Anda di halaman 1dari 67

INSTITUT TEKNOLOGI

ADHI TAMA SURABAYA

PENELITIAN 21087007

PENGOLAHAN AIR SUNGAI SURABAYA


DENGAN MENGGUNAKAN KOAGULAN DARI
BUBUK BATANG PISANG YANG
DITINGKATKAN DENGAN SODIUM ALGINAT

Rizki Pravitasari 08.2022.1.90299


Yusuf Almusana 08.2022.1.90300

DOSEN PEMBIMBING
Kartika Udyani, S.T., M.Eng.

PROGRAM SARJANA
J URUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTASTEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA
2023
INSTITUT TEKNOLOGI

ADHI TAMA SURABAYA

PENELITIAN 21087007

PENGOLAHAN AIR SUNGAI SURABAYA


DENGAN MENGGUNAKAN KOAGULAN DARI
BUBUK BATANG PISANG YANG
DITINGKATKAN DENGAN SODIUM ALGINAT

Rizky Pravitasari 08.2022.1.90299


Yusuf Almusana 08.2022.1.90300

DOSEN PEMBIMBING
Kartika Udyani, S.T., M.Eng.

PROGRAM SARJANA
J URUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTASTEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA
2023
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

LEMBAR PERSETUJUAN
SEMINAR PROPOSAL

Dengan Judul :

Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan dari Bubuk


Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

Disusun Oleh :
Rizky Pravitasari NPM : 08.2022.1.90299
Yusuf Almusana NPM : 08.2022.1.90300

Telah Disetujui
Surabaya, November 2023
Dosen Pembimbing

Kartika Udyani, S.T., M.Eng.


NIDN. 0718097101

Jurusan Teknik Kimia ii


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


1. Nama : Rizky Pravitasari
Tempat, Tanggal Lahir : Surabaya, 26 Juni 1990
NPM : 08.2022.1.90299
Alamat : Jl bringin klakah rejo no 28 RT 01 RW 01 Kel.
Bringin Kec. Sambikerep Kota Surabaya
2. Nama : Yusuf Almusana
Tempat, Tanggal Lahir : Kudus, 05 Oktober 1991
NPM : 08.2022.1.90300
Alamat : Jl Pasar Baru II, Ds Loram Wetan RT 01 RW 03.
Kec Jati, Kab Kudus. Jawa Tengah. 59344

Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam penelitian Pengolahan Air Sungai
Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan dari Bubuk Batang Pisang yang
Ditingkatkan dengan Sodium Alginat ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang
pengetahuan kami juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis oleh
orang lain, kecuali yang tertulis/diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Apabila di kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian dokumen/data
terdapat indikasi penyimpangan/pemalsuan/penjiplakan pada bagian tertentu, kami
bersedia menerima sanksi untuk dicabut gelar kesarjanaan dan konsekuensi
hukuman sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Demikian pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya tanpa ada paksaan
dari siapapun juga, untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Surabaya, November 2023

Rizky Pravitasari Yusuf Almusana


08.2022.1.90299 08.2022.1.90300
Jurusan Teknik Kimia iii
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas segala
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan proposal penelitian ini yang
berjudul “Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan dari
Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat” sebagai salah
satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Institut Teknologi Adhi
Tama Surabaya. Penyusunan penelitian ini, tentu saja penulis banyak menemui
hambatan, akan tetapi keberhasilan penulisan proposal penelitian ini tidak lepas dari
dorongan dan bimbingan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan
kali ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1. Ibu Dr. Ir. Yustia Wulandari Mirzayanti, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan
Teknik Kimia, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya.
2. Ibu Erlinda Ningsih, S.T, M.T. selaku Koordinator Tugas Akhir dan
Penelitian Jurusan Teknik Kimia Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya.
3. Ibu Kartika Udayani, S.T, M.Eng. selaku Dosen Pembimbing Penelitian.
4. Kepada orang tua yang telah berjuang keras dan selalu mendukung serta
mendoakan penulis.
5. Teman-teman Teknik Kimia angkatan 2022 yang turut memberi dukungan
dalam pengerjaan proposal penelitian ini.
6. Semua pihak yang telah banyak membantu pengerjaan proposal penelitian
ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan roposal penelitian ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis
mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Penulis berharap
agar penelitian ini tidak hanya bermanfaat bagi penulis, tetapi juga dapat menambah
pengetahuan bagi pembacanya.

Surabaya, November 2023


Penulis

Jurusan Teknik Kimia iv


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan dari


Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat
Rizky Pravitasari, Yusuf Almusana, Kartika Udyani*
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Adhi Tama
Surabaya
Jl. Arif Rahman Hakim 100, Surabaya 60117
*Email: kudyani@itats.ac.id

ABSTRAK

Jurusan Teknik Kimia v


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

DAFTAR ISI

COVER
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ......................................................................... iii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iv
ABSTRAKSI ............................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. vii
DAFTAR TABEL .................................................................................... viii
BAB I PENDAHULIAN
I.1 Latar Belakang Penelitian ........................................................ 1
I.2 Rumusan Penelitian ................................................................. 5
I.3 Tujuan Penelitian...................................................................... 5
I.4 Manfaat Penelitian.................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengolahan air ......................................................................... 6
II.2 Koagulasi dan Flukulasi .......................................................... 8
II.2.1 Koagulasi ....................................................................... 8
II.2.2 Flokulasi ........................................................................ 8
II.3 Koagulan dan Flokulan Sintetik (An Organik) ....................... 10
II.3.1 Keuntungan dan Kerugian penggunaan koagulan
An Organik ..................................................................... 10
II.4 Koagulan dan Flokulan Alami (Organik) ................................ 11
II.4.1 Plant Based Coagulant & Flokulan ................................ 12
II.4.2 Proses Tahap mendapatkan Natural Koagulan
(Organik)......................................................................... 14
II.5 Pisang ...................................................................................... 15
II.5.1 Morfologi Pohon Pisang ................................................. 16
II.5.2 Batang Pisang sebagai Koagulan Organik ..................... 18

Jurusan Teknik Kimia vi


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

II.5.3 Mekanisme Koagulasi pada Koagulan Organik


Batang Pisang ................................................................. 19
II.6 Alginat (Sodium Alginat) ......................................................... 21
II.7 Penelitian Terdahulu ............................................................... 21
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................. 52
III.2 Bahan dan Alat
III.2.1 Bahan .............................................................................. 52
III.2.2 Alat ................................................................................ 52
III.3 Variabel Penelitian
III.3.1 Variabel Tetap ................................................................ 52
III.3.2 Variabel Bebas ............................................................... 52
III.4 Parameter yang di Analisa ....................................................... 52
III.5 Prosedur Penelitian
III.5.1 Pembuatan Larutan Bubuk Batang Pisang .................... 53
III.5.2 Prosedur Larutan Sodium Alginat ................................ 54
III.5.3
III.5.4
III.6 Prosedur Pengujian air
III.6.1 Prosedur pengujian kekeruhan berdasarkan
SNI 06-6989.25-2015 ..................................................... 54
III.6.2 Prosedur pengujian total dissolved solid (TDS)
berdasarkan SNI 06-6989.27-2005 ................................ 55
III.6.3
III.7 Diagram Alir Penelitian
III.7.1 Diagram Alir Pembuatan Larutan Bubuk
Batang Pisang ................................................................ 57
III.7.2 Diagram Alir Pembuatan Larutan Sodium Alginat ........ 57
III.7.3 Diagram Alir

Jurusan Teknik Kimia vii


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

III.7.4 Diagram Alir

Jurusan Teknik Kimia viii


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Proses Pengolahan Air ......................................................... 6


Gambar II.2 Mekanisme Koagulasi dan Flokulasi .................................. 8
Gambar II.3 Proses Umum Tahapan Preparasi PBC ............................... 14
Gambar II.4 Morfologi Tanaman Pisang secara umum .......................... 16
Gambar II.5 Ilustrasi mekanime interparticle bridging ........................... 20
Gambar II.6 Ilustrasi interaksi pektin dengan koloid (kanan) dan
koagulasi gel pektin (kiri).................................................... 20
Gambar III.1 Diagram Alir Pembuatan Serbuk Pisang ............................. 45
Gambar III.2 Diagram Alir Pembuatan Sodium Alginat .......................... 45
Gambar III.3 Pengolahan Air dengan menggunkan koagulan dari
batang pisang yang ditingkatkan dengan sodium alginat .... 46

Jurusan Teknik Kimia ix


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Koagulan


Anorganik ................................................................................. 21
Tabel II.2 Penelitian Terdahulu tentang Koagulan Batang Pisang .......... 40
Tabel II.3 Penelitian Terdahulu Sodium Alginat Sebagai
Coagulant Aid .......................................................................... 51

Jurusan Teknik Kimia x


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Penelitian


Air merupakan komponrn terbesar untuk keberlanjutan sistem ekologi dan
kehidupan manusia. Siklus air yang terjadi di Bumi memastikan pasokan terus-
menerus untuk semua bentuk organisme hidup, mulai dari puncak-puncak gunung
hingga ke samudera terkecil dan sungai-sungai terkecil. Diketahui umum bahwa
71% permukaan Bumi tercovered oleh air, namun hanya 2.5% dari total air di Bumi
yang merupakan air tawar. Air tawar yang digunakan kemudian kembali ke
lingkungan sebagai air limbah, yang tidak berada dalam kondisi yang sama ketika
diambil. Manusia memanfaatkan dan mengalihkan air tawar dalam berbagai cara
untuk mendukung kegiatan ekonomi yang signifikan, pertanian, dan mendukung
berbagai kegiatan kehidupan, namun sayangnya memberikan tekanan yang besar
pada badan air alami (Siti Nor Aishah Mohd-Salleh, 2019).
(E. Corcoran, 2010) menyatakan, urbanisasi yang besar akan menyebabkan
peningkatan populasi global dan diperkirakan akan melampaui sembilan miliar
pada tahun 2050, dengan. Pertumbuhan populasi akan menyebabkan peningkatan
konsumsi air dan menghasilkan volume limbah yang lebih besar. Berkualitasnya air
yang memburuk menimbulkan lebih banyak tugas dan tekanan terhadap
kemampuan pemurnian diri sungai dan badan air sungai itu sendiri (P.
Rajasulochana, 2016).
Sumber air permukaan di daerah perkotaan mengandung tingkat tinggi bahan
terlarut dan tersuspensi, termasuk bahan organik dan anorganik serta organisme
biologis dari limbah domestik, munisipal, industri, dan erosi tanah. Materi
tersuspensi dalam air tidak diinginkan karena menyediakan permukaan yang dapat
ditempeli oleh mikroorganisme penyebab penyakit serta zat beracun seperti logam
berat (John R. Gray, 2001). Berbagai teknologi tradisional dan canggih seperti
presipitasi, adsorpsi, koagulasi, flotasi, pertukaran ion, filtrasi membran, dan
metode biologis dan elektrolitik telah digunakan untuk menghilangkan partikulat
dari air (Marilena T Radoiu, 2004).
Proses pengolahan air konvensional umumnya melibatkan beberapa tahap
untuk memastikan penghilangan kotoran dan zat pencemar dari pasokan air.
Berdasarkan hasil penelusuran, tahap utama dalam pengolahan air konvensional
meliputi:
1. Pemilahan (Screening): Tahap ini melibatkan penghilangan benda-benda
besar berupa material terapung, seperti puing, tanaman, dan hewan, dari air
dengan melewatkan melalui suatu saringan.
(envirotech, 2021)

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 1
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

2. Koagulasi dan Flokulasi: Koagulasi seringkali merupakan langkah pertama


dalam pengolahan air, di mana bahan kimia dengan muatan positif
ditambahkan untuk menetralisir muatan negatif dari kotoran dan partikel
terlarut lainnya, menyebabkannya berikatan membentuk partikel yang lebih
besar. Flokulasi melibatkan pengadukan ringan untuk mendorong partikel
membentuk gumpalan yang lebih besar yang dapat lebih mudah
dihilangkan.
(cdc, 2022)
3. Sedimentasi: Setelah proses koagulasi dan flokulasi, air dibiarkan diam,
memungkinkan gumpalan-gumpalan tersebut mengendap di dasar pasokan
air.
(Rahman, 2021)
4. Filtrasi: Air yang telah mengendap kemudian melewati filter, yang dapat
berupa filter medium (seperti pasir dan kerikil) atau filter membran, untuk
menghilangkan partikel dan kotoran yang tersisa.
(cdc, 2022)
5. Disinfeksi: Bahan disinfektan kimia, seperti klorin, kloramin, atau dioksida
klorin, ditambahkan untuk membunuh parasit, bakteri, atau virus yang
mungkin tersisa dalam air.
(cdc, 2022)
Secara keseluruhan, tahapan-tahapan ini bekerja bersama untuk
menghasilkan air yang aman, jernih, tidak berwarna, dan tidak berbau, sesuai
dengan standar air minum yang aman. Proses-proses khusus dan urutannya
mungkin sedikit bervariasi tergantung pada sumber air dan desain pabrik
pengolahan air.
Proses koagulasi-flokulasi adalah langkah penting dalam penghilangan
partikel koloid, bahan organik alami, mikroorganisme, dan ion anorganik yang ada
dalam air mentah (François Renault, 2009). Agen koagulan yang umum digunakan
adalah garam-garam anorganik, biasanya yang mengandung aluminium dan besi.
Meskipun efektivitas koagulan kimia sudah dikenal dengan baik, penggunaannya
terkait dengan biaya tinggi dan kerugian lingkungan (WHO, 2008). Sebagai contoh,
konsentrasi tinggi sisa kation aluminium dapat menyebabkan masalah kesehatan
seperti penyakit Alzheimer pada manusia (Ravi Divakaran, 2001), (Chee Yang
Teh, 2014) dan toksisitas bagi kehidupan akuatik. Selain itu, aluminium dalam
lumpur yang dihasilkan menyebabkan masalah pembuangan dan memerlukan
pengolahan lumpur tersebut. Selain itu Kerugian penggunaan koagulan sintetis
dalam pengolahan air meliputi:
1. Penurunan pH: Koagulan sintetis dapat menyebabkan penurunan
signifikan pada pH air yang diolah, yang dapat menyebabkan korosi pada
pipa dan infrastruktur lainnya (Kumar, 2017).

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 2
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

2. Keberlanjutan Lingkungan dan Kesehatan: Koagulan sintetis dapat


menimbulkan kekhawatiran lingkungan dan kesehatan karena sifatnya
yang tidak bisa terurai dan potensi toksisitas (Muhammad Burhanuddin
Bahrodin, 2021)
3. Biaya Lebih Tinggi: Koagulan sintetis dapat lebih mahal dibandingkan
dengan koagulan alami, sehingga dapat meningkatkan biaya keseluruhan
pengolahan air (Kumar, 2017).
4. Rentang pH Efektivitas Terbatas: Koagulan sintetis seringkali kurang
efektif dalam rentang pH yang luas dibandingkan dengan koagulan alami,
yang dapat membatasi keberagaman penggunaannya dalam berbagai
aplikasi pengolahan air (Denzil Diver, 2023).
Kerugian-kerugian ini menyoroti potensi kelemahan penggunaan koagulan
sintetis dalam pengolahan air, menekankan perlunya alternatif yang lebih
berkelanjutan dan ramah lingkungan. Peningkatan kesadaran akan biaya, masalah
kesehatan, dan kerugian lingkungan dalam penggunaan koagulan konvensional
berbasis aluminium dan besi telah menggeser minat penelitian ke arah koagulan
organik alami (Sook Yan Choy, 2014).
Beberapa koagulan berbasis organik yang telah digunakan dalam rangkuman
(Siti Nor Aishah Mohd-Salleh, 2019) yakni : Pemanfaatan Biji daun kelor atau
Moringa oleifera seed (Shan, dkk 2017) pada pengolahan air limbah sampah (lindi),
(Hendrawati, dkk. 2016) dalam pengolahan limbah textil industri, (Othman dkk,
2008) dalam pengolahan effluent Palm oil mill; Pemanfaatan chitosan pada
pengolahan air yang di produksi pada industi minyak (Hosny, dkk. 2016), acid dyes
(Zonoozi dkk. 2011), limbah pabrik susu (Chi & Cheng, 2006); pemanfaatan batang
pisang (banana pith dalam pengolahan air sungai yang tercemar (Kakoi, dkk. 2016);
Pemanfaatan Corchorus olitorius L dalam pengolahan air limbah untuk
menurunkan asam humic (Altaher, dkk. 2016); Pemanfaatan pectin dalam kulit
jeruk dalam pengolahan limbah laundry surfactan (Mohan, 2014); Pemanfaatan
Jacfruit seed starch (JSS) dalam pengolahan air limbah lindi (Yusoff, dkk. 2015);
dan pemanfaatan Tapioca starch pada pengolahan penstabilan sebagian limbah lindi
(leachate) (Mohd-Zin , dkk. 2016) dan limbah air industri semiconductor (Fatehah,
dkk. 2013).
Keuntungan penggunaan polielektrolit organik sebagai pengganti aluminium
dalam penggunaan koagulan organik pada pengolahan air adalah sebagai berikut:
• Dosis yang Lebih Rendah: Koagulan organik umumnya memerlukan dosis
yang lebih rendah dibandingkan koagulan anorganik untuk mencapai
tingkat pengolahan yang sama. Hal ini mengakibatkan penggunaan bahan
kimia yang lebih sedikit, biaya pengolahan yang lebih rendah, dan
penurunan jumlah lumpur yang dihasilkan, yang mengarah pada
pengurangan biaya pembuangan.
• Efektivitas Rentang pH yang Lebih Luas: Koagulan organik telah terbukti
efektif dalam rentang pH yang lebih luas dibandingkan koagulan

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 3
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

anorganik, menjadikannya lebih serbaguna dalam berbagai aplikasi


pengolahan air. Hal ini terutama penting dalam pengolahan air dengan pH
tinggi atau rendah, di mana koagulan anorganik mungkin tidak seefektif
(Bedarkar, 2023).
• Keberlanjutan dan Biodegradabilitas: Koagulan organik berasal dari
sumber alami seperti tanaman dan mikroorganisme, sehingga bersifat
biodegradable dan ramah lingkungan. Sifat biodegradabilitas mereka
memastikan bahwa mereka tidak berkontribusi pada polusi lingkungan
jangka panjang, menawarkan alternatif yang lebih berkelanjutan
dibandingkan dengan koagulan anorganik (Bedarkar, 2023).
• Produksi Lumpur yang Lebih Rendah: Penggunaan koagulan organik
menghasilkan produksi lumpur yang lebih rendah, yang bermanfaat untuk
mengurangi volume limbah yang dihasilkan dalam proses pengolahan. Hal
ini berkontribusi pada penghematan biaya dan keberlanjutan lingkungan
(Emmanuel Kweinor Tetteh & Zaki, 2020).
• Non-Toksik dan Dapat Diperbaharui: Koagulan organik bersifat non-
toksik, dapat diperbaharui, dan menghasilkan lumpur yang lebih sedikit,
menjadikannya pilihan yang relatif hemat biaya dan ramah lingkungan
untuk pengolahan air dan limbah (ChemReady, 2018).
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang 2022 Indonesia mampu
memproduksi pisang sebanyak 9,24 juta ton. Produksinya naik 5,72% dari tahun
sebelumnya yang sebesar 8,74 juta ton. Pisang merupakan tanaman dengan satu
daur hidup untuk sekali panen. Melimpah nya produksi buah pisang di Indonesia
mengindikasikan bahwa pohon pisang yang berbasis limbah setelah panen tiba
menjadi salah satu bahan baku yang bisa di manfaatkan selain digunakan sebagai
pakan ternak dan pupuk organik.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa batang pisang (banana pith) dapat
di manfaatkan sebagai koagulan berbasis organik / alami untuk pengolahan air
dengan variasi turbid removal sebesar 65 % s/d 90% (Kian-Hen and Peck-Loo,
2017 ; Amir dkk, 2018, Kakoi dkk, 2016, Athira, 2021, Sowmitha, 2020, Upaday,
2020) dimana Peran Banana pith dalam koagulasi adalah terkandungnya beberapa
gugus fungsional termasuk gugus O-H dan C-H, gugus karboksilat (COO-ikatan
ganda) dan karboksilat ikatan asimetris (COOH), serta gugus fungsional lain seperti
gugus C-O pada keton, aldehid, dan laktosa, gugus C-O-C dan OH pada
polisakarida, serta gugus C-N yang dapat berperan dalam proses terbentuknya flok
(Kakoi dkk, 2016).
Bervariasi nya nilai turbidity removal penggunaan batang pisang sebagai bio
koagulan berdasar pada kondisi sample. Hasil penelitian Kakoi, dkk. 2016
menyatakan Penghilangan kontaminan menggunakan isi batang pisang terbaik
dilakukan dalam kondisi asam (pH 4). Sedangkan Berdasarkan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2016
tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, standar pH untuk air limbah domestik
di Indonesia adalah 6-9. Artinya, kisaran pH yang diizinkan untuk air limbah

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 4
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

domestik adalah antara 6 hingga 9. Selain itu ukuran flok kecil dalam air yang
menandakan kandungan suspensi yang kecil akan susah untuk terbentuk flok.
Untuk itu perlu ditingkatkan performa dari turbidity removal koagulan batang
pisang (banana pith coagulant) agar bisa menghasilkan turbid removal yang baik
tanpa melakukan pre treatment untuk menaikkan tingkat keasaman atau dengan
kata lain agar pH keluaran dapat memenuhi standar baku mutu dari pemerintah.
Salah satu metode enchancement yang digunakan adalah coagulant aid dari
penggunaan SA (Sodium Alginat). Penambahan alginat dalam koagulasi dapat
meningkatkan performa turbid removal. Dimana Asam alginat merupakan organic
matter yang di sintesis dari tanaman alga/ ganggang laut coklat (Laminaria).
Kandungan alginat yang berperan dalam meningkatkan performa koagulasi adalah
polysakarida dimana polimer nya terbentuk dari unit monomer berupa: alfa- L
gulurinic acid (G) dan beta- D mannuric acid (M).

I.2 Rumusan Penelitian


Rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh penambahan alginat pada batang pisang terhadap
penurunan parameter turbiditi, TDS, Fe pada sample air sungai surabaya
2. Bagaimana pengaruh pH terhadap penambahan sodium alginat pada batang
pisang terhadap penurunan paremeter turbiditi, TDS, dan Fe

I.3 Tujuan Penelitian


Adapun Tujuan pada penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh penambahan alginat pada batang pisang terhadap
penurunan parameter turbiditi , TDS, dan Fe pada sample air sungai
surabaya
2. Mengetahui pengaruh pH terhadap penambahan sodium alginat pada batang
pisang terhadap penurunan parameter turbiditi , TDS, dan Fe.

I.4 Manfaat Penelitian :


Adapun manfaat pada penelitian ini adalah di dapatkanya data mengenai
pengaruh pH serta pengaruh dari penambahan alginat pada koagulan bubuk Batang
pisang dalam perngolahan air sungai di

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 5
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengolahan air


Air merupakan elemen yang sangat penting bagi kehidupan di bumi. Air
menjadi salah satu kebutuhan utama bagi manusia dan juga menjadi satu prasyarat
untuk mengukur kualitas hidup manusia. Kualitas hidup yang dimaksud disini yaitu
dalam konteks kesehatan. Pasalnya setiap hari kita tidak bisa lepas dengan
penggunaan air bersih. Mulai dari kebutuhan minum, mandi, memasak, mencuci,
dan lain sebagainya. Maka dari itu ketersediaan air bersih di sebuah kawasan
sangatlah penting guna memenuhi kualitas hidup yang sehat itu sendiri (uptdpab-
mamujutengah, 2020).
Proses pengolahan air bersih merupakan sebuah proses yang dilakukan
dengan tujuan untuk memusnahkan zat dan partikel entah itu yang bersifat kimia,
fisika, maupun biologis yang dinilai bisa membahayakan air yang digunakan oleh
masyarakat.Hasil dari pengolahan air tersebut nantinya menghasilkan air yang
bersih dalam artian jernih, tidak berbau, tidak berwarna, dan juga aman untuk
digunakan. Selain memperhatikan kualitasnya, pengolahan air juga perlu
memperhatikan sifat dari air tersebut agar hasilnya tidak bersifat korosif yang bisa
merusak pipa (Sucofindo, 2023).

Gambar II.1 Proses Pengolahan Air


(sandfordlegenda, 2012)

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 6
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

Sistem pengelolaan air ini dikenal dengan istilah Water Treatment. Ada
beberapa tahap pengelolaan air yang harus dilakukan sehingga air tersebut bisa
dikatakan layak untuk dipakai. Namun, tidak semua tahap ini diterapkan oleh
masing-masing pengelola air, tergantung dari kualitas sumber airnya. Sebagai
contoh, jika sumber airnya berasal dari dalam tanah (ground water), sistem
pengelolaan airnya akan lebih sederhana dari pada yang sumber airnya berasal dari
sumber air permukaan, seperti air sungai, danau atau laut. Karena air yang berasal
dari dalam tanah telah melalui penyaringan secara alami oleh struktur tanah itu
sendiri dan tidak terkontak langsung dengan udara bebas yang mengandung banyak
zat-zat pencemaran air. Berbeda halnya dengan sumber air permukaan yang mudah
sekali tercemar. Namun demikian air yang berasal dari dalam tanahpun akan jadi
tercemar juga jika sistem penampungan dan penyalurannya tidak bagus (iec, 2023).
Secara umum proses pengolahan air dibagi dalam 3 unit, yaitu:
1. Penampungan awal (intake) : dikenal dengan istilah sadap air, berfungsi
sebagai tempat penampungan air dari sumber airnya. Selain itu unit ini
dilengkapi dengan Bar Sceen yang berfungsi sebagai penyaring awal dari
benda-benda yang ikut tergenang dalam air seperti sampah daun, kayu
dan benda2 lainnya.
2. Pengolahan (Water Treatment) : Pada umumnya tahap pengolahan air
berupa koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi.
3. Penampungan akhir (Reservoir) : merupakan tahap dimana air yang sudah
di olah di tampung untuk siap di distribusikan ke masyarakat. Sebelum
penampungan Secara umum setelah melalui proses penyaringan ini air
langsung masuk ke unit Penampungan Akhir. Namun untuk
meningkatkan qualitas air kadang diperlukan proses tambahan, seperti:
proses pertukaran ion (ion Exchange), Proses Penyerapan (Absorption),
dan Proses Desinfeksi (Disinfection), Pengeringan lumpur, Fluoridisasi,
dan Koreksi pH.
(iec, 2023).
Perbedaan antara pengolahan air secara fisika, kimia dan biologi
Dalam pengolahan air, seringkali digunakan kombinasi dari ketiga metode
tersebut untuk mencapai hasil yang optimal. Misalnya, pengolahan air secara fisika
dan kimia, fisika dan biologi maupun ketiga tiga nya sekaligus.
Berikut adalah perbedaan antara ketiga metode tersebut:
a) Pengolahan Fisika: Metode ini melibatkan penggunaan sifat mekanis air
untuk menghilangkan partikel-partikel padat dari air. Contohnya adalah
dengan melakukan pengendapan, penyaringan, dan adsorpsi tanpa adanya
penambahan bahan kimia (uptdpab-mamujutengah, 2020).
b) Pengolahan Kimia: Metode ini melibatkan penambahan bahan kimia seperti
tawas dan klor untuk menghilangkan logam-logam berat yang terkandung
dalam air (uptdpab-mamujutengah, 2020). Namun, pengolahan kimia

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 7
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

memerlukan bahan kimia yang mahal dan dapat menimbulkan residu kimia
yang berbahaya bagi lingkungan.
c) Pengolahan Biologi: Metode ini melibatkan penggunaan mikroorganisme
tertentu sebagai media pengolah untuk membantu menjernihkan air. Proses
pengolahan air buangan secara biologis dapat berlangsung dalam tiga
lingkungan utama, yaitu lingkungan aerob, anoksik, dan anaerob (Ans-
Olahlimbah, 2013). Pengolahan air secara biologi dapat menjadi alternatif
yang lebih ramah lingkungan dan lebih murah dibandingkan dengan
pengolahan kimia.

II. 2 Koagulasi dan Flukulasi


II.2.1 Koagulasi
Koagulasi adalah salah satu metode pengolahan air yang umum digunakan
untuk menghilangkan partikel-partikel padat dari air. Prinsip dari koagulasi adalah
di dalam air terdapat partikel-partikel padatan yang sebagian besar bermuatan
negatif. Partikel-partikel ini dapat dihilangkan dengan menambahkan koagulan
yang bermuatan positif, seperti aluminium sulfat atau tawas, ke dalam air. Koagulan
ini akan membentuk flok logam hidroksida yang tidak larut dalam air sehingga
partikel tersuspensi terutama partikel yang bermuatan negatif dapat terjebak dalam
flok tersebut. Kemudian, flok-flok tersebut akan saling menempel membentuk flok
yang lebih besar dan mudah dihilangkan melalui proses pengendapan atau
penyaringan.
Dari definisi di atas Koagulasi memegang peran penting dalam
mengdestabilisasi dan menggumpalkan partikel kecil serta zat terlarut, sehingga
memudahkan penghilangannya dari air. Penelitian terkini telah difokuskan pada
stabilitas koloid, mekanisme koagulasi, dan jenis koagulan yang digunakan dalam
pengolahan air. Penggunaan elektrokoagulasi sebagai alternatif untuk koagulasi
konvensional telah dieksplorasi (Ghernaout, 2020).
II.2.2 Flokulasi
Flokulasi adalah proses dalam pengolahan air yang mengikuti langkah
koagulasi. Setelah bahan koagulan ditambahkan ke dalam air untuk membentuk
flok (gumpalan partikel), langkah flokulasi bertujuan untuk memperbesar flok
tersebut melalui pengadukan atau pengadukan lembut. Dalam proses flokulasi, flok
yang lebih besar dan lebih berat terbentuk saat partikel-partikel kecil yang telah
menggumpal secara bersamaan saling menempel.
Tujuan utama dari flokulasi adalah membentuk flok yang cukup besar untuk
lebih mudah diendapkan atau dihilangkan selama langkah selanjutnya dalam
pengolahan air, yaitu sedimentasi atau filtrasi. Proses flokulasi membantu
meningkatkan efisiensi penghilangan partikel-partikel kecil dan zat terlarut dalam

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 8
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

air, sehingga air yang dihasilkan menjadi lebih jernih dan bebas dari kotoran
(Keiken, 2022).
Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat diketahui bahwa partikel koloid
bersifat stabil sehingga sulit untuk diendapkan secara alami. Andaikan pada proses
pengolahan air minum dilakukan pengendapan secara alami untuk menurunkan
kandungan partikel tersuspensi dalam air tentu kita akan memerlukan bak
sedimentasi yang sangat besar hal ini disebabkan karena untuk mengendapkan
partikel kolid diperlukan waktu yang sangat lama (Chem-Envi, 2015).
Koagulasi-flokulasi merupakan dua proses yang terangkai menjadi kesatuan
proses tak terpisahkan. Pada proses koagulasi terjadi destabilisasi koloid dan
partikel dalam air sebagai akibat dari pengadukan cepat dan pembubuhan bahan
kimia (disebut koagulan). Akibat pengadukan cepat, koloid dan partikel yang stabil
berubah menjadi tidak stabil karena terurai menjadi partikel yang bermuatan positif
dan negatif. Pembentukan ion positif dan negatif juga dihasilkan dari proses
penguraian koagulan. Proses ini berlanjut dengan pembentukan ikatan antara ion
positif dari koagulan (misal Al3+) dengan ion negatif dari partikel (misal OH- ) dan
antara ion positif dari partikel (misal Ca2+) dengan ion negatif dari koagulan (misal
SO42-) yang menyebabkan pembentukan inti flok (presipitat) (Chem-Envi, 2015).
Berikut ini adalah gambaran dari proses koagulasi-flokulasi:

Gambar II.2 Mekanisme Koagulasi dan Flokulasi


(chem-envi,2015)
Segera setelah terbentuk inti flok, diikuti oleh proses flokulasi, yaitu
pembentukan flok serta penggabungan inti flok menjadi flok berukuran lebih besar
yang memungkinkan partikel dapat mengendap. Penggabungan flok kecil menjadi
flok besar terjadi karena adanya tumbukan antar flok. Tumbukan ini terjadi akibat
adanya pengadukan lambat (Chem-Envi, 2015).

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 9
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

Proses koagulasi-flokulasi terjadi pada unit pengaduk cepat dan pengaduk


lambat. Pada bak pengaduk cepat, dibubuhkan koagulan. Pada bak pengaduk
lambat, terjadi pembentukan flok yang berukuran besar hingga mudah diendapkan
pada bak sedimentasi. Koagulan yang banyak digunakan dalam pengolahan air
minum adalah aluminium sulfat atau garam-garam besi. Kadang-kadang koagulan-
pembantu, seperti polielektrolit dibutuhkan untuk memproduksi flok yang lebih
besar atau lebih cepat mengendap. Faktor utama yang mempengaruhi proses
koagulasi-flokulasi air adalah kekeruhan, padatan tersuspensi, temperatur, pH,
komposisi dan konsentrasi kation dan anion, durasi dan tingkat agitasi selama
koagulasi dan flokulasi, dosis koagulan, dan jika diperlukan, koagulan-pembantu.
Pemilihan koagulan dan konsentrasinya dapat ditentukan berdasarkan studi
laboratorium menggunakan jar test apparatus untuk mendapatkan kondisi optimum
(Chem-Envi, 2015).
Contoh Reaksi kimia untuk menghasilkan flok menggunakan tawas adalah:
Al2(SO4)3.14H2O + 3.Ca(HCO3)2 → 2.Al(OH)3 + 3.CaSO4 + 14.H2O +
6.CO2

II.3 Koagulan dan Flokulan Sintetik (An Organik)


Adalah bahan kimia yang digunakan dalam pengolahan air untuk
memfasilitasi proses koagulasi. Jenis koagulan ini termasuk senyawa kimia
anorganik yang dirancang untuk membantu dalam pembentukan flok (gumpalan
partikel) dalam air. Dalam industri pengolahan air, koagulan yang paling umum
tetap adalah aluminium sulfat (alum), ferric khlorid (FeCl3), ferric sulfat
(Fe2(SO4)3), Polyaluminium Chloride (PAC), dll. Sejak tahun 1980-an, penelitian
telah dilakukan untuk pembentukan pre-polimer aluminium hidroksiklorida,
memungkinkan penggunaan yang lebih baik dari spesies mono- dan polinuklir
(Ratnaweera, 2020).
II.3.1 Keuntungan dan Kerugian penggunaan koagulan An Organik
Berikut keuntungan dan kerugian penggunaan Koagulan dan Flokulan Sintetik
(AnOrganik) :
Jenis Koagulan Keuntungan Kerugian
Aluminiumsulphate Mudah diolah dan Penambahkan zat
(Alum) diterapkan; paling terlarut (garam) ke
Al2 (SO4)3. 18H2O sering digunakan; limbah; efektif dalam
menghasilkan lumpur rentang pH tertentu.
lebih sedikit daripada
kapur; paling efektif
antara pH 6.5 dan 7.5.
Sodium Aluminate Efektif dalam air sadah; Sering digunakan
Na2Al2O4 dosis kecil biasanya dengan alum
cukup. (aluminium sulfat);

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 10
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

biaya tinggi; tidak


efektif dalam air dengan
kesadahan rendah.
Polyaluminium Chloride Dalam beberapa Tidak umum digunakan;
(PAC) aplikasi, flok yang data skala penuh yang
Al13(OH)20(SO)4.Cl15 terbentuk lebih padat terbatas dibandingkan
dan mengendap lebih dengan derivatif
cepat daripada alum aluminium lainnya.
(aluminium sulfat).
Ferric Sulfate Effective range pH 4-6 Penambahkan zat
Fe2(SO4)3 dan terlarut (garam) ke
8.8-9.2 dalam air; biasanya
perlu untuk
menambahkan
alkalinitas.
Ferric Chloride Effective pH 4 and 11 Menambahkan zat
FeCl3.6H2O terlarut (garam) ke
dalam air;
mengkonsumsi dua kali
lipat alkalinitas
dibandingkan dengan
alum (aluminium
sulfat).
Ferrous Sufate Tidak sesensitif dengan Penambahkan zat
(Copperas) pH seperti kapur (lime). terlarut (garam) ke
FeSO4 .7H2O dalam air; biasanya
perlu untuk
menambahkan
alkalinitas.
Lime Digunakan secara Tergantung pada pH;
Ca(OH)2 umum; sangat efektif; menghasilkan jumlah
mungkin tidak lumpur yang besar;
diperlukan overdosis dapat
menambahkan garam mengakibatkan kualitas
ke air buangan. air buangan yang buruk.
Tabel II. 1 Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Koagulan Anorganik
(Kumar, 2017).
II.4 Koagulan dan Flokulan Alami (Organik)
Bio-koagulan berasal dari sumber alami dan mendapat perhatian karena potensinya
dalam aplikasi pengolahan air yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Berbagai
jenis bio-koagulan meliputi:
a) Koagulan Polimer Alami: Koagulan ini umumnya berupa karbohidrat,
protein, dan molekul-molekul makromolekuler lemak yang berasal dari
sumber alami seperti tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme (Bhupendra

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 11
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

Koul, 2022). Mereka memiliki potensi untuk efektif dalam pengolahan air,
menawarkan solusi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
b) Koagulan Berbasis Tumbuhan: Bahan tumbuhan seperti biji Moringa
oleifera, biji Carica papaya, dan daun Cactus opuntia telah terbukti efektif
sebagai koagulan untuk pengolahan air (Bhupendra Koul, 2022). Gugus
fungsional hidroksil, asam karboksilat, dan amin yang terdapat dalam
koagulan berbasis tumbuhan ini mendorong fungsi mereka sebagai bio-
koagulan (Halder, 2021).
c) Koagulan Berbasis Mikroorganisme: Bio-koagulan juga dapat diekstrak
dari mikroorganisme, khususnya bakteri dan substansi polimer ekstraseluler
mereka, yang dapat berfungsi sebagai bio-koagulan yang efektif (Halder,
2021). Contoh : Ekstrak Bakteri Polimer Extracellular (EPS) dan extrac alga
d) Koagulan Berbasis Hewan: Koagulan berbasis hewan diperoleh dari
berbagai sumber hewan, seperti cangkang telur, tulang, dan darah. Kitosan,
biopolimer alami yang ditemukan pada invertebrata laut, sering digunakan
sebagai bio-koagulan dalam pengolahan air limbah (Halder, 2021).
Manfaat penggunaan koagulan alami dalam pengolahan air, termasuk:
a) Daur Ulang dan Berkelanjutan: Koagulan alami bersifat daur ulang, tidak
beracun, dan dapat terurai secara alami, menawarkan alternatif yang
berkelanjutan untuk koagulan kimia (Bhupendra Koul, 2022).
b) Efektivitas Biaya: Koagulan alami bersifat efektif biaya, menyediakan
pilihan ekonomis untuk proses pengolahan air (Bhupendra Koul, 2022).
c) Efisiensi Tinggi pada Konsentrasi Rendah: Koagulan alami dilaporkan
memiliki efisiensi yang lebih tinggi pada konsentrasi rendah, membuatnya
efektif dalam pengolahan air bahkan pada tingkat dosis yang lebih rendah
(Bhupendra Koul, 2022).
d) Penghilangan Kejernihan dan Mikroorganisme: Koagulan alami telah
menunjukkan kemampuan untuk menghilangkan kejernihan dan
mikroorganisme seperti E. Coli dari air, berkontribusi pada peningkatan
kualitas air (Bhupendra Koul, 2022).
e) Ramah Lingkungan: Penggunaan koagulan alami sejalan dengan kesadaran
global yang semakin meningkat tentang isu-isu lingkungan, menawarkan
pendekatan hijau dan berkelanjutan dalam pengolahan air (Halder, 2021).
f) Kelarutan yang Mudah dalam Air: Koagulan alami dilaporkan mudah larut
dalam air, memudahkan aplikasinya dalam proses pengolahan air
(Bhupendra Koul, 2022).
II.4.1 Plant Based Coagulant & Flokulan
PBC (Koagulan Berbasis Tumbuhan) secara luas digunakan untuk
penyaringan air terkontaminasi di daerah yang kurang terurbanisasi, karena terlihat
lebih hemat biaya dibandingkan dengan koagulan buatan. Koagulan PBC diyakini
dapat mengatasi air dengan rentang kekeruhan rendah hingga menengah (50–500)
NTU. Sayangnya, analisis yang mendalam terhadap PBC yang ada masih bersifat
khayalan pada abad ke-21 ini. Signifikansi PBC terhadap ekosistem pada akhirnya
Laboratorium Dasar Teknik Kimia
FTI – ITATS 12
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

menjadi penelitian untuk memperkuat penyelidikan dalam menemukan sumber


daya alam yang terkandung di dalamnya (Pearse, 2003).
Diantara PBC yang dijelaskan, yaitu biji Nirmali, Moringa oleifera, Tannin,
dan Kaktus. Polielektrolit anionik adalah polimer dari biji nirmali yang partikelnya
memudar dalam air melalui penghubung antar partikel. Ekstrak biji ini mengandung
gugus -COOH dan -OH yang dapat meningkatkan kompetensi koagulasi karena
adanya lipid, karbohidrat, dan alkaloid. Galaktomanan dan galaktan merupakan
campuran dari divisi polisakarida yang diekstraksi dari biji Strychnospotatorum
yang mampu mengurangi kekeruhan hingga 80%. Secara keseluruhan,
galaktomanan disusun oleh β-d-mannopyranosil 1,4-linked yang berujung pada unit
α-d-galaktopyranosil yang terhubung pada 0–6 titik dari beberapa residu. (Kumar,
2017).
Biji Nirmali dan proses koagulasinya belum dipelajari secara mendalam,
(Yin,2009) namun keberadaan jumlah yang melimpah dari gugus –OH sepanjang
rantai galaktomanan dan galaktan memberikan adsorpsi yang lemah namun
melimpah yang akhirnya mengarah pada efek jembatan antarpartikel koagulan.
Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan dalam hal ini (Yin,2009).
Moringa oleifera adalah tanaman tropis yang tidak berbahaya (konsentrasi
rendah) yang bijinya mengandung minyak yang dapat dimakan dan zat larut dalam
air. Tanaman ini dikenal dapat dimanfaatkan untuk tujuan yang bermanfaat.
Moringa umumnya dikonsumsi sebagai bahan pangan dan sumber penyembuhan
terbatas pada daerah perkotaan (Anwar, 2006). Agen koagulasi yang paling
direkomendasikan memiliki massa 12–14 kDa dan titik isoelektrik (pI) sekitar 10–
11 adalah protein kationik 13lginat. Adsorpsi dan netralisasi muatan adalah metode
koagulasi utamanya. Protein kationik dengan pI lebih dari 9.6 dan massa tidak
kurang dari 6.5 kDa. Sebaliknya, Okuda berpendapat bahwa elemen aktif dari
ekstraksi air garam yang bukan polisakarida atau protein sebenarnya adalah
polielektrolit Alginat dengan massa molekul 3.0 kDa (Okuda,2001). Dibahas pula
bahwa kation divalen (seperti Ca2+ dan Mg2+) sangat dihargai yang meningkatkan
efek moringa oleifera.
Bahan alami yang diperoleh dari struktur polifenol umumnya dikenal sebagai
Tanin, seperti Akasia, Castanea, atau Schinopsis yang diekstrak dari kulit dan kayu.
Aplikasi tanin banyak diteliti untuk mengolah air yang mengandung atom nitrogen
dengan sepasang bebas dan gugus asam karboksilat. Tanin memberikan densitas
muatan 3meq/g, karena dalam lingkungan kationik terdapat satu kelompok amina
tersier per monomer (Ozacar, 2007). Berat molekul tanin berkisar antara 100
hingga 10.000, yang umumnya digunakan sebagai bahan penyamak dalam industri
kulit.
Lebih lanjut, juga didefinisikan bahwa tanin adalah koagulan yang bersifat
netral sebagai bantuan yang dapat digunakan untuk pengolahan air dan limbah. Ini
adalah pemahaman umum bahwa gugus fenol di-stabilisasi melalui resonansi. Hal

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 13
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

ini menarik perhatian bahwa struktur tanin mampu untuk koagulasi. (Kumar,
2017).
Genus kaktus yang paling dikenal dalam mengolah air adalah ‘nopal’ di
Meksiko dan ‘prickly pear’ di Amerika Utara. Jenis kaktus ini terkait dengan
sumber makanan nutrisi & karakteristik penyembuhan. Selain itu, opuntia cactus
latifaria juga banyak digunakan sebagai koagulan alami. Kemampuan koagulasi
tinggi pada opuntia diakui karena keberadaan lendir yang dianggap sebagai
karbohidrat kompleks dan lengket. Penyimpanan senyawa-senyawa ini di dalam
kaktus dan pada permukaan memiliki kemampuan tinggi untuk menahan air. Lendir
pada kaktus opuntia mengandung serat seperti l-ramanosa, l-arabinosa, d-galaktosa,
d-ksilosa, dan asam galakturonat, terutama selama metode koagulasi pembentukan
jembatan, partikel-partikel larutan dapat melakukan kontak tidak langsung dari
genus kaktus (Saenz, 2004). Elemennya yang paling mampu dalam koagulasi
adalah asam galakturonat, yang dikenal dapat menghilangkan 50% kekeruhan.
II.4.2 Proses Tahap mendapatkan Natural Koagulan (Organik)
Fase pengolahan pertama sangat penting untuk aplikasi konjugal dan
pemanfaatan. Pada tahap ini, tanaman dipotong, dipotong, diiris, dan dikupas untuk
tujuan pengeringan melalui pulverisasi manual atau mekanik untuk menghindari
bagian yang tidak diinginkan. Metode konvensional melibatkan aerasi dan pulp dari
bagian tanaman menjadi partikel yang kemudian bisa digunakan secara langsung
untuk pengolahan air maupun di lakukan treatment selanjutnya. (Kumar, 2017).
Pada fase pengolahan kedua, ekstraksi pelarut Organik seperti air dan/atau
Alkohol digunakan untuk menghilangkan agen-agen aktif. Namun, juga digunakan
ekstraksi larutan air dan garam (NaCl) (Kumar, 2017). Penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa dengan menggunakan ekstraksi larutan NaCl dengan dosis
yang lebih rendah sebanyak 7,4 kali lebih tinggi untuk menghilangkan kekeruhan
kaolinit.

Gambar II.3 Proses Umum Tahapan Preparasi PBC


(Halder, 2021)

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 14
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

II.5 Pisang
Klasifikasi Tanaman Pisang
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa paradisiaca
(Elfianis, 2022)
Nama spesies dari pisang adalah Musa sp yang berasal dari genus Musa.
Pisang termasuk dalam famili Musaceae dalam kelas tumbuhan berkeping biji
tunggal. Sementara itu, pisang masuk dalam subdivisi tumbuhan berbunga dan
divisi tumbuhan berbiji (Lubis, 2021)
Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan terna berukuran
besar dengan daun memanjang dan besar yang tumbuh langsung dari bagian
tangkai. Batang pisang bersifat lunak karena terbentuk dari lapisan pelepah yang
lunak dan panjang. Batang yang agak keras berada di bagian permukaan tanah.
Pisang memiliki daun bertangkai yang berpencar dengan bagian batang yang
meruncing. Ukuran daun pada tiap spesies pisang juga berbeda-beda. Tangkai
pisang menghasilkan bunga dalam jumlah yang banyak. Bagian bunga pada pisang
akan membentuk buah yang disebut sisir. Buah pisang berkelompok dalam satu
bunga majemuk dengan ukuran yang makin ke bawah makin mengecill (Lubis,
2021).
Spesies pisang yang paling banyak dibudidayakan di dunia adalah pisang
hutan. Jenis pisang hutan dapat tumbuh di hutan, bukit maupun di dataran rendah.
Selain itu, pisang juga dapat ditanam bersama dengan tanaman lain seperti jagung
dan ketela pohon. Pisang dapat dipanen kapan saja, karena pertumbuhannya yang
sesuai dengan segala jenis musim. Kematian pohon pisang hanya terjadi ketika
berbuah hanya sekali semasa hidupnya. Buah pisang dapat langsung dimakan atau
dimasak terlebih dahulu. Nutrisi di dalam pisang bermanfaat bagi kesehatan tubuh
manusia dan dapat pula dibuat sebagai obat tradisional (Lubis, 2021).

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 15
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

Pada awalnya, pisang merupakan tumbuhan asli yang berasal dari kawasan
Asia Tenggara, kemudian menyebar ke seluruh wilayah dunia. Dari arah barat,
pisang menyebar mulai dari Samudra Atlantik menuju ke Pulau Madagaskar lalu
ke Benua Afrika dan menuju ke Amerika Latin dan Amerika Tengah. Sementara
itu, pisang yang menyebar dari arah timur melalui Samudra Pasifik menuju ke
Hawaii (Lubis, 2021).
Pisang dapat tumbuh subur di wilayah dengan musim kemarau yang
berlangsung hingga 4,5 bulan. Curah hujan yang diperlukan oleh pisang untuk
tumbuh dengan subur adalah 650 hingga 5.000 mililiter per tahun. Sementara itu,
suhu lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan pisang berkisar antara 21 oC
hingga 29,5 oC (Lubis, 2021).
Pisang awalnya merupakan tanaman lokal di kawasan Asia Tenggara yang
sebagian besar berpusat di wilayah Indonesia. Sejak 500 tahun sebelum Masehi,
pisang telah menyebar hingga ke Pulau Madagaskar. Sedangkan, wilayah Afrika
lainnya telah mengenal dan membudidayakan pisang sejak seribu tahun sebelum
Masehi. Pada masa yang sama, Hawaii telah mengenal dan membudidayakan
pisang melalui pengiriman dari Kepulauan Canaria (Sastrahidayat, 2015).
II.5.1 Morfologi Pohon Pisang
Morfologi tanaman pisang bisa dilihat bagian – bagian tubuhnya seperti pada
gambar berikut :

daun

buah
batang

Tunas samping

akar

Gambar II.4 Morfologi Tanaman Pisang secara umum


(Jana, 2013)

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 16
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

1. Akar
Pohon pisang memiliki sistem perakaran serabut karena pisang termasuk
sebagai tanaman monokotil. Akar pada pisang berwarna kecokelatan dan biasanya
tumbuh menyebar mendekati permukaan tanah. Akar tersebut bisa tumbuh hingga
kedalaman 75 – 150 cm. Akar ini bisa tumbuh hingga 5 cm (Elfianis, 2022).
2. Batang
Batang sejati pada tanaman pisang berupa umbi yang tertanam di dalam
tanah, dengan titik pertumbuhan daun terletak di bagian atasnya. Selama
pertumbuhan, titik ini berkembang menjadi batang semu yang kokoh, terbentuk dari
pelepah daun pisang yang saling menutupi erat. Struktur batang semu ini bersifat
silindris dan berlapis-lapis, tanpa kayu dan kambium, sehingga memiliki tekstur
yang lunak dan berair. Seiring pertumbuhannya, batang palsu ini mengalami
pembentukan lapisan baru, sementara lapisan lama mendorong keluar dan
mengelupas. Warna batang semu pisang adalah hijau muda dengan lapisan yang
cenderung kecokelatan. Batang pisang memiliki tipe simpodial dengan jaringan
meristem di ujungnya yang memanjang dan akhirnya membentuk bunga (Elfianis,
2022).
3. Daun
Daun pisang berbentuk memanjang dan lebar dengan pelepah yang merupakan
pertulangan daun besar. Pelepah pisang memiliki struktur berongga dan tinggi
kandungan air. Bagian bawah daun tertutup oleh lapisan lilin putih. Daun muda
memiliki warna hijau tua, sedangkan permukaan daun muda berwarna hijau muda,
dan biasanya, daun yang baru muncul masih dalam keadaan menggulung (Elfianis,
2022).
4. Bunga
Bunga pisang, yang juga dikenal sebagai jantung pisang, memiliki ukuran
antara 10 hingga 25 cm. Struktur bunga ini terdiri dari dandan, dan dalam satu
tandan terdapat beberapa kelompok bunga yang tersusun secara berderet. Bunga
pisang ditutupi oleh bractea, daun pelindung berwarna merah keunguan yang
permukaannya dilapisi lilin untuk melindungi bunga dari kerontokan. Setiap bunga
memiliki 5 helai benang sari, sedangkan pada bunga betina terdapat bakal buah
berbentuk bersegi. Bunga jantan memiliki panjang sekitar 6 cm dan benangsari
sebanyak 5 hela (Elfianis, 2022).
5. Buah
Buah pisang tumbuh dari bakal buah dan memiliki bentuk silinder, tergolong
sebagai buah buni. Buah pisang tersusun dalam kelompok yang disebut sisir, yang
terus tumbuh membentuk sisir berikutnya. Biasanya, bagian bawah jantung pisang
dipotong jika tidak dapat membentuk sisir baru. Setiap sisir pisang berisi 10 hingga
16 buah pisang. Daun pisang memiliki ujung tumpul dengan tepi yang rata,
permukaan atasnya mengkilap dan berwarna hijau. Buah pisang mentah berkulit

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 17
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

hijau, tetapi ketika masak, warna kulitnya berubah menjadi kuning. Ketebalan kulit
bervariasi antar varietas. Panjang pisang berkisar antara 12 hingga 18 cm, dengan
diameter sekitar 3 cm. Pisang yang matang memiliki rasa sangat manis dan tekstur
lunak. Saat dikupas, daging buah memiliki serat yang menempel, dan jika dibelah,
terdapat biji berwarna hitam. (Elfianis, 2022).
6. Tunas samping
Tunas samping adalah akar lateral yang tumbuh dari rizoma dan dekat dengan
tanaman “induk.” Tunas samping pada dasarnya adalah klon dari tanaman “anak”
yang akan menggantikan tanaman induk setelah selesai berbuah. Ada dua jenis
tunas samping, yaitu tunas air dan tunas pedang. Tunas pedang memiliki daun yang
sempit dan rizoma yang besar. Tunas air mirip dengan tanaman pisang mini.
Mereka memiliki daun lebar, rizoma kecil, dan hubungan yang lemah dengan
tanaman induk, sehingga tidak akan berkembang menjadi tanaman yang kuat
(thrjah27, 2016)
II.5.2 Batang Pisang sebagai Koagulan Organik
Efektivitas pemakaian batang pisang maupun komponen pohon pisang
sebagai koagulan alami untuk pengolahan air telah diselidiki oleh berbagai peneliti
lebih lanjut dalam rentan 10 tahun belakang ini. Kakoi, 2016 menyatakan dalam
evaluasi nya pada pelepah pisang sebagai polielektrolot alami dan koagulan dapat
dengan efektif menghilangkan kekeruhan sintetic poluted water dengan nilai yang
memuaskan yakni sebesar 98,5%, menurunkan COD sebesar 54,3 %, padatan
terlarut sebesar 96,03 %, dan garam serta logam terlarut seperti sulfat, nitrat,
tembaga, kromium, besi, seng, timbal, dan mangan memiliki persen penurunan di
atas 80% (Beatrice Kakoi, 2016)
Berdasar kutipan dari kissa dan bertsch, bahwa Kinetika koagulasi-flokulasi
berkaitan dengan perubahan waktu dalam dispersi dan suspensi. Tingkat kinetika
koagulasi-flokulasi mengindikasikan stabilitas dispersi dan memberikan informasi
berharga tentang interaksi partikel. Pelepah pisang adalah polielektrolit alami yang
belum pernah digunakan untuk tujuan ekonomi utama. Ini adalah bahan limbah
non-pangan yang diperoleh dari tanaman pisang setelah panen buah. Polielektrolit
berfungsi dengan dua cara yang berbeda; yaitu, (i) netralisasi muatan, dan (ii)
penghubung antara partikel. Kelompok fungsional dalam pelepah pisang meliputi
kelompok O-H, C-H, C-O-C, C-N, dan kelompok karboksilat (COO-ikatan ganda)
dan karboksilat ionik (COOH) (Kakoi, 2016).
Selain itu, dalam penelitian Kakoi, menyatakan berdasar kan uji FTIR pada
batang pisang yang di olah menjadi koagulan Kelompok fungsional dalam koagulan
pelepah pisang dikaitkan dengan getaran kelompok O-H yang dapat ditemukan
dalam makromolekul seperti selulosa dan pektin. Terdapat juga dikaitkan dengan
peregangan asimetris ikatan ganda COO karboksilat yang terdeprotonasi dari
kelompok fungsional karboksilat, C-O dari keton, aldehida, dan laktosa atau
kelompok karboksil, C-O-C dan OH polisakarida, serta amina. Kehadiran sejumlah

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 18
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

besar kelompok fungsional dalam bubuk pelepah pisang menunjukkan potensinya


untuk menyerap berbagai kontaminan dan, oleh karena itu, memfasilitasi
penghilangan zat terlarut dan tersuspensi dari air Kakoi, 2016.
Penggunaan batang pisang sebagai koagulan (banana pith coagulant) terbukti
memiliki berbagai keuntungan seperti yang di kemukakan oleh (Upadhyay, 2021)
dalam penelitian nya menggunakan batang pisang yang di bubuk kan untuk
mengurangi tingkat kesadahan pada air danau dimana hasil penelitian menunjukkan
dengan dosis yang kecil koagulan tersebut dapat menurunkan tingkat kesadaan total
maupun dari ion Magnesium dan Calsium secara mengagumkan.
Keuntungan menggunakan batang pisang sebagai koagulan antara lain : non
toxic dan aman untuk di konsumsi, biodegradable, kaya akan komponen organik,
memiliki nutrien yang tinggi, batang pisang mempunyai lignin yang berperan
penting dalam proses koagulasi pada pengolahan air, dan pisang merupakan sumber
agacturinic acid yang bagus (Upadhyay, 2020). Pisang kaya akan kompleks organik
seperti selulosa, hemiselulosa, unsur pektin, pigmen klorofil, dan kompleks lain
dengan berat molekul kecil. Beberapa penelitian eksperimental menunjukkan
bahwa pisang mengandung asam galakturonat, pektin (10-21%), lignin (6-12%),
selulosa (7,6-9,6%), dan hemiselulosa (6,4-9,4%) yang berpengaruh dalam proses
koagulasi. (Upadhyay, 2020).
Aplikasi koagulan pada batang pisang terhadap pengolahan air tidak hanya
untuk air permukaan, koagulan batang pisang sesuai penelitian dari Habsah, dkk.
2013, mophin, 2016; Sowmitha, 2019; di aplikasikan untuk mengolah air dari
limbah industri tekstil untuk menurunkan kadar pewarna dalam air. Dalam proses
nya koagulasi dengan menggunakan batang pisang efektif pada pH 4 untuk
menurunkan 97% turbidity pada sample efluen industri tekstil. Jus batang pisang
mengandung senyawa polisakarida inulin (1,22016 mg / mL), yang merupakan
polimer alami untuk menjembatani dan menjerat mikroflok untuk membentuk flok
yang lebih besar 1. Oleh karena itu, ini akan membantu dalam penyelesaian cepat
flok untuk koagulasi air limbah tekstil (Kani, 2016).

II.5.3 Mekanisme Koagulasi pada Koagulan Organik Batang Pisang


Aplikasi koagulan pada batang pisang terhadap pengolahan air tidak hanya
untuk air permukaan, koagulan batang pisang sesuai penelitian dari Habsah, dkk.
2013, mophin, 2016; Sowmitha, 2019; di aplikasikan untuk mengolah air dari
limbah industri tekstil untuk menurunkan kadar pewarna dalam air. Dalam proses
nya koagulasi dengan menggunakan batang pisang efektif pada pH 4 untuk
menurunkan 97% turbidity pada sample efluen industri tekstil. Jus batang pisang
mengandung senyawa polisakarida inulin (1,22016 mg / mL), yang merupakan
polimer alami untuk menjembatani dan menjerat mikroflok untuk membentuk flok
yang lebih besar 1. Oleh karena itu, ini akan membantu dalam penyelesaian cepat
flok untuk koagulasi air limbah tekstil (Hans Kristianto, 2020).

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 19
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

Gambar II.5 Ilustrasi mekanime interparticle bridging yang dikutip dari: Choy
dkk., 2015
(Hans Kristianto, 2020).
Faktor-faktor seperti pH dan dosis koagulan memengaruhi kinerja
polisakarida sebagai koagulan. pH penting untuk muatan polisakarida, dan
informasi mengenai titik muatan nol menjadi relevan. Dosis koagulan dipengaruhi
oleh konsentrasi koloid di air yang diolah, dengan dosis optimum mencapai muatan
total zeta potential mendekati nol. Dalam aplikasi pektin, konsentrasi ion bivalen
seperti Ca2+ memengaruhi efektivitas koagulasi karena berperan dalam
pembentukan struktur gel melalui interaksi egg box (Hans, 2020).

Gambar II.6 Ilustrasi interaksi pektin dengan koloid (kanan) dan


koagulasi gel pektin dikutip dari Okuda dkk., 2001; Yin, 2010);
dimana P adalah partikel koloid

(Hans Kristianto, 2020).


Penelitian terkait pengaruh konsentrasi ion Ca2+ terhadap kinerja koagulasi
pektin belum umum dilakukan, tetapi penelitian serupa pada alginat menunjukkan
peningkatan efisiensi koagulasi dengan peningkatan konsentrasi Ca2+. Penggunaan
pektin dan pati sebagai bahan pembantu koagulan dalam penelitian memberikan
efek sinergis dengan koagulan anorganik, mengurangi penggunaan koagulan
tersebut dan meningkatkan efektivitas pengolahan limbah. Kedua polimer ini
membantu dalam proses koagulasi, terutama melalui mekanisme interparticle
bridging. Dalam literatur yang disajikan, terdapat variasi dosis dan pH koagulasi,
yang sangat tergantung pada jenis koagulan dan karakteristik limbah yang diolah
(Hans Kristianto, 2020).

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 20
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

II.6 Alginat (Sodium Alginat)


Dalam kutipan nya pada Ikeda, 2000; Grant, dkk. Biological interactions
between polysaccharides and divalent cations: the egg-box model. 1973. Asam
alginat atau alginat, sejenis polisakarida alami yang berasal dari ganggang coklat
laut, memiliki sifat unik berkat struktur blok asam α-L guluronic (G) dan asam β-D
mannuronic (M). Biopolimer ini, kaya akan gugus karboksil, menunjukkan
interaksi luar biasa dengan kation logam polivalen, terutama ion kalsium,
membentuk struktur 'kotak telur' yang khas. Kemampuan ini membuat alginat
menjadi biopolimer industri yang signifikan dengan berbagai aplikasi. Potensi
kalsium alginat sebagai koagulan untuk pengolahan air keruh, dengan tujuan
mengurangi kekeruhan hingga mencapai standar air minum (H. Aylin Devrimci,
2012).
Alginat, khususnya natrium alginate, telah diteliti sebagai koagulan alami dan
penolong koagulan untuk meningkatkan efektivitas koagulasi dalam proses
pengolahan air. Alginat adalah bio-flokulan alami dan terbarukan yang tidak
menghasilkan polusi sekunder dan dapat digunakan sebagai koagulan potensial
untuk keperluan air minum (Xin Liu, 2020). Kalsium Alginate berperan baik
sebagai koagulan, terutama untuk tingkat kekeruhan tinggi dalam air, dan
kinerjanya dapat ditingkatkan dengan mengubah rezim pencampuran (H. Aylin
Devrimci, 2012).
Alginat juga telah digunakan sebagai koagulan sekunder bersama dengan
koagulan primer seperti aluminium sulfat dan feri klorida untuk penghilangan
warna dan penghilangan DOC, secara berturut-turut. Selain itu, pengaruh
penambahan natrium/sodium alginat (SA) terhadap efisiensi pengolahan air,
karakteristik flok, dan penyumbatan membran telah diuji, dan hasil menunjukkan
bahwa SA sebagai penolong koagulan menghasilkan flok yang lebih besar dan kuat,
yang akan meningkatkan efisiensi pengolahan proses koagulasi. Konsentrasi
alginat memainkan peran penting dalam menentukan biaya pengobatan, dan dosis
alginat yang diperlukan untuk pengobatan lebih sedikit, sehingga biaya pengobatan
akan jauh lebih rendah, sehingga alginat dapat menggantikan penggunaan koagulan
kimia seperti alum (Yan Wang, 2014).

II.7 Penelitian Terdahulu


Penulis Judul Hasil Penelitian
(Habsah Alwi, 2013) A Preliminary Study Persentase penghilangan
of Banana Stem Juice COD, SS, dan kekeruhan
as a Plant-Based dengan menggunakan jus
Coagulant for batang pisang menunjukkan
Treatment of Spent potensi besar sebagai koagulan
Coolant Wastewater alami berbasis tanaman dalam
pengolahan air limbah
pendingin bekas.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 21
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

Persentase penghilangan
COD 80,1 %, SS 88,6%, dan
98,5 %kekeruhan yang tinggi
oleh jus batang pisang diamati
untuk air limbah pada pH 7.
Jus batang pisang
mengandung senyawa
polisakarida inulin (1,22016
mg / mL), yang merupakan
polimer alami untuk
menjembatani dan menjerat
mikroflok untuk membentuk
flok yang lebih besar
(Kani, 2016) Accessing the Eksperimen koagulasi
Suitability of Using menggunakan uji bejana
Banana Pith Juice as a dilakukan dengan sistem
Natural Coagulant for flokulasi di mana efek limbah
Textile Wastewater industri tekstil serta dosis jus
Treatment batang pisang pada efektivitas
koagulasi diamati pada
berbagai tingkat pH. Persentase
penghilangan EC, TS, dan
kekeruhan yang tinggi oleh jus
batang pisang diamati pada pH
4 masing-masing sebesar 50,
50,1, dan 97,5%. Hasil
menunjukkan bahwa jus batang
pisang memiliki potensi besar
sebagai koagulan alami untuk
air limbah tekstil.
Kakoi, dkk. 2016 Banana pith as a Gugus fungsional dalam
natural coagulant for batang pisang terdiri dari gugus
polluted river water O-H, C-H, C-O-C, dan C-N,
serta gugus karboksilat (COO-
ikatan ganda) dan gugus
karboksilat ionik (COOH).
Titik nol muatan batang pisang
adalah pH 4,8.
Biomassa ini terdiri dari
32,3% karbon, 4,21%
hidrogen, 1,46% nitrogen,
43,5% oksigen, dan 0,86%
belerang.
Pengolahan air keruh
dengan batang pisang
menghilangkan hingga 98,5%,
54,3%, 96,03%, 98,9%, 88,7%,
100%, 100%, 92%, 81%,

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 22
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

100%, dan 60% dari


kekeruhan, COD, padatan
tersuspensi, sulfat, nitrat,
tembaga, kromium, besi, seng,
timbal, dan mangan, masing-
masing, pada dosis batang
pisang sebesar 0,1 kg/m3 dan
pH awal 4.
(Upadhyay, 2021) Wastewater Batang Pisang yang di jadikan
Treatment Using bubuk sebagai koagulan
Banana Pith Powder organik dalam menangani
pengolahan air danau untuk
menurunkan tingkat kesadahan
total pada air, kesadahan dari
ion magnesium dan ion
Calsium sebagai pengganti
PAC menghasilkan dengan
dosis 5 mg/L dapat
menghilangkan tingkat
kesadahan total dan kesadahan
ion magnesium, tetapi untuk
menurunkan tingkat kesadahan
dari ion Kalsium membutuhkan
dosis 15 mg/L.
Pisang kaya akan
kompleks organik seperti
selulosa, hemiselulosa, unsur
pektin, pigmen klorofil, dan
kompleks lain dengan berat
molekul kecil.
Beberapa penelitian
eksperimental menunjukkan
bahwa pisang mengandung
asam galakturonat, pektin (10-
21%), lignin (6-12%), selulosa
(7,6-9,6%), dan hemiselulosa
(6,4-9,4%) yang berpengaruh
dalam proses koagulasi.
(Sri Sowmitha Formulation of Benih pepaya, umbi
Ramesh, 2019) Natural Elite Dye batang pisang, dan kulit nanas
Remover from dikeringkan pada suhu tertentu
Textile Effluent dan digiling menjadi bubuk.
Uji koagulasi dan flokulasi
dilakukan menggunakan uji Jar
Test.
Hasil analisis FTIR
menunjukkan adanya
kelompok fungsional potensial

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 23
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

dalam koagulan alami yang


bertanggung jawab atas
penghilangan konsentrasi
pewarna dalam air limbah.
Penentuan tingkat BOD dan
COD untuk air limbah yang
diolah menunjukkan bahwa
koagulan alami mengurangi
nilai menjadi masing-masing
185,43 mg/L dan 323 mg/L.

Dengan demikian,
penelitian ini menyimpulkan
bahwa penghilangan pewarna
dari air limbah tekstil dapat
dicapai dengan mengolahnya
dengan kombinasi tiga limbah
buah yang berbeda, seperti
bubuk biji pepaya, umbi
pisang, dan kulit nanas dengan
konsentrasi masing-masing 8
mg, 13 mg, dan 12 mg, yang
bertindak sebagai koagulan
alami dan aman bagi organisme
(Athira MP, 2021) TREATMENT OF Dalam penelitian ini,
DAIRY fokus utamanya adalah
WASTEWATER BY pengolahan air limbah dari
USING BANANA industri susu menggunakan
STEMS, PAPAYA adsorben alami. Pengaduk
SEEDS AND JACK magnetik adalah peralatan
FRUIT SEEDS laboratorium yang
menggunakan medan magnet
berputar untuk menyebabkan
batang pengaduk yang
tenggelam dalam cairan
berputar dengan cepat.
Air limbah dari industri
susu dapat menyebabkan
pencemaran tanah dan air.
Dengan mengadopsi metode
penambahan adsorben seperti
bubuk batang pisang, biji
pepaya, dan biji nangka ke
dalam air limbah, dapat
mengurangi jumlah zat organik
yang ada dalam limbah susu.
Dari analisis tersebut,
disimpulkan bahwa efisiensi

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 24
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

penghilangan maksimum
ditunjukkan oleh bubuk biji
nangka dan bubuk batang
pisang pada konsentrasi 0,25 g
untuk 60% removal COD dan
80% romoval BOD. Sedang
untuk % removal turbidity
dosis 0,3 mg/L bubuk biji
nangka 60 % removal turbidity,
dan bubuk batang pisang
sebesar 60%.
(Owoicho, 2021) OPTIMIZATION OF Mengoptimalkan efek
COAGULATION koagulasi dari jus batang
EFFICACY OF pisang sebagai koagulan alami
BANANA STEM tanaman dalam pengolahan air
JUICE IN WATER mentah.
TREATMENT Metode Response Surface
Methodology digunakan untuk
mengoptimalkan proses ini
menggunakan Design Expert
Version 10. Faktor-faktor yang
dipertimbangkan adalah dosis
koagulan (mg/L), waktu retensi
(menit), dan pH, dengan lima
belas percobaan yang
dihasilkan menggunakan
metode Box Behnken Design.
Parameter yang dianalisis
meliputi COD, DO, TSS, TDS,
dan kekeruhan. Studi
laboratorium menggunakan uji
tabung dilakukan, dan hasilnya
dianalisis secara statistik untuk
mempelajari efek pH, waktu
retensi, dan dosis koagulan
terhadap koagulasi.
Efikasi koagulasi tercapai
pada pH 6,5 dengan
penghilangan sebesar 58,065%
setelah waktu retensi 60 menit
dengan dosis 7,5 mL/L.
Jus batang pisang
mengandung senyawa
polisakarida inulin (1,22016
mg/mL), yang merupakan
polimer alami yang berfungsi
sebagai jembatan dan
perangkap untuk mikroflok

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 25
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

sehingga membentuk flok yang


lebih besar.
Jus batang pisang dapat
digunakan menjadi salah satu
koagulan alami yang dapat
digunakan dalam pengolahan
air.
(Sumaira Mazhar, Evaluation of Sampel air dikumpulkan
2022) Microbial dari tiga industri minyak dan
Contamination via mentega yang dipilih di
Wastewater Collected Lahore. Sifat fisikokimia
from Different Oil (Demand Oksigen Kimia
Industries and its (COD), Demand Oksigen
Treatment Using Biologi (BOD), dan
Various Coagulants kekeruhan) serta kontaminasi
mikroba dari sampel air
dianalisis sebelum dan setelah
perlakuan. Diamati bahwa
sampel yang diolah dengan
koagulan alami seperti kulit
jeruk dan pisang, serta biji
kurma, menunjukkan
pengurangan ringan pada
parameter fisikakimia.
Koagulan kulit jeruk dan
pisang pada pH 5 pada dosis 15
mg/L menyebabkan
pengurangan kekeruhan
sebesar 30%, sementara
koagulan biji kurma
menyebabkan pengurangan
sebesar 60% pada parameter
fisikokimia. Untuk COD
optimal pada pH 6 dengan
dosis 45 mg/L removal sebesar
43%. Sedangkan untuk
removal BOD efektif pada pH
6 dengan dosis 45 mg/L untuk
menghasilkan removal sebesar
50%.
(Muhammad Recent Advances on Pemanfaatan koagulan
Burhanuddin Coagulation – Based alami merupakan teknologi
Bahrodin N. S., 2021) Treatment of yang menjanjikan dalam
Wastewater: pengolahan air dan air limbah
Transition from karena ramah lingkungan dan
Chemical to Natural kinerja pengolahannya yang
Coagulant (Review dapat diandalkan, yang
Journal) sebanding dengan koagulan

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 26
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

kimia. Namun demikian,


sejumlah faktor harus
dipertimbangkan dalam
penggunaan koagulan alami,
terutama karena proses
ekstraksi dan pemurniannya
yang kompleks, keterbatasan
ketersediaan bahan baku untuk
pasokan berkelanjutan, dan
berbagai karakteristik air dan
air limbah yang akan diolah.
Batasan penggunaan
koagulan alami membuka
tantangan baru untuk penelitian
masa depan. Penelitian
mendatang, termasuk
penyederhanaan metode
ekstraksi dan pemurnian yang
dapat dilakukan, karakterisasi
sumber daya lokal yang
potensial (berbasis tumbuhan
dan/atau hewan) yang dapat
digunakan sebagai koagulan
alami, optimalisasi kondisi
operasional dan proses
ekstraksi, serta evaluasi pada
jenis air limbah lain dengan
karakteristik yang berbeda,
layak untuk dieksplorasi.
Secara keseluruhan,
dengan mempertimbangkan
semua keuntungan tersebut,
pengembangan dan
pemanfaatan koagulan alami
memiliki prospek yang baik
sebagai teknologi hijau dengan
aplikasi berkelanjutan yang
layak sebagai kontrol polusi
air.
(Abdassalam A. Enhancing the Potensi penggunaan
Azamzam, 2022) Efficiency of Banana limbah kulit pisang sebagai
Peel Bio-Coagulant in koagulan alami dan
Turbid and River meningkatkan kinerjanya
Water Treatment menggunakan pendekatan
Applications modifikasi ramah lingkungan
untuk menghilangkan
kekeruhan air sintetis dan
pengolahan air sungai.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 27
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

Di sini, bubuk kulit


pisang biasa memiliki ukuran
partikel rata-rata dan diameter
masing-masing sekitar 978 ±
37 nm dan 602 ± 13 nm,
sementara bubuk yang
dimodifikasi memiliki ukuran
partikel dan diameter masing-
masing sekitar 571 ± 41 nm dan
360 ± 19 nm.
Kinerja koagulasi
diinvestigasi pada berbagai
tingkat pH, dosis, waktu
sedimentasi, dan jumlah NaCl.
Dosis optimum ditemukan
pada 0,4 g/L untuk kulit pisang
yang dimodifikasi dengan
penghilangan kekeruhan
hingga 90%. NaCl sedikit
meningkatkan kinerja
koagulasi pada konsentrasi
rendah kurang dari 0,4 g/L,
tetapi aktivitasnya berkurang
pada konsentrasi yang lebih
tinggi bahkan pada bubuk yang
dimodifikasi. Bubuk kulit
pisang memiliki pengurangan
kekeruhan yang lebih rendah
sebesar 76% dan 84% untuk
bubuk yang tidak dimodifikasi
dan dimodifikasi dalam air
sungai, berturut-turut, selain
pengurangan yang signifikan
pada warna air, total padatan
terlarut dan tersuspensi, dan
permintaan oksigen kimia dan
biokimia.
Karakterisasi SEM dan
FT-IR dilakukan untuk
menyelidiki dan
mengkonfirmasi mekanisme
koagulasi. Modifikasi ramah
lingkungan dari bubuk kulit
pisang dapat menjadi alternatif
dengan potensi signifikan
sebagai bio-koagulan yang
murah dan mudah didapatkan,
yang pastinya dapat

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 28
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

berkontribusi pada
pengurangan limbah.
(Md. Ashraful Islam, Effect of Natural Investigasi efek bubuk
2023) Coagulants on the kulit pisang dan bubuk batang
Treatment of pisang sebagai koagulan alami
Municipal pada pengolahan air limbah
Wastewater perkotaan.
Sampel air limbah
diambil dari dua saluran primer
yang berbeda yang terletak di
dekat Taman Padma dan
Bornali dalam wilayah
Kotamadya Rajshahi.
Sampel air limbah yang
terkumpul dikarakterisasi
berdasarkan kekeruhan, pH,
konduktivitas, TDS, TSS, TS,
alkalinitas, keasaman, dan
kandungan organik, dan juga
dibandingkan dengan batas
maksimum yang diperbolehkan
sebelum pengolahan.
Sampel air limbah
terburuk diolah dengan dosis
koagulan yang bervariasi,
waktu kontak, kecepatan, dan
pH. Efektivitas koagulan alami
dievaluasi berdasarkan
persentase penghilangan
kekeruhan, alkalinitas, dan
keasaman.
Penghilangan tertinggi
untuk kekeruhan, alkalinitas,
dan keasaman diperoleh
sebesar 93,5%, 67,3%, dan
65,5% oleh bubuk kulit pisang,
dan 93,4%, 71%, dan 72% oleh
bubuk batang pisang secara
berturut-turut.
Oleh karena itu, hasil
penelitian menunjukkan bahwa
baik bubuk kulit pisang
maupun bubuk batang pisang
memiliki kemampuan untuk
mengolah air limbah perkotaan
sebagai koagulan alami.
Kondisi pengolahan yang lebih
tinggi tidak ekonomis karena

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 29
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

tidak signifikan
menghilangkan polutan.
Tabel II.2 Penelitian Terdahulu tentang Koagulan Batang Pisang

Penulis Judul Hasil Penelitian


(Xuejun Xiong, Floc structure and Efek Sodium alginat
2019) membrane fouling affected (SA) dalam pengolahan air
by sodium alginate limbah sebagai pre koagulasi
interaction with Al species sebelum memasuki
as model organic pengolahan tahap filtrasi
pollutants membran.
Interaksi antara SA dan
spesies Al telah diselidiki,
dengan mengevaluasi efek
SA pada Sample yang
digunakan adalah larutan
sintetik dari kaolin dan
Hummic acid (sebagai
variable yang digunakan
dalam penelitian ) untuk
menentukan potensi
penggunaan SA sebagai
kagulan aid untuk
menurunkan turbidity,
penurunan DOC dan
molekul flok yang terbentuk,
karakteristik gumpalan dan
penyumbatan membran
selama koagulasi-
ultrafiltrasi dengan koagulan
spesies Al yang berbeda
(AlCl3 dan Al13 yang telah
terbentuk).
Pengaruh dosis
koagulan terhadap efisiensi
penghilangan kekeruhan dan
DOC menggunakan AlCl3
dan Al13 telah diselidiki.
Dosisnya disesuaikan mulai
dari 0,02 hingga 0,24
mmol/L yang dihitung
sebagai Al.
Keberadaan SA dapat
mempengaruhi sifat
gumpalan, yang memiliki
dampak penting pada
karakteristik lapisan kue dan

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 30
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

penyumbatan membran.
Karena kemampuan
jembatan SA, kekuatan
gumpalan meningkat sekitar
50% dengan menggunakan
Ala, yang jauh lebih baik
daripada Al13 yang telah
terbentuk, dengan
peningkatan persentase
hanya sekitar 6%. Selain itu,
faktor pemulihan gumpalan
HA berkurang dari 96%
menjadi 43% dengan
penambahan SA sebesar 0,5
mg/L
Molekul SA dapat
berpartisipasi dalam jalur
hidrolisis Al dan
memengaruhi rasio AlVI/AlIV
di permukaan gumpalan
dengan mempercepat
dekomposisi struktur Al13.
Struktur gumpalan lebih
padat dalam sampel kaolin-
HA karena kompleksasi oleh
molekul SA, dengan
peningkatan nilai Df yang
signifikan.
SA dapat berpartisipasi
dalam pembentukan
gumpalan primer dan
kemampuan jembatan SA
memberikan jenis ikatan lain
untuk agregasi,
menghasilkan peningkatan
signifikan kekuatan dan
ukuran gumpalan.
Kemampuan pemulihan
gumpalan berkurang pada
gumpalan BSA karena gaya
tolak yang kuat antara
mikrogumpalan dan molekul
SA.
(Jiaheng Teng, Membrane fouling by SA digunakan sebagai
2019) alginate in polyaluminum materi organik model, dan
chloride (PACl) mekanisme foulant dalam
coagulation/microfiltration proses koagulasi-MF PACl
diselidiki. Variasi SFR dari

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 31
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

process: Molecular kompleks alginat-aluminium


insights dengan dosis PACl
menunjukkan pola
unimodal. SFR
mencerminkan seberapa
cepat atau lambat fouling
terjadi pada membran. Nilai
SFR yang lebih tinggi
menunjukkan bahwa suatu
zat atau kompleks zat-
aluminium memiliki
kecenderungan lebih tinggi
untuk menyumbat membran,
sehingga mempercepat
fouling pada membran
Gel foulant pada dosis
PACl 100 mg/L memiliki
nilai SFR yang sangat tinggi
sebesar 1,40 x 1015m−1kg−1,
yang dapat diinterpretasikan
oleh teori kisi Flory-
Huggins. Dan kemudian
turun tajam menjadi tingkat
yang cukup rendah sebesar
3,85 x 1012 m−1 kg−1 dengan
peningkatan dosis PACl dari
0 hingga 500 mg/L
Ini dikonfirmasi oleh
serangkaian karakterisasi
bahwa kompleks alginat-
aluminium mengalami
transisi morfologi dari
bentuk gel ke bentuk
flok/kue dengan peningkatan
dosis PACl. Seperti yang
ditunjukkan oleh
perhitungan DFT, transisi
morfologi tersebut utamanya
disebabkan oleh koordinasi
preferensial ion aluminium
dengan gugus karboksil
terminal dari rantai alginat
pada tingkat PACl rendah.
Level PACl yang tinggi
mengakibatkan koordinasi
ion aluminium dengan gugus
karboksil non-terminal dan
mengurangi muatan

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 32
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

permukaan, dan dengan


demikian, menyebabkan
keruntuhan gel dan
pembentukan flok, sesuai
dengan nilai SFR yang
cukup rendah. Studi ini
menawarkan mekanisme
foulant yang lebih esensial
untuk proses koagulasi-
mikrofiltrasi (MF) dalam
pengolahan air.
(Xin Liu, 2020) Application of Sodium Untuk mengatasi
Alginate in Coagulation fouling membran UF,
Pretreatment Process for natrium alginat (SA)
Mitigating Ultrafiltration digunakan sebagai coagulant
Membrane Fouling aid dari polialuminium
klorida (PAC) dalam proses
pre-coagulation sebelum UF.
Pengaruh penambahan SA
terhadap efisiensi
pengolahan air, karakteristik
flocs, dan fouling membran
dipelajari. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
penambahan SA setelah
PAC dapat meningkatkan
efisiensi koagulasi dan
ultrafiltrasi karena perannya
sebagai jembatan dan
pembentukan jaringan gel.
Pemurnian UV254 dan DOC
dari air yang diolah oleh UF
mencapai lebih dari 97% dan
70% ketika dosis SA ≥ 0,3
mg/L. Selain itu, fluks
ternormalisasi UF secara
efektif ditingkatkan dari 0,19
menjadi 0,47.
Mekanisme peredaman
fouling membran oleh
aplikasi SA disebabkan oleh
pembentukan lapisan kue
berpori oleh flocs yang lebih
besar dari pori-pori
membran (ukuran flocs >
450 μm). Selain itu, flocs
menunjukkan morfologi
multi-cabang dan struktur

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 33
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

yang lebih longgar ketika SA


digunakan, yang bermanfaat
untuk mengurangi fouling
membran UF.
PAC bereaksi cepat
dengan asam humat (HA)
bermuatan negatif dan
berperan sebagai jembatan
efektif, membentuk mikro-
flok. Sodium alginate (SA)
ditambahkan 30 detik
kemudian, menyerap pada
permukaan mikro-flok dan
dengan cepat membentuk
kompleks karena peran
jembatannya. Proses ini
menjembatani mikro-flok
primer menjadi flok besar
yang sepenuhnya
mengendap. Selain itu, blok
G dari dua SA yang saling
berdekatan dapat
membentuk struktur “kotak
telur,” menyerap koloid HA
yang tersisa.
(Felix O. Mcyotto, Eco-friendly Kinerja koagulasi
2020) decolorization of cationic Bentonit (BE) dengan
dyes by coagulation using bantuan Sodium Alginate
natural coagulant (SA) untuk menghilangkan
Bentonite and pewarna dasar telah
biodegradable flocculant diselidiki. Empat pewarna
Sodium Alginate dasar, yaitu Rhodamine B
(RB), Malachite Green
(MG), Methylene Blue
(MB), dan Basic Violet 14
(BV).
Ditemukan bahwa
penghilangan pewarna
meningkat dengan
penambahan SA sebagai
agen flokulan/koagulan.
Bentonit sebagai koagulan
alami dengan bantuan
flokulan biodegradable, SA,
merupakan kombinasi yang
efektif untuk menghilangkan
pewarna dasar
(penghilangan warna).

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 34
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

Pengaruh dosis koagulan


pada efisiensi penghilangan
warna keseluruhan/tarif
discolorization dieksplorasi,
diikuti oleh penyelidikan
terhadap mekanisme
penghilangan pewarna oleh
proses koagulasi.
Efisiensi penghilangan
warna optimum untuk RB,
MG, MB, dan BV dengan
menggunakan kedua
Bentonit dan Sodium
Alginate dikombinasikan
adalah 91,5%, 98,2%,
98,5%, 98,8%, masing-
masing dengan pH diatur
pada 9,0.
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
menggunakan Bentonit
sebagai koagulan alami,
dengan bantuan flokulan
biodegradable, Sodium
Alginate, menyediakan
pilihan koagulasi yang
efektif dan ramah
lingkungan untuk
menghilangkan warna dari
pewarna dasar
(Packiam Saranya, Coagulation performance SA (Sodium Alginat)
2022) evaluation of alginate as a Sebagai komponen
natural coagulant for the struktural dalam alga coklat
treatment of turbid water laut (Phaeophyceae) yang
mencakup hingga 40% dari
bahan kering dan sebagai
polisakarida kapsular dalam
bakteri tanah. Asam alginat
adalah satu-satunya
polisakarida yang secara
alami mengandung gugus
karboksil dalam setiap residu
konstituen, dan memiliki
berbagai kemampuan untuk
bahan fungsional.
Dengan kekeruhan
sintetic water 300 NTU.
Alginat sebagai koagulan,

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 35
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

diubah menjadi kalsium


alginat dengan
menambahkan ion kalsium.
Klorida kalsium digunakan
untuk memberikan ion
kalsium yang diperlukan
untuk reaksi.
Dosis kalsium
ditetapkan sebagai 50 mg/L,
75 mg/L, 100 mg/L, 150
mg/L, 200 mg/L, dan dosis
alginat antara 2 hingga 10
mg/L.
Dosis kalsium di bawah
50 mg/L tidak cukup untuk
pembentukan struktur
“kotak telur” yang
bertanggung jawab atas
proses koagulasi dan
flokulasi. Agar mekanisme
netralisasi muatan
berlangsung secara efektif,
kalsium harus ditambahkan
terlebih dahulu diikuti oleh
alginat.
Proses koagulasi-
flokulasi pada dosis alginat
6–10 mg/L dan dosis
kalsium lebih dari 50 mg/L
menghasilkan nilai
kekeruhan kurang dari 5
NTU, yang cocok untuk
keperluan air minum. Di
bawah kondisi ini,
penghilangan lebih dari 93%
dicapai untuk semua kasus
dan penghilangan
maksimum sebesar 99,3%
diperoleh. Konsentrasi
alginat memainkan peran
penting dalam menentukan
biaya pengobatan.
(Gopal, 2023) Coagulation Study on proses koagulasi,
Extracted Algal Alginate sampel air limbah tekstil
from Red Algae as Natural sintetis memiliki konsentrasi
Coagulant for Remediation CR sebesar 50, 100, 150,
of Textile Dye Congo Red 200, dan 250 mg/L dan pH
awal yang bervariasi antara

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 36
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

4, 5, dan 6. Berbagai dosis


kalsium dan alginat (1, 2, 3,
4, 5, dan 6 g/L) digunakan
untuk melakukan
eksperimen.
Persentase
penghilangan maksimum
sebesar 95,05% dicapai
dengan kondisi operasi pH 4,
dosis kalsium, dan alginat
sebesar 6,0 g/L. Kalsium
alginat berfungsi dengan
baik sebagai koagulan dan
secara efektif
menghilangkan pewarna
congo red dari larutan
akuatik, yang umumnya
terdapat dalam air limbah
tekstil.
(Shuang Zhao, Application of laminarin LA (Laminaria)
2023) as a novel coagulant aid to merupakan ekstrak yang di
improve coagulation- ambil dari Laminaria
ultrafiltration efficiency japonica (alga coklat laut)
yang digunakan untuk
meningkatkan efisiensi
koagulasi dan mengurangi
potensi fouling pada
membran ultrafiltrasi dalam
pengolahan air terkini yakni
metide CF (Coagulation +
Filtration) yang di tujukan
untuk mengurangi tingkat
kekeruhan serta mengurangi
natural organic matter yang
terkandung dalam air shg air
tsb jadi lebih aman di
gunakan. Penelitian
menggunakan air permukaan
yang didapat dari sungai Kui
di china dan penggunaan
koagulan PAC+LA sebagai
pembanding dengan
koagulan PAC+PAM
(Polyacrylamide)
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
efisiensi koagulasi dapat
ditingkatkan sebesar 15-35%

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 37
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

dengan penambahan LA
yang moderat, yang
menunjukkan efek bantuan
yang sebanding dengan
PAM. LA menunjukkan efek
bantuan koagulasi tertinggi
pada pH 8-9, dan di bawah
kondisi ini, penghilangan
kekeruhan dan zat organik
alami (NOM) mencapai 82%
dan 54%, secara berturut-
turut. Dibandingkan
dengan...
(Zhangjian Zou, Amodified coagulation- Meningkatkan efisiensi
2021) ultrafiltration process for penghilangan AgNPs-HA
silver nanoparticles (Nano partikel Perak dan
removal and membrane Humic Acid yang
fouling mitigation: The terkandung dalam air)
role of laminarin menggunakan koagulan
PAC yang di tingkatkan
efektifitasan nya selama
proses koagulasi dengan
Laminarin (LA) sehingga
performa membran ultra
filtrasi dalam proses
pengolahan air dengan
metode CF terjaga. Ketika
poly aluminum chloride
(PAC) dicampur dengan LA,
penghilangan AgNPs-HA
lebih tinggi sebesar 10-15%
dibandingkan dengan
menggunakan PAC saja.
Sistem C-UF yang hanya
menggunakan PAC.
Diperoleh ketika 0,1 mg/L
LA diterapkan dengan 5
mg/L PAC. Mekanisme
penyelamatannya terkait
dengan gumpalan dengan
ukuran besar
AgNPs-HA dapat
dihilangkan secara efektif
ketika LA diaplikasikan
sebagai bantuan koagulan
PAC karena pembentukan
jaringan gel. Efisiensi
removal sistem UF

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 38
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

ditingkatkan dengan pra-


perlakuan koagulasi ini.
Mekanisme removal
AgNPs-HA ini PAC, yang
menunjukkan bahwa muatan
negatif pada permukaan
AgNPs-HA dibatalkan
secara efektif oleh hidrolisat
PAC. Potensial zeta sekitar 0
mV pada dosis optimum,
tetapi dalam kondisi dosis
yang lebih rendah, AgNPs-
HA juga dapat dihapus.
Fenomena ini menunjukkan
bahwa netralisasi muatan
mungkin bukan satu-satunya
mekanisme penghilangan
koagulan PAC.
Hidrolisatnya, dengan
derajat polimerisasi tinggi,
juga dapat berperan sebagai
jembatan antara gumpalan
Tiga puluh detik
kemudian LA ditambahkan,
dan spesies Al(III) kationik
dari hidrolisat PAC dapat
mengalami bridging dengan
radikal karboksil dalam blok
asam guluronic (G) LA dan
kemudian membentuk
jaringan gel dengan struktur
“kotak telur”
(Yujian Zhang, Enhanced removal Mikro plastik yang
2021) of polyethylene terkandung dan terlarut
terephthalate microplastics dalam air perlu di hilangkan
through polyaluminum karena faktor kesehatan.
chloride coagulation with Tudi ini menyelidiki kinerja
three typical coagulant peningkatan poliakrilamida
aids anionik (PAM), natrium
alginat (SA), dan asam
silikat yang diaktivasi (ASA)
ketika menggunakan poli-
aluminium klorida (PAC)
untuk menghilangkan
mikroplastik polietilena
tereftalat (PET). Hasil
eksperimen menunjukkan
bahwa ASA memiliki

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 39
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

efisiensi penghilangan
tertinggi (54,70%) pada
dosis konvensional, dan SA
memiliki efisiensi removal
tertinggi 69,9% meskipun
dengan dosis tinggi, dan
esementara PAM mencapai
efek penghilangan terbaik
(91,45%) pada dosis tinggi
juga.
Pada dosis
konvensional, ASA
memberikan hasil terbaik,
diikuti oleh SA dan ASA.
Namun, pada dosis tinggi,
PAM memberikan efek
terbaik, diikuti oleh ASA
dan SA. tetapi dari segi
risiko kesehatan PAC yang
ditingkatkan koagulasi nya
dengan penambahan SA
perlu di pertimbangkan
meskipund dari sisi cost
kalah dengan PAM.
Tabel II.3 Penelitian Terdahulu Sodium Alginat Sebagai Coagulant Aid

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 40
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengujian Air Ngagel
Perusahaan Daerah Air Minum Surya Sembada Kota Surabaya.
III.2 Bahan dan Alat
III.2.1 Bahan
Ada beberapa bahan yang digunakan pada penelitian ini, antara lain:
a. Batang Pisang
b. Sodium Alginat
c. Air Sungai Kota Surabaya
d. Calsium Chlorida (CaCl2)
e. Hidrogen Chlorida (HCl)
f. Natrium Hidroksida (NaOH)
III.2.2 Alat
a. Flocuculator JarTest
b. Turbiditimeter
c. Peralatan Pengujian TDS
d. Spektrofotometer
III.3 Variabel Penelitian
Ada 2 (dua) variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu
variable tetap dan variable bebas.
III.3.1 Variabel Tetap
a. Volume air sungai kota Surabaya: 1000 ml
b. Kecepatan dan waktu pengadukan cepat 180 rpm selama 20
menit (Beatrice Kakoi,2016), (Packiam Saranya,2021), di ikuti
pengadukan lambat 40 rpm 10 menit (Packiam Saranya,2021).
c. Waktu tunggu: 30 menit (Beatrice Kakoi,2016)
d. Konsentrasi Bubuk Batang Pisang 100 mg/L

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 41
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

III.3.2 Variabel Bebas


a. Perbandingan Volume sodium alginate : batang pisang 1: 10;
1: 20; 1:30; 1:40; 1:50
b. pH air sungai kota Surabaya 4;5;6;7;8
III.4 Parameter yang di analisa
a. Kekeruhan
b. Total Padatan Terlarut / Total Dissolved Solid (TDS)
c. Besi Terlarut (Fe)
III.5 Prosedur Penelitian
III.5.1 Pembuatan Larutan Bubuk Batang Pisang
1. Mengambil Batang pisang potong kecil- kecil
2. Membersihkan menggunakan aquades
3. Mengeringkan menggunakan oven pada suhu 600C salama 6 jam
(Beatrice Kakoi,2016)
4. Menghaluskan batang pisang yang telah dikeringkan
5. Membuat larutan bubuk batang pisang dengan konsentrasi 100
mg/L;
III.5.2 Pembuatan Larutan Sodium Alginat
1. Timbang Calsium Chloride sebesar 200 mg larutkan kedalam
aquades sebanyak 1000 ml
2. Tambahkan 10 mg Sodium Alginat ke dalam larutan tersebut
3. Aduk hingga homogen

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 42
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

III.5.4 Prosedur Pengaruh penambahan koagulan dari batang


pisang yang ditingkatkan dengan Sodium Alginat pada air Sungai
Surabaya
1. Ambil sampel air sungai kota Surabaya 1000 mL kedalam 6 gelas
kimia lalu tempatkan dalam jar test
2. Tambahkan larutan bubuk batang pisang sebanyak 10 ml kedalam 6
gelas kimia tersebut di atas
3. Aduk sampel air sungai kota Surabaya yang telah dicampur dengan
bubuk batang pisang dengan kecepatan 180 rpm selama 10 menit
pertama.
4. Tambahkan larutan sodium alginat sebanyak 1 ml
5. Menurunkan kecepatan pengadukan selama 20 menit pada 40 rpm,
kemudian tunggu hingga 30 menit.
6. Dilakukan analisa sampel air sungai kota Surabaya dengan
parameter kekeruhan, TDS dan Fe
7. Ulangi prosedur di atas dengan perbandingan volume sodium
alginate : bubuk batang pisang 1: 20; 1:30; 1:40; 1:50

III.5.5 Prosedur Pengaruh pH pada penambahan koagulan dari


batang pisang yang ditingkatkan dengan Sodium Alginat pada air
Sungai Surabaya
1. Ambil sampel air sungai kota Surabaya 1000 mL kedalam 6 gelas
kimia lalu tempatkan dalam jar test
2. Tambahkan larutan HCl 1 M/ NaOH 1M kedalam 6 gelas kimia
tersebut hingga pH larutan menjadi 4,5,6 ,7 dan 8
3. Tambahkan larutan bubuk batang pisang sebanyak 10 ml kedalam
6 gelas kimia tersebut di atas
4. Aduk sampel air sungai kota Surabaya yang telah dicampur dengan
bubuk batang pisang dengan kecepatan 180 rpm selama 10 menit
pertama.
5. Tambahkan larutan sodium alginat sebanyak 1 ml

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 43
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

6. Menurunkan kecepatan pengadukan selama 20 menit pada 40 rpm,


kemudian tunggu hingga 30 menit.
7. Dilakukan analisa sampel air sungai kota Surabaya dengan
parameter kekeruhan, TDS dan Fe
8. Ulangi prosedur di atas dengan perbandingan volume sodium
alginate : bubuk batang pisang 1: 20; 1:30; 1:40; 1:50

III.6 Prosedur Pengujian air


III.6.1 Prosedur pengujian kekeruhan berdasarkan SNI 06-6989.25-2015
a. Kalibrasi turbidimeter:
1. Dioptimalkan turbidimeter untuk pengujian kekeruhan, sesuai
petunjuk penggunaan alat
2. Dimasukkan suspensi baku kekeruhan (misalnya 40 NTU) ke dalam
tabung pada turbidimeter. Pasang tutupnya;
3. Dibiarkan alat menunjukkan nilai pembacaan yang stabil
4. Diatur turbidimeter sehingga menunjukkan angka kekeruhan larutan
bakuyang digunakan. misalnya 40 NTU
b. Penetapan contoh uji:
1. Dicuci tabung turbidimeter dengan air suling
2. Dikocok contoh dan dimasukkan contoh ke dalam tabung pada
turbidimeter. Dipasang tutupnya;
3. Dibiarkan alat menunjukkan nilai pembacaan yang stabil
4. Dicatat nilai kekeruhan contoh yang teramati
c. Perhitungan:
Kekeruhan (NTU) = A x fp
dengan pengertian :
A adalah kekeruhan dalam NTU contoh yang diencerkan
fp adalah factor pengenceran
III.6.2 Prosedur pengujian total dissolved solid (TDS) berdasarkan SNI
06-6989.27-2005
a. Persiapan kertas saring
1. Dimasukkan kertas saring ke dalam funnel

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 44
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

2. Dioperasikan pompa penghisap lalu dibilas dengan akuades


3. Dibuang air hasil pembilasan dan kertas saring siap digunakan
b. Persiapan Cawan
1. Dimasukkan cawan yang telah bersih ke dalam tanur pada suhu
180℃ selama 60 menit
2. Dikeluarkan cawan dari tanur menggunakan penjepit lalu dinginkan
dalam desikator beberapa saat
3. Setelah dingin lalu ditimbang sampel dengan menggunakan neraca
analtik
4. Ditunggu hingga diperoleh berat yang tetap saat penimbangan dan
dicatat sebagai A1 gram
c. Pengujian
1. Dikocok sampel sampai homogen
2. Dipipet 25 ml contoh uji, dimasukkan ke dalam alat penyaring yang
dilengakapi pompa penghisan lalu diopersikan alatnya
3. Setelah sampel tersaring laludibilas kertas saring dengan akuades 10
ml sebanyak tiga kali pembilasan
4. Dilanjutkan penghisapan 3 menit
5. Dipindahkan seluruh hasil saringan ke dalam cawan
6. Dimasukkan cawan yang telaah berisi sampel ke dalam oven pada
suhu 180℃ selama 2 jam
7. Dipindahkan cawan dari oven ke dalam desikator
8. Setelah dingin segera ditimbang menggunakan neraca analitik
9. DiTunggu hingga diperoleh berat yang tetap saat penimbangan dan
dicatat sebagai B gram
d. Perhitungan

( 𝐵−𝐴 )𝑥 106
Kadar padatan terlarut total (mg/l)=
𝑚𝑙 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑢𝑗𝑖

III.6.3 Prosedur pengujian Logam Fe bersdasarkan Standard Methods


for The Examination of water & Wastewater 21st ed. 2012. 3500-Fe B

a. Pembuatan kurva kalibrasi

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 45
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

1. Kurva larutan standar dibuat dengan konsentrasi: 0,0 ; 0,05 ; 0,1 ;


0,15 ; 0,2 ; dan 0,3 mg/L. Masing masing dimasukkan ke dalam labu
ukur 50 ml larutan baku kerja 10 mg/l sebanyak 0,0 ; 0,25 ml ; 0,5 ml
; 0,75ml ; 1 ml; dan 1,5 ml dengan menggunakan pipet ukur atau pipet
volume, pilih yang sesuai lalu diencerkan dengan air demin sampai
tanda batas. Lalu pindahkan ke dalam labu ukur 100 ml
2. Larutan standar diasamkan dengan HCl 1 ml
3. Ditambahkan 20 ml phenantroline
4. Ditambahkan 10 ml buffer ammonium asetat
5. Diencerkan dengan air demin sampai tanda batas
6. Ditunggu 5 – 10 menit. Lalu diukur absorbansi larutan dengan
spektrofotometer dengan panjang gelombang 510 nm
7. Hasil absorbansi dicatat
8. Kurva kalibrasi dibuat dari data tersebut diatas dan tentukan
persamaan garis lurusnya
b. Pengukuran sampel
1. 100 ml sampel disaring, lalu diasamkan dengan 1 ml HCl
2. Diambil 50 ml sampel lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml
3. Ditambahkan 20 ml phenantroline
4. Ditambahkan 10 ml buffer ammonium asetat
5. Ditunggu 5 – 10 menit. Lalu diukur absorbansi larutan dengan
spektrofotometer dengan panjang gelombang 510 nm
6. Hasil absorbansi dicatat dan konsentrasi sampel dihitung dari kurva
kalibrasi.
7. Hasil pengukuran merupakan mg/L Fe

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 46
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

III.7 Diagram Alir Penelitian


III.7.1 Diagram Alir Pembuatan Larutan Bubuk Batang Pisang

Ambil Batang pisang potong kecil- kecil, Bersihkan


menggunakan aquades

Keringkan menggunakan oven pada suhu 600C salaam 6 jam

Haluskan batang pisang yang telah dikeringkan

Membuat larutan bubuk batang pisang dengan konsentrasi 100 mg/L

Gambar III.1 Diagram Alir Pembuatan Larutan Bubuk Pisang

III.7.2 Diagram Alir Pembuatan Larutan Sodium Alginat

Timbang Calsium Chloride sebesar 200 mg larutkan


kedalam aquades sebanyak 1000 ml

Tambahkan 10 mg Sodium Alginat ke dalam larutan tersebut

Aduk hingga homogen

Gambar III.2 Diagram Alir Pembuatan Larutan Sodium Alginat

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 47
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

III.7.3 Diagram Alir Pengaruh penambahan koagulan dari batang


pisang yang ditingkatkan dengan Sodium Alginat pada air Sungai
Surabaya

Sample air sungai diambil 1000 mL kedalam 6 gelas kimia, lalu


tempatkan di alat Jart test

Tambahkan larutan bubuk batang pisang


sebanyak 10 ml kedalam 6 gelas kimia
tersebut di atas

Aduk sampel air sungai kota Surabaya yang telah dicampur


dengan bubuk batang pisang dengan kecepatan 180 rpm
selama 10 menit pertama.

Tambahkan larutan sodium alginat sebanyak 1 ml

Menurunkan kecepatan pengadukan selama 20 menit pada 40 rpm,


kemudian waktu tunggu 30 menit.

Dilakukan analisa sampel air sungai kota Surabaya dengan


parameter kekeruhan, TDS dan Fe

Ulangi prosedur di atas dengan perbandingan volume sodium


Gambar 3.3 Pengolahan Air dengan menggunkan koagulan dari batan
alginate : bubuk batang pisang 1: 20; 1:30; 1:40; 1:50

Alat ukur dibersihkan dan percobaan telah selesai

Gambar III.3 Pengaruh penambahan koagulan dari batang pisang


yang ditingkatkan dengan Sodium Alginat pada air Sungai
Surabaya

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 48
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

III.7.4 Diagram Alir Pengaruh pH pada penambahan koagulan


dari batang pisang yang ditingkatkan dengan Sodium Alginat pada
air Sungai Surabaya

Sample air sungai diambil 1000 mL kedalam 6 gelas kimia, lalu


tempatkan di alat Jart test

Tambahkan larutan HCl 1 M/ NaOH 1M


kedalam 6 gelas kimia tersebut hingga
pH larutan menjadi 4,5,6 ,7 dan 8

Tambahkan larutan bubuk batang pisang sebanyak 10 ml kedalam 6


gelas kimia tersebut di atas

Aduk sampel air sungai kota Surabaya yang telah dicampur


dengan bubuk batang pisang dengan kecepatan 180 rpm
selama 10 menit pertama.

Tambahkan larutan sodium alginat sebanyak 1 ml

Menurunkan kecepatan pengadukan selama 20 menit pada 40 rpm,


kemudian waktu tunggu 30 menit.

Dilakukan analisa sampel air sungai kota Surabaya dengan parameter


kekeruhan, TDS dan Fe

Ulangi prosedur di atas dengan perbandingan volume sodium


alginate : bubuk batang pisang 1: 20; 1:30; 1:40; 1:50

Alat ukur dibersihkan dan percobaan telah selesai

Gambar III.4 Pengaruh pH pada penambahan koagulan dari


batang pisang yang ditingkatkan dengan Sodium Alginat pada air
Sungai Surabaya

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 49
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

Referensi
Cappadona,, G. (2022). Induced resistance to Fusarium wilt of banana caused by
Tropical Race 4 in Cavendish cv Grand Naine bananas after challenging
with avirulent Fusarium spp. oke, 2.

Abdassalam A. Azamzam, M. R. (2022). Enhancing the Efficiency of Banana


Peel Bio-Coagulant in Turbid and River Water Treatment Applications.
water, https://doi.org/10.3390/w14162473.

Ans-Olahlimbah. (2013, Februari 11). Pengolahan Limbah. Pengolahan Secara


Fisika Kimia dan Biologi, hal. https://ans-
olahlimbah.blogspot.com/2013/02/pengolahan-secara-fisika-kimia-
dan.html?m=1.

Athira MP, S. K. (2021). TREATMENT OF DAIRY WASTEWATER BY


USING BANANA STEMS,. International Research Journal of
Engineering and Technology,
https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/73185981/IRJET_V8I8473-
libre.pdf?1634716297=&response-content-
disposition=inline%3B+filename%3DIRJET_TREATMENT_OF_DAIRY
_WASTEWATER_BY_U.pdf&Expires=1701605949&Signature=blZoB8
CyDy3n8SApsUY5JcryWBgkWoPep7LlfGBjDjXtuvux.

Beatrice Kakoi, J. W. (2016). Banana pith as a natural coagulant for polluted river
water. Ecological Engineering,
http://dx.doi.org/10.1016/j.ecoleng.2016.07.001.

Bedarkar, Y. (2023). Going Green: The Advantages of Organic Coagulants in


Water Treatment. Miraj, Maharashtra, India: Heppe Medical Chitosan
GmbH.

Bhupendra Koul, N. B. (2022). Application of Natural Coagulants in Water


Treatment: A Sustainable Alternative to Chemicals. water,
https://doi.org/10.3390/w14223751.

cdc. (2022, May 16). Drinking Water. Water Treatment, hal.


https://www.cdc.gov/healthywater/drinking/public/water_treatment.html.

Chee Yang Teh, T. Y. (2014). Optimization of agro-industrial wastewater


treatment using unmodified rice starch as a natural coagulant. Industrial
Crops and Products, https://doi.org/10.1016/j.indcrop.2014.02.018.

Chem-Envi. (2015, Juni 4). Chemistry Environment . Koagulasi-Flokulasi dalam


Pengolahan Air Minum, hal. https://chem-
envi.blogspot.com/2015/06/koagulasi-flokulasi-dalam-pengolahan.html.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 50
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

ChemReady. (2018, Juli). Water Treatment. Coagulation In Wastewater


Treatment. What is the Purpose?, hal.
https://www.getchemready.com/water-facts/what-is-purpose-of-
coagulation-in-wastewater-treatment/.

Denzil Diver, I. N. (2023). The potential and constraints of replacing conventional


chemical coagulants with natural plant extracts in water and wastewater
treatment. Environmental Advances,
https://doi.org/10.1016/j.envadv.2023.100421.

E. Corcoran, C. N. (2010). Sick water?. The central role of wastewater


management in sustainable development. A rapid response assessment.
Birkeland, Norway: UN-Habitat.

Elfianis, R. (2022, Februari 10). Botani. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman


Pisang, hal. https://agrotek.id/klasifikasi-dan-morfologi-tanaman-pisang/.

Emmanuel Kweinor Tetteh, S. R., & Zaki, e. b. (2020). Organic Polymers.


London, United Kingdom: IntechOpen.

envirotech. (2021). What Are the Different Stages of Water Treatment? St Albans,
Hertfordshire, UK: Envirotech Online.

Felix O. Mcyotto, Q. W. (2020). Eco-friendly decolorization of cationic dyes by


coagulation using natural coagulant Bentonite and biodegradable
flocculant Sodium Alginate. Journal of Earth Sciences & Environmental
Studies, https://www.academia.edu/download/69793513/Eco-friendly-
decolorization-of-cationic-dyes20200521204600.pdf.

François Renault, B. S.-C.-M. (2009). Chitosan flocculation of cardboard-mill


secondary biological wastewater. Chemical Engineering Journal,
https://doi.org/10.1016/j.cej.2009.09.023.

Ghernaout, D. (2020). Water Treatment Coagulation: Dares and Trends. Chemical


Engineering & Technology, https://doi.org/10.4236/oalib.1106636.

Gopal, S. S. (2023). Coagulation Study on Extracted Algal Alginate from Red


Algae as Natural Coagulant for Remediation of Textile Dye Congo Red.
Environment and Natural Resources Journal,
https://www.researchgate.net/publication/367609730_Coagulation_Study_
on_Extracted_Algal_Alginate_from_Red_Algae_as_Natural_Coagulant_f
or_Remediation_of_Textile_Dye_Congo_Red.

H. Aylin Devrimci, A. M. (2012). Algal alginate: A potential coagulant for


drinking water treatment. Desalination,

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 51
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S001191641200253
6.

Habsah Alwi, J. I. (2013). A Preliminary Study of Banana Stem Juice as a Plant-


Based Coagulant for Treatment of Spent Coolant Wastewater. Research
Article, http://dx.doi.org/10.1155/2013/165057.

Halder, A. (2021). Bio-Coagulants, a Substitute of Chemical Coagulants. Journal


of Advanced Scientific Research,

Hans Kristianto, A. J. (2020). Potensi Polisakarida dari Limbah Buah-buahan


sebagai Koagulan Alami dalam Pengolahan Air dan Limbah Cair: Review.
JURNAL REKAYASA PROSES, https://doi.org/10.22146/jrekpros.57798.

iec. (2023, Juni 13). Water Treatment Article. Tahap-Tahap Pengolahan Air, hal.
https://environment-indonesia.com/articles/water-treatment-tahap-tahap-
pengolahan-air/.

Jiaheng Teng, Y. C.-Q. (2019). Membrane fouling by alginate in polyaluminum


chloride (PACl) coagulation/microfiltration process: Molecular insights.
Separation and Purification Technology,
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S138358661933937
1.

John R. Gray, G. D. (2001). Comparability of Suspended-Sediment Concentration


and Total Suspended Solids Data. Reston, Virginia: U.S. Geological
Survey.

Kani, M. (2016). Accessing the Suitability of Using Banana Pith Juice as a


Natural Coagulant for Textile Wastewater Treatment. International
Journal of Scientific & Engineering Research,
https://www.researchgate.net/publication/303840022.

Keiken. (2022, November 26). What is flocculation in a water treatment plant?


hal. https://www.keiken-engineering.com/news/what-is-flocculation-in-a-
water-treatment-plant.

Kumar, V. O. (2017). Applications of Natural Coagulants to Treat Wastewater −


A Review. MATEC Web of Conferences,
http://dx.doi.org/10.1051/matecconf/201710306016.

Lubis, E. R. (2021). Untung Berlimpah Budi Daya Pisang. Jakarta: Bhuana Ilmu
Populer.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 52
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

Marilena T Radoiu, D. I. (2004). Preparation of polyelectrolytes for wastewater


treatment. Journal of Hazardous Materials ,
https://doi.org/10.1016/j.jhazmat.2003.08.014.

Md. Ashraful Islam, S. M. (2023). Effect of Natural Coagulants on the Treatment


of Municipal Wastewater. American Journal of Environmental Science
and Engineering, http://www.sciencepublishinggroup.com/j/ajese.

Muhammad Burhanuddin Bahrodin, N. S. (2021). Recent Advances on


Coagulation-Based Treatment of Wastewater: Transition from Chemical to
Natural Coagulant. Current Pollution Reports,
https://doi.org/10.1007/s40726-021-00191-7.

Owoicho, S.-I. E. (2021). OPTIMIZATION OF COAGULATION EFFICACY


OF BANANA STEM JUICE IN WATER TREATMENT. FUDMA
Journal of Sciences, https://doi.org/10.33003/f js-2021-0504-735.

P. Rajasulochana, V. P. (2016). Comparison on efficiency of various techniques in


treatment of waste and sewage water – A comprehensive review.
Resource-Efficient Technologies,
https://doi.org/10.1016/j.reffit.2016.09.004.

Packiam Saranya, S. T. (2022). Coagulation performance evaluation of alginate as


a natural coagulant for the treatment of turbid water. Water Practice &
Technology,
https://iwaponline.com/wpt/article/17/1/395/85848/Coagulation-
performance-evaluation-of-alginate-as.

Rahman, F. U. (2021, Maret 15). The Constructor. 7 Major Stages in Water


Treatment Plant, hal. https://theconstructor.org/environmental-engg/water-
supply/stages-water-treatment-plant/498706/?amp=1.

Ratnaweera, H. (2020). Meeting Tomorrow’s Challenges in Particle Separation


with Coagulation. Multidisciplinary Advances in Efficient Separation
Process, 10.1021/bk-2020-1348.ch007.

Ravi Divakaran, V. S. (2001). Flocculation of kaolinite suspensions in water by


chitosan. Water Research, https://doi.org/10.1016/S0043-1354(01)00131-
2.

Sastrahidayat, I. R. (2015). Penyakit Hama Penting Pada tanaman Pisang.


Malang: UB Press.

Shuang Zhao, J. Z. (2023). Application of laminarin as a novel coagulant aid to


improve coagulation-ultrafiltration efficiency. Environmental Research,

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 53
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S001393512300701
6.

Siti Nor Aishah Mohd-Salleh, N. S.-Z. (2019). A Review of Wastewater


Treatment using Natural Material . Sains Malaysiana,
http://dx.doi.org/10.17576/jsm-2019-4801-18.

Sook Yan Choy, K. M. (2014). Utilization of plant-based natural coagulants as


future alternatives towards sustainable water clarification. Journal of
Environmental Sciences, https://doi.org/10.1016/j.jes.2014.09.024.

Sri Sowmitha Ramesh, K. D. (2019). Formulation of Natural Elite Dye Remover


from Textile Effluent. International Journal of Current Research and
Review, http://dx.doi.org/10.31782/IJCRR.2021.13402.

Sucofindo. (2023, Agustus 14). Pengolahan Air Bersih - Pengujian dan Analisis.
Bagaimana Tahapan dan Manfaat Pengolahan Air Bersih?, hal.
https://www.sucofindo.co.id/artikel-1/pengolahan-air-bersih/pengujian-
dan-analisis-21/bagaimana-tahapan-dan-manfaat-pengolahan-air-bersih/.

Sumaira Mazhar, I. R. (2022). Evaluation of Microbial Contamination via


Wastewater Collected from Different Oil Industries and its Treatment
Using Various Coagulants. International Journal of Innovations in Science
and Technology, https://www.researchgate.net/publication/360177616.

T.H. Aneem, S. W. (2021). Investigation of coagulation process of wet-spun


sodium alginate polymannuronate fibers with varied functionality using
organic coagulants and cross-linkers. Materials Today Chemistry,
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S246851942100160
9.

thrjah27. (2016, Mei 12). Morphology of Banana Plants. hal.


http://blogs.evergreen.edu/terroir-jahni/morphology-of-banana-plants/.

Upadhyay, A. R. (2021). Wastewater Treatment Using Banana Pith Powder.


International Journal of Innovative Science, Engineering & Technology.

uptdpab-mamujutengah. (2020, November 09). Berita Pengolahan Air.


BAGAIMANA PROSES PENYALURAN AIR PADA UPTD AIR BERSIH
HINGGA KE RUMAH KITA?, hal. https://uptdpab-
mamujutengah.com/berita/bagaimana-proses-penyaluran-air-pada-uptd-
air-bersih-hingga-ke-rumah-kita.

Xin Liu, S. Z. (2020). Application of sodium alginate as a coagulant aid for


mitigating membrane fouling induced by humic acid in dead-end
ultrafiltration process. Separation and Purification Technology,

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 54
Pengolahan Air Sungai Surabaya Dengan Menggunakan Koagulan
dari Bubuk Batang Pisang yang Ditingkatkan dengan Sodium Alginat

https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S138358662031895
5.

Xuejun Xiong, H. X. (2019). Floc structure and membrane fouling affected by


sodium alginate interaction with Al species as model organic pollutants.
JOURNAL OF ENVIRONMENTAL SCIENCES 82,
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S100107421833590
3.

Yan Wang, X. L.-Y. (2014). The role of sodium alginate in improving floc size
and strength and the subsequent effects on ultrafiltration membrane
fouling. Environmental Technology,
https://doi.org/10.1080/09593330.2013.800589.

Yujian Zhang, G. Z. (2021). Enhanced removal of polyethylene terephthalate


microplastics through polyaluminum chloride coagulation with three
typical coagulant aids. Science of the Total Environment,
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S004896972104664
7.

Zhangjian Zou, Y. G. (2021). Amodified coagulation-ultrafiltration process for


silver nanoparticles removal and membrane fouling mitigation: The role of
laminarin. International Journal of Biological Macromolecules,
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S014181302100053
2.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI – ITATS 55

Anda mungkin juga menyukai