Pengaruh Jarak Tanam Dan Varietas Bawang Merah (Allium ascalonicum
Judul L.) Pada Sistem Tanam Tumpangsari Dengan Tomat (Solanum
lycopersicum L.) Terhadap Hasil Kedua Tanaman Halaman 1-7 Tahun 2020 Penulis Christofer William Silalahi dan Ninuk Herlina Reviewer Hasma NIM 190520135 Tanggal 9 Oktober 2021
Bawang merah (Allium ascalonicum L.) dan tomat (Solanum lycopersicum
L.) merupakan tanaman yang mimiliki nilai ekonomi tinggi. Alih fungsi lahan merupakan salah satu masalah yang dihadapi dalam budidaya bawang merah dan tomat. Selama kurung waktu 10 tahun telah terjadi alih fungsi lahan sebesar 1,1 juta hektar dipulau Jawa, dari alih fungsi lahan tersebut sekitar 92% merupakan lahan pertanian di pulau Jawa). Penggunaan jarak tanam yang tepat dan bercocok tanam secara tumpangsari merupakan cara dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi lahan. Tujuan penelitian yaitu mengetahui penggunaan jarak tanam bawang merah yang tepat dalam sistem tanam tumpangsari dengan Abstrak tomat guna meningkatkan efisiensi penggunaan lahan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Febuari sampai Mei 2019 di Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang. Bahan yaitu bibit bawang merah varietas Bauji, Tajuk, Superphilip dan bibit tomat varietas Betavila. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 9 perlakuan dan 3 ulangan. 9 perlakuan yaitu P1 = Bauji (30x30) cm2 dan tomat, P2 = Bauji (20x20) cm2 dan tomat, P3 = Bauji (15x15) cm2 dan tomat, P4 = Tajuk (30x30) cm2 dan tomat, P5 = Tajuk (20x20) cm2 dan tomat, P6 = Tajuk (15x15) cm2 dan tomat, P7 = Superphilip (30x30) cm2 dan tomat, P8 = Superphilip (20x20) cm2 dan tomat, P9 = Superphilip (15x15) cm2 dan tomat. Hasil menunjukkan jarak tanam bawang merah (20x20) cm2 dalam tumpangsari dengan tomat memperoleh nilai NKL terbaik yaitu 1,47 pada varietas Bauji, 1,38 pada varietas Tajuk, dan 1,40 pada varietas Superphilip. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2019 sampai Mei 2019 di Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang, dengan ketinggian tempat ± 303 mdpl. Suhu pada tempat percobaan berkisar 13°C - 31°C dan curah hujan bulanan rata rata 100 mm bulan-1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cangkul, pisau, penggaris, alat tulis, meteran, timbangan analitik, Lux Meter, kalkulator, tali rafia, plastik bening, gembor. Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu bibit bawang merah varietas Bauji, bibit bawang merah varietas Tajuk, bibit bawang merah varietas Superphilip, bibit tomat varietas Betavila, pupuk NPK (16:16:16), pupuk SP36, pupuk KCL. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 9 perlakuan dan 3 ulangan. 9 perlakuan yaitu P1 = Bauji (30x30) cm2dan tomat, P2 = Bauji (20x20) cm2 dan tomat, P3 = Bauji (15x15) cm2 dan tomat, P4 = Tajuk Bahan Dan Metode (30x30) cm2 dan tomat, P5 = Tajuk (20x20) cm2 dan tomat, P6 = Tajuk (15x15) cm2 dan tomat, P7 = Superphilip (30x30) cm2 dan tomat, P8 = Superphilip (20x20) cm2 dan tomat, P9 = Superphilip (15x15) cm2 dan tomat, sebagai pembanding untuk mengetahui nilai NKL maka dilakukan penanaman dengan pola tanam monokultur yaitu P10 = Tomat (60x60) cm2 , P11 = Bauji (20x20) cm2 , P12 = Tajuk (20x20) cm2 , P13 = Superphilip (20x20) cm2 . Parameter pengamatan pada tanaman bawang merah terdiri dari bobot segar umbi, bobot kering umbi, bobot umbi per hektar. Parameter pengamatan pada tanaman tomat terdiri dari jumlah buah, bobot segar buah bobot buah per hektar. Selanjutnya, pengamatan akan dianalisis menggunakan analisis ragam (uji F) dengan taraf 5% dengan tujuan untuk mengetahui nyata atau tidak pengaruh dari perlakuan tersebut. Apabila berpengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan uji BNJ dengan taraf 5%. 1. Pengaruh Jarak Tanam dan Varietas Bawang Merah Terhadap Hasil Tanaman Bawang Merah Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam dan varietas bawang merah berpengaruh nyata terhadap bobot segar umbi, bobot kering umbi, dan bobot umbi per hektar pada Tabel 1. Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa jarak tanam (30x30) cm2 memperoleh hasil produksi bobot segar umbi dan bobot kering umbi yang tertinggi, sedangkan dengan jarak tanam (15x15) cm2 memperoleh hasil produksi bobot segar dan bobot kering yang terendah pada setiap varietas. Hal ini disebabkan karena penggunaan jarak tanam (30x30) cm2 lebih sesuai dalam menunjang pertumbuhan tanaman bawang merah, dengan jumlah populasi yang rendah menyebabkan kompetisi antar tanaman yang rendah untuk mendapatkan air, unsur hara, cahaya matahari, dan ruang tumbuh sehingga dapat mengoptimalkan hasil produksi bawang merah Hasil dan dibandingkan dengan penggunaan jarak tanam (20x20) cm2 dan Pembahasan (15x15) cm2 . jarak tanam (15x15) cm2 menunjukkan hasil terendah disebabkan tingginya kompetisi antar tanaman karena jumlah populasi yang lebih banyak dibandingkan jarak tanam (30x30) cm2 dan (20x20) cm2 sehingga menghambat pertumbuhan dan menyebabkan hasil produksi tanaman bawang merah tidak optimal. Hal ini sesuai dengan Abdurrazak et al., (2013) yang menyatakan bahwa jarak tanam yang terlalu rapat dapat sehingga dapat menurunkan hasil produksi tanaman. 2. Pengaruh Jarak Tanam dan Varietas Bawang Merah Terhadap Hasil Tanaman Tomat Pada Tabel 2 hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam dan varietas bawang merah berpengaruh nyata terhadap jumlah buah, bobot segar buah dan bobot buah per hektar tanaman tomat. Pada jarak tanam (30x30) cm2 memperoleh jumlah buah tanaman tomat terbanyak sedangkan, penggunaan jarak tanam (15x15) cm2 memperoleh jumlah buah tanaman tomat terendah Tabel 2. Hal ini sebabkan karena jarak tanam (30x30) cm2 lebih baik untuk pertumbuhan dan hasil tanaman tomat ketika sudah mulai memasuki fase reproduktif dikarenakan jarak tanam (30x30) cm2 memiliki kondisi iklim mikro (suhu udara, suhu tanah, kelembapan udara dan radiasi matahari) yang lebih sesuai di sekitar tanaman dari mulai perakaran terdalam hingga tajuk teratas tanaman dalam menunjang perkembangan fase reproduktif tanaman, selain itu air, unsur hara, ruang tumbuh, dan cahaya matahari yang lebih tersedia. Sementara itu pada jarak tanam (15x15) cm2 memiliki kondisi iklim mikro yang tidak sesuai untuk perkembangan fase reproduktif tanam dan kompetisi antar tanaman yang tinggi untuk mendapatkan air, unsur hara, ruang tumbuh dan cahaya matahari. a. Nisbah Kesetaraan Lahan (NKL) Pada Tabel 3 hasil penelitian ini menunjukkan penggunaan jarak tanam bawang merah (30x30) cm2 dan (20x20) cm2 dalam sistem tumpangsari tanam bawang merah dan tomat dapat meningkatkan nilai NKL (NKL > 1), sedangkan dengan penggunaan jarak tanam (15x15) cm2 tidak dapat meningkatkan nilai NKL Dengan jarak tanam bawang merah (30x30) cm2 dapat meningkatkan nilai NKL karena walaupun menghasilkan bobot umbi bawang merah per hektar yang rendah akan tetapi menghasilkan bobot buah tomat yang tertinggi sehingga dapat meningkatkan nilai NKL dan efisiensi lahan. Hal ini sesuai dengan Dewi et al., (2017) yang menyatakan dalam sistem tanam tumpangsari sorgum dan kedelai yang ditanaman secara tumpangsari dapat menghasilkan keuntungan 2,04 kali lipat dibandingkan dengan sistem tanam monokulturnya. b. R/C rasio Tumpangsari antara tanaman bawang merah dan tanaman tomat dapat dikatakan efisien dan menguntungkan karena miliki nilai R/C rasio >1 pada penggunaan jarak tanam (30x30) cm2 dan (20x20) cm2 pada setiap varietas Tabel 3. Nilai R/C rasio tumpangsari tanaman tomat dan bawang merah tertinggi ditunjukkan pada jarak tanam bawang merah (30x30) cm2 pada setiap varietas. Hal ini sebabkan penggunaan bibit bawang merah yang lebih sedikit sehingga dapat menekan biaya produksi. Pada jarak tanam bawang merah (30x30) cm2 varietas Bauji memperoleh nilai R/C rasio yang tertinggi yaitu 1,24 artinya setiap biaya Rp.1,00 yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp.1,24 maka usaha tani dengan perlakuan ini dapat dikatakan menguntungkan. Sesuai dengan pernyataan Aisyah dan Herlina (2018) bahwa semakin tinggi nilai R/C rasio maka akan semakin besar kentungan yang didapat dan pola tanam tersebut semakin layak untuk di kembangkan. Pada jarak tanam bawang merah (20x20) cm2 memiliki nilai R/C rasio >1 yang disebabkan karena dalam produksinya menggunakan bibit bawang merah yang jumlahnya tidak banyak sehingga dapat menekan dan menurunkan biaya produksi dan memperoleh nilai R/C rasio > 1. Usaha tani dengan jarak tanam ini pada setiap varietas dapat dikatakan menguntungkan. Pada jarak tanam bawang merah (15x15) cm2 memiliki nilai R/C rasio < 1, hal ini disebabkan karena dalam produksinya menggunakan bibit bawang merah yang lebih banyak dibandingkan jarak tanam bawang merah (30x30) cm2 dan (20x20) cm2 sehingga tidak dapat menurunkan biaya produksi taman dan menyebabkan kerugian. Nilai R/C rasio terendah yaitu pada jarak tanam (15x15) cm2 varietas Super Philip yaitu 0,42 artinya setiap Rp.1,00 yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp.0,42 ini tidak dapat dikatakan menguntungkan. Pada tumpangsari tomat dan tiga varietas bawang merah, penggunaan jarak tanam (20x20) cm2 dapat meningkatkan efisiensi lahan yaitu dengan nilai Kesimpulan NKL 1,38 - 1,47. Jarak tanam bawang merah (30x30) cm2 varietas Bauji memiliki nilai R/C rasio tertinggi yaitu 1,24 diikuti varietas Super Philip yaitu 1,20 kemudian diikuti varietas Tajuk yaitu 1,17, dibandingkan jarak tanam (20x20) cm2 dan (15x15) cm2 . Kelebihan dari jurnal ini adalah menggunakan Bahasa yang sederhana sehingga akan mudah dipahami oleh pembaca. Kebihan Pembahasan pada jurnal ini dibuat secara singkat dan padat sehingga pemahaman kepada jurnal ini akan lebih berbobot dan mudah. Identitas jurnal kurang lengkap seperti tujuan penelitian, manfaat penelitian Kelemahan tidak dimasukkan dalam jurnal ini, kemudian antara hasil penelitian dan simpulan masih kurang tepat
Anwar Et Al - Penggunaan Isi Rumen Sapi Dan Jarak Tanam Sebagai Upaya Peningkatan Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Pada Tanah Berpasir