Anda di halaman 1dari 3

BERANI MELAWAN PEMBULI

SETIAP ORANG PASTI MENDAMBAKAN hidup yang normal. Dalam arti, kehidupan yang
dilalui tanpa ada kendala dan masalah. Orang akan cenderung lebih mudah menggapai
kebahagiaan jika hidupnya tidak terganggu kendala dan masalah tersebut.

Namun kita semua memafhumi bahwa tidak ada orang yang hidup tanpa ditemani kendala dan
masalah. Kecil atau besar, kendala dan masalah itu akan terus menguntit kemanapun kita pergi.
Sejauh kita ingin lari dari kejarannya, jika kita sampai di tempat tujuan, kendala dan masalah
tersebut sudah terlebih dulu sampai di sana.

Kendala dan masalah tersebut lalu menyambut kedatangan kita dengan muka yang sumringah.
Mereka telah siap duduk mendampingi kita di tempat yang baru itu. Kita pun untuk sekian
kalinya, dan memang demikianlah yang terjadi, tak mampu menghindarinya. Kita akhirnya
menyadari bahwa kendala dan masalah hidup adalah salah satu teman paling setiap kita. Kita tak
bisa memutus silaturrahim dengan mereka.

Salah satu kendala dan masalah yang muncul dalam kehidupan manusia adalah adanya para
pembuli. Mereka ini suka mengganggu ketenangan dan kenyamanan hidup para korbannya.
Membuat para korban, beberapa diantaranya, tidak mampu hidup tenang. Bahkan tidak sedikit
yang trauma berbalut lara dan nelangsa yang berkepanjangan.

Ada dua macam gangguan yang dilakukan para pembuli: fisik dan psikis. Dua-duanya ini punya
dampak yang menyakitkan. Jika gangguan psikis yang mengenai korban, maka dampak
menyakitkannya terletak pada jiwanya. Namun jika gangguannya fisik, maka dampaknya dua,
fisik dan psikis. Dan nampaknya pembulian secara fisik inilah yang punya dampak paling parah.

LANTAS APA YANG SEBAIKNYA dilakukan para korban pembulian tersebut? Bagi para
korban yang sedang trauma, maka keluarga dan orang-orang terdekatlah yang harus berperan
aktif menghilangkan trauma tersebut. Mereka seyogianya mendampingi dan membesarkan hati
para korban pembulian. Harapannya, supaya para korban bisa keluar dari penjara trauma, dan
bisa kembali hidup dengan tenang.

Dan bagi para korban atau calon korban yang tidak menyimpan rasa trauma, maka sikap yang
menurutku terbaik adalah MELAWAN. Para korban pembulian harus berani melawan segala
gangguan tersebut. Mereka tidak boleh ketakutan diperlakukan apapun oleh para pelaku
pembulian. Sebab jika takut dan menyerah, tidak melakukan perlawanan apapun, membuat para
penjahat tersebut akan lebih kejam lagi memperlakukan korban.

Sederhananya, jika pun perlawanan tersebut masih membuat korban terus mendapat gangguan,
sebenarnya sikap itu masih menyimpan peluang bagi para korban bisa terbebas dari kejahatan
pelaku. Sebab sering juga korban yang berani melawan justru membuat pelaku pembulian
merasa segan. Bahkan di beberapa kasus justru berbalik menjadi ketakutan. Para pelaku tak
berani lagi bertindak jahat pada mantan korbannya.

Melawan adalah sikap berani. Jika sikap beraninya luar biasa besar, tentu akan berdampak positif
bagi para korban. Mereka tidak akan mudah goyah saat dibully. Di dalam pikirannya muncul
kepercayaan diri jika mereka akan bisa menanggulangi segala gangguan itu. Atau boleh jadi
malah bisa memukul balik pelaku. Para pelaku akan kapok. Mereka akan keder dan kejer, karena
mendadak korbannya menjadi ksatria pilih tanding.

ANAK MBAREPKU, MENURUT penuturannya, dulu juga kerap menjadi korban pembulian.
Yang membuatku agak tenang ketika mendengar ceritanya, ia berhasil menanggulangi segala
pembulian tersebut. Sebab ia berani melawan para pengganggunya itu.

Pertama, ia berani berduel dengan pembuli yang kerapkali mengganggunya ketika di pondoknya
dulu. Sesuai penuturannya, pembuli ini sering meninjukan tangan dan menendangkan kakinya ke
tubuh anak mbarepku. Dilakukannya ketika moment-moment shalat berjamaah dan mengaji.

Karena saking jengkelnya dengan perlakuan tidak mengenakkan itu, akhirnya ia menantang
pembulinya untuk duel satu lawan satu. Ia berani memutuskan rencana itu karena sudah saking
muaknya dengan segala gangguan fisik dan psikis tersebut.

Pembuli mau menerima tantangan anak mbarepku. Maka di suatu pagi sebelum subuh, keduanya
berduel tangan kosong di belakang komplek pondok. Dalam duel itu, anak mbarepku berhasil
membuat pembulinya kesakitan. Sampai meminta ampun. Dan setelah kejadian itu, ia tak lagi
diganggu pembulinya. Peristiwa duel tersebut terjadi tanpa diketahui siapapun, termasuk teman
sekamarnya.

Kedua, ia berani merusak hape milik pembuli yang sudah lebih dulu merusakkan hapenya.
Peristiwa ini terjadi di saat perpisahan pondoknya. Karena moment perpisahan, anak mbarepku
meminta izin dariku untuk membawa hape, yang hendak digunakan untuk mengabadikan acara
perpisahan bersama teman-temannya.

Di saat sedang merayakan perpisahan tersebut, ternyata ada satu temannya yang membulinya.
Temannya itu meminjam hapenya. Yang kurang ajar, ternyata hape tersebut kemudian
dicemplungkannya ke dalam jading kamar mandi yang ada airnya. Sehingga membuat hape
milik anakku itu mati dan rusak berat.

Apa yang dilakukan anakku menerima perlakuan yang menyesakkan itu? Ia meroyok hape milik
sang pelaku. Lalu, ia banting hape itu, hingga remuk dan rusak berat. Baginya, pelaku yang telah
merusakkan hapenya, harus diperlakukan dengan perlakuan yang sama. Maka, ia pun tak gentar
untuk melakukan pembalasan itu. Yang membuat pelaku tak berani lagi sewenang-wenang
padanya. Sebuah pembalasan yang setimpal!

SEKALI LAGI, MENCONTOH seperti yang dilakukan anak mbarepku, para korban buliyying
harus berani MELAWAN, apapun risiko yang akan terjadi. Melawan bisa bermakna meminta
pertolongan orang lain. Atau, melawan dengan segenap kemampuan dan kepercayaan diri.
Tumbuhkan keyakinan bahwa semua pelaku pembulian adalah MANUSIA BIASA. Mereka
punya kelemahan dan ketakutan, sama dengan korban. Hanya momentumnya saja yang perlu
diubah. Maksudnya, di saat korban ingin melawan, maka rasa berani harus ditebalkan dengan
ketebalan yang maksimal.

Rasa berani di dalam diri korban jika sudah tebal, maka akan membuat lawannya menjadi
menciut. Karena biasanya keberanian yang luar biasa bisa memunculkan keajaiban-keajaiban.
Berupa tindakan balasan yang setimpal, yang mungkin sama sekali tidak pernah dipikirkan oleh
para pelaku. Mereka pun kaget. Mereka pun terdesak balik. Lalu kalah KO. Wallahu a’lam
bisshawab

10012024

Anda mungkin juga menyukai