Anda di halaman 1dari 6

MINGGU, 25 FEBRUARI 2024

“Sarai: Bagi Tuhan Tak Ada Yang Mustahil”

Bahan Cerita : Kejadian 11:27-32


Ayat Hafalan : Lukas 1:37
Tujuan :
1. Anak mengerti bahwa Sarai adalah istri dan keponakan Abraham
2. Anak mengetahui keterbatasan manusia tidak menghalangi kuasa Allah
3. Anak mau berserah sepenuhnya sama Tuhan

Anak Pendahuluan:
Guru dapat memulai dengan kisah Kapten Matthew yang berhasil berenang menyebrangi selat Inggris.
Sejarah mencatat Ketika Kapten Mathew (mantan perwira angkatan laut) merencanakan
berenang menyeberang selat Inggris s ejauh 34 km pada bulan Agustus 1875, banyak orang
menganggap ia gila. Karena pada waktu itu, apa yang akan dilakukan oleh Kapten Mathew
adalah sesuatu yang dianggap mustahil dan tidak mungkin. Selat Inggris memiliki gelombang
dan arus yang terlalu kuat unt uk diseberangi, apalagi dengan cara berenang. Tetapi ia tidak
mau mengalah begitu saja, la tidak mau mengikuti apa yang dipercaya kebanyakan orang.
Ia mengolesi minyak ikan lumba -luma untuk mengurangi tekanan arus selama di air. Dengan
tegas dan penuh keyakinan Kapten Mathew berkata, “ Orang pikir itu mustahil. Penyebabnya
sederhana saja, karena hal itu belum pernah terjadi. Tapi saya akan melakukannya !.”
Matthew berjuang melawan arus dan ikan pari selama hamper 21 jam 45 menit pada tanggal
24 Agustus 1875. Sesampai di Pantai Perancis, ia mendapatkan sambutan yang sangat meriah.
Dari orang-orang yang dahulunya tidak percaya bahwa hal itu bisa dilakukan.
Cerita Alkitab:

Sarai adalah seorang wanita yang memiliki peranan penting di dalam keseluruhan Alkitab meskipun
namanya hanya disebutkan 15 kali. Dialah, istri Abraham yakni Bapa orang beriman dan ibu dari Ishak
(keturunan pertama Abraham). Alkitab menjelaskan bahwa Sarai bukanlah keponakan Abraham seperti
banyak penafsir katakan, Sarai adalah saudara tiri Abraham yakni satu (1) Ayah namun beda Ibu sehingga di
tabel silsilah posisinya sejajar.
Pernikahan sedarah (incest) merupakan hal yang wajar pada masa Alkitab Perjanjian Lama dan hanya
terjadi pada awal penciptaan hingga era Abraham. Kita mengetahui bersama bahwa Adam dan Hawa
mempunyai anak laki-laki dan perempuan selain Kain, Habel dan Set. Jika hanya ada satu keluarga asli,
maka pernikahan mula-mula haruslah antara saudara laki-laki dan saudara perempuan. Pernikahan ini pada
mulanya tidak berbahaya. Dalam zaman Adam dan Hawa, incest tidak dilarang karena keterbatasan manusia
dan Allah menciptakan manusia dalam keadaan baik, sehat dan sempurna. Incest secara resmi baru dilarang
di era Musa (salah satu contoh larangan terdapat dalam Imamat 20:21).
Alkitab mencatat bahwa Abraham mengambil Sarai menjadi istrinya dan hidup bersama Sarai mengikuti
panggilan Allah dalam kehidupan mereka (Kej. 11:29). Ketika Abraham menikahi Sarai, Abraham
mengetahui kondisi Sarai yang mandul (Kej. 11:30) namun Abraham tidak mengeluhkan kondisi Sarai.
Abraham menerima Sarai dengan sepenuh hati. Karenanya, ketika Tuhan Allah berkata Abraham dan Sarai
akan mendapatkan keturunan maka Abraham tidak percaya (Kej. 12:2-3). Abraham mengetahui kondisi
istrinya dan adalah mustahil jikalau Sarai mengandung apalagi usia Sarai tidak muda lagi.
Lukas 1:37 “Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil” inilah yang diwujudkan Allah bagi Abraham.
Meskipun Sarai mandul namun tidak menjadi alasan bagi Abraham untuk mendapatkan keturunan yakni
Ishak. Bahkan ketika Tuhan mengulangi perjanjiannya yakni seorang anak laki-laki kepada Abraham dan
Sarai, maka Sarai menjadi tertawa (Kej. 18:12-13). Keadian 18:14 berkata “Adakah sesuatu apapun yang
mustahil bagi TUHAN” dan akhirnya Sarai mengandung anak Abraham dalam usia lanjur umur/ tua dan
mati haid. Tidak ada yang mustahil bagi Allah. Tuhan akan menggenapi janji-Nya bagi umat Allah
senantiasa. Ishak lahir sebagai anak perjanjian dan bukanlah Ismail.

Penerapan:
Guru menegaskan bahwa keterbatasan anak-anak tidak menjadi halangan Allah menggenapi rencananya
bagi anak-anak. Guru mengajak anak-anak untuk menyebutkan dan diskusi apakah yang menjadi
keterbatasan kita dan membuat kita tidak bisa berkarya bagi Allah? Apakah ketidakpercayaan diri kita,
apakah kemalasan kita, apakah fisik kita, apakah kebodohan kita? Guru menegaskan bahwa keterbatasan,
kelemahan, kebodohan, ketidakpercayaan kita dll tidak menjadi halangan Allah memakai kehidupan kita.
Malahan Alkitab dalam 1 Korintus 1:27-29 berkata “(27) Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah
untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk
memalukan apa yang kuat, (28) dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah,
bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, (29) supaya jangan ada
seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah”
Guru juga menegaskan bahwa semuanya itu bisa diwujudkan dengan satu (1) syarat yaitu “PERCAYA
TOTAL/ PERCAYA DENGAN SEPENUHNYA,” Matius 17:20b “Sesungguhnya sekiranya kamu
mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke
sana, maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.” Mari belajar percaya bahwa
Allah akan mempersiapkan yang terbaik bagi anak-anak dan kita akan melihat karya Allah dalam kehidupan
kita.
“Tidak ada yang mustahil bagi orang percaya.”

Aktivitas:
Kelas Indria-Pratama: Bermain puzzle perkelompok (guru menggunting puzzle secara acak dan meminta
anak-anak menyusunnya kembali menjadi gambar yang benar)
Kelas Madya dan Remaja: Berdiskusi tentang kelemahan serta keterbatasan kita dan membuat komitmen
untuk percaya dan menyerahkan kehidupan anak-anak dalam doa bersama-sama. Kemudian memecahkan
kode tentang janji Allah bagi Abraham dan Sarai.

Anda mungkin juga menyukai