Anda di halaman 1dari 15

MINAT MAHASISWA TATA BUSANA ANGKATAN 2022 DALAM

PEMBELIAN BUSANA THRIFTING


Oleh: Emilia Putri Isnaeni1 Ida Hardiyanti Rukmana2 Namira Yasilva3

Dr.Agus Hery Supadmi Irianti M.Pd⁴

Universitas Negeri Malang, Malang, Indonesia

Email :

emilia.putri.2205446@students.um.ac.id

ida.hardiyanti.2005446@students.um.ac.id

namira.yasilva.2205446@students.um.ac.id

agus.hery.ft@um.ac.id

Abstract

Shopping for used goods or commonly called thrift shopping is an activity that is increasingly
popular as a substitute or alternative to fashion consumption. The existence of this thrift shop
is increasingly rampant and many parties, especially celebrities, are increasingly adopting
this activity so that savings occur. Shopping is becoming more and more popular, especially
among teenagers, especially university students. This is an alternative for students to meet
their clothing needs because clothing prices are cheap. However, there are positive and
negative impacts arising from this activity. The positive impact is saving expenses, helping to
reduce clothing waste, while the negative impact is poor quality goods, not supporting the
local economy and a consumptive culture of life.

Keywords: Thrift, Student, impact

Abstrak

Belanja barang bekas atau biasa disebut thrift shopping merupakan kegiatan yang semakin
populer sebagai pengganti atau alternatif konsumsi fashion. Keberadaan toko thrift ini
semakin merajalela dan banyak pihak terutama para selebritis yang semakin banyak
mengadopsi kegiatan ini sehingga terjadi penghematan. Berbelanja menjadi semakin
populer, terutama di kalangan remaja, terutama mahasiswa. Hal ini menjadi alternatif bagi
mahasiswa untuk memenuhi kebutuhan berpakaian karena harga pakaian yang murah. Akan
tetapi terdapat dampak positif dan negatif yang ditimbulkan dari kegiatan ini. Dampak
positifnya yaitu menghemat pengeluaran, membantu mengurangi limbah pakaian, sedangkan
dampak negatifnya adalah kualitas barang yang buruk, kurang mendukung ekonomi lokal
dan budaya hidup konsumtif.

Kata kunci: Thrift, Mahasiswa, Dampak

A. PENDAHULUAN
Pada masa sekarang ini fashion menjadi salah trend dan gaya hidup yang tidak lepas dari
kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat. Fashion sangat berhubungan erat dengan
istilah mode dan style maka dari itu fashion dapat diartikan sebagai gaya hidup atau mode
yang tengah digemari oleh banyak orang yang dapat menjadi ekspresi seseorang pada
waktu dan tempat tertentu terutama pada pakaian. Fashion dinilai sebagai salah satu
bentuk dari identitas sosial seseorang dalam suatu kelompok sosial (Syahputri &
Marliyah, 2023).

Trend fashion adalah gaya berpakaian yang popular pada mayoritas masyarakat dalam
kurun wakru tertentu sebagai bentuk perubahan yang memiliki skala waktu cepat,
sehingga fashion merupakan kekuatan dari individualitas dengan mengizinkan seseorang
untung mengekspresikan dirinya dalam berbusana. Demi untuk menunjang keinginan dan
gaya hidup seseorang rela membeli barang yang terkadang relatif mahal yang hanya
untuk mengikuti trend fashion terkini (Syahputri & Marliyah, 2023). Untuk sebagian
orang lainnya yang memiliki pendapatan pas-pasan terutama kalangan remaja dan
mahasiswa akan cukup sulit untuk mengikuti perkembangan trend fashion, sehingga
biasanya mereka akan mencari alternatif lain yang bisa digunakan yaitu thifting.

Secara bahasa thrift diambil dari kata thrive yang memiliki arti berkembang atau maju.
Kata thrifty sendiri dapat diartikan sebagai cara menggunakan uang atau barang lainnya
secara baik dan efisien sehingga thrifting dapat diartikan sebagai kegiatan membeli
barang bekas pakai untuk melakukan penghematan atau menggunakan uang dengan
efisien. Tidak hanya itu, kegiatan tersebut bukan hanya membeli barang bekas saja tetapi
juga terdapat sebuah sensasi tersendiri Ketika kita bisa memperoleh barang yang bagus
dan bahkan langkah dengan harga yang lebih murah. Kepopuleran trend thrifting semakin
digemari terutama dikalangan remaja dan mahasiswa karena dianggap busana thrift
adalah suatu mode yang unik dan klasik (Aswadana et al., 2022).
B. KAJIAN PUSTAKA
1. Minat
a. Pengertian Minat
Menurut kamus besar bahasa Indonesia minat berarti gairah, keinginan atau
kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Secara umum, pengertian minat
adalah perhatian yang mengandung unsur-unsur perasaan. Minat juga merupakan
dorongan atau keinginan dalam diri seseorang pada objek tertentu (Minat Adalah :
Pengertian Menurut Para Ahli, Faktor & Contohnya, 2021). Contohnya seperti
minat terhadap pelajaran, olahraga, atau juga hobi.

Minat memiliki sifat individual, yang artinya pada tiap-tiap orang memiliki minat
yang dapat berbeda dengan minat orang lain. Minat diawali oleh perasaan senang
dan juga sikap positif. Minat adalah suatu perangkat manfaat yang terdiri dari
kombinasi, perpaduan atau campuran dari berbagai perasaan, harapan, prasangka,
cemas, takut dan kecenderungan lain yang bisa mengarahkan individu terhadap
suatu pilihan tertentu. Minat muncul dari dalam individu seseorang tersebut,
biasanya minat muncul karena keadaan di sekitar orang tersebut berada
(Septirahmah & Hilmawan, 2021).

Karakteristik minat terdiri dari tiga hal diantaranya yaitu, minat menimbulkan
sikap positif dari suatu objek, minat ini merupakan sesuatu yang menyenangkan
dan dapat timbul dari suatu objek dan minat ini mengandung unsur penghargaan,
mengakibatkan suatu keinginan, dan juga gairah untuk mendapat sesuatu yang
diinginkan (Minat Adalah : Pengertian Menurut Para Ahli, Faktor & Contohnya,
2021).

Minat beli merupakan aktivitas psikis yang timbul karena adanya perasaan dan
pikiran terhadap suatu barang atau jasa yang diinginkan. Minat beli sebagai
kekuatan pendorong atau sebagai motif yang bersifat instristik yang mapu
mendorong seseorang untuk menaruh perhatian secara spontan, wajar, mudah,
tanpa paksaan dan selektif pada suatu produk untuk kemudian mengambil
keputusan membeli. Jadi minat beli diartikan sebagai suatu sikap menyukai yang
ditunjukan dengan kecenderungan untuk selalu membeli yang disesuaikan dengan
kesenangan dan kepentingannya. Minat beli yaitu tahapan kecenderungan
responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan
(Hasbi et al., 2022).

b. Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Minat


1. Faktor Dorongan
Faktor dorongan adalah faktor yang paling dekat dengan diri kita, yang
mana pada faktor tersebut memang muncul atau hadir dari dalam diri
sendiri. Faktor tersebut dianggap paling penting karena tanpa danya faktor
ini, minat itu seperti apapun tidak akan pernah muncul atau juga diwujudkan
(Minat Adalah : Pengertian Menurut Para Ahli, Faktor & Contohnya,
2021).

2. Faktor Motif Sosial


Faktor motif sosial merupakan faktor untuk melakukan suatu aktivitas
supaya dapat diterima serta juga diakui oleh lingkingannya. Minat tersebut
semacam kompromi pihak individu dengan lingkingan sosialnya (Minat
Adalah : Pengertian Menurut Para Ahli, Faktor & Contohnya, 2021).

3. Faktor Emosional
Faktor ini sangat berbuhungan erat dengan emosi, karena pada faktor
emosional ini termasuk yang kompleks dengan menyertai seseorang yang
berhubunngan dengan objek dan juga minatnya. Kesuksesan seseorang
tersebut berada pada aktivitas, karena aktivitas itulah yang minumbulkan
perasaan suka atau puas. Sedangkan apabila kegagalan yang menghampiri
maka akan mengurangi m inat seseorang terhadap kegiatan atau aktivitas
yang bersangkutan (Minat Adalah : Pengertian Menurut Para Ahli, Faktor
& Contohnya, 2021).

c. Ciri-ciri Seseorang yang Memiliki Minat


Kecenderungan seseorang menunjukkan minat terhadap suatu produk atau jasa
dapat dilihat berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut :
• Kemauan untuk mencari informasi terhadap suatu produk atau jasa.
• Konsumen yang memiliki minat, memiliki suatu kecenderungan untuk
mencari informasi lebih detail tentang produk atau jasa tersebut, dengan
tujuan untuk mengetahui secara pasti bagaimana spesifikasi produk atau
jasa yang digunakan, sebelum menggunakan produk atau jasa tersebut
(Hasbi et al., 2022).
• Kesediaan untuk membayar barang atau jasa (Hasbi et al., 2022).
• Menceritakan hal yang positif, konsumen yang memiliki minat besar
terhadap suatu produk atau jasa, jika ditanya konsumen lain, maka secara
otomatis konsumen tersebut akan menceritakan hal yang positif terhadap
konsumen lain (Hasbi et al., 2022).
• Kecenderungan untuk merekomendasikan.

2. Thrifting
a. Pengertian Thrifting
Secara etimologi thrift merupakan kata yang berasal dari bahasa Inggris, yang
bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti hemat (Aswadana et al.,
2022). Banyak orang mengartikan thrifting sebagai barang bekas, namun
pemahaman ini kurang tepat. Karena thrifting memiliki arti Tindakan
berbelanja untuk mendapatkan harga yang murah atau barang yang Langkah,
seperti preverensi pasar saat ini (Aswadana et al., 2022). Di Indonesia sendiri
thrifting lebih dulu dikenal dengan nama awul-awul, yaitu kegiatan berbelanja
barang bekas yang dilakukan oleh masyarakat kalangan menengah ke bawah
(Tiffany Revita, 2022).

Walau pada dasarnya thrifting berarti membeli barang bekas, tetapi bukan
berarti kualitas barang yang dijual sudah tidak bagus. Barang-barang yang
dijual dalam thrift shop harus dalam kondisi dan kualitas yang baik. Bahkan
beberapa barang yang dijual biasanya adalah barang-barang yang unik dan
langkah yang susah ditemukan (Tiffany Revita, 2022). Beberapa barang yang
biasan dijual di thrift yaitu, pakaian, tas, jam tangan, sepatu, buku, perhiasan,
hingga alat-alat rumah tangga.

b. Kelebihan dan Kekurangan Thrifting


1. Kelebihan Thrifting
a) Harga Lebih Terjangkau
Keuntungan pertama yang didapat dari memberi barang
hasil thrifting adalah mendapatkan harga yang lebih murah. Hal ini tak
hanya bisa dijadikan untuk menghemat biaya, tetapi juga berkesempatan
memiliki barang berkualitas bagus dengan harga murah, bahkan
biasanya perbandingan harganya mencapai 50 persen dan banyak
ditemui tempat thrifting di berbagai daerah (Pengertian Thrifting,
Kelebihan, Manfaat Dan Cara Memilih, 2022).
b) Kualitas Bagus
Setelah mendapatkan barang dengan harga miring, kualitas barang yang
didapat juga terbilang masih sangat bagus. Meskipun barang tersebut
sudah pernah digunakan orang lain, namun fungsi dan kualitas termasuk
dalam barang kategori thrifting yang tentu saja masih sangat layak
dikatakan bagus (Pengertian Thrifting, Kelebihan, Manfaat Dan Cara
Memilih, 2022).
c) Barang Bermerek
Keuntungan selanjutnya dari melakukan thrifting adalah mendapatkan
produk atau barang dengan merek terkenal atau branded. Hal ini tak
mudah dilakukan, karena memang memerlukan kesabaran dengan
tingkat lebih besar. Perlu menyiapkan dana yang cukup besar untuk bisa
mendapatkan barang bermerek dalam jumlah yang banyak (Pengertian
Thrifting, Kelebihan, Manfaat Dan Cara Memilih, 2022).
d) Sensasi Memburu
Melakukan thrifting sama saja dengan memburu target, dan dalam hal
ini barang bermerek branded serta berharga miring menjadi target
buruan. Dalam prosesnya, seseorang yang melakukan thrifting dapat
merasakan sensasi memburu sesuatu yang sangat diingin-inginkan. Hal
ini tak lepas dari ketersediaan barang yang amat sangat terbatas
(Pengertian Thrifting, Kelebihan, Manfaat Dan Cara Memilih, 2022).

2. Kekurangan Thrifting
a) Sulit Mendapat Barang yang Sempurna
Karena yang dicari memang barang bekas, maka produk yang ada
dalam kondisi yang tidak mencapai kata sempurna. Alias terdapat
beberapa kekurangan dari produk tersebut, seperti adanya kerusakan
atau cacat pada produk. Hal ini menjadi kekurangan yang paling umum
ditemui bagi para pelaku thrifting (Pengertian Thrifting, Kelebihan,
Manfaat Dan Cara Memilih, 2022).
b) Tidak Ada Retur
Namanya juga barang bekas, jika kondisi yang didapatkan tidak sesuai
dengan ekspektasi dan harapan, maka pelaku thrifting tidak bisa
meminta retur atau pengembalian atau ditukar. Perlu mengantisipasi hal
ini sebelum mengeluarkan uang untuk membeli produk bekas, meski
yang dikeluarkan tak sepenuhnya namun akan sia-sia (Pengertian
Thrifting, Kelebihan, Manfaat Dan Cara Memilih, 2022).
c) Merek Palsu
Selain ada banyak produk dengan merek ternama, banyak juga produk
dengan merek palsu sehingga sedikit sulit untuk bisa dijual kembali
dengan harga yang berbeda jauh. Pelaku thrifting harus bisa
membedakan, mana barang asli dan mana barang palsu atau KW.
Sehingga tidak sia-sia dalam membeli dan menjualnya kembali
(Pengertian Thrifting, Kelebihan, Manfaat Dan Cara Memilih, 2022).

3. Manfaat Membeli Barang Thrifting


Thrifting dinilai sebagai aktivitas yang memberi dampak atau kontribusi
dalam menjaga lingkungan tetap ramah. Karena memang berkembangnya
aktivitas industri, banyak sekali memberi dampak adanya pencemaran
lingkungan. Baik itu pencemaran udara dan air akibat limbah industri,
selain itu pembuangan asal terhadap barang-barang bekas tak terpakai juga
dapat memunculkan lingkungan yang tidak ramah (OCBC NISP, 2021).
Dampak negatif yang menjadi konsekuensi dari maraknya bisnis industri,
karena itu thrifting sebenarnya memberi beberapa manfaat baik seperti
berikut.
• Kemungkinan seseorang mendapatkan barang atau produk yang
unik hingga statusnya langka (OCBC NISP, 2021).
• Harga murah yang harus dibayarkan, tetapi kualitas baik dengan
merek ternama.
• Kualitas barang thrifting yang sudah tidak diragukan lagi yakni
dapat bertahan lama (OCBC NISP, 2021).

C. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini, rancangan penelitian yang akan digunakan merupakan penelitian
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang mana memiliki tujuan untuk
mendeskripsikan mengenai minat mahasiswa tata busana dalam pembelian busana thrift.
Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yang mana dilakukan dengan
mengambil subjek bukan berdasarkan adanya tujuan. Teknik ini biasanya dilakukan
karena beberapa pertimbangan, misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga, dan dana
sehingga tidak dapat pemngambil sampel yang besar dan jauh. Tahap-tahap penelitian ini
terdiri dari beberapa tahapan seperti yang ditunjukan pada gambar berikut ini :
Gambar 3.1 Tahap-Tahap Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan individu atau objek yang diteliti yang memiliki
beberapa karakteristik yang sama. Sedangkan menurut Azwar populasi didefinisikan
sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Kelompok
subjek ini harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik bersama yang membedakannya dari
kelompok subjek yang lain. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Tata
Busana Universitas Negeri Malang angkatan 2022.
Sampel adalah sebagian atau wakil dari subjek populasi yang akan diteliti. Menurut
Arikunto mengenai berapa banyaknya sampel yang diambil, maka peneliti perlu
mempertimbangkan hal-hal berikut :

• Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana.


• Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek karena hal ini
menyangkut banyak sedikitnya data.
• Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang
resikonya besar, tentu saja jika sampel besar maka hasilnya lebih baik.

Jika jumlah populasi penelitian kurang dari 100, maka sebaiknya sampel diambil secara
keseluruhan. Tetapi jika populasinya lebih dari 100 orang, maka bisa ditetapkan 10-15%
atau 20-25% dari jumlah populasinya. Maka sampel pada penelitian ini yakni 50
mahasiswa dari keseluruhan jumlah mahasiswa tata busana angkatan 2022 Universitas
Negeri Malang.

Instrument pada penelitian ini adalah kuesioner dengan teknik purposive sampling.
Tabel 3.3 Instrumen Penelitian

No. Pernyataan

1 Saya sering mendengar tentang busana thrifting.

2 Saya mengetahui pengertian busana thrifting.

3 Saya sering mendengar tentang busana thrifting.

4 Saya tahu dan mengikuti perkembangan busana thrifting.

5 Saya sering mengunjungi toko thrifting dan membeli busana thrifting.

6 Saya mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitar yang banyak mengikuti trend kekinian seperti
membeli busana thrift yang sedang populer saat ini.

7 Saya membeli busana thrifting untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup agar dapat
berpenampilan bagus meskipun produk tersebut merupakan barang bekas.

8 Saya membeli busana thrifting karena dapat menemukan barang berkualitas dengan harga
murah.

9 Saya mudah terpengaruh promosi penjualan thrifting yang ditawarkan di media sosial.

10 Saya membeli busana thrifting untuk mendapatkan kepuasan karena status sosial.
Pada tabel 3.3 menunjukan 10 item instrumen yang berupa pernyataan dari kuesioner
yang setiap pernyataannya menggunakan 4 poin skala likert dimana responden
diharuskan mengisi 10 item pernyataan untuk memberikan nilai yang bersifat subyektif
dari beberapa pilihan berikut:
• Sangat Setuju (SS) = 5
• Setuju (S) = 4
• Tidak Setuju (TS) = 2
• Sangat Tidak Setuju (STS) =1

Untuk menguji instrumen, tiap-tiap item pernyataan kuesioner memiliki skor kontribusi
yang berskala kisaran 0 sampai 5 agar menghasilkan data interval. Data interval tersebut
dianalisis dengan menghitung rata-rata jawaban berdasarkan skorsing jawaban dari tiap
responden.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 4.1
Hasil dari diagram tersebut kebanyakan yang tertarik dan melakukan thrift shop yang
berusia 17-20 yang merupakan remaja akhir sampai dewasa awal.
Gambar 4.2
Dari diagram tersebut bahwa kebanyakan dari responden menjawab sangat setuju dengan
presentase 72%, lalu 26% responden menjawab setuju dan sekitar 2% responden kurang
mendengar mengenai tentang busana thrifting.

Gambar 4.3
Hasil diagram tersebut bahwa responden mengetahui pengertian busana thrifting dan
sekitar 2% responden kurang mengetahui pengertian busana thrifting.
Gambar 4.4
Presentase tersebut menunjukkan bahwa kebanyakan responden menjawab setuju yang
berarti mereka mengikuti perkembangan thrifting sedangkan 18% menjawab tidak setuju
atau kurang mengikuti perkembangan busana thrifting.

Gambar 4.5
Dari gambar tersebut sebanyak 38% responden sering mengunjungi dan membeli busana
thrift, lalu 52% responden jarang mengunjungi dan membeli busana thrift dan 10%
responden tidak mengunjungi dan membeli busana thrift.

Gambar 4.6
Hasil tersebut menunjukkan bahwa responden tidak mudah terpengaruh oleh tren busana
thrift dengan presentase sekitar 50%, sedangkan sekitar 38% responden menjawab mudah
terpengaruh oleh tren busana thrift.
Gambar 4.7
Hasil diagram tersebut bahwa responden setuju jika membeli busana thrift untuk
memenuhi kebutuhan agar terlihat berpenampilan bagus, sedangkan 50% responden
menjawab tidak setuju jika membeli busana thrift agar terlihat berpenampilan bagus

Gambar 4.8
Presentase tersebut menunjukkan bahwa kebanyakan responden menjawab setuju,jika
mereka membeli busana thrifting dapat menemukan barang berkualitas dan unik dengan
harga murah.
Gambar 4.9
Hasil diagram tersebut menunjukkan bahwa responden mudah terpengaruh oleh promosi
thrift yang ditawarkan di media sosial, sedangkan setengah dari responden tersebut
menjawab tidak mudah terpengaruh oleh promosi yang ditawarkan di media sosial.

Gambar 4.10
Dari diagram tersebut menunjukkan bahwa kebanyakan responden menjawab tidak setuju
atau yang berarti mereka tidak membeli busana thrift untuk mendapat kepuasan karena
status sosial, sedangkan 18% responden menjawab setuju jika membeli thrift untuk
kepuasan status sosial.

E. KESIMPULAN DAN SARAN


Thrift shopping kini menjadi tren yang semakin populer yang diminati oleh mahasiswa.
Thrift shopping dikatakan sebagai alternatif konsumsi fashion yang paling tepat dilakukan
utamanya bagi kalangan mahasiswa saat ini. Pakaian thrift ini bukan lagi tentang
persoalan murah meriahnya, tetapi menjadi pemenuhan gaya hidup dalam berpakaian
yang sesuai dengan jaman sekarang dan dapat mempengaruhi persoalan status sosial di
masyarakat. Perilaku mahasiswa ini didasari oleh adat dan kebiasaan mereka sehari - hari.
Faktor lain yang mempengaruhi pembelian thrifting yaitu model tidak pasaran, kualitas
barang baik dan bermerek dan sebagai hiburan. Thrifting juga berdampak pada kesadaran
mahasiswa untuk menjaga lingkungan dari limbah pakaian yang menumpuk.

Berdasarkan uraian dan pembahasan diatas, diharapkan mahasiswa dapat memilah baik
buruknya dampak pembelian busana thrift dalam kehidupan sehari - hari dan diharapkan
penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua orang sebagai sumber referensi bagi pihak
yang ingin mendapatkan informasi tentang perilaku konsumen pakaian.

F. DAFTAR PUSTAKA

Aswadana, P., Ayunda, D., Rahayu, S., Aufayudha, M., & Effendy, A. (2022). Pandangan
Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya Terhadap Perubahan Gaya Hidup Akibat
Fenomena Thrifting. Universitas Negeri Surabaya 2022 |, 532.
https://proceeding.unesa.ac.id/index.php/sniis/article/view/108
Hasbi, M., Kurniati, R. R., & Hardati, R. N. (2022). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Minat Beli Outfit Second (Thrift) ( Studi Pada Konsumen Di Toko Rb Landungsari ).
JIAGABI, 11(1), 78–86. http://repository.unisma.ac.id/handle/123456789/3821
Minat adalah : Pengertian Menurut Para Ahli, Faktor & Contohnya. (2021, June). Seputar
Pengetahuan. https://www.seputarpengetahuan.co.id/2021/06/minat-adalah.html
OCBC NISP. (2021, December 23). Apa itu Thrifting? Pengertian dan Tips Membuka
Usahanya. OCBC NISP. https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/12/23/thrifting-
adalah
Pengertian Thrifting, Kelebihan, Manfaat dan Cara Memilih. (2022, May 3). Sampoerna
University. https://www.sampoernauniversity.ac.id/id/thrifting-adalah/
Septirahmah, A. P., & Hilmawan, M. R. (2021). Faktor-Faktor Internal Yang Mempengaruhi
Kedisiplinan : Pembawaan, Kesadaran, Minat Dan Motivasi, Serta Pola Pikir. 2(2).
https://doi.org/10.38035/jmpis.v2i2
Syahputri, N. M., & Marliyah, M. (2023). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Beli
Terhadap Thrif Shopping di Kalangan Mahasiswa UINSU. Jesya, 6(1), 282–296.
https://doi.org/10.36778/jesya.v6i1.922
Tiffany Revita. (2022, December 26). Thrifting: Pengertian, Sejarah, Tips Mengelola
Bisnisnya. Daily Social Id. https://dailysocial.id/post/thrifting

Anda mungkin juga menyukai