Anda di halaman 1dari 21

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
1. Kerangka Teori
1.1 Tinjauan Teori Mengenai Legalitas Tanda Tangan Elektronik.
1.1.1. Pengertian Tanda Tangan.
Tanda tangan digunakan sebagai identitas diri yang diakui dalam
hukum sebagai persetujuan seseorang terhadap suatu tulisan atas
kewenangannya sendiri. Tanda tangan terdiri dari susunan aksara
sebagai tanda yang dibubuhkan dari orang yang berwenang menulis
sebuah pernyataan (Herlien Budiono, 2007: 220). American Bar
Association (ABA) mendefinisikan tanda tangan adalah suatu tanda
yang dibuat dengan untuk memberikan persetujuan dan otentifikasi
terhadap sesuatu sehingga dalam suatu pernyataan tertulis haruslah
disertakan tanda tangan orang yang bersangkutan sebagai acuan dari
tulisan seseorang.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tanda tangan


adalah lambang nama yang dituliskan dengan tangan oleh orang itu
sendiri sebagai penanda pribadi (telah menerima). Berdasarkan
pengertian tersebut tanda tangan digunakan untuk memastikan identitas
seseorang terhadap suatu penandaan yang merujuk kepada siapa orang
yang bertanda tangan sehingga dapat menimbulkan peristiwa hokum.

1.1.2. Pengertian Tanda Tangan Elektronik.

Pengertian tanda tangan elektronik terdapat pada Pasal 1 ayat


(12) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik yaitu:

14
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

“Tanda tangan yang terdiri atas informasi elektronik yang


dilekatkan, terasosiasi atau terkait dengan informasi elektronik
lainnya yang digunakan sebagai alat verifikasi dan autentikasi”.

Penanda tangan adalah subjek hukum yang bersangkutan


dengan tanda tangan elektronik. Sehingga dalam suatu pernyataan
tertulis harus dibubuhkan tanda tangan orang yang bersangkutan.
Digital signature sebagai suatu pengaman pada data digital dibuat
dengan tanda tangan pribadi (private signature key) yang bergantung
pada kunci publik (publik key) yang menjadi pasangannya.

Guna mencegah niat jahat seseorang yang ingin mengganti


informasi elektronik yang telah ditandatangani oleh para pihak
berwewenang, maka dalam tanda tangan elektronik haruslah terhubung
dengan data informasi elektronik, sehingga jika terjadi perubahan
informasi elektronik yang sudah ditandatangani secara otomatis tanda
tangan elektronik juga berubah (Ronny, 2008: 3).

Tanda tangan elektronik berbeda dengan tanda tangan di atas


kertas pada umumnya, sebab tanda tangan elektronik diperoleh dengan
mathematical summary dokumen yang dikirimkan melalui cyberspace
dari message digest atau hast (Soemarno Partodihardjo, 2009: 20).
Berbeda dengan tanda tangan pada umumnya hanya berfungsi sebagai
tanda diakuinya suatu tulisan dokumen, pada tanda tangan elektronik
terdapat sebuah pengkodean pesan digital yang memberikan kepastian
data telah termodifikasi. Tanda tangan elektronik memiliki prinsip
message integrity yang menjamin hak dan tanggung jawab pengirim
pesan (Soemarno Partodihardjo, 2009: 21).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

Saat ini fungsi dan kekuatan hukum tanda tangan elektronik


seringkali menjadi perdebatan karena belum ada ketentuan hokum yang
pasti. Namun, Amerika Serikat terlebih dahulu telah mengakui
keabsahan tanda tangan elektronik dalam Pasal 7 UNICITRAL Model
Law (The United Nations Commissions on International Trade Law),
dengan tujuan:

1. Untuk memastikan otensitas dari dokumen elektronik


2. Untuk menerima atau menyetujui secara menyakinkan isi dari
sebuah tulisan.
Menurut Arianto Mukti Wibowo, tangan elektronik bersifat:
a) Autentik
b) Aman
c) Interoperabilitas dari perangkat lunak maupun jaringan dari
penyedia jasa.
d) Konfidensialitas
e) Hanya sah untuk dokumen itu saja atau kopinya yang sama
persis
f) Dapat diperiksa dengan mudah.
g) Divisibilitas berkaitan dengan spesifikasi praktis transaksi baik
untuk volume besar atau skala kecil.
Tanda tangan digital (Digital Signature) memberikan jaminan
atas data elektronik yang dikirimkan melalui open network (Arianto
Mukti Wibowo, 1999: 5) dengan manfaat sebagai berikut:

1. Authenticity
Digital Siganature dapat menunjukan keberadaan data
elektronik asalnya, sehingga menjamin integritas suatu pesan
karena memperoleh Digital Certificate melalui aplikasi
Certification Authority. Digital certificate akan memberikan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

informasi mengenai identitas, hak, status hokum dan seberapa


besar tingkatan kewenangan yang dimiliki oleh pengguna.
Kewenangan ini dapat digunakan apabila suatu waktu perusahan
hendak melakukan perbuatan hokum maka dapat menggunakan
digital certificate milik direksinya karena memiliki wewenang
untuk mewakili perusahaan tersebut, sehingga digital certificate
berkedudukan sebagai pihak ketiga yang menghubungkan
pemegang digital certificate dengan memberikan keaslian suatu
pesan dari pengguna tersebut agar merasa yakin bahwa suatu
pesan adalah benar berasal dari pengguna tersebut.
2. Integrity
Digital signature pada suatu data elektronik memberikan
jaminan bahwa data yang dikirimkan tidaklah berubah. Integrity
memberikan perlindungan atas keutuhan suatu data. Seorang
penerima pesan atau data dapat merasa yakin apabila suatu
pesan itu otentik dengan pesan aslinya dengan melihat hash
function dalam sistem digital signature dengan pembandingan
hash value. Apabila hash value-nya telah sesuai, maka data
tersebut benar-benar otentik, tidak mengalami perubahan saat
proses pengiriminan dan terjamin keasliannya, namun jika hash
value-nya berbeda, maka keasliannya tidak dapat terjamin
karena data yang dikirim oleh penerima saat proses
pengiriminnya diduga telah dimodifikasi.
3. Non-Repudiation (Tidak Dapat Disangkal Keberadaannya)
Muncul dari keberadaan digital signature yang menggunakan
enkripsi asimetris (asymmetric encryption) yang melibatkan
keberadaan kunci privat dan kunci publik. Suatu pesan yang
telah dienkripsi kunci privat hanya dapat dibuka menggunakan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

kunci publik dari pengirim data. Dengan non-repudiation


pengirim pesan tidak dapat berbohong apabila ia mengatakan
sudah mengirimkan suatu pesan padahal belum mengirimnya.
Pengirim pesan juga tidak dapat menyangkal isi dari suatu pesan
berbeda dengan apa yang ia kirimkan. Non-repudiation sangat
bermanfaat khususnya bagi e-commerce, karena suatu transaksi
dilakukan melalui suatu jaringan internet, electronic contracts
dan transaksi pembayaran.
4. Confidentiality
Pesan pada data elektronik yang dikirimkan bersifat rahasia dan
tidak dapat diketahui oleh sembarang orang karena telah disign
dan dimasukkan dalam digital envolve yang menyebabkan suatu
pesan ter-enkripsi hanya dapat diakses oleh yang berwenang.
Dalam e-commerce pengamanan data menggunakan metode kriptografi
melalui skema digital signature, namun sayangnya di Indonesia belum banyak
diterapkan karena baru diketahui oleh sebagain orang tertentu (Arianto Mukti
Wibowo, 1999: 5).
1.1.3. Klasifikasi Tanda Tangan Elektronik
a. Tanda Tangan Elektronik (Biasa)
Tanda tangan elektronik biasa ditujukan kepada orang yang memiliki
hak untuk menanda tangan suatu dokumen elektronik. Contohnya saat
hendak melakukan tanda tangan tertulis yang dilakukan dengan cara
menscan dokumen dan mengubah bentuknya menjadi gambar yang
kemudian dianggap menjadi dokumen elektronik biasa.
b. Tanda Tangan Elektronik yang Aman (Secure atau Reliable)
Tanda tangan elektronik ini lebih aman karena memenuhi persyaratan-
persyaratan tertentu, tidak hanya berfungsi untuk menunjukan kepada
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19

si penanda tangan, karena Secure atau Reliable menjaga keutuhan dan


keamanan dari suatu informasi elektronik yang dilekatkan.

Gambar 1. Tanda Tangan Elektronik (TTE) berupa QR Code. Sumber:


http://randuacir.salatiga.go.id/
1.2 Tinjauan Mengenai Dokumen Elektronik
Pengertian dokumen elektronik terdapat pada Pasal 1 ayat 4 Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
yaitu:

“Dokumen elektronik adalah setiap informasi elektronik yang dibuat,


diteruskan, dikirimkan, diterima, disimpan dalam bentuk analog,
digital, elektromagnetik, optikal atau sejenisnya, yang dapat dilihat,
ditampilkan dan/atau didengar melalui komputer atau sistem elektronik,
termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta,
rancangan, foto, atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses,
symbol, atau perforasi yang memiliki makna atau dapat dipahami oleh
orang yang mampu memahaminya.”
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20

Suatu dokumen elektronik dapat dinyatakan sah sebagai alat bukti


apabila menggunakan sistem elektronik yang andal dan aman, serta memenuhi
persyaratan sebagai berikut:

a. Menampilkan informasi elektronik atau dokumen elektronik secara


utuh sesuai masa retensi dalam peraturan perundang-undangan
b. Melindungi ketersediaan, keutuhan, keotentikan, kerahasiaan, dan
keteraksesan informasi elektronik dalam penyelenggaraan sistem
elektronik tersebut
c. Beroperasi sesuai dengan prosedur penyelenggaraan sistem elektronik
d. Dilengkapi prosedur dengan bahasa, informasi, atau simbol yang dapat
dipahami oleh pihak yang bersangkutan dalam penyelenggaraan sistem
elektronik tersebut
e. Memiliki mekanisme yang berkelanjutan guna menjaga kebaruan,
kejelasan, dan kebertanggungjawaban prosedur dalam suatu informasi
atau dokumen elektronik tersebut.
Dalam e-commerce, dokumen elektronik digunakan untuk menentukan
kapan terjadinya kesepakatan dalam suatu transaksi. Hasil print out dari sebuah
dokumen elektronik yang dihasilkan, nantinya akan digunakan sebagai bukti
otentik. Hal ini sangatlah penting karena jika suatu waktu terjadi perkara yang
dibawa ke persidangan, hakim akan memeriksa dan memutus perkara
berdasarkan pembuktian dalam ketentuan hukum acara.

1.3 Tinjauan Mengenai Pejabat Publik


1.3.1 Pejabat Publik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pejabat adalah pegawai
pemerintah yang memegang jabatan penting, sementara Pejabat Negara adalah
orang yang memegang jabatan penting dalam pemerintahan, seperti menteri
dab sekretaris Negara. Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21

1999 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang


Pokok-Pokok Kepegawaian dalam Pasal 11 ayat disebutkan bahwa Pejabat
Negara terdiri atas:

a. Presiden dan Wakil Presiden


b. Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat
c. Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
d. Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Agung pada Mahkamah
Agung, serta Ketua, Wakil Ketua dan Hakim pada semua Badan Peradilan
e. Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan Pertimbangan Agung
f. Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Badan Pemeriksa Keuangan
g. Menteri, dan jabatan yang setingkat Menteri
h. Kepala Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri yang berkedudukan
sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh
i. Gubernur dan Wakil Gubernur
j. Bupati/Walikota dan Wakil Bupati/ Wakil Walikota
k. Pejabat Negara lainnya yang ditentukan oleh undang-undang.

Menurut Riant Nugroho, Pejabat Publik di kelompokan menjadi dua,


yaitu:

a. Pejabat Negara, terdiri dari:

1) Pejabat legislatif, yaitu ketua dan anggota MPR, DPR, DPD, dan
DPRD;
2) Pejabat yudikatif, yaitu pimpinan Mahkamah Agung, Mahkamah
Konstitusi dan Komisi Yudisial.
3) Pejabat Eksekutif, yaitu Presiden dan Wakil Presiden, Menteri dan
pejabat pemerintah setingkat Menteri, Gubernur dan Wakil Gubernur,
Duta Besar, Bupati/Wakil Bupati dan Wali Kota/Wakil Wali Kota.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22

4) Pejabat akuntatif, yaitu pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan


5) Pejabat lembaga publik semi-negara, yaitu lembaga Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
(Komnas HAM) Komisi Perlindungan Persaingan Usaha (KPPU)
hingga badan-badan regulator inrastruktur publik, seperti Badan
Regulator Telekomunikasi Indonesia dan Badan Regulator Air Minum
PAM Jakarta.

b. Pejabat administratif, terdiri dari:

1) Pejabat struktural pusat (Eselon I dan II)


2) Pejabat struktural daerah provinsi (Eselon I dan II)
3) Pejabat struktural daerah kabupaten/kotamadya (Eselon II dan III)
4) Para pejabat hubungan masyarakat pemerintah
5) Pejabat pimpinan pelaksana di tingkat bawah (camat, kepala
desa/lurah).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pejabat Negara atau Pejabat Publik


merupakan pejabat yang berwenang menyelenggarakan urusan negara dan
pemerintahan terhadap suatu keputusan yang strategis dan mengikat terhadap
masyarakat (Riant Nugroho, 2008: 64)

1.3.2 Pejabat Publik Pengganti


Keberadaan pejabat publik pengganti atau dikenal sebagai pejabat
publik sementara disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu:

a. Saat Pimpinan baik gubernur, bupati atau walikota berhalangan untuk


mengurus seusatu disebabkan oleh hal-hal seperti meninggal dunia, terjerat
masalah hukum dan lainnya, sehingga tidak dapat menjalankan tugasnya
berdasarkan waktu yang ditetapkan, maka pejabat publik pengganti
haruslah melanjutkan tugas pemerintahan yang seharusnya
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23

dilakukan oleh seorang pejabat seperti gubernur, bupati atau walikota


sampai masa tugasnya berakhir.
b. Saat terjadi pemekaran wilayah atau daerah, maka pejabat publik pengganti
harus menjalankan pemerintahan sebagaimana seorang penjabat seperti
gubernur, bupati atau walikota yang berasal dari wilayah birokrat.
c. Saat suatu jabatan sedang ditinggalkan sementara oleh pemegang jabatan,
karena cuti, menjalankan ibadah haji, mengikuti pendidikan, pelatihan dan
lainnya, maka pejabat publik sementara atau pejabat pelaksana harian (Plh)
ditunjuk untuk melaksanakan tugas pemerintahan
d. Saat suatu jabatan tidak ada pejabatnya atau kosong, maka ditunjuklah
pejabat publik sementara untuk melaksanakan tugas pemerintahan.
1.4 Tinjauan Mengenai E-Government
1.4.1 Pengertian E-Government
Bank Dunia menyatakan bahwa e-government adalah teknologi
informasi yang digunakan oleh pemerintah contohnya Wide Area Networks
(WAN), internet, moble competing, digunakan untuk membangun relasi dalam
masyarakat, dunia usaha dan instansi pemerintah lainnya. Menurut The Worid
Bank Group E-Government ialah teknologi yang digunakan untuk
meningkatkan efesiensi, transfaransi dan akuntabilitas pemerintah guna
memberikan peningkatan pelayanan public yang lebih baik.

Kementerian Komunikasi dan Infomatika Republik Indonesia


(Kemkominfo) mendefinisikan e-goverment adalah pelayanan publik yang
dilaksanakan melewat situs pemerintah dengan menggunakan domain go.id
milik pemerintah Indonesia. E-Government merupakan suatu usaha pemerintah
guna menciptakan pemerintahan yang lebih objektif terhadap kelompok orang
yang berkepentingan dengan cara sebagai berikut:

a. Memperbaiki produktifitas dan kinerja operasional pemerintah dalam


melayani masyarakatnya;
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24

b. Mempromosikan pemerintah yang bersih dan transparans;

c. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat meluli kinerja pelayanan


publik;

d. Menjamin terciptanya penyelengaaan negara yang demokratis (Indrajit,


2005: 5).

Pada implementasinya e-government sangat bergantung pada stuasi dan


kondisi masyarakat karena e-goverment merupakan upaya pemerintah untuk
menyelenggarakan pemerintahan berbasis elektronik dalam guna
meningkatnya efekfitas dan efisiensi kualitas pelayanan public. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa e-goverment adalah proses pemanfaatan teknologi
informasi dalam menjalankan sistem pemerintah yang nefektif, efesien dan
produktif.

1.4.2 Dasar Pelaksanaan E-Government


Berdasarkan Pasal 13 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008
Tentang Keterbukaan Informasi Publik menyebutkan bahwa untuk
mewujudkan pelayanan yang cepat, tepat, dan sederhana, maka setiap badan
publik harus:
a. Menunjuk Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi
b. Membuat dan mengembangkan sistem penyediaan layanan informasi
yang lebih cepat, mudah, dan sederhana sesuai dengan prosedur yang
berlaku.
Instruksi Presiden No. 3 tahun 2003 Tentang Kebijakan Dan Strategi
Nasional menguraikan bahwa pengembangan e-government seperti
“angin segar” dalam penerapan teknologi pemerintahan. Karena saat ini
pemerintah pusat dan pemerintah daerah otonom sudah berinisiatif
mengembangkan pelayanan publik melalui jaringan komunikasi dan
informasi dalam bentuk situs web. Namun, belum benar-benar efektif,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25

karena Pemerintah Daerah Otonom masih berada pada tingkat persiapan


sehingga pemanfaatannya masih belum tercapai. Sehingga pada
implementasinya, e-government baru sampai pada tahap web presence
atau tahap persiapan.
1.4.3 Tujuan E-Government
E-government bertujuan meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat
agar lebih efektif dan efisien serta meningkatkan kinerja pemerintah yang
berhubungan dengan masyarakat, komunitas bisnis dan kelompok terkait
lainnya agar terlaksananya good governance. Berdasarkan Instruksi Presiden
Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan Dan Strategi Pengembangan tujuan
e-government, yaitu:

1. Pembentukan teknologi dalam pelayanan publik dengan kualitas dan


lingkup masyarakat luas agar dapat terjangkaunya seluruh wilayah
Indonesia kapanpun dan dimanapun tanpa terbatasi oleh waktu dan biaya
yang yang mahal.
2. Pembentukan hubungan interaktif dalam dunia usaha guna meningkatkan
perkembangan perekonomian Negara dan mempersiapkan startegi
menghadapi persaingan dalam perdagangan internasional.
3. Pembentukan komunikasi dengan lembaga-lembaga negara lainnta dengan
menyediakan fasilitas dialog public yang dapat digunakan masyarakat
untuk berpartisipasi dalam perumusan kebijakan nergara
4. Pembentukan sistem manajemen kerja yang tidak memihak, lebih efisien
dan memperlancar transaksi serta layanan antar lembaga pemerintah pusat
dengan pemerintah daerah.
Tujuan penerapan e-government adalah sebagai usaha agar hubungan
pemerintah dengan masyarakat maupun pelaku bisnis dapat terlaksana dengan
efisien, efektif dan ekonomis. Sehingga pemerintah diminta untuk
menyesuaikan system dan fungsi pemerintahan agar masyarakat dapat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26

memperoleh hak dan kewajibannya dengan nyaman, aman dan tentram, hal
tersebut dilaksanakan melaui e-government yang bertujuan untuk mencapai tata
pemerintahan yang baik (good governance).

Pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi elektronik seperti pada


e-government tercantum dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
Tentang Informasi dan transaksi Elektronik, yaitu:

1. Mencerdaskan kehidupan bangsa dengan menjadikan masyarakat memiliki


kemampuan dalam bidang informasi dunia.

2. Mengembangkan perdagangan dan perekomian nasional dalam rangka


meningkatkan kesejahteraan masyarakat agar masyarakat dapat berdaya
guna

3. Meningkatkan efektifitas dan efisien pelayanan publik sehingga dapat


melaksanakan tugas sebaik-baiknya.

4. Meningkatkan seluas-luasnya kepada masyarakat agar dapat memanfaatkan


kemampuan dibidang teknologi

5. Memberikan kenyamanan dan rasa aman bagi pengguna dan penyelenggara


teknologi informasi sehingga tidak dibayangbayang oleh rasa takut dalam
penyelenggaraan dibidang teknologi informasi.

1.4.4 Jenis E-Government


Jenis-jenis e-Government dibagi menjadi 3 kelas utama, yaitu:
1. Publikasi
Jenis pelayanan ini merupakan jenis pelayanan dengan komunikasi satu
arah. Di dalam kelas publish ini yang terjadi adalah komunikasi satu arah,
dimana pemerintah mempublikasikan berbagai data dan informasi yang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27

dimilikinya untuk dapat secara langsung dan bebas diakses oleh masyarakat dan
pihak-pihak lain yang berkepentingan melalui internet.
2. Interaksi
Jenis pelayanan pada tingkat interaksi memungkinkan terjadinya
komunikasi dua arah antara pemerintah dengan pihak lain. Ada dua cara yang
dapat digunakan untuk melakukan pelayanan interaksi ini, yaitu: Petama adalah
bentuk portal dimana situs terkait memberikan fasilitas pencarian bagi mereka
yang ingin mencari data atau informasi secara spesifik. Kedua adalah
pemerintah menyediakan kanal dimana masyarakat dapat melakukan diskusi
dengan unit-unit tertentu yang berkepentingan, baik secara langsung maupun
tidak langsung.
3. Transaksi
Jenis pelayanan ini selain memungkin terjadinya komuniskasi dua arah
antara pemerintah dengan pihak lain, dapat juga dilakukan transaksi. Yang
terjadi pada kelas ini adalah interaksi dua arah seperti pada interaksi, hanya saja
terjadi sebuah transaksi yang berhubungan dengan perpindahan uang dari satu
pihak lainnya. (Indrajit, 2006: 30-32)
1.5 Tinjauan mengenai Good Governance
1.5.1 Pengertian Good Governance
Dalam peraturan pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Evaluasi
Pemerintah Daerah. Yang mengatur tentang Penyelenggaraan pemerintahan
daerah meliputi penyelenggaraan urusan wajib dan urusan pilihan yang
dilaksanakan berdasarkan asas otonomi dan asas tugas pembantuan. Yang
dimaksud dengan "tata kepemerintahan yang baik" adalah proses penciptaan
lingkungan kelembagaan yang memungkinkan adanya interaksi antar strata
pemerintahan dan antara pemerintah dan rakyatnya (masyarakat dan
swasta/dunia usaha) dalam suatu tata nilai yang baik. Terdapat tiga terminologi
yang masih rancu dengan istilah dan konsep good Governance, yaitu: Good
Governance (tata pemerintahan yang baik), Good Government
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28

(pemerintahan yang baik), dan Clean Governance (pemerintahan yang bersih).


Untuk lebih dipahami makna sebenarnya dan tujuan yang ingin dicapai atas
Good Governance, maka adapun beberapa pengertian dari Good Governance,
antara lain :
1. Menurut Bank Dunia (World Bank), Good governance merupakan cara
kekuasaan yang digunakan dalam mengelola berbagai sumber daya sosial
dan ekonomi untuk pengembangan masyarakat.
2. Menurut UNDP (United National Development Planning), Good
governance merupakan praktek penerapan kewenangan pengelolaan
berbagai urusan. Penyelenggaraan negara secara politik, ekonomi dan
administratif ingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar
dapat dimengerti dan dipantau. (Adisasmita, 2011: 22 ).

Arti Good dalam Good Governence mengandung dua pengertian.


Pertama, nilai yang menjunjung tinggi keinginan/kehendak rakyat, dan nilai
nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam mencapai tujuan
(nasional) kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial.
Kedua, aspek fungsional dari pemerintah yang efektif dan efisien dalam
pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan tersebut. berdasarka pengertian
ini, good governance berorientasi pada, yaitu pertama orientasi ideal negara
yang di arahkan pada pencapaian tujuan nasional, dan yang kedua pemerintah
yang berfungsi secara ideal, yaitu secara efektif dan efisien dalam melakukan
upaya mencapai tujuan nasional (Adisasmita.2011:23)
1.5.2 Karakteristik Good Governance
UNDP mengajukan karakteristik good governance sebagai berikut:
1. Participation
Setiap warga negara mempunyai suara dalam pembuatan keputusan,
baik secara langsung maupun melalui mediasi institusi legitimasi yang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29

mewakili kepentingannya. Pastisipasi seperti ini dibangun atas dasar kebebasan


berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif.
2. Rule of Law
Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu,
terutama hukum untuk hak asasi manusia.
3. Transparency
Tranparansi dibangun atas dasar kebebasan arus informasi,
prosesproses, lembaga-lembaga dan informasi secara langsung dapat diterima
oleh mereka yang membutuhkan. Informasi harus dapat dipahami dan dapat
dimonitor.
4. Responsiveness
Lembaga-lembaga dan proses-proses harus mencoba untuk melayani
setiap stakeholders.
5. Consensus Orientation
Good Governance menjadi perantara kepentingan yang berbeda untuk
memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas baik dalam hal
kebijakan-kebijakan maupun prosedurprosedur.
6. Equity
Semua wara negara, baik laki-laki maupun perempuan, mempunyai
kesempatan untuk meningkatkan atau menjaga kesejahteraan mereka.
7. Effectiveness and efficiency
Proses-proses dan lembaga-lembaga menghasilkan sesuai dengan apa
yang telah digariskan dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia
sebaik mungkin.
8. Accountability
Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor swasta dan
masyarakat (civil society) bertanggungjawab pada publik dan lembaga
stakeholder. Akuntabilitas ini tergantung pada organisasi dan sifat keputusan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30

yang dibuat, apakah keputusan tersebut untuk kepentingan internal atau


eksternal organisasi.
9. Strategic Vision
Para pemimpin dan publik harus mempunyai perspektif good
governance dan pengembangan manusia yang luas dan jauh ke depan sejalan
dengan apa yang diperlukan untuk pembangunan semacam ini.
1.6 Tinjauan Mengenai Teori Penegakan Hukum Administrasi
Konsep penegakan norma Hukum Administrasi Negara atau yang

dalam kepustakaan Hukum Administrasi Nrgara di Belanda dikenal

dengan sebutan: “Eenzijdige Handhaving Rech door Overheid”

merupakan kewenangan administrasi negara untuk meluruskan

terjadinya pelanggaran norma hukum administrasi negara guna

mengakhiri pelanggaran tersebut dengan melakukan suatu tindakan nyata

(Riawan Tjandra, 2018: 217)

Tujuan dari penegakan norma hukum administrasi negara adalah

terwujudnya tertib hukum (legal order) dalam rangka melindungi

kepentingan umum (Riawan Tjandra, 2018: 217) Penegakan hukum

administrasi negara menurut P. Nicolai dan kawan-kawan berisi (Ridwan

HR, 2006:296)

1) Pengawasan bahwa organ pemerintahan dapat melaksanakan

ketaatan pada atau berdasarkan undang-undang yang ditetapkan

secara tertulis dan pengawasan terhadap keputusan yang

meletakkan kewajiban kepada individu.


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31

2) Penerapan kewenangan sanksi pemerintahan. Pengawasan

merupakan langkah preventif untuk memaksakan kepatuhan,

sedangkan penerapan sanksi merupakan langkah represif untuk

memaksakan kepatuhan.

Dalam pelaksanaan hukum bisa terjadi pelanggaran hukum, karena itu

perlu dilaksanakan penegakan hukum (law enforcement) sebagai bagian

dari yurisdiksi negara. Ada tiga hal penting dalam penegakan hukum

yang perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh, yaitu kepastian

hukum, kemanfaatan dan keadilan. Penegakan hukum terdiri dari pihak-

pihak yang membuat peraturan perundang-undangan, yaitu badan

legislatif dan pemerintah, dan pihak-pihak yang menerapkan hukum,

seperti kepolisian, kejaksaan, pengacara, masyarakat, dan kehakiman

(Ahmad Sukardja. 2012: 243)


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32

2. Kerangka Pemikiran

UU No 14 Tahun 2008
Tentang Keterbukaan Informasi Publik

E-Government

Jenis Pelayanan E-Government


1. Publikasi
2. Interaksi
3. Transaksi

Tanda Tanga n Elektronik

Legalitas/Keabsahan
Kebenaran
Sekuritas

Terpenuhi Tidak Terpenuhi

Hambatan

Penyelesaian

1. Efisiensi waktu dan biaya


2. Mengurangi risiko kerusakan dan pemalsuan
3. Persetujuan dan implementasi keputusan yang lebih cepat

EFEKTIFITAS HUKUM PENGGUNAAN ELECTRONIC SIGNATURE SYSTEMS PADA


IMPLEMENTASI E-GOVERNMENT UNTUK MEWUJUDKAN PELAYANAN PUBLIK

Gambar 2. Kerangka Pemikiran


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33

Dalam ketentuan 7 UU No. 14 Tahun 2014, Badan Publik (termasuk


Pemerintahan Daerah) wajib menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan
Informasi Publik yang berada di bawah kewenangannya kepada Pemohon
Informasi Publik, selain informasi yang dikecualikan. Badan Publik wajib
menyediakan Informasi Publik yang akurat, benar, dan tidak menyesatkan.
Dalam rangka memenuhi kewajibannya, Badan Publik dapat memanfaatkan
sarana dan/atau media elektronik dan non-elektronik.
Melalui regulasi ini, pimpinan seluruh kementerian dan Lembaga serta
pemerintah daerah diperintahkan untuk mengintegrasikan dan
mengoptimasikan teknologi informasi dan komunikasi dalam manajemen dan
sistem kerja pemerintahan. Efisiensi, efektifitas, transparansi dan akuntabilitas
akan meningkat dengan pemanfatan teknologi dan informasi dalam proses
penyelenggaraan pemerintahan (e-government). Dalam prosesnya,
penyelenggaraan e-government mencakup 3 (tiga) kelas utama menurut
Indrajit, yaitu publikasi, interaksi dan transaksi baik terwujud dalam
komunikasi satu arah ataupun dua arah dari pemerintah kepada masyarakat.
Salah satu transformasi yang dilakukan adalah dengan menerapkan
tanda tangan elektronik dalam dokumen-dokumen dinas kementerian atau
Lembaga. Alur birokrasi digunakan dalam mengkoordinasikan tugas dan
diskusi untuk menghasilkan kebijakan dan keputusan dalam penyelenggaraan
pemerintahan, akan tetapi birokrasi pula yang selalu dijadikan alasan sebab
keterlambatan keputusan dalam suatu kebijakan. Oleh karenanya diperlukan
baik metode maupun cara yang lebih efektif dan efisien dalam prosesnya tanpa
mengurangi akuntabilitas terhadap perubahan dokumen yang digunakan, yakni
dengan menggunakan tanda tangan elektronik padaa dokumen atau persuratan
dalam pemerintahan.
Dalam masa pandemic pelayanan public di Dinas Dukcapil Kota
Makasar akan mengalami kesulitan karena di masa pandemic tetap harus wajib
eksis, aktif dan berkesinambungan , sehingga masyarakat tetap terlayani
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34

kepentingannya dan Dinas Dukcapil tetap eksis dalam menjalankan tugas


kenegaraannya tanpa pelanggaran terhadap UU yang berlaku. Hal ini perlu
strategi model pelayanan yang aman, nyaman, sederhana dan berkesinambungan,
sehingga model pelayanan e government dengan aplikasi digital salah satunya
dengan tanda tangan digital.
Namun penggunaan tanda tangan elektronik banyak menghadapi kendala
dan rintangan dalam keberjalanannya, adanya keraguan akan legalitas tanda
tangan elektronik maupun keamanan tanda tangan elektronik dari pemalsuan dan
merubah kebiasaan penggunaan tanda tangan manual menjadi tanda tangan
elektronik.
Sehingga pemerintah diminta untuk menyesuaikan sistem dan fungsi
pemerintahan agar masyarakat dapat memperoleh hak dan kewajibannya dengan
nyaman, aman dan tentram, hal tersebut dilaksanakan melaui e- government yang
bertujuan untuk mencapai tata pemerintahan yang baik (good governance).

Anda mungkin juga menyukai