Disusun Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
i
Yang Dipersiapkan Dan Disusun Oleh
1. Syahdilla
(152022003)
2. Rizky Ramadhan Akbarta (152022007)
3. Dhea Abelia Putri Heriya (152022008)
4. Rico Priyanto (152022011)
5. Mochammad Rafie Tri Setyo Wibowo (152022024)
ii
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Laporan Tetap
Praktikum Kimia ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari
laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Praktikum Kimia Dasar.
Laporan ini membahas tentang proses pembuatan tempe, pembuatan
sabun,keogulan lateks dan lateks dadih.
saya menyadari bahwa tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan demi
kesempurnaan laporan ini.
DAFTAR ISI
iii
Contents
iv
3.2 Waktu Pelaksanaan Percobaan............................................................................22
3.3 Tujuan Percobaan................................................................................................22
3.4 Teori Percobaan...................................................................................................22
3.5 Prosedur Percobaan............................................................................................25
3.6 Alat dan Bahan.....................................................................................................26
3.7 Hasil Analisa.........................................................................................................28
3.8 Pertanyaan...........................................................................................................29
3.9 Kesimpulan..........................................................................................................31
3.10 Saran....................................................................................................................31
3.11 Daftar Pustaka.....................................................................................................32
PERCOBAAN IV....................................................................................................................33
4.1 Judul Percobaan...................................................................................................33
4.2 Waktu Percobaan................................................................................................33
4.3 Tujuan Percobaan................................................................................................33
4.4 Teori Percobaan...................................................................................................33
4.5 Alat &Bahan.........................................................................................................35
4.6 Prosedur Percobaan............................................................................................37
4.7 Hasil Analisa.........................................................................................................37
4.8 Pertanyaan...........................................................................................................38
4.9 Kesimpulan..........................................................................................................39
4.10 Saran....................................................................................................................39
4.11 Daftar Pustaka.....................................................................................................40
v
PERCOBAAN I
PEMBUATAN TEMPE
1
agar tidak rusak akibat adanya bakteri yang hidup dalam makanan Bakteri
yang terkandung dalam makanan fermentasi penting untuk kesehatan
pencernaan, memperkuat sistem kekebalan tubuh, mencegah peradangan dan
mengurangi efek intoleransi terhadap laktosa.
Jika di tinjau dari pembuatannya, tempe merupakan salah satu
produk dari Boteknologi berbasis konvensional. Karena melihat mikroba
eukanotik yaitu kapang yang biasanya di peroleh dri ragi, artinya didalam
ragi tersebut mengandung empat jenis kapang dari kelompok Ryzopus, yaitu
Ryzopus Oryzae. Hifa dari kapang inilah yang terlihat berwarna putih pada
tempe.
Alat:
2
Spatula Pipet
Termometer pH Meter
Hot Plat
3
Bahan:
Kedelai Ragi
4
1.6 Prosedur Percobaan
1) Pemlihann & Pencucian Kedelai
Biji kedelai yang digunakan sebagai bahan dasar tempe harus bagus,
bernas dan padat berisi. Dilakukan pemilihan tersebut agar tempe yang
dihasilkan baik dan berkualitas bagus. Pencucian biji keelai dengan air
bersih dan secara berulang-ulang agar kotoran tidak menempel lagi pada
kedelai yang sudah siap untuk di olah.
2) Perendaman Awal Kedelai
harus direndam di dalam air selama 12jam, agar ketika pengupasan kulit
biji kedelai mudah untuk dilepas dari biji kedelai tersebut. Ketika kedelai
direndam berlangsunglah proses ferementasi oleh bakteri yang ada dalam
air.
3) Pengupasan Kulit
Pengupasan kulit dapat dilakukan dengan cara menginjak-injak biji
kedelai, cara ini digunakan jika produksi dalam jumlah besar. Sementara
itu, jika produksi rumahan maka caranya bisa lebih higenis, yaitu dengan
pengupasan menggunakan atal atau tangan.
4) Perendaman Lanjutan
Perendaman lanjutan dilakukan agar kedelai mencapai tingkat keasaman
yang baik, yaitu sekitar 3,5 hingga 5,2pH.
5) Pencucian Kedelai Yang Sudah Direndam
Pencucian berfungsi untuk mematikan mikrorganisme yang tumbuh selama
perendaman, serta membuang elebihan asam pada lendir yang terproduksi.
6) Perebusan Lanjutan
Proses ini berfungsi untuk mematikan mikrorganisme yang tumbuh selama
perendaman. Lama prebusan tergantung pada kondisi bahan, memakan
waktu 40 menit.
7) Pemisahan dan pendinginan
5
Biji yang telah direbus ditiriskan dengan cara di tebarkan diatsa daun
pisang
8) Penambahan Ragi
Selanjutnya penambahan ragi pada kedelai. Setiap 1kg biji kedelai takaran
ragi yang digunakan adalah satu sendok makan. Kemudian diaduk dan di
ratakan dengan kedelai.
9) Pembungkusan Bahan
Bahan yang di gunakan untuk membungkus bisa dengan bahan alami
seperti daun pisang atau plastik dinilai lebih praktis dan efisien.
10) Fermentasi, Pemecahan Senyawa Kompleks
Selesai dibungkus, tempe akan difermentasi pada suhu kamar 38-40 derajat
celcius. Suhu memiliki peranan penting pada penentuan hasil fermentasi itu.
Proses fermentasi didiamkan selama 1 hari hingga 2 hari untuk dapat
menghasilkan tempe yang baik untuk dikonsumsi.
6
dalam keadaan panas merata pada padat, jamurnya
dan mengembung. sekitar kedelai, sudah merata dan
tempe pun sudah siap untuk di
terbentuk. konsumsi.
1.8 Pertanyaan
1) Buatlah Grafik xy hasil percobaan tersebut!
Jawab:
7
Membantu menurunkan berat badan.
Mencegah diabetes.
3) Ada berapa jenis kapang yang dapat digunakan dalam pembuatan tempe
tersebut, sebutkan?
Jawab:
Rhizopus Oligosporus
Rhizopus Oryzae
Rhizopus Stolomifer
Rhizopus Arrhizus
1.9 Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa tempe sangat tergantung dari
hasil fermentasinya jenis bahan atau / substratnya yaitu kedelai, macam
microba yang aktif dan kondisi disekelilingnya yang mempengaruhi
pertumbuhan dan metabolisme microba tersebut, dan hal ini dapat dikatakan
bahwa pengelolaan kedelai hingga menjadi tempe sesuai dengan hasil akhir
yang dikehendaki.
1.10 Saran
Sebaiknya pembuatan tempe dilakukan ditempat yang bersih dan steril,
sehingga tempe yang dihasilkan akan lebih baik dan higenis . Tempe dibuat
dengan cara yang baik dan benar sehingga dapat menghasilkan rasa tempe
yang enak dan lezat.
8
1.11 Daftar Pustaka
ASTARI, G. R. (2022). Manfaat Makan Tempe bagi Kesehatan yang Sayang Anda Lewatkan
dari https://hellosehat.com/nutrisi/fakta-gizi/5-manfaat-tempe-bagi-kesehatan/.
9
PERCOBAAN II
PEMBUATAN SABUN
10
sabun ditemukan dengan cara tidak sengaja dengan cara
mencampurkan lemak/minyak dan abu soda. Para ahli memperkirakan sabun
dibuat pertama kali oleh bangsa Babilonia, Mesopotamia, Mesir, Yunani,
dan Romawi. Pada awalnya, sabun digunakan untuk mencuci peralatan
masak dan benda lain. Sabun belum digunakan untuk mandi.
Tahun 1550 SM
Bangsa Mesir Kuno merancang teknik dan metode untuk meramu
komponen seperti sabun. Caranya adalah dengan mencampur alkali dengan
minyak. Selanjutnya, bangsa Neo Babilonia memperbaiki resep sabun
“Washing Stone” mereka menggabungkan abu, ekstrak cypress dan munyak
wijen, pada abad ke-6 SM.
Tahun 600 SM
Plinly The Elder, orang – orang Femisia(Phoelicium) menggunakan
lemak (tallow) kambing dan abu soda untuk membuat sabun pada tahun
600 SM.
Tahun 0-6 M
Bangsa Romawi kuno membuat sabun dari urine (air semi). Bangsa
Celtic membuat sabun dari lemak hewan dan abu (Plant Athes). Mereka
menamakan produknya “Salpo”. Dari kata inilah kata soap (sabun) berasal.
Masa Islam 7 M
Al-Razi yang merupakan sarjana kimia muslim asal persia berhasil
menciptakan racikan / formula sabun. Ahmad Y Al-Hassan dalam bukunya
Techmologi Transfer In The Chemical Industrias, menjelaskan bahwa
sabun modern adalah warisan islam.
Berawal dari penemuan formula sabun tersebut, kemudian
bermunculan pengusaha – pengusaha dibeberapa kota islam seperti Nablus
(Palestina), Kufah (Irak), dan Basrah (Irak).
Tahun 8- 15 M
11
Sejarah pembuatan sabun sudah ada sejak abad ke-8 Masehi.
Menurut Al Maqdisi, pada abad ke-10 Masehi, kota Nablus (Palestina)
sangat terkenal sebagai pusat industri sabun.
Sabun yang dibuat umat isla pada zaman keemasan sudah
menggunakan pewarna dan pewangi. Selain itu, dikenal pula jenis jenis
sabun cair dan sabun batangan. Resep pembuatan sabun didunia islam
juga sudah ditulis seorang dokter terkenal dari Andalusin, Spanyol
Islam,Abu Al-Zahrawi alias Abdul Cassis (936 – 1013 M).
Raja Al-Muzaffar Yusuf Ibnu Umar Ibnu Ali Ibn Rasul mengisahkan
bahwa Suriah sangat dikenal sebangai penghasil sabun keras (hard soap)
untuk keperluan di toilet pada abad ke-13 Masehi.
Menurut Shatzwiller, pada tahun 1200 SM, di kota Fez (Maroko)
terdapat 27 pabrik sabun. Sebuah sangkalan ilmiah datang dari Shewood
Taylor (1957) dalam bukunya berjudul Al History Of Industrial
Chemistry. Dia mengatakan, peradaban barat baru mengusasai pembuatan
sabun pada abad ke-18 M. Rj Forbes (1965) dalam bukunya Studies In
Ancient Technology mengatakan bahwa jika campuran yang
menggandung sabun telah digunakan di pusat peradaban Mesopotawia.
Pablikasi sabun pada 16 M (Raja James 1)
Sejarah mencatat bahwa negara Italia, Spanyol, dan Prancis
merupakan pusat pabrik sabun petama yang ada di Eropa. Pada tahun
1622 perkembangan bisnis sabun sangatlah baik. Saat itu sabun
diperdagangkan dalam bentuk monopoli. Raja James 1yang memberikan
legitiwasi pasar monopoli kepada para pembuat sabun sehingga bernila
$100.000 per tahun.
Sejarah sabnu di benua Amerika dimulai pada tahun 1608.
Awalmulanya adalah pembuat sabun datang ke Amerika dengan
menumpang kapal Inggris yang kedua di Jamestown, Va. Pembuatan
12
sabun di Amerika agak tersandung karena sangat bergantung pada
persediaan lemak yang ada.
Nicholas Le Blance
Pada 1791 Nicholas Le Blance, ahli kimia berkebangsaan Prancis,
mematenkan proses pembuatan sabun, yaitu sabuun soda api atau sodium
karbonat yang dibuat dari garam biasa. Maka pada abad ke-18 tersebutlah
pembuatan sabun secara massal dimulai. Dengan teknologi pembuatan
sabun secara massal, maka harga sabun menjadi jauh berkurang dan
monopoli mulai tergusur. Sabun diperoleh dengan cara mencampurkan
soda api dengan lemak. Proses tersebut disebut dengan proses Leblance,
seperti nama penemunya.
Pada abad ke-19 (1800an), sabun menjadi komoditas dengan pajak
tertinggi, sehingga sabun menjadi barang mewah di beberapa negara.
Penggunaan sabun juga semakin meluas karena standart kebersihan yang
juga kian meningkat.
Michael Engene Chevreul
Teknologi pembuatan sabun modern muncul pada tahun 1811. Ahli
kima dari Prancis, Michael Engene Chevreul, menemukan proses
pembatan sabun yang merupakan kombinasi / reaksi dari beberapa bahan
kimia alami, lemak atau asam lemak dan gliselini.
Ernest Solvay
Ahli kimia dari Belgia, Ernest Solvay, Juga ikut warnai
perkembangan kemajuat teknologi pembuatan sabun mandi. Beliau
membuat sabun dengan proses Awmowia atau proses Solvay.
Sejarah sabun cair
Sabun cair di buat pertama kali pada tahun 1800-an M. Pada era
tersebuat sabun cair untuk tangan dibuat untuk rumah sakit, rumah makan
dan fasilitas publik lainya.
13
Wiliam Shapphared (22 Agustus 1805)
Sabun cair dipatenkan pertama kali oleh beliau dengan nomor paten
49.561 di Amerika Serikat.
Minnetonica
Beliau menjajakan Crewe Soap On Tap yang diletakan pada
dispenser keramik disebuah distributor batik. Dia membuat produk mssal
pada tahun 1890.
B.J. Johson & Palanolive
Pada tahun 1898. B.J.Johson mengembangkan formula sabun cair.
Pada tahun ini juga perusahaanya (B.J. Johson Soap Company)
memperkenalkan sabun palmolive. Sabun tersebut dibuat dari minyak
kelapa sawit dan minyak zaitun. Pada pergantian abad, Palmolive adalah
sabun terlaris didunia.
Pada tahun 1987 Colgate – Palmolive Company membeli perusahaan
minnotonka dan terus memproduksi sabun dengan merk Soft Soap.
Sejarah teknologi pembuatan sabun pada abad 20
Pada tahun 1950: Ditemukan pencuci piring bubuk.
Pada tahun 1960: Ditemukan pencuci kotoran serta penghilang noda
dengan bubuk enzim dan perendaman dengan enzim.
Pada tahun 1970: Ditemukan sabun cair untuk cuci tangan serta
produk multifungsi yakni detergen lengkap dengan pelembutnya.
Pada tahun 1980: Ditemukan sabun pencuci baju dengan
menggunakan konsertrat.
Pada tahun 1990: Ditemukan sabun pencuci piring dengan gel,
pelembut kain, detergen bubuk lengkap dengan cairan ultranya seta
pencuci baju lengkap dengan refilnya.
Sejarah Pembuatan Sabun Bubuk (Detergen)
14
Detergen pertama kali digunakan untuk mencuci piring dan
mencuci baju yang terbuat dari bahan yang lembut. Pada tahun 1946
ada terobosan pemikiran jika detergen dapat digunakan untuk
mencuci baju dengan bahan yang umum (tidak hanya lembut). Di
Amerika Serikat, pembuatan detergen menggunakan bahan Surfaktan
(Surface Active Agent) atau bahan aktif permukaan. Sejarah
mencatat bahwa pada tahun 1953, penjualan detergen di Amerika
Serikat meningkat pesat, bahkan melebihi penjualan sabun.
15
Spatula Pipet
Termometer pH Meter
Bahan:
16
Minyak Zaitun NaOH
Parfum Aquades
17
I. Belum adanya I. Wangi karena
perkembangan yang campuran dari
terlihat berwarna parfum ke minyak
kuning agak putih. zaitun merata.
II. Sudah terlihat II. Baunya bertambah
100 5
perkembangan, sudah menyengat
agak mengeras dari wanginya karena
hari sebelumnya. zaitun dan parfum.
50 5
II. Sudah terlihat cepat II. Wangi karena
perkembanganya campuran zaitun
tekstur mulai dan parfum.
mengeras
18
2.8 Pertanyaan
1) Tuiskan rumus kimia minyak kelapa!
Jawab:
Rumus kimia:
Berat molekul 200,39 〖mol〗^(-1)
Titik lebur 44ºC dab titik didih 225 ºC
Sehingga pada suhu ruang berwujud padatan berwarna puith, dan mudah
mencair jika di panaskan.
2.9 Kesimpulan
sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak
yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali
(seperti natrium atau kalium hidroksida) pada suhu 80–100 °C melalui suatu proses
yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa,
menghasilkan gliserol dan sabun mentah.
2.10 Saran
19
Perlu adanya kajian lebih lanjut mengenai pengaruh perlakuan suhu dan
kecepatan pengadukan pada proses pembuatan sabun terhadap karakteritik sabun
yang dihasilkan. Hal lain yang perlu dikaji adalah kemungkinan penggunaan lebih
dari satu jenis minyak dalam satu formula sabun dengan penambahan bahan bukan
lemak yang berbeda dalam komposisi yang banyak.
20
2.11 Daftar Pustaka
WIJAYA, G. (2015). Percobaan Sederhana Sabun Menarik Minyak dari
https://gandawijaya99.blogspot.com/2015/02/percobaan-sederhana-sabun-
menarik-minyak.html.
21
PERCOBAAN III
KOAGULAN LATEKS
22
pengampasan. Proses pembekuat bertujuan untuk menyatukan butiran –
butiran karet yang terdapat dalam cairan lateks agar menjadi gumpalan /
keogulan.
Perubahan lateks menjadi suatu keogulan membutuhkan bahan
pembeku (koagulan).lateks akan menggumpal jika muatan listrik di turunkan
(dehidrasi) PH lateks diturunkan (penambahan asam H^2) dan penambahan
elektrolit. Selama ini pabrik karet umumnya menggunakan bahan pembeku
(koagulan) seperti asam semut dan sam cuka dengan konsentrasi 1 – 2
%. Tujuan dari penambahan asam adalah untuk menurunkan PH lateks pada
titik isoelektriknya antara 4,5 – 4,7 sehingga lateks dapat membeku.
Proses penggilingan karet bertujuan untuk membentuk keogulan
menjadi lembaran serta mengeluarkan air dan serum. Air limbah yang keluar
dari proses ini cukup banyak jumlahnya dan belum banyak termanfaatkan.
Bahkan seringkali menjadi masalah bagi lingkungan, jika
penangananya tidak optimal. Air limbah ini dikenal sebagai serum.
Limbah serum lateks ini memiliki PH 4,9 dan mengandung senya nitrogen,
asam nukleat, nuklotida, senyawa organik, ion organik dan ion logam.
Dilihat dari nilai PH yang rendah dan komponen yang terkandung
didalamnya terutama kandungan ion logam. Limbah serum lateks ini dapat
dimanfaatkan sebagai alternatif keogulan pada proses pembekuan lateks. PH
serum lateks yang cukup rendah dapat menurunkan PH lateks pada titik
isoelektroniknya dan katian dari logam alkali akan menurunkan PH lateks
pada titik isoelektriknya.
2. Asam Sulfat
Asam Sulfat . H. Merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat.
Zat ini larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai
banyak kegunaan dan salah satu produk utama industri kimia. Produksi
dunia asam sulfat pada tahun 2001 adalah 165 juta ton dengan nilai
perdagangan seharga $8 juta. Kegunaan utamanya termasuk pemprosesan
23
biji mineral, sintesis kimia, pemprosesan air limbah dan penghilangan
minyak. Hasil penelitian menunjukan bahwa berat bobot basah asam sulfat
lebih berat dibandingkan bobot basah keogulan asam sulfat. Meskiput waktu
keogulasi menggunakan asam sulfat lebih cepat dibandingkan waktu
keogulasi menggunakan bahan format berdasarkan parameter kadar karet
kerng, kadar abu dan kadar zat menguapnya lebih baik dibandingkan dengan
mutu karet yang digumpalkan menggunakan asam sulfat.
3. Air Kelapa
Produksi air kelapa cukup melimpah di Indonesia yaitu mencapai
lebih dari 1 sampai 900 juta liter per tahun. Berdasarkan data dinas
perkebunan provinsi Riau. Jumlah pabrik kelapa di Riau berjumlah 146 unit
dengan kapasitas produksi sebesar 6.524 ton x 67% = 4.190,18 Ton limbah
cair yang dihasilkan setiap jam, jika pabrik dalam satu hari beroperasi maka
akan menghasilkan sebanyak 100.564,32 Ton. Pemanfaatan air kelapa dalam
industri pangan belum menonjol, sehingga air kelapa hanya menjadi limah
buangan. Air kelapa dapat menimbulkan polusi alam asetat, akibat proses
fermentasi pada limbah air kelapa tersebut. Air kelapa mengandung
sejumlah zat gizi yaitu protein 0,2%, lemak 0,15%, elektrolit dan hormon
pertumbuhan kandungan gula maksimum 3gram per 100ml air kelapa. Jenis
gula yang terkandung adalah sukrasa, glukosa, fruktosa, dan serbital. Gula –
gula tersebut yang menyebabkan air kelapa muda lebih manis dari air kelapa
yang lebih tua.
4. Limbah Tahu
Penanggulangan limbah dengan cara memanfaatkanya merupakan
salah satu cara menghindari pencemaran lingkungan. Contoh yang telah
dilakukan antara lain pemanfaatan limbah cair pabrik tahu sebagai
penggumpal lateks.
Lateks yang berasal dari perkebunan ditambahkan limbah cair tahu
yang memiliki PH = 4 dan akhirnya akan membentuk keogulan. Kemudian
24
digiling dan dikeringkan pada suhu 110ºC selama 3,5 jam. Pengujian
terhadap mutu karet yang dilakukan meliputi plastisitas awal (PO) dimana
nilai plastisitas yang terlalu tinggi tidak sesuai karena membutuhkan energi
yang begitu besar sewaktu pengolahan dan menghasilkan nilai PO yang
rendah membuat karet yang lunak dan rapuh. Plastisitas fontensi indeks
(PRI) yaitu suatu ukuran ketahanan karet terhadap pengurangan ioksidasi
pada suhu tinggi dan pengujian ketiga meliputi kotoran .
25
3.6 Alat dan Bahan
Alat:
Spatula Pipet
26
Neraca
Bahan:
27
Limbah Tahu
20 ml 20 ml 20 ml 20 ml
28
Tekstur lateks Tekstur Lateks sudah Lateks sudah
masih keras, tetapi lateks masih tidak sekeras tidak sekeras
tidak sekeras pada keras, tetapi hari hari
11 hari sebelumnya, tidak sekeras sebelumnya sebelumnya
November belum bisa di tarik. pada hari dan jika di dan jika di
2022 sebelumnya, tarik patah - tarik sedikit
belum bisa di patah. patah -
tarik. patah.
29
3.8 Pertanyaan
1) Hitunglah kadar kering lateks setiap variabel!
Jawab:
berat awal−berat kering
Kadar kering¿ ×100
berat kering
HCL
Berat awal ¿ 62 gram
Berat kering ¿ 58 gram
62−58
×100 ¿ 6,89
58
Asam Sulfat
Berat awal ¿ 29 gram
Berat kering ¿ 26 gram
29−26
×100 ¿ 11,53
26
Limbah Tahu
Berat awal ¿ 62 gram
Berat kering ¿ 55 gram
62−55
×100 ¿ 12,47
55
Air Kelapa
Berat awal ¿ 61 gram
Berat kering ¿ 56 gram
61−56
×100 ¿ 8,92
56
30
3) Hitunglah kadar uap!
3.9 Kesimpulan
31
Untuk menentukan mana yang kelenturanya lebih lentur antara
H2So4, HCL, air kelapa, limbah tahu cair setelah dilakukan percobaanya
ternyata lateks yang dicampurkan limbah tahu cair memiliki kelenturan yang
paling lentur dintara yang lainya.
3.10 Saran
Selama proses perendaman 7 hari lebih baik saat mengecek lateks
diaduk juga, sehingga lateks benar – benar terendam atau tercampur dengan
cairan.
32
PERCOBAAN IV
LATEKS DADIH
33
4.3 Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui apabila lateks dicampur dengan CMC dan bertujuan
untuk mendapat getaran terbaik.
34
menjadi lump (gumpalan karet). Faktor lain yang menjadi hambatan untuk
memperoleh karet alam adalah kurang efisienya pengolahan lateks kebun
menjadi lateks pekat.
Teknologi yang biasa digunakan dalam prose pembuatan lateks pekat
adalah pendadihan dan sentrifugasi. Dalam pendadihan, kadar karet yang
dibutuhkan cukup tinggi namun membutuhkan waktu yang lama sehingga
untuk memproduksi dalam jumlah yang besar kurang efisien (Kurnaiasih,
2022). Waktu yang lama dalam proses pendadihan akan mempengaruhi
pendapatan petani. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan tingkat
getaran terbaik pada mutu lateks pekat.
35
Spatula Pipet
Shaker/Mixer
Bahan:
36
Lateks Cair Aquades
CMC NH3
37
Untuk perlakuan control lateks hanya didiamkan selama 7, 14 dan 21 hari
dan untuk perlakuan penggetaran lateks dimasukan kedalam shaker / mixer
diatur sesuai dengan perlakuan 100 rpm dan 175 rpm.
4.8 Pertanyaan
1.9 Pada RPM berapakah getaran lateks yang terbaik?
Jawab:
38
2.9 Buatlah hasil percobaan dalam diagram xy!
Jawab:
Diagram Percobaan Pembuatan Lateks Dadih
200% 90%
45%
150%
30% 50%
100% 90%
35%
50%
50% 35%
0%
0%
H ar i ke 3 H ar i ke 5 Hari ke 7
4.9 Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukan bahwa kadar karet kering (KKK) lateks
didih dipengaruhi oleh dosis bahan didih, waktu pemeraman awal dan
kecepatan sentrifugasi.
4.10 Saran
39
Perlu dilakukan percobaan tentang proses penggetaran dengan RPM
yang lebih tinggi atau cara penggetaranya berbentuk vertikal.
40
Maspanger, D. R. (2007). Pembuatan Lateks Dadih dengan Proses Sentrifugasi Putaran
Rendah dan Kualitas Barang Jadi Karetnya. Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor – Puslit
Karet. Jl. Salak No.1, Bogor 16151.
41