Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP HARGA DAN

KUALITAS PRODUK DENGAN MINAT MEMBELI PRODUK


FASHION ONLINESHOP PADA REMAJA PUTRI
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat guna mendapatkan gelar sarjana S1
pada prodi psikologi islam

Dosen Pembimbing: Nurul Isnaini, M.Psi

OLEH:
NAMA: ANNISA ARSY MARA
KELAS: G
NPM: 2031060021

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
1444H/2023 M
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Online Shopping merupakan sebuah proses pembelian produk dan jasa layanan dengan
menggunakan media internet. Belakangan ini, pembelian secara online telah menjadi alternatif
bagi masyarakat untuk membeli barang ataupun jasa layanan. Semua dari kalangan masyarakat
pada saat ini banyak beralih ke pembelian secara online daripada berbelanja secara offline atau
mengunjungi langsung store store dimana barang yang mereka inginkan dijual. Online
shopping pun tidak kalah bagus dari dari segi pelayanan, efektivitas, keamanan dan juga
popularitas. Zaman sekarang online shopping bukanlah menjadi hal yang tabu, konsumen tidak
perlu mengeluarkan banyak tenaga dan biaya saat berbelanja secara online, cukup dengan
melihat website kita bisa langsung melakukan transaksi pembelian pada produk yang kita pilih.

Perilaku Online Shopping adalah proses membeli produk atau jasa layanan dengan
memanfaatkan adanya internet. Proses pembelian secara online pada dasarnya memiliki
langkah langkah yang berbeda seperti perilaku pembelian fisik, kekhasan dari proses membeli
melalui media internet adalah ketika konsumen yang berpotensi menggunakan internet dan
mencari cari informasi yang berkaitan dengan barang barang yang mereka butuhkan (Liang
dan Lai, 2005).

Harga (price) adalah jumlah yang ditagihkan atas suatu produk baik barang maupun jasa
saat kita berbelanja. Dalam makna lain, harga merupakan jumlah dari semua nilai yang
diberikan oleh pelanggan untuk mendapatkan keuntungan dari memiliki atau menggunakan
suatu jasa maupun layanan (Kotler, 2008). Persepsi terhadap harga berkaitan dengan
bagaimana informasi harga yang diterima benar benar dapat dipahami seluruhnya oleh
konsumen dan memberikan sebuah makna bagi mereka. Saat mengetahui harga dari suatu
produk, konsumen akan melakukan evaluasi dan penelitian terhadap harga dari suatu produk.
Dengan demikian, penilaian akan muncul untuk harga dari suatu produk dikatakan mahal,
murah atau biasa saja dari setiap individu tidak harus sama karena tergantung dari persepsi
individu yang dilatarbelakangi oleh lingkungan kehidupan atau kondisi ekonomi individu
tersebut (Peter dan Olson, 2000).
Walgito (2003) mendefinisikan persepsi sebagai proses diterimanya stimulus oleh individu
kemudian diorganisasikan dan di interpretasikan sehingga individu mengerti yang di inderanya.
Sekalipun stimulus yang akan di persepsi sama, tetapi pengalaman berbeda, kemampuan tidak
sama dan kerangka acuan tidak sama, maka ada kemungkinan bahwa hasil persepsi antar
individu tidak sama. Persepsi merupakan proses penilaian seseorang terhadap suatu objek
tertentu yang meliputi aspek kognisi yaitu berupa ingatan, bahasa, asosiasi, konsep, atensi,
kesadaran, problem solving dan interpretasi stimulus dari objek sehingga terbentuklah proses
berfikir. Kemudian ada aspek afeksi yang meliputi hubungan dengan perasaan dan emosi
individu yang didapat dari pemahaman melalui proses kognisi yang akan menimbulkan
perasaan senang atau tidak senang, sedih atau bahagia.

Fandy Tjiptono (2008) menjelaskan bahwasannya harga memiliki dua peranan utama
dalam pemasaran, yakni peranan guna alokasi yang bertujuan untuk membantu para pembeli
untuk memutuskan cara terbaik dalam memperoleh manfaat yang diharapkan sesuai dengan
kemampuan daya belinya. Dengan demikian, adanya harga dapat membantu para pembeli
untuk memutuskan cara mengalokasikan daya belinya pada barang ataupun jasa. Pemebli
membandingkan harga dari berbagai alternatif yang tersedia, kemudian memutuskan alokasi
dana yang dikehendaki. Kedua, adalah peranan informasi yaitu mendidik konsumen mengenai
faktor produk yang dijual, misalnya kualitas. Hal ini terutama bermanfaat dalam situasi dimana
pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor produk atau manfaatnya secara objektif.
Persepsi yang sering berlaku adalah bahwa harga yang mahal mencerminkan barang dengan
kualitas yang tinggi. Sedangkan Tjiptono (2008) menyatakan indikator harga yang dapat
digunakan dalam pemasaran adalah perbandingan harga produk A dengan harga dari produk
yang lain, kesesuain harga dengan kualitas produk, yaitu apakah harga yang ditawarkan sudah
sesuai dengan kualitas produk yang konsumen dapatkan nantinya, serta keterjangkauan harga
yang ditawarkan produsen kepada konsumen. Persepsi harga bukan hanya diukur dengan
indikator kesesuaian harga dengan kualitas produk, akan tetapi diukur dari kesesuaian manfaat
dan kemampuan harga untuk bersaing.

Selain mempertimbangkan harga, konsumen pun mempunyai persepsi masing masing


terhadap kualitas suatu produk, persepsi konsumen akan melibatakan apa yang penting dan
dibutuhkan oleh konsumen, karena setiap konsumen mempunya kebutuhan yang berbeda beda
terhadap suatu produk atau jasa layanan. Persepsi terhadap kualitas mencerminkan perasaan
konsumen yang secara menyeluruh mengenai suatu merk dari produk tersebut. Hubungannya
dalam konsep prilaku konsumen, persepsi terhadap kualitas dari seseorang konsumen adalah
hal yang sangat penting, produsen berlomba lomba dengan menggunakan berbagai cara untuk
dapat menghasilakan suatu produk atau jasa yang bagus menurut konsumen (Parji, 1991).

Kebanyakan konsumen menilai kualitas suatu produk berdasarkan faktor faktor


kepentingan yang mereka gabungkan dengan produk tersebut. Faktor tersebut dapat bersifat
intrinsik yaitu karakteristik produk seperti bentuk, ukuran, warna, rasa atau aroma dan faktor
ekstrinsiknya yaitu yang berhubungan dengan karakteristik produk seperti contohnya harga,
citra toko, merk dan pesan yang di dapat dari promosi. Apabila atribut atribut tersebut sesuai
dengan apa yang di inginkan konsumen maka hal inilah yang dapat menimbulkan minat
membeli dari konsumen (Sehiffman and Kanuk dalam Cahyono, 1990).

Para ahli berbeda beda dalam mendefinisikan minat membeli, salah satunya adalah menurut
Simamora (2004) yang mendefinisikan minat adalah suatu hal yang sifatnya individu, pribadi
yang berhubungan dengan sikap pada suatu objek, hal itu akan mempunyai kekuatan atau
dorongan untuk melakukan serangkaian tingkah laku untuk mendapatkan objek tersebut. Minat
membeli adalah tahap kecendrungan konsumen untuk bertindak sebelum memutuskan untuk
benar benar melakukan pembelian. Sebenarnya minat membeli adalah niat untuk melakukan
pembelian pada kesempatan mendatang. Meskipun minat membeli merupakan hal yang belum
tentu akan dilaksanakan pada masa mendatang, namun pengukuran terhadap minat pembelian
umumnya dilakukan guna memaksimumkan prediksi terhadap pembelian aktual (Kinnear dan
Taylor, 1995 dalam Kurniawan, 2007).

Minat adalah rasa keingintahuan dan ketertarikan terhadap pengalaman pengalaman baru
dan mendorong lebih luas (Silvia, 2006). Minat juga mendorong individu untuk melakukan
eksplorasi dan terlibat dalam lingkungan yang menimbulkan rasa tertarik. Poerwadarminta
(2003) menyatakan bahwa minat adalah kesukaan atau kecendrungan perasaan terhadap
sesuatu, perhatian, keinginan. Minat dapat muncul sebelum maupun sesudah seorang memiliki
pengalaman langsung pada suatu aktivitas atau objek. Membeli adalah kegiatan transaksi
barang atau jasa dengan menggunakan uang antara pembeli dan penjual, yang melibatkan
proses pengambilan keputusan yang bersifat menetukan kegiatan transaksi tersbut (Kotler &
Amstrong, 2001). Dapat disimpulkan minat membeli merupakan perhatian dan aktivitas
seseorang terhadap suatu produk karena merasa tertarik dan memiliki keinginan untuk
mengeluarkan uang guna membeli produk tersebut.

Minat membeli yang muncul pada seseorang konsumen seringkali bukan hanya didasarkan
pada pertimbangan kualitas dari produk atau jasa layanan tersebut, akan tetapi ada faktor faktor
lain yang menimbulkan sebuah keputusan terhadap pembelian suatu barang atau jasa layanan
seperti contohnya kebudayaan, kelas sosial, keluarga, pengalaman, kepribadian, sikap,
kepercayaan diri, konsep diri dan sebagainya. Keputusan konsumen untuk membeli barang
atau jasa seringkali didasarkan atas pertimbangan yang irrasional yang berarti barang tersebut
akan meningkatkan citra atau harga dirinya supaya tidak ketinggalan zaman, dikagumi,
dianggap sebagai kelas tertentu dan sebagainya (Susana, 2002). Kemudian dalam islam pun
kita di ajarkan untuk tidak mudah tertarik pada sesuatu yang sifatnya serba mudah, sama hal
nya dengan ajaran islam didalam surah Al-Mulk Ayat 15 yaitu:

“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjuru-
Nya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya lah kamu (kembali
setelah dibangkitkan).

Teknologi informasi telah membuka dunia, baru pasar baru dan jaringan bisnis tanpa batas.
Internet sebagai teknologi informasi menjadi sebuah bentuk jaringan yang dapat
mengkombinasikan komunikasi dalm berbagai fungsi, seperti penyediaan informasi sampai
pengembangan dan pengenalan produk dan merk. Persaingan bisnis akan semakin meningkat
dengan kehadiran internet. Pertumbuhan teknologi dan informasi yang semakin canggih
membuat pemasar mencoba meraih konsumen melalui dunia maya. Internet banyak
mempengaruhi bisnis salah satunya melalui perdagangan online. Perdagangan online yang
terkenal dan cukup potensial salah satunya adalah online shop Shoppee, situs jaringan sosial
yang diluncurkan pada tahun 2015 ini kini menjadi media perdagangan seperti produk pakaian,
perhiasan, handphone dan emas.

Pemasar sangat diuntungkan dengan keberadaan shoppee karena biaya pemasaran dapat
ditekan. Pemasar tidak memerlukan aset aset fisik yang besar seperti biaya untuk menyewa
kantor, biaya listrik dan kertas. Cukup melalui komputer untuk mengelola situs bisnis jual beli,
sehingga menghemat biaya produksi dan pemasaran iklan. Pemasar juga dapat lebih fleksibel
dalam melakukan perubahan pada penawaran yang ada, misal pada katalog online. Selain
banyak menghadirkan keuntungan bagi pemasar, juga dapat dirasakan bagi konsumen, seperti
rasa nyaman. Pelanggan tidak perlu bergelut dengan lalu lintas, tidak perlu mencari tempat
parkir, dan berjalan menyusuri toko ke toko. Konsumen juga dapat membandingkan harga dan
merk, memeriksa harga dan memesan produk 24 jam sehari dari mana saja. Pembelian terasa
lebih mudah dan privasi juga sangat dilindungi, pelanggan menemui lebih sedikit perselisihan
sewaktu membeli, tidak perlu menghadap dan membujuk wiraniaga atau penjual.
Produk diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk
diperhatikan, diminta, dicari, dibeli dan digunakan pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau
keinginan konsumen (Tjiptono, 2006). Produk dalam penelitian ini adalah produk fashion
berkaitan dengan baju, celana, tas, sepatu, aksessoris dan rok. Namun penelitian ini berfokus
pada baju, baik itu blus, dress, kemeja maupun kaos. Membeli suatu produk memerlukan minat,
hal ini sangat penting supaya perilakunya terarah. Minat (Interest) adalah kecendrungan atau
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu (Syah, 2004). Kondisi
kondisi insidental dapat merubah minat, karena minat sifatnya tidak stabil.

Kualitas produk fashion yang ditawarkan melalui media online berbeda dengan di toko
atau mall konvensional. Bila konsumen ingin membeli produk fashion di mall atau dibutik,
dapat dilihat, diraba bahannya dan dicoba secara langsung. Namun melalui media shoppee
konsumen hanya melihat foto dan keterangan mengenai informasi produk seperti bahan, harga,
ukuran dan warna. Selain itu, konsumen dapat melihat ulasan dari para pembeli lain yang
ditampilkan di kolom komentar, ulasan tersebut tidak hanya berisi kalimat saja namun secara
jelas menampilkan foto dan video detail dari produk yang mereka beli di toko tersebut.

Selain kualitas produk fashion yang ditampilkan melaluin onlineshop, peran harga dalam
proses pengambilan keputusan membeli telah menjadi subjek penelitian yang luas. Konsumen
mempunyai ekspektasi terhadap hubungan harga dan kualitas. Harga adalah jumlah uang yang
harus dibayar oleh konsumen untuk memperoleh produk (Kotler dan Amstrong, 2001). Harga
juga di definisikan sebagai suatu perbandingan (rasio) formal yang mengindikasikan kualitas
uang atau barang dan jasa yang diperlukan untuk memperoleh suatu jumlah barang atau jasa
(Monroe, 1992). Persepsi terhadap harga berkaitan dengan informasi terhadap harga yang
dipahami oleh konsumen dan makna harga bagi konsumen.

Jika harga yang dibayarkan konsumen kepada onlineshop lebih mahal karena harus
menambah biaya pengiriman produk tersebut. Banyaknya keluhan konsumen mengenai
onlineshop tentang tidak sesuainya poto dan kualitas produk yang diterima tidak mengurangi
minat tidak emngurangi konsumen. Terbukti dengan semakin banyaknya jumlah onlineshop.
Sehingga rumusan masalah dari penelitian ini adalah “apakah ada hubungan antara persepsi
antara harga dan kualitas produk dengan minat membeli produk fashion onlineshop pada
remaja putri di daerah bandar lampung?”
B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui hubungan antara persepsi harga dan kualitas produk dengan minat
membeli produk fashion onlineshop pada remaja putri.
2. Untuk mengetahui hubungan antara persepsi harga dengan minat membeli produk
fashion onlineshop pada remaja putri
3. Untuk mengetahui hubungan antara kualitas produk dengan minat membeli produk
fashion onlineshop pada remaja putri.

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis.
1. Manfaat teoritis
a. Bagi jurusan psikologi, penelitian ini diharapkan menjadi kontribusi ilmiah
bagi pengembangan ilmu – ilmu psikologi.
b. Bagi ilmu pengetahuan khususnya psikologi, yaitu untuk dapat memperkaya
khasanah ilmu pengetahuan berupa data empiris tentang hubungan antara
persepsi terhadap kualitas produk dengan minat membeli.
c. Bagi mahasiswa, menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai
hubungan antara persepsi terhadap harga dan kualitas produk dengan minat
membeli produk fashion membeli onlineshop mahasiswa.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi produsen, membantu perusahaan untuk dapat lebih meningkatkan
persepsi di masyarakat tentang kualitas produk mereka secara positif,
sehingga diharapkan pembelian akan dilanjutkan dengan minat untuk
pembelian ulang.
b. Bagi masyarakat atau konsumen, dimana pemahaman akan persepsi kualitas
produk ini akan dapat membantu mereka berpikir tentang pembelian produk
onlineshop, sehingga konsumen mengerti akan kualitas produk onlineshop
yang akan mereka beli.

Anda mungkin juga menyukai