Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH VARIASI WAKTU SENTRIFUGASI PADA HASIL

PEMERIKSAAAN SEDIMEN URIN METODE MANUAL


diajukan untuk mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah 2022
Dies Natalis XV STIKes Wira Medika Bali

HALAMAN JUDUL

Disusun Oleh:
Dwiky Nisya Hanindya (211310860)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI


DENPASAR
2022
LEMBAR PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH
DAFTAR ISI
Contents
HALAMAN JUDUL........................................................................................................1
LEMBAR PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH.................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
DAFTAR TABEL............................................................................................................4
ABSTRAK........................................................................................................................5
BAB I................................................................................................................................6
PENDAHULUAN.............................................................................................................6
1.1. Latar Belakang.................................................................................................6
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................7
1.3. Tujuan...............................................................................................................7
1.3.1. Tujuan Umum............................................................................................7
1.3.2. Tujuan Khusus............................................................................................8
1.4. Manfaat.............................................................................................................8
1.4.1. Bagi Peneliti...............................................................................................8
1.4.2. Bagi Instansi...............................................................................................8
1.4.3. Bagi Pembaca atau Masyarakat Luas.........................................................8
BAB II...............................................................................................................................9
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................9
2.1. Sentrifugasi.......................................................................................................9
2.2. Urin....................................................................................................................9
2.3. Pemeriksaan Urin...........................................................................................10
BAB III...........................................................................................................................13
METODE PENELITIAN..............................................................................................13
3.1. Jenis Penelitian...............................................................................................13
3.2. Desain Penelitian............................................................................................13
3.3. Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................................13
3.4. Variabel Penelitian.........................................................................................13
3.5. Alat dan Bahan...............................................................................................13
3.6. Prosedur Penelitian........................................................................................13
DAFTAR TABEL
PENGARUH VARIASI WAKTU SENTRIFUGASI PADA HASIL
PEMERIKSAAAN SEDIMEN URIN METODE MANUAL

Dwiky Nisya Hanindya


Program Studi DIII Teknologi Laboratorium Medis,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika Bali
Email: dwikynh@gmail.com

ABSTRAK
Kjskajskajskajskajskakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
kkkkkkkkkkkk
ABSTRAC
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Urinalisis adalah salah satu tes laboratorium yang paling penting untuk
menegakkan berbagai diagnosis. Banyak produk akhir metabolisme dan berbagai
zat lainnya diekskresikan dalam urin.Selain status ginjal sebagai organ ekskresi,
urinalisis juga dapat memberikan informasi tentang berbagai kondisi umum
seseorang.Tes merupakan salah satu pemeriksaan laboratorium yang paling sering
diminta. tes oleh dokter. (Indranila & Puspito, 2012).
Urinalisis teratur, bahasa sehari-hari disebut "penyaringan", berfungsi
sebagai dasar untuk pemeriksaan lebih lanjut dan merupakan serangkaian tes yang
disertai dengan pemeriksaan fisik tanpa rujukan individu. (Indranila & Puspito,
2012).
Pemeriksaan makroskopik melihat jumlah, warna, dan kekeruhan urin.
Pengeluaran urin 24 jam orang dewasa normal adalah 800-1300 ml, dan warna
urin biasanya pucat hingga kuning tua, yang disebabkan oleh berbagai jenis
pigmen seperti urokrom, urobilin, dan porfirin. Di sisi lain, kekeruhan urin saat
berkemih dapat disebabkan oleh debu, bakteri dan sedimen seperti sejumlah besar
sel darah putih dan sel darah merah (Gopala, 2016).
Urinalisis juga didasarkan pada kandungan kimia di dalamnya. Berbagai
metode digunakan untuk kimia urin, termasuk Protein Bence Jones, Benedict,
Rothera, Gerhardt, Harrison, Wallace, dan Diamond. Namun, di zaman modern
ini, metode ini jarang digunakan karena keterbatasan waktu penelitian dan reagen.
Sebagian besar laboratorium sekarang menggunakan metode strip reagen urin
untuk memeriksa kimia urin. Hal ini karena lebih mudah dan efisien
(Gandasoebrata, 2013).
Pemeriksaan mikroskopis disebut juga pemeriksaan sedimen urin. Tes ini
sangat penting karena masalah kandung kemih dapat terjadi jika partikel dalam
urin tidak dikeluarkan. Kajian sedimen urin berkaitan dengan metode sentrifugasi,
yang memisahkan berat partikel dari densitas lalat (boyang density). Karena
adanya gaya sentrifugal, berat partikel meningkat dari keadaan normal tergantung
pada kecepatan dan sudut rotasi (Prasetyawan, 2010). Untuk pembentukan
endapan, sampel biasanya dihomogenkan terlebih dahulu dan kemudian
dipindahkan ke tabung sentrifus 10 ml. Kemudian sentrifus selama 5 menit
dengan kecepatan yang relatif sedang sekitar 1500-2000 rpm.
Sedimen dalam urin umumnya sensitif. Artinya, dinding sel darah merah,
sel darah putih, epitel dan endapan jenis partikel lainnya sangat mempengaruhi
tekanan. Teknik pengambilan sampel yang berbeda diperlukan ketika sedimen
urin perlu diselidiki. Misalnya, urin pagi. Urin ini biasanya cocok untuk
menyelidiki sedimen, berat jenis, protein, dll (Gandasoebrata, 2013).
Kegiatan tahap pra analitik adalah serangkaian kegiatan laboratorium
sebelum pemeriksaan spesimen, yang meliputi: 1. Persiapan pasien 2. Pemberian
identitas spesimen 3. Pengambilan dan penampungan spesimen 4. Penanganan
spesimen 5. Pengiriman spesimen 6. Pengolahan dan penyiapan spesimen
Kegiatan ini dilaksanakan agar spesimen benar-benar representatif sesuai dengan
keadaan pasien, tidak terjadi kekeliruan jenis spesimen, dan mencegah tertukarnya
spesimenspesimen pasien satu sama lainnya (Tuntun, et al., 2018).
Kesalahan yang terjadi pada tahap pra analitik adalah yang terbesar, yaitu
dapat mencapai 60% - 70%. Hal ini dapat disebabkan dari spesimen yang diterima
laboratorium tidak memenuhi syarat yang ditentukan. Spesimen dari pasien dapat
diibaratkan seperti bahan baku yang akan diolah. Jika bahan baku tidak baik, tidak
memenuhi persyaratan untuk pemeriksaan, maka akan didapatkan hasil/ output
pemeriksaan yang salah. Sehingga penting sekali untuk mempersiapkan pasien
sebelum melakukan pengambilan spesimen. Spesimen yang tidak memenuhi
syarat sebaiknya ditolak, dan dilakukan pengulangan pengambilan spesimen agar
tidak merugikan laboratorium (Tuntun, et al., 2018).
Sentrifus merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan organel
berdasarkan masa jenisnya melalui pengendapan. Prinsip yang harus diperhatikan
untuk menghindari kerusakan alat dan spesimen pada saat melakukan sentrifugasi
yaitu tabung spesimen harus ditempatkan dengan posisi berlawanan didalam
sentrifus untuk mencapai keseimbangan yang tepat (Kiswari, 2014). Dalam proses
sentrifugasi larutan akan terbagi menjadi dua fase yaitu supernatant yang berupa
cairan dan butiran atau organel yang mengendap (Djaenudin, 2009).
Tahapan sentrifugasi hanya dilakukan satu kali pada setiap specimen yang
diperoleh, dikarenakan sentrifugasi yang dilakukan berulang – ulang akan
menyebabkan hemolisis dan terjadinya perubahan analit. Hal ini dapat
menyebabkan timbulnya pengaruh terhadap hasil pemeriksaan (Riswanto, 2013).
Berdasarkan pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nugraha et al.
(2019) didapatkan hasil bahwa ada pengaruh yang bermakna atau ada pengaruh
lama sentrifugasi selama 3 menit, 6 menit, 9 menit dan 12 menit terhadap jumlah
sedimen leukosit urine.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dijabarkan diatas dapat diambil rumusan
masalah sebagai berikut: Apakah ada pengaruh antara waktu sentrifugasi yang
bervariasi dengan hasil sedimen urin yang diperiksa?
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh antara waktu sentrifugasi yang bervariasi dengan
hasil sedimen urin yang diperiksa.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Menghitung sedimen urin metode manual dengan sentrifugasi
kecepatan 1500 selama 5 menit.
b. Menghitung sedimen urin metode manual dengan sentrifugasi
kecepatan 1500 selama 10 menit.
c. Menghitung sedimen urin metode manual dengan sentrifugasi
kecepatan 1500 selama 15 menit.
d. Menghitung sedimen urin metode manual dengan sentrifugasi
kecepatan 1500 selama 20 menit.
e. Menghitung sedimen urin metode manual dengan sentrifugasi
kecepatan 1500 selama 25 menit.
f. Menghitung sedimen urin metode manual dengan sentrifugasi
kecepatan 1500 selama 30 menit.
g. Menganalisis pengaruh waktu sentrifugasi terhadap hasil sedimen
urin.
1.4. Manfaat
1.4.1. Bagi Peneliti
Mampu menerapkan ilmu pemeriksaan urinalisa yang dipelajari di
program studi DIII Teknologi Laboratorium Medis.
1.4.2. Bagi Instansi
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk refrensi pemeriksaan
urinalisa kedepannya mengenai pemeriksaan urinalisa mikroskopis
metode manual dengan variasi waktu sentrifugasi.
1.4.3. Bagi Pembaca atau Masyarakat Luas
Karya tulis ilmiah ini mampu menjadi refrensi bagi pembaca atau
masyarakat luas untuk memajukan pelayanan kesehatan menjadi lebih
baik lagi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sentrifugasi
Salah satu metode yang digunakan untuk memisahkan campuran adalah
sentrifugasi. Sentrifugasi adalah proses pemisahan partikel berdasarkan berat dan
kerapatan daya apungnya. Gaya sentrifugal adalah proses yang terjadi ketika berat
suatu partikel meningkat dari keadaan normalnya sebesar 1 x g (sekitar 9,8 m/s2),
disertai dengan kecepatan dan sudut kemiringan rotasi partikel terhadap
sumbunya. Setelah pemisahan, partikel yang lebih padat dari pelarut mengendap
(sedimentasi), sedangkan partikel yang lebih ringan mengapung (Prasetyawan,
2010).
2.1.1. Fungsi Sentrifugasi
Ada beberapa fungsi sentrifugal dalam pemisahan bioteknologi.
SEMARANG 1. Pemisahan partikel atau sel darah dari seluruh darah untuk
mendapatkan plasma atau serum 2. Pemisahan endapan partikulat dalam analisis
sedimen urin 3. Mendapatkan seluler pekat dan komponen lain dari Cairan tubuh
Biologi untuk mikroskopis atau analisis kimia 4. Pemisahan lipid dan komponen
lain dari plasma/serum dan pemisahan lipoprotein dari yang lain (Sudiono H et al,
2006).
2.1.2. Prinsip Kerja Sentrifuge
Sebuah centrifuge dalam bentuk yang paling sederhana terdiri dari sebuah
rotor dengan lubang untuk menampung cairan dalam wadah/tabung berisi cairan,
dan motor atau perangkat lain yang dapat memutar rotor pada kecepatan yang
diinginkan. Semua bagian lain yang ditemukan di sentrifugal modern saat ini
hanyalah instrumen yang dirancang untuk melakukan berbagai fungsi yang
berguna dan menjaga kondisi lingkungan di mana rotor beroperasi. Komponen
utama dari proses sentrifugasi adalah centrifuge, rotor dan tabung (wadah
sampel).
Bagian yang merupakan aksesori umumnya tergantung pada aplikasi yang
dilakukan dalam proses. Centrifuge adalah bagian yang menggerakkan proses
sentrifugasi karena memiliki motor yang dapat diputar dan pengaturan kecepatan.
Centrifuge laboratorium untuk pemisahan skala kecil. Volume cairan yang
diproses oleh alat ini berkisar 15.000 ml, bahan yang akan disentrifugasi
didistribusikan dalam jumlah tabung centrifuge yang sesuai, yang dipasang secara
simetris pada blok berputar yang disebut rotor (Gardjito, 2010).

2.2. Urin
Urine merupakan produk akhir ekskretoris yang dihasilkan oleh ginjal
akibat kelebihan urine akibat filtrasi komponen plasma (IAUI, 2003). Urine
adalah sisa cairan yang dikeluarkan dari tubuh melalui urine setelah dikeluarkan
oleh ginjal. Ekskresi urin diperlukan untuk menghilangkan molekul residu dalam
darah yang disaring oleh ginjal dan untuk mempertahankan homeostasis cairan.
Proses pembentukan urin di ginjal melewati tiga tahap yaitu filtrasi (penyaringan),
reabsorpsi (reabsorpsi) dan pengayaan (addition) (Rosalita, 2012).
Filtrasi darah terjadi di glomeruli, kapiler melingkar di dalam kapsul
Bowman. Glomeruli mengandung sel endotel yang memudahkan proses
penyaringan. Selain itu, glomeruli mengikat sel darah, trombosit, dan sebagian
besar protein plasma, mencegahnya dikeluarkan. Hasil dari proses infiltrasi ini
adalah urin primer (filtrat glomerulus). Urin ini memiliki komposisi yang mirip
dengan darah tetapi tidak mengandung protein. Urin primer mengandung asam
amino, glukosa, natrium, kalium, ion, dan garam lainnya (Prasetyawan, 2010).
Proses absorpsi terjadi di tubulus proksimal. Proses ini berlangsung setelah
urin primer hasil proses infiltrasi mengalir ke tubulus proksimal. Zat-zat yang
diserap dalam proses reabsorpsi ini masih merupakan zat-zat yang bermanfaat
seperti glukosa, asam amino dan banyak ion. ion anorganik. Selain itu, air yang
terkandung dalam urin primer juga direabsorbsi melalui proses osmotik,
sedangkan zat lain direabsorbsi melalui transpor aktif. Proses penyerapan air juga
berlangsung di tubulus distal.
Zat yang direabsorbsi dari tubulus proksimal kemudian dikembalikan ke
darah melalui kapiler yang mengelilingi tubulus. Proses reabsorpsi ini juga terjadi
secara khusus di lengkung Henle untuk ion natrium. Urin sekunder merupakan
hasil proses reabsorpsi, dan komposisinya sangat berbeda dengan urin primer.
Zat-zat yang masih dibutuhkan tubuh tidak terdapat pada urin sekunder dan kadar
urin lebih tinggi dibandingkan urin primer (Prasetyawan, 2010).
Proses augmentasi adalah urin sekunder, yang memasuki tubulus distal
dan saluran pengumpul. Di saluran ini ditambahkan residu yang tidak bermanfaat
bagi tubuh. Urin yang sebenarnya kemudian mengalir melalui ureter ke dalam
kandung kemih (vesikoureter). Urine kemudian keluar dari tubuh melalui uretra.
Urine mengandung urea, urine asam, amonia dan residu proteolitik. Darah juga
mengandung terlalu banyak zat, seperti vitamin C, obat-obatan, hormon, dan
garam (Prasetyawan, 2010).

2.3. Pemeriksaan Urin


Menurut Rosalita L (2012), urinalisis penting karena perubahan urin dapat
mendeteksi banyak penyakit dan gangguan metabolisme. Zat yang dapat
diekskresikan dalam lingkungan normal yang tidak ada adalah glukosa, aseton,
albumin, darah, dan nanah. Urinalisis adalah tes yang digunakan untuk
menentukan adanya kelainan pada saluran kemih. Mereka digunakan untuk
mendeteksi kelainan duktus ginjal, kelainan yang terjadi di luar ginjal, adanya
metabolit obat seperti zat obat, dan untuk mendeteksi kehamilan (Gardjito, 2008).
Tes urin dibagi menjadi dua jenis: tes kimia dan tes sedimen. Seperti
namanya, tes kimia melihat pH/keasaman urin, berat jenis, nitrit, protein, glukosa,
bilirubin, urobilinogen, dan banyak lagi. Jenis bahan kimia yang diuji merupakan
penanda keadaan bahan kimia yang diuji untuk organ tubuh yang sedang
didiagnosa. Mirip dengan penyakit "ikterus" yang disebabkan oleh tingginya
kadar bilirubin dalam darah, biasanya menghasilkan urin dengan kadar bilirubin
yang lebih tinggi dari normal. Demikian pula, bahan kimia lain dikaitkan dengan
kondisi organ lain (Gardjito, 2010).
Dalam studi, sedimen yang diperiksa adalah sisa metabolisme berupa
kristal, butiran yang mengandung bakteri. Pengujian membantu menentukan jenis
partikel apa yang normal atau tidak normal dalam partikel urin, itu bisa
menunjukkan keadaan organ-organ dalam tubuh. Jumlah sel darah merah yang
secara signifikan lebih tinggi dari normal dalam urin dapat mengindikasikan
perdarahan saluran kemih bagian bawah. Demikian pula, menemukan kristal
abnormal dapat menjadi prediksi jika Anda berisiko terkena batu ginjal, karena
kristal dalam urin adalah pemicu utama pengendapan kristal di saluran kemih,
terutama di ginjal. Batu Bekisting (Gardjito, 2011).
Urinalisis rutin terdiri dari pemeriksaan mikroskopis dan makroskopis, dan
pemeriksaan rutin terdiri dari pemeriksaan kimia pena dan urine (Wirawan, et al,
2011). Pemeriksaan kasar biasanya menguji haluaran urin. Ini membantu
menafsirkan hasil tes kuantitatif atau semi-kuantitatif untuk zat dalam urin.
Output urin 24 jam orang dewasa adalah 800-1300 ml. Warna urin dipengaruhi
oleh konsentrasi urin, obat yang Anda konsumsi, dan apa yang Anda makan.
Warna urin normal bervariasi dari kuning muda hingga kuning tua karena
berbagai jenis zat pewarna seperti urokrom, urobilin, dan porfirin. Kejernihan
Urine segar pada orang normal biasanya jernih.
Mikroskop adalah pemeriksaan sedimen urin. Jika sedimen ini tidak
dihilangkan, sedimen urin atau sedimen di kandung kemih akan terjadi. Tes ini
penting untuk menentukan adanya atau tingkat keparahan kelainan ginjal atau
saluran kemih. Unsur sedimen secara umum dibagi menjadi dua golongan yaitu
unsur organik dan unsur anorganik. Unsur organik berasal dari organ atau jaringan
dan meliputi epitel, sel darah merah, sel darah putih, gips, fragmen jaringan,
sperma, bakteri, parasit, dan unsur anorganik yang tidak berasal dari organ atau
jaringan (seperti vena amorf dan kristal) (Purnomo 2008).
Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan sedimen urin adalah adanya
kelainan ginjal yang dapat diubah oleh bakteri, sehingga menunda pemeriksaan
sedimen urin. dari deposit urin. Pengaruh kecepatan putaran urin berarti proses
sedimentasi berlangsung secara berbeda, semakin kuat putaran centrifuge maka
semakin besar kemungkinan struktur sedimen rusak. Semakin lambat kecepatan
centrifuge, semakin lama waktu yang dibutuhkan sedimen urin untuk mengendap
(Gardjito, 2008).
Untuk sedimentasi urin, sampel urin biasanya dihomogenkan terlebih dahulu dan
kemudian dipindahkan ke tabung sentrifus hingga 10 ml. Setelah itu, atan relatif
lembut (menempel pada kecepatan yang relatif sedang (sekitar 1500-2000 rpm)
selama 5 menit. Balikkan (decant) tabung dengan cepat untuk menghilangkan
supernatan, sisakan kira-kira 0,2-0,5 mL endapan. Jatuhkan sedimen ke slide dan
tutup dengan kaca penutup. Endapan diperiksa terlebih dahulu di bawah
mikroskop daya rendah dengan tujuan 10x yang disebut bidang pandang kecil
(LPK) atau bidang pandang daya rendah (LPF) untuk mengidentifikasi objek
besar seperti silinder dan kristal.
Selain itu, pemeriksaan menggunakan lensa objektif 40x yang disebut
large/strong field of view (LPB) atau high power field of view (HPF) untuk
mengidentifikasi sel (sel darah merah, sel darah putih, epitel), ragi, bakteri,
trikomonas, dan filamen mukus dilakukan pada perbesaran tinggi menggunakan . ,
sel-sel sperma. Bidang pandang yang intens juga dapat digunakan untuk
mengamati gips atau kristal yang tidak teridentifikasi dengan jelas (IAUI, 2003).
Sedimen urin beragam bentuknya dan jenisnya, ada yang organic dan an
organik. Sedimen organik adasel eritrosit, leukosit, epitel, silinder, skumosa.
Sedangkan yang anorganik ada bakteri, sel ragi dan kristal (Gopala, 2016).
Dari tinjauan pustaka diatas dapat diperoleh kerangka konsep yang
memiliki variabel independen yaitu waktu setrifuge selama 5 menit, 10 menit, 15
menit, 20 menit, 25 menit, 30 menit, dengan kecepatan 1500. Konsep selanjutnya
memiliki variabel dependen yaitu hasil dari pemeriksaan sedimen urin.
Penelitian ini memiliki hipotesis berupa adakah pengaruh lama
sentrifugasi dengan hasil sedimen urin yang diperiksa.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penngujian ini adalah analitik yang
menguji pengaruh waktu sentrifugasi 5 menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit, 25
menit dengan kecepatan 1500 rpm pada hasil sedimen urin metode manual.
3.2. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen sebenarnya (true
eksperimen) yang dilakukan di laboratorium dan bertujuan untuk mengidentifikasi
gejala atau efek yang ditimbulkan dari penanganan (Notoatmojo, 2002). Desain
penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan
terdiri dari 5 variasi waktu sentrifugasi dalam satuan menit.
3.3. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat Penelitian: Laboratorium Kimia Klinik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Wira Medika Bali
Waktu Penelitian: 05 November 2022 Pukul 10.30-15.00 WITA
3.4. Variabel Penelitian
Variabel bebas (variabel independen): Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
pengaruh waktu Sentrifugasi yang dikategorikan dalam bentuk perlakuan dengan
lama: 5 menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit, 25 menit dengan kecepatan 1500
rpm. Maka skala datanya adalah Ordinal.
Variabel terikat (variable dependen): Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
hasil pemeriksaan sedimen urin metode manual. Maka skala datanya adalah
Rasio.
3.5. Alat dan Bahan
Bahan Penelitian: Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Urin
Pasien cuci darah rumah sakit swasta di Bali sampel urin yang diambil adalah
urin pagi dan pancar tengah.
Alat Penelitian: yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pipet tetes, Cover
glass, Object glass, Mikroskop, Tabung centrifuge, Penampung khusus Urin,
Tissue, dan Sentrifuge.
3.6. Prosedur Penelitian
3.6.1. Pengumpulan Sampel Urin
Pengumpulan sampel dilakukan di pagi hari, urin pagi pertama dan diambil
pada pancar tengah.
3.6.2. Proses Penanganan Sampel untuk Sedimen Urin
Sampel dihomogenkan dahulu, memasukan sampel sebanyak 10 mL
kedalam tabung centrifuge. Sentrifugasi dengan kecepatan 1500 rpm selama
5 menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit, 25 menit, 30 menit.
3.6.3. Proses Pembuatan Sediaan Sedimen Urin
a. Buang supernatant dengan cara membalikkan tabung dan cara otomatis
urin tersisa 0,6 ml sebagai sedimen
b. Sedimen urin yang tersisa kemudian deketukkan menggunakan jari
secara perlahan pada dinding tabung untuk menghomogenkan
c. Teteskan 1 tetes sedimen dengan menggunakan pipet penetes ke
slide,kemudian tutup dengan memakai cover glass
d. Periksa sedimen urin di bawah mikroskop dengan pembesaran 10 kali
untuk menghitung Rata-rata epithel dan pembesaran 40 kali untuk
untuk menghitung sel lain dan Kristal.
3.7. Tekhnik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa hasil
pemeriksaan metode manual dari masing-masing variasi waktu sedimen urin
dengan metode perputaran sentrifugasi selama 5 menit, 10 menit, 15 menit,
20 menit, 25 menit, 30 menit, pada kecepatan 1500 rpm. Masing-masing
perlakuan direplikasikan 4x (empat kali) sehingga diperoleh 24 unit
percobaan, kemudian hasil dijumlahkan dan dirata-ratakan. Hasil
pengamatan sedimen urine menggunakan mikroskop yang ditampilkan
menggunakan tabel dan gambar.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan di laboratorium kimia klinik Sekolah Tinggi Ilmu


Kesehatan Wira Medika Bali. Kegiatan penelitian dilakukan oleh peneliti di
bidang yang menjadi penanggung jawab laboratorium, dan baik kegiatan
perencanaan maupun penelitian dilakukan oleh peneliti. Spesimen adalah urin
pagi pancar tengah pasien cuci darah di rumah sakit swasta di Bali. Jumlah sampel
sebanyak 4 (empat) sampel.
Sampel Pemeriksaan dengan pengaruh waktu sentrifugasi pada sedimen
urin dengan metode manual. Ditampilkan jumlah rata-rata sel yang diperoleh per
bidang kecil/LPK atau bidang besar/LPB. Endapan yang dihasilkan dihitung dan
didokumentasikan dalam bentuk gambar. PEnelitian yang dilakukan mendapatkan
hasil seperti berikut:
A. Hasil Sampel 1 sentrifugasi 1500 rpm 5 menit
Sel/LP 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ∑
Eritrosit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Leukosit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Epitel 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2
B. Hasil Sampel 1 sentrifugasi 1500 rpm 10 menit
Sel/LP 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ∑
Eritrosit 1 0 2 1 4 1 2 1 2 3 17
Leukosit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Epitel 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 6
C. Hasil Sampel 1 sentrifugasi 1500 rpm 15 menit
Sel/LP 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ∑
Eritrosit 4 3 4 7 3 4 2 5 3 2 37
Leukosit 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 3
Epitel 4 1 1 2 1 4 2 1 2 3 21
D. Hasil Sampel 1 sentrifugasi 1500 rpm 20 menit
Sel/LP 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ∑
Eritrosit 4 1 6 4 6 4 3 4 3 5 40
Leukosit 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 5
Epitel 6 4 1 1 4 2 1 3 2 4 28
E. Hasil Sampel 1 sentrifugasi 1500 rpm 20 menit
Sel/LP 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ∑
Eritrosit 9 3 5 3 5 7 10 9 7 4 62
Leukosit 1 1 2 1 1 0 0 1 2 2 11
Epitel 3 6 3 5 4 8 4 9 2 6 50

A. Hasil Sampel 2 sentrifugasi 1500 rpm 5 menit


Sel/LP 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ∑
Eritrosit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Leukosit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Epitel 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
B. Hasil Sampel 2 sentrifugasi 1500 rpm 10 menit
Sel/LP 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ∑
Eritrosit 1 0 0 1 2 1 2 1 2 3 13
Leukosit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Epitel 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 8
C. Hasil Sampel 2 sentrifugasi 1500 rpm 15 menit
Sel/LP 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ∑
Eritrosit 2 3 3 2 5 3 4 3 2 2 29
Leukosit 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Epitel 4 3 4 6 3 1 2 3 6 2 35
D. Hasil Sampel 2 sentrifugasi 1500 rpm 20 menit
Sel/LP 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ∑
Eritrosit 3 3 4 5 1 4 6 3 5 3 37
Leukosit 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 3
Epitel 6 8 3 5 1 4 7 3 6 2 46
E. Hasil Sampel 2 sentrifugasi 1500 rpm 20 menit
Sel/LP 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ∑
Eritrosit 2 9 2 6 4 3 5 8 6 9 54
Leukosit 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 6
Epitel 6 4 3 6 12 5 9 4 5 7 61
2

Anda mungkin juga menyukai