Anda di halaman 1dari 26

UJI AKTIVITAS ANTIDIABETES EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH

CINA ( Peperomia pellucida L. Kunth ) PADA MENCIT JANTAN DENGAN


METODE INDUKSI ALOKSAN

PROPOSAL

OLEH

MAGDALENA WENY LAIYAN

NIM : 20180511064067

PROGRAM STUDI FARMASI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2


BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang.............................................................................................. 4
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 5
1.4. Hipotesis ....................................................................................................... 6
1.5. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 6
BAB II. TINJUAN PUSTAKA............................................................................... 7
2.1 Deskripsi Daun Sirih Cina (Peperomia pellucida L. Kunth) ......................... 7
2.2. Kandungan Senyawa Kimia Daun Sirih Cina (Peperomia pellucida L.
Kunth) .................................................................................................................. 8
2.3. Manfaat Tumbuhan ...................................................................................... 8
2.4. Tinjauan Ektrak dan Ekstraksi...................................................................... 9
2.4.1. Definisi Ekstrak ......................................................................................... 9
2.4.3. Metode Ekstraksi ................................................................................... 9
2.5. Tinjauan Diabetes Melitus.......................................................................... 10
2.5.1. Pengertian Diabetes Melitus ................................................................ 10
2.5.2. Epidemiologi ........................................................................................ 10
2.5.3. Batasan Diabetes Melitus..................................................................... 11
2.5.4. Klasifikasi ............................................................................................ 12
2.5.5. Terapi Antidiabetes .............................................................................. 13
2.5.6. Tinjauan Tentang Mencit (Mus musculus L) ....................................... 15
2.5.7. Tinjauan Tentang Aloksan ................................................................... 17
BAB III. METODE PENELITIAN....................................................................... 18
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian................................................. 18
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................ 18
3.2.1. Alat....................................................................................................... 18
3.2.2. Bahan ................................................................................................... 18
3.2.3. Bahan Tanaman ................................................................................... 18
3.2.4. Hewan uji ............................................................................................. 18
3.3 Pembuatan Simplisia dan Ekstrak Etanol Daun Sirih Cina ......................... 19
3.3.1. Pembuatan Simplisia Daun Sirih Cina ................................................ 19
3.3.2. Pembuatan Ekstrak Daun Sirih Cina ................................................... 19
3.4. Jalannya Penelitian ..................................................................................... 19
3.5. Analisa Data ............................................................................................... 20
3.6. Definisi Operasional ................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21
LAMPIRAN .......................................................................................................... 24
Lampiran 1. Skema Pembuatan Ekstrak Hingga Pengujian Pada Hewan Uji ... 24

DAFTAR GAMBAR

Gambar.2.1. Daun sirih cina (Peperomia pellucida L. Kunth) .......................... 7

Gambar 2.5.6. Hewan Coba Mencit (Mus musculus) ...................................... 16

Gambar 2.5.7. Struktur kimia aloksan (Lenzen, 2008) ................................. 17

DAFTAR TABEL

Tabel 2.5.6. Sifat Biologis Mencit (Mus musculus) ...................................... 16


BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit yang ditandai dengan
terjadinya hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak,
dan protein yang dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau
relatif dari kerja atau sekresi insulin. Gejala yang dikeluhkan pada
penderita DM yaitu polidipsia, poliuria, polifagia, penurunan berat badan,
kesemutan (Kurniawati, E. & Yunita, 2016). Pada beberapa kasus DM
munculnya komplikasi sampai berujung kematian, hal ini dikarenakan
masih kurangnya pengetahuan serta perilaku para penderita DM dalam
meningkatkan kepercayaan diri seseorang dalam menjaga dan
mempertahankan kondisi kesehatannya (Black, J. M., & Hawks, J. H,
2014).

Hasil survey dari World Health Organization (WHO), dimana


penderita DM dengan usia ≥ 18 tahun pada tahun 2014 sebanyak 422 juta.
Mayoritas peningkatan jumlah berasal dari Asia Tenggara dan Pasifik
Barat, dan meliputi sebagian kasus diabetes di dunia. Peningkatan terjadi
secara signifikan pada tahun 1980 dan 2014 terhadap penderita diabetes di
seluruh dunia dari 108 juta menjadi 422 juta (Kementerian Kesehatan RI,
2018). Angka kejadian pasien DM tahun 2013 yang terjadi di Indonesia
dengan usia ≥15 tahun mengalami penurunan dengan capaian 1,5% tidak
sebanding dengan prevalensi tahun 2018 usia ≥ 15 tahun mengalami
kenaikan menjadi 2,0%. Selain itu, jumlah penderita lebih dominan
menyerang wanita (1,8 %) dibandingkan pria (1,2 %) di Indonesia (Riset
Kesehatan asar [Riskesdas], 2018).

Penggunaan bahan alam, baik sebagai obat maupun tujuan lain


cenderung meningkat terlebih dengan adanya isu back to nature
(Sukandar, 2006). Lebih dari 400 jenis tanaman telah terbukti mempunyai
aktivitas hipoglikemia karena dalam tanaman tersebut terkandung
senyawa-senyawa yang berkhasiat sebagai antidiabetes seperti
polisakarida, protein, flavonoid, alkaloid, steroid, dan terpenoid (Kim et
al., 2006). Di antara 250.000 jenis tanaman obat di seluruh dunia
diperkirakan mengandung senyawa antidiabetes yang belum ditemukan.
Saat ini minat masyarakat terhadap pengobatan dengan obat alam semakin
meningkat. Pemanfaatan tanaman baik sebagai obat maupun tujuan lain
merupakan salah satu fenomena yang terjadi saat ini. Tanaman obat
mengandung banyak komponen senyawa aktif dan memiliki berbagai efek
farmakologis yang perlu dibuktikan kebenarannya secara ilmiah
(Sukmawati, Yuliet, & Hardani, 2015).

Salah satu jenis tanaman yang diduga memiliki khasiat sebagai


antidiabetes adalah daun sirih cina. Daun sirih cina (Peperomia pellucida
L. Kunth) secara tradisional telah dimanfaatkan dalam mengobati beberapa
penyakit seperti abses, bisul, jerawat, radang kulit, penyakit ginjal, dan
sakit perut (Sitorus, Momuat, & Katja, 2013).
Daun sirih cina (Peperomia pellucida L. Kunth), merupakan tumbuhan
herba yang termasuk famili Piperaceae. Tumbuh pada daerah yang tidak
begitu kering. Umumnya pada daerah yang tidak begitu subur misalnya
pada batu, tembok yang lembab, di ladang dan di perkarangan bahkan di
pinggiran parit.
Senyawa kimia yang terkandung dalam daun sirih cina (Peperomia
pellucida L. Kunth) diantaranya yaitu alkaloid, tanin, saponin, flavonoid,
kalsium oksalat, lemak, dan minyak atsiri, polifenol, kardenolid, steroid,
triterpenoid, dan karbohidrat (Dewijanti, Angelina, Hartati, Dewi, &
Meilawati, 2014). Daun sirih cina (Peperomia pellucida L. Kunth) ini juga
diketahui memiliki aktivitas antibakteri, analgesik, antipiretik,
antiinflamasi, hipoglikemik, antijamur, antimikroba, antikanker,
antioksidan, antidiabetik (Samila, Indrawati, & Refilda, 2016), serta
antihipertensi (Salma, Paendong, Momuat, & Togubu, 2013). Dengan
senyawa yang terkandung dalam daun sirih cina (Peperomia pellucida L.
Kunth) bisa diasumsikan bahwa tumbuhan ini dapat menghambat
antidibetes.

Berdasarkan uraian di atas penelitian ini dilakukan untuk


mengetahui apakah daun sirih cina (Peperomia pellucida L. Kunth)
terdapat aktivitas antidiabetes dari ekstrak etanol daun sirih cina
(Peperomia pellucida L. Kunth) pada mencit jantan dengan metode
induksi aloksan.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar berlakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah :
1. Apakah ekstrak daun sirih cina (peperomia pellucida L. Kunth) memiliki
aktivitas antidiabetes terhadap mencit jantan yang diinduksi aloksan ?
2. Berapa dosis ekstrak etanol daun sirih cina (peperomia pellucida L.
Kunth) yang dapat memberikan efek antidiabetes pada mencit jantan
dengan metode induksi aloksan?

1.3. Tujuan Penelitian


1. Untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan
peneliti
2. Untuk mengetahui senyawa yang terdapat pada ekstrak daun sirih cina
(peperomia pellucida L. Kunth) dalam pengobatan antidiabetes pada
mencit jantan dengan metode induksi aloksan.
3. Untuk mengetahui dosis ekstrak daun sirih cina (peperomia pellucida L.
Kunth) yang dapat memberikan efek antidiabetes pada mencit jantan
dengan metode induksi aloksan.

1.4. Hipotesis
Hipotesis yang akan dibuktikan kebenarannya dalam penelitian ini adalah:

H0 : Ekstrak etanol daun sirih cina (Peperomia pellucida L. Kunth) tidak


memiliki aktivitas antidiabetes terhadap hewan uji.

H1 : Ekstrak etanol daun sirih cina (Peperomia pellucida L. Kunth) memiliki


aktivitas antidiabetes terhadap hewan uji.

1.5. Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Manfaat penelitian ini bagi peneliti yaitu menambah pengetahuan


peneliti terhadap manfaat daun sirih cina (Peperomia pellucida L.
Kunth) sebagai antidiabetes,
2. Manfaat penelitian ini bagi keilmuan yaitu untuk menambah informasi
dalam penggunaan daun sirih cina (Peperomia pellucida L. Kunth)
sebagai antidiabetes, sebagai sumber sumber referensi bagi praktis dan
tertarik dalam penelitian untuk mengobati diabetes,
3. Sebagai data dan informasi untuk melakukan penelitian yang lebih
lanjut.
BAB II. TINJUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Daun Sirih Cina (Peperomia pellucida L. Kunth)


Tumbuhan sirih cina merupakan tumbuhan herba yang berasal dari
Amerika Serikat tetapi tumbuh liar dan mudah didapatkan di Indonesia.
Tumbuhan ini banyak kita temui pada pekarangan, pinggir parit, ditempat
yang lembab. Tumbuhan ini memiliki tinggi 10-20 cm dengan batang tegak,
lunak dan berwarna hijau muda. Daun tunggal dengan kedudukan spiral,
bentuk lonjong, panjang 1-4 cm, lebar 1,5-2 cm, ujung runcing, pangkal
bertoreh, tepi rata, pertulangan melengkung, permukaan licin, lunak, dan
berwarna hijau. Bunga majemuk, berbentuk bulir, terletak diujung batang
atau di axila daun, panjang bulir 2-3 cm, tangkai lunak, berwarna putih
kekuningan. Akar serabut, putih dan perakaran tidak dalam (Heyne, 1987).

Gambar.2.1. Daun sirih cina (Peperomia pellucida L. Kunth)

Klasifikasi daun sirih cina yaitu ;

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Trachebionta

Superdivision: Spermatophyta

Division : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Subclass : Magnoliidae
Ordo : Piperales

Familia : Piperaceae

Genus : Peperomia

Spesies : Peperomia pellucida L.

Tumbuhan daun sirih cina memiliki nama yang berbeda pada masing-
masing daerah, seperti Suruhan; Sladanan; Rangu-rangu (Jawa),
Saladaan (Sunda), Ketumpangan ayer (Sumatera), Gofu doroho
(Ternate) (Heyne, 1987).

2.2. Kandungan Senyawa Kimia Daun Sirih Cina (Peperomia pellucida L.


Kunth)
Daun ini memiliki banyak kandungan senyawa kimia yang telah di
teliti sebelumnya yaitu dalam penelitian Xu dkk (2005), daun ini
memiliki senyawa minyak essensial terutama carotol dillapiole, β-
carophyllene. Dalam penelitian Majumder (2011) daun ini memliki
senyawa steroid, flavonoid, karbohidrat. Alkaloid, flavonoid, saponin,
tanin, dan triterpenoid (Irsyad, 2013). Dari hasil fitokimia yang dilakukan
Angelina dkk (2015) daun sirih cina (Peperomia pellucida L.) ini
mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan
triterpenoid. Dengan senyawa yang terkandung dalam tumbuhan suruhan
(Peperomia pellucida L.) bisa diasumsikan bahwa tumbuhan ini dapat
diketahui dalam uji antidiabetes.

2.3. Manfaat Tumbuhan


Tumbuhan sirih cina (Peperomia pellucida L.) secara tradisional
telah dimanfaatkan dalam mengobati beberapa penyakit, seperti abses,
bisul, jerawat, radang kulit, penyakit ginjal dan sakit perut. Manfaat lain
dari Tumbuhan sirih cina (Peperomia pellucida L.) diantaranya sebagai
obat sakit kepala, demam (Oloyede, 2011).
Menurut Sio Susie O, (2001) tumbuhan ini digunakan sebagai
alternatif pengobatan asam urat. Sedangkan menurut mappa dkk, (2013)
tumbuhan ini digunakan sebagai obat penyembuhan luka. Potensi
tumbuhan suruhan sebagai senyawa antikanker, antimikroba dan
antioksidan telah dilaporkan oleh Wei et al. (2011). Dalam penilitian
(Sheikh dkk, 2013) tumbuhan ini Memiliki aktivitas analgesik,
antiinflamasi, hipoglikemik. Menurut (Nwokocha, 2012) tumbuhan ini
bisa dijadikan sebagai antimikroba, antikanker, antibakteri dan
antihipertensi.

2.4. Tinjauan Ektrak dan Ekstraksi

2.4.1. Definisi Ekstrak


Ekstrak adalah sedian kering, kental, atau cair dibuat dengan
menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok
diluar pengaruh dari seinar matahari langsung (Farmakope Herbal
Indonesia, 2008).
Cara pembuatan ekstrak diawali dengan proses penyarian.
Penyarian simplisia dilakukan dengan cara maserasi, perkolasi atau
penyeduhan dengan air mendidih. Penyarian dengan campuran
etanol dan air dapat dilakukan dengan cara maserasi atau perkolasi
(Farmakope Herbal Indonesia, 2008).

2.4.2. Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh
kandungan senyawa kimia dari jaringan tumbuhan maupun hewan.
Cairan penyari dapat berupa air, etanol dan campuran air etanol
(Farmakope Herbal Indonesia, 2008). Ekstraksi adalah kegiatan
penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari
bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair (Raja, 2008). Proses
pembuatan ekstrak yang baik harus melewati beberapa tahapan proses,
yaitu :
1. Pembuatan serbuk simplisia,
2. Pemilihan cairan pelarut,
3. Separasi dan pemurnian,
4. Pemekatan/penguapan,
5. Pengeringan ekstrak,
6. Rendemen
(Depkes RI, 2000)

2.4.3. Metode Ekstraksi


Adapun beberapa metode ekstraksi yang telah disebutkan
oleh Parameter Standar Umum Ekstrak, 2000 yaitu cara panas dan
cara dingin. Cara dingin dibagi menjadi 2 yaitu maserasi dan perkolasi
Cara dingin :
1. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan
menggunakan pelarut dan beberapa kali pengocokan atau
pengadukan dengan temperatur ruangan (kamar). Secara
teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian
konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti
dilakukan pengadukan yang kontinyu (terus-menerus).
Remaserasi adalah dilakukan penambahan pelarut setelah
dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya.
2. Perkolasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang
berulang-ulang sampai sempurna yang umumnya dilakukan
pada temperatur ruangan.

Cara Panas :
1. Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut yang pada temperatur
titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas
yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
2. Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang berulang-
ulang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi
ekstraksi kontinyu dengan jumlah pelarut relatof konstan dengan
adanya pendingin balik.
3. Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinyu)
pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur 40-50oC.
4. Infudasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur
penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air
mendidih, temperatur terukur 96-98oC) selama waktu tertentu
(15-20 menit).
5. Dekoktasi adalah infus yang pada waktu yang lebih lama (30
menit) dan temperatur sampai titik didih air.

2.5. Tinjauan Diabetes Melitus

2.5.1. Pengertian Diabetes Melitus


Diabetes melitus adalah gangguan metabolik yang ditandai
dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia).
Hal ini dihubungkan dengan keadaan abnormalitas metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin (sensitivitas) atau keduanya, dari faktor
genetik serta faktor lingkungan dan mangakibatkan komplikasi
kronis termsuk mikrovaskuler, makrovaskuler, dan neuropati
kronis (Dipiro et al, 2015; Hasan et al, 2013).

2.5.2. Epidemiologi
DM tipe 1 adalah penyakit autoimun yang dapat
berkembang pada masa anak-anak maupun tahap dewasa awal,
walaupun beberapa dalam bentuk laten dapat terjadi. DM tipe 1
terjadi 5%-10% dari semua kasus DM yang terjadi dan kemungkinan
disebabkan secara genetik ataupun faktor lingkungan. Perkembangan
dari autoimun sel β-pankreas terjadi kurang dari 10% populasi
dengan kelainan genetik dan kurang dari 1% karena faktor
lingkungan (Triplitt, et al., 2008)

Prevalansi dari DM tipe 2 sebesar 90% dari semua kasus


DM yang terjadi. Beberapa faktor resiko yang dapat membawa
seseorang pada DM tipe 2 yaitu riwayat keluarga, obesistas, aktivitas
fisik, ras atau etnis. Secara keseluruhan prevalensi DM tipe 2 di
Inggris ±9.6% pada 20 tahun keatas. Di Indonesia sendiri, prevalensi
DM dari tahun ke tahun semakin meningkat, berdasar Badan Pusat
Statistik Indonesia tahun 2003 terdapat ±133 juta jiwa penduduk
diatas 20 tahun terjangkit DM, dengan prevalensi sebesar 14,7%
pada daerah urban dan 7,2% pada daerah rural, maka diperkirakan
terdapat 194 juta penduduk berusia 20 tahun keatas di tahun 2030
(Riskesdas, 2013).

Prevalensi DM tipe 2 bervariansi pada perempuan


dibandingkan pria, dan sangat bervariansi pula di antara berbagai
populasi ras dan etnis. Terutama meningkat pada beberapa penduduk
asli Amerika, Hispanik Amerika, Asia Amerika, Afrika Amerika dan
kepulauan Pasifik. Adapun jenis lain DM, yaitu DM gestasional
adalah diabetes yang di derita ibu pada masa kehamilan di Amerika.
Wanita Amerika kebanyakan akan kembali normal setelah
melahirkan, tetapi 30-50% akan berkembang menjadi DM tipe 2
atau intoleransi glukosa dikemudian hari (Triplitt, et al., 2008)

2.5.3. Batasan Diabetes Melitus


Seseorang akan didiagnosis menderita Diabetes Melitus
apabila masuk dalam kriteria berikut :

1. Glukosa darah acak lebih dari 200 mg/dL disertai dengan gejala
diabetes yang sering muncul yaitu poliuria, polidipsia, dan
penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas. GDA diartikan
sebagai waktu kapan pun tanpa memperhatikan jangka waktu
terakhir makan.
2. Glukosa darah puasa lebih dari 126 mg/dL . Puasa diartikan
sebagai tidak adanya asupan kalori selama minimal 8 jam.
3. Glukosa darah 2 jam lebih dari 200 mg/dL selama Tes Toleransi
Glukosa Oral ( TTGO ). Asupan glukosa yang
direkomendasikan pada tes ini adalah 75 gram atau yang
sebanding.
4. HbA 1c lebih dari 6,5%. Tes tersebut harus dilakukan di
laboratorium yang menggunakan metode disertifikasi oleh
NGSP ( National Glycohemoglobin Standarization Program )
dan di standarisari oleh DCCT ( Diabetes Control and
Complication Trial ). (Triplitt et al., 2008 ; ADA, 2012).

2.5.4. Klasifikasi

2.5.4.1. Diabetes Melitus Tipe 1


Biasanya disebut juga Insulin Dependent Diabetes
Melitus (IDDM) adalah penyakit kelainan autoimun yang
menyebabkan kerusakan pada sel β-pankreas, selain itu
kerusakan sel β-pankreas disebabkan karena proses
idiopatik, namun hal ini jarang terjadi. Proses autoimun
diperantarai oleh makrofag dan sel limfosit T dengan
autoantibodi yang bersikulasi terhadap antigen sel β.
Pengukuran autoantibodi yang lain adalah insulin
autoantibodi, autoantibodi terhadap glutamic acid
decarboxylase, insulin antibodi terhadap islet tyrosin
phosphate dan lain sebaginya.

2.5.4.2. Diabetes Melitus tipe 2


DM tipe 2, yaitu Non Insulin Depedent Diabetes
Melitus (NIDDM) ditandai oleh resistensi insulin dan
berkurangnya sekresi insulin, yang akan semakin
berkurang sekresinya dari waktu ke waktu. Sebagian besar
pasien DM tipe 2 memperlihatkan obesistas abdomen,
yang mana obesitas abdomen itu sendiri mengakibatkan
resistensi insulin. Sebagai tambahan, hipertensi, dislipemia
( high triglyceride levels and low HDL-cholesterol levels )
dan peningkatan plasminogen activator inhibitort type 1
(PAI-1) sering ditemukan. Sekumpulan abnormalitas ini
menunjukkan sindrom resistensi insulin atau sindrom
metabolisme. Dikarenakan abnormalitas ini, pasien
dengan DM tipe 2 berada dalam resiko tinggi karena
komplikasi makrovaskular (Triplitt, et al., 2008).

2.5.4.3. Diabetes Melitus Gestasional (GDM)


GDM digambarkan sebagai intoleransi glukosa
yang dikenali selama masa kehamilan. Diabetes
gastasional berada pada ±7% dari keseluruhan kehamilan.
Deteksi klinik secara dini sangat penting, sebagai terapi
akan mengurangi tingkat morbiditas dan mortalitas
perinatal (Triplitt, et al., 2008)

2.5.4.4. Diabetes tipe spesifik lain


DM tipe lain yang terjadi yaitu DM yang
disebabkan penyakit lain, seperti kelainan endokrin atau
pankreas akibat pengunaan obat lain (Suherman dan
Nafrialdi, 2011)

2.5.5. Terapi Antidiabetes


Berdasrkan cara pemberiannya obat hipoglikemik terdiri
dari obat hipoglikemik oral dan obat hipoglikemik suntik yang
mengandung insulin. Saat ini ada beberapa kelas obat oral
antidiabetes sebagai berikut :

1. Gologan Sulfonilurea
Mekanisme utamanya adalah peningkatan sekresi insulin.
Sulfonilurea mengikat reseptor sulfonilurea spesifik pada sel β-
pankreas. Ikatan tersebut menutup saluran K+ yang tergantung
pada ATP, akibatnya menurunkan keluaran kalium dan
kemudian terjadi depolarisasi membrane, saluran kalsium
terbuka dan kalsium masuk. Peningkatan jumlah kalsium
intraseluler menyebabkan pengeluaran insulin. Efek samping
sulfonilurea yang paling sering adalah hipoglikemik dan
peningkatan berat badan (~2kg). (Triplitt, et al., 2008)
2. Golongan Meglitinid (Glinid)
Mekanisme kerja obat ini sama dengan sulfonilurea,
menutup ATP sensitive potassium channel, yang kemudian
menyebabkan depolarisasi, influx kalsium dan meningkatkan
sekresi insulin. Obat diabsorbsi cepat setelah pemberian peroral
dan dieliminasi secara cepat melalui hati. Efek samping
golongan obat ini adalah hipoglikemi, tetapi pada tingkat yang
lebih rendah. Contoh obat ini yaitu repaglinid dan neteglinid.
3. Golongan Biguanid
Contoh obat ini yaitu metformin, bekerja dengan cara
meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin yang di produksi
oleh pankreas, tidak merangsang peningkatan produksi oleh
pankreas, tidak merangsang produksi insulin sehingga
pemakaian tunggal tidak berakibat hipoglikemia (Kroon dan
Williams, 2013). Metformin tidak mempunyai efek langsung
pada sel β-pankreas, meskipun kadar insulin menurun. Diketahui
bahwa efek utama obat ini adalah menurunkan produksi glukosa
hepatik melalui aktivitas enzim AMP-activated protein kinase
dan meningkatkan stimulasi ambilan glukosaoleh otot skelet dan
ajringan lemak (Katzung, 2011). Efek samping dari obat ini
adalah rasa tidak nyaman pada perut atau diare pada 30%
pasien. Anoreksia, mual, rasa logam dan rasa penuh pada perut
juga di laporkan terjadi. Obat diberikan pada saat atau sesudah
makan (Triplitt, et al., 2008)
4. Golongan Thiazolidinedion
Golongan ini bekerja dengan cara berikatan pada
peroxisome proliferator activated receptor gamma (PPAR
Gamma), yaitu suatu reseptor inti di sel otot dan sel lemak. Obat
ini juga mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan
meningkatan ambilan glukosa di perifer. Contohnya antara lain
pioglitazon (actos), rosiglitazon (avandia). Obat ini mempunyai
efek samping retensi cairan (Triplitt, et al., 2008 ; Kroon dan
williams, 2013).
5. Golongan α-glukosidase inhibitor
Akarbose dan miglitol secara kompetitif menghambat kerja
enzim (maltase, isomaltase, sukrosa dan glukoamilase) pada
usus kecil sehingga menunda pemecahan sukrosa dan
karbohidrat. Efek dari obat ini adalah menurunkan kadar
glukosa postpandrial (Triplitt, et al., 2008 ; Kroon dan williams,
2013). Efek samping yang sering terjadi yaitu flatulen,
kembung, ketidaknyamanan pada perut atau diare.
6. Golongan DPP-IV Inhibitor
Golongan ini menghambat degradasi glucagon like peptide
1 (GLP-1) dan GIP, dengan demikian meningkatkan efek kedua
incretin pada fase awal sekresi insulin dan penghambatan
glukagon. Efek samping obat ini yaitu resiko infeksi saluran
pernafasan atas, sakit kepala dan hipersensitivitas.

2.5.6. Tinjauan Tentang Mencit (Mus musculus L)

Menurut Arrington (1972), sistematika mencit (Mus musculus)


berdasarkan taksonomi adalah sebagai berikut ;

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Rodentia

Famili : Muridae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus


Gambar 2.5.6. Hewan Coba Mencit (Mus musculus)
Mencit (Mus musculus) hidup dalam daerah yang cukup
luas penyebarannya, mulai dari iklim dingin, sedang, maupun
panas dan dapat hidup terus menerus dalam kandang atau secara
bebas sebagai hewan liar. Hewan percobaan adalah hewan yang
digunakan dalam penelitian biologis maupun biomedis dan
dipelihara secara intensif di laboratorium. Salah satu hewan
laboratorium yang sering digunakan adalah mencit (Mus
musculus). Mencit laboratorium digunakan untuk penelitian
dalam bidang obat-obatan, genetik, diabetes melitus, dan obesitas
(Andri, 2007).
Mencit sebagai hewan percobaan sangat praktis untuk
penelitian kuantitatif, karena sifatnya yang mudah
berkembangbiak, selain itu mencit juga dapat digunakan sebagai
hewan model untuk mempelajari seleksi terhadap sifat-sifat
kuantitatif (Andri, 2007).

Tabel 2.5.6. Sifat Biologis Mencit (Mus musculus)


Mencit termasuk kedalam golongan hewan amnivora,
sehingga mencit dapat memakan semua jenis makanan. Mencit juga
termasuk hewan nokturnal, yaitu aktivitas hidupnya (seperti aktivitas
makan dan minum) lebih banyak terjadi pada sore dan malam hari.
Kualitas makanan merupakan salah satu faktor lingkungan yang
sangat berpengaruh terhadap penampilan mencit, sehingga status
makanan yang diberikan dalam percobaan biomedis mempunyai
penagruh nyata terhadapa hasil percobaan. (Andri, 2007)

2.5.7. Tinjauan Tentang Aloksan


Aloksan (2,4,5,6-tetraoksipirimidin; 2,4,5,6
pirimidinetetron) merupakan senyawa turunan pirimidin
teroksigenasi yang bersifat asam lemah, sangat hidrofilik dan tidak
stabil (dapat terdekomposisi menjadi asam aloksanat). Mekanisme
aloksan melalui sel beta selektif, waktu paruhnya pada pH netral
7,4 dan suhu 37oC adalah 1,5 menit dan akan lebih lama pada
temperatur yang lebih rendah. Aloksan stabil pada pH asam
(Lenzen, 2008).

Gambar 2.5.7. Struktur kimia aloksan (Lenzen, 2008)


Aloksan memiliki dua efek patologis yaitu selektif
mengahambat sekresi insulin yang diinduksi oleh glukosa melalui
kemampuannya untuk menghambat sensor gliukosa sel beta dan
mengakibatkan kerusakan sel beta pankreas yang merupakan
akibat radikal hidroksil hasil reaksi aloksan tiol intaseluler
(glutation) yang dapat mengakibatkan nekrosis sel beta pankreas
sehingga menjadi insulin dependent aloksan diabetes (Lenzen,
2008).
BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian


Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Biologi dan Laboratorium
Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Cenderawasih selama kurang lebih 2 bulan penelitian pada bulan Januari-
Februari 2022.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain : Water
bath, rotavapour, freeze-dryer, timbangan, neraca analitik digital, alat-
alat gelas (beaker glass, gelas ukur, kaca arloji, batang pengaduk),
skalpel, jarum suntik, spuit, sonde, holder tikus, Glucose Test dan test-
strips.

3.2.2. Bahan
Bahan tumbuhan atau tanaman yang digunakan adalah daun sirih cina
(Peperomia pellucida L. Kunth). Bahan-bahan yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain : etanol 96%, air, air suling, xylen, FeCl3 1%,
serbuk Mg, alkohol : asam klorida (1:1), amil alkohol, Fehling A dan
Fehling B, larutan formalin 3% : HCl 1N (2:1), HCl 2N, reagent
Dragendrof, dan Mayer. Bahan uji farmakologi yang digunakan adalah
mencit jantan, aloksan monohidrat dan larutan CMC 0,5%.

3.2.3. Bahan Tanaman


Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun sirih cina.
Determinasi daun sirih cina dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi
Universitas Cenderawasih (UNCEN).

3.2.4. Hewan uji


Hewan uji yang digunakan adalah mencit jantan yang berumur 2-3
bulan dengan berat rata-rata 20 gram. Perlakuan untuk hewan uji yaitu
mencit ditimbang dan masing-masing diberi tanda, mencit yang
digunakan sebanyak 25 ekor mencit dikelompokkan menjadi 5
kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor mencit,
sebelumnya mencit dipuasakan selama 16 jam dan diinduksi aloksan.
3.3 Pembuatan Simplisia dan Ekstrak Etanol Daun Sirih Cina

3.3.1. Pembuatan Simplisia Daun Sirih Cina


Daun dikumpulkan sebanyak 50 g dan dilakukan sortasi basah pada
daun sirih cina untuk memisahkan kotoran-kotoran yang terdapat pada
daun. Daun dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan pengotor
yang melekat pada daun. Lalu daun sirih cina dirajang untuk
mempermudah proses pengeringan dan ekstraksi. Daun dikeringkan
dibawah sinar matahari. Kemudian dihaluskan dengan menggunakan
blender. Terakhir ditimbang berat simplisia kering daun sirih cina yang
dihasilkan.

3.3.2. Pembuatan Ekstrak Daun Sirih Cina


Simplisia daun sirih cina diekstraksi dengan cara maserasi
menggunakan pelarut etanol 96% dan di diamkan dalam kurung waktu
tertentu. Maserat dipisahkan dengan cara filtrasi. Proses penyarian
diulangi sekurang-kurangnya dua kali dengan jumlah dan jenis pelarut
yang sama hingga pelarut menjadi jernih. Kemudian maserat
dikumpulkan, pelarut diuapkan dengan penguap vakum hingga
didapatkan ekstrak kental. Setelah berat ekstrak kental konstan,
ditambahkan pengering microcell dan corn starch dengan perbandingan
60 : 40 (Sukardiman, 2013 ; Studiawan, 2014)

3.4. Jalannya Penelitian


1. Pembuatan ekstrak etanol daun sirih cina
Serbuk daun sirih cina 50 g dimasukkan ke dalam kantung dari kertas saring
yang berbentuk silinder dan ujung-ujungnya diikat dengan tali, kemudian
dimasukkan ke dalam alat Soxhlet dan ditambah dengan etanol kurang lebih
375 ml dilakukan sebanyak dua kali sirkulasi. Proses ekstraksi dilakukan
sampai filtrat yang tersirkulasi berwarna jernih.

2. Prosedur pengujian antidiabetes


Mencit ditimbang dan dikelompokkan, dipuasakan terlebih dahulu selama
16 jam pada hari pertama dilakukan pengambilan darah awal sebelum
mencit diberi perlakuan, kemudian dilakukan pengukuran kadar glukosa
darah awal (T0). Pada hari tersebut juga diberikan larutan aloksan
monohidrat 4,2 mg/20 g BB mencit secara intraperitoneal. Stabilisasi selama
3 hari setelah induksi dengan larutan aloksan, hewan uji yang positif DM
(kadar gula darah > 200) dikelompokkan kemudian diambil darahnya (T1).
Lalu masing-masing kelompok diberi suspensi CMC 0,5%, suspensi
glibenklamid 0,013 mg/20 g bb mencit (kelompok pembanding), ekstrak
etanol daun sirih cina 2,8 mg/20 g bb mencit, ekstrak etanol daun sirih cina
4,2 mg/20 g bb mencit, ekstrak etanol daun sirih cina 5,6 mg/20 g bb mencit
(kelompok perlakuan), secara oral setiap hari pada pagi hari. Larutan uji
diberikan selama 14 hari, pengambilan sampel darah dilakukan pada hari ke
0, 3, 7, dan 14 setelah perlakuan pemberian larutan uji selanjutnya diukur
kadar glukosa darah setelah perlakuan.
Sampel darah diambil dari ekor mencit dengan cara menusuk ekor dengan
menggunakan jarum, kemudian darah diteteskan pada strip glukometer dan
dimasukkan dalam glukometer yang telah divalidasi/kalibrasi untuk dibaca
kadar glukosanya.

3.5. Analisa Data


Data yang diperoleh pada penelitian ini dianalisis menggunakan uji
Kolmogorov Smirnov kemudian jika hasilnya tidak normal maka dilanjutkan
dengan metode Kruskal Wallis sedangkan jika hasilnya normal maka di
lanjutkan dengan Anova satu arah. Uji dilanjutkan dengan Post Hoc test
(p<0.05).

3.6. Definisi Operasional


Pada penelitian ini digunakan beberapa istilah, agar tidak terjadi
kekeliruan penafsiran pembaca terhadap variable-variabel dalam judul,
dengan demikian penjelasan mengenai istilah yang digunakan dalam
penelitian adalah sebagai berikut:

1. Ekstrak merupakan suatu sediaan pekat yang diperoleh dengan


mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani dengan
menggunakan pelarut yang sesuai.
2. Antidiabetes adalah sebutan dalam pengobatan yang bekerja untuk
abnormalitas peningkatan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia).
3. Aloksan adalah kemampuannya untuk menghambat sensor gliukosa sel
beta dan mengakibatkan kerusakan sel beta pankreas sehingga menjadi
insulin dependent aloksan diabetes.
DAFTAR PUSTAKA
Andri, W.Y. 2007. Produksi Mencit Putih (Mus musculus) dengan Subtitusi Bawang
Putih (Allium Sativum) dalam Ransum, Skripsi. Fakultas Pertenakan Insitusi
Pertanian Bogor, P. 3-5.

Angelina, M., Amelia, P., Irsyad, M., Meilawati, L., & Hanafi, M. (2015).
Karakterisasi Ekstrak Etanol Herba Katumpangan Air (Peperomia pellucida L.
Kunth). Biopropal Industri, 53-61.

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Buku 2.
Singapore: Elsevier.

DepKes. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:


Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008, Farmakope Herbal Indonesia, 113-


115, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Dewijanti, I. D., Angelina, M., Hartati, S., Dewi, B. E., & Meilawati, L. (2014). Nilai
LD50 dan LC50 Ekstrak Etanol Herba Ketumpangan Air (Peperomia pellucida L.
Kunth). Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, 255-260.

Dipiro J.T., Talbert R.L, Yee G.C., Matzke G.R., Wells B.G., and Posey L.M., 2015.
Pharmacotherapy; A Patophysiologic Approach. 9th Edition. Mc Graw Hill,
New York.

Heyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna Jilid II. Jakarta: Yayasan Sarana Wana.

Irsyad, M. (2013). Standarisasi Ekstrak Etanol Tanaman Ketumpangan Air


(Peperomia pellucida L. Kunth). Skripsi.

Katzung B.G., Master S.B., and Trevor A.J., (Eds), 2009. Chapter 41 : Pancreatic
Hormon and Antidibetic Drug In: Basic & Clinical Pharmacology, 11th ed.
China: The Mc Graw-Hill Companies.

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Pedoman Diabetes Melitus


Kim JS, Ju JB, Choi CW, dan Kim SC, 2006, Hypoglycemic and Antihyperlipidemic
Effect of Four Korean Medicinal Plants in Alloxan Induced Diabetic Rats, Am J
of Biochemistry and Biotechnology, 2(4), 154-160.

Kurniawati, E. & Yunita, B (2016). Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan


Kejadian Diabetes Melitus Tipe II.Jurnal Majority.Vol. 5, No.2.

Lenzen, S., 2008. The Mechanism of Alloxan and Streptozotocin Induced Diabetes.
Diabetologia 51.P. 216-226.

Majumder, P. (2011). Phytochemical Pharmacognostical And Physicochemical


Standardization Of Peperomia pellucida L. Stem Pharmacie Globale
International Journal Of Comprehensive Pharmacy.

Mappa, T., H, J., & K, N. (2013). Formulasi Gel Ekstrak Daun Sasaladahan
(Peperomia Pellucida L.) Dan Uji Efektivitas Terhadap Luka Bakar Pada Kelinci
(Oryctolagus cuniculus). Jurnal Ilmiah Farmasi.

Nwokocha. (2012). Possible Mechanism Of Action Of The Hypotensive Effect Of


Peperomia pellucida And Interaction Between Human Cytochrom P450 Enzyme
Medical And Aromatic Plant. 1-5.

Oloyede, K. G. (2011). Phytochemical Toxicity Antimicrobial And Antioxidant


Screening Of Leaf Extracs Of Advances In Enviromental Biology. Nigeria:
University of Ibadan.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian RI tahun 2013.

Riskesdas. (2018). Riset Kesehatan Dasar. http://www.litbang.


depkes.go.id/blriskesdas 2018.

Sheikh, & Hasib. (2013). Hypoglycemic, Anti-inflamtory and Analgesic Activity of


Peperomia pellucida L. International Journal of Pharmaceutical Science and
Research, 458-463.
Sio, Susie, O. S., Nelia, P. M., & Sia, I. C. (2001). Acute oral toxicity of the
freezedried aqueous extract Peperomia pellucida L. HBK in Mice. Acta
Medica Philipina, 1-11.

Sitorus, E., Momuat, L. I., & Katja, D. G. (2013). Aktivitas Antioksidan


Tumbuhan Suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth). Jurnal Ilmiah Sains,
80-85.

Smith, J.B., dan Mangkoewidjojo, S., 1988, Pemeliharaan Pembiakan dan


Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis, Penerbit Universitas
Indonesia, Jakarta.

Sukmawati, Yuliet, & Hardani, R. (2015). Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak


Etanol Daun Pisang Ambon (Musa paradisiaca L.) Terhadap Tikus Putih
(Rattus norvegicus L.) Yang Diinduksi Karagenan. Galenika Journal of
Pharmacy, 126-132.

Triplitt C.L., Reasner C.A. and Isley W.C., 2008. Chapter 77 : Diabetes Melitus.
In: (Dipiro JT, Talbert RL, Yee GC, Wells BG and Posey LM Eds).
Pharmacotherapy A Pathophysiologic Apporoach. 7th ed. New York: Mc
Graw-Hill Companies Inc., p. 1205-1223.

Wei, L. S., Wee, W., Siong, J. Y., & Syamsumir, D. F. (2011). Characterization of
anticancer, antimicrobial, antioxidant properties and chemical
compositions of Peperomia pellucida leaf extract. Acta Medica Iranica,
670-674.

Xu, S., N, L., Ning, M. M., Zhou, C. H., Yang, Q. R., & Wang, M. W. (2005).
Bioactive Compounds From Peperomia pellucida . American Chemical
Society and American of Pharmacognocy.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema Pembuatan Ekstrak Hingga Pengujian Pada Hewan Uji

Daun sirih cina 50 g

- Disortasi basah
- Dicuci
- Dikeringkan dibawah sinar matahari
- Dihaluskan
- Ditimbang
Serbuk simplisia daun sirih cina

- Diekstraksi secara maserasi dengan


etanol 96% selama kurung waktu
tertentu
- Dilakukan pengadukan satu kali
Filtrat sehari

- Dipekatkan dengan Rotavapour

Ekstrak kental daun sirih cina

Mencit Jantan Aloksan 0,5 %

- Diadaptasikan dengan - Dicampurkan


lingkungan selama 2 dengan larutan
minggu saline normal
- Dipuasakan  18 jam - Dicampur hingga
dilakukan pengambilan 100 ml
darah awal Larutan Aloksan

Mencit jantan yang


telah siap diujikan
Mencit jantan

- Dibagi menjadi 5 kelompok yang


terdiri dari 5 ekor
- Diberi tanda pada mata kaki mencit
- Diukur dengan pletismometer

Perlakuan

- Dibersihkan kaki mancit dengan


alkohol setelah 30 menit
- Disuntikan aloksan secara intraplantar
0,1 ml
- Diukur kaki mencit setelah 1 jam
kemudian
- Diukur volume udem telapak kaki
mencit dengan pletismometer

Hasil perlakuan terhadap mencit

Anda mungkin juga menyukai