Pengaruh Variasi Waktu Sentrifugasi Pada Hasil Pemeriksaaan Sedimen Urin Metode Manual
Pengaruh Variasi Waktu Sentrifugasi Pada Hasil Pemeriksaaan Sedimen Urin Metode Manual
HALAMAN JUDUL
Disusun Oleh:
Dwiky Nisya Hanindya (211310860)
ABSTRAK
Kjskajskajskajskajskakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
kkkkkkkkkkkk
ABSTRAC
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Urinalisis adalah salah satu tes laboratorium yang paling penting untuk
menegakkan berbagai diagnosis. Banyak produk akhir metabolisme dan berbagai
zat lainnya diekskresikan dalam urin.Selain status ginjal sebagai organ ekskresi,
urinalisis juga dapat memberikan informasi tentang berbagai kondisi umum
seseorang.Tes merupakan salah satu pemeriksaan laboratorium yang paling sering
diminta. tes oleh dokter. (Indranila & Puspito, 2012).
Urinalisis teratur, bahasa sehari-hari disebut "penyaringan", berfungsi
sebagai dasar untuk pemeriksaan lebih lanjut dan merupakan serangkaian tes yang
disertai dengan pemeriksaan fisik tanpa rujukan individu. (Indranila & Puspito,
2012).
Pemeriksaan makroskopik melihat jumlah, warna, dan kekeruhan urin.
Pengeluaran urin 24 jam orang dewasa normal adalah 800-1300 ml, dan warna
urin biasanya pucat hingga kuning tua, yang disebabkan oleh berbagai jenis
pigmen seperti urokrom, urobilin, dan porfirin. Di sisi lain, kekeruhan urin saat
berkemih dapat disebabkan oleh debu, bakteri dan sedimen seperti sejumlah besar
sel darah putih dan sel darah merah (Gopala, 2016).
Urinalisis juga didasarkan pada kandungan kimia di dalamnya. Berbagai
metode digunakan untuk kimia urin, termasuk Protein Bence Jones, Benedict,
Rothera, Gerhardt, Harrison, Wallace, dan Diamond. Namun, di zaman modern
ini, metode ini jarang digunakan karena keterbatasan waktu penelitian dan reagen.
Sebagian besar laboratorium sekarang menggunakan metode strip reagen urin
untuk memeriksa kimia urin. Hal ini karena lebih mudah dan efisien
(Gandasoebrata, 2013).
Pemeriksaan mikroskopis disebut juga pemeriksaan sedimen urin. Tes ini
sangat penting karena masalah kandung kemih dapat terjadi jika partikel dalam
urin tidak dikeluarkan. Kajian sedimen urin berkaitan dengan metode sentrifugasi,
yang memisahkan berat partikel dari densitas lalat (boyang density). Karena
adanya gaya sentrifugal, berat partikel meningkat dari keadaan normal tergantung
pada kecepatan dan sudut rotasi (Prasetyawan, 2010). Untuk pembentukan
endapan, sampel biasanya dihomogenkan terlebih dahulu dan kemudian
dipindahkan ke tabung sentrifus 10 ml. Kemudian sentrifus selama 5 menit
dengan kecepatan yang relatif sedang sekitar 1500-2000 rpm.
Sedimen dalam urin umumnya sensitif. Artinya, dinding sel darah merah,
sel darah putih, epitel dan endapan jenis partikel lainnya sangat mempengaruhi
tekanan. Teknik pengambilan sampel yang berbeda diperlukan ketika sedimen
urin perlu diselidiki. Misalnya, urin pagi. Urin ini biasanya cocok untuk
menyelidiki sedimen, berat jenis, protein, dll (Gandasoebrata, 2013).
Kegiatan tahap pra analitik adalah serangkaian kegiatan laboratorium
sebelum pemeriksaan spesimen, yang meliputi: 1. Persiapan pasien 2. Pemberian
identitas spesimen 3. Pengambilan dan penampungan spesimen 4. Penanganan
spesimen 5. Pengiriman spesimen 6. Pengolahan dan penyiapan spesimen
Kegiatan ini dilaksanakan agar spesimen benar-benar representatif sesuai dengan
keadaan pasien, tidak terjadi kekeliruan jenis spesimen, dan mencegah tertukarnya
spesimenspesimen pasien satu sama lainnya (Tuntun, et al., 2018).
Kesalahan yang terjadi pada tahap pra analitik adalah yang terbesar, yaitu
dapat mencapai 60% - 70%. Hal ini dapat disebabkan dari spesimen yang diterima
laboratorium tidak memenuhi syarat yang ditentukan. Spesimen dari pasien dapat
diibaratkan seperti bahan baku yang akan diolah. Jika bahan baku tidak baik, tidak
memenuhi persyaratan untuk pemeriksaan, maka akan didapatkan hasil/ output
pemeriksaan yang salah. Sehingga penting sekali untuk mempersiapkan pasien
sebelum melakukan pengambilan spesimen. Spesimen yang tidak memenuhi
syarat sebaiknya ditolak, dan dilakukan pengulangan pengambilan spesimen agar
tidak merugikan laboratorium (Tuntun, et al., 2018).
Sentrifus merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan organel
berdasarkan masa jenisnya melalui pengendapan. Prinsip yang harus diperhatikan
untuk menghindari kerusakan alat dan spesimen pada saat melakukan sentrifugasi
yaitu tabung spesimen harus ditempatkan dengan posisi berlawanan didalam
sentrifus untuk mencapai keseimbangan yang tepat (Kiswari, 2014). Dalam proses
sentrifugasi larutan akan terbagi menjadi dua fase yaitu supernatant yang berupa
cairan dan butiran atau organel yang mengendap (Djaenudin, 2009).
Tahapan sentrifugasi hanya dilakukan satu kali pada setiap specimen yang
diperoleh, dikarenakan sentrifugasi yang dilakukan berulang – ulang akan
menyebabkan hemolisis dan terjadinya perubahan analit. Hal ini dapat
menyebabkan timbulnya pengaruh terhadap hasil pemeriksaan (Riswanto, 2013).
Berdasarkan pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nugraha et al.
(2019) didapatkan hasil bahwa ada pengaruh yang bermakna atau ada pengaruh
lama sentrifugasi selama 3 menit, 6 menit, 9 menit dan 12 menit terhadap jumlah
sedimen leukosit urine.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dijabarkan diatas dapat diambil rumusan
masalah sebagai berikut: Apakah ada pengaruh antara waktu sentrifugasi yang
bervariasi dengan hasil sedimen urin yang diperiksa?
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh antara waktu sentrifugasi yang bervariasi dengan
hasil sedimen urin yang diperiksa.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Menghitung sedimen urin metode manual dengan sentrifugasi
kecepatan 1500 selama 5 menit.
b. Menghitung sedimen urin metode manual dengan sentrifugasi
kecepatan 1500 selama 10 menit.
c. Menghitung sedimen urin metode manual dengan sentrifugasi
kecepatan 1500 selama 15 menit.
d. Menghitung sedimen urin metode manual dengan sentrifugasi
kecepatan 1500 selama 20 menit.
e. Menghitung sedimen urin metode manual dengan sentrifugasi
kecepatan 1500 selama 25 menit.
f. Menghitung sedimen urin metode manual dengan sentrifugasi
kecepatan 1500 selama 30 menit.
g. Menganalisis pengaruh waktu sentrifugasi terhadap hasil sedimen
urin.
1.4. Manfaat
1.4.1. Bagi Peneliti
Mampu menerapkan ilmu pemeriksaan urinalisa yang dipelajari di
program studi DIII Teknologi Laboratorium Medis.
1.4.2. Bagi Instansi
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk refrensi pemeriksaan
urinalisa kedepannya mengenai pemeriksaan urinalisa mikroskopis
metode manual dengan variasi waktu sentrifugasi.
1.4.3. Bagi Pembaca atau Masyarakat Luas
Karya tulis ilmiah ini mampu menjadi refrensi bagi pembaca atau
masyarakat luas untuk memajukan pelayanan kesehatan menjadi lebih
baik lagi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sentrifugasi
Salah satu metode yang digunakan untuk memisahkan campuran adalah
sentrifugasi. Sentrifugasi adalah proses pemisahan partikel berdasarkan berat dan
kerapatan daya apungnya. Gaya sentrifugal adalah proses yang terjadi ketika berat
suatu partikel meningkat dari keadaan normalnya sebesar 1 x g (sekitar 9,8 m/s2),
disertai dengan kecepatan dan sudut kemiringan rotasi partikel terhadap
sumbunya. Setelah pemisahan, partikel yang lebih padat dari pelarut mengendap
(sedimentasi), sedangkan partikel yang lebih ringan mengapung (Prasetyawan,
2010).
2.1.1. Fungsi Sentrifugasi
Ada beberapa fungsi sentrifugal dalam pemisahan bioteknologi.
SEMARANG 1. Pemisahan partikel atau sel darah dari seluruh darah untuk
mendapatkan plasma atau serum 2. Pemisahan endapan partikulat dalam analisis
sedimen urin 3. Mendapatkan seluler pekat dan komponen lain dari Cairan tubuh
Biologi untuk mikroskopis atau analisis kimia 4. Pemisahan lipid dan komponen
lain dari plasma/serum dan pemisahan lipoprotein dari yang lain (Sudiono H et al,
2006).
2.1.2. Prinsip Kerja Sentrifuge
Sebuah centrifuge dalam bentuk yang paling sederhana terdiri dari sebuah
rotor dengan lubang untuk menampung cairan dalam wadah/tabung berisi cairan,
dan motor atau perangkat lain yang dapat memutar rotor pada kecepatan yang
diinginkan. Semua bagian lain yang ditemukan di sentrifugal modern saat ini
hanyalah instrumen yang dirancang untuk melakukan berbagai fungsi yang
berguna dan menjaga kondisi lingkungan di mana rotor beroperasi. Komponen
utama dari proses sentrifugasi adalah centrifuge, rotor dan tabung (wadah
sampel).
Bagian yang merupakan aksesori umumnya tergantung pada aplikasi yang
dilakukan dalam proses. Centrifuge adalah bagian yang menggerakkan proses
sentrifugasi karena memiliki motor yang dapat diputar dan pengaturan kecepatan.
Centrifuge laboratorium untuk pemisahan skala kecil. Volume cairan yang
diproses oleh alat ini berkisar 15.000 ml, bahan yang akan disentrifugasi
didistribusikan dalam jumlah tabung centrifuge yang sesuai, yang dipasang secara
simetris pada blok berputar yang disebut rotor (Gardjito, 2010).
2.2. Urin
Urine merupakan produk akhir ekskretoris yang dihasilkan oleh ginjal
akibat kelebihan urine akibat filtrasi komponen plasma (IAUI, 2003). Urine
adalah sisa cairan yang dikeluarkan dari tubuh melalui urine setelah dikeluarkan
oleh ginjal. Ekskresi urin diperlukan untuk menghilangkan molekul residu dalam
darah yang disaring oleh ginjal dan untuk mempertahankan homeostasis cairan.
Proses pembentukan urin di ginjal melewati tiga tahap yaitu filtrasi (penyaringan),
reabsorpsi (reabsorpsi) dan pengayaan (addition) (Rosalita, 2012).
Filtrasi darah terjadi di glomeruli, kapiler melingkar di dalam kapsul
Bowman. Glomeruli mengandung sel endotel yang memudahkan proses
penyaringan. Selain itu, glomeruli mengikat sel darah, trombosit, dan sebagian
besar protein plasma, mencegahnya dikeluarkan. Hasil dari proses infiltrasi ini
adalah urin primer (filtrat glomerulus). Urin ini memiliki komposisi yang mirip
dengan darah tetapi tidak mengandung protein. Urin primer mengandung asam
amino, glukosa, natrium, kalium, ion, dan garam lainnya (Prasetyawan, 2010).
Proses absorpsi terjadi di tubulus proksimal. Proses ini berlangsung setelah
urin primer hasil proses infiltrasi mengalir ke tubulus proksimal. Zat-zat yang
diserap dalam proses reabsorpsi ini masih merupakan zat-zat yang bermanfaat
seperti glukosa, asam amino dan banyak ion. ion anorganik. Selain itu, air yang
terkandung dalam urin primer juga direabsorbsi melalui proses osmotik,
sedangkan zat lain direabsorbsi melalui transpor aktif. Proses penyerapan air juga
berlangsung di tubulus distal.
Zat yang direabsorbsi dari tubulus proksimal kemudian dikembalikan ke
darah melalui kapiler yang mengelilingi tubulus. Proses reabsorpsi ini juga terjadi
secara khusus di lengkung Henle untuk ion natrium. Urin sekunder merupakan
hasil proses reabsorpsi, dan komposisinya sangat berbeda dengan urin primer.
Zat-zat yang masih dibutuhkan tubuh tidak terdapat pada urin sekunder dan kadar
urin lebih tinggi dibandingkan urin primer (Prasetyawan, 2010).
Proses augmentasi adalah urin sekunder, yang memasuki tubulus distal
dan saluran pengumpul. Di saluran ini ditambahkan residu yang tidak bermanfaat
bagi tubuh. Urin yang sebenarnya kemudian mengalir melalui ureter ke dalam
kandung kemih (vesikoureter). Urine kemudian keluar dari tubuh melalui uretra.
Urine mengandung urea, urine asam, amonia dan residu proteolitik. Darah juga
mengandung terlalu banyak zat, seperti vitamin C, obat-obatan, hormon, dan
garam (Prasetyawan, 2010).