Oleh:
Menyetujui,
Pembimbing KP,
Oleh,
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
NIM : 201440014
Tingkat : IV (Empat)
Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Kerja Praktik yang berjudul “Evaluasi PID
Controller untuk Pengendalian Pressure pada unit Thermal Oxidizer-3101 di
PT. Pertamina EP Cepu-JTB Zona 12”yaitu benar-benar karya sendiri dan bukan
plagiat dari karya lain. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dari
naskah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Demikian pernyataan ini saya buat dengan penuh rasa tanggung jawab.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya
telah meridhoi kita sebagai manusia yang berilmu dan tentunya atas berkat karunia-
Nya penulis dapat menyusun naskah Laporan KP ini yang berjudul “Evaluasi PID
Controller untuk Pengendalian Pressure pada unit Thermal Oxidizer-3101 di PT.
Pertamina EP Cepu-JTB Zona 12”. Naskah ini dibuat untuk memenuhi syarat
kelulusan Diploma IV pada program studi Teknik Instrumentasi Kilang PEM
Akamigas Cepu.
Kelancaran dalam penyusunan Seminar Proposal ini tidak terlepas dari
bantuan beberapa pihak. Maka dari itu disini penulis mengucapkan banyak
Terimakasih kepada:
1. Allah SWT , Tuhan Yang Maha Esa.
2.Bapak Pujianto dan Bapak Wasis Waskito Adi selaku dosen pembimbing
internal.
3. Bapak Bayu Prima Juliansyah selaku pembimbing KP
4. Seluruh karyawan PT Pertamina EP Cepu
5. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan moral dan finansial.
6. Bapak & Ibu Dosen kampus Politeknik Energi dan Mineral Akamigas.
7. Anggi Puspita.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, kritik dan sanggahan yang bersifat positif
senantiasa penulis terima demi perbaikan Laporan mendatang.
Pengolahan emisi gas melalui thermal oxidizer telah menjadi aspek kritis dalam
industri untuk meminimalkan dampak lingkungan dari gas buang beracun.
Penelitian ini menggali lebih dalam pada penerapan kontrol PID (Proportional-
Integral-Derivative) yang canggih pada thermal oxidizer guna mengoptimalkan
efisiensi operasional dan performa sistem secara keseluruhan. Fokus utama adalah
mengatasi tantangan kompleksitas dinamika termal dan reaksi kimia dalam
thermal oxidizer. Metode penelitian melibatkan integrasi pemodelan matematis
berbasis fisika dan pendekatan kontrol optimal. Pemodelan tersebut mencakup
variabilitas dalam suhu, tekanan, laju aliran gas, dan komposisi gas di dalam
thermal oxidizer. Selanjutnya, pengembangan algoritma PID yang disesuaikan
dengan karakteristik dinamika sistem dilakukan untuk memastikan respons kontrol
yang cepat, presisi, dan stabil. Eksperimen dilakukan untuk memvalidasi
keefektifan kontrol PID pada situasi operasional yang kompleks, termasuk fluktuasi
beban termal dan variasi komposisi gas yang dinamis. Hasilnya menunjukkan
bahwa penggunaan kontrol PID yang disesuaikan secara adaptif mampu secara
signifikan meningkatkan kemampuan thermal oxidizer dalam menjaga stabilitas
operasional dan merespons perubahan kondisi dengan optimal. Penelitian ini
memberikan kontribusi pada tingkat yang lebih tinggi dalam pengembangan
strategi kontrol tingkat lanjut untuk thermal oxidizer, membuka jalan bagi
pendekatan kontrol adaptif yang lebih kompleks dan pintar. Keberhasilan
implementasi PID yang disesuaikan dapat menjadi landasan untuk pengembangan
sistem kontrol cerdas berbasis kecerdasan buatan dalam merespons secara
dinamis terhadap kondisi operasional yang berubah-ubah. Hal ini dapat
mendukung industri dalam mencapai standar keberlanjutan yang lebih tinggi dan
menanggapi dengan lebih efektif terhadap tantangan lingkungan yang semakin
kompleks.
Processing gas emissions through thermal oxidizers has become a critical aspect
in industry to minimize the environmental impact of toxic exhaust gases. This
research digs deeper into the application of advanced PID (Proportional-Integral-
Derivative) control on thermal oxidizers to optimize operational efficiency and
overall system performance. The main focus is to overcome the challenges of the
complexity of thermal dynamics and chemical reactions in thermal oxidizers. The
research method involves the integration of physics-based mathematical modeling
and optimal control approaches. The modeling includes variability in temperature,
pressure, gas flow rate, and gas composition in the thermal oxidizer. Furthermore,
the development of a PID algorithm that is adapted to the dynamic characteristics
of the system is carried out to ensure fast, precise and stable control response.
Experiments were conducted to validate the effectiveness of PID control in complex
operational situations, including thermal load fluctuations and dynamic gas
composition variations. The results show that the use of adaptively adjusted PID
control can significantly increase the thermal oxidizer's ability to maintain
operational stability and respond optimally to changing conditions. This research
contributes at a higher level in the development of advanced control strategies for
thermal oxidizers, paving the way for more complex and intelligent adaptive control
approaches. The successful implementation of customized PIDs can become the
basis for the development of intelligent control systems based on artificial
intelligence to respond dynamically to changing operational conditions. This can
support the industry in achieving higher sustainability standards and responding
more effectively to increasingly complex environmental challenges.
Keywords: Thermal Oxidizer, Process Dynamics, PID, Adaptive Control
BAB I PENDAHULUAN
Gas alam (natural gas) menjadi salah satu bahan bakar yang banyak
digunakan saat ini, Pertamina EP Cepu – JTB Zona 12 merupakan kilang natural
gas milik Pertamina EP Cepu – JTB Zona 12 yang berada di wilayah kerja.
Pertamina EP Cepu – JTB Zona 12 mendapat pasokan feed gas dari 8 sumur
Pertamina EP Cepu – JTB Zona 12 menghasilkan gas alam siap pakai dengan
kapasitas 50 MMSCFD. Feed gas dari sumur produksi memasuki inlet manifold
yang kemudian diolah pada Gas Separation Unit (GSU) untuk memisahkan air dan
kondensat yang terbawa dari sumur produksi. Setelah itu, feed gas memasuki Acid
Gas Removal Unit (AGRU) untuk memisahkan kandungan acid gas yang ada.
Treated gas hasil pengolahan AGRU selanjutnya memasuki Caustic Treater Unit
Kemudian, treated gas menuju Dehydration Unit untuk menurunkan kadar air.
menimbulkan dampak limbah berupa waste gas, terdiri dari acid gas dan vent gas,
yang diolah terlebih dahulu sebelum dilepas ke lingkungan supaya tidak mencemari
lingkungan dan sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup. Acid gas
dengan kandungan H2S yang sangat tinggi diolah dalam dua jalur, yaitu langsung
dibakar pada Thermal Oxidizer (TOX) dan diproses pada Biological Sulphur
Recovery Unit (BSRU) untuk menyerap kandungan sulfur melalui reaksi pada
bioreaktor yang kemudian bisa dipadatkan pada Sulphur Melter & Solidification
Unit. Namun, tidak semua acid gas terolah pada BSRU, sehingga limbah acid gas
sisa dari BSRU dibakar pada TOX. Sementara itu, untuk vent gas dari berbagai unit
gas. Kinerja TOX ditentukan dari proses pembakaran yang terjadi pada burner
harus sempurna serta suhu oksidasi waste gas pada chamber harus sesuai. Pada
umumnya, jumlah udara akan dilebihkan dari jumlah stoikiometri yang dibutuhkan,
hal ini untuk mencegah pembakaran tidak sempurna. Jumlah udara tambahan
(excess air) yang diberikan pada burner TOX harus diperhitungkan, karena excess
air dengan jumlah yang tidak tepat bisa merugikan reaksi pembakaran dan suhu
pada chamber tidak sesuai. Energi panas gas buang (flue gas) dimanfaatkan pada
Waste Heat Recovery Unit (WHRU) yang berada di atas chamber. WHRU tersebut
berupa heat exchanger yang digunakan untuk memanaskan hot oil. Peran WHRU
dalam memanaskan hot oil hingga 350F (449,817K) juga sangat penting, karena
Zona 12 saat ini, jumlah input sangat berbeda dengan desain awal TOX dan suhu
WHRU belum berjalan secara normal yang mengakibatkan energi panas flue gas
banyak yang terbuang sia-sia sehingga suhu keluaran dari stack masih sangat tinggi,
yaitu lebih dari 700F (644,261K), serta suhu hot oil pada outlet WHRU hanya 330-
340F (438,706-444,261K). Pada kondisi operasional sekarang, hot oil yang berasal
dari outlet WHRU hanya digunakan untuk satu unit Solvent Regenerator Reboiler
sehingga untuk saat ini suhu outlet yang berkisar 330-340F masih mencukupi
produksi natural gas, sehingga perlu dilakukan peningkatan suhu hot oil menjadi
350oF. Berdasarkan kondisi TOX saat ini di Pertamina EP Cepu – JTB Zona 12,
pembakaran pada TOX serta pemanfaatan energi panas pada WHRU perlu
dilakukan evaluasi dengan analisis heat balance. Analisis heat balance dilakukan
untuk menjaga operasional yang stabil dan efisien. PID controller membantu
menjaga tekanan di dalam thermal oxidizer agar tetap stabil selama proses
operasional. Hal ini diperlukan untuk mencegah fluktuasi tekanan yang berlebihan,
Evaluasi kinerja PID pada thermal oxidizer menjadi langkah penting untuk
tidak perlu, menciptakan operasional yang lebih efisien. Selain itu, kinerja PID juga
kontrol agar tetap stabil meskipun terjadi variasi dalam proses, memastikan thermal
oxidizer dapat beroperasi secara optimal. Dengan melakukan evaluasi kinerja PID
secara teratur, kita dapat meningkatkan efisiensi operasional thermal oxidizer dan
menjaga keamanan dalam pengelolaan gas buang serta emisi gas, menciptakan
4. Sejauh mana kinerja PID berperan dalam mengurangi risiko kegagalan peralatan
thermal oxidizer?
dengan mengurangi potensi dampak negatif dari gas buang dan emisi gas.
1.Fokus pada PID Controller : Penelitian ini membatasi diri pada evaluasi
dan optimalisasi kinerja PID controller dalam pengelolaan thermal oxidizer. Sistem
kontrol alternatif atau pendekatan lainnya tidak akan dibahas secara rinci.
oxidizer, seperti pengendalian suhu atau komposisi gas, tidak akan menjadi fokus
utama.
difokuskan pada penggunaan energi dan pengurangan fluktuasi tekanan yang tidak
diinginkan. Aspek-aspek lain terkait PID controller mungkin tidak dibahas secara
rinci.
4. Lingkup Lingkungan Industri : Penelitian ini membatasi lingkupnya pada
BAB I Pendahuluan
Bab ini berisi penjelasan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat
Bab ini berisikan teori-teori penunjang dan penelitian terdahulu yang digunakan
sebagai rujukan dalam penyelesaian masalah pada penelitian Tugas Akhir ini.
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai detail tahapan atau metodologi yang harus
BAB IV Pembahasan
Dalam bab ini diuraikan analisa termodinamika dan perpindahan panas pada
hasil analisa.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
gas) dengan kandungan racun tinggi menjadi gas buang (flue gas) yang memenuhi
syarat lingkungan. Pada kilang gas PT Pertamina EP Cepu - JTB, TOX yang
digunakan adalah tipe direct fired dengan arah pembakaran vertikal dan dilengkapi
Waste Heat Recovery Unit (WHRU) untuk memanfaatkan energi panas flue gas
sebelum dibuang. TOX PT Pertamina EP Cepu - JTB memiliki dua fungsi utama,
yakni membersihkan waste gas berbahaya dan memberikan energi panas ke hot oil.
memastikan pembakaran optimal dari acid gas dan vent gas. Acid gas, khususnya
H2S dari Acid Gas Removal Unit (AGRU), diolah di Biological Sulphur Recovery
Unit (BSRU) dan Sulphur Melter & Solidification Unit untuk diubah menjadi
butiran sulfur padat. Vent gas, gas sisa pemrosesan dari berbagai unit pengolahan,
H2S menjadi SO2 dengan kandungan maksimum 2.600 mg/Nm3 sesuai regulasi
emisi.
TOX dapat beroperasi dalam 3 kondisi, yakni seluruh plant normal, BSRU
trip case, dan plant emergency case & start up case. Penggunaan dua jenis bahan
bakar, minyak diesel dan gas alam, disesuaikan dengan kondisi operasional.
Minyak diesel digunakan saat start up dan kondisi emergency, sementara gas alam
efektif. Pertama, aliran udara yang membawa polutan didorong melalui oksidator,
yang sering kali dilengkapi dengan sistem kipas untuk memfasilitasi pergerakan
udara. Dalam situasi di mana aliran udara tidak memiliki kadar oksigen yang
jika perangkat ini tersedia, untuk memanaskan udara sebelum memasuki ruang
bahan bakar yang signifikan, sementara alternatif tanpa penukar panas mungkin
cukup tinggi dan dijaga pada suhu tinggi melalui penggunaan turbulensi,
detik. Proses ini secara efektif mengubah VOC menjadi produk akhir berupa karbon
saluran panas penukar panas, jika perangkat ini ada dalam sistem. Terakhir, udara
pembakaran ini melibatkan elemen-elemen bahan bakar yang mudah terbakar dan
bakar dengan oksigen atau udara, yang menghasilkan panas dan cahaya. Karbon,
hidrogen, dan sulfur merupakan tiga elemen kimia utama yang cenderung mudah
terbakar dalam bahan bakar umum. Meskipun sulfur mungkin bukan kontributor
utama dalam pelepasan energi, namun peranannya menjadi signifikan karena dapat
bakar telah terbakar menjadi karbon dioksida, seluruh hidrogen telah terbakar
menjadi air, seluruh sulfur telah terbakar menjadi sulfur dioksida, dan seluruh
elemen mudah terbakar lainnya telah teroksidasi. Jika kondisi ini tidak terpenuhi,
maka pembakaran dianggap tidak tuntas. Proses ini menunjukkan kompleksitas dan
massa produk sama dengan massa reaktan. Total massa setiap elemen kimia harus
terdapat dalam senyawa kimia yang berbeda dalam reaktan dan produk. Namun
demikian, jumlah mol produk dapat bervariasi dibandingkan dengan jumlah mol
reaktan. Konsep ini menunjukkan bahwa, meskipun massa tetap terjaga, distribusi
mol dari elemen-elemen kimia dapat mengalami perubahan selama reaksi
C2H5OH+3O2→2CO2+3H2O
Dalam persamaan ini, etanol (C2H5OH) bereaksi dengan oksigen (O2) dari
udara untuk menghasilkan karbon dioksida (CO2) dan air (H2O). Penting untuk
reaksi. Kompleksitas dapat terlihat dari fakta bahwa beberapa molekul etanol dan
air dalam jumlah yang sesuai, dan persamaan ini mencerminkan konservasi massa
Nitrogen 78.08
Oksigen 20.95
Argon 0.93
oksigen disediakan oleh udara. Komposisi udara kering sederhana diberikan dalam
oksigen sering digabungkan dengan nitrogen. Oleh karena itu, udara dianggap
terdiri dari 21% oksigen dan 79% nitrogen, dan rasio molar nitrogen terhadap
oksigen diidealkan menjadi 0,79/0,21 = 3,76. Harap dicatat bahwa dalam konteks
ini, udara yang dimaksud adalah udara kering yang tidak mengandung uap air.
berubah jika temperatur produk tersebut berbeda dengan temperatur udara sebelum
yang terbentuk selama pembakaran dan dibuang kemudian dapat menjadi sumber
polusi.
Rasio udara-bahan bakar (air fuel ratio) merujuk pada perbandingan jumlah
udara yang terlibat dalam reaksi pembakaran dengan jumlah bahan bakar yang
dikonsumsi. Air fuel ratio dapat diungkapkan dalam bentuk molar (jumlah mol
udara dibagi jumlah mol bahan bakar) atau massa (massa udara dibagi massa bahan
cukup agar pembakaran dapat berlangsung hingga tuntas dikenal sebagai jumlah
udara teoritis. Dalam pembakaran tuntas dengan jumlah udara teoritis, produk
hasilnya mencakup karbon dioksida, sulfur dioksida, nitrogen yang berasal dari
udara, dan nitrogen yang terkandung dalam bahan bakar. Oksigen bebas tidak akan
menjadi salah satu produk pembakaran jika pasokan udara sesuai dengan jumlah
persentase dari udara teoritis, misalnya, "udara teoritis 150%" berarti bahwa jumlah
udara sebenarnya yang disediakan adalah 1,5 kali jumlah udara teoritis. Jumlah
udara yang disediakan dapat diukur sebagai persentase kelebihan atau persentase
kekurangan udara. Oksigen bebas akan muncul dalam pembakaran jika terdapat
memantau dan mengontrol emisi gas. Dengan adanya sensor dan analisis gas, TOX
dan mematuhi standar emisi yang berlaku. Kepatuhan ini sangat penting untuk
komponen ini. Flame sensors mendeteksi keberadaan nyala api, sementara pressure
dan sistem kendali otomatis dapat diprogram untuk merespons perubahan kondisi
operasional secara real-time. Hal ini tidak hanya meningkatkan efisiensi, tetapi juga
penukar panas dan optimalisasi penggunaan energi panas flue gas membantu
P, PI, dan PID adalah tiga jenis kontroler yang umumnya digunakan dalam
terhadap perbedaan antara nilai yang diinginkan (setpoint) dan nilai aktual
kesalahan steady-state.
mencakup tiga komponen: proporsional (P), integral (I), dan derivative (D).
overshoot dan mempercepat waktu pemasaran sistem. PID controller adalah salah
2.4.1 P Controller
umpan balik linear, yang stabil digunakan pada proses yang tidak stabil orde
𝑢 (𝑡) = 𝐾𝑝 𝑒(𝑡)
Kp adalah nilai gain kontroler proportional dan berikut blok diagram pengendalian
Dengan merubah nilai gain pada Kp maka bisa merubah respon sistem dengan
rincian berikut:
2.4.2 PI Controller
Saat ini, PI Controller menjadi pilihan utama dalam proses industri karena
strukturnya yang sederhana, mudah didesain, dan memiliki biaya yang rendah.
cepat karena tidak memiliki kemampuan untuk memprediksi kesalahan yang akan
𝒕
𝒖(𝒕) = 𝑲𝒑 𝒆(𝒕) + 𝒌𝒊 ∫ 𝒆(𝒓)𝒅𝒓
𝟎
kontroler yang banyak digunakan dalam berbagai industri. Kontroler ini mampu
sebagai berikut:
𝒅𝒆(𝒕)
𝒎𝒗(𝒕) = 𝑲𝒑 (𝒆(𝒕)𝒅𝒕 + 𝑻𝒅 )
𝒅𝒕
Keterangan
mv(t) = output dari pengontrol PID atau Manipulated Variable
Kp = konstanta Proporsional
Ti = konstanta Integral
Td = konstanta Detivatif
e(t) = error (selisih antara set point dengan level aktual)
kualitatif terhadap respons sistem yang telah direncanakan. Terdapat variasi dalam
respons sistem tergantung pada orde sistem yang sedang diatur, dan karakteristik
respons ini juga bervariasi tergantung pada jenis plant yang akan diatur.
Selanjutnya, analisis respons ini dapat dilakukan dengan merujuk pada gambar di
bawah ini:
Selanjutnya, untuk mengevaluasi kinerja dari sistem yang diatur, penting untuk
menentukan nilai dari settling time, Integral Absolute Error (IAE), dan maximum
Settling time adalah durasi yang dibutuhkan oleh sistem untuk mencapai nilai yang
stabil dengan toleransi kesalahan sebesar ±2% atau ±5% dari setpoint.
IAE merupakan nilai integral dari kesalahan absolut dari respons simulasi yang
diperoleh. IAE dapat dijelaskan secara ilustratif dengan merujuk pada gambar di
bawah ini:
c. Maximum Overshoot
Merupakan nilai puncak dari respon setelah melewati setpoint. Setiap instansi
ini.
BAB III METODOLOGI
Metodologi yang digunakan dalam penyusunan Laporan ini adalah sebagai berikut.
a. Studi Kasus
Oxidizer dan Waste Heat Recovery Unit. Informasi tentang permasalahan TOX dan
Control System).
b. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk meninjau literatur yang bersangkutan dengan topik
penelitian Tugas Akhir. Literatur yang digunakan yaitu buku-buku, jurnal hasil
penelitian, tugas akhir, serta artikel di internet. Studi literatur dilakukan dengan
pada sistem pembakaran TOX dan perpindahan panas pada penukar panas WHRU.
c. Pengambilan Data
Untuk melakukan penelitian Tugas Akhir perlu didukung dengan pengambilan data
yang cukup. Data yang diperlukan yaitu spesifikasi lengkap dan drawing peralatan
TOX dan WHRU, P&ID TOX, data operasi pada bulan Juni-Juli 2016, dan foto
peralatan di plant.
d. Analisa Data
Dari data yang diperoleh tersebut bisa diolah untuk menyelesaikan permasalahan
melibatkan mekanisme umpan balik, di mana sinyal umpan balik digunakan untuk
menghasilkan keluaran. Stabilitas sistem ini dapat diatur melalui penerapan umpan
balik. Dengan menerapkan mekanisme umpan balik, setiap sistem kontrol loop
pemantauan kondisi aktual dan keluaran yang dihasilkan. Jika terdapat perbedaan
antara keluaran yang dihasilkan dan keluaran yang diinginkan, sistem kontrol ini
parameter kritis seperti suhu, tekanan, kandungan gas, atau parameter lain yang
relevan dengan proses pembakaran. Sensor ini mengukur kondisi aktual sistem.
setpoint atau nilai yang diinginkan. Perbedaan antara nilai aktual dan setpoint
umpan balik. Sinyal kesalahan dihasilkan berdasarkan perbedaan antara nilai yang
diukur dan setpoint. Sinyal kesalahan ini digunakan untuk membuat penyesuaian
pada sistem.
variabel kontrol, seperti jumlah bahan bakar atau aliran udara, untuk mengoreksi
deviasi dari setpoint. Tindakan kontrol ini dapat dilakukan menggunakan berbagai
Derivative).
kondisi sistem terus dipantau dan disesuaikan untuk menjaga kinerja yang optimal.
4.2 Permodelan Matematis Thermal Oxidizer
Model proses dalam ruang bakar Thermal Oxidizer Unit (TOU) dapat
energi di dalam ruang bakar. Dengan demikian, diperoleh suatu persamaan yang
proses tersebut.
𝐺(𝑠) 𝐺𝑡
=
P(𝑠) 𝑐𝑠 + 1
Keterangan:
Gt : Gain transmitter
τ : Konstanta waktu transmitter
G(S) : Sinyal Keluaran transmitter
P(S) : Tekanan
Gain dapat ditentukan dengan:
𝑠𝑘
𝐺𝑡 =
𝑠𝑡
Keterangan :
Gt : Gain transmitter
20-4
𝐺𝑡 = = 1.06 𝑝𝑠𝑖
15-0
Sehingga
G(s) 15
=
F(s) 0.75 + 1
keluaran dari kontroler, yang biasanya dalam bentuk arus listrik 4-20 mA,
menjadi sinyal output yang mengontrol aliran, misalnya aliran bahan bakar atau
udara. Penelitian ini melibatkan penggunaan dua kontrol valve, di mana yang
pertama digunakan untuk mengendalikan aliran bahan bakar dan yang kedua
𝑚̇ 𝑏 (𝑠) 𝐾 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
=
𝑈 (𝑠) 𝑐𝑠 + 1
Dimana
= 1.69s
Gain total dari CV ini didefinisikan sebagai hasil perkalian antara gain perubahan
arus ke tekanan Ki/p dengan gain aktuator Kactuator.
Ktotal=Ki/p x Kactuator
Ktotal : Gain Total
Ki/p : Gain Tranduser
Kact : Gain Aktuator
a. Gas (bahan bakar)
d Aliran maksimum
Kact = f(x)
d(x) Span pressure
1 1
Kact = y = 𝑓𝑙𝑜𝑤𝑚̇𝑎𝑥 𝑥 - 𝑓𝑙𝑜𝑤𝑚̇𝑎𝑥
12 4
1 1
Gain = 0.75 𝑓𝑙𝑜𝑤𝑚̇𝑎𝑥 𝑥 - 𝑓𝑙𝑜𝑤𝑚̇𝑎𝑥
12 4
sejauh mana kontroler PID dapat menjaga tekanan dalam ruang bakar thermal
tekanan yang stabil dan terkendali sangat krusial untuk memastikan proses
tersebut, parameter PID seperti gain proporsional (Kp), gain integral (Ki), dan gain
derivatif (Kd) akan diperiksa dan disesuaikan jika diperlukan untuk mencapai
Component, %mole
CO2 96,7498 8,6192 48,5947 0,34 0
N2 0,1891 3,7334 49,4268 0,38 0,5
O2 0 0 10,1846 0,01 0
Methane (CH4) 0,9382 74,244 1,0376 92,55 93,74
Ethane (C2H6) 0,0513 3,1782 0,0172 3,33 3,35
Propanes (C3H8) 0,3792 1,4437 0,0819 1,15 1,15
Butanes (C4H10) 0,0053 0,9804 0 0,34 0,3
iso-Butane (C4H10) 0 0 0 0,25 0,24
Pentane (C5H12) 0 0,6954 0 0,13 0,1
iso-Pentane (C5H12) 0 0 0 0,15 0,13
Hexane (C6H14) 0 0,8857 0 0,22 0,49
Heptane (C7H16) 0,006 0,4292 0,0036 0,16 0
Octane (C8H18) 0,1371 0,058 0,0871 0,15 0
Nonane (C9H20) 0,0032 0,0068 0,0033 0,05 0
Decane (C10H22) 0,0006 0,0031 0,0003 0,01 0
M-C Pentane (C6H12) 0,0024 0 0,0013 0,06 0
Cyclohexane (C6H12) 0,0016 0 0,0031 0,09 0
M-C Hexane (C7H14) 0,3431 0 0,3878 0,14 0
H2S 0,7359 0,6161 0 0 0
Benzene (C6H6) 0,429 0,2097 0,3293 0,29 0
Fokus pada bagian pressure yang membawa sejumlah parameter kritis yang
mencapai 104 °F dan tekanan sebesar 15 psig, aliran ini berperan penting dalam
oleh berbagai komponen gas, diukur dalam persentase mol, yang membentuk
yang dihasilkan oleh BSRU. Dengan mengetahui persentase mol dari setiap
komponen, seperti CO2, N2, O2, Methane (CH4), Ethane (C2H6), Propanes
mendalam tentang sifat-sifat fisikokimia dari aliran ini. Informasi ini tidak hanya
mencakup suhu dan tekanan, tetapi juga mengungkapkan struktur kimia yang
kompleks, yang merupakan inti dari evaluasi dan pengelolaan proses pada tahap ini
Dari data diatas merupakan data operasional dimana pressure gas harus
dikonstankan pada nilai 15psi oleh karena itu PID berperan penting terhadap sistem
130 80 0
Komponen Derivative (D) dapat memperkuat fluktuasi kecil atau noise dalam
sinyal pengukuran. Pada sistem tekanan yang sensitif terhadap fluktuasi kecil,
Overshoot :
dalam respons sistem saat terjadi perubahan cepat dalam tekanan. Hal ini dapat
tekanan.
tersebut.
Derivative dapat menyebabkan osilasi atau getaran pada sistem tekanan, terutama
jika terdapat noise tinggi atau fluktuasi yang signifikan dalam sinyal.
Proporsional (P) dan Integral (I). Nilai Derivative yang tidak tepat dapat
serius dalam sistem atau proses yang diendalikan. Pertama, adanya overshoot dapat
membuat sistem menjadi tidak stabil, memicu osilasi yang tidak diinginkan dan
berdampak buruk pada kinerja sistem secara keseluruhan. Selain itu, respon yang
tidak terduga dari proses bisa muncul akibat overshoot, menciptakan perubahan
tekanan yang tiba-tiba dan memicu respons berlebihan dari komponen atau
peralatan dalam sistem. Pada sistem mekanis atau fluida, overshoot dapat
penggunaan energi yang tidak efisien karena proses responsif terhadap perubahan
kembali mendekati nilai setpoint yang diinginkan. Oleh karena itu, mengendalikan
overshoot menjadi kunci untuk menjaga stabilitas, efisiensi, dan integritas peralatan
mencakup sensor tekanan, kontroler PID, dan aktuator. Sensor mengukur tekanan
sinyal kontrol untuk aktuator. Aktuator mengatur aliran udara atau bahan bakar
umpan balik untuk menjaga stabilitas dan mencegah overshoot atau undershoot,
1. Evaluasi kinerja PID controller pada thermal oxidizer merupakan langkah kritis
bersifat fluktuasi acak, dan juga berpotensi menyebabkan perubahan keluaran yang
berlebihan. Filter menjadi elemen penting untuk mendapatkan estimasi yang lebih
dengan cepat adalah sumber masalah utama dalam penggunaan derrivative. Ketika