Anda di halaman 1dari 5

RESUME SEMINAR PROPOSAL

Nama : Muhammad Aryadi


NIM : 2004101010098
Judul Penelitian : Pengaruh Limbah Kaca Sebagai Subtitusi Parsial Agregat Halus dan
Penambahan Abu Pelepah Pisang Terhadap Kuat Tekan Beton

Resume Seminar Proposal

Dosen Penguji 1 : Dr. Ir. Muhammad Fauzi, S.T., M.T., IPM

1. Sumber limbah kaca seperti apa? Apakah botol kaca dapat dikatakan limbah karena
masih memiliki nilai jual dan mahal?
 Sumber limbah kaca yang digunakan tidak ada kriteria khusus, semua limbah
kaca dapat digunakan. Namun pada penelitian ini peneliti mendapatkan limbah
kaca dari botol kaca bekas. Botol limbah kaca yang peneliti gunakan adalah botol
bekas yang sudah dibuang dan tidak dapat di jual kembali.

2. Apa safety procedure penggunaan limbah kaca?


 Untuk safety procedure yaitu wajib menggunakan sarung tangan yang tahan
goresan dari pecahan kaca, serta untuk pencampuran limbah kaca dan beton
diprioritaskan menggunakan mesin concrete mixer (molen).

3. Pertimbangan untuk persentase limbah pelepah pisang?


 Persentase abu pelepah pisang yang digunakan yaitu hanya sebesar 2% saja,
dikarenakan berdasarkan penelitian dari Purwanto et al., (2022) dengan judul
“Pemanfaatan Pelepah Pisang Gedaa Desa Jejawi Sebagai Bahan Tambah
Alternatif Kuat Tekan Beton”, digunakan persentase abu pelepah pisang sebesar
2%, 2,5%, dan 5%. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini menunjukkan
terjadinya penambahan kuat tekan beton sebesar 4,76% pada persentase 2% dari
kuat tekan rencana, namun terjadi penurunan kuat tekan beton pada penambahan
abu pelepah pisang sebesar 2,5% dan terus menurun pada penambahan 5%.
4. Definisi agregat halus?
 Agregat halus adalah bahan pengisi campuran beton dengan ukuran maksimum
lolos saringan no. 4 (4,76 mm) sampai dengan yang tertahan saringan no. 200
(0,075 mm).

5. Perlakuannya bagaimana terhadap limbah kaca?


 Limbah kaca yang diperoleh akan di bersihkan terlebih dahulu dari kotoran-kotoran
yang menempel seperti tanah, lumpur, debu, dan sebagainya.
 Kemudian limbah kaca akan dihancurkan menggunakan palu sampai ukurannya
berkisar antara saringan no. 4 (4,76 mm) sampai tertahan saringan no. 200 (0,075
mm).
 Selanjutnya limbah kaca yang sudah menjadi serbuk akan disaring untuk
mendapatkan gradasi yang sesuai dengan gradasi agregat halus.
 Selanjutnya limbah kaca akan ditambahkan ke dalam campuran beton sesuai
dengan persentase yang telah direncanakan yaitu sebesar 5%, 10% dan 15%.

6. Kenapa persentase antara limbah kaca dan abu pelepah pisang tidak disamakan?
 Abu pelepah pisang digunakan sebesar 2% karena pada persentase ini yang paling
optimal untuk meningkatkan kuat tekan beton, jika abu pelepah pisang lebih dari
2% maka akan menyebabkan penurunan kuat tekan beton. Sehingga tidak dapat
disamakan dengan persentase limbah kaca.
 Adapun sebaliknya yaitu limbah kaca yang ingin ditinjau yaitu sebesar 5%, 10%,
dan 15% dikarenakan masih berada pada range optimum untuk penggunaan limbah
kaca yaitu antara 1% - 20%. Alasan untuk tidak menggunakan 2% limbah kaca
dikarenakan 2% limbah kaca adalah jumlah yang terlalu kecil untuk tujuan
penelitian ini yaitu untuk mengurangi jumlah limbah kaca yang melimpah.

7. Pelepah pisang dan kaca kapan ditambahkan?


 Abu pelepah pisang ditambahkan seperti prosedur pencampuran semen pada beton
seperti pada umumnya. Limbah kaca ditambahkan seperti prosedur pencampuran
agregat halus pada beton seperti pada umumnya.
8. Pelepah pisang berapa banyak ditambahkan? Apakah akan mempengaruhi nilai
slump?
 Abu pelepah pisang ditambahkan sebesar 2% dari berat semen, karena penambahan
abu pelepah pisang hanya 2% dari berat semen yang digunakan maka pengaruhnya
terhadap nilai slump tidak terlalu signifikan.

Dosen Penguji II : Dr. Ir. M. Zardan, S.T., M.T., IPU., ASEAN Eng.

1. Pelepah pisang dengan kondisi seperti apa yang digunakan?


 Pelepah pisang yang digunakan tidak ada kriteria atau kondisi khusus, dikarenakan
yang digunakan pada penelitian ini adalah abu dari pelepah pisang yang telah
dikeringkan selama lebih kurang 2 minggu dan selanjutnya akan dibakar sampai
menjadi abu.

2. Berapa ukuran abu pelepah pisang yang digunakan?


 Pada penelitian ini digunakan ukuran abu pelepah pisang yaitu 0,075 mm atau yang
lolos saringan no. 200.

3. Bagaimana penggunaan abu pelepah pisangnya? Apakah sebagai additive atau sebagai
subtitusi?
 Penggunaan abu pelepah pisang adalah sebagai additive sebesar 2% dari berat
semen.

4. Berapa ukuran pecahan kaca yang digunakan?


 Pada penelitian ini digunakan ukuran pecahan kaca yaitu mulai dari ukuran 4,76
mm (saringan no. 4) sampai dengan 0,075 mm (saringan no. 200).

5. Bagaimana sifat kaca? Apakah sama dengan pasir?


 Kaca dapat bersifat seperti pasir yaitu sebagai pengisi dari campuran beton, dan
kaca juga mengandung senyawa silika yang cukup besar. Namun kaca tentunya
berbeda sifatnya dengan pasir dalam hal tekstur permukaan butiran, kaca memiliki
tingkat kehalusan permukaan yang berbeda dengan pasir. Kehalusan permukaan
kaca bergatung dari bagaimana proses pemecahannya dilakukan, berbeda dengan
pasir yang permukaan butirannya relatif lebih kasar.
Dosen Penguji III : Ir. Rudiansyah Putra, S.T., M.Si., IPM

1. Kaca lolos saringan nomor berapa?


 Kaca yang digunakan adalah kaca yang berukuran seperti agregat halus yaitu
yang lolos saringan no. 4 (4,76 mm) dan yang tertahan saringan no. 200 (0,075
mm).

2. Bagaimana cara menghancurkan kaca?


 Pada penelitian ini limbah kaca dihancurkan secara manual menggunakan palu
sampai kira-kira berukuran sebesar agregat halus yaitu mulai dari ukuran 4,76
mm sampai dengan 0,075 mm.

3. Penelitian ini menggunakan beton struktural atau non-struktural?


 Pada penelitian ini menggunakan beton struktural dengan mutu f’c 25 MPa.

4. Tipe semen yang digunakan adalah tipe berapa?


 Untuk tipe semen yang digunakan pada penelitian ini adalah semen yang umumnya
digunakan pada saat ini yaitu semen PCC.

5. Apakah gradasi agregat akan terpengaruh akibat penambahan/subtitusi material ini?


 Gradasi agregat tidak akan terpengaruhi akibat subtitusi material kaca
dikarenakan penambahan material kaca mengikuti gradasi dari agregat halus.

6. Jangan menggunakan mutu K-225 lagi, update dengan mutu f’c terbaru saat ini di
lapangan
 Dikarenakan mutu K-225 sudah jarang dipakai di lapangan, sebagai gantinya
penelitian ini mengganti mutu beton dari K-225 menjadi mutu f’c 25 MPa.

Dosen Pembimbing Utama : Dr. Ir. Yulia Hayati, S.T., M.Eng.

1. Perbaikan pada BAB 3, tambahkan kriteria dan proses pembuatan material uji (limbah
kaca dan abu pelepah pisang)
2. Semen pakai yang mudah didapatkan
3. Sesuaikan kuat tekan rencana dengan yang sesuai dan sering dipakai di lapangan
Dosen Pembimbing pendamping : Dr. Ir. Abdullah, S.T., M.Sc.

1. Untuk kaca coba lihat lagi referensi penelitian terdahulu untuk mengetahui
perbandingan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya

Anda mungkin juga menyukai