdasarkan
persentase penghilangan
kekeruhan, alkalinitas, dan
keasaman.
Penghilangan tertinggi
untuk kekeruhan, alkalinitas,
dan keasaman diperoleh
sebesar 93,5%, 67,3%, dan
65,5% oleh bubuk kulit pisang,
dan 93,4%, 71%, dan 72% oleh
bubuk batang pisang secara
berturut-turut.
Oleh karena itu, hasil
penelitian menunjukkan bahwa
baik bubuk kulit pisang
maupun bubuk batang pisang
memiliki kemampuan untuk
mengolah air limbah perkotaan
sebagai koagulan alami.
Kondisi pengolahan yang lebih
tinggi tidak ekonomis karena
tidak signifikan
menghilangkan polutan.
Tabel II.2 Penelitian Terdahulu tentang Koagulan Batang Pisang
penyumbatan membran.
Karena kemampuan
jembatan SA, kekuatan
gumpalan meningkat sekitar
50% dengan menggunakan
Ala, yang jauh lebih baik
daripada Al13 yang telah
terbentuk, dengan
peningkatan persentase
hanya sekitar 6%. Selain itu,
faktor pemulihan gumpalan
HA berkurang dari 96%
menjadi 43% dengan
penambahan SA sebesar 0,5
mg/L
Molekul SA dapat
berpartisipasi dalam jalur
hidrolisis Al dan
memengaruhi rasio AlVI/AlIV
di permukaan gumpalan
dengan mempercepat
dekomposisi struktur Al13.
Struktur gumpalan lebih
padat dalam sampel kaolin-
HA karena kompleksasi oleh
molekul SA, dengan
peningkatan nilai Df yang
signifikan.
SA dapat berpartisipasi
dalam pembentukan
gumpalan primer dan
kemampuan jembatan SA
memberikan jenis ikatan lain
untuk agregasi,
menghasilkan peningkatan
signifikan kekuatan dan
ukuran gumpalan.
Kemampuan pemulihan
gumpalan berkurang pada
gumpalan BSA karena gaya
tolak yang kuat antara
mikrogumpalan dan molekul
SA.
(Jiaheng Teng, Membrane fouling by SA digunakan sebagai
2019) alginate in polyaluminum materi organik model, dan
chloride (PACl) mekanisme foulant dalam
coagulation/microfiltration proses koagulasi-MF PACl
diselidiki. Variasi SFR dari
dengan penambahan LA
yang moderat, yang
menunjukkan efek bantuan
yang sebanding dengan
PAM. LA menunjukkan efek
bantuan koagulasi tertinggi
pada pH 8-9, dan di bawah
kondisi ini, penghilangan
kekeruhan dan zat organik
alami (NOM) mencapai 82%
dan 54%, secara berturut-
turut. Dibandingkan
dengan...
(Zhangjian Zou, Amodified coagulation- Meningkatkan efisiensi
2021) ultrafiltration process for penghilangan AgNPs-HA
silver nanoparticles (Nano partikel Perak dan
removal and membrane Humic Acid yang
fouling mitigation: The terkandung dalam air)
role of laminarin menggunakan koagulan
PAC yang di tingkatkan
efektifitasan nya selama
proses koagulasi dengan
Laminarin (LA) sehingga
performa membran ultra
filtrasi dalam proses
pengolahan air dengan
metode CF terjaga. Ketika
poly aluminum chloride
(PAC) dicampur dengan LA,
penghilangan AgNPs-HA
lebih tinggi sebesar 10-15%
dibandingkan dengan
menggunakan PAC saja.
Sistem C-UF yang hanya
menggunakan PAC.
Diperoleh ketika 0,1 mg/L
LA diterapkan dengan 5
mg/L PAC. Mekanisme
penyelamatannya terkait
dengan gumpalan dengan
ukuran besar
AgNPs-HA dapat
dihilangkan secara efektif
ketika LA diaplikasikan
sebagai bantuan koagulan
PAC karena pembentukan
jaringan gel. Efisiensi
removal sistem UF
efisiensi penghilangan
tertinggi (54,70%) pada
dosis konvensional, dan SA
memiliki efisiensi removal
tertinggi 69,9% meskipun
dengan dosis tinggi, dan
esementara PAM mencapai
efek penghilangan terbaik
(91,45%) pada dosis tinggi
juga.
Pada dosis
konvensional, ASA
memberikan hasil terbaik,
diikuti oleh SA dan ASA.
Namun, pada dosis tinggi,
PAM memberikan efek
terbaik, diikuti oleh ASA
dan SA. tetapi dari segi
risiko kesehatan PAC yang
ditingkatkan koagulasi nya
dengan penambahan SA
perlu di pertimbangkan
meskipund dari sisi cost
kalah dengan PAM.
Tabel II.3 Penelitian Terdahulu Sodium Alginat Sebagai Coagulant Aid
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
( 𝐵−𝐴 )𝑥 106
Kadar padatan terlarut total (mg/l)=
𝑚𝑙 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑢𝑗𝑖
Referensi
Cappadona,, G. (2022). Induced resistance to Fusarium wilt of banana caused by
Tropical Race 4 in Cavendish cv Grand Naine bananas after challenging
with avirulent Fusarium spp. oke, 2.
Beatrice Kakoi, J. W. (2016). Banana pith as a natural coagulant for polluted river
water. Ecological Engineering,
http://dx.doi.org/10.1016/j.ecoleng.2016.07.001.
envirotech. (2021). What Are the Different Stages of Water Treatment? St Albans,
Hertfordshire, UK: Envirotech Online.
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S001191641200253
6.
iec. (2023, Juni 13). Water Treatment Article. Tahap-Tahap Pengolahan Air, hal.
https://environment-indonesia.com/articles/water-treatment-tahap-tahap-
pengolahan-air/.
Lubis, E. R. (2021). Untung Berlimpah Budi Daya Pisang. Jakarta: Bhuana Ilmu
Populer.
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S001393512300701
6.
Sucofindo. (2023, Agustus 14). Pengolahan Air Bersih - Pengujian dan Analisis.
Bagaimana Tahapan dan Manfaat Pengolahan Air Bersih?, hal.
https://www.sucofindo.co.id/artikel-1/pengolahan-air-bersih/pengujian-
dan-analisis-21/bagaimana-tahapan-dan-manfaat-pengolahan-air-bersih/.
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S138358662031895
5.
Yan Wang, X. L.-Y. (2014). The role of sodium alginate in improving floc size
and strength and the subsequent effects on ultrafiltration membrane
fouling. Environmental Technology,
https://doi.org/10.1080/09593330.2013.800589.