dengan
Perlakuan Fermentasi
Oleh:
2014
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Ir. Hj. Rosdiana Moeksin, M.T selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan dan arahan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan
proposal penelitian ini dengan baik. Demikian juga kami mengucapkan terima
kasih kepada orang tua kami yang telah banyak memberi motivasi, dorongan baik
berupa moril dan materi serta kakak senior yang juga telah membantu dalam
pembuatan proposal penelitian ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih banyak yang
belum sempurna, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun
demi kesempurnaan usulan penelitian ini dan semoga bermanfaat bagi pihak yang
membutuhkan.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih.
Penyusun
PROPOSAL PENELITIAN
1. Pelaksana
Nama/Nim : Rika Damayanti / 03111003021
Liliana Comeriorensi / 03111003061
2. Fakultas : Teknik
Jurusan : Teknik Kimia
Universitas : Universitas Sriwijaya
Pelaksana Penelitian
Mengetahui,
Dr. Ir. Hj. Susila Arita R., DEA Ir. Hj. Rosdiana Moeksin, M.T
NIP. 196010111985032002 NIP. 195608311984032002
BA
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................1
1.2 Perumusan Masalah.......................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian...........................................................................2
1.4 Ruang Lingkup...............................................................................2
1.5 Manfaat Penelitian.........................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 (Bio)Etanol......................................................................................4
2.2 Eceng Gondok.................................................................................5
2.3 Lignin..............................................................................................6
2.4 Selulosa...........................................................................................7
2.5 Hidrolisis selulosa...........................................................................10
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat..........................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 20
BAB I
PENDAHULUAN
10 Lainnya 247,27
Total 22.946,87 19.534,993 17.335,20
(Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/bahan_bakar_etanol)
2.1 Bioetanol
Bioetanol merupakan bagian dari kelompok metil (CH3-) yang terangkai
pada kelompok metilen (-CH2-) dan terangkai dengan kelompok hidroksil (-OH).
Sehingga secara umum akronim dari Bioetanol adalah EtOH (Ethyl-(OH)).
Bioetanol memiliki sifat tidak berwarna namun memiliki aroma yang
khas. Bahan ini dapat memabukan jika dikonsumsi sebagai minuman, tetapi
karena sifatnya yang tidak beracun bahan ini banyak dipakai sebagai pelarut
dalam dunia farmasi dan industri makanan-minuman. Bioetanol merupakan salah
satu jenis biofuel (bahan bakar cair dari pengolahan tumbuhan) di samping
biodiesel. Bioetanol adalah etanol yang dihasilkan dari fermentasi glukosa (gula)
yang dilanjutkan dengan proses destilasi. Proses destilasi dapat menghasilkan
etanol dengan kadar volume cukup tinggi, dan jika untuk digunakan sebagai
bahan bakar (biofuel) perlu lebih dimurnikan lagi hingga mencapai kadar volume
tinggi yang lazim disebut fuel grade ethanol (FGE). Proses pemurnian dengan
prinsip dehidrasi umumnya dilakukan dengan metode Molecular Sieve, untuk
memisahkan air dari senyawa etanol. Bahan baku bioetanol yang dapat digunakan
antara lain ubi kayu, tebu, sagu, dll.
Berdasarkan Jurnal dengan judul Prospek Pengembangan Bio-fuel
juga dapat digunakan untuk menurunkan konsentrasi COD dari air limbah.
Menurut Ratnani pada tahun 2008 dalam meneliti mengenai kemampuan eceng
gondok untuk mengolah limbah cair tahu.
Menurut R.Roechyati (1983) eceng gondok memiliki kandungan selulosa
64,51% dan lignin sebesar 7,69%. Eceng gondok mempunyai karakter khusus
yaitu kadar selulosa dan bahan organik (BO) yang tinggi. Winarno (1993)
menyebutkan bahwa eceng gondok dalam keadaan segar diperoleh bahan organik
sebesar 36,59%, C organik 21,23%, N-total 0,28%, P-total 0,0011% dan K-total
0,016%. Dibawah ini adalah tabel kandungan kimia eceng gondok segar dan
Klorida 0,26
alkanoid 2,22
(Sumber: Anonymous, 1952)
Silika 5,56
Abu 12
(Sumber: Roechyati, 1983)
Saat ini manfaat dari eceng gondok yang dikenal sebagai gulma
diperairan tersebut telah dikembangkan potensinya untuk energi listrik, biogas,
penjernihan air dan pupuk.
2.3 Lignin
Lignin terbentuk dari fenil propana, unit-unit fenil propana terikat satu
dengan lainnya dengan ikatan eter (C-O-C) maupun ikatan karbonkarbon. Lignin
bersifat hidrofobik dan melindungi selulosa sehingga strukturnya bersifat kaku
(rigid) . Adanya ikatan aril alkil dan ikatan eter di dalamnya menyebabkan
lignin menjadi tahan terhadap proses hidrolisis dari asam-asam universal. Lignin
dapat dioksidasi oleh larutan alkali dan oksidator lain. Pada suhu tinggi, lignin
dapat mengalami perubahan menjadi asam format, metanol, asam asetat, aseton dan
vanilin. Lignin dapat dihidrolisis dan diekstraksi dari biomassa lignoselulosik atau
diubah menjadi turunan yang larut. Lignin juga larut sebagai alkali lignin bila
biomassa lignoselulosik diperlakukan pada suhu tinggi dengan natrium hidroksida
atau dengan campuran natrium hidroksida dan natrium sulfide. Lignin terdapat
dalam semua biomassa lignoselulosa dengan jumlah yang berbeda. Pada setiap
proses produksi etanol, akan diperoleh lignin sebagai residunya.
2.4 Selulosa
Selulosa kandungan utama tanaman dan merupakan polisakarida yang
terdiri atas satuan-satuan gula (glukosa) yang terikat dengan ikatan 1,4-β-D
glikosidik (Fennema, 1985). Menurut Ward dan Seib (1970) adanya ikatan-ikatan
molekul glukosa dalam bentuk 1,4-β-D glikosidik yang membentuk rantai-rantai
selulosa yang panjang menyebabkan selulosa sukar larut dalam air. Sedangkan
menurut Nur et al (1984) kekuatan dan kekakuan selulosa diakibatkan oleh adanya
ikatan-ikatan hydrogen pada molekul-molekul berdampingan. Selulosa-selulosa
dalam dinding sel berupka kumpulan mikrofibril yang membentuk serat. Serat
yang satu dengan yang lainnya diikat oleh lignin dalam suatu ikatan yang kompak
dan tersusun rapat pada dinding sel tanaman, sehingga menjadi pengeras dinding
sel tanaman.
Secara fisik dan kimiawi selulosa menurut Pasaribu (1987) yaitu tidak
larut dalam air dingin, larutan asam dan alkali encer serta pelarut-pelarut oraganik
netral seperti benzene, alkohol, eter dan kloroform. Berdasarkan Diktat Kuliah
Teknologi Kimia Kayu Lanjutan oleh Prof. Dr. Ir. H. Sipon Muladi menjabrakan
bahwa selulosa larut dalam H2SO4 72%, HCL 44%, serta H3PO4 85%. Selulosa
juga tahan terhadap oksidasi oleh oksidator seperti klorin, natrium hipoklorit,
menggunakan asam kuat encer pada temperatur dan tekanan tinggi, dan dapat
dilakukan dengan menggunakan asam pekat pada temperatur dan tekanan rendah.
Proses hidrolisis pada suhu tinggi dilakukan pada kisaran suhu 160-240°C,
sedangkan proses hidrolisis pada suhu rendah dilakukan pada suhu 80-140°C.
Hidrolisis bahan-bahan berlignoselulosa akan menghasilkan senyawa gula
sederhana, seperti glukosa, xilosa, selobiosa dan arabinosa. Asam yang biasanya
digunakan untuk hidrolisis selulosa adalah asam sulfat, asam fosfat dan asam
klorida. Hidrolisis dalam suasana asam menghasilkan pemecahan ikatan glikosida
dan berlangsung dalam tiga tahap. Tahap pertama proton yang berkelakuan
katalis asam/enzim
Selulosa Glukosa
METODOLOGI PENELITIAN
No Variabel Kondisi
Eceng Gondok Basah dan Eceng
Gondok Kering:
1 Eceng Gondok Batang + Daun
Batang
20 ml, 40 ml, 60 ml, dan 80 ml.
2 Volume Asam Asetat 2 hari, 4 hari, 6 hari, 8 hari, dan
3Waktu Fermentasi
10 hari.
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2014 sampai dengan
selesai di Laboratorium Bioproses Jurusan Kimia Fakultas Teknik Universitas
Sriwijaya, Laboratorium Kimia Fisika LDB Universitas Sriwijaya, dan
Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Politeknik Sriwijaya.
3.3.4. Fermentasi
1.3.5. Destilasi
1) Hasil fermentasi dimasukkan ke dalam labu destilat dan dipanaskan
menggunakan waterbath.
2) Hasil fermentasi didestilasi selama 4,5 jam.
o
3) Suhu dijaga pada 78 C
4) Destilat yang diperoleh adalah etanol murni.
5) Ukur pH destilat yang dihasilkan.
6) Destilat ditimbang dengan menggunakan piknometer untuk mengukur
densitasnya. Kemudian destilat diukur kadar etanolnya dengan
menggunakan kromatografi.
Skema Rangkaian Prosedur Penilitian
Eceng Gondok
Dicuci
Dipotong-potong Dikeringkan
Diblender
Pre-treatment Lignin
Hidrolisis Asam
Fermentasi
Destilasi
Bioetanol
Daftar Pustaka
Pratiwi, R.A., Amelia, R & Moeksin, R. (2013). “Pengaruh Volume Asam (Proses
Hidrolisis) dan Waktu Fermentasi Pada Pembuatan Bioetanol dari Tandan
Kosong Kelapa Sawit”. Inderalaya: Universitas Sriwijaya.