Usman Rianse1, Awaluddin Hamzah1*, Nasruddin2, Wa Kuasa Baka3, Tjandra Buana1, Ima Astuty Wunawarsih1
1Jurusan Penyuluhan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara.
2Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo, Kendari, Sulawesi
Tenggara.
3Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara
ABSTRAK
Program pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk mengantarkan sasaran mengetahui
pembuatan ekstrak daun muda dan daun tua tawandokulo (Kleinhovia hospita L.), mengetahui aktivitas
antioksidan ekstrak daun muda dan daun tua tawandokulo (Kleinhovia hospita L.), dan mengetahui efektivitas
ekstrak daun muda dan daun tua tawandokulo (Kleinhovia hospital L.) dalam menurunkan gula darah. Program
pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan pada bulan Maret 2022 pada para mahasiswa Jurusan/PS.
Penyuluhan Pertanian FP UHO. Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian ini menggunakan metode : (1)
ceramah; (2) demonstrasi cara, dan (3) bimbingan teknis. Pelaksanaan bimbimgan teknis dalam kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini, melalui beberapa tahap, yaitu : (1) Pembuatan Ekstrak Daun Tawandokulo
(Kleinhovia hospita L.); (2) Penentuan Kandungan Senyawa Flavonoid; (3) Penentuan Aktivitas Antioksidan; (4)
Penentuan Dosis; dan (5) Pengamatan. Hasil pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat adalah : (1)
Pembuatan ekstrak daun tawandokulo dilakukan dengan cara mengambil daun muda dan daun tua yang masih
segar masing-masing sebanyak 500 gram; (2) Semakin tua umur daun, maka semakin kecil nilai absorbansinya;
dan (3) Flavonoid dalam daun tawandokulo dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan kemampuannya
sebagai zat antioksidan.
Kata Kunci: Flavonoid, Antioksidan, Daun Tawandukolo, Diabetes.
PENDAHULUAN
Indonesia terkenal kaya akan tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat, baik yang hidup secara
liar maupun yang sengaja ditanam, sehingga mudah bagi masyarakat untuk mendapatkan tanaman tersebut.
Pemanfaatan tanaman yang berkhasiat sebagai obat, masyarakat menggunakannya berdasarkan pengalaman
turun-temurun yang sampai saat ini masih diyakininya. Habitat alami dari beberapa jenis tanaman dengan varietas
lokal tersebut pada umumnya terdapat pada ekosistem hutan dimana tanaman yang sebagian besar merupakan
tanaman yang berkhasiat. Keanekaragaman hayati yang terdapat di Indonesia menjadikan ide untuk diteliti dari
segala aspek pemanfaatannya, aspek moral, aspek farmakologi dan aspek ekologi. Salah satu cara untuk
mengetahui kandungan senyawa suatu tumbuhan dengan cara ilmiah dan tradisional (Oktafiani, 2008).
Pemanfaatan tanaman obat banyak dilakukan melalui pengembangan bioprospeksi (bioprospecting)
tumbuhan obat. Bioprospek merupakan upaya mencari kandungan kimiawi baru pada makhluk hidup, baik
mikroorganisme, hewan maupun tumbuhan yang mempunyai potensi sebagai obat atau nilai komersial lainnya
(Muchtar, 2001). Berkembangnya kegiatan bioprospek akan makin mengintensifkan penelitian bioteknologi untuk
memacu perkembangan industri. Cakupan bioprospek meliputi beberapa bidang, seperti kehutanan, pertanian,
peternakan, perikanan dan kelautan, farmakologi atau farmasi, kedokteran dan bidang lain yang berkaitan dengan
organisme. Bioprospek bertujuan mengidentifikasi dan mengoleksi spesies-spesies yang memiliki potensi besar
untuk dikembangkan secara komersial, terutama dengan memanfaatkan teknik bioteknologi, sehingga dapat
memberikan nilai tambah komersial, karena luasnya cakupan bidang bioprospek maka bioprospek dapat
didefinisikan lebih luas dan detail, yaitu kegiatan mengeksplorasi, mengoleksi, meneliti dan memanfaatkan sumber
daya genetik dan biologi secara sistematis guna mendapatkan sumber-sumber baru senyawa kimia, gen,
organisme dan produk alami lainnya yang memiliki nilai ilmiah atau komersial (Lohan & Johnston 2003 dalam
Gepts., 2004).
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menetralkan radikal bebas atau berfungsi mencegah sistem
tubuh dari efek yang merugikan yang timbul dari proses ataupun reaksi yang menyebabkan oksidasi yang
berlebihan. Kekurangan antioksidan dalam tubuh membutuhkan asupan dari luar (Tamat et al., 2007). Penelitian
lanjut menjelaskan bahwa senyawa yang dapat mencegah dan menghambat proses oksidasi yang disebabkan
oleh radikal bebas adalah antioksidan. Mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung antioksidan
dalam jumlah yang cukup dapat menurunkan resiko penyakit berbahaya dalam tubuh (Indrayanto, 2006).
Tumbuhan telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai obat tradisional. Hasil dan
manfaatnya telah dirasakan secara langsung sehingga penggunaan obat tradisional semakin meningkat.
Penggunaan obat tradisional secara umum dinilai lebih aman dari pada penggunaan obat modern. Hal ini
disebabkan karena obat tradisional memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit daripada obat modern. Salah
satu tumbuhan yang banyak digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisional adalah tawandokulo (Alwy,
2010).
Pemanfaatan tumbuhan tawandokulo di masyarakat, sebagai sayur dan untuk obat-obatan. Tumbuhan
tawandokulo umumnya di masyarakat dimanfaatkan sebagai obat sakit kepala, mengurangi asam lambung yang
berlebihan, sakit kuning dan hepatitis. Daun tawandokulo berperan dalam menurunkan gula darah secara optimal
antara daun muda dan daun tua. Kemampuan Tawandokulo sebagai tanaman obat dimungkinkan karena
kandungan metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman ini. Metabolit sekunder merupakan senyawa yang
disintesis oleh tumbuhan, mikroba atau hewan yang memiliki aktivitas farmakologi dan biologis sebagai bentuk
pertahanan juga berfungsi sebagai antioksidan (Hendrawati, 2009). Penyuluhan kepada masyarakat tentang
pemanfaatan daun tawandokulo dalam menurunkan kadar glukosa darah sejauh ini masih belum banyak
dilakukan. Adapun masalah yang dirumuskan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah : (1)
bagaimana pembuatan ekstrak daun muda dan daun tua tawandokulo (Kleinhovia hospita L.) ?; (2) bagaimana
aktivitas antioksidan ekstrak daun muda dan daun tua tawandokulo (Kleinhovia hospita L.) ?; dan (3) bagaimana
efektivitas ekstrak daun muda dan daun tua tawandokulo (Kleinhovia hospital L.) dalam menurunkan gula darah.
METODE PELAKSANAAN
Daun Muda
Daun Tua
Penentuan Dosis
Ekstrak daun muda tawandokulo sebanyak 500 mg dan ekstrak daun tua sebanyak 500 mg masing-
masing dilarutkan dalam 10 mL aquadest Menurut Katrin et al., (2014) suatu sedian atau zat dikatakan toksik
apabila menyebabkan kematian pada dosis 5000 mg/kg bb.
Pengamatan
Pengujian glukosa dilakukan dengan easy touch (strip uji). Darah yang diperoleh dari sayatan diteteskan
pada strip uji gulkosa dan akan terbaca secara otomatis selama 10 detik. Ketika sampel darah menyentuh area
target sampel dari strip, darah masuk ke dalam zona reaksi dari strip, maka akan terlihat hasil yang menunjukkan
berapa kadar glukosa darah yang dimiliki.
Alam menyediakan sumber antioksidan yang efektif dan relatif aman seperti flavonoid, vitamin C, beta
karoten dan lain-lain. Hal tersebut mendorong semakin banyak dilakukan eksplorasi bahan alam sebagai sumber
antioksidan. Menurut Molyneux (2004), antioksidan bereaksi dengan 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH) yang
menstabilkan radikal bebas dan mereduksi DPPH. Kemudian DPPH akan bereaksi dengan atom hidrogen dari
senyawa peredam radikal bebas membentuk 1,1-difenil2-pikrilhidrazin (DPPH-H) yang lebih stabil. Reagen DPPH
yang bereaksi dengan antioksidan akan mengalami perubahan warna dari ungu ke kuning, intensitas warna
tergantung kemampuan dari antioksidan. Aktivitas antioksidan dari suatu senyawa dapat digolongkan berdasarkan
nilai IC50 yang diperoleh.
Pada program ini digunakan metode pengujian menggunakan DPPH, dimana metode ini hanya
digunakan untuk menguji senyawa-senyawa antioksidan yang larut dalam pelarut organik khususnya alkohol
(Molyneux, 2004), sehingga pada program ini ini digunakan pelarut alkohol. Data absorbansi yang diperoleh di
atas menunjukkan bahwa semakin tua umur daun, maka semakin kecil nilai absorbansinya. Penurunan absorbansi
pada umur daun yang berbeda disebabkan oleh perbedaan kandungan senyawa antioksidan, dimana semakin tua
umur daun maka semakin banyak senyawa antioksi dan yang terkandung di dalamnya (Arianti et al., 2007).
Semakin banyaknya senyawa antioksidan akan menyebabkan semakin besar pula peredaman warna
ungu dari DPPH sehingga nilai absorbansi yang diperoleh semakin kecil. Peredaman tersebut dihasilkan oleh
bereaksinya molekul DPPH dengan atom hidrogen yang dilepaskan satu molekul komponen sampel sehingga
terbentuk senyawa 1,1-difenil-2-pikrilhidrazin (DPPH-H) dan menyebabkan terjadinya peluruhan warna DPPH dari
ungu ke kuning (Zuhra et al., 2008). Aktivitas antioksidan penangkap radikal dapat diketahui melalui penurunan
serapan tersebut (Oke & Hamburger, 2002).
Flavonoid dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan kemampuannya sebagai zat antioksidan.
Flavonoid bersifat protektif terhadap kerusakan sel β sebagai penghasil insulin serta dapat mengembalikan
sensitivitas reseptor insulin pada sel dan bahkan meningkatkan sensitivitas insulin (Winarsi et al.,2012).
Antioksidan dapat menekan apoptosis sel β tanpa mengubah proliferasi sel β pankreas. Antioksidan dapat
mengikat radikal bebas yang telah dibuktikan dalam beberapa penelitian, sehingga dapat mengurangi resistensi
insulin (Ruhe & McDonald, 2001).
Flavonoid dapat mencegah komplikasi atau progresifitas diabetes melitus dengan cara membersihkan
radikal bebas yang berlebihan, memutuskan rantai reaksi radikal bebas, mengikat ion logam (chelating) dan
memblokade jalur poliol dengan menghambat enzim aldose reduktase. Flavonoid juga memiliki efek
penghambatan terhadap enzim α-gukosidase melalui ikatan hidroksilasi dan substitusi pada cincin β. Prinsip
penghambatan ini serupa dengan acarbose yang selama ini digunakan sebagai obat untuk penanganan diabetes
mellitus, yaitu dengan menghasilkan penundaan hidrolisis karbohidrat, disakarida dan absorpsi glukosa serta
menghambat metabolisme sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa (Ridwan et al., 2012; Taufiqurohman, 2015).
Flavonoid merupakan senyawa inhibitor yang kuat terhadap enzim α-amilase yang berfungsi untuk pemecahan
karbohidrat. Daya inhibisi enzim ini menyebabkan proses pemecahan dan absorbsi karbohidrat akan terganggu,
sehingga kadar gula darah dapat diturunkan (Yulianty et al., 2015).
Flavonoid yang terkandung dalam daun tawandokulo diduga berperan secara signifikan meningkatkan
aktivitas enzim antioksidan dan mampu meregenerasi sel-sel β pankreas yang rusak sehingga defisiensi insulin
dapat diatasi. Flavonoid yang terkandung di dalam tumbuhan diduga juga dapat memperbaiki daya kerja reseptor
insulin, sehingga memberikan efek yang menguntungkan pada keadaan diabetes. Kandungan Flavonoid sebagai
antioksidan yang terkandung dalam daun tawandokulo diduga mampu meregenerasi sel-sel pankreas yang rusak
akibat pembentukan oksigen reaktif sehingga dapat mengatasi defisiensi insulin. Dalam daun tawandokulo
terdapat senyawa flavonoid yang merupakan salah satu yang diduga berefek hipoglikemik (Eryuda et al., 2016).
Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat ditarik simpulan, sebagai berikut : (1) pembuatan ekstrak
daun tawandokulo dilakukan dengan cara mengambil daun muda dan daun tua yang masih segar masing-masing
sebanyak 500 gram. Daun tawandokulo kemudian dibersihkan dengan cara dicuci menggunakan air agar kotoran
yang menempel luruh semua. Kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven selama 24 jam dengun suhu
60oC; (2) semakin tua umur daun, maka semakin kecil nilai absorbansinya. Penurunan absorbansi pada umur
daun yang berbeda disebabkan oleh perbedaan kandungan senyawa antioksidan, dimana semakin tua umur daun
maka semakin banyak senyawa antioksi dan yang terkandung di dalamnya. Semakin banyaknya senyawa
antioksidan akan menyebabkan semakin besar pula peredaman warna ungu dari DPPH sehingga nilai absorbansi
yang diperoleh semakin kecil; dan (3) flavonoid dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan kemampuannya
sebagai zat antioksidan. Flavonoid bersifat protektif terhadap kerusakan sel β sebagai penghasil insulin serta dapat
mengembalikan sensitivitas reseptor insulin pada sel dan bahkan meningkatkan sensitivitas insulin. Flavonoid
yang terkandung dalam daun tawandokulo diduga berperan secara signifikan meningkatkan aktivitas enzim
antioksidan dan mampu meregenerasi sel-sel β pankreas yang rusak sehingga defisiensi insulin dapat diatasi.
Flavonoid yang terkandung di dalam tumbuhan diduga juga dapat memperbaiki daya kerja reseptor insulin,
sehingga memberikan efek yang menguntungkan pada keadaan diabetes.
Berdasarkan pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat ini, maka saran agar masyarakat
dapat mengenal lebih jauh lagi mengenai manfaat dan pemanfaatan berbagai tumbuhan tradisional yang memiliki
khasiat pengobatan, khususnya tumbuhan tawandokulo. Selain itu, masyarakat disarankan dapat merestarikan
berbagai tumbuhan tradisional yang memiliki khasiat pengobatan, khususnya tumbuhan tawandokulo. Sehingga
masyarakat memiliki alternatif obat dan pengobatan tradisional yang murah dan aman, ditengah semakin
mahalnya obat dan pengobatan medis modern.
REFERENSI
Abdelmoaty, M.A., Ibrahim, M.A., Ahmed, N.S., & Abdelaziz, M. A. (2010). Confirmatory Studies on the Antioxidant
and Antidiabetic Effect of Quercetin in Rats. Indian Journal of Clinical Biochemistry, 25(2) : 188-192.
Alwy M.K. (2010). Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Paliasa (Kleinhovia hospital Linn.) Terhadap Pengidap HBs
Ag Positif/VHB. Medical Journal Avicenna, 1(1) : 2
Arianti, Harsojo, Syafria, Y., & Ermayanti, T. M. (2007). Isolasi dan uji antibakteri batang sambung nyawa (gynura
procumbens Lour) umur panen 1, 4 dan 7 bulan. Jurnal Bahan Alam Indonesia, 6(2) : 43-45.
Eryuda, F., Soleha, T. U., Kedokteran, F., Lampung, U., Mikrobiologi, B., Kedokteran, F., & Lampung, U. (2016).
Ekstrak Daun Kluwih ( Artocarpus camansi ) Dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Pada Penderita
Diabetes Melitus Kluwih Leaf Extract ( Artocarpus camansi ) In Lowering Blood Glucose Levels In Patients
With Diabetes Melitus. Majority, 5(4) : 71–75.
Hendrawati, A. R. S. (2009). Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Kemangi (Ocinumsanctum Linn.) Terhadap
Artemia Salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Letholity Test (BSLT), Skripsi, Fakultas Kedokteran,
Universitas Diponegoro. Semarang.
Indrayanto, G. (2006). Prospek (Kimia) Bahan Alam untuk Penemuan Bahan Obat Baru, Seminar Umum
Pendidikan Program Dokter, universitas Mulawarman.
Jagtap, U.B. & Bapat, V.A. (2010). Artocarpus: A review of its traditional uses, phytochemistry and pharmacology.
Journal of Ethnopharmacology, 129 (2010) pp.142–166.
Lohan, D & Johnston S. (2003). The International Regim for Bioprospecting. UNU/ IAS All Right Reserved. 26 pp.
Marianne,Yuandani,Rosnani. Antidiabetic activity from ethanol extract of kluwih’s leaf (Artocarpus camansi).Jurnal
Natural. 2011; 11(2):64-7.
Molyneux, P. (2004). The use of the stable free radical diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for estimating antioxidant
activity. Journal of Science Technology, 26(2) : 211-219.
Oke, J. M. & Hamburger, M. O. (2002). Screening of some nigerian medicinal plants for activity using 2,2-diphenyl-
picrylhidrazil (DPPH) radical. African Journal of Biomeducal Research, 5(1) : 77-79.
Oktafiani, R. (2018). Etnobotani Tumbuhan Obat pada Masyarakat Desa Rahtawudi Lereng Gunung Muria Kudus,
Skripsi, Fakultas Sains dan Teknologiuniversitas Islam Negeri Walisongo, Semarang.
Ruhe, R. C. & McDonald, R. B. (2001). Use of antioxidant nutrient in the prevention and treatment of type 2
diabetes. J. Am. Coll. Nutr., 20(5) pp.363-369
Tamat, S.R.,T, Wikanta, T & Maulina, L.S. (2007). Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas Senyawa Biokatif dari
Ekstrak Rumput Laut Hijau Ulva Reticulata Forsskal, Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, 5(1) : 31-36
Taufiqurohman. (2015). Indonesian Bay Leaves as Antidiabetic for Type 2 Diabetes Mellitus. J. MAJORITY, 4(3)
pp.101-108.
Yulianty, O., Sudiastuti, & Nugroho, R. A. (2015). Efek Ekstrak Biji Ketumbar (Coriandrum sativum L.) terhadap
Histologi Pankreas Mencit (Mus musculus L.) Diabetik Aloksan. Prosiding Seminar Tugas Akhir FMIPA
UNMUL 2015 Periode Juni 2015, Samarinda.
Zuhra, C. F., Tarigan, J. B., & Sihotang, H. (2008). Aktivitas antioksidan senyawa flavonoid dari daun katuk
(Sauropus androgunus (L) Merr.). Jurnal Biologi Sumatera, 3(1): 7-10.