Anda di halaman 1dari 25

BAB 1: KETENTUAN UMUM

1. Yang termasuk pekerjaan struktur baja adalah seluruh item pekerjaan baja yang

tercantum dalam Gambar rencana, dan yang sesuai dengan Persyaratan Teknis
Kerja.

2. Sebelum pekerjaan mulai, Kontraktor wajib memeriksa kondisi lapangan. Dan

melakukan pengukuran ulang untuk memastikan apakah telah sesuai dengan


Gambar rencana.

3. Pengukuran wajib menggunakan Pita pengukur baja standar, yaitu yang

memenuhi JIB7512 atau yang setara. Adapun jenis Pita ukur yang sama, juga
harus Kontraktor gunakan pada saat proses pabrikasi baja.

4. Bilamana terjadi perbedaan ukuran antara gambar dengan hasil ukur lapangan,

maka Kontraktor wajib mengkonsultasikan hal tersebut dengan Konsultan


pengawas.

5. Petugas lapangan Kontraktor wajib berkoordinasi dengan Konsultan pengawas


selama pelaksanaan pekerjaan struktur baja berlangsung.

6. Kontraktor wajib menyerahkan susunan struktur organisasi yang bertugas dalam


pelaksanaan pekerjaan struktur baja, lengkap dengan jabatan serta nomor
telepon masing-masing personil.

7. Kontraktor wajib menyerahkan daftar peralatan untuk pelaksanaan pekerjaan

struktur baja. Yang ada di workshop maupun yang akan digunakan di lapangan.

8. Konsultan pengawas berhak tidak menyetujui atau menolak segala hal yang

tidak sesuai dengan Gambar rencana dan ketentuan Rencana Kerja dan Syarat-
syarat (RKS).
9. Kontraktor wajib membuat laporan mingguan lengkap dengan bukti dokumentasi
berupa photo atau vidio.
Bab 2: PERSYARATAN TEKNIS KERJA

I. Lingkup Pekerjaan :

Lingkup pekerjaan struktur baja yang wajib Kontraktor laksanakan adalah terdiri dari:

1. Pengadaan semua peralatan, perlengkapan alat bantu, tenaga kerja serta

bahan-bahan antara lain pelat baja, baja profil, mur baut, angkur baja, cat dasar
maupun finishing cat besi.

2. Pembuatan seluruh bagian-bagian komponen/rangka baja, termasuk pekerjaan


sambungan baut maupun pengelasan baja.

3. Melaksanakan pabrikasi baja, mengirim komponen/rangka baja ke lokasi proyek


dan melaksanakan perakitan dan pemasangan (erection) konstruksi baja.

II. Pengendalian Mutu :


1.Standar/Rujukan

Pelaksanaan struktur baja harus memenuhi persyaratan-persyaratan normalisasi yang

berlaku seperti:

 Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI-1984),


 Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBBI-1982).

Kecuali yang tidak tercantum dalam peraturan-peraturan tersebut, maka pelaksanaan


pekerjaan struktur baja merujuk pada:

1. AISC (American Institude of Steel Construction),

2. AWS (American Welding Society),

3. American Society of Mechanical engineers (ASME),

4. American Society for Testing and Materials (ASTM):


2.Tolerasi

Batas toleransi berguna untuk memberi jaminan mutu pada pekerjaan struktur baja,

yaitu dengan batas-batas toleransi seperti tertera berikut:

1. Ketentuan batas maksimal diameter lubang baut dan angkur baut sebagai
berikut:

2. Untuk baut ˂20 mm toleransi lubang 1 mm

3. Bila baut ˃20 mm toleransi lubang 1,5 mm

4. Bila lubang angkur baut ≥5 mm

5. Penyimpangan lendutan balik (Camber) yang syaratnya 0,2 mm per meter

panjang balok, atau maksimal 6 mm dari total panjang balok.

6. Lengkungan dan kemiringan profil baja yang akibat pengaruh pengelasan tidak
melebihi 1/200 dari lebar total, atau maksimal 3 mm.

7. Ketidakrataan permukaan landasan struktur baja maksimal 3,0 mm.

8. Kelurusan komponen/rangka batang struktur baja tidak lebih dari 1/1000 panjang
komponen.

9. Penyimpangan tiang/kolom dari sumbu vertikal tidak melebihi dari 1/1500 tinggi
vertikal tinggi kolom.

10. Toleransi luas penampang baja profil maksimal 5% dari luas profil atau maksimal
5% dari momen inerstia (I).

11. Toleransi pada ukuran bahan menetapkan:

12. Tinggi penampang (h) baja profil < 1,0 mm

13. Tebal bahan (t) baja profil < 0,3 mm

14. Tebal pelat baja < 0,3 mm


15. Pipa baja struktur < 3% dari ketentuan Gambar rencana.

3.Waktu/Jadwal

Kontraktor wajib mematuhi jadwal pelaksanaan konstruksi sesuai Surat

Perjanjian/Kontrak Kerja, dengan syarat-syarat berikut:

1. Membuat Time schedule khusus lingkup sub pekerjaan struktur baja secara rinci.

Mulai dari jadwal pengukuran ulang lapangan, pengajuan contoh bahan,

pengajuan Shop drawing, pengadaan bahan dan alat, jadwal pabrikasi serta
jadwal erection.

2. Time schedule ajukan kepada Konsultan pengawas untuk mendapat


persetujuan, bersamaan dengan Contoh bahan dan Metode kerja baja.

3. Time schedule yang telah mendapat persetujuan dari Konsultan pengawas akan

menjadi acuan untuk evaluasi, kontrol serta pengendalian tentang jadwal


pelaksanaan pekerjaan.

4.Alat Kerja

Semua jenis alat untuk pekerjaan struktur baja harus terdata, baik alat untuk pabrikasi
maupun alat untuk pemasangan (erection). Jenis alat tersebut meliputi alat kerja inti

dan alat bantu kerja, yang semuanya harus memenuhi ketentuan berikut:

1. Batas usia pakai alat tidak lebih dari 10 tahun, berfungsi dengan baik dan sesuai
standar keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

2. Alat harus aman terhadap segala kemungkinan terjadinya resiko, baik saat
pabrikasi baja maupun pada saat erection.
3. Penggunaan alat tidak boleh bersamaan dengan pengerjaan untuk proyek lain.
Atau saling meminjam dengan Kontraktor lain.

4. Konsultan pengawas akan menolak alat kerja inti maupun alat bantu kerja yang
tidak memenuhi persyaratan.

5.Bahan

Pengendalian mutu pada bahan meliputi bahan/material pokok maupun material bantu,
yang harus memenuhi syarat-syarat berikut:

1. Seluruh bahan baja harus baru, lurus, dan tidak berkarat. Serta tidak
menyimpang dari Gambar rencana, ketentuan Standar dan batas Toleransi.

2. Seluruh bahan baja harus mendapat persetujuan dari Konsultan pengawas

terlebih dahulu sebelum melaksanakan pekerjaan. Serta harus melampirkan


Sertifikat Mill dari pabrik pembuat profil baja tersebut.

3. Baut dan mur harus memenuhi ketentuan dari ASTM, yaitu mempuyai kepala
baut dan mur berbentuk segi enam (Hexagonal),

4. Material bantu untuk keperluan pengelasan baja harus menyesuaikan jenis-jenis


pengelasan, yang mendapat persetujuan dari Konsultan pengawas.

5. Konsultan pengawas berhak menolak dan mengeluarkan semua material baja

dari lokasi proyek, apabila tidak memenuhi syarat dan yang melampaui batas
toleransi.
III. Contoh Bahan

Dimensi bahan baja harus tepat sesuai ukuran, tebal, berat dan bentuk yang sesuai

dengan Gambar rencana. Untuk memastikan dimensi bahan tersebut Kontraktor wajib

mengajukan Contoh bahan kepada Konsultan pengawas.

1. Pengajuan contoh-contoh bahan wajib 2 set dengan panjang masing-masing

bahan minimal 10 cm. 1 set contoh bahan tanpa pengecatan, sementara 1 set
yang lain sudah dengan pengecatan.

2. Contoh bahan meliputi seluruh jenis bahan untuk pekerjaan baja, meliputi
material baja profil, pelat baja, mur dan baut, angkur baja serta contoh elektroda
(kawat las).

3. Untuk bahan cat dasar/akhir pengajuan contoh dapat melalui brosur (cataloq)
yang sesuai dengan spesifikasi teknis dan Gambar rencana.

4. Contoh-contoh bahan yang telah Konsultan pengawas setujui, selanjutnya


sebagai pedoman, untuk pemeriksaan material yang dipakai oleh sub kontraktor.

IV. Pengiriman Dan Penyimpanan Bahan

Kontraktor wajib melindungi bahan dari kerusakan yang terjadi pada saat penyimpanan

maupun pengiriman. Bahan yang datang pada workshop maupun pada lokasi proyek

harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1. Baja tidak boleh terletak bersinggungan langsung dengan tanah. Melainkan

harus tersimpan pada tempat yang terlindung, tertutup, tidak berdebu dan tidak
lembab.
2. Kontraktor memastikan penyimpanan bahan tidak bercampur dengan material

proyek lain. Guna memudahkan pemeriksaan serta menghindari kemungkinan


bahan tertukar.

3. Kontraktor bersedia menerima kunjungan oleh Konsultan pengawas, untuk

melakukan pemeriksaan bahan. Sekaligus untuk memantau kesiapan


pelaksanaan pabrikasi baja.

4. Material baja struktural yang terkirim ke lokasi proyek merupakan


komponen/rangka baja yang telah jadi dan siap pasang.

5. Kontraktor harus melapor kepada Konsultan pengawas, mengenai jadwal


pengiriman komponen/rangka baja ke lapangan.

6. Jumlah komponen/rangka baja harus sesuai dengan Surat jalan pengiriman yang
mengeluarkan oleh bagian logistik workshop.

7. Komponen/rangka baja yang tersimpan di lapangan harus dikelompokkan sesuai


tanda/kode batang dan urutan pemasangan.

8. Kontraktor bertanggungjawab memperbaiki atau mengganti dengan yang baru,

bila ada komponen/rangka baja yang rusak selama proses pengiriman maupun
penyimpanan.

V. Gambar Kerja

Kontraktor wajib menyerahkan Gambar kerja (Shop drawing) kepada Konsultan

pengawas untuk memperoleh persetujuan, sekaligus sebagai syarat agar pelaksanaan

pabrikasi baja dapat dimulai.


1. Gambar kerja wajib menggunakan program komputer (Software), harus

berpedoman pada Gambar rencana dan hasil ukur lapangan.


2. Gambar kerja harus menunjukkan detail-detail yang lengkap seluruh

komponen/rangka baja. Yakni meliputi kode batang, jenis bahan, ukuran/panjang


bahan, ukuran las, diameter lubang baut serta detail-detail lainnya.

3. Kontraktor wajib memeriksa ulang kebenaran Gambar kerja

4. Penyerahan Gambar kerja kepada Konsultan pengawas tidak boleh bertahap


tetapi harus sekaligus, dan cetak (hardcopy) sebanyak 3 rangkap.

5. Apabila detail-detail pertemuan sambungan struktur baja belum ada dalam

Gambar rencana, maka Kontraktor wajib membuat Gambar kerja usulan serta
dengan back up perhitungan struktur.

6. Hingga semua gambar kerja disetujui oleh Konsultan pengawas, tidak berarti

membebaskan tanggungjawab Kontraktor atas kemungkinan terjadinya


kesalahan pengukuran maupun dalam proses pabrikasi.

VI. Teknis Pelaksanaan :

A. Metode Kerja

Sub kontraktor wajib menyusun dan menyerahkan Metode kerja seluruh

proses/rangkaian pekerjaan kepada Konsultan pengawas, dengan persyaratan berikut:

1. Metode kerja berisi prosedur pelaksanaan Pabrikasi, Pengecatan baja,

Pemasangan angkur baja, Pengiriman dan Penyimpanan bahan, prosedur


Perakitan komponen/rangka baja, Pemasangan (Erection) serta mengenai

Manajemen K3.

2. Metode kerja harus mengacu pada Gambar kerja dan Time schedulle serta
harus sesuai dengan ketentuan dalam RKS ini.
3. Hingga Konsultan pengawas menyetujui metode kerja, tidak berarti melepaskan

tanggungjawab Kontraktor atas segala resiko yang terjadi saat pelaksanaan


pekerjaan.

4. Dokumen RKS dan Metode kerja selanjutnya oleh Konsultan pengawas, akan
jadikan dasar untuk evalusi terhadap teknis pelaksanaan pekerjaan Kontraktor.

B. Pelaksanaan Pabrikasi

Kontraktor wajib melaksanakan seluruh tahap pabrikasi baja dengan baik dan benar,

agar komponen/rangka baja benar-benar berkualitas. Yaitu dengan mematuhi

persyaratan teknis berikut:

1. Rangkaian proses pabrikasi baja harus dikerjakan oleh tenaga yang ahli serta

khusus ditugaskan untuk 1 (satu) item pekerjaan. Misal yang bertugas pada

bagian pemotongan tidak boleh merangkap untuk melaksanakan pengelasan


baja.

2. Kontraktor wajib membuat laporan mingguan proses pabrikasi, lengkap dengan

bukti dokumentasi photo atau vidio, seperti telah tercantum dalam Persyaratan
umum.

3. Pabrikasi baja harus terlaksana sesuai dengan Gambar kerja yang telah disetujui

oleh Konsultan pengawas, serta mengikuti Metode kerja dan tidak melewati
batas waktu yang ditentukan dalam Time schedulle.

4. Prosedur pelaksanaan pabrikasi baja harus sesuai dengan tahap-tahap dan


ketentuan berikut:
4.1. Pembersihan (Clearing)
Permukaan bahan harus bersih dari segala debu dan kotoran lain yang menempel, agar

pelaksanaan pabrikasi benar-benar mulai. Pembersihan bahan berlaku dengan

ketentuan sebagai berikut:

1. Alat untuk membersihkan bahan menggunakan kain lap, amplas, sikat kawat dan
mesin gerinda tangan bila perlu.

2. Material baja yang telah bersih langsung dipabrikasi, sehingga tidak kotor
kembali.
4.2. Penandaan (Marking)

Penandaan atau kode batang perlu sebelum pemotongan bahan, bertujuan agar

memudahkan proses pabrikasi dan erection. Yaitu dengan syarat-syarat berikut:

1. Kode batang harus sesuai dengan Gambar kerja serta cetak pada tempat yang
mudah terlihat.

2. Kode batang harus berwarna putih dengan tinggi huruf/angka 10-15 cm.

3. Pemberian kode batang harus bersamaan dengan pengukuran bahan, maka


Kontraktor wajib memastikan kebenaran ukuran serta kode batang.
4.3. Pemotongan (Cutting)

Agar memperoleh hasil pemotongan yang sempurna dan sesuai dengan Gambar kerja,

maka harus mengikuti syarat-syarat berikut:

1. Pemotongan bahan dengan sudut 90º, memastikan bahwa permukaan bidang

potong bahan datar dan tegak lurus terhadap sumbu aksis bahan, yang hendak
terpotong.

2. Pemotongan bahan dengan sudut/kemiringan tertentu dengan mal. Yaitu alat


bantu kerja yang terbuat dari bahan besi profil Siku atau Strip plat.
3. Kontraktor wajib memastikan seluruh hasil pemotongan telah sesuai dengan

Gambar kerja. Menghasilkan bekas irisan yang halus/rata, tidak bergelombang


atau kasar.

4. Pemotongan harus menggunakan alat potong Blender (Cutting torch) atau Mesin

gerinda potong. Yaitu dengan ketentuan, untuk tebal bahan (t) ≤5 mm memakai

alat potong Mesin gerinda, sementara untuk (t) ≥5 mm harus menggunakan alat

potong Blender.

5. Kontraktor wajib menyesuaikan kelengkapan alat potong Blender, agar bahan

tidak mengalami kerusakan dan kontraksi/deformasi akibat pemuaian oleh panas


api potong.

6. Pelaksanaan pemotongan baja dengan Blender harus memperhatikan standar


kecepatan potong, yaitu antara 30-60 cm/menit.
4.4. Membuat Lobang (Drilling)

Pembuatan lobang pada baja hanya untuk keperluan sambungan baut. Harus sesuai

dengan dengan Gambar kerja, mematuhi batas Toleransi ukuran serta mengikuti

ketentuan berikut ini:

1. Pada titik-titik lubang akan dibuat, harus diberi tanda dengan menggunakan
Penitik drip. Dan hasil penitikan dilingkari dengan memakai kapur besi.

2. Pembuatan lubang baut pada baja yang memiliki tebal (t) ≤3 mm dapat dilakukan
dengan mesin pon (Punch drill),

3. Untuk bahan yang memiliki tebal (t) ≥3 mm harus menggunakan mesin bor
magnet atau bor duduk.

4. Lubang harus berbentuk silindris dan tegak lurus terhadap permukaan material
baja.
5. Permukaan lubang harus bersihkan dengan mesin gerinda tangan dari
tonjolan/bekas pengeboran yang masih menempel pada bahan.

6. Semua pelaksanaan pembuatan lubang baut untuk konstruksi yang bersifat


struktural harus saat pabrikasi.

7. Kontraktor wajib memeriksa ketepatan dan kebenaran diameter lubang serta


posisi/jarak lubang sebelum melakukan pengeboran baja.

8. Kesalahan pengeboran pada bahan menjadi tanggungjawab Kontraktor, apabila


fatal maka harus mengganti dengan bahan yang baru.
4.5. Perakitan (Assembling)

Kontraktor melaksanakan perakitan bagian-bagian bahan agar membentuk satu

komponen/rangka baja, yang sesuai dengan Gambar kerja dan pelaksanaannya harus

mengikuti ketentuan berikut:

1. Kontraktor harus memastikan permukaan-permukaan bahan telah rata, tidak


kasar atau bergelombang.

2. Perakitan bagian-bagian bahan harus dilakukan di workshop melalui


petunjuk/pengawasan seorang engineer baja yang berpengalaman.

3. Penyatuan bagian-bagian bahan harus secara akurat dan dengan menggunakan


las titik (Tack weld) dan alat bantu/tambahan Jig.

4. Perakitan harus memperhatikan sudut yang benar antara bagian bahan yang

satu dengan yang lain. Utamanya untuk pemasangan pelat baja yang berfungsi
sebagai landasan, pelat sambung, stiffners dan seterusnya.

5. Pelat baja berukuran kecil (End-tabs), sebagai alat bantu untuk merakit pelat

sambung yang berukuran besar dengan baja profil.


6. Komponen/rangka baja yang telah menyatu harus cek kembali, untuk

memastikan kebenaran bentuk dan ukuran apakah telah sesuai dengan Gambar
kerja.

7. Apabila terjadi kendala dalam perakitan, maka Kontraktor wajib melapor kepada

Konsultan pengawas, untuk mendapatkan solusi dan persetujuan atas tindakan


yang akan dilakukan selanjutnya.
4.6. Pegelasan (Welding)

Pengelasan penuh (Full welding) untuk bagian-bagian bahan yang telah dirakit agar

membentuk komponen/rangka baja yang utuh. Kontraktor wajib mematuhi ketentuan

berikut ini:

1. Menyusun urutan pengelasan baja guna meminimalisir terjadinya regangan

maupun pengerutan. Sekaligus sebagai alat kontrol apakah ada bagian pada
komponen/rangka yang belum dilas.

2. Pengelasan harus dengan jenis las busur listrik (Shielded Metal Arc

Welding/SMAW), dan Pengelasan dengan gas (Gas Metal Arc

Welding/GMAW) atau CO2 Welding.

3. Kawat las untuk SMAW menggunakan jenis kawat berselaput (memiliki fluks)
dengan kode E 6010, E 6011, E 6012 atau E 6013.

4. Kawat las untuk GMAW memakai jenis kawat polos (tanpa selaput) dengan
ukuran Ø1,2-2,0 mm.

5. Polaritas pengelasan untuk baja yang memiliki tebal (t)= 7-10 mm, maka jenis
polaritas dipakai adalah polaritas lurus (Reversed Polarity/DCEP); sementara

untuk (t)=10-15 mm menggunakan polaritas terbalik (Straight polarity/DCEN)

6. Ketetuan posisi pengelasan baja harus sesuai dengan standar ASME. Dengan
prioritas pengelasan PA (Flat position) dan PB (Horizontal vertical position).
7. Saat pengelasan baja jenis ayunan/gerak kawat las yang diterapkan adalah
ayunan melingkar dan ayunan zig-zag.

8. Pelaksanaan pengelasan meliputi jenis dan spesifikasi kawat las (elektroda)


harus sesuai dengan Gambar kerja.

9. Kekuatan sambungan las harus minimal sama kuat dengan batang yang
disambung, yakni tegangan las ≥ 1.400 Kg/m².

10. Pengelasan dapat dilakukan apabila permukaan baja telah bersih dari debu,
gumpalan logam, air, minyak, cat atau bahan-bahan lain.

11. Kawat las harus disimpan ditempat yang kering, bersih dan tidak bercampur
dengan alat-alat kerja las lainnya.

12. Tukang las yang ditunjuk untuk melakukan pengelasan penuh harus memiliki

sertifikat kualifikasi, serta pengalaman minimal 5 tahun


menggunakan SMAW dan GMAW.

13. Pengelasan komponen/rangka baja harus dilakukan di workshop dan dibawah


pengawasan seorang ahli yang menguasai bidang pengelasan baja.

14. Kemungkinan terjadinya cacat las menjadi tanggungjawab Kontraktor, apabila

dianggap terlalu fatal maka bagian-bagian bahan yang rusak akibat cacat las
harus diganti baru.
4.7. Pembersihan Dan Perapian

Kontraktor harus melakukan pembersihan dan perapian pada komponen/rangka baja

yang telah melalui proses pabrikasi.

1. Alat bantu/tambahan Jig atau End-tabs harus dilepaskan dari komponen/rangka

baja dengan menggunakan alat potong Blender atau dengan mesin gerinda
tangan.
2. Melepaskan Jig dan End-tabs dilakukan tanpa merusak permukaan
komponen/rangka baja.

3. Sisa/bekas las titik harus dibersihkan dan dihaluskan agar tidak terdapat
tonjolan-tonjolan pada permukaan bahan.

4. Seluruh Terak las (Slag) yang timbul akibat pengelasan dengan SMAW

dibersihkan dari permukaan komponen/rangka baja.

5. Pelaksanaan pabrikasi komponen/rangka baja dapat dilanjutkan ke tahap


berikutnya setelah mendapat persetujuan dari Konsultan pengawas.

C. Pengecatan Baja

Pelaksanaan pengecatan baja yang bersifat struktural wajib dilaksanakan di workshop,

sementara untuk non-struktural dapat dilakukan di lapangan. Kontraktor wajib mematuhi

syarat-syarat pengecatan berikut ini:

1.Persyaratan Umum

1.1.Kontraktor Wajib Menyusun Rencana Kerja Pengecatan Dan Melaporkan Kepada


Konsultan Pengawas, Sekaligus Untuk Mendapatkan Persetujuan Mengenai
Spesifikasi/Contoh Cat Yang Akan Digunakan.

1.2.Apabila Terjadi Perobahan Mengenai Warna Cat Dari Ketentuan Sebelumnya,


Maka Kontraktor Membuat Berita Acara Tentang Perubahan Spesifikasi Cat Untuk
Disetujui Oleh Konsultan Pengawas.

1.3.Pengecatan Harus Dilakukan Oleh Tukang Yang Spesialis Dan Berpengalaman


Pada Bidang Pengecatan Baja.

1.4.Proses Pengecatan Harus Melalui Petunjuk/Pengawasan Dari Seorang Teknisi


Yang Bertugas Khusus Dalam Pelaksanaan Pengecatan Baja.

1.5.Permukaan Komponen/Rangka Baja Yang Akan Di Cat Harus Benar-Benar Kering


Dan Bersih Dari Kotoran-Kotoran Yang Timbul Akibat Proses Pabrikasi Atau Karena
Debu Dan Korosi.
1.6.Mengaduk Cat Dan Thinner Tidak Diperkenankan Menggunakan Kayu Atau
Sejenis, Melainkan Harus Dengan Alat/Mesin Aduk.

1.7.Material Cat Dan Thinner Disimpan Dalam Keadaan Tertutup Rapat, Dalam Ruang
Penyimpanan Yang Terhindar Dari Sinar Matahari Langsung. Yaitu Dengan Suhu
Kurang Dari 25°C.

1.8.Pengecatan Dengan Ketentuan Jika Temperatur Pemukaan Bahan Dan Lingkungan


Kisaran 10ºC – 40 ºC, Serta Dengan Tingkat Kelembapan Harus ≤ 85%.

1.9.Kontraktor Tidak Boleh Menggunakan Produk Cat Dan Thinner, Yang Telah
Melewati Batas Waktu Pakai (Expired).

1.10. Pengecatan Komponen/Rangka Baja Terdiri Dari 2 Lapisan, Yaitu Lapisan Cat
Dasar Dan Lapisan Cat Akhir.

1.11. Pengecatan Dapat Berhenti Apabila: 1]. Suhu Atmosfir < 5°C Dan Kelembapan
Diatas 80%, 2]. Kualitas Cat/Pengecatan Buruk, 3]. Pengecatan Terkendala Dengan
Pelaksanaan Pekerjaan Lain, Dan 4]. Terjadi Kecelakaan Kerja.

2.Cat Dasar (Base Coating)

Kontraktor melakukan pengecatan anti karat menggunakan menie zinchromate primer

dengan spesifikasi/merek atau warna sesuai persetujuan Konsultan pengawas. Dan

pelaksanaan pengecatan harus mengikuti syarat-syarat berikut:

2.1.Tebal Cat Dasar Minimal 50 Micron Harus Rata Keseluruh Permukaan, Sudut-
Sudut, Bagian Dalam Dan Rongga Komponen/Rangka Baja.

2.2.Cubkontraktor Wajib Memberi Laporan Kepada Kosultan Pengawas Sebagai


Contoh/Sample, Untuk Mendapatkan Persetujuan Dan Melanjutkan Pengecatan.

2.3.Perbandingan Campuran Antara Cat Dengan Thinner Untuk Seluruh Pengecatan


Harus Sama. Yaitu Untuk Mendapatkan Ketebalan Kering Yang Sama Sesuai
Ketentuan.

2.4.Metode Pengecatan Dengan Kuas Pada Area Yang Sulit Terjangkau, Area Yang
Sempit Dan Sudut-Sudut Sambungan Baja. Sementara Pengecatan Dengan Roller
(Kuas Rol) Untuk Bidang Permuakaan Baja Yang Datar.

2.5.Permuakaan Bahan Yang Telah Dicat Dasar Harus Dilindungi Dari Kontaminasi
Dan Kerusakan Hingga Cat Menjadi Kering Seluruhnya.

3.Cat Akhir (Finish Coating)


Maksimal 1×24 jam setelah cat dasar mengering, Kontraktor wajib melaksanakan

pengecatan akhir pada komponen/rangka baja, sesui dengan ketentuan dan

persyaratan umum.

3.1.Kontraktor Mengajukan Brosur/Catalog Cat Besi Kepada Konsultan Pengawas,


Untuk Mendapat Persetujuan Mengenai Spesifikasi/Merek Atau Warna Cat.

3.2.Tebal Cat Akhir Besi Minimal 75 Micron, Secara Merata Keseluruh Permukaan,
Sudut-Sudut, Bagian Dalam Dan Rongga Komponen/Rangka Baja.

3.3.Cat Akhir Untuk Memberi Lapisan Terakhir Pada Seluruh Bahan Struktur Baja,
Maka Hasil Pengecatan Harus Benar-Benar Berkualitas Bagus Dan Menarik.

3.4.Kontraktor Wajib Menjaga Komponen/Rangka Baja Yang Telah Dicat Akhir Dan
Kering Agar Tidak Kotor Kembali, Rusak Akibat Tergores Atau Terkelupas.

D. Pemasangan Angkur Baja

Pemasangan angkur merupakan lingkup pekerjaan Kontraktor yang wajib sebelum

pemasangan komponen/rangka baja, dengan berkoordinasi dengan petugas


lapangan (Main contractor). Pelaksanaannya penting mempertimbangkan kesiapan

lapangan, Time schedule, Gambar kerja dan syarat-syarat berikut:

1. Pemasangan angkur baja dapat mulai apabila mendapat persetujuan dari


Konsultan pengawas, mengenai spesifikasi/ukuran angkur yang akan terpasang.

2. Jenis ulir pada angkur baja harus menggunakan Ulir UNC (Unified Coarse

Thread), dengan panjang drat ulir (S) ≥5Ø besi angkur.

3. Bagian ulir yang menonjol/keluar (S1) saat pelaksanaan pemasangan adalah


≥3Ø besi angkur.

4. Mur angkur harus yang sama jenis ulirnya dengan drat yang ada pada angkur
baja. Dan masing-masing angkur baja harus terisi 2 bh mur.

5. Bagian ujung bawah angkur arus ditekuk membentuk sudut 90º dengan
ketentuan panjang tekukan >4Ø besi angkur.
6. Pemasangan angkur harus tepat berada ditengah tulangan kolom atau balok

beton. Dengan alat bantu benang dan mal yang terbuat dari plat baja atau
multipleks.

7. Pemasangan angkur harus membentuk bidang yang datar, harus siku dan tidak

miring. Maka Kontraktor wajib melakukan leveling dengan menggunakan alat


ukur Total Station.

8. Pengukuran jarak angkur harus menggunakan Pita ukur yang sama jenis,
dengan Pita ukur pada proses pabrikasi.

9. Melakukan pengelasan angkur baja agar menyatu dengan besi tulangan kolom
atau balok beton, dengan perkuatan dari bahan sambung stek/pengaku.

10. Kontraktor wajib memeriksa ketepatan pemasangan angkur, untuk memastikan


bahwa pemasangan telah sesuai dengan Gambar kerja.

E. Pemasangan Komponen/Rangka Baja

Pemasangan komponen/rangka baja (erection) di lapangan harus mendapat

persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan pengawas, dan pelaksanaannya harus

sesuai dengan ketentuan berikut:

1. Kontraktor juga wajib memeriksa apakah alat kerja inti, alat bantu kerja dan
material struktur baja telah tersedia.

2. Baut-baut, Trecstang, Waltermur dan Baut baja harus tersedia sesuai spesifikasi
dan ukuran pada Gambar rencana atau dokumen Spesifikasi teknik bahan.
3. Pekerjaan pemasangan komponen/rangka baja harus oleh petunjuk dan
pengawasan seorang engineer yang ahli pada bidang konstruksi baja.

4. Tenaga kerja yang melaksanakan pemasangan komponen/rangka baja harus


yang spesialis dan berpengalaman.

5. Setiap komponen/rangka baja satukan hingga terbentuk struktur baja yang


sesuai dengan Gambar rencana.

6. Penyatuan komponen-komponen harus dengan menggunakan baut dan mur.


Dan pengerasan baut harus dengan memakai kunci momen (Torque wrench).

7. Pemasangan struktur baja yang benar perlu memastikan bahwa semua

sambungan baut telah kencang dan tidak terjadi celah antara komponen/rangka
baja.

8. Pemasangan komponen/rangka baja dengan sistem las harus mendapat


persetujuan dari Konsultan pengawas.

9. Bagian profil baja yang terangkat harus benar-benar mampu menahan tegangan

selama proses pemasangan struktur baja. Ikatan-ikatan yang menghubungkan


profil baja dengan alat berat menggunakan tali baja (seling).

10. Hingga struktur baja terpasang dengan lengkap dan sempurna, maka Kontraktor

wajib melaporkan progres pekerjaan yang telah terlaksana kepada Konsultan


pengawas.
F. Manajemen K3

1. Kontraktor wajib menerapkan sistem Keselamatan dan Kesehatan Kera (K3)


pada semua tahap pelaksanaan pekerjaan, sesuai dengan UU No.1 Tahun 1970.

2. Pekerja wajib menggunakan APD (Alat Pelindung Diri), sesuai Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 08/Men/VII/2010.
3. Ketentuan dalam Undang-undang tersebut merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dengan ketentuan dalam RKS ini, yang harus terlaksana dengan
baik.
Bab 3: KETENTUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN FINISHING

VII. Pengujian Mutu Pekerjaan

A. Uji Mutu Sambungan Las

1. Kontraktor wajib melakukan pengujian pada sambungan las bersama-sama


dengan konsultan pengawas dan main kontraktor.

2. Pengujian las harus pada laboratorium pengujian material bangunan yang oleh
konsultan pengawas tunjuk.

3. Metode pengujian las dengan 2 cara yaitu: Uji merusak bahan (Destructive

testing) dan Uji tanpa merusak bahan (Non-destructive testing).

4. Hasil uji las menjadi referensi bagi konsultan pengawas untuk menentukan

apakah pekerjaan pengelasan telah sesuai dengan standar/rujukan dalam RKS


ini.

5. Apabila hasil uji ternyata tidak sesuai dengan standar/rujukan, maka konsultan
pengawas wajib memberhentikan sementara pengelasan.
B. Uji Mutu Sambungan Baut

Pengujian sambungan baut terlaksana pada saat pemasangan komponen/rangka baja,

dengan saksi main kontraktor dan konsultan pengawas. Kontraktor wajib melaksanakan
uji baut dengan syarat-syarat berikut:

1. Baut wajib terpasang pada komponen/rangka baja menurut spesifikasi yang ada
dalam Gambar kerja dan sesuai standar yang ada dalam RKS ini.

2. Panjang baut dengan ketentuan harus ada sisa ulir, setelah perkerasan pada
baut mur yaitu ≥Ø baut.
3. Baut baja (ASTM 325) harus kencangkan dengan kuat menggunakan alat bantu
pengeras, yaitu kunci momen (Torque wrench). Baut hitam (ASTM A 36)

kencangkan dengan alat bantu pengeras kunci tangan (Hands wrench).

4. Uji mutu sambungan baut dengan mengeraskan beberapa titik sambungan baut
pada komponen struktur baja, yakni dengan menggunakan kunci momen.

5. Hasil uji mutu sambungan baut menjadi referensi bagi main kontraktor dan

konsultan perencana, apakah pemasangan komponen/rangka baja layak lanjut


atau tidak.
C. Inspeksi Pengecatan

Inspeksi pengecatan berlaku pada saat pemasangan komponen/rangka baja, yang

bertujuan untuk memeriksa bagian-bagian bahan yang cacat serta melakukan

pengecatan ulang. Kontraktor wajib mematuhi persyaratan pelaksanaan inspeksi

berikut:

1. Bagian sudut-sudut profil baja yang rentan terkelupas harus cat ulang,
menggunakan cat dasar dan cat akhir, sesuai teknis pelaksanaan pengecatan.

2. Inspeksi pengecatan harus secepat mungkin untuk menghindari terjadinya korosi


yang semakin meluas pada bahan.

3. Inspeksi berlaku untuk seluruh komponen/rangka baja, dengan membuat daftar

cek list beserta dokumentasi photo. Untuk selanjutnya berguna sebagai laporan
pelaksanaan inspeksi.
VIII. Cek List Pekerjaan
A. Komponen Struktur & Non-Struktural
1. Kontraktor wajib memeriksa kelengkapan komponen struktur maupun non-

struktural baja. Melakukan pemeriksaan meliputi jumlah komponen, kode batang


serta posisi struktur.

2. Membuat cek list dan dokumentasi, untuk selanjutnya menjadi lampiran


pelaporan penyelesaian pekerjaan.
B. Kerapatan Sambungan Baut
Kontraktor wajib memeriksa setiap sambungan baut pada struktur baja, untuk

memastikan bahwa:

1. Jumlah isian baut pada setiap sambungan telah lengkap,

2. Perkerasan telah terlaksana dengan baik untuk seluruh baut,

3. Tidak ada celah/rongga yang berbentuk garis antara pelat sambung.

Dari hasil cek list tersebut Kontraktor wajib membuat dokumentasi, untuk selanjutnya

menjadi laporan kepada pihak konsultan pengawas.

C. Ketepatan Struktur Baja


1. Kontraktor wajib memeriksa kelurusan masing-masing komponen/rangka baja,
agar sesuai dengan Gambar rencana dan persyaratan teknis kerja.

2. Metode pelaksanaan cek list ini mengacu pada ketentuan batas toleransi ukuran
yang ada dalam RKS ini.
Bab 4: PENUTUP
IX. As Built Drawing
Kontraktor wajib menyerahkan As built drawing kepada main kontraktor pada saat

pelaksanaan serah terima pekerjaan tahap 1 (BAST 1). Yaitu dokumen yang berisi

gambar-gambar realisasi yang sesuai dengan keadaan terakhir/terpasang pada

lapangan.

X. Retensi
1. Kontraktor harus melakukan kegiatan pemeliharaan pada pekerjaan sesuai
tenggang waktu yang telah tetapkan dalam Surat Perjanjian/Kontrak kerja.

2. Masa pemeliharaan otomatis berakhir apabila main kontraktor telah menerima

sepenuhnya pekerjaan, dan tandanya dengan pengadaan serah terima


pekerjaan tahap ke-2. (BAST 2).

Anda mungkin juga menyukai